Jelaskan ada fungsi dan peran manusia dimuka bumi

Arikunto, S. et.al. 2012. Penelitian Tindakan Kela: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, Dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Fadjar, A. Malik. 2005. Holistika Pemikiran Pendidikan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Hafsin, Abu. 2007. Islam dan Humanisme: Akulturasi Humanisme Islam di Tengah Krisis Humanisme Universal. Yogyakarta : IAIN Walisongo dengan Pustaka Pelajar.

Hizbut Tahrir Indonesia. 2008. Struktur Negara Khilafah. Jakarta : Dar Al-Ummah.

Khadafi, Ahmad. 2017. Saat Islam Menjadi Agama Mayoritas di Dunia. http://khalifah/Saat-Islam-Menjadi-Agama-Mayoritas-di-Dunia, Tirto.ID.htm, diupload tgl- 6 April 2017.

Madjid, Nurcholish. 2009. Cita-Cita Politik Islam . Jakarta : Paramadina & Dian Rakyat. Masrokhin. Konsep Ekologi Islam Seyyed Hossein Nasr (Studi Kitab Al-Taharah dalam Kajian Fiqih), Konsep Ekologi Islam, Jurnal Irtifaq, Vol. 1, No 1, 2014.

Moleong, L.J. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mufid, Sofyan Anwar. 2010. Ekologi Manusia. Bandung : Remaja Roesdakarya.

Muhaimin. 2015. Membangun Kecerdasan Ekologis (Model Pendidikan untuk Meningkatkan Kompetensi Ekologis). Bandung: Alfabeta.

Nahdi, Maize Said. Konservasi Ekosistem dan Keanekaragaman Hayati Hutan Tropis Berbasis Masyarakat. Jurnal Kaunia, Vol.4, No.2; hlm 159-172, 2008.

Quddus, Abdul. Ecotheology Islam: Teologi Konstruktif Atasi Krisis Lingkungan, Ulumuha (Jurnal Studi Keislaman), Vol 16, No 2, 2012.

Soemarwoto, Otto. 1987. Ekologi, lingkungan hidup dan pembangunan. Jakarta: Djambatan.

Supriatna, Nana. 2016. Ecopedagogy. Bandung : Remaja Roesdakarya, 2016.

Syakur, M. Perspektif Pelestarian Lingkungan Hidup dalam Islam, Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian, Vol. 4. No. 1, hlm 44-56, 2008.

Usmani, Ahmad Rofi'. 2016. Jejak-jejak Islam. Yogyakarta : Bunyan.

Wahyu Supraptiningtyas. Tugas Manusia Sebagai Khalifah di Muka Bumi. http://blog.unnes.ac.id/malikhatundayyanah/2015/11/24/tugas.manusia-sebagai-khalifah-di-muka-bumi/ diupload, pada Minggu, 21 Agustus 2011 21:34 WIB

Zed, Mestika. 2008. Metode Penelitian Kepustakaan. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Manusia bertugas sebagai khalifah Allah di muka bumi.

tangkapan layar google

(ilustrasi) manusia

Red: Hasanul Rizqa

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manusia merupakan makhluk yang dianugerahi akal dan pikiran serta hati nurani. Dalam Islam, setidak-tidaknya terdapat tiga tujuan penciptaan manusia. Alquran surah adz-Dzariyat ayat 56 menerangkan tujuan pertama. Artinya, “Dan Aku (Allah) tidaklah menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.”

Baca Juga

Dengan demikian, fitrah kemanusiaan adalah menjadi hamba Allah SWT. Sifat menghamba tidak boleh ditujukan kepada siapapun selain Allah Ta’ala.

Tugas kedua berkaitan dengan konteks kehidupan empiris. Dalam surah al-Baqarah ayat 30 dijelaskan tentang tugas manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi. Surah yang sama memuat dialog antara Allah dan para malaikat tentang penciptaan manusia. Terjemahannya, “Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Tuhan berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.’”

Maknanya, di muka bumi hidup berbagai macam makhluk. Namun, hanya manusia yang menyandang fungsi pemimpin. Manusia dapat memanfaatkan segala yang tumbuh di atas bumi untuk kelangsungan hidupnya. Bagaimanapun, manusia mesti mengelola sumber daya dengan penuh tanggung jawab. Allah menciptakan keteraturan di muka bumi. Maka dari itu, manusia tidak boleh merusak harmoni yang sudah diciptakan-Nya.

Tugas ketiga adalah berdakwah. Hal ini terutama diemban bagi orang-orang yang beriman kepada Allah SWT. Yang didakwahkan adalah Islam, sebagai satu-satunya agama yang diridhai di sisi Allah Ta’ala.

Dakwah yang dilakukan dapat melalui lisan dan perbuatan. Sasarannya dimulai dari diri sendiri, keluarga, karib kerabat, dan komunitas setempat. Dakwah yang dijalankan tidak boleh dengan paksaan atau penghakiman. Dengan menarik simpati, orang-orang akan tertarik untuk mendalami agama ini.

  • manusia
  • alquran
  • tugas kemanusiaan
  • tipologi manusia

Jelaskan ada fungsi dan peran manusia dimuka bumi

Manusia diberikan jabatan untuk memimpin di muka bumi yang tidak semua makhluk selainnya mampu

By Lufaefi

18 September 2021

Jelaskan ada fungsi dan peran manusia dimuka bumi
Ilustrasi Ayat Al-Qur'an

Allah Swt menciptakan alam semesta dan telah menentukan fungsi-fungsi dari setiap elemen alam ini. Matahari punya fungsi, bumi punya fungsi, udara punya fungsi, begitulah seterusnya; bintang-bintang, awan, api, air, tumbuh-tumbuhan dan sebagainya, termasuk manusia pun diciptakan di muka bumi ini, juga memiliki kedudukan dan tugasnya sendiri.

Sebagaimana dijelaskan di dalam banyak ayat, bahwa manusia memiliki dua predikat atau status yaitu sebagai hamba Allah Swt (`abdullah) dan sekaligus sebagai wakil Allah Swt (khalifatullah) di muka bumi. Sebagai hamba Allah, manusia hanya sekadar makhluk sebagaimana makhluk lain ciptaan-Nya.

Oleh karena itu, tugasnya adalah menyembah dan berpasrah diri kepada-Nya. Di sisi lain, sebagai khalifatullah, manusia diberi tugas dan tanggung jawab sangat besar di muka bumi, yaitu memakmurkannya.

Tugas dan Kedudukan Manusia di Muka Bumi Perspektif Surah Al-Baqarah: 30 dan Surah Adz-Dzariyat: 56 

Allah berfirman dalam al-Qur`an surah Al-Baqarah ayat 30 sebagai berikut.

وَإِذْ قَالَ رَبُّكَ لِلْمَلائِكَةِ إِنِّي جَاعِلٌ فِي الأرْضِ خَلِيفَةً قَالُوا أَتَجْعَلُ فِيهَا مَنْ يُفْسِدُ فِيهَا وَيَسْفِكُ الدِّمَاءَ وَنَحْنُ نُسَبِّحُ بِحَمْدِكَ وَنُقَدِّسُ لَكَ قَالَ إِنِّي أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ (٣٠)

Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat: “Sesungguhnya aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.” mereka berkata: “Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal Kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman: “Sesungguhnya aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui. (QS. Al-Baqarah [3]: 30).

Ayat tersebut menyebutkan bahwasannya salah satu tugas manusia di muka bumi ini sebagai khalifah. Merujuk dari Tafsir Ibnu Katsir bahwasannya Allah Swt hendak menjadikan khalifah di bumi, yakni suatu kaum yang akan menggantikan satu kaum lainnya, kurun demi kurun, dan generasi demi generasi (Tafsir Ibnu Katsir: 99).

Di dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan bahwa ke-khalifahan di bumi ini tidak hanya menghendaki Nabi Adam saja. Allah Swt lah yang paling mengetahui tentang mengapa kedudukan manusia di muka bumi ini dijadikan sebagai khalifah, sebagaimana yang dinyatakan dalam potongan ayat أَعْلَمُ مَا لا تَعْلَمُونَ .

Allah Swt mengetahui dalam penciptaan manusia ini terdapat kemaslahatan yang lebih besar daripada kerusakan yang dikhawatirkan dan tidak diketahui oleh malaikat. Allah menjadikan di antara mereka para nabi dan rasul. Dan di antara mereka juga terdapat para shiddiqun, syuhada`, orang-orang shalih, orang-orang yang taat beribadah, ahli zuhud, para wali, orang-orang yang dekat dengan Allah, para orang khusyu`, dan orang-orang yang cinta kepada-Nya serta orang-orang yang mengikuti rasul-Nya.

Beberapa mufassir mengatakan bahwasanya makna manusia dijadikan sebagai khalifah yaitu orang yang memutuskan perkara secara adil di antara semua makhluk (Pengantar Ulumul Qur’an: 145). Khalifah tersebut adalah Adam dan mereka yang menempati posisinya dalam ketaatan kepada Allah dan pengambil keputusan secara adil di tengah-tengah umat manusia. Manusia   tidak   akan   dapat menanggung  beban  tugasnya  sebagai  khalifah  jika  dalam  dirinya  tidak  terbentuk  perasaan tunduk, patuh, pasrah (ibadah) yang total kepada Allah. (Tafsir Ibnu Katsir: 100).

Baca juga: TGB Zainul Majdi: Makna Khalifah dalam Q.S. Al-Baqarah [2]: 30 Tidak Memuat Tendensi Politis

Sedangkan di dalam surah Adz-Dzariyat ayat 56 dijelaskan bahwa mengabdi pada Allah Swt juga adalah tugas  manusia.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالإنْسَ إِلا لِيَعْبُدُونِ (٥٦)

Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku (QS. Adz-Dzariyat: 56).

Ibnu Katsir menjelaskan makna dari ayat ini, yaitu “Aku ciptakan mereka itu dengan tujuan untuk menyuruh mereka beribadah kepadaku. Bukan karena aku membutuhkan mereka. Ali bin Abi Thalhah menjelaskan sebagaimana dikatakan Ibnu Abbas makna dari إِلا لِيَعْبُدُون adalah “melainkan mereka tunduk beribadah kepada-Ku baik secara sukarela ataupun terpaksa (Tafsir Ibnu Katsir: 546).

Bermula dari mufrodat(يَعْبُدُونِ) ini ketemulah istilah ‘abd yang muncul dengan peran sebagai hamba yang hidup hanya untuk menghamba kepada Tuhan. Terlepas dari realita yang ada bahwa manusia hidup membutuhkan aktifitas yang diperlukan untuk menjaga kelangsungan hidup, di sini ditegaskan semua aktivitas manusia  hanya semata untuk menghamba kepada Tuhan. Dengan memerankan itu tadi maka ‘abd (hamba) telah memenuhi nilai yang terkandung di dalam dirinya, yaitu menyembah kepada Sang Pencipta.

Baca juga: Makna Khalifah dan Tugasnya Menurut Para Mufasir

Salah satu tugas manusia di bumi adalah menjadi seorang khalifah. Tugas manusia sebagai seorang khalifah ini sendiri memiliki berbagai versi penafsiran. Tafsir Kemenag yang merupakan salah satu tafsir modern menjelaskan bahwa di dalam surah Al-Baqarah ayat 30 Allah menjelaskan khalifah itu akan terus berganti dari satu generasi ke generasi sampai hari kiamat nanti dalam rangka melestarikan bumi ini dan melaksanakan titah Allah yang berupa amanah atau tugas-tugas keagamaan. (Tafsir Kemenag RI, QS. Al-Baqarah (2) 30)

Penciptaan manusia adalah rencana besar Allah di dunia ini. Allah Maha Tahu bahwa pada diri manusia terdapat hal-hal negatif sebagaimana yang dikhawatirkan oleh malaikat, tetapi aspek positifnya jauh lebih banyak. Dari sini bisa diambil pelajaran bahwa sebuah rencana besar yang mempunyai kemaslahatan yang besar jangan sampai gagal hanya karena kekhawatiran adanya unsur negatif yang lebih kecil pada rencana besar tersebut.

Para ulama telah menyebutkan syarat-syarat yang harus dimiliki oleh tokoh pimpinan yang dimaksudkan itu, antara lain ialah: adil serta berpengetahuan yang memungkinkannya untuk bertindak sebagai hakim dan mujtahid, tidak mempunyai cacat jasmaniah, serta berpengalaman cukup, dan tidak pilih kasih dalam menjalankan hukum-hukum Allah.

Kemudian di dalam surah Adz-Dzariyat ayat 56 dijelaskan juga kedudukan manusia sebagai hamba Allah. Sebagaimana dijelaskan di dalam tafsir Kemenag RI bahwa ayat ini menegaskan bahwa Allah tidaklah menjadikan jin dan manusia melainkan untuk mengenal-Nya dan supaya menyembah-Nya (Tafsir Kemenag RI: 472).

Pendapat tersebut sama dengan pendapat az-Zajjaj, tetapi ahli tafsir yang lain berpendapat bahwa maksud ayat tersebut ialah bahwa Allah tidak menjadikan jin dan manusia kecuali untuk tunduk kepada-Nya dan untuk merendahkan diri. Maka setiap makhluk, baik jin atau manusia wajib tunduk kepada peraturan Tuhan, merendahkan diri terhadap kehendak-Nya. Menerima apa yang Dia takdirkan, mereka dijadikan atas kehendak-Nya dan diberi rezeki sesuai dengan apa yang telah Dia tentukan.

Baca juga: Menyingkap Relasi Makna Kata Khalifah dan Khilafah dalam Al-Qur’an