Implementasi konsep mabadi khaira ummah yang dilakukan oleh tokoh atau pengurus nu di daerah anda

Bahagian C1.kebijaksanaan pemerintah menjalinkan hubungan dengan kerajaan luar telah membawa kepada kegemilangan kerajaan alam Melayu (a)huraikan bent … uk-bentuk hubungan yang dijalinkan (b)selain menjalinkan hubungan dengan kerajaan luar,jelaskan kebijaksanaan lain yang ditonjolkan oleh pemerintah kerajaan berikut sehingga muncul sebagai kerajaan yang masyhur.(i) kerajaan Srivijaya(ii) kerajaan Angkor(C) bincangkan kepentingan memiliki pemimpin yang bijaksana dalam memajukan negara​

kerajaan alam Melayu merupakan sebuah kerajaan yang gemilang.sebagai seorang murid,huraikan tindakan yang boleh anda pelajari daripada kegemilangan ke … rajaan alam Melayu demi meningkatkan jati diri​

penyebaran agama telah mempengaruhi pelbagai aspek kehidupan, berdasarkan pengetahuan anda, terangkan pengaruh agama terhadap aspek pemerintahan denga … n memberikan contoh yang sesuai​

jawab... dong....pliss!!​

quiz Siapakah pencipta pelajaran matematika???yang bisa kasih 10 poin​

Anggota kelarga nabi lut yang tidak beriman kepada Allah ialah? ​

Perhatikan narasi berikut ini.Sunan Kalijaga menyadari bahwa masyarakat Jawa sangat gemar terhadap wayang kulit, maka dikembangkanlah seni wayang kuli … t menjadi sarana dakwah penyebaran Islam. Dengan sedikit perubahan tokoh, dan isi cerita yang agak berbeda dengan versi asli Mahabarata dan Ramayana dari India. Wayang kufit di tangan Sunan Kalijaga disesuaikan dengan ajaran Islam. Sebagai contoh Sunan Kalijaga menciptakan tokoh baru yang disebut punakawan yakni Semar, Gareng dan Petruk.Dari narasi tersebut, bagaimana cara berdakwah yang dapat diterapkan untuk masyarakat era sekarang ini?​

Quiz!!!!siapa penemu teknologi di dunia?(jelaskan bisa rinci bisa singkat)​

8. Perhatikan anggota Wali Sanga berikut! 1) Sunan Gunung jati 2) Sunan Kalijaga 3) Sunan Ampel 4) Sunan Kudus Anggota Wali Sanga … yang memfokuskan penyebaran Islam di Kerajaan Demak ditunjukkan oleh angka.... a. 1) dan 2) b. 1) dan 3) c. 2) dan 3) d. 2) dan 4)​

Gawékna ukara nganggo basa krama sekang gambar kuwe!​

Alhasil, ketiga butir akhlak tersebut akhirnya diberi nama “Mabadi Khaira Ummah” atau dalam bahasa Indonesia dapat diartikan sebagai dasar-dasar permulaan menjadi umat terbaik.

Pengertian Mabadi Khaira Ummah

Mabadi Khaira Ummah adalah gerakan pembentukan identitas dan karakter warga Nahdlatul Ulama melalui penanaman nilai-nilai yang dapat dijadikan prinsip-prinsip dasar untuk menjadi umat terbaik.

Gerakan Mabadi Khaira Ummah merupakan langkah awal pembentukan umat terbaik, yaitu suatu umat yang mampu melaksanakan tugas-tugas Amar Ma'ruf Nahi Mungkar yang merupakan bagian terpenting dari kiprah NU karena kedua sendi mutlak diperlukan untuk menopang terwujudnya tata kehidupan yang diridhoi Allah Subhanahu Wa Ta'ala sesuai dengan cita-cita Nahdlatul Ulama.

Mabadi Khaira Ummah adalah  gerakan pembentukan identitas dan karakter warga NU melalui upaya penanaman nilai-nilai luhur yang digali dari paham keagamaan NU. Namun, karena nilai-nilai yang terkandung dalam pemahaman keagamaan Nahdlatul Ulama itu sangatlah banyak, maka dipilihlah nilai-nilai yang dapat dijadikan prinsip-prinsip dasar atau “Mabadi” sebagai langkah awal bagi pembentukan identitas dan karakter warga NU.

