Jelaskan empat dampak negatif teknologi ruang angkasa bagi kehidupan manusia

Bisnis.com, JAKARTA -  Seiring semakin populernya teknologi antariksa di berbagai negara, jumlah benda antariksa buatan pun terus meningkat. Begitupun dengan sampah antariksa yang dihasilkannya.

Menurut Lapan RI dikutip dari situs resminya, jika berdasarkan benda-benda berukuran 10 cm ke atas maka jumlah sampah saat ini diperkirakan telah mencapai lebih dari 34.000. Sebagian besar benda-benda ini bisa diamati dengan baik sehingga bisa dibuat katalog orbitnya.

Benda dalam katalog orbit bisa diproyeksi di mana lokasinya di masa depan sehingga antisipasi bisa dilakukan sekiranya diperkirakan tabrakan akan terjadi.

Baca Juga : Tidak Hanya Asteroid, Ini Fenomena Antariksa Lain Hingga 3 Mei

Bagaimana jika memperhitungkan benda-benda kecil di luar katalog? Hingga Februari 2020, jumlah benda yang ukurannya antara 1 hingga 10 cm diperkirakan sebanyak 900.000. Adapun benda berukuran antara 1 mm hingga 1 cm diperkirakan sebanyak 128 juta.

Jumlah benda-benda kecil ini diketahui dari pengukuran dengan menempatkan sensor di luar angkasa [in situ measurement] dan pemodelan.

Dilihat dari ukurannya, sampah berukuran antara 1 hingga 10 cm lah yang paling mengkhawatirkan. Kenapa? Karena mereka ini cukup kecil sehingga tidak bisa diamati dengan baik untuk dimasukkan ke dalam katalog orbit sementara di sisi lain mereka cukup besar sehingga masih memiliki daya rusak yang tinggi.

Baca Juga : Dentuman di Jawa, Suara Petir Hingga Longsoran Tanah

Karena banyaknya jumlah sampah antariksa itu, maka sejak tahun 1994 sampah antariksa [space debris] telah menjadi agenda khusus di Scientific and Technical Subcommitte [STSC] PBB yang bersidang sekali setiap tahun.

Lantas apa sebenarnya sampah antariksa [space debris atau space junk] itu? Seperti yang dimaksud oleh PBB dalam pedoman mitigasi sampah antariksanya pada dasarnya adalah semua benda buatan yang mengorbit Bumi namun tidak memiliki fungsi.

Benda-benda ini di antaranya adalah satelit-satelit yang sudah tidak beroperasi lagi karena sudah habis masa kerjanya dan roket-roket yang sudah menjalankan tugasnya mengorbitkan satelit.

Untuk gampangnya sebut saja mereka dengan satelit dan roket bekas. Tapi itu hanya sebagian kecil dari populasi sampah antariksa yang sebagian besar berupa serpihan-serpihan kecil yang berasal dari satelit dan roket yang pecah [fragmentation debris]. Kenapa pecah?

Ada dua penyebab mengapa satelit atau roket pecah. Pertama karena meledak; kedua karena tertabrak. Ledakan bisa terjadi pada satelit atau roket bekas yang masih menyisakan bahan bakar di tanki atau saluran bahan bakarnya.

Ini terjadi jika ada kebocoran atau percampuran komponen-komponen bahan bakar akibat pengaruh lingkungan antariksa terhadap satelit atau roket bersangkutan yang selanjutnya memicu self-ignition. Adapun tabrakan bisa terjadi melalui dua cara: tanpa disengaja dan disengaja. Tabrakan yang tanpa disengaja terjadi jika benda bersangkutan ditabrak oleh benda antariksa lainnya secara alami; tabrakan yang disengaja terjadi jika kejadiannya memang direncanakan.

Apa kontributor terbesar dalam populasi sampah antariksa? Sebelum tahun 2007, kontributor terbesar sampah antariksa adalah serpihan karena ledakan. Akan tetapi setelah itu serpihan akibat tabrakan antara dua benda antariksa mengambil alih status tersebut. Ini terjadi ketika China menembak satelit bekas mereka bernama Fengyun-1C yang mengorbit di ketinggian sekitar 850 km untuk menguji sistem anti satelit mereka pada 11 Januari 2007.

Satelit berbobot 960 kg ini pecah berantakan menghasilkan ribuan sampah baru yang tersebar di ketinggian 200 hingga di atas 4.000 km. Karena ketinggiannya, hingga kini baru sebagian kecil sampah tersebut yang jatuh ke Bumi dan habis terbakar. Biasanya uji anti satelit yang dilakukan negara lain dilakukan di ketinggian yang cukup rendah sehingga sampah yang dihasilkan tidak terlalu lama mengorbit.

Sampah antariksa juga bisa berupa benda apa saja yang terlepas di antariksa baik yang tidak disengaja maupun disengaja. Yang tidak disengaja seperti sarung tangan astronot, serpihan cat [paint flakes] dan pelindung permukaan [surface coating], dan lain-lain.

Yang disengaja adalah yang digolongkan mission related debris yakni sampah yang sengaja dilepaskan saat satelit dibawa oleh roket ke orbit atau selama satelit beroperasi seperti tutup lensa atau teleskop, baut, tanki bahan bakar yang sudah kosong, dan lain-lain. Selain benda-benda yang masih mengorbit Bumi, sampah antariksa juga mencakup benda-benda antariksa yang sedang mengalami reentry di atmosfer.

Dampak pada bumi

Sampah antariksa menjadi perhatian karena berpotensi mengganggu bahkan merusak satelit [atau apapun wahana antariksa] yang masih beroperasi. Ini dikarenakan kecepatannya yang luar biasa sehingga sampah yang berukuran sangat kecil pun memiliki energi yang cukup besar untuk menimbulkan kerugian.

Sampah antariksa bisa bergerak dengan laju mencapai 7 km/detik [25 ribu km/jam]. Akibatnya, sampah dengan berat 5 kg memiliki energi yang sebanding dengan sebuah mobil yang bergerak dengan kecepatan 100 km/jam. Dalam sebuah tabrakan antara dua benda antariksa buatan, rata-rata laju relatif antara kedua benda adalah sekitar 11 km/detik [mendekati 40 ribu km/jam]. Oleh karena itu tabrakan dengan sampah yang berukuran cukup besar mampu menghancurleburkan sebuah satelit seperti yang terjadi pada 10 Februari 2009.

Ketika itu satelit bekas milik Rusia bernama Cosmos 2251 menabrak satelit Iridium 33 milik Amerika Serikat yang masih beroperasi. Ribuan sampah baru kembali tercipta memperparah polusi di antariksa.

Sampah yang lebih kecil bahkan berukuran 1 mm pun tetap berpotensi merusak jika menabrak komponen satelit yang sensitif seperti lensa atau panel surya. 

Tapi, kecepatan saja tidak menceritakan semuanya. Hal yang menjadikan sampah antariksa akhirnya menjadi isu internasional adalah jumlahnya yang terus bertambah. Jika pertambahan ini terus berlangsung maka kepadatan di wilayah orbit tertentu suatu saat akan terlalu tinggi sehingga jika di situ terjadi tabrakan antara dua benda maka serpihan-serpihan yang terjadi akan memicu terjadinya tabrakan yang lain. Pada gilirannya, tabrakan yang lain ini akan memicu tabrakan yang lain lagi. Kejadian ini akan terus berulang sehingga terjadi reaksi berantai tabrakan benda antariksa yang dikenal dengan nama Kessler syndrome. Wilayah orbit yang diperkirakan akan mengalami skenario ini pertama kali adalah wilayah orbit rendah yang berada di ketinggian kurang dari 2000 km.

Jika Kessler syndrome sampai terjadi maka aktivitas keantariksaan bisa terhenti. Satelit-satelit yang sebelumnya beroperasi menjadi rusak/hancur dan di sisi lain tidak ada yang berani meluncurkan satelit baru. Ini akan berdampak nyata pada kehidupan umat manusia saat ini. Kenapa? Karena satelit telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kita saat ini.

Teknologi berbasis satelit [teknologi antariksa, space technology] ramai digunakan untuk keperluan komunikasi, navigasi, informasi cuaca dan bencana alam, penelitian, keamanan nasional, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain. 

Simak Video Pilihan di Bawah Ini :


Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

sampah antariksa

Dampak positif dari berkembangnya teknologi luar angkasa bagi suatu negara, yaitu sebagai sarana telekomunikasi, sebagai alat untuk memprediksi curah hujan, dan sebagai alat untuk memantau ancaman terhadap suatu negara.

Untuk lebih jelasnya, yuk pahami penjelasan berikut:

Perkembangan teknologi luar angkasa memberi banyak manfaat bagi kehidupan manusia. Persaingan teknologi luar angkasa yang berlangsung pada masa Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet membuat keduanya berlomba untuk mengembangkan teknologi luar angkasa, mulai dari meluncurkan satelit buatan hingga mengirimkan misi luar angkasa berawak. Beberapa dampak positif dari teknologi luar angkasa, di antaranya sebagai berikut.

  1. Sebagai sarana telekomunikasi.
  2. Sebagai alat untuk memprediksi curah hujan.
  3. Sebagai alat untuk memantau ancaman terhadap suatu negara.

Squad, kamu sadar nggak kalau di masa sekarang, semuanya itu sudah serba mudah dan canggih? Mau belanja tinggal buka handphone, mau jalan-jalan ke luar negeri bisa naik pesawat, bahkan sekarang kamu bisa tinggal di luar angkasa. Semua itu terjadi karena perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi [IPTEK] yang sangat pesat. Kira-kira bagaimana ya perkembangan IPTEK bermula? Baca terus yuk artikel ini biar kamu tahu sejarah perkembangan IPTEK di masa kini!

Teknologi Luar Angkasa Dunia

Kamu pasti tahu film Star Wars ‘kan? Ternyata Star Wars juga ada di kehidupan nyata. Istilah Star Wars dipopulerkan oleh Ronald Reagan pada tahun 1983 untuk kompetisi teknologi luar angkasa di masa Perang Dingin. Pengembangan teknologi luar angkasa oleh Amerika Serikat dan Uni Soviet dilakukan demi mendukung upaya penyebarluasan pengaruhnya.

Uni Soviet menjadi negara pertama yang berhasil meluncurkan satelit bernama Sputnik 1 pada 4 Oktober 1957. Pada November 1957 Uni Soviet meluncurkan satelit Sputnik II dengan menyertakan seekor anjing bernama Laika. Kemajuan Uni Soviet mulai disaingi oleh Amerika Serikat dengan meluncurkan satelit Explorer 1 pada 31 Januari 1958. Seolah tidak mau kalah, Uni Soviet “membalasnya” dengan mengirimkan Sputnik III pada 15 Mei 1958. Pada 4 Oktober 1959 Uni Soviet berhasil mengorbitkan satelit Lunik III yang dapat mengelilingi bumi dan bulan.

Momen terpenting dalam perkembangan teknologi ini terjadi ketika manusia berhasil melakukan perjalanan ke luar angkasa. Yuri Gagarin, kosmonot dari Uni Soviet, berhasil menjadi manusia pertama yang melakukan perjalanan ini pada 12 April 1961 dengan menggunakan pesawat Vostok 1 selama 108 menit. Disusul dengan John Glenn, manusia pertama yang mengorbit Bumi pada tanggal 20 Februari 1962 dengan pesawat Friendship 7 milik Amerika Serikat, dan Neil Amstrong sebagai manusia pertama yang mendarat di bulan pada tanggal 20 Juli 1969 dengan Apollo 11 milik Amerika Serikat.

Berakhirnya Perang Dingin membuka lembaran baru dalam perkembangan teknologi luar angkasa. International Space Station [Stasiun Luar Angkasa Internasional] didirikan oleh Amerika Serikat dan Rusia pada 20 November 1998 dan menjadi babak baru dalam perkembangan teknologi luar angkasa.

International Space Station [Stasiun Luar Angkasa Internasional] [Sumber: nasa.gov].

Teknologi Luar Angkasa Indonesia

Perkembangan teknologi luar angkasa ini tentunya juga membawa dampak bagi Indonesia. Pada 9 Juli 1976, diluncurkan satelit Palapa A1 yang berguna untuk mengatur Sistem Komunikasi Satelit Domestik [SKSD]. SKSD bermanfaat untuk mempermudah komunikasi antar daerah dan antar negara, menyambungkan komunikasi telepon, televisi, radio dan faksimili, serta menghubungkan jaringan internet. Selanjutnya Indonesia juga punya satelit Palapa B1 yang diluncurkan pada 16 Juni 1983.

Peluncuran satelit Palapa A1 [Sumber: mediaindonesia.com].

Selain punya satelit, saat itu Indonesia juga punya kosmonot lho. Adalah Pratiwi Sudarmono yang akan diberangkatkan untuk misi luar angkasa dari Indonesia. Sayang, dirinya belum berhasil berangkat karena meledaknya pesawat Challenger milik Amerika Serikat yang sedang diujicoba pada tanggal 28 Januari 1986.

Perkembangan teknologi persenjataan berkaitan erat dengan perkembangan militer khususnya ketika Perang Dunia dan Perang Dingin. Di masa Perang Dingin, Amerika Serikat dan Uni Soviet memimpin perkembangan persenjataan dengan tujuan untuk melindungi kawannya dan perebutan pengaruh. Pihak yang terlibat berusaha meningkatkan mutu dan jumlah persenjataannya. Adapun teknologi persenjataan yang dikembangkan antara lain bom, senjata nuklir, rudal.

Kepemilikan senjata-senjata ini pada akhirnya diketahui berbahaya dan memicu banyaknya konflik yang membuat situasi berbahaya. Kesadaran itu berdampak pada menurunnya tingkat persaingan teknologi persenjataan antar banyak negara. Blok Barat dan Blok Timur akhirnya menggagas beberapa hal untuk mengatasi situasi. Salah satunya dengan membuat perjanjian-perjanjian Nuclear Non-proliferation Treaty, Strategic Arms Limitation Talks [SALT], dan Strategic Arms Reduction Treaty [START].

Perkembangan teknologi dan informasi yang ada dalam infografis di atas tentunya punya dampak negatif dan positifnya. Dampak positifnya tentu bisa mempercepat persebaran informasi secara akurat dan mutakhir, mempermudah komunikasi antar wilayah, pengembangan wawasan, sarana hiburan, media pertukaran data-data secara cepat dan efektif, dan yang lainnya.

Meski begitu, kita harus menggunakan kemajuan teknologi dan informasi ini secara bijak, karena perkembangan ini tetap memiliki dampak negatif. Adapun dampak negatif yang dapat ditimbulkan seperti memudarnya nilai tradisional dalam masyarakat, semakin banyaknya pembajakan hasil karya, ataupun menguatnya sikap individualisme. Kira-kira, kamu bisa menyebutkan lagi nggak dampak positif dan negatifnya?

Kalau di infografis kamu sudah tahu tentang sejarah perkembangan transportasi di dunia, akan berbeda dengan perkembangan transportasi di Indonesia, Squad. Pertama untuk transportasi darat, di Indonesia sedang dibangun jalan-jalan besar untuk menghubungkan daerah-daerah terpencil. Salah satu jalan yang dibangun adalah jalan tol [jalan bebas hambatan].

Jalan Raya di Indonesia

Jalan tol [singkatan dari tax on location] pertama di Indonesia dibangun pada 1973 adalah Jalan Tol Jakarta-Bogor-Ciawi [Jagorawi]. Tol ini mulai digunakan tahun 1978 hingga sekarang dan membentang sepanjang kurang lebih 50 km. Pembuatan jalan tol kemudian berkembang di daerah lain di Pulau Jawa dan Sumatra. Dilanjutkan dengan tol Jakarta – Tangerang sepanjang 33 km [beroperasi November 1984], Surabaya – Gempol [49 km dan beroperasi Juli 1986]. Pembangunan sempat terhenti pada Maret 1993 setelah membangun jalan tol Surabaya – Gresik sepanjang 20,7 km dan dilanjutkan dengan pembangunan Cikampek – Purwakarta – Padalarang [Cipularang] pada April 2005.

Transportasi Air di Indonesia

Perusahaan kapal pertama di Indonesia bernama N.V. Nederlandsch Indische Industrie dan mulai dirintis pada 1823 oleh Gubernur Jenderal Van der Capellen. Untuk mendukung perusahaan tersebut, dibangun bengkel reparasi kapal pada 1849 di Surabaya. Hingga pada 1939 perusahaan tersebut diubah namanya menjadi Marine Establishment [ME].

Bengkel reparasi kapal di Surabaya. [Sumber: commons.wikimedia.org].

Pasca Perang Dunia II, setelah sempat dikuasai Jepang, Belanda kembali menguasai ME. Setelah merdeka, pada 27 Desember 1949, ME dikembalikan ke pemerintah Indonesia dan diubah namanya menjadi Penataran Angkatan Laut [PAL].

Transportasi Udara di Indonesia

Perkembangan transportasi udara Indonesia dimulai pada masa awal kemerdekaan. Saat itu pesawat yang digunakan masih hasil modifikasi Pesawat Cureng/Nishikoren peninggalan Jepang. Pesawat itu dirancang dan dites oleh Agustinus Adisucipto pada Oktober 1945 di atas kota Tasikmalaya. Atas ide Wiweko Soepono dan Nurtanio Pringgoadisuryo dibukalah bengkel pesawat di bekas gudang kapuk di Magetan dekat Madiun. Pesawat NWG-1 menjadi jenis pesawat hasil buatan bengkel tersebut.

Perkembangan pesawat terbang sempat terhambat karena pemberontakan Madiun 1948 dan Agresi Militer Belanda. Dunia penerbangan Indonesia kemudian berkembang lagi pasca peristiwa tersebut. Bandung dipilih menjadi tempat pengembangan pesawat terbang, khususnya di lapangan terbang Andir [Husein Sastranegara]. Pada 1 Agustus 1954, Indonesia berhasil menerbangkan prototype Si Kumbang dan selanjutnya diluncurkan pesawat latih dasar Belalang 89 dan pesawat olahraga Kunang 25.

Pesawat Si Kumbang rancangan Nurtanio. [Sumber: id.wikipedia.org].

Berbagai kemajuan tersebut membuat banyak pihak optimis terhadap industri penerbangan Indonesia. Akhirnya pada 16 Desember 1961 diresmikan pembentukan Lembaga Persiapan Industri Penerbangan [LAPIP]. Setelah berbagai gejolak, 28 April 1976 secara resmi didirikan PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio dengan B.J. Habibie selaku Direktur Utamanya.

IPTEK akan terus berkembang seiring dengan perkembangan manusia. Seperti yang sudah kamu baca di atas, setiap perkembangan IPTEK akan membawa dampak positif dan negatif, tinggal bagaimana kita menghadapinya dengan bijak. Untuk tahu sejarah perkembangan IPTEK di masa kini lewat video animasi, kamu juga bisa menontonnya di RuangBelajar, lho, Squad.

Sumber referensi:

Abdurakhman. Pradono, A. Sunarti, L. and Zuhdi, S. [2018] Sejarah Indonesia. 2. Jakarta: Kemendikbud

Sumber foto:

Foto 'Stasiun Luar Angkasa Internasional'. [Daring]. Tautan: //www.nasa.gov/mission_pages/station/multimedia/config.html [Diakses: 27 November 2020]

Foto 'Peluncuran satelit Palapa'. [Daring]. Tautan: //mediaindonesia.com/humaniora/112011/1976-satelit-pertama-indonesia-diluncurkan [Diakses: 27 November 2020]

Foto 'Bengkel reparasi kapandi Surabaya' [Daring]. Tautan: //commons.wikimedia.org/wiki/File:COLLECTIE_TROPENMUSEUM_De_gieterij_van_de_N.V._Nederlandsch_Indische_Industrie_te_Soerabaja_TMnr_60008582.jpg [Diakses: 27 November 2020]

Foto 'Pesawat Si Kumbang rancangan Nurtanio'. [Daring]. Tautan: //id.wikipedia.org/w/index.php?title=Berkas:Sikumbang.jpg&filetimestamp=20070305052833& [Diakses: 27 November 2020]

Artikel diperbaharui 27 November 2020

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề