Hasil panen pepaya di kecamatan Mungkid lebih sedikit daripada kecamatan Muntilan benar atau salah

Mungkid atau Kota Mungkid (bahasa Jawa: ꦏꦸꦛ​ꦩꦸꦁꦏꦶꦢ꧀, translit. Kutha Mungkid) adalah ibu kota Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Dinamakan kota bukan karena merupakan wilayah otonom yang memiliki wali kota atau kedudukannya yang setara dengan daerah tingkat II, namun Kota Mungkid merupakan satu kesatuan nama. Kota Mungkid berbeda dengan Kecamatan Mungkid. Kota Mungkid merupakan nama kawasan aglomerasi yang berfungsi sebagai pusat pemerintahan Kabupaten Magelang yang kegiatannya terpusat di Kelurahan Sawitan (Jalan Letnan Tukiyat), sedangkan Kecamatan Mungkid merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Magelang yang berfungsi menjalankan sistem pemerintahan setingkat kecamatan dengan kegiatannya yang berpusat di Kelurahan Mungkid (jalan Magelang-Yogyakarta). Kota Mungkid berdiri sejak tanggal 22 Maret 1984 menggantikan Kota Magelang sebagai ibu kota Kabupaten Magelang setelah Kota Magelang melepaskan diri dari bagian Kabupaten Magelang menjadi sebuah kota administratif, sehingga, setiap tanggal 22 Maret diperingati oleh warga Kabupaten Magelang sebagai Hari Jadi Kota Mungkid. Padahal, Kabupaten Magelang sendiri tidak pernah memperingati hari jadinya karena tidak ada yang tahu persisnya sejak kapan Kabupaten Magelang berdiri. Berdirinya Kota Mungkid merupakan gagasan dari mantan Bupati Magelang, drh. Soepardi.

Hasil panen pepaya di kecamatan Mungkid lebih sedikit daripada kecamatan Muntilan benar atau salah

Kota Mungkid

Ibu kota kabupaten

Loka Wisata Candi Mendhut

Peta lokasi Kota Mungkid

Peta lokasi Kota Mungkid

Negara
Hasil panen pepaya di kecamatan Mungkid lebih sedikit daripada kecamatan Muntilan benar atau salah
 
IndonesiaProvinsiJawa TengahKabupatenMagelangKecamatanMertoyudan
Mungkid (Sebagian)Peresmian ibu kota22 Maret 1984Dasar hukumPP No. 21 Tahun 1982Populasi

 • Total-Zona waktuUTC+7 (WIB)

 

Gedung Pemda Kabupaten Magelang

Berdasarkan UU Nomor 22 Tahun 1948, Kota Magelang berstatus sebagai ibu kota Kabupaten Magelang. Namun berdasarkan UU Nomor 13 Tahun 1950, Kota Magelang berdiri sendiri sebagai daerah otonom yang diberi hak untuk mengatur rumah tangga sendiri. Sehingga ada kebijakasanaan untuk memindahkan ibu kota Kabupaten Magelang ke daerah lain. Dasar pertimbangan lainnya adalah pemindahan ibu kota lebih berorientasi kepada startegi pengembangan wilayah yang mampu menjadi stimulator bagi pertumbuhan dan perkembangan wilayah. Selanjutnya dari 4 alternatif Ibu kota yang dipersiapkan yaitu kecamatan Mungkid, Muntilan, Secang dan Mertoyudan, akhirnya kecamatan Mertoyudan dan kecamatan Mungkid dengan pusat kota di kelurahan Sawitan terpilih untuk menjadi ibu kota Kabupaten Magelang dengan nama Kota Mungkid berdasarkan PP Nomor 21 Tahun1982. Peresmian Kota Mungkid dilakukan pada tanggal 22 Maret 1984 oleh Gubernur Jawa Tengah HM Ismail. Momentum inilah yang dipakai menjadi dasar Hari Jadi Kota Mungkid. Pada saat ini, di Kabupaten Magelang lebih dikenal adanya Hari Jadi Kota Mungkid daripada Hari Jadi Kabupaten Magelang karena tanggal dan bulannya masih belum diketahui secara pasti maka tahun 1801 tidak ditetapkan menjadi Hari Jadi Kabupaten Magelang.

Kota Mungkid terbagi atas 2 wilayah kecamatan yaitu Kecamatan Mertoyudan bagian Selatan dan Kecamatan Mungkid bagian Utara yang wilayahnya meliputi 7 kelurahan yaitu Blondo, Bumirejo, Deyangan, Ngrajek, Pasuruhan, Rambeanak, Sawitan, dan Mendhut. Kota Mungkid berbatasan dengan Kecamatan Mertoyudan di sebelah Utara, Kecamatan Borobudur dan Kecamatan Kalibawang (Kabupaten Kulonprogo) di sebelah Barat, Kecamatan Muntilan di sebelah Selatan, Kecamatan Mungkid dan Kecamatan Sawangan di sebelah Timur. Jalan utama atau jalan protokol di wilayah Kota Mungkid meliputi Jl. Mayor Unus, Jl. Letnan Tukiyat dan Jl. Mayor Kusen. Pada tahun 2012, guna menghormati jasa para Pahlawan maka jalan-jalan di perkotaan Kabupaten Magelang akan diganti. Termasuk di wilayah Kota Mungkid dan Muntilan. Untuk jalan di Kota Mungkid yaitu Jl. Letnan Tukiyat akan digeser dari pertigaan Masjid An-Nur hingga Jembatan Gending, selajutnya Jembatan Gending hingga ke Tanjung menjadi Jl. Mayor Unus, sedangkan jalan antara pertigaan Blondo hingga persimpangan Sawitan berubah nama menjadi Jl. Soekarno-Hatta. Untuk ruas jalan antara persimpangan Sawitan hingga Salaman menjadi Jl. Jend. Soedirman, pertigaan Karet hingga persimpangan Pabelan menjadi Jl. Mayor Kusen, sedangkan dari pertigaan Karet hingga kompleks Wisata Candi Borobudur diberi nama Jalan Raya Borobudur.

Kota Mungkid terletak sekitar ± 15 Km dari Kota Magelang, ± 30 Km dari Kota Yogyakarta, dan ± 95 Km dari Kota Semarang. Pusat kota berada di kelurahan Sawitan. Seluruh kantor dinas atau instansi pemerintah Kabupaten Magelang berada di sini. Bahkan, kantor-kantor milik pihak swasta juga ada di kota ini. Kota Mungkid berada di jalur wisata menuju Candi Borobudur yang berjarak sekitar 4 Km dari pusat Kota Mungkid yaitu di kelurahan Sawitan.

Perekonomian di Kota Mungkid tidak begitu pesat, itu terlihat dari belum adanya pasar di pusat kota dan tidak begitu banyak pertokoan apalagi mall, paling tidak hanya sebatas supermarket atau minimarket saja. Tidak seperti di Kota Magelang dan kecamatan Muntilan, yang terkenal memiliki pusat perdagangan seperti pasar umum dan pertokoan pecinan. Memang, ritme perkembangan Kota Mungkid yang masih berjalan lambat ini diakibatkan karena pusat pemerintahan kabupaten itu tidak didesain sebagai kawasan keramaian tetapi menyediakan layanan kepada masyarakat agar sejahtera. Kota Mungkid juga belum memiliki Terminal bis, seperti layaknya ibu kota Kabupaten lain seperti Purwokerto, Slawi, dan Purwodadi. Bus-bus yang menuju ke Kota Mungkid, selama ini berhenti di Terminal Bus Borobudur.

  • Kolam Renang Karet, Mendhut
  • Loka Wisata Candi Mendut
  • Lapangan drh. Soepardi
  • Museum Haji Widayat
  • Wisata arung jeram Kali Elo
  • Wisata outbond dan orang utan Rambeanak
  • Masjid Agung An-Nuur
  • Stadion Gelora Gemilang Bumirejo
  • Sekolah Dasar
  1. SD Negeri Deyangan 1
  2. SD Negeri Deyangan 2
  3. SD Negeri Deyangan 3
  4. SD Negeri Deyangan 4
  5. SD Negeri Sawitan
  6. SD Negeri Mendhut 1
  7. SD Negeri Mendhut 2
  8. SD Islam Nglerep Deyangan
  9. SD Negeri Pasuruhan 1
  10. SD Negeri Pasuruhan 2
  11. SD Negeri Blondo 1
  12. SD Negeri Blondo 2
  13. SD Negeri Blondo 3
  • Sekolah Menengah Pertama
  1. SMP Negeri 1 Kota Mungkid
  2. SMP IT Ikhsanul Fikri Kota Mungkid
  • Sekolah Menengah Atas/Kejuruan
  1. SMA Negeri 1 Kota Mungkid
  2. SMA IT Ikhsanul Fikri Kota Mungkid
  3. SMK IT Ihsanul Fikri Kota Mungkid
  4. SMK Ma'arif Kota Mungkid
  5. SMA Muhammadiyah Kota Mungkid
  • Perguruan Tinggi
  1. Sekolah Tinggi Ilmu Theologi
  2. Sekolah Tinggi Ilmu Tarbiyah Ihsanul fikri

  1. Deyangan
  2. Mendut
  3. Ngrajek
  4. Sawitan
  5. Pasuruhan
  6. Bumirejo
  7. Blondo

  • Kabupaten Magelang
  • Jawa Tengah
  • Situs resmi Kabupaten Magelang

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Mungkid_(kota)&oldid=19548190"

Muntilan (bahasa Jawa: ꦩꦸꦤ꧀ꦛꦶꦭꦤ꧀, translit. Munthilan) adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, Indonesia yang menjadi pusat perdagangan dan jasa di bagian Selatan Kabupaten Magelang. Muntilan terletak sekitar 10 Km dari Kota Mungkid yang menjadi pusat pemerintahan atau ibu kota dari Kabupaten Magelang, 15 Km dari Kota Magelang, dan 25 Km dari Kota Yogyakarta. Muntilan telah lama menjadi pusat perdagangan dan jasa di bagian Selatan Kabupaten Magelang dan berada di jalur provinsi yang menghubungkan Kota Semarang, Kota Magelang , dan Kota Yogyakarta. Muntilan memiliki desa sebanyak 14 yaitu: Tamanagung, Gunungpring, Pucungrejo, Ngawen, Keji, Gondosuli, Menayu, Adikarto, Congkrang, Sriwedari, Sedayu, Sokorini, Tanjung, dan Muntilan

Hasil panen pepaya di kecamatan Mungkid lebih sedikit daripada kecamatan Muntilan benar atau salah

Muntilan

Kecamatan

Negara IndonesiaProvinsiJawa TengahKabupatenMagelangPemerintahan

 • CamatDaryoko Umar Singgih S.I.P,MMPopulasi

 • Total79,874 (2.018) jiwaKode Kemendagri33.08.08
Hasil panen pepaya di kecamatan Mungkid lebih sedikit daripada kecamatan Muntilan benar atau salah
Luas28,61 km²Desa/kelurahan-

Hasil panen pepaya di kecamatan Mungkid lebih sedikit daripada kecamatan Muntilan benar atau salah

Kantor kecamatan Muntilan

Gerai kerajinan batu khas Muntilan

Muntilan juga berada di jalur kereta api tua yang menghubungkan Stasiun Tugu Kota Yogyakarta, Stasiun Blabak Mungkid, Stasiun Kebonpolo Kota Magelang, Stasiun Ambarawa, dan Stasiun Tambaksari Kota Semarang yang sekarang sudah tidak berfungsi lagi.

Kecamatan Muntilan berbatasan dengan Kecamatan Mungkid di Barat, Kecamatan Sawangan di Utara, Kecamatan Dukun, Srumbung, dan Kecamatan Salam di sebelah Timur, serta Kecamatan Borobudur dan Ngluwar di Selatan. Kecamatan Muntilan di lewati sungai-sungai yang berhulu di Gunung Merapi antara lain sungai Pabelan, Lamat dan Blongkeng. Sungai sungai tersebut merupakan jalur banjir lahar hujan Gunung Merapi yang membawa material berupa pasir dan batu.

Kecamatan Muntilan sudah ada sejak peralihan kekuasaan atas Karesidenan Kedu dari Kesultanan Yogyakarta kepada pemerintah kolonial Inggris pada tahun 1812. Pada awal keberadaannya, kecamatan ini merupakan tempat pemukiman orang Tionghoa. Pada masa Perang Diponegoro, laporan Belanda menyebutkan bahwa salah satu benteng dari proyek Benteng Stelsel dari Jendral De Kock dibangun di kecamatan ini.

Setelah Perang Diponegoro selesai dan Kultuurstelsel diberlakukan di Jawa termasuk di Karesidenan Kedu, Muntilan tumbuh menjadi kecamatan. Namun wilayah ini diperintah oleh seorang wedana yang berkedudukan di Probolinggo (Bolinggo), satu kilometer di sebelah timur Muntilan ke arah Yogyakarta, yaitu di wilayah Kecamatan Salam sekarang. Baru pada saat pemerintah kolonial mengadakan reorganisasi pemerintahan pada tahun 1900, Muntilan menerima status sebagai kawedanan sekaligus distrik. Dengan perubahan status ini, sejak itu kedudukan wedana dipindahkan dari Probolinggo ke Muntilan sementara di kecamatan ini juga ditempatkan seorang pejabat Belanda berpangkat kontrolir yang tunduk kepada asisten residen di Magelang.

Peristiwa sejarah penting di Muntilan di antaranya adalah kedatangan Pastur F. van Lith pada tahun 1894 yang memulai penyiaran agama Katolik di antara masyarakat Jawa. Dalam waktu sepuluh tahun van Lith telah berhasil membangun suatu komunitas umat Katolik Jawa yang mencakup daerah pelayanan hingga Sendangsono di Kulon Progo, Sumber di utara, Salam di timur, dan Tumpang di arah barat. Sementara itu wilayah Borobudur dilayani oleh rekannya, Pastur Hoevenaar. Van Lith bukan hanya membangun komunitas Katolik namun juga kompleks pendidikan sekolah Katolik yang sampai sekarang masih berfungsi termasuk asrama dan rumah sakit, yang diresmikan pada tahun 1902.

Peristiwa sejarah lain yang mempengaruhi tata ruang Kecamatan Muntilan adalah pembukaan rel kereta api oleh Nederlands-Indische Spoorweg Maatschappij (NISM) pada tahun 1892 yang menghubungkan Yogyakarta dan Magelang. Kecamatan Muntilan dilewati jalur ini dan sebagai teknisinya adalah Ir. The Tjien Ing, yang dipindahkan dari Secang oleh direksi NISM ke Muntilan pada tahun 1892. The Tjien Ing kemudian diangkat menjadi kepala kampung Tionghoa (Chineezen Wijk) pada tahun 1903 dan pada tahun 1912 dilantik di klenteng Muntilan sebagai letnan Tionghoa (het luitenant voor Chineezen) oleh kontrolir Muntilan. Rumah The Tjien Ing yang sekarang berada di Jalan dr. Sutomo, merupakan tempat tinggal sementara Pastur Van Lith ketika tiba di Muntilan pada tahun 1893. Ia baru pindah ke kompleks Perikanan Muntilan sekarang pada tahun 1894.

Ketika Perang Dunia II, Muntilan menjadi tempat sebuah kamp tahanan perang oleh tentara Jepang yang menggunakan kompleks sekolah Katolik di sana. Mereka yang menghuni kamp internir ini terutama terdiri atas banyak keluarga Belanda.

  1. Adikarto
  2. Congkrang
  3. Gondosuli
  4. Gunungpring
  5. Keji
  6. Menayu
  7. Muntilan
  8. Ngawen
  9. Pucungrejo
  10. Sedayu
  11. Sokorini
  12. Sriwedari
  13. Tamanagung
  14. Tanjung

  • Play Group Bentara Wacana Muntilan
  • PAUD Bina Anak Sholeh Muntilan
  • TK Bentara Wacana Muntilan
  • TK ABA Aisiyah muntilan
  • TK Pertiwi
  • SD Kanisius Mandala
  • SD Terpadu Ma'arif Gunungpring
  • SD Muhammadiyah 1 Muntilan
  • SD Muhammadiyah Gunungpring Muntilan
  • SD Muhammadiyah Tamanagung
  • SD Bentara Wacana Muntilan
  • SD Marsudirini Mater Dei
  • SD Marsudirini St. Yoseph
  • SD Pangudiluhur St.Ignatius
  • SD Negeri Muntilan
  • SD Negeri Muntilan 3
  • SD Negeri Pucungrejo 1
  • SD Negeri Pucungrejo 2
  • SD Negeri Tamanagung 3
  • MI Ma'arif Gunungpring
  • MI Ma'arif Ponggol Tamanagung
  • MI Muhammadiyah kaweron muntilan
  • SMP Marsudirini Marganingsih Muntilan
  • SMP Kanisius Muntilan
  • SMP Negeri 1 Muntilan
  • SMP Negeri 2 Muntilan
  • SMP Negeri 3 Muntilan
  • SMP Terpadu Ma'arif Muntilan
  • SMP Muhammadiyah Plus Gunungpring
  • SMP Muhammadiyah Muntilan
  • SMP Bentara Wacana Muntilan
  • MTs Pon-Pes Al Iman Muntilan
  • SMA Negeri 1 Muntilan
  • SMA Marsudirini Muntilan
  • SMA Muhammadiyah 1 Muntilan
  • SMA Muhammadiyah 2 Muntilan
  • SMA Pangudi Luhur Van Lith Muntilan
  • SMA Bentara Wacana Muntilan
  • SMA Pendowo Muntilan
  • SMK Pangudi Luhur Muntilan
  • SMK Sanjaya Muntilan
  • SMK Muhammadiyah 1 Muntilan
  • SMK Muhammadiyah 2 Muntilan
  • MA Pon-Pes Al Iman Muntilan
  • SMP Marganingsih Marsudirini

Wisata religi yang sangat dikenal oleh masyarakat di antaranya adalah makam Kyai Raden Santri Gunungpring di Desa Gunungpring, yang dikunjungi oleh sekitar 500 pengunjung setiap harinya dari berbagai daerah di Jawa. Juga makam Romo Sandyoyo, Kerkop Muntilan, yang dikenal dan dikunjungi oleh umat Katholik di Indonesia.

Para Yesuit telah lama hadir di Muntilan. Terdapat sebuah seminari dan nekropolis yang banyak berisi peninggalan para anggota lamanya. Kardinal Julius Darmaatmadja, kardinal Gereja Katolik Roma dan Uskup Agung Jakarta saat ini, lahir di Muntilan. Selain itu di kota ini terdapat lembaga pendidikan yang dikelola oleh yayasan Katolik sejak zaman Belanda. Yang paling menonjol adalah Sekolah Guru (Kweekschool)(sekarang SMA Van Lith Pangudi Luhur). Di samping itu juga ada beberapa sekolah dasar bagi anak-anak pribumi. Selain beberapa tokoh rohaniawan Katolik, lembaga pendidikan itu juga meluluskan sejumlah tokoh nasional seperti mendiang Frans Seda (mantan Menteri Keuangan), Simbolon (Kolonel), dan Sartono Kartodirdjo (sejarawan).

Di wilayah kecamatan ini juga terdapat candi peninggalan agama Buddha, yaitu Candi Ngawen. Candi ini yang cukup menarik karena berjajar lima bangunan dalam satu kompleks, dengan pahatan singa pada masing-masing sudut kaki candi.

 

Artikel bertopik kecamatan di Indonesia ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Muntilan,_Magelang&oldid=20904808"