Penanaman Mabadi Khaira Ummah kepada warga NU haruslah dilakukan secara intensif, terencana, dan berkelanjutan, melalui berbagai jalur yang dimiliki oleh Nahdlatul Ulama seperti forum Lailatul Ijtima. Upaya penanaman melalui kegiatan usaha bersama seperti yang pernah dirintis oleh NU pada masa yang lalu, akan lebih mempercepat tercapainya pembentukan identitas warga.

Gerakan Mabadi Khaira Ummah yang dilakukan oleh generasi pertama ini ternyata telah berhasil menjadikan NU sebagai salah satu organisasi besar yang kokoh dan proses pertumbuhannya begitu cepat, tidak ubahnya seperti pertumbuhan umat Islam pada generasi pertama sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur’an.

Hubungan antara Mabadi Khaira Ummah dan Khittah NU terletak pada keterikatannya satu sama lain yang saling melengkapi. Khittah merupakan landasan, sedangkan Mabadi sebagai  pelaksanaannya. Khittah  adalah kepribadian yang dibentuk oleh ajaran Islam Ahlussunnah Waljamaah sebagai paham keagamaan NU.

Kepribadian tersebut kemudian menjadi landasan berpikir, bersikap dan bertindak warga NU yang harus tercermin dalam tingkah laku perseorangan maupun organisasi. Dengan demikian, Khittah merupakan sumber inspirasi bagi semua kegiatan NU dan warganya.

Dengan demikian tuntutan untuk membangkitkan gerakan Mabadi Khaira Ummah setelah dicanangkannya Khittah NU, memang hampir merupakan konsekuensi logis.

Pertama, karena Mabadi Khaira Ummah adalah butir-butir ajaran yang dipetik dari moral Khittah NU yang harus ditanamkan kepada warga.

Kedua, tekad melaksanakan khittah NU itu sendiri menuntut pembenahan dan pengembangan NU demi meningkatkan ketangguhan organisasi dan aktualisasi potensi-potensi yang dimilikinya sesuai yang mutlak perlu dalam upaya berkarya nyata bagi pembangunan umat, bangsa dan negara.

Ketiga, sejarah Mabadi Khaira Ummah tak dapat dipisahkan dari jiwa asli NU yang kini disebut sebagai khittah NU. Mabadi Khaira Ummah adalah sunnah atau jejak para pemula (al-sabiqun al-awwalun) NU. Jika kembali ke khittah 26 (Khittah NU) dapat dimaknai sebagai pengikatan kembali dengan semangat dan Sunah para pemula ini, maka gerakan Mabadi Khaira Ummah adalah revitalisasi Sunah tadi mengingat relevansinya dengan kebutuhan masa kini, bahkan dengan kebutuhan segala zaman cukup nyata.

Lebih jauh, pembangkitan kembali dan pengembangan gerakan Mabadi Khaira Ummah ini pun relevan dengan kebutuhan pembangunan bangsa dan negara yang sasaran utamanya adalah pembangunan sumber daya manusia (SDM). 

Keberhasilan pembangunan bangsa ini akan tergantung pada upaya pembentukan manusia Indonesia yang tidak hanya memiliki keterampilan saja, tetapi juga memiliki watak dan karakter terpuji serta bertanggungjawab. 

Sebagian para ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan “Khaira Ummah” adalah mereka yang hijrah dari Mekah ke Madinah dan mereka yang ikut Perang Badar serta ikut rombongan Nabi ke Hudaibiyah sebagaimana yang dikemukakan oleh Ibnu Abbas.

Dan sebagian ulama lainnya berpendapat bahwa mereka yang dimaksud itu adalah umat Islam periode pertama dengan mendasarkan pada hadis berikut:

“Sebaik-baiknya umatku adalah apa di mana aku diutus kepada mereka kemudian orang-orang yang berikutnya.” (HR Ahmad)

Ada juga ulama yang berpendapat bahwa yang dimaksud dengan “Khaira Ummah” adalah umat Islam pada setiap periode sepanjang syarat-syarat yang terkait dengan ayat tersebut (QS. Ali-Imran: 110) terpenuhi, yaitu beriman dan mampu melaksanakan Amar Ma'ruf Nahi Mungkar.

Tujuan Mabadi Khaira Ummah 

Salah satu tujuan besar dari gerakan Mabadi Khaira Ummah adalah untuk mendukung program pembangunan Nahdlatul Ulama, menangani masalah sosial dan ekonomi secara sungguh-sungguh.

Selain itu, gerakan ini juga bertujuan untuk membentuk sumber daya manusia menjadi kader-kader unggul yang siap berkiprah aktif dalam mengikhtiarkan kemaslahatan umat, bangsa dan negara yang tidak saja terampil, tetapi juga berkarakter terpuji dan bertanggung jawab. Dengan demikian, gerakan Mabadi Khoiru Ummah tidak saja relevan dengan program pengembangan ekonomi, tetapi juga pembinaan organisasi.

Pada umumnya, kedua hal ini yang akan menjadi arah strategis pembangkitan kembali gerakan Mabadi Khaira Ummah kita nantinya, di samping bahwa sumber daya manusia yang dapat dikembangkan melalui gerakan ini pun akan menjadi karakter unggul yang siap berkiprah aktif dalam mengikhtiarkan kemaslahatan umat, bangsa dan negara pada umumnya.

Demikianlah penjelasan singkat mengenai pengertian Mabadi Khaira Ummah beserta Tujuannya. Semoga apa yang kami sampaikan bermanfaat. Wallahu A’lam

Mabadi Khaira Ummah merupakan langkah awal pembentukan “umat terbaik” (Khaira Ummah) yaitu masyarakat yang mampu melaksanakan tugas-tugas amar makruf nahi munkar yang merupakan prinsip yang harus diterapkan dalam PMII dengan merujuk pada Khittah Nahdlatul Ulama’. Khittah Nahdlatul Ulama adalah landasan berpikir, bersikap dan bertindak warga muslimin yang harus dicerminkan dalam tingkah-laku perseorangan maupun organisasi serta dalam setiap pengambilan keputusan.

Pada awal perjuangan, para ulama mengamati adanya pergeseran perilaku masyarakat, yakni makin langkanya kejururan dan merebaknya konflik. Semakin merajalelanya perbedaan pendapatan antara si kaya dan si miskin, serta makin suburnya sikap individualisme dan keengganan untuk berbagi kebahagiaan, yang dapat dengan mudah ditemui di dalam masyarakat saat ini . Maka dari itu, perlu adanya implementasi amar makruf nahi mungkar.

Amar ma’ruf adalah mengajak dan mendorong perbuatan baik yang bermanfaat bagi kehidupan dunia dan akhirat. Sedangkan nahi mungkar adalah menolak dan mencegah segala hal yang dapat merugikan, merusak dan merendahkan, nilai-nilai kehidupan. 

Prinsip dasar yang menjadi landasan munculnya konsep “Mabadi Khaira Ummah” yaitu berdasarkan Al – Qur’an Surat Ali Imran ayat 110 yang Artinya: 

“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”

Terdapat lima pilar utama yang mampu menguatkan sahabat-sahabati dalam mengimplemetasikan mabadi khaira ummah, yaitu :

Pilar ini mengandung arti kejujuran/kebenaran, kesungguhan dan keterbukaan. Kejujuran/kebenaran adalah satunya kata dengan perbuatan, ucapan dengan pikiran. Apa yang diucapkan sama dengan apa yang ada di bathin. Jujur dalam hal ini berarti tidak plin-plan dan tidak dengan sengaja memutarbalikkan fakta atau memberikan informasi yang menyesatkan. Jujur yang pertama tentu saja jujur pada diri sendiri. Termasuk dalam pengertian ini adalah jujur dalam bertransaksi dan jujur dalam bertukar pikiran. Jujur dalam bertransaksi artinya menjauhi segala bentuk penipuan demi mengejar keuntungan. Jujur dalam bertukar pikiran artinya mencari mashlahat dan kebenaran serta bersedia mengakui dan menerima pendapat yang lebih baik.

  • Al Amanah Wal Wafa Bil ‘Ahd

Pilar ini memuat dua istilah yang saling terkait, yakni al-amanah dan al-wafa’ bil ’ahd. Amanah secara lebih umum maliputi semua beban yang harus dilaksanakan, baik ada perjanjian maupun tidak. Sedang al-wafa’ bil ‘ahd konteks yang berlaku hanya berkaitan dengan perjanjian. Kedua istilah ini digabungkan untuk memperoleh satu kesatuan pengertian mengenai kesadaran setiap insan terhadap lain nya yang meliputi: dapat dipercaya, setia dan tepat janji.

Dapat dipercaya adalah sifat yang diletakkan pada seseorang yang dapat melaksanakan semua tugas yang dipikulnya, baik yang bersifat diniyah maupun ijtima’iyyah. Dengan sifat ini orang menghindar dari segala bentuk pembekalaian dan manipulasi tugas atau jabatan. Setia merupakan sikap untuk tak berpaling dari tujuan awal. Niat diawal perjalanan merupakan kunci kesetiaan tersebut. Sedangkan tepat janji adalah perilaku untuk senantiasa memegang teguh apa yang telah disandarkan kepadanya.

Bersikap adil (al’adalah) mengandung pengertian obyektif, proposional dan taat asas. Butir ini mengharuskan orang berpegang kepada kebenaran obyektif dan menempatkan segala sesuatu pada tempatnya. Distorsi penilaian sangat mungkin terjadi akibat pengaruh emosi, sentimen pribadi atu kepentingan egoistik. Distorsi semacam ini dapat menjerumuskan orang kedalam kesalahan fatal dalam mengambil sikap terhadap suatu persolan. Buntutnya sudah tentu adalah kekeliruan bertindak yang bukan saja tidak menyelesaikan masalah, tetapi bahkan menambah-nambah keruwetan. Lebih-lebih jika persolan menyangkut perselisihan atau pertentangan diantara berbagai pihak. Dengan sikap obyektif dan proposional distorsi semacam ini dapat dihindarkan. bersikap adil harus senantiasa dibarengi dengan penerimaan semua golongan sehingga tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.

At-ta’awun merupakan sendi utama dalam tata kehidupan masyarakat : manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan pihak lain. Pengertia ta’awun meliputi tolong menolong, setia kawan dan gotong royong dalam kebaikan dan taqwa. dalam hal ini, Imam al-Mawardi mengaitkan pengertian al-birr (kebaikan) dengan kerelaan manusia dan taqwa dengan ridla Allah SWT. Memperoleh keduanya berarti memperoleh kebahagiaan yang sempurna. Ta’awun juga mengandung pengertian timbal balik dari masing-masing pihak untuk memberi dan menerima. Oleh karena itu, sikap ta’awun mendorong setiap orang untuk berusaha dan bersikap kreatif agar dapat memiliki sesuatu yang dapat disumbangkan kepada orang lain dan kepada kepentingan bersama. Mengembangkan sikap ta’awun berarti juga mengupayakan konsolidasi.

Istiqamah mengandung pengertian ajeg-jejeg, berkesinambungan dan berkelanjutan. Ajeg-jejeg artinya tetap dan tidak bergeser dari jalur (thariqah) sesuai dengan ketentuan Allah SWT dan rasul-Nya. Lalu tuntunan yang diberikan oleh salafus shalih dengan segala aturan main nya serta rencana-rencana yang disepakati bersama. Kesinambungan artinya keterkaitan antara satu kegiatan dengan kegiatan yang lain dan antara satu periode dengan periode yang lain sehingga kesemuanya merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan dan saling menopang seperti sebuah bangunan. Sedangkan makna berkelanjutan adalah bahwa pelaksanaan kegiatan-kegiatan tersebut merupakan proses yang berlangsung terus menerus tanpa mengalami kemandekan, merupakan suatu proses maju (progressing) bukannya berjalan di tempat.

Dari lima pilar yang menjadi penguat dalam implementasi amar makruf nahi mungkar, semuanya dapat menjadi faktor perubahan yang signifikan khususnya dalam dunia kampus selaku aktivis pergerakan. Amar makruf nahi mungkar yang merupakan bagian dari nilai-nilai dasar pergerakan mampu menjadi kontrol sosial dalam ranah kehidupan di kampus, selain itu dapat menjadi pedoman pokok perubahan yang mengarah kepada hal yang lebih baik. Harapannya setiap aktivis pergerakan mampu menerapkan pilar-pilar amar makruf nahi mungkar ini untuk menjadikan dunia perguruan tinggi menjadi lebih baik dan teratur.

Wallaahu A’lam Bisshowab.

Noted: Arsip Bidang Keagamaan PMII Rayon FISIP Universitas Jember Masa Khidmat 34