Daulah Umayyah membangun dinas pos dan tempat tertentu dengan menyewakan kuda yang lengkap oleh

Penguasa Umayyah yang pertama kali membentuk layanan pos di jazirah Arab.

gohistory.com

Masjid Agung Umayyah

Red: Agung Sasongko

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --  Kirim-mengirim berita atau surat-menyurat yang kita kenal saat ini dengan pos ternyata sudah dikenal sejak zaman Dinasti Umayyah dan Abbasiyah. Muawiyah Ibn Abu Sofyan (602-680 M) sebagai peletak fondasi Dinasti Umayyah juga merupakan penguasa pertama yang membentuk layanan pos di jazirah Arab yang dikenal dengan nama diwan al-barid yang bersamaan pula dengan upaya reformasi pemerintahan dengan pembentukan kantor-kantor pemerintah lain, seperti diwan al-khatim atau kantor urusan diplomatik yang berurusan dengan surat-menyurat.

Layanan pos kemudian diperluas dan dijalankan secara reguler oleh pemimpin berikutnya, Abdul Malik Ibn Marwan (685-675), ke seluruh wilayah kekuasaan Dinasti Umayyah yang membentang dari Afrika Utara sampai Persia dengan pusatnya di Damaskus, Suriah. Adalah putra Abdul Malik, yaitu al-Walid (668-715 M), yang benar-benar memaksimalkan manfaat jasa pos untuk menunjang pelaksanaan pembangunan.

Pada masa Dinasti Abbasiyah yang menggusur kekuasaan Umayyah pada abad ke-8 meneruskan peran diwan al-barid yang telah menjadi ciri penting sebuah pemerintahan. Departemen pos pada masa Abbasiyah dibangun oleh Khalifah al-Mutawakkil dan dikepalai oleh seorang pejabat yang disebut shahib al-barid.

Semula, layanan pos dibentuk untuk memenuhi kepentingan negara. Namun, tak jarang digunakan untuk la yanan terbatas, yaitu mengantar surat-surat pribadi ataupun mengantarkan gubernur baru terpilih, beserta tentara dan barang bawaannya ke provinsi masing-masing. Rakyat juga memanfaatkan layanan pos untuk keperluan tertentu, namun dengan biaya yang cukup mahal.

Masing-masing ibu kota provinsi membentuk kantor pos sendiri yang dipimpin oleh shahib al-barid atau kepala kantor pos. Jaringan kantor pos di tiap provinsi ini dikendalikan oleh kepala pos pusat (shahib al-barid wa al-akhbar) yang berkedudukan di ibu kota, Damaskus (Umayyah) atau Baghdad (Abbasiyah). Selain menjaga surat-surat kerajaan, shahib al-barid wa al-akhbar bertanggung jawab terhadap semua layanan pos di setiap pro vinsi dan mengawasi pembangunan berbagai sarana pos.

  • layanan pos
  • peradaban islam
  • dinasti umayyah
  • dinasti abbasiyah

sumber : Mozaik Republika

Jelaskan mengapa sistem demokrasi terpimpin tergantikan dengan demokrasi pancasila!

Jelaskan peninggalan akulturasi kebudayaan di bidang seni sastra dan aksara

Jelaskan perkembangan teknologi luar angkasa dari amerika serikat dan unit soviet selama perang dingin

Jelaskan salah satu bentuk alkulturasi antara budaya indonesia dengan budaya india

Jelaskan tanda tanda yang menunjukkan kerajaan allah sudah dekat !cepatt yaaaa jawabnya besok kumpulltolong yang benar..

Jelaskan upaya yang pernah di lakukan khalifah ali bin abi thalib ketika menjadi seorang khalifah

Jepang menyerah tanpa syarat kepada sekutu pada tanggal 15 agustus 1945, sebelumnya sekutu melakukan

Kapan terjadinya perang badar dan kapan terjadi nya perang fassit

Karena perbuatan dan perkataanya jujur dan dapat dipercaya,maka nabi muhammad saw diberi juluk...

Kerajaan terbesar di sumba pada masa terakhir tahun 1901 adalah