Jelaskan cara memanfaatkan energi angin diubah jadi energi lainya?

Energi telah menjadi kebutuhan vital masyarakat yang sangat dibutuhkan untuk menopang kehidupannya dan mendukung kegiatannya sehari-hari. Misal, untuk memasak makanannya, manusia membutuhkan energi panas atau untuk memenuhi kebutuhan air di perkotaan, masyarakat membutuhkan energi listrik untuk menyalakan dan menjalankan pompa air.

Energi listrik yang umumnya dipakai oleh masyarakat Indonesia berasal dari pembangkit tenaga listrik yang menggunakan bahan bakar fosil. Kelemahan penggunaan bahan bakar fosil adalah pembakarannya menghasilkan gas rumah kaca sehingga menambah konsentrasi gas rumah kaca di bumi penyebab peningkatan suhu bumi dan pemanasan global.

Bumi sudah semakin panas, sehingga manusia sudah harus memikirkan untuk beralih dari bahan bakar yang tidak ramah lingkungan ke bahan bakar yang ramah lingkungan. Pemanfaatan tenaga panas matahari bisa dijadikan pilihan.

Sumber : Koleksi Knowledge Center Perubahan Iklim

Matahari adalah sumber energi yang berjumlah besar dan bersifat terus-menerus [tidak habis], khususnya energi elektro magnetik yang dipancarkan oleh matahari. Penggunaan tenaga surya tidak membutuhkan pembakaran sehingga tidak menghasilkan gas buang berupa gas rumah kaca.

Pemanfaatan energi matahari dilakukan dengan mengubah sinar matahari menjadi energi panas atau listrik untuk memenuhi kebutuhan energi manusia. Pemanfaatan tenaga surya dilakukan dengan mengubah sinar matahari secara langsung menjadi panas atau energi listrik. Dua tipe dasar tenaga matahari adalah sinar matahari dan photovoltaic, yaitu tenaga matahari.

Bahan dasar untuk menangkap sinar matahari dan mengubahnya menjadi energi adalah bahan semi konduktor. Umumnya bahan yang digunakan adalah bahan silikon. berwarna hitam. Bahan dasar silikon ini dibuat menjadi lempengan dan dipasangi tiang agar bisa diarahkan langsung pada matahari. Silikon adalah bahan yang dapat merefleksikan matahari seperti kaca.

Cara kerja lempengan silikon kaca atau yang bidas disebut sebagai solar panel adalah kaca-kaca silikon besar mengkonsentrasikan cahaya matahari ke satu garis atau titik. Konsentrasi cahaya matahari akan menghasilkan panas. Lalu, panas yang dihasilkan digunakan untuk menghasilkan uap panas. Panasnya tekanan uap digunakan untuk menjalankan turbin yang kemudian menghasilkan listrik.

Penerapan Pembangkit Listrik Tenaga Surya di Rumah Tangga, Sumber: Net News

Pada awal penelitian pemanfaatan tenaga surya, solar panel biasanya digunakan untuk penggunaan energi dalam jumlah besar seperti industri. Tetapi, semakin hari masyarakat semakin sadar bahwa mereka tidak dapat mengandalkan energi yang berasal dari bahan bakar fosil. Hal ini yang mendasari ide solar panel dibuat dalam ukuran kecil untuk penggunaan rumah tangga. Saat ini sudah banyak penyedia solar panel untuk penggunaan skala rumah tangga.

Untuk penggunaan jangka panjang, penggunaan solar panel ini terhitung sangat murah. Dengan menggunakan solar panel, msayarakat dapat menghemat energi listrik.

Sumber :
  • //www.greenpeace.org/seasia/id/campaigns/perubahan-iklim-global/Energi-Bersih/Energi_matahari/
  • Hasil wawancara dengan CV Diartona dalam Pekan Nasional Perubahan Iklim, 4 Agustus 2017.

Kincir Angin. Foto: shutterstock

Kebutuhan akan listrik yang terus meningkat berbanding terbalik dengan ketersediaan yang semakin terbatas. Untuk mengatasi hal ini dibutuhkan sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan. Salah satu sumber energi yang dapat digunakan sebagai pembangkit listrik adalah energi angin.

Pemanfaatan energi angin sangat cocok di Indonesia, mengingat negara ini beriklim tropis dan memiliki potensi sumber daya angin. Di sejumlah tempat, pembangkit listrik tenaga angin disebut dengan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu [PLTB]. Bayu sendiri berasal dari Bahasa Sansekerta yang berarti angin.

Baca juga: Tas Laptop Elegan dari Limbah Ban

PLTB menggunakan alternator yaitu alat untuk mengonversi energi mekanik menjadi energi listrik. Dalam penggunaannya alternator atau dinamo dimodifikasi beberapa tahap hingga mendapatkan hasil yang ekonomis dan efisien.

Alat tersebut juga berfungsi untuk membangkitkan arus listrik dengan cara memutar magnet listrik di dalam kumparan stator. Generator yang digunakan adalah alternator mobil dengan daya maksimum hingga 300 watt. Modifikasi ini bertujuan untuk menghasilkan inovasi yang dapat bekerja pada putaran rendah hingga. Meskipun dalam kecepatan angin rendah pun, alternator dapat menghasilkan tegangan dan arus.

Alternator atau dinamo membantu menggerakkan turbin. Foto: shutterstock

Sejumlah mahasiswa Jurusan Teknik Elektro dan Komputer, Fakultas Teknik Universitas Syiah Kuala, Aceh, meneliti pemanfaatan energi angina untuk menggerakkan turbin. Inovasi ini juga dirancang agar dapat menghasilkan energi listrik melalui generator elektris.

Dalam pemanfaatan energi angin, dilakukan beberapa tahapan yakni merancang turbin dan memodifikasi alternator menjadi alat berkecepatan rendah. Dinamo tersebut dapat mengeluarkan tegangan listrik dengan memanfaatkan energi angin. Dengan kecepatan angin sebesar 3 hingga 7,1 meter per detik, kincir angin dapat berputar 50 sampai 500 rotasi per menit. Sementara tegangan yang keluar maksimal sebesar 12,37 volt.

Baca juga: Ladang Tenaga Surya yang Ramah Penyerbuk

Kincir angin yang bergerak dapat memutar rotor atau kontak untuk kemudian diteruskan ke sistem kinerja pembangkit tenaga angin. Hasilnya akan diperoleh suatu energi dari putaran tersebut. Prinsip dasar kincir angin adalah mengonversi energi mekanik dari putaran menjadi energi listrik dengan induksi elektro magnetik.

Penulis: Mega Anisa

angin, energi listrik, pembangkit listrik tenaga bayu, PLTB, Tenaga Angin

Pemanfaatan Energi Angin Sebagai Energi Baru & Terbarukan Pembangkit Listrik di Kampung Bungin

27/12/2016 16:00 Authored By: Administrator

Wilayahnya jauh dari pusat kota dan tepat berada di pesisir pantai Laut Jawa. Itulah sedikit gambaran tentang Kampung Bungin, Desa Pantai Bakti, Kecamatan Muara Gembong, Kabupaten Bekasi.

Akses yang cukup sulit dan memakan waktu lama membuat desa itu kerap mengalami pemadaman listrik dalam waktu cukup lama. Apalagi jika memasuki musim penghujan, bisa sampai satu minggu warga sekitar tidak bisa menggunakan energi listrik yang disalurkan perusahaan negara.

Di balik kendala listrik, desa itu memiliki potensi yang tidak dimiliki dae­rah lain. Ya, Kampung Bungin memiliki sumber angin yang banyak dan belum termanfaatkan. Melihat hal tersebut, Head of Fluid and Thermodinamycs Research Center, Tropical Renewable Energy Center [TREC], Adi Surjosatyo segera mengaplikasikan idenya untuk membangun turbin angin sekaligus instalasi penyaluran energi listriknya. September 2014, tiang turbin angin beserta instalasinya terpasang dengan bantuan ruang penyimpanan baterai di rumah ketua rukun tetangga [RT] setempat, Basir.

“Ada saja angin, mungkin karena di pesisir dan tidak terlindung sehingga laju angin cukup besar. Kalau ba­terainya enggak lemah, bisa dipakai terus energi listriknya, tetapi kalau tegangannya sudah mencapai angka 20 volt, saya charge dulu hingga 10 jam,” kata Ketua RT 01 Kampung Bungin, Basir, saat dihubungi melalui telepon dengan suara gemuruh angin yang cukup besar, Kamis [30/7].

Sebelumnya, energi listrik yang tersimpan pada baterai akan disalurkan ke rumah menggunakan inverter. Namun, karena masih dalam skala kecil, hanya rumah Basir dan dua tetangga lain yang mendapat aliran listrik, ditambah dengan dua lampu penerangan jalan.

Basir mengaku sangat terbantu oleh energi baru terbarukan itu dan berharap agar masuk turbin angin dengan skala lebih besar lagi. Pekerjaan warga yang sebagian besar nelayan butuh melakukan pengisian ulang baterai kapal.

Kecepatan angin di Kampung Bungin yang mencapai angka 12 meter per detik membuat Adi yakin untuk memanfaatkannya menjadi energi listrik. Dua tahun mondar-mandir mengurusi kemantapan teknologi tersebut menghasilkan satu simpulan, tak hanya eksekusi tetapi juga perawatan dan juga pelayanan harus tetap diperhatikan.

Adi yang kini dibantu Andrie Novera dari Research Center for Climate Change [RSCCC] Universitas Indonesia [UI] ingin mengembangkan turbin angin lainnya dengan dana bantuan yang didapat dari Indonesia Climate Change Trust Fund [ICCTF].

“Kira-kira pasang sekitar empat tower lagi dan penempatannya dicoba yang agak jauh dari permukiman. Kalau sekarang ini, kapasitas energi listrik yang didapat 500 wattpeak [saat maksimum]. Ingin berikan terang lebih banyak. Bentangan instalasi listrik mungkin bisa sampai jarak 15 meter,” tukas Adi.

Tak sekadar memberi jalan keluar, pihaknya yang juga bekerja sama dengan dua lembaga lainnya ingin memberikan efek domino bagi masyarakat sekitar. Salah satunya dengan penyebarluasan keterampilan teknologi sehingga masyarakat sekitar mampu mengawasi dan memberikan perawatan kepada aset tersebut. Saat kapasitas yang dihasilkan lebih besar, dapat membantu ketersediaan energi yang digunakan nelayan saat melaut.

Teknologi yang dikembangkan UI itu rupanya banyak dilirik pemerintah daerah, salah satunya dari Timor Tengah Selatan yang tertarik me­ngumpulkan angin di wilayah mereka supaya bisa membuat masyarakat sekitar menjadi produktif.

“Energi alternatif itu kan sebenarnya melihat kearifan lokal yang lalu diolah menjadi lebih bermanfaat,” tambah Andrie.

Terlebih teknologi itu tidak membutuhkan perawatan yang rumit. Hanya berupa pengecekan untuk mengetahui kelayakan tiang menara yang dapat dilakukan sebulan sekali. [Wnd/M-3]

Artikel yang dimuat dalam web ini adalah bagian dari Program Insentif Promosi Penelitian dan Pengabdian Masyarakat oleh Dosen FTUI di Media Massa.

Sumber: mediaindonesia.com

Penulis: Prof. Dr. Ir. Adi Surjosatyo, M.Eng.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề