Jelaskan dengan singkat tiga metode pemecahan masalah dalam sosiologi

Oleh Aletheia Rabbani 7/12/2018 09:30:00 AM

Masalah Sosial

Rouck dan Warren [1984], mengatakan bahwa masalah sosial berdasarkan definisi yang paling tepat adalah masalah yang ditimbulkan oleh masyarakat itu sendiri. Dengan demikian masalah sosial adalah masalah yang melibatkan sejumlah besar manusia dengan cara-cara yang menghalangi pemenuhan kehendak-kehendak biologis dan sosial yang ditetapkan mengikuti garis yang disetujui masyarakat. Masalah yang tergolong masalah sosial murni adalah masalah yang berhubungan dengan terjadinya benturan institusi, rendahnya pengawasan sosial atau kegagalan menggunakan kaidah-kaidah teknologi yang tepat; kesemuanya ini tidak dapat diselesaikan dengan jalan keluar yang memuaskan. Gejala-gejala masalah sosial itu biasanya berupa kurang terjaminnya kehidupan ekonomi, kurang terjaminnya kesehatan masyarakat, menurunnya kewibawaan pemimpin dan berbagai bentuk konflik kepribadian yang terjadi dalam kehidupan masyarakat. Disebut sebagai masalah sosial oleh karena gejala-gejala dan peristiwanya banyak tidak dapat dipahami oleh masyarakat secara sempurna, tidak dapat diselesaikan dan tidak pula dapat mengambil tindakan yang sewajarnya. Oleh karena sebagian besar masyarakat tidak dapat mencapai kepuasan sebagaimana diharapkan, maka akibatnya masyarakat menjadi frustrasi. Berbagai usaha dan cara telah banyak dilakukan orang untuk menanggulangi masalah sosial, akan tetapi belum ada metode ampuh yang dapat menuntaskan setiap masalah sosial yang timbul. Kesulitannya, karena masalah-masalah yang timbul tidak selalu sama, baik latar belakang, waktu, maupun pengaruh-pengaruh yang menyertainya. Sementara metode dan analisis untuk itu tidak mampu mengimbangi cepatnya perubahan-perubahan yang terjadi dalam masyarakat. Keterlambatan untuk dapat menanggulangi masalah sosial, oleh karena gejala-gejala masalah yang timbul tidak langsung dapat dirasakan sebagai masalah sosial bagi masyarakat, sebelum masalah tersebut menimpa sebagian besar kehidupan masyarakat.

Menurut Soerjono, oleh karena ilmu pengetahuan kemasyarakatan pada umumnya belum sanggup untuk menetapkan secara mutlak dan pasti apa yang merupakan masalah sosial [tertulis: problema sosial] yang pokok. Lagi pula pengaruh pemecahan-pemecahan masalah sosial tidak dirasakan dengan segera, akan tetapi setelah jangka waktu yang cukup lama supaya meresap dan dapat diterima oleh masyarakat yang bersangkutan. Oleh karena masalah-masalah sosial itu menyangkut nilai-nilai dan perasaan-perasaan sosial, maka diusulkan bahwa metode yang paling tepat untuk dapat menanggulangi masalah sosial tersebut adalah metode-metode yang berhubungan dengan strategi kemasyarakatan.

Secara umum ada dua metode dalam penanggulangan masalah sosial, yaitu metode yang bersifat preventif dan metode yang bersifat represif. Metode preventif dilakukan dengan mengadakan penelitian yang mendalam terhadap kemungkinan gejala-gejala sosial yang dapat menimbulkan masalah sosial. Sedangkan metode represif adalah proses penanggulangan secara langsung terhadap masalah sosial yang sedang tumbuh dan dirasakan oleh masyarakat; artinya tindakan penanggulangan baru akan dilakukan setelah gejala-gejala sosial itu dapat dipastikan sebagai masalah sosial.

Dalam buku Sosiologi Kelompok dan Masalah Sosial [Abdul Syani: 1987], disebutkan ada beberapa metode untuk menanggulangi masalah sosial, yaitu:


1. Metode coba-coba [trial and error methods], yaitu cara penanggulangan masalah sosial paling sederhana. Metode ini sering digunakan untuk menanggulangi masalah sosial pada masyarakat yang masih tergolong sederhana. Kadang-kadang dilakukan dengan bantuan seorang dukun, atau dengan memberikan sesajen yang diletakkan pada tempat-tempat tertentu. Ada pula sebagian masyarakat yang melakukan upacara adat tolak bala, yang dimaksudkan agar bahaya dan berbagai penyakit tidak melanda kehidupan masyarakat setempat. 2. Metode analisis, yaitu cara penanggulangan masalah sosial dengan melakukan penelitian-penelitian secara ilmiah. Para penelitinya melakukan pengumpulan data sebagai dasar untuk mencari penyebab-penyebab timbulnya masalah sosial yang sedang terjadi; atau secara langsung menerapkan hasil keputusan pemikiran-pemikiran tertentu untuk meniadakan masalah sosial tersebut. Metode ini tidak semata-mata mendasarkan pada kenyataan yang ada, tetapi juga mempertimbangkan cara-cara yang bersifat tradisional. Metode ini berusaha menyesuaikan diri terhadap kebiasaan-kebiasaan masyarakat; sebab jika tidak, akan sulit bekerja sama dengan masyarakat desa, lantaran mereka biasanya bersifat konservatif. Penerapan metode ini selalu disertai oleh pertimbangan-pertimbangan tertentu terhadap nilai-nilai sosial beserta adat istiadat masyarakat setempat agar terdapat keseimbangan dan kerja sama yang harmonis dalam usaha penanggulangan masalah-masalah sosial tersebut. 3. Perencanaan sosial, yaitu suatu metode yang didasarkan pada fakta-fakta menurut hasil penelitian-penelitian ilmiah dan bukan berdasarkan pengalaman-pengalaman praktis atau penelitian-penelitian tanpa perhitungan. Pemikirannya adalah usaha yang berorientasi pada masa depan dengan ukuran waktu dan biaya yang telah ditetapkan. Perencanaan sosial berarti usaha memperhitungkan dan menciptakan kehidupan masyarakat yang lebih serasi sesuai dengan lajunya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Secara sosiologis, perencanaan sosial pada dasarnya merupakan alat untuk mempermudah usaha manusia menuju kepada suatu kemajuan sosial [social progress]. Untuk menuju ke arah kemajuan tersebut, tidak hanya tergantung pada campur tangan pemerintah, akan tetapi lebih diutamakan dukungan masyarakat, oleh karena masyarakatlah yang langsung terlibat dalam setiap proses perubahan-perubahan masyarakat itu. Suatu perencanaan sosial tidak akan banyak berarti, jika anggota-anggota masyarakat tidak mampu berperan aktif dan tidak dapat bekerja sama dalam menanggulangi masalah sosial. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa perencanaan sosial dimaksudkan sebagai usaha untuk mengurangi atau meniadakan masalah-masalah sosial yang timbul akibat dari ketimpangan-ketimpangan atau ketidaksesuaian antara perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan aspek-aspek kebudayaan non-material dalam masyarakat.

Ket. klik warna biru untuk link

Sumber
Syani, Abdul. 1992. Sosiologi; Skematika, Teori, dan Terapan. Bumi Aksara. Jakarta

Download

Baca Juga


1. Kegunaan Sosiologi dalam Perencanaan Sosial
1. Kegunaan Sosiologi dalam Pembangunan
2. Kegunaan Sosiologi dalam Penelitian

Materi Sosiologi SMA 


1. Materi Sosiologi Kelas X Bab 1.1 Fungsi Sosiologi untuk Mengenali Gejala Sosial di Masyarakat [Kurikulum Revisi 2016]
2. Materi Sosiologi Kelas X Bab 1.2 Fungsi Sosiologi untuk Mengenali Gejala Sosial di Masyarakat [Kurikulum Revisi 2016]
3. Materi Sosiologi Kelas X. Bab 1. Fungsi dan Peran Sosiologi [Kurikulum 2013]
4. Materi Sosiologi Kelas X. Bab 1. Sosiologi sebagai Ilmu tentang Masyarakat [KTSP]
5. Materi Ujian Nasional Kompetensi Teori dan Pengetahuan Sosiologi    

Squad, siapa yang sering melihat atau mengalami permasalahan sosial? Dalam kehidupan bermasyarakat sehari-hari, tentu setiap orang pernah mengalami masalah, baik dalam lingkup antar individu maupun antar kelompok. Nah Squad, jangan sangka permasalahan sosial yang terlihat abstrak dan kompleks di masyarakat saat ini tidak ada dasar ilmiahnya. Meskipun permasalahan sosial antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lain berbeda-beda dan dipengaruhi oleh nilai, keyakinan pengalaman hidup dan periode sejarah, ternyata ada tiga teori yang menjelaskan permasalahan sosial di masyarakat. Yuk, kita simak tiga teori permasalahan sosial! Keep scrolling!

Teori Fungsionalis

Teori ini mengemukakan bahwa semua bagian di masyarakat mempunyai fungsinya masing-masing dalam masyarakat tersebut. Semua bagian masyarakat ini saling bekerjasama untuk membangun tatanan sosial yang stabil dan harmonis. Jika terdapat Satu elemen dari masyarakatnya tidak memfungsikan tugasnya dengan baik, maka dapat menimbulkan ketidakteraturan di sebuah keadaan sosial. Pada akhirnya ketidakteraturan itu menimbulkan suatu bentuk masalah sosial.

Berdasarkan teori fungsional ini, ada dua pandangan tentang masalah sosial. Kedua pandangan tersebut adalah patologi sosial dan disorganisasi sosial. Dalam patologi sosial, permasalahan sosial diibaratkan sebagai penyakit dalam diri manusia. Penyakit yang timbul tersebut, penyebabnya ialah salah satu bagian tubuh tidak mampu bekerja dengan baik sesuai dengan fungsinya.

Dalam teori fungsionalis, pelaku kriminal termasuk dalam penyakit sosial yang merusak tatanan fungsi sosial di masyarakat yang stabil.

[sumber: jogja.tribunnews.com]

Penyakit sosial seperti kriminalitas, kekerasan, dan kenakalan remaja tumbuh dalam masyarakat karena peran-peran sosial seperti institusi keluarga, agama, ekonomi dan politik sudah tidak berfungsi maksimal dalam mensosialisasikan nilai dan norma yang baik. Sedangkan menurut pandangan disorganisasi sosial, masalah sosial bersumber dari perubahan sosial yang cepat, yang kemudian mempengaruhi norma sosial. 

Teori Konflik

Menurut teori ini, masalah sosial muncul dari berbagai macam konflik sosial, yaitu konflik kelas, konflik etnis dan konflik gender. Ada dua perspektif dalam teori konflik, yaitu teori Marxis dan teori Non-Marxis. Teori Marxis terjadi karena adanya ketidaksetaraan dalam kelas sosial. Oleh karena itu, Teori Marxis muncul untuk menyelesaikan masalah-masalah yang timbul akibat ketidaksetaraan tersebut. Berbeda dengan Teori Marxis, teori Non-Marxis berfokus pada konflik antarkelompok sosial di masyarakat. Konflik tersebut disebabkan oleh kepentingan yang berbeda antara satu kelompok dengan yang lain. 

Teori Interaksi Simbolis

Teori ini mengemukakan bahwa setiap orang bertindak berdasarkan makna simbolik yang muncul dalam sebuah situasi tertentu. Ada dua paham dalam teori ini yang mengkaji tentang masalah sosial. Teori pertama adalah teori pelabelan [labelling theory]. Menurut teori pelabelan, sebuah kondisi sosial di dalam masyarakat dikatakan bermasalah karena kondisi tersebut sudah dianggap sebagai suatu masalah.

Baca Juga: Teori Konflik Karl Marx dalam Permasalahan Sosial

Teori kedua adalah teori konstruksionisme sosial. Berdasarkan teori konstruksionisme sosial, masalah sosial merupakan hasil konstruksi manusia, yang disebabkan oleh interaksi intens individu dengan orang-orang yang mendefinisikan hal-hal menyimpang sebagai suatu hal yang biasa atau bahkan positif.

Gimana, Squad? Kira-kira permasalahan sosial yang terjadi di sekitar kamu bisa dipahami melalui teori yang mana, ya? Semoga setelah memahami 3 teori mengenai permasalahan sosial, kamu bisa lebih bijak dalam menghadapi konflik yang terjadi di lingkungan sekitarmu, ya! Kamu masih ingin belajar lebih lanjut tentang permasalahan sosial? Yuk, belajar di ruangbelajar! Saksikan video belajar beranimasi yang dipandu oleh Master Teacher berpengalaman. Jangan lupa ajak teman-temanmu ya, supaya belajar sosiologi jadi lebih mudah! 

Tetap semangat belajarnya ya, Squad :]

Referensi:

Ritzer, G. [2014]. Teori Sosiologi: dari Sosiologi Klasik sampai perkembangan Terakhir Postmodern. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Sumber Gambar:

//jogja.tribunnews.com/2020/09/16/terungkap-mayat-perempuan-di-kebun-tebu-di-magelang-pelaku-bunuh-korban-karena-utang

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề