Dinasti umayah mencapai puncak kejayaannya atau masa keemasan terjadi pada masa kholifah

Jakarta -

Bani Umayyah punya peran besar dalam penyebaran dan perkembangan sejarah Islam. Dikutip dari buku Bangkit dan Runtuhnya Khilafah Bani Umayyah karya Prof. Dr. Abdussyafi Muhammad Abdul Lathif, masa kejayaan Bani Umayyah terjadi pada dua periode pemerintahan.

Keduanya adalah saat Bani Umayyah dipimpin Al Walid bin Abdul Malik (89-96 H)/(705-715 M) dan Umar bin Abdul Aziz (99-101 H)/(717-720 M). Sejumlah sarana pelayanan, masjid, dan efektivitas pemerintahan serta pajak dilakukan untuk masyarakat.

"Era Al-Walid bin Abdul Malik merupakan masa kemakmuran dan kemakian gemilang. Rakyatnya menikmati ketenangan, stabilitas keamanan, dan ekonomi pembangunan. Sedangkan Umar bin Abdul Aziz adalah mutiara di kening Dinasti Umayyah," tulis buku tersebut.

Setiap era memiliki jejak sendiri yang menandakan kejayaan Bani Umayyah. Berikut penjelasannya

Jejak masa kejayaan Bani Umayyah

1. Pembangunan jalan raya

Perbaikan dan pembangunan jalan raya terjadi di masa pemerintahan Al Walid bin Abdul Malik. Sang khalifah sangat memperhatikan rute menuju negerinya untuk memudahkan perjalanan menuju Baitul Haram.

Dia mengirim surat pada Gubernur Madinah Umar bin Abdul Aziz agar mempermudah pelayanan, menggali sumur, dan membuat kran yang airnya bisa diberikan pada pekerja, jamaah, serta masyarakat umum.

2. Pembangunan rumah sakit

Dikutip dari situs RS Al Irsyad Surabaya yang mengamil dari artikel berjudul slamic Medicine History and Current Practice, rumah sakit pertama dikenal sebagai bimaristan atau maristan. Fasilitas ini dibangun di masa pemerintahan Al Walid bin Abdul Malik.

Sarana tersebut diguanakan untuk merawat dan mengisolasi pasien kusta atau lepra. Saat itu kusta adalah penyakit endemik yang perlu penanganan serius. Pembangunan rumah sakit berlanjut di era kekhalifahan Harun Al Rasyid.

3. Tidak ada pemungutan upeti

Kebijakan dihilangkannya pemungutan upeti (jizyah) diterapkan di masa pemerintahan Umar bin Abdul Aziz. Awalnya, aturan ini diterapkan para pemimpin kepada mereka yang baru menganut Islan dengan alasan menguji kesetiaan.

Umar dikisahkan mengirim surat pada wali kota Khurasan Al Jarrah bin Abdullah Al Hakami untuk meluruskan kebijakan pemungutan upeti. Sejak saat itu seluruh rakyat tak perlu lagi membayar jizyah. Meski tak lagi menyetorkan upeti, Umar tetap mewajibkan para pemimpin memperhatikan rakyatnya.

4. Kebijakan penaklukan negara lain

Umar bin Abdul Aziz mempertimbangkan pembatasan atau penghentian sementara penaklukan wilayah sekitar. Kebijakan diambil untuk menyelesaikan permasalahan yang muncul di tiap daerah.

Keputusan ini juga untuk mengenalkan Islam lebih baik, rinci, dan memberikan contoh pada rakyat. Kebijakan sang khalifah terbukti efektif, efisien, dan berdampak baik pada kehidupan rakyat. Masyarakat juga lebih tertarik masuk Islam karena pemimpin yang baik dan tanpa paksaan.

Tentunya masih banyak lagi jejak kejayaan Bani Umayyah di dua era kepemimpinan tersebut. Meski begitu, semoga sedikit penjelasan ini bisa memperluas wawasan detikers terkait sejarah Islam.

Simak Video "Arab Saudi Resmi Cabut Larangan Warganya Bepergian ke Indonesia"



(row/erd)

Bani Umayyah merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sejarah perkembangan Islam dunia.

Hal ini disebabkan Bani Umayyah merupakan kekhalifahan Islam pertama yang didirikan setelah masa Khlulafaur Rasyidin berakhir.

Bani Umayyah sendiri memerintah selama kurang lebih 91 tahun, yakni sejak tahun 41 Hijriyah atau 660 Masehi dan berakhir pada tahun 132 Hijriyah atau 749 Masehi di Jazirah Arab dengan pusat pemerintahan di kota Damaskus, Suriah.

Berikut adalah silsilah Bani Umayyah yang merupakan keturunan Umayyah bin Abdul Syams bin Abdul Manaf bin Qusai seorang ketua atau pemuka Quraisy yang terkemuka.

Umayyah bin Abdul Syams bin Abdul Manaf bin Qusai juga merupakan keponakan Hasyim bin Abdul Manaf bin Qusai, buyut Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan Ali bin Abi Thalib.

Dari silsilah di atas terlihat bahwa Umayyah bin Abdul Syams bin Abdul Manaf bin Qusai memiliki dua putra yaitu Harb bin Umayyah dan Abul Ash bin Umayyah.

Harb bin Umayyah memiliki putra bernama Abu Sufyan bin Harb yang melawan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam peperangan yang terjadi di zaman Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.

Dari Abu Sufyan bin Harb lahir Mu’awiyah bin Abu Sufyan atau Mu’awiyah I yang mendirikan dan mengembangkan pemerintahan Kerajaan Bani Umayyah di Damaskus, Suriah.

Mu’awiyah I menjadi khalifah setelah Khalifah Hasan bin Ali menyerahkan kekuasaannya kepada Mu’awiyah untuk menghindari terjadinya perang saudara dan pertumpahan darah.

Kekhalifahan Bani Umayyah kemudian beralih ke Marwan bin Al-Hakam setelah Yazid bin Mu’awiyah wafat dan puteranya Mu’awiyah bin Yazid yang menjadi pengganti hanya mampu memerintah selama 40 hari saja.

Setelah Marwan bin al-Hakam naik tahta, keturunan beliaulah yang kemudian meneruskan kekuasaan di Kerajaaan Bani Umayyah hingga kerajaan itu runtuh di tahun 132 H/749 M.

Beberapa literatur menyebutkan, setahun setelah keruntuhannya, salah satu keturunan Bani Umayyah bernama Abdurrahman Ad-dakhil berhasil melarikan diri dari kejaran pasukan Bani Abbasiyah ke Andalusia [Spanyol].

Di sana, ia membentuk pemerintahan sendiri dan mengangkat dirinya sebagai amir atau pemimpin dengan pusat pemerintahan di Cordoba, Spanyol.

Karena itulah, beberapa literatur menyebutkan masa ke-Khalifahan Bani Umayyah berlangsung dua periode yaitu periode Damaskus dan Cordoba.

Namun, sebagian literatur juga berpendapat bahwa masa ke-Khalifahan Bani Umayyah hanya berlangsung selama 91 tahun di Damaskus.

Adapun di Cordoba, meskipun disebut kelanjutan Bani Umayyah namun nama ke-Khalifahan yang diusung adalah ke-Khalifahan Cordoba.

Khalifah Bani Umayyah

Mereka yang memerintah di kerajaan Bani Umayyah berasal dari keturunan Umayyah bin Abdul Syams bin Abdul Manaf bin Qusai.

Berikut adalah khalifah-khalifah Bani Umayyah yang memerintah di Damaskus sejak awal berdirinya hingga keruntuhannya.

No.Nama KhalifahMasa Berkuasa
1.Mu’awiyah bin Abu Sufyan [Mu’awiyah I]41-60 H / 661-680 M
2.Yazid bin Mu’awiyah [Yazid I]60-64 H / 680-683 M
3.Mu’awiyah bin Yazid [Mu’awiyah II]64 H / 683 M
4.Marwan bin al-Hakam [Marwan I]64-65 H / 683-684 M
5.Abdul-Malik bin Marwan65-86 H / 684-705 M
6.Al-Walid bin Abdul-Malik [Al-Walid I]86-96 H / 705-714 M
7.Sulaiman bin Abdul-Malik96-99 H / 714-717 M
8.Umar bin Abdul-Aziz [Umar II]99-101 H / 717-719 M
9.Yazid bin Abdul-Malik [Yazid II]101-105 H / 719-723 M
10.Hisyam bin Abdul-Malik105-125 H / 723-742 M
11.Al-Walid bin Yazid [Al-Walid II]125-126 H / 742-743 M
12.Yazid bin al-Walid [Yazid III]126 H / 743 M
13.Ibrahim bin al-Walid126 H-127 H /743-744 M
14.Marwan bin Muhammad [Marwan II]127-132 H/744-749 M

Masa Kejayaan Bani Umayyah

Masa ke-Khilafahan Bani Umayyah berlangsung selama 91 tahun yaitu sejak tahun 41 H pada masa ke-Khalifahan Mu’awiyah bin Abu Sufyan hingga tahun 132 H pada masa ke-Khalifahan Marwan bin Muhammad [Marwan II].

Selama itu pula, tidak sedikit sumbangsih yang telah diberikan Bani Umayyah terhadap perkembangan dan kemajuan Islam.

Sumbangsih yang dimaksud di antaranya adalah semakin meluasnya wilayah kekuasaan Islam, pembangunan di segala bidang, dan mulai berkembangnya ilmu pengetahuan.

1. Semakin Luasnya Wilayah Kekuasaan Islam

Bani Umayyah dipandang berhasil dalam memperluas wilayah kekuasaan Islam yang sebelumnya telah diperjuangkan oleh Khalifah Umar bin Khaththab, Khalifah Utsman bin Affan, dan Khalifah Ali bin Abi Thalib.

Khalifah-khalifah Bani Umayyah yang gencar melakukan perluasan wilayah kekuasaan di antaranya adalah Mu’awiyah bin Abu Sufyan, Abdul Malik bin Marwan, Al-Walid bin Abdul Malik, dan Umar bin Abdul Aziz.

Tercatat, wilayah kekuasan Islam di masa ke-Khalifahan Bani Umayyah meliputi Spanyol, Afrika Utara, Syria, Palestina, Jazirah Arab, Irak, sebagian Asia Kecil, Persia, Afganistan, Pakistan, Turkmenistan, Uzbekistan, dan Kirgistan.

2. Pembangunan di segala bidang

Selain berjasa dalam memperluas kekuasaan Islam, Bani Umayyah juga berjasa dalam melaksanakan pembangunan di segala bidang.

  • Di masa Mu’awiyah bin Sufyan [41-60 H/661-680 M], pembangunan yang dilakukan adalah sebagai berikut.
    • Memindahkan ibukota pemerintahan dari kota Kufah di Irak ke kota Damaskus di Suriah atau negeri Syams.
    • Mengganti sistem kepemimpinan Khulafaur Rasyidin setelah Rasul wafat melalui musyawarah menjadi sistem kepemimpinan berdasarkan keturunan.
    • Mendirikan dinas pos lengkap dengan peralatannya serta disediakan kuda di tempat-tempat tertentu sebagai alat transportasinya.
    • Mencetak alat tukar pembayaran atau uang.
    • Menertibkan dan memperkuat angkatan bersenjata baik dari segi struktur maupun administrasinya.
    • Mulai dikembangkannya jabatan khusus hakim atau qadhi sebagai profesi tersendiri.
    • Mulai dikembangkannya jabatan khusus untuk dinas pos.
    • Memberdayakan orang-orang Kristiani yang ahli di bidangnya untuk membantu pembangunan di bidang ekonomi, ilmu pengetahuan, dan farmasi yang semula ditolak oleh Khalifah Umar bin Khaththab.
    • Membentuk semacam pasukan intelijen untuk memetakan kekuatan pasukan negara lain.
    • Memindahkan kepemilikan harta milik rakyat menjadi Harta Allah yang digunakan untuk kepentingan negara dan rakyat.
    • Membentuk jabatan catatan sipil untuk mencatat administrasi kependudukan dan keperluan lainnya.
  • Di masa Abdul Malik bin Marwan [65-86 H/684-705 M], pembangunan yang dilakukan adalah sebagai berikut.
    • Mulai dicetaknya mata uang sendiri dengan bertuliskan Arab untuk menggantikan mata uang Bizantium atau Romawi dan Persia di daerah-daerah yang telah dikuasai Islam.
    • Membenahi administrasi pemerintahan.
    • Memberlakukan bahasa Arab sebagai bahasa resmi kenegaraan dan bahasa pengantar dalam administrasi pemerintahan.
    • Mendirikan pabrik kapal di Tunisia untuk membantu memperkuat angkatan laut.
    • Mendirikan Mahkamah Khusus untuk menangani pegawai pemerintah dan pembantu kerajaan yang melakukan kesalahan.
    • Memperbaiki dan memperbanyak ekspedisi pos secara lebih teratur dan sempurna.
    • Mendirikan bangunan atau gedung yang besar dan indah di dalam negeri.
  • Al-Walid bin Abdul Malik [86-96 H/705-714 M], pembangunan yang dilakukan adalah sebagai berikut.
    • Membangun panti asuhan, panti jompo, dan rumah singgah bagi para musafir.
    • Menyediakan tenaga pengajar untuk anak-anak yatim.
    • Membangun panti-panti bagi penyandang disabilitas.
    • Menyediakan pegawai panti untuk mengurus dan merawat penyandang disabilitas yang digaji oleh negara secara tetap.
    • Menyediakan telaga bagi para musafir.
    • Memberikan subsidi tetap kepada para penghafal Al Qur’an, fakir miskin, para ulama, dan orang-orang lemah lainnya.
    • Melantik pegawai kerajaan yang cerdik pandai dan beintegritas.
    • Menyediakan pemandu bagi penyandang tuna netra.
    • Membangun infrastruktur jalan yang menghubungkan suatu tempat dengan tempat lainnya.
    • Mendirikan pabrik-pabrik.
    • Mendirikan rumah sakit dan klinik gratis bagi mereka yang sakit.
    • Mendirikan rumah sakit khusus bagi penderita kusta.
    • Mendirikan gedung-gedung pemerintahan.
    • Membina Masjid Bani Umayyah di Damaskus.
    • Merenovasi Masjid Nabi di Madinah.
    • Merenovasi Masjid Al-Aqsa di Baitul Maqdis.
    • Memperbaiki jalan-jalan dan melengkapinya dengan marka jalan untuk memudahkan pengguna.
    • Membangun infrastruktur jalan di lereng-lereng bukit serta menyediakan telaga di daerah Hijaz yang diperuntukkan bagi masyarakat sekitar.
  • Umar bin Abdul Aziz [99-101 H / 717-719 M], pembangunan dan reformasi yang dilakukan adalah sebagai berikut.
    • Mengembalikan harta kepada pemiliknya.
    • Menghapuskan jamuan negara untuk para pembesar kerajaan.
    • Menaikkan gaji pejabat [gubernur] sebagai upaya menghindari terjadinya korupsi.
    • Pelaksanaan hukuman hudud harus seizing Khalifah.
    • Jumlah pemeluk agam Islam semakin bertambah tanpa harus melakukan serangan ke negara-negara bukan Islam.
    • Mengalihkan dana perang untuk kemaslahatan umat.
    • Memperbaiki masalah cukai dan jizyah sesuai syari’ah.
    • Mengirim pendakwah ke seluruh negeri.
    • Memperkuat ekonomi negara dengan melakukan langkah penghematan dan penambahan hasil ke Baitul Mal.
    • Menghapuskan kemiskinan di seluruh negeri.
    • Memperbaiki tanah pertanian dan membuat saluran irigasi.
    • Membuat infrastruktur jalan dan rumah singgah untuk para musafir.
    • Menyambung kembali tali silaturahmi dengan kaum Syiah.
    • Menghimpun hadits untuk dibukukan.

3.Berkembangnya ilmu pengetahuan

Selain banyak terjadi kemajuan di bidang politik, ekonomi, hukum, sosial, dan pertahanan keamanan, kemajuan juga terjadi di bidang ilmu pengetahuan.

Adapun perkembangan ilmu pengetahuan yang dimaksud di antaranya adalah sebagai berikut.

  • Ilmu agama, seperti al-Qur’ān, Hadis, fiqih, dan ilmu tafsir. Proses pembukuan hadis terjadi pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz sejak saat itulah hadis mengalami perkembangan pesat.
  • Ilmu bahasa dan sastra, yaitu segala ilmu yang mempelajari tata bahasa dan kesusastraan Arab.
  • Ilmu sejarah, yaitu ilmu yang membahas tentang perjalanan hidup, kisah, dan riwayat.

Runtuhnya Bani Umayyah

Tak ada yang abadi. Begitu pula ke-Khalifahan Bani Umayyah. Setelah berkuasa selama kurang lebih 91 tahun, ke-Khalifahan Bani Umayyah akhirnya menemui titik penghabisan.

Banyak sekali faktor yang menyebabkan runtuhnya ke-Khlifahan Bani Umayyah, di antaranya adalah sebagai berikut.

  • Terbunuhnya Marwan II oleh tentara Bani Abbasiyah pada 132 H/750 M.
  • Sistem pergantian khalifah yang menggunakan sistem warisan ternyata tidak dilakukan secara konsisten. Akibatnya menimbulkan persaingan yang tidak sehat di antara para anggota kerajaan.
  • Munculnya beberapa kelompok yang merasa tidak setujudan tidak puas terhadap kepemimpinan Bani Umayyah bahkan sejak ke-Khalifahan ini berdiri. Kelompok-kelompok tersebut antara lain kelompok Syiah, kelompok Khawarij, dan kelompok mawali.
  • Beberapa khalifah tidak mampu menyatukan perbedaan serta menyelesaikan pertentangan yang ada.
  • Timbulnya pemberontakan-pemberontakan.
  • Gaya hidup bermewah-mewahan yang dijalani sebagian khalifah dan keluarganya.
  • Bangkitnya Bani Abbasiyah sebagai kekuatan baru.

Peninggalan Bani Umayyah

Jejak sejarah peradaban Islam yang merupakan peninggalan Bani Umayyah yang dapat dilihat hingga kini di antaranya adalah sebagai berikut.

  • Kubah Batu atau Dome of Rock yang melingkupi Masjid Al-Aqsa yang merupakan salah satu tempat bersejarah Islam.
  • Masjid Agung Umayyah di Damaskus yang sebelumnya merupakan Katedral St. John.
  • Katedral di Hims yang digunakan sebagai masjid dan gereja sekaligus tempat istirahat di padang pasir seperti Qusair Amrah dan al-Musatta,
  • Peninggalan Bani Umayyah Cordoba adalah Masjid Cordoba di Spanyol.
  • Universitas Az-Zaitunah di Tunisia yang di masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz merupakan sebuah masjid. Universitas ini merupakan universitas tertua peninggalan sejarah peradaban Islam.

Video yang berhubungan