Hubungan ekologi dan PEMBANGUNAN berkelanjutan

  • 11 March 2016
  • |
  • Pengetahuan

Kota Hijau merupakan metafora dari kota berkelanjutan sehingga erat kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan yang dikenal dengan pembangunan berbasis green growth.

Hal ini dipicu dengan adanya peningkatan kegiatan secara besar-besaran dalam aspek sosial dan ekonomi serta meningkatnya produksi, konsumsi dan gaya hidup manusia. Peningkatan ini menyebabkan efek negatif terhadap kelestarian lingkungan seperti pencemaran dan menurunnya jumlah sumber daya yang tidak dapat diperbarui secara drastis. Oleh karena itu, pendekatan yang dilakukan dalam upaya meningkatkan kualitas lingkungan perkotaan adalah pendekatan ekologi.

Pembangunan berkelanjutan memiliki tiga tujuan utama, yaitu:

  1. Economically viable: pembangunan ekonomi yang dinamis.
  2. Socially-politically acceptable and culturally sensitive: pembangunan yang secara sosial politik dapat diterima serta peka terhadap aspek-aspek budaya.
  3. Environmental friendly: ramah lingkungan.

Konsep pembangunan berkelanjutan dirumuskan untuk mencegah atau mengurangi dampak pemekaran kota yang tidak terstruktur (urban sprawl) sehingga kota menjadi tidak efisien dan efektif dalam melayani kehidupan di dalamnya.

Hubungan ekologi dan PEMBANGUNAN berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan memiliki tiga pilar utama yang saling berkesinambungan, diantaranya:

  1. Pertumbuhan ekonomi, yakni menjaga pertumbuhan ekonomi yang stabil dengan merestrukturisasi sistem produktif untuk menghemat sumber daya dan energi.
  2. Keberlanjutan sosial, yakni menjamin keadilan sosial dalam distribusi kekayaan dan pelayanan sosial.
  3. Keberlanjutan lingkungan, yakni dengan menjaga lingkungan tempat tinggal agar nyaman dan aman melalui zero emission.

Keberhasilan dari pembangunan berkelanjutan tidak hanya di bergantung pada sektor ekonomi melainkan perlu adanya campur tangan dari pemegang kekuasaan, dalam hal ini pemerintah, guna mengimplementasinya pembangunan berkelanjutan sehingga tercapai pemerataan kesejahteraan. Oleh karena itu, pembangunan berkelanjutan berorientasi pada pengembangan Kota Hijau yang memiliki kualitas hidup baik dan kondisi lingkungan yang kondusif.

Pembangunan berkelanjutan adalah pendekatan yang banyak disuarakan akhir-akhir ini. Prinsip berkelanjutan adalah respon dari kerusakan alam akibat pembangunan yang eksploitatif. Sehingga perlu adanya upaya untuk menyelaraskan pembangunan dengan kelestarian lingkungan. Salah satu prinsip yang paling berkembang adalah perspeksitf ekologi manusia, dimana pembangunan harus selaras antara pembangunan fisik, sosial, ekonomi dan lingkungan.

“Perspektif ekologi adalah pendekatan transdisiplin yang mengedepankan pada keseimbangan manusia dengan lingkungannya. Pandemi ini merupakan contoh respon dari ketidakseimbangan alam,” ungkap Dr Soeryo Adiwibowo, Pakar Ekologi Politik dan Ekologi Modern yang juga dosen IPB University dari Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat (SKPM), Fakultas Ekologi Manusia (Fema) dalam kegiatan FEMA Web Seminar Series, (9/7). 

Menurutnya, ekologi manusia adalah mata air yang memadukan ilmu alam dan ilmu sosial. Sudut pandang dalam memandang kehidupan adalah menghubungkan antara ekologi hulu dengan ekologi terapan yang ada di hilir. Akar dan jati diri IPB University dibangun berbasis pada ekologi sebagai dasarnya. Berbagai jurusan di kampus ini berhubungan dengan ekologi terapan dan ekologi manusia.

“Fakultas Ekologi Manusia sudah memberikan sumbangan pemikiran untuk restrukturisasi dan reorientasi kehidupan masyarakat. Kontribusinya adalah dalam bentuk penelitian dan pengabdian, gagasan, diskursus dan konsep dalam pembangunan berkelanjutan di Indonesia,” ungkap Dr Soeryo.

Sementara itu, Rektor IPB University Prof Dr Arif Satria juga menyebutkan bahwa perubahan lingkungan tidak bersifat netral, tapi ada aktor di belakangnya. Perubahan ini terjadi karena adanya kontestasi antar aktor serta tidak bisa dipisahkan dari konteks politik dan ekonomi. Di sinilah peran negara sangat sentral sebagai rezim yang membuat kebijakan dalam pengelolaan lingkungan. 

“Negara terlalu besar untuk mengatasi masalah lokal dan terlalu kecil untuk mengatasi masalah global. Sehingga organisasi multilateral mengambil peran untuk kontrol lingkungan global. Namun seringnya negara maju yang menguasai forum karena risetnya yang kuat,” ungkap Prof Arif.

KBRN, Malang : Ilmu ekologi dalam biologi mempelajari tentang interaksi antara keberadaan makhluk hidup dan lingkungannya. Ekologi memiliki kaitan erat dengan ekosistem. Seiring berjalannya waktu, keadaan ekosistem telah banyak mengalami perubahan, pergeseran dan cenderung terjadi penurunan kualitaa maupun kuantitas. Akibatnya, menimbulkan ketidakseimbangan alam yang menjadi penyebab terjadinya bencana mulai dari banjir, longsor, hingga gempa bumi.

Melihat hal itu, Guru Besar Bidang Bidang Ilmu Ekologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang (UM), Prof. Dr. Drs. Fatchur Rohman, M. Si. menilai pentingnya peran dan kontribusi ekologi dalam menunjang pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan. Hal ini diungkapkannya dalam pengukuhan guru besar di Gedung Graha Cakrawala UM, Kamis (15/12/2021) besok.

Hubungan ekologi dan PEMBANGUNAN berkelanjutan

Guru Besar Bidang Bidang Ilmu Ekologi Fakultas MIPA Universitas Negeri Malang (UM), Prof. Dr. Drs. Fatchur Rohman, M. Si.

“Dalam rangka menunjang pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan, maka keberadaan ekologi sebagai bagian disiplin ilmu biologi memiliki peran dan kontribusi yang penting dan strategis. Dalam hal ini saya menyoroti tujuan ke 15 dalam SDGs yakni menjaga ekosistem daratan. Saya melihat ada tiga peran ekologi untuk mencapai keseimbangan alam,” kata dia, Rabu (15/12/2021).

Tiga peran yang dimaksud Prof. Fatchur adalah ekologi sebagai landasan teoritis yakni menjelaskan bagaimana interaksi makhluk hidup dengan lingkungannya, sesama makhluk hidup, maupun sesama faktor lingkungan satu dengan lainnya.

“Kedua, ekologi sebagai landasan filosofis yang menjelaskan bahwa keberadaan makhluk hidup dalam kehidupan saling membutuhkan. Dalam hal ini dapat dipahami bahwa keberadaan setiap makhluk hidup saling bermanfaat, seperti yang tertuang dalam kitab suci Al-Quran,” ungkapnya.

Peran yang ketiga adalah ilmu ekologi sebagai landasan empiris untuk mencari solusi permasalahan lingkungan. Hal itu terlihat dari konsep dasar ekologi yang telah digunakan sebagai acuan pada berbagai ilmu terapan.

“Contohnya seperti pembuatan Analisis Dampak Lingkungan (AMDAL), dasar ilmu konservasi sumber daya alam dan rekayasa genetika, serta banyak lagi yang memerlukan konsep dasar dan data empiris ekologi,” ujarnya.

“Oleh karena itu, ekologi sebagai landasan teoritis, filosofis, dan empiris diperlukan dalam rangka menjungan pencapaian SDGs ini,” imbuhnya. 

Selain peran, pihaknya juga menjabarkan soal kontribusi ekologi dalam menunjang pembangunan berkelanjutan. Yakni pengembangan agroteknologi, serta monitoring komunitas flora dan fauna suatu kawasan sebagai indikator lingkungan.

“Nantinya hasil monitoring itu bisa diinformasikan ke pihak terkait sebagai pijakan dalam mengelola dan menjaga kelestarian lingkungan kawasan industri. Ini merupakan wujud kontribusi ekologi sesuai dengan tujuan 15 SDGs yakni menjaga ekosistem daratan,” pungkasnya. 

Sumber| https://rri.co.id/malang/diksosbud-iptek/1293520/mengkaji-peran-ekologi-dalam-pencapaian-tujuan-pembangunan-berkelanjutan

You're Reading a Free Preview
Pages 4 to 5 are not shown in this preview.