Jelaskan 3 informasi yang terdapat pada lagu gundul pacul
Kunci Jawaban Tema 7 Kelas 6 Halaman 49, Lagu Gundul-gundul Pacul / Show PORTAL PEKALONGAN- Inilah kunci jawaban tema 7 kelas 6 SD, Adik-adik kelas 6 akan belajar mengenai tema 7 kelas 6 halaman 49 ini kunci jawaban tema 7 kelas 6 SD, mengenai lagu Gundul-gundul Pacul. Artikel ini akan mengulas kunci jawaban tema 7 kelas 6 SD pembelajaran 6 sub tema 1 yang bersumber dari buku tematik Kemendikbud revisi 2018, tentang lagu Gundul-gundul Pacul. Baca Juga: Kunci Jawaban Tema 7 Kelas 5 Halaman 64, Lagu Indonesia Raya Contoh kunci jawaban tema 7 kelas 6 SD ini, membantu orang tua mendampingi kalian belajar dari rumah. >Jadi, sebelum melihat kunci jawaban tema 7 kelas 6 SD ini, alangkah baiknya mencoba mengerjakan sendiri. Dapat juga bertanya kepada orang tua. Berikut pembahasan materi tema 7 kelas 6 SD halaman 49. Kunci Jawaban Tema 7 Kelas 6 SD Halaman 49 tirto.id - Gundul-Gundul Pacul termasuk salah satu tembang dolanan atau lagu permainan yang berasal dari Jawa Tengah. Lagu dolanan sendiri dapat didefinisikan sebagai lagu yang biasa dinyanyikan masyarakat, khususnya anak-anak Jawa, saat sedang bermain. Berbeda dengan kebanyakan lagu di zaman sekarang, lagu dolanan yang diciptakan para leluhur selalu memiliki makna dan filosofi tersendiri. Makna yang terkandung dalam lagu dolanan biasanya berkaitan dengan pesan sosial, pesan persatuan, serta nilai-nilai budi pekerti yang positif. Maka tak heran bila lagu dolanan kerap dijadikan media untuk pendidikan karakter anak-anak.
Asal-Usul Lagu Gundul-Gundul PaculLagu Gundul-Gundul Pacul dapat dikategorikan sebagai lagu folklor atau lagu tradisional yang diwariskan secara turun-temurun. Mengutip jurnal Fenomena Lagu Dolanan Gundul-Gundul Pacul Dalam Pendidikan Karakter Anak dan Ranah Sosial karya Adi Suprayogi, folklor bersifat anonim, penyebarannya dilakukan secara lisan, dan akhirnya menjadi milik bersama.
Hal ini pula yang terjadi pada lagu Gundul-Gundul Pacul. Tidak ada yang tahu pasti kapan lagu ini diciptakan dan tidak ada catatan atau bukti autentik mengenai siapa penciptanya. Namun menurut beberapa literatur, lagu Gundul-Gundul Pacul diperkirakan sudah ada sejak tahun 1400. Lagu ini juga dipopulerkan oleh Sunan Kali Jaga, salah satu ulama Wali Songo yang kerap melakukan dakwah lewat seni lagu.
Lirik Lagu Gundul-Gundul Pacul dan Artinya
Gundhul gundhul pacul cul gembèlengan Nyunggi nyunggi wakul kul gembèlengan Wakul ngglimpang segané dadi sak latar Wakul ngglimpang segané dadi sak latar
Arti: Gundul gundul cangkul Sembrono Membawa bakul (di atas kepala) (Dengan) sembrono Bakul terguling, nasinya tumpah sehalaman Bakul terguling, nasinya tumpah sehalaman
Makna Lagu Gundul-Gundul PaculSetiap kalimat dalam lirik lagu Gundul-Gundul Pacul memiliki filosofi tersendiri sehingga menyiratkan pesan atau nasihat yang sangat positif. Berdasarkan jurnal Pemimpin Ideal dalam Perspektif Syair Gundul-Gundul Pacul karya M. Indra Saputra, berikut makna lagu Gundul-Gundul Pacul: 1. Gundul-gundul pacul, gembelengan Kepala kerap diartikan sebagai pemimpin, tapi juga merupakan lambang kehormatan dan kemuliaan. Sementara rambut adalah lambang mahkota. Dengan demikian, gundul (kepala tanpa rambut) dapat dimaknai sebagai kehormatan tanpa mahkota Pacul atau cangkul merupakan alat pertanian dan merupakan lambang rakyat kecil yang kebanyakan bekerja sebagai petani. Menurut orang Jawa, pacul berarti papat kang ucul atau empat yang lepas. Artinya, kemuliaan seseorang tergantung pada empat hal:
Apabila keempat hal tersebut lepas, maka kemuliaan seseorang juga akan lenyap. Sedangkan kata gembelengan dapat diartikan sembrono, sombong, besar kepala, dan tidak serius/main-main dalam menggunakan kehormatannya. Dengan demikian, potongan lirik gundul-gundul pacul, gembelengan bisa dimaknai sebagai: seorang pemimpin bukanlah orang yang memakai mahkota, tetapi mereka yang membawa pacul untuk mencangkul (membuat rakyat sejahtera). Namun apabila seseorang kehilangan empat hal penting (pacul) yang membentuk kemuliaannya, maka ia akan menjadi orang yang congkak dan sembrono (gembelengan). 2. Nyunggi-nyunggi wakul, gembelengan Nyunggi adalah istilah yang dipakai ketika seseorang membawa barang di atas kepala. Wakul atau bakul merupakan lambang dari amanah rakyat. Nyunggi wakul atau membawa bakul di atas kepala dapat didefinisikan sebagai membawa atau menjunjung amanah rakyat. Di lirik ini digambarkan bahwa seseorang (yang diberi tanggung jawab untuk menjunjung amanah rakyat) justru bersikap sombong (gembelengan) 3. Wakul nggelimpang, segane dadi sak latar Wakul nggelimpang atau bakul jatuh/terguling adalah lambang amanah rakyat yang terjatuh. Sedangkan segane dadi sak latar memiliki arti bahwa hasil yang selama ini diperoleh akhirnya berantakan dan jadi sia-sia. Sega (nasi) yang terjatuh tak bisa dimakan lagi (tidak bermanfaat dan tidak bisa menyejahterakan rakyat). Dari sini dapat diambil kesimpulan bahwa Gundul-Gundul Pacul mengandung filosofi tentang seorang pemimpin yang harus bisa menjaga amanah dengan baik. Pemimpin tidak boleh sombong, sembrono, atau main-main dengan amanah yang diembankan kepadanya. Pemimpin juga wajib berusaha membuat rakyatnya sejahtera. Caranya dengan menjunjung amanah rakyat dan tetap menggunakan empat panca inderanya (mata, telinga, hidung, mulut) untuk kepentingan rakyat.
Baca juga:
Baca juga
artikel terkait
HIBURAN
atau
tulisan menarik lainnya
Erika Erilia
Subscribe for updates Unsubscribe from updates
Lihat Foto - KOMPAS.com - "Gundul-gundul pacul cul, gembelengan..." menjadi lagu yang kita pelajari saat kanak-kanak. Gundul-gundul pacul adalah sebuah nyanyian atau lagu berbahasa Jawa, namun ternyata memiliki makna yang sangat besar. Dilansir dari situs Pemprov DIY, gundul-gundul pacul ditulis oleh Sunan Kalijaga sekitar tahun 1.400. Konon, lagu yang terkesan jenaka ini sebenarnya adalah nasihat dan sindiran bagi penguasa. Untuk mengetahui makna dari lagu gundul-gundul pacul, simak penjelasannya berikut ini!
Pernahkah kamu mendengar istilah rambut adalah mahkota? Berarti gundul adalah orang yang sudah tidak memiliki mahkota lagi. Sedangkan pacul atau cangkul adalah perkakas pertanian yang sering digunakan oleh rakyat jelata. M. Indra Saputra dalam jurnal berjudul Pemimpin Ideal dalam Perspektif Syair Gundul-Gundul Pacul (2016) menjelaskan pacul juga melambangkan empat indera manusia yang tidak dipergunakan dengan baik yaitu mata, telinga, hidung, dan mulut. Sehingga ia menjadi gembelengan atau congkak, sombong dan tidak hati-hati. Maka kalimat tersebut bermakna bahwa pemimpin bukanlah seseorang yang memiliki mahkota tetapi orang yang matanya bisa melihat kesusahan rakyat, yang telinga mau mendengar nasihat, yang hidungnya dapat mencium kebaikan serta kesusahan, dan yang mulutnya memiliki tutur kata baik, bijaksana, dan adil. Namun pemimpin yang kehilangan empat unsur tersebut akan berubah menjadi orang yang congkak dan sombong. Dia tidak lagi peka terhadap kesusahan rakyat, menjadi buta dan tuli akan keluhan rakyat, tidak lagi adil dan bijaksana, dan hanya sombong akan posisinya sediri. Baca juga: Atlas, Titan yang Dihukum Menopang Langit
Nyunggi-nyunggi wakul-kul artinya membawa bakul di atas kepala. Hal ini bermakna bahwa seorang pemimpin membawa amanah rakyat sebagai beban dan tanggung jawabnya. Namun setelah dia membawa amanah, bukannya bertanggung jawab namun kembali gembelengan (congkak, sombong dan tidak hati-hati) karena merasa dia adalah seorang pemimpin berkedudukan tinggi.
Wakul ngglimpang segone dadi sak latar berarti bakul terguling sehingga nasinya tumpah memenuhi halaman. Hal ini bermakna karena saat memimpin pemimpin tersebut gembelengan (tidak hati-hati), amanah rakyat (bakul) menjadi jatuh dan sia-sia. |