Jelaskan dan uraikan apa saja yang ada dalam manajemen produksi pementasan teater mancanegara

Tujuan, Fungsi dan Tanggung Jawab Manajemen Produksi Teater
Manajemen secara etimologi berasal dari kata to manage yang berarti mengatur atau merencanakan. Adapun tujuan utama mempelajari manajemen adalah :

  • Agar orang atau kelompok dapat bekerja secara efisien dengan cara yang sistematis sehingga segala sumber daya yang ada seperti tenaga, dana dan peralatan dapat digunakan sebaik mungkin untuk mencapai hasil yang diharapkan.
  • Agar dalam bekerja atau melakukan ysaha dapat dicapai ketenangan, kelancaran, dan kelangsungan usaha itu sendiri.

Ricky W.Griffin mendefinisikan manajenem sebagai sebuah proses perencanaan, pengorganisasian,pengkoordinasian, dan pengontrolan sumber daya untuk mencapai sasaran secara efektif dan dan efisien.

Pembagian kerja dalam produksi seni pertunjukan Teater terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu bagian produksi dan bagian artistik. Tugas dan tanggung jawab manajemen produksi seni pertunjukan adalah sebagai berikut :


Tujuan, Fungsi dan Tanggung Jawab Manajemen Produksi Teater

  • Mengorganisir semua pekerja dalam pementasan seni pertunjukan.
  • bertanggung jawab secara keseluruhan atas pelaksanaan dan keberhasilan produksi.
  • Menjadi ujung tombak terdepan hingga selesainya pementasan maupun laporan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan.
  • Harus memahami peran, tugas, dan tanggung jawabnya sebagai pimpinan.
  • Kontroling kerja kerumahtanggaan, operasioanl staf, pemilihan tempat pementasan, hingga standar kualitas tempat yang digunakan sebagai pertunjukan.
  • Menjadi motor penggerak bawahan agar seluruh staf mau dan mampu bekerja maksimal demi tercapainya kesuksesan pementasan.

  • Bertanggung jawab dalam membukukan dan mencatat semua kegiatan yang berhubungan dengan prodiksi seni pertunjukan.
  • Membuat proposal pementasan dan surat menyurat yang berhubungan dengan pementasan.
  • Membuat arsip surat masuk dan surat keluar dan membuat rancangan kegiatan yang berhubungan dengan administrasi kesekretariatan.
  • Berkoordinasi dengan pimpinan produksi dalam hal kesekretariatan.
  • Membuat laporan pekerjaan kepada pimpinan produksi sesuai tugas dan tanggung jawabnya.

  • Bertanggung jawab terhadap semua hal yang berhubungan dengan keuangan.
  • Membuat administrasi keuangan.
  • Membuat laporan keuangan.
  • Berkoordinasi dengan pimpinan produksi dalam hal kebendaharaan.

  • Bertanggung jawab atas dokumentasi kegiatan baik itu visual, audio,dan audiovisual.
  • Merencanakan, melaksanakan, dan menyimpan semua dokumentasi kegiatan pementasan.
  • Berkoordinasi dengan pimpinan produksi yang berhubungan dengan dokumentasi.
  • Menyerahkan semua kerja dokumentasi pada pimpinan produksi untuk dapat digunakan pada keperluan lain setelah pementasan selesai.\

  • Bertanggung jawab terhadap segala urusan promosi kegiatan pertunjukan.
  • Merancang publikasi untuk berbagai media, baik itu media cetak, media audio, maupun media audiovisual.
  • Tidak hanya merancang namun juga melaksanakan dan mewujudkan segala media yang telah dirancang oleh tim produksi.
  • Berkoordinasi dengan pimpinan produksi untuk urusan rancangan dan pelaksanaan publikasi.

  • Bertanggung jawab terhadap penyediaan dana yang dibutuhkan dalam proses dan pelaksanaan pementasan.
  • Melakukan penggalangan dana dalam bentuk uang, namun didalamnya tercakup upaya mendapatkan dukungan atau sponsor atau bantuan nonuang, seperti sumbangan pemikiran, tenaga, pinjaman tempat, dan fasilitas.
  • Meyakinkan pada pihak lain mengenai pentingnya visi dan misi pertunjukan yang digelar, sehingga pihak lain yakin untuk mendukung pementasan yang akan digelar.

  • Mengemban pelayanan publik dan bertanggung jawab kepada pimpinan produksi dalam layanan staf produksi dan layanan publik.
  • Pelayanan ditujukan kepada seluruh staf yang bekerja.
  • Layanan publik diberikan dalam hubungan pemberian servis kepada penonton mulai dari pembelian karcis, pelayanan gudang, hingga kenyamanan penonton.
  • Tugas pelayanan publik dilakukan dari pelayanan kenyaman kepada penonton, karcis hingga suasana pementasan agar berjalan lancar dan nyaman.
  • Pelayanan kepada staf produksi dalam bentuk membarikan kesejahteraan berupa layanan konsumsi sejak penyelenggaraan produksi mulai dari rapat pertama, pelatihan, galdi kotor, gladi bersih, pementasan hingga acara pembubaran produksi.
  • Hak dan kewajiban House Manager adalah berkonsultasi kepada pimpinan produksi dan pimpinan artistik dalam hal pelayanan staf.
  • Bidang-Bidang yang termasuk kedalam House Manager adalah :

  • Membuat konsep pertunjukan,
  • Mengatur jalannya pertunjukan,
  • Memilih lakon yang akan dipentaskan,
  • Memilih pemain dan melatih pemain sesuai dengan konsep pertunjukan.
  • Membuat konsep artistik dan berdiskusi dengan penata-penata artistik.

  • Membuat konsep pemeranan dengan sutradara,
  • Menganalisi naskah lakon dengan sutradara sebagia persiapan pementasan,
  • Merancang pemeranan dan berkoordinasi dengan sutradara,
  • Melaksanakan observasi pad aperan yang akan dimainkan,
  • Melakukan interpretasi hasil observasi agar peran yang diobserasi tersebut menjadi bagian dari pemeran,
  • Melaksanakan latihan dengan sutradara,
  • Bermain peran dalam pementasan sesuai dengan hasil latihan dengan sutradara.

  • Bertangung jawab terhadap segala artistik karya dan tata ututan pementasan agar menjadi pementasan yang harmonis.
  • Bertangung jawab terhadap masalah teknis tata letak, pencahayaan, kostum, tata rias, musik, dan tata suara [sound].
  • Mengevaluasi hasil tata setting agtau panggung, tata cahaya, kostum, tata rias, tata bunyi dan suara.
  • Dalam hal artistik, pimpinan artistik dibantu oleh :

    - Penata Kostum atau busana,

    - Penata cahaya [lightinger],

    - Penata Bunyi dan Suara, 

    - Penata Sound atau musik.

Demikian ulasan diatas, semoga bermanfaat dan terimakasih.

Sumber : Sini Budaya-KEMENDIKBUD-RI_Jakarta,2018

Kontributor Naskah : Milasari dkk.

Penerbit : Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud

Seni Teater dapat merujuk pada dua makna sekaligus. Pertama, Seni Teater adalah Drama yang menceritakan suatu kisah melalui dialog antar Pemerannya di panggung pertunjukan di depan live audience [Penonton langsung].

Kedua, secara global Seni Teater adalah berbagai Seni Performans yang dihadirkan di panggung pertunjukan di depan Penonton langsung seperti Drama, Sandiwara, Seni Performans, Seni Tari, dsb.

Ya, terjadi ketumpang-tindihan antara istilah Drama dan Teater. Hal ini adalah fenomena berupa problematika bahasa yang sudah memfosil. Sehingga secara melalui pertimbangan Sosiolinguistik, kita dapat menggunakan kedua istilah tersebut untuk merujuk pada satu makna yang dimaksud. Tinggal diperhatikan saja konteks pembicaraannya.

Untuk menelusuri asal-muasal ketumpang-tindihan ini, kita harus melihat pada sejarah perkembangan Drama atau Seni Teater yang akan dibahas pada penjabaran di bawah ini.

Sejarah Seni Teater

Istilah “Drama” masuk ke bahasa Indonesia melalui dan berasal dari kebudayaan Barat [Oemaryati, 1971, hlm.14]. Di tanah kelahiran Drama, yaitu Yunani, drama muncul dari budaya ritual pemujaan terhadap para Dewa. Kata “Drama” berasal dari kata dran [bahasa Yunani] yang bermakna to do atau to act dalam bahasa Inggris [Baranger, 1994, hlm. 4] yang berarti “melakukan” atau “bertingkah”.

Pada awalnya, drama hanya dilakukan di lapangan terbuka, dan mulanya yang dilakukan adalah upacara, yang bisa jadi didalamnya terdapat drama yang mengisahkan leluhur. Para penonton akan duduk melingkar, dan upacara akan dilakukan di tengah lingkaran tersebut. Namun dalam perkembangannya, jumlah penonton semakin meningkat karena upacara-upacara juga semakin membebesar yang berarti membutuhkan tempat lebih luas.

Tempat luas itulah yang akhirnya disebut theatron. Theatron adalah a place for seeing yang berarti “tempat tontonan” berbentuk bangku tempat duduk Penonton berderet membentuk setengah lingkaran melingkari lereng yang berfungsi sebagai tempat drama Yunani klasik dipentaskan [Baranger, 1994; Yudiaryani, 2002, hlm. 1].

Theatron, awal mula gedung pertunjukan seni teater di Yunani. [Sumber: Jakob Sumardjo, Ikhtisar Sejarah Teater Barat, hlm. 16]

Dalam perkembangan selanjutnya, pergeseran-pergeseran mulai terjadi. Seni ini berubah dari sebuah upacara keagamaan menjadi seni berbicara yang mandiri tanpa harus melibatkan ritual tertentu. Inovasi terhadap perkembangan bentuk seninya sendiri juga mulai terus dipertanyakan, hingga melahirkan dua kecenderungan besar.

Kecenderungan pertama ingin menekankan Seni berbicara yang diiringi musik dan nyanyian sebagai unsur utamanya, pemikiran kedua muncul juga bentuk Seni berbicara yang fokus terhadap dialog sebagai elemen utamanya. Yang pertama disebut sebagai Opera atau dapat merujuk pada Drama Musikal. Sementara yang kedua disebut sebagai Drama.

Sejalan dengan perkembangan tersebut, kata Drama terus bertahan maknanya, tetapi kata Teater meluas maknanya. Kata teater masih diartikan sebagai tempat pementasan berlangsung, namun dapat dipergunakan untuk pementasan yang berlangsung juga.

Meskipun hal tersebut menyebabkan ketupang-tindihan bahasa, namun memiliki sisi terang pula. Melalui istilah Teater, kita dapat mengetahui banyak warisan budaya seni pementasan lainnya selain drama seperti: pertunjukan rakyat, pantomim, wayang, kabaret, monolog, dsb.

Unsur-Unsur Seni Teater

Karena Seni Teater adalah karya seni yang melibatkan banyak orang dalam pementasannya, maka teater terdiri dari banyak unsur dan beberapa unsur memiliki unsur pembentuknya sendiri. Misalnya, salah satu unsur pembentuknya adalah pemeran, pemeran memiliki berbagai unsur-unsur pembentuknya juga seperti: gerak dan penghayatan.

Berikut ini akan dijelaskan beberapa unsur Seni Teater yang penting untuk diketahui:

Unsur Internal Seni Teater

Unsur internal Seni teater adalah unsur yang membentuk pementasan dari dalam sebuah pertunjukannya sendiri. Dalam artian unsur-unsur ini hadir berkenaan langsung dengan apa yang dilihat oleh penonton di depan layar. Unsur internal tersebut terdiri dari:

Naskah/Lakon

Naskah adalah rangkaian peristiwa atau kisah yang dibawakan dalam suatu pertunjukan. Terdapat beberapa bentuk lakon, misalnya: tragedi, komedi, tragedi komedi, melodrama, dsb. Naskah atau Lakon terbentuk oleh beberapa unsur, yakni: alur, tema, tokoh, karakter, setting dan sudut pandang.

Pemeran/Pemain/Aktor

Pemeran adalah pelaku atau pemain yang berakting atau berbuat seolah-olah menjadi seseorang yang bukan dirinya untuk dapat berdialog memainkan naskah suatu pementasan. Pemeran atau Aktor terdiri dari unsur-unsur pembentuknya yaitu: tubuh, gerak, suara dan penghayatan.

Penjelasan lebih lengkap mengenai pemeran atau pemain, dapat dibaca pada tautan dibawah ini.

Baca juga: Seni Peran: Pengertian, Gaya, Unsur, Persona Teknik

Sutradara

Sutradara adalah koordinator suatu pementasan. Tugas utamanya adalah mengarahkan seluruh unsur internal lain pada pertunjukan. Sutradara mengarahkan bagaimana para Pemeran berakting, bisa juga ikut membedah naskah untuk mengembangkannya. Seorang sutradara adalah Man in charge yang menentukan bagaimana sebuah pertunjukan akan digelar.

Pentas / Panggung

Pentas merupakan tempat dimana sebuah pertunjukan akan digelar. Unsur ini berperan sebagai penunjang pembangunan suasana dan unsur lainnya dari suatu pementasan. Pentas terdiri dari unsur-unsur pembentuknya seperti: properti, tata lampu, dll.

Unsur Eksternal Seni Teater

Unsur eksternal seni teater adalah unsur atau elemen pembentuk yang berkenaan dengan berbagai kebutuhan Seni Teater di belakang layar. Beberapa unsur tersebut akan dibahas di bawah.

Staf Produksi

Merupakan tim atau individual yang menyiapkan personel atau petugas pertunjukan dan hal lain yang berkenaan dengan kebutuhan terwujudnya suatu pementasan. Kebutuhan-kebutuhan tersebut termasuk mengurus anggaran biaya, program kerja, fasilitas, dsb.

Stage Manager

Adalah seseorang yang bertanggungjawab untuk mematsikan segala sesuatu yang berkaitan dengan panggung dapat berjalan dengan baik. Stage Manager membantu sutradara untuk memastikan Pentas/Panggung dapat menunjang pertunjukan.

Desainer

Desainer bertanggung jawab untuk mendukung aspek estetika visual yang berkenaan dengan kebutuhan suatu pementasan. Desainer merancang dan membuat properti, kostum, hingga ke tata rias para Pemeran.

Sutradara

Biasanya sutradara masih dimasukan dalam unsur ini. Kenapa? Karena sutradara bekerja melintasi kedua pembagian Unsur Teater. Sutradara juga harus menentukan siapa saja Pemeran atau Aktor yang akan bermain pada suatu pertunjukan.

Jenis-Jenis Seni Teater

Drama

Drama adalah bentuk Teater yang mengandalkan Dialog sebagai fokus utama dari pembawaan Lakonnya. Meskipun begitu Drama tetap menggunakan berbagai unsur pendukung lainnya seperti musik, kostum, pencahayaan, dsb. Drama juga terkadang dilengkapi oleh monolog dan teater gerak.

Drama Musikal

Drama musikal adalah seni teater yang mengedepankan iringan musik dan olah vokal dalam membawakan suatu lakon. Bahkan sebuah lagu dapat dijadikan penghantar suatu fragmen atau scene penting dalam suatu naskah.

Teater Gerak

Teater gerak adalah seni teater yang hanya menggunakan unsur Gerak pada pemainnya. Ya, pementasan ini tidak menggunakan Dialog atau Monolog sedikitpun, tidak ada unsur Suara disini. Pementasan hanya didukung oleh unsur gerak, tubuh dan penghayatan pemerannya saja. Pantomim adalah salah satu contoh dari Teater Gerak.

Drama Teatrikal

Drama teatrikal, atau Seni Teatrikal adalah suatu pertunjukan Teater yang menampilkan pementasan tanpa naskah yang harus menceritakan suatu kisah. Jenis Teater yang satu ini dapat bersifat sangat abstrak dan eksperimental untuk mengangkat ideologi Seni Murni.

Baca juga: Seni Rupa Murni: Pengertian, Batasan, Fungsi & Contoh

Monolog

Monolog merupakan pertunjukan yang hanya menggunakan komunikasi satu arah[monolog] dari pemerannya. Pemain berbicara sendiri tanpa ada lawan bicara dan menyampaikan berbagai kisah atau gagasan yang ingin dibawakan pada pementasan.

Referensi

  1. Barranger, Milly S. [1994]. Understanding Plays. Boston: Allyn and Bacon.
  2. Yudiaryani. [2002]. Panggung Teater Dunia, Perkembangan dan Perubahan Konvensi. Yogyakarta: Pustaka Gondho Suli.
  3. Sumardjo, Jakob. [1966]. Ikhtisar Sejarah Teater Barat, Bandung : Angkasa.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề