Das sollen dan das sein dalam Latar belakang PENELITIAN

Das sollen dan das sein dalam Latar belakang PENELITIAN
CONTOH PENULISAN LATAR BELAKANG Hal-hal yang harus dimuat pada latar belakang Penelitian adalah sbb : Paragraf I :Harapan Pemerintah/Das Sollen Paragraf II :Pendapat Pribadi Paragraf III : Harapan Pemerintah/ Das Sollen Paragraf IV : Masalah/ Kenyataan Lapangan (Das Sein) Paragraf V : Solusi yang Disajikan

Paaragraf VI : Pentingnya Melakukan Penelitian Ini

Contoh Latar Belakang : A. Latar Belakang Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia adalah agar berkembangnya potensi peserta didik menjadi manusia yang beriman, takwa pada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 Bab II pasal 3). Pembahasan pendidikan perlu direncanakan, terarah dan dilakukan dengan ber-kesinambungan, pendidikan harus mampu menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, peningkatan mutu serta relevansi dan efisiensi manajemen pendidikan untuk menghadapi tantangan sesuai kehidupan lokal, nasional dan blobal (Pertimbangan Presiden RI dan UU Sisdiknas).

Apa yang tersurat dalam UU tersebut dan yang tersirat dalam Pertimbangan Presiden RI sama mengharap terjadinya peningkatan mutu pendidikan dan oleh karenanya semua upaya harus benar-benar diupayakan untuk mencapai hal tersebut. Untuk dapat mencapai hal tersebut tentu bukan seperti membalikkan telapak tangan atau bertepuk sebelah tangan yang tidak ada bunyinya. Semua warga negara terutama kaum pendidik mesti berupaya sekuat tenaga untuk mencapai hal dimaksud. Dalam hal ini tentu yang paling utama mesti melakukan hal tersebut para pakar pendidikan seperti guru, pengawas sekolah, dosen dan para pakar pendidikan lainnya. Untuk dapat mencapai hal tersebut labih jauh kemampuan gurulah yang sangat perlu untuk ditingkatkan.

Upaya pemerintah meningkatkan mutu tertuang lagi dalam PP No. 19 tahun 2005 Bab VIII pasal 53 ayat 2 huruf h yang menyatakan bahwa pengelolaan satuan pendidikan dikelola atas dasar rencana kerja. Selanjutnya ditegaskan bahwa rencana kerja yang dimaksud berisi program-program peningkatan mutu pendidik dan tenaga kependidikan yang meliputi sekurang-kurangnya jenis, durasi, peserta dan penyelenggara program. Masalah umum yang terjadi adalah sulitnya mengupayakan peningkatan mutu serta kemampuan guru. Hal ini terjadi karena guru-guru cukup sibuk dengan berbagai urusan pribadi, urusan keluarga, adat dan lain-lain. Permasalahan nyata yang ada di lapangan adalah ketidakmampuan guru-guru membuat RPP Inovatif sesuai fokus penelitian ini. Faktor-faktor yang melatarbelakangi masalah ini adalah: 1) guru-guru sudah terbiasa menerima RPP yang sudah jadi bikinan MGMP tingkat kabupaten, 2) sulitnya merubah kebiasaan yang sudah tertanam begitu lama, 3) faktor kemalasan guru, 4) upaya pribadi guru untuk mencari buku-buku acuan yang dapat digunakan dalam pembelajaran, 5) guru sudah terbiasa mengajar dan bukan membelajarkan, 6) ketidakmampuan guru-guru mengaplikasikan materi dengan metode serta tugas-tugas yang diberikan tidak mendorong aktivitas siswa. Temuan emperis di lapangan untuk masalah I adalah guru-guru tidak membuat sendiri RPP, tetapi sewaktu mengajar mereka membawa RPP yang sudah jadi bikinan MGMP. Setelah ditanya, guru menyadari hal tersebut. Untuk masalah yang kedua, setelah guru diawasi dan diajak membuat RPP yang baru mereka mengatakan masih sibuk dengan tugas-tugas lain dan berjanji pada waktu-waktu selanjutnya. Namun setelah didatangi lagi, mereka belum juga membuat yang baru. Hal ini terkait dengan masalah yang ketiga yaitu faktor kemalasan dan terkait lagi dengan faktor yang keempat yang digunakan sebagai senjata yang ampuh yaitu kurangnya buku-buku acuan yang diberikan oleh pemerintah. Temuan empiris yang lain di lapangan berdasarkan permasalahan yang kelima adalah sewaktu guru diawasi beliaunya bergiat mengajar agar kelihatan mereka melakukan tugas yang baik sedangkan semestinya mereka membelajarkan siswa dan tidak mengajar siswa. sedangkan faktor yang keenam adalah sulit bagi mereka untuk dapat mengaplikasikan materi dengan metode serta pemberian tugas yang mendorong aktivitas siswa jarang dilakukan.

Langkah-langkah yang diupayakan dalam pemecahan masalah-masalah di atas adalah bimbingan dengan memberikan acuan-acuan, diskusi, tanya jawab, presentasi, umpan balik dan studi dokumen, unjuk kerja. Bimbingan diupayakan untuk memberi penjelasan bahwa acuan yang digunakan untuk membuat RPP adalah Permen Diknas No. 41 Tahun 2007 yang merupakan RPP Pembaharuan (RPP Inovatif). Diskusi dimaksudkan untuk memperdalam ilmu mereka tentang isi RPP. Tanya jawab dimaksudkan adalah agar ada keterbukaan dimana guru bisa bertanya pada peneliti tentang kemampuan peneliti dalam penguasaan RPP yang baik dan benar. Studi dokumen dimaksudkan agar guru bersama peneliti dapat mengkaji bersama apa isi Permen No. 41 serta standar-standar yang lain yang dirujuk oleh Permen tersebut. Sedangkan unjuk kerja yang merupakan kegiatan yang sangat penting dilakukan sebagai pertunjukan kemampuan mereka membuat RPP setelah RPP yang mereka buat dari masing-masing siklus setelah diberi umpan balik. Penerapan langkah-langkah supervisi di atas sangat meyakinkan bisa membuat perubahan pada diri guru-guru serta peningkatan kemampuan mereka dalam membuat RPP Inovatif demi kemajuan dunia pendidikan dan peningkatan kecerdasan bangsa sehingga penelitian ini sangat perlu untuk dilakukan.

Das sollen dan das sein dalam Latar belakang PENELITIAN

https://alawialbantani.blogspot.com/2018/07/pengertian-das-sein-versus-das-sollen.html

Das sollen dan das sein dalam Latar belakang PENELITIAN


Das sollen dan das sein dalam Latar belakang PENELITIAN


“Das sein Versus Das Sollen”

Das sollen dan das sein dalam Latar belakang PENELITIAN
Keduanya diambil dari bahasa Jerman Das Sein berarti keadaan yang sebenarnya pada waktu sekarang Das Sollen berarti apa yang dicita-citakan, apa yang diharapkan, apa yang harus ada nanti, dll. Das Sollen adalah segala sesuatu yang mengharuskan kita untuk berpikir dan bersikap.Contoh : dunia norma, dunia kaidah dsb. Dapat diartikan bahwa das sollen merupakan kaidah dan norma serta kenyataan normatif seperti apa yang seharusnya dilakukan. Das Sein adalah segala sesuatu yang merupakan implementasi dari segala hal yang kejadiannya diatur oleh das sollen dan mogen.Dapat dipahami bahwa das sein merupakan peristiwa konkrit yang terjadi. Das Sein adalah sebuah realita yang telah terjadi  Das Sollen adalah apa yang sebaiknya dilakukan yaitu sebuah impian dalam dunia utopia yang menjadi keinginan dan harapan  singkatnya arti dari keduanya adalah “yang ada dan yang seharusnya” Atau, dapat disimpulkan: kesenjangan antara kenyataan dan harapan


Das sollen dan das sein dalam Latar belakang PENELITIAN

Das sein dan das sollen menjadi salah satu studi penting untuk berbagai persefektif, khususnya penelitian sosial atau riset yang berhubungan dengan masalah-masalah sosial di masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Alasannya karena das sollen adalah segala keharusan yang masih berupa landasan teori-teori normatif, sekaligus berupa norma-norma teoritis yang belum menjelma atau dijelmakan dalam praktik atau pelaksanaan. Sedangkan untuk das sollen seringkali disebut dengan istilah dunia norma, nilai, atau dunia kaidah hukum, atau kenormaan.

Das Sein dan Das Sollen

Sebelum memberikan uraikan lebih mendalam. Berikut ini definisi keduanya;

Das sollen adalah konsep nyata yang terjadi di masyarakat melalui sejumlah kebijakan yang artinya benar-benar terjadi, meskipun dalam persefektif keberanaran ini sendiri bisa dikatakan sebagai bagian yang menimbulkan polemik.

Das sein adalah istilah seharusnya yang terjadi dalam kenyataan, hal ini berarti bahwa ada norma-norma tertentu dan indera spesifik individu memerintahkan individu tersebut untuk berperilaku sesuai dengan realitas. Sehingga dapat digambarkan dengan mengatakan bahwa pengertian ini berbeda dengan pengertian bahwa seseorang sebenarnya (das sollen) untuk berperilaku dengan cara tertentu.

Oleh karena itulah pernyataan bahwa sesuatu yang “harus” terjadi atau ada adalah pernyataan tentang isi norma, bukan peristiwa aktual yang terjadi.

Contoh Das Sein dan Das Sollen dalam Penelitian

Sebagai pembahasan lebih mendalam. Untuk contoh penggunaan das sollen dan das sein, khususnya untuk arti penelitian.

Misalnya saja ingin menuliskan tentang topik penelitian terkait dengan Gejala Sosial Hoax di Masyarakat. Maka keterangannya sebagai berikut;

Gejala Sosial Hoax

Media sosial membuat kesetaraan dalam berbagai hal, semua orang akan bebas berkomentar atau menanggapai masalah apapun. Baik politik, agama, sosial, serta masalah keilmiahan. Hal ini menunjukan bahwa di era ini interkasi sosial menjadi tanpa batas (unlimited), karena kemudahan akan akses internet dan teknologi. Akan tetapi kamudahan yang ditawarkan tersebut menyimpan berbagai dampak negatif, salah satu diantaranya adala hoax.

Hoax diartikan sebagai berita palsu atau berita bohong dari yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya (KBBI, 2018). Hoax tergolong dalam gejala sosial masyarakat yang terjadi secara masif di generasi milineal. Bahkan menurut  Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) mencatat penyebaran hoax sekitar 230 dari bulan Juli sampai September 2018. Rinciannya, hoak pada Juli 2018 sebanyak 65 konten, Agustus 2018 sebanyak 79 konten, dan meningkat menjadi 107 konten pada September 2018. Adapun untuk sarana yang paling banyak digunakan untuk menyusun hoaks itu, yakni narasi dan foto (50,43%), narasi (26,96%), narasi dan video (14,78%), dan foto (4,35%). Dari jumlah tersebut, hoaks paling banyak disebarkan di Facebook (47,83%), Twitter (12,17%), Whatsapp (11,74%), dan Youtube (7,83%).

Banyaknya hoax akibat mudahnya penyebaran informasi. Oleh karena itu bisa dikatakan pada saat ini selain menyiapkan kemajuan teknologi, di sisi lain perlu dilakukan pengembangan sumber daya manusia dari sisi humaniora agar dampak negatif dari perkembangan teknologi dapat ditekan seminimal mungkin. Maksud di sisi humaniora adalah memperkuat kembali tentang nilai dan norma dari kearifan lokal yang ada di masyarakat.

Konteks ini misalnya saja dengan menerapakannya dalam dunia pendidikan yang setidaknya bukan hanya diajarkan tentang kemajuan zaman (teknologi) akan tetapi diajarkan pula tentang prilaku kesopanan terutama terkait dengan menjaga ucapan (tulisan) di media sosial dengan selalu menerapkan mawas diri atas berbagai informasi yang diperoleh.

Sesi lainnya, pada era ini dapat mengubah tatanan dunia secara pesat. Perubahan itu tidak lagi memakan waktu ribuan tahun, seperti yang dijelaskan pada teori evolusi Charles Darwin  (Darwin, 2004) dalam On the Origin of Species. Perubahan itu hanya membutuhkan waktu yang sangat singkat. Dalam keadaan yang serba cepat itu, yang berubah tidak hanya fenomenanya saja, misalnya offline ke online, dunia nyata menjadi dunia maya, media cetak menjadi media sosial, dan lain sebagainya.

Namun demikian, nilai-nilai, tatanan sosial, dan budaya juga ikut mengalami perubahan oleh karena perlindungan aturan akan penyebaran informasi serta prilaku pengawasannya harus senantiasa dilakukan pembaharuan-pembaruan sesuai dengan perkembangan zaman.

Sebagaimana Rhenald Kasali (Khasali, 2018) menyebut milenial sebagai generasi strawberry, yang digambarkan sebagai generasi yang menarik, namun rapuh karena tidak memiliki mentalitas dan nilai-nilai yang kuat. Dengan adanya permasalahan yang muncul inilah setidaknya pembangunan pada saat ini bukan hanya pada segi teknologi akan tetapi dalam prilaku manusia. Lantaran banyaknya permasalahan yang timbul semuanya bisa berobjek pada tingkah laku manusia semata.

Hoax di Kalangan Masyarakat

Hoax di kalangan masyarakat semakin merambah diberbagai sektor, hal ini disebabkan karena adanya kemajuan teknologi di era globalisasi membuat informasi begitu cepat dan beredar sangat luas. Keberadaan internet yang banyak dimanfaatkan oleh media online membuat informasi belum tentusa terverifikasi akan benar dan salah. Akan tetapi yang menjadi kapastian bajwa hanya dalam hitungan detik, peristiwa-peristiwa yang diebarluaskan oleh beberapa orang dengan alur pemikirannya  bisa langsung tersebar dan diakses oleh pengguna internet melalui media sosial.

Melalui media sosial jika dianggap setuju dengan argumentasi serta mewakili apa yang diraskan seseorang maka ia akan ikut menyerbarluaskan yang kadang bagi seseorang belum sempat memahami materi informasi, reaksi atas informasi tersebut sudah lebih dulu terlihat.

Hoaks di kalangan masyarakat juga menjadi perhatian khusus bagi pemerintah untuk memberikan pengetasan akan berbagai permasalahan yang ada. Misalnya saja dengan kebijakan pemerintah pada saat ini membuat kolaborasi kepada media masa untuk memberikan beberapa lembel tentang “cek fakta”. Hal ini terlihat dberbagi media nasional, seperti tirto, line today, liputan6, dan lain sebaginya. Meskipun begitu antisipasi akan kondisi ini belum menuali hasil yang maksimal.

Oleh karenanya untuk pengambaran lebih detail dalam kajian tentang hoax di kalangan masyarakat berikut adalah table yang menggambarkan tentang das sein dan das sollen.

No Das Sollen Das Sein
1 Pemerintah melakukan pemblokiran terhadap situs-situs yang dianggap sebagai penyebar kebencian (hate speech) dan hoax di kalangan masyarakat Kebijakan yang dilakukan pemerintah tersebut tidak memberikan efek jera sekaligus memberikan kesadaran di kalangan masyarakat. Hal ini lantaran fokus pemerintah hanya pada persebaran informasi palsu bukan pada peningkatan literasi masyarakat sehingga akurasi konten yang akan dibagikan, dapat dklarifikasi kebenaran, memastikan manfaat, baru kemudian menyebarkan.
2 Kebijakan pemerintah memberikan perioritas utama kepada kemajukan teknologi dalam menyambut Revolusi Industri 4.0, misalnya salam hal ini seperti memberikan beasiswa kepada pendidikan teknologi lebih tinggi, memberikan dorongan permodalan untuk pengembangan start up, dan lain sebaginya Disini lain, penekanan akan kondisi ini haruslah diimbangi dengan kesadaran akan pentingnya pendidikan humaniroa, yang bisa memberikan kesan dan pesan moral kepada generasi muda.
3 Berbagai badan-badan yang dibentuk pemerintah tidak memberikan ratting pada media tertentu untuk mengecek kebenaran atas informasi. Hal inilah menjadi informasi bersifat sembrono yang berbedar di era kebebasan Pemberian ranting kepada media sosial tertentu dengan disesuaikan pada dewan di pemerintahan akan memunculkan penilaian publik

  • Khasali, R. (2018). Strawberry Generation. Jakarta: Mizan
  • Jarot Bayu Dimas, katadata “Mafindo Catat Hoaks Politik Merajalela Jelang Pilpres 2019″, dikutib 20 Maret 2019

Itupah tadi artikel yang sudah kami bagikan pada semua pembaca berkenaan dengan pengertian das sein dan das sollen dalam penelitian beserta contoh kasusnya. Semoga saja bisa memberikan wawasan bagi semua kalangan yang sedang membutuhkannya.