Ada berapa bentuk/model pengapian pada sepeda motor jika ditinjau dari sumber tegangannya

GridOto.com - Selain mesin, listrik berfungsi penting dalam menunjang kinerja motor.

Kelistrikan pada sepeda motor berfungsi untuk menghidupkan lampu-lampu, termasuk mendukung sistem pengapian yang berguna memercikkan api dari busi untuk menciptakan proses pembakaran di ruang mesin.

Bahkan pada motor-motor saat ini yang dibekali teknologi injeksi, listrik sangat penting, untuk menyuplai perangkat ECU, yang bertugas mengontrol pengapian dan semprotan bahan bakar.

Listrik pada kendaraan bermotor sendiri disuplai oleh battery atau aki, yang memiliki standar tegangan 12 volt.

Selain menyalurkan arus untuk komponen kelistrikan motor, aki juga menampung listrik yang dihasilkan kerja beberapa komponen lain seperti alternator [spul], regulator rectifier [kiprok], dan tentunya battery.

Mau tahu fungsinya? Yuk simak.

[BACA JUGA: Bikin Headlamp Motor dan Mobil Jadi Kinclong Lagi Pakai Nano Burn Coating, Cek Videonya]

Alternator

Biasa disebut spul, perangkat ini berfungsi menghasilkan listrik dari energi kinetik putaran mesin motor.

Energi listrik yang dihasilkan spul akan disuplai ke aki, dan untuk kebutuhan arus lampu penerangan motor.

You're Reading a Free Preview
Page 3 is not shown in this preview.

Sistem pengisian dan penerangan dalam sepeda motor merupakan sistem kelistrikan yang saling berkaitan. Skema [diagram kelistrikan] sistem pengisian dan penerangan sepeda motor dapat dilihat pada gambar di bawah ini.


Sistem Pengisian

Sistem pengisian berfungsi sebagai pendukung fungsi baterai. Fungsi baterai pada sepeda motor adalah untuk mensuplai kebutuhan listrik pada komponen komponen sistem kelistrikan seperti motor starter, lampu-lampu dan sistem kelistrikan lainnya. Satu hal yang perlu diingat adalah kapasitas baterai yang sangat terbatas, sehingga tidak akan dapat mensuplai kebutuhan tenaga listrik secara terus-menerus.

Baterai harus selalu terisi penuh agar dapat mensuplai kebutuhan listrik setiap waktu yang diperlukan oleh sistem kelistrikan pada sepeda motor tersebut. Untuk itu pada sepeda motor diperlukan sistem pengisian yang memproduksi tenaga listrik untuk mengisi kembali baterai sekaligus mendukung kinerja baterai mensuplai kebutuhan listrik ke sistem yang membutuhkannya pada saat sepeda motor dihidupkan.

Komponen Sistem Pengisian Sepeda Motor

1]      Sumber Tegangan, berfungsi sebagai penyedia tegangan yang digunakan untuk mengisi baterai dan mensuplai kebutuhan sistemsistem kelistrikan. Sumber tegangan yang digunakan pada system pengisian sepeda motor merupakan sumber tegangan AC [Alternating Current], yang sering disebut Alternator. Alternator terdiri atas Kumparan Pembangkit [Kumparan Stator] dan Magnet permanen [Rotor], berfungsi untuk mengubah energi mekanis yang didapatkan dari putaran mesin menjadi tenaga listrik arus bolakbalik [AC].

2]      Baterai, merupakan penyimpan tenaga listrik yang dihasilkan oleh sistem pengisian, energi listrik diubah kedalam bentuk energi kimia. Baterai juga berfungsi sebagai penyedia tenaga listrik sementara [dalam bentuk tegangan DC] yang diperlukan oleh sistem-sistem kelistrikan sepeda motor, dengan didukung oleh sistem pengisian.

Konstruksi sel baterai dari bak/case, plat positif, plat negatif dan elektrolit baterai. Setiap sel baterai menghasilkan beda tegangan 2 volt. Karena pada umumnya sistem kelistrikan sepeda motor menggunakan referensi tegangan 12 volt, maka sebuah baterai 12 volt didapatkan dengan menggabungkan 6 sel baterai yang

dirangkai secara seri.

Kapasitas baterai merupakan kemampuan baterai menyimpan sejumlah muatan listrik, dinyatakan dalam satuan amper hour [AH]. Di dalam baterai saat terjadi pengosongan maupun pengisian terjadi reaksi kimia antara plat positif, elektrolit dan plat negatif. Reaksi tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :

Dari reaksi di atas terdapat perubahan muatan pada plat [+], elektrolit maupun plat [-]. Elektrolit baterai yang penuh [2H2SO4] berat jenisnya [b.j] lebih besar dibanding saat kosong [2H2O], sehingga kita dapat memeriksa kapasitas listrik dalam baterai dengan pendekatan berat jenis elektrolitnya. Hydrometer merupakan alat yang digunakan untuk mengukur berat jenis elektrolit baterai. Besar b.j elektrolit baterai dipengaruhi oleh perubahan temperatur, yang akan berubah sebesar 0,007 setiap perubahan 1oC. Spesifikasi b.j elektrolit normal adalah pada 20oC, maka apabila pengukuran dilakukan tidak pada temperatur normal perlu dilakukan konversi menggunakan rumus di bawah ini.

Pada saat kita akan mengisi baterai menggunakan battery charger besar arus dan lamanya waktu pengisian tergantung dari kapasitas baterai dan prosentase pengosongan baterai yang didapatkan dari hasil pengukuran b.j elektrolit. Grafik hubungan antara b.j elektrolit dan besar prosentase pengosongan baterai tertera di bawah ini.

Besar arus untuk pengisian normal maksimal 10% dari kapasitas baterai, sedangkan untuk pengisian cepat besarnya arus pengisian maksimal 50% dari kapasitas baterai. Lama waktu pengisian dapat dirumuskan sebagai berikut 

3]  Rectifier, merupakan serangkaian komponen elektronik, fungsi utama rectifier adalah sebagai penyearah arus bolak-balik yang dihasilkan alternator menjadi arus searah. Pada sistem pengisian sepeda motor, rectifier juga berfungsi sebagai pengatur/pembatas [regulator] arus dan tegangan pengisian yang masuk ke baterai maupun ke lampu-lampu pada saat tegangan baterai sudah penuh maupun pada putaran tinggi. Terdapat berbagai jenis rectifier yang digunakan pada system pengisian sepeda motor, diantaranya : a] silikon rectifier, b] silicon regulator rectifier, c] selenium rectifier, dan d] regulator rectifier.

Regulator rectifier tipe 4 terminal merupakan jenis rectifier yang belakangan ini populer digunakan pada sistem pengisian & penerangan sepeda motor.

4]    Sekering [10 A], sebagai pengaman rangkaian sistem pengisian terhadap kemungkinan adanya hubungan singkat.

Sistem Penerangan

Sistem penerangan berfungsi sebagai penerangan utama sepeda motor pada saat beroperasi pada keadaan jalan yang gelap [terutama pada malam hari].

Sistem Penerangan Sepeda Motor dibagi 2 :

1]      Sistem Penerangan Tipe AC

Sumber tegangan didapat dari alternator, sehingga arus yang digunakan merupakan arus bolak-balik [AC]. Sistem penerangan tipe AC banyak digunakan pada kendaraan tipe Cub. Sistem penerangan tipe AC mempunyai kelemahan dimana untuk mengoperasikan lampu harus menyalakan motor terlebih dahulu, disamping itu nyala lampu tidak stabil, sangat tergantung kepada naik-turunnya putaran motor [rpm].

2]      Sistem Penerangan Tipe DC

Sumber tegangan diperoleh dari tegangan baterai [yang disuplay oleh sistem pengisian], sehingga arus yang digunakan merupakan arus searah [DC].

Keuntungan sistem penerangan tipe DC :

a]      Lampu penerangan dapat dioperasikan walaupun motor dalam kondisi dimatikan

b]      Nyala lampu terang dan stabil, tidak tergantung kepada putaran motor [rpm]

Jika anda ingin melihat selengkapnya bisa klik disini Download untuk mendapatkan

filenya. semoga bermanfaat dan terima kasih atas kunjungannya!!!

Page 2

Amrie Muchta 10/20/2017

Advertisement

Macam macam sistem pengapian - Pernahkan anda memikirkan mengapa busi bisa mengeluarkan api ? mungkin beberapa dari anda sudah mengetahuinya bahwa busi sebenarnya tidak mengeluarkan api melainkan memercikan energi listrik. Namun, dari mana listrik sebesar itu hingga bisa berwujud seperti pantikan api ?

Kita tahu, sistem kelistrikan kendaraan menggunakan baterai dengan daya 12 volt. Tegangan sebesar ini dipastikan tidak akan mengeluarkan pantikan pada celah sebesar 0,8 mm. Untuk itu ada rangkaian peningkatan tegangan listrik agar listrik mampu keluar dari elektroda busi dalam wujud percikan api.

Rangkaian ini, disebut rangkaian sistem pengapian. Terhitung ada sekitar 4 tipe pengapian pada kendaraan, antara lain ;

  • Sistem pengapian konvensional
  • Sistem pengapian transistor [elektronik]
  • Sistem pengapian CDI [Sepeda motor]
  • Sistem pengapian DLI


Apa pengertiannya ? apa perbedaanya ? dan bagaimana cara kerjanya ? bisa anda simak semuanya pada artikel dibawah ini.



1. Sistem Pengapian Konvensional

Sistem pengapian konvensional merupakan rangkaian pengapian dengan kinerjanya secara mekanis. Mengapa disebut secara mekanis ? karena dalam hal melakukan pengubahan tegangan dilakukan secara mekanis dengan memutuskan arus primer coil menggunakan kontak pont.

Kontak point ini disebut juga sebagai platina karena ujung point ini berbahan platina. Platina, secara normal akan terhubung dengan massa, tapi apabila kaki platina terkena cam maka kontak akan terputus. Terputusnya kontak platina ini digunakan untuk meningkatkan tegangan primer dengan cara induksi elektromagnet.

Selain itu, untuk membagi busi mana yang hidup juga digunakan sistem mekanis dengan menggunakan bantuan rotor dan distributor. Komponen distributor ini terhubung dengan crankshaft sehingga saat rotor distributor berputar maka tegangan hasil induksi akan didistribusikan ke semua busi sesuai fairing order.

Baca pula ; Cara kerja sistem pengapian konvensional

Meski memakai sistem mekanis, tipe pengapian konvensional menjadi dasar terciptanya sistem pengapian modern. Saat ini, sudah sangat jarang kita temui mobil-mobil dengan sistem ini karena dari segi efisiensi listrik kalah dengan pengapian modern.



2. Sistem Pengapian Transistor

Sistem pengapian transistor menjadi skema pengapian dengan komponen elektronika, namun masih tetap ada beberapa komponen mekanis. Sistem pengapian transistor adalah rangkaian kelistrikan yanh menggunakan transistor sebagai pemutus arus primer.

Secara prinsip, sistem ini sama seperti sistem konvensional hanya saja ada output kumparan primer coil akan dihubungkan dengan sebuah transistor selaku saklar elektronik. Sementara untuk membagi tegangan, komponen distributor tetap disediakan.

Ada dua macam pengapian transistor yakni
  • Tipe semi-transistor, masih menggunakan kontak point yang dijadikan pemutus arus basis pada kaki transistor.
  • Tipe fully-transistor, tipe full transistor menggunakan signal generator yang menggantikan kontak point. Penggunaan signal generator ini tidak menimbulkan gesekan karena bekerja secara magnetic. Selengkapnya simak cara kerja pengapian elektronik.


3. Sistem pengapian CDI

Sistem pengapian berikutnya lebih banyak diaplikasikan pada sepeda motor. Pengapian CDI menggunakan capasitor yang dapat menyimpan dan mengeluarkan semua arusnya dengan cepat.

Cara kerja CDI dimulai ketika magnet menghasilkan arus saat engkol mesin berputar. Arus yang dihasilkan dalam bentuk AC akan disalurkan kedalam Capasitor unit agar arusnya bisa diserap. Dilain tempat ada pulser yang akan menentukan timming pengapian berdasakan kemagnetan.

Saat pulser mengirimkan triger maka capasitor akan mengeluarkan [discharge] seluruh arus listriknya ke coil primer. Didalam coil tegangan listrik diperbesar lagi sehingga mampu mengeluarkan api pada busi. Lebih detailnya bisa anda simak pada cara kerja pengapian CDI motor.


4. Sistem pengapian DLI

DLI merupakan singkatan dari distributor less ignition. Seperti namanya, sistem ini tidak menggunakan komponen distributor. Lantas, bagaimana kinerjanya ?

DLI banyak diaplikasikan pada mobil-mobil modern, biasanya menggunakan dual coil pack atau single coil pack. Dengan kata lain, setiap busi akan dilayani oleh sebuah coil, sehingga satu coil hanya akan meningkatkan tegangan untuk satu busi.

Dalam hal ini, pada mesin 4 silinder misalnya maka ada 4 input yang masing-masing akan memberi perintah kapan coil akan bekerja. Input ini diatur oleh ECM dengan bantuan sensor CKP, CMP dan beberapa sensor lain.

Pada tipe single coil pack maka keberadaan kabel busi juga ditiadakan karena output coil akan langsung disalurkan melalui per ke busi, Tentunya ini meningkatkan efisiensi penyaluran energi listrik. Untuk mempelajari DLI bisa anda simak cara kerja pengapian DLI

Demikian artikel lengkap dan detail mengenai macam macam sistem pengapian pada mobil dan motor, semoga bisa menambah wawasan kita dan bermanfaat bagi kita semua.

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề