Jakarta - Indonesia memang sudah saatnya menghapus ketergantungannya kepada bahan bakar minyak [BBM] yang mahal, untuk bahan bakar pembangkit listriknya. Pembangkit listrik di Indonesia harus mulai menggunakan sumber energi baru dan terbarukan yang dimiliki.
Direktur Utama PT PLN [Persero] Nur Pamudji mengatakan, ada empat sumber energi baru dan terbarukan yang realistis untuk dikembangkan dan digunakan di Indonesia. Diharapkan, ke depan, energi ini bisa dioptimalkan sebagai bahan bakar listrik.
"Yang pertama adalah geothermal atau panas bumi," kata Nur Pamudji pada rangkaian seminar bertema Relfeksi Tiga Tahun Pelaksanaan Masterplan Percepatan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia [MP3EI] di JCC, Jakarta, Rabu [3/9/2014].
Dia mengatakan, pembangkit listrik bertenaga panas bumi di Indonesia sangat potensial. Potensi panas bumi di Indonesia baru dieksplorasi sekitar 1.300 MW. Oleh karenanya, ke depan, sumber energi ini perlu dikembangkan.
Selain itu, lanjut Nur, pembangkit listrik pun bisa menggunakan tenaga air. Tak bisa dipungkiri lagi, sebagian besar pembangkit listrik di Indonesia adalah pembangkit listrik tenaga air [PLTA]. "Kedua tenaga air, jumlahnya cukup besar dan terbukti," katanya.
Selain itu, Nur mengatakan, pembangkit listrik tenaga biodiesel dari bahan baku Crude Palm Oil [CPO] atau kelapa sawit belum banyak dikembangkan. Padahal, Indonesia memproduksi CPO sebesar 30 juta ton/tahun.
"Lalu tenaga matahari. CPO dan matahari bisa dikombinasikan," katanya.
"Itu hanya 4 yang saya pandang punya prospek besar. Yang lain adalah biomass, tapi sangat mahal. 7 kali lipat lebih mahal dibanding diesel pakai CPO," imbuhnya.
[zul/dnl]