Jelaskan mengapa pada masa kepemimpinan Khalifah Umar bin Abdul Aziz negara mengalami surplus

tirto.id - Umar bin Abdul Aziz adalah salah satu khalifah Dinasti Umayyah yang berkuasa dari 717 hingga 720 Masehi. Meski hanya memimpin selama kurang dari 3 tahun, gaya kepemimpinan, keteladanan, prestasi, dan jasa Umar bin Abdul Aziz membuatnya disebut sebagai khulafaur rasyidin kelima.

Biografi Singkat Khalifah Umar bin Abdul Aziz

Advertising

Advertising

Umar bin Abdul Aziz lahir di Madinah pada 2 November 682 [26 Safar 63H]. Sang ayah, Abdul Aziz, berasal dari klan Umayyah, dan masih terikat hubungan keluarga dengan khalifah ketiga, Utsman bin Affan. Sementara itu, sang ibu Ummu Ashim [Laila] binti Ashim, adalah cucu Umar bin Khattab.

Kakek Umar bin Abdul Aziz, Marwan bin al-Hakam adalah khalifah keempat dalam Dinasti Umayyah. Ketika Marwan mangkat pada 12 April 685, penggantinya adalah putra pertama, Abdul Malik bin Marwan. Sementara itu, ayah Umar, Abdul Aziz bin Marwan, tetap menjabat sebagai gubernur Mesir, jabatan yang diembannya selama 20 tahun.

Kontestasi untuk posisi khalifah terjadi antara dua bersaudara, Abdul Malik dan Abdul Aziz. Namun, Abdul Aziz meninggal lebih dahulu pada 705 Masehi. Abdul Malik lantas menyerahkan jabatan khalifah itu kepada putranya sendiri, al-Walid. Dari al-Walid inilah Umar bin Abdul Aziz mendapatkan posisi baru, sebagai Gubernur Madinah.

Penempatan Umar bin Abdul Aziz di Madinah diharapkan khalifah baru sebagai jembatan untuk meredakan ketegangan antara penduduk wilayah tersebut dengan klan Umayyah. Hal itu berbuah, dengan pendekatan Umar bin Abdul Aziz yang lembut. ia membentuk dewan syura yang bertugas bersama dirinya menggerakkan pemerintahan provinsi Madinah.

Umar bin Abdul Aziz dicopot dari jabatannya sebagai Gubernur Madinah atas saran Al-Hajjaj bin Yusuf, yang sudah lama menjadi tangan khalifah Dinasti Umayyah. Namun, khalifah al-Walid tetap dekat dengan Umar. Kala al-Walid meninggal, dan posisinya digantikan sang adik, Sulaiman bin Abdul Malik, posisi Umar di istana semakin penting: sebagai penasihat utama khalifah.

Pengangkatan Umar bin Abdul Aziz sebagai khalifah terjadi setelah proses panjang. Awalnya, Sulaiman bin Abdul Malik ingin putra pertamanya , Ayyub, yang menggantikan dirinya. Namun