Faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan sosial dan emosional pada anak usia dini?

Diperbarui pada September 10, 2017 oleh PAUD Jateng



Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Emosi Anak Usia Dini (PAUD). Berdasarkan para ahli pendidikan anak, terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan emosional anak usia dini diantaranya adalah :

  1. Kematangan, kematangan mental biasanya dipengaruhi usia kronologis .
  2. Belajar: pembiasaan dan contoh Anak yang dibiasakan untuk mengekspresikan emosinya secara wajar akan memiliki perkembangan emosi yang baik dibandingkan dengan anak yang tidak mendapatkan kesempatan. Anak akan mendapatkan keseimbangan emosiyang mendukung pertumbuhan dan perkembangan lainnya.
  3. Contoh melalui pembiasaan untuk bersikap positif terhadap ekspresi emosi Yang muncul akan menjadikan anak tidak mengalami gangguan dalam perkembangan emosi.
  4. Inteligensi;
  5. Jenis kelamin; Perbedaan jenis kelamin akan mempengaruhi perkembangan emosi terutama karena perbedaan hormonal antara laki-laki dan perempuan. Peran jenis kelamin dan tuntutan sosial sesuai jenis kelamin juga akan mempengaruhi perkembangan emosi anak.
  6. Status Ekonomi
  7. Kondisi fisik;
  8. Pola Asuh; Keluarga berperan optimal dalam perkembangan bila menerapkan pola pengasuhan demokratis. Pola asuh ini akan memenuhi kebutuhan psikologis anak karena orang tua cenderung memberikan perlakuan yang tepat terhadap ekspresi emosi anak. Pola asuh demokratis juga akan membuat keluarga menjadi harmonis yang sangat membantu anak dalam membangun kecerdasan emosinya.
Faktor apa saja yang mempengaruhi perkembangan sosial dan emosional pada anak usia dini?

Faktor yang mempengaruhi Perkembangan Emosi Anak

Menurut Piaget, anak yang berada pada tahap perkembangan kognitif pra operasional (2-7 tahun) ditandai dengan egosentrisme yang kuat, gagasan imajinatif, bertindak berdasarkan pemikiran intuitif atau tidak berdasarkan pemikiran yang rasional.
Kroh menyatakan bahwa emosi anak usia 4-5 tahun berada pada masa kegoncangan atau biasa disebut sebagai trotz period. Pada masa ini muncul gejala kenakalan yang umum terjadi pada anak, dimana anak menunjukkan sikap menentang pada kehendak orang tua, kadang menggunakan kata-kata kasar, dengan sengaja melanggar hal yang dilarang dan sebagainya.
Pada usia ini, anak juga tekadang mengalami temper tantrum yaitu letupan kemarahan atau mengamuk. Bentuk perilaku misalnya dengan menangis, menjerit, melempar barang, membuat tubuhnya kaku, memukul, berguling atau tidak mau beranjak ke tempat lain.
Temper adalah suatu gaya, sikap atau perilaku yang menunjukkan kemarahan. Tantrum adalah suatu ledakan emosi yang kuat, disertai rasa marah, serangan yang bersifat agresif, menangis, menjerit, melempar, berguling atau menghentakan kaki.