Faktor faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi setiap individu adalah kecuali

Masalah gizi adalah masalah yang mungkin terjadi pada lansia yang erat kaitannya dengan masukan makanan dan metabolisme tubuh serta faktor-faktor yang memengaruhinya. Hal ini disebabkan oleh terjadinya proses degradasi yang berlangsung sangat cepat yang mengakibatkan terjadinya perubahan status gizi.

Menurut ahli gerontologi dan geriatri diperkirakan 30-50% faktor gizi berperan
penting dalam mencapai dan mempertahankan kesehatan lansia yang optimal. Kebutuhan unsur gizi tertentu pada lansia mengalami peningkatan, hal ini disebabkan oleh terjadinya proses degradasi (perusakan) yang berlangsung sangat cepat. Lansia merupakan salah satu kelompok yang rawan menderita kekurangan gizi dan kelebihan gizi. Kekurangan gizi disebabkan oleh penurunan selera makan, penurunan sensitivitas indra perasa dan penciuman akibat meningkatnya usia. Sedangkan kelebihan gizi disebabkan oleh perubahan gaya hidup dan lansia mempunyai lemak lebih banyak.

Secara umum faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi lansia terdiri dari aktivitas fisik, depresi dan kondisi mental, pengobatan, penyakit dan kemunduran biologis (Wirakusumah, 2001). Keadaan gizi individu dipengaruhi juga oleh pola konsumsi dan infeksi. Keadaan konsumsi pangan dapat dijadikan sebagai indikator pola pangan yang baik/kurang baik dan bukan merupakan ukuran keadaan gizi yang ditentukan secara langsung. Sedangkan dalam tubuh seorang lansia terdapat interaksi sinergis antara gizi dan infeksi yang disebabkan antara lain karena berkurangnya konsumsi pangan karena tidak nafsu makan, menurunnya penurunan zat gizi, diare dan meningkatnya kebutuhan karena status fisiologis (Riyadi, 1990; Ady, 2010). Selain status fisiologis, kondisi mental juga sangat berpengaruh terhadap asupan gizi lansia.

Hasil penelitian yang dilakukan Ibrahim (2012) menunjukkan adanya hubungan faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi dengan status gizi lanjut usia, diantaranya aktivitas fisik, depresi dan kondisi mental, pengobatan, penyakit dan kemunduran biologis dengan status gizi lanjut usia.

Referensi

HS, Ibrahim. 2012. Hubungan Faktor-faktor yang memengaruhi Kebutuhan Gizi dengan Status Gizi Lanjut Usia di UPTD Rumoh Seujahtera Geunaseh Sayang Banda Aceh. Idea Nursing Journal. Vol. 3 (2) : 51-62.

Produktivitas kerja dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satu yang mempunyai peranan sangat penting dan menentukan adalah kecukupan gizi. Pemenuhan kecukupan gizi selama bekerja merupakan salah satu bentuk penerapan syarat keselamatan dan kesehatan kerja sebagai upaya meningkatkan derajat kesehatan pekerja. Gizi merupakan faktor yang akan menentukan prestasi kerja karyawan karena adanya kecukupan dan penyebaran kalori yang seimbang selama bekerja. Salah satu faktor yang mempengaruhi keadaan gizi adalah pola makan. Hal ini disebabkan karena kuantitas dan kualitas makanan maupun minuman yang dikonsumsi akan mempengaruhi tingkat kesehatan individu. Agar tubuh tetap sehat dan terhindar dari berbagai penyakit kronis atau penyakit tidak menular (PTM), maka pola makan perlu ditingkatkan ke arah konsumsi gizi seimbang. Gizi yang baik membuat berat badan menjadi normal, tubuh tidak mudah terkena penyakit infeksi, produktivitas kerja meningkat serta terlindung dari penyakit kronis dan kematian dini. Gizi yang tidak baik adalah faktor risiko PTM, seperti penyakit kardiovaskular (penyakit jantung dan pembuluh darah, hipertensi dan stroke), diabetes serta kanker. Sebagian besar PTM terkait gizi berasosiasi dengan kelebihan berat badan dan kegemukan yang disebabkan oleh kelebihan gizi. Kelebihan gizi ini timbul akibat kelebihan asupan makanan dan minuman kaya energi, kaya lemak jenuh, gula dan garam tambahan, namun kekurangan asupan pangan bergizi seperti sayuran, buah-buahan dan serealia utuh, serta kurang melakukan aktivitas fisik.

Prinsip gizi seimbang terdiri dari 4 (empat) pilar yang pada dasarnya merupakan rangkaian upaya untuk menyeimbangkan antara zat gizi yang keluar dan zat gizi yang masuk dengan memonitor berat badan secara teratur. Empat pilar tersebut adalah: 1) Mengonsumsi makanan beragam dengan proporsi makanan yang seimbang, dalam jumlah yang cukup, tidak berlebihan dan dilakukan secara teratur,         2) Membiasakan perilaku hidup bersih agar terhindar dari paparan sumber infeksi, 3) Melakukan aktivitas fisik yang meliputi segala macam kegiatan tubuh termasuk olahraga merupakan salah satu upaya untuk menyeimbangkan antara pengeluaran dan pemasukan zat gizi utamanya sumber energi dalam tubuh dan juga memperlancar sistem metabolisme di dalam tubuh termasuk metabolisme zat gizi, 4) Mempertahankan dan memantau berat badan normal yang sesuai untuk tinggi badannya sebagai indikator yang menunjukkan bahwa ada keseimbangan zat gizi di dalam tubuh.

Penilaian status gizi juga perlu dilakukan karena dengan mengetahui status gizi maka dapat ditentukan kebutuhan gizi yang sesuai serta pemberian intervensi gizi bila diperlukan. Penilaian status gizi dilakukan melalui beberapa cara antara lain pemeriksaan biokimia, pemeriksaan klinis, pemeriksaan biofisik dan antropometri. Antropometri merupakan metode yang paling sering digunakan dalam penilaian status gizi. Metode ini menggunakan parameter berat badan (BB) dan tinggi badan (TB). Melalui kedua parameter tersebut, dapat dilakukan penghitungan Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan rumus berat badan (kg) dibagi tinggi badan (m)2. Adapun kebutuhan gizi terutama energi dipengaruhi oleh usia, ukuran tubuh, dan jenis kelamin. Faktor lain penentu kebutuhan gizi yaitu jenis pekerjaan atau aktivitas yang dilakukan sehari-hari, keadaan fisiologis, keadaan khusus; seperti pada pemulihan kesehatan dan anemia, dan keadaan lingkungan kerja.

Berikut adalah tips makan sehat untuk menunjang produktivitas kerja antara lain : 1) Sarapan, selain untuk menjaga metabolisme tubuh, sarapan juga berperan penting untuk menjaga kadar gula dalam tubuh tetap stabil, otakbekerja lebih efektif dan membuat kita tidak merasakan lemas dalam melakukan aktivitas di pagi hari, 2) Mengatur konsumsi teh dan kopi agar tidak berlebihan, sebagai alternatif agar tidak mengonsumsi kafein secara berlebihan yang dapat menghambat kinerja otak, lebih baik diganti dengan the hijau, 3) Konsumsi buah tinggi serat dan air putih di sela waktu antara makan pagi dan makan siang, 4) Makan siang dengan sumber protein seperti daging ayam atau ikan dan beberapa sayuran untuk memberikan sumber energi pada tubuh, 5) Makan malam dengan mengonsumsi makanan rendah karbohidrat, tinggi serat, dan tinggi protein. Pastikan setelah makan malam, kita memberikan selang waktu 2 jam untuk memulai tidur.

Kontributor :

Unit Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)

RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta

  • , aktif

Pada dasarnya kebutuhan gizi anak terutama di bawah usia 2 tahun, secara umum sama. Yang mana, untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut ialah dengan memberikan ASI secara ekslusif. Karena seperti yang kita tahu, dalam ASI terdapat kandungan nutrisi yang lengkap.

Kemudian bertambahnya usia anak, maka bertambah pula jumlah gizi yang dibutuhkan. Lebih dari itu, banyak hal yang dapat mempengaruhi perbedaan kebutuhan gizi harian setiap orang. Karenanya, jenis dan jumlah asupan makanan akan mengalami perbedaan pula.

Karena, akan berbeda kebutuhan gizi atau asupan makanan bagi penderita maag dan orang yang sehat. Untuk lebih jelasnya, berikut di bawah ini kami paparkan beberapa factor yang mempengaruhi perbedaan dari kebutuhan gizi setiap orang.

Fisik yang di dalamnya berupa usia dan jenis kelamin, merupakan factor pertama yang mempengaruhi perbedaan kebutuhan gizi. Umumnya, laki-laki akan membutuhkan asupan makanan jauh lebih banyak, dibanding dengan perempuan.

Begitupula dengan umur, anak-anak akan berbeda kebutuhannya dengan orang dewasa. Hal ini bisa dilihat dari jumlah dan jenis pangan yang dipilih untuk dikonsumsi.

Perbedaan agama, memunculkan pula pendapat mengenai perbedaan dalam kebutuhan konsumsi asupan makanan. Karena untuk agama Islam sendiri, dianjurkan untuk menyedikitkan makan. Dan alangkah lebih baiknya sering berpuasa selain di bulan Ramadhan. Kemudian lebih mementingkan mengkonsumsi jenis pangan yang halal lagi baik.

Tingkat pendidikan, pada dasarnya akan ikut mempengaruhi pula. Karena masyarakat dengan tingkat pendidikan yang rendah, maka sedikit sekali mereka mengetahui betapa pentingnya mencukupi kebutuhan gizi tubuh. Sehingga mereka akan lebih memilih untuk mengkonsumsi makanan yang memang menurut mereka mengenyangkan dan tidak menimbulkan rasa tidak enak pada tubuh.

Dewasa ini, nampaknya tingkat ekonomi cukup memberikan pengaruh yang besar. Karena bagi masyarakat dengan tingkat ekonomi rendah, walaupun mengetahui jenis makanan apa yang harus dikonsumsi. Namun, akan sangat terhambat karena ketiadaan biaya untuk membeli sejumlah bahan pangan yang dibutuhkan.

Termasuk, ketika memiliki balita, yang seharusnya diberikan produk susu untuk mendukung tumbuh kembangnya serta memenuhi kebutuhan gizi anak, menjadi terhambat dan hanya diberikan makanan seadanya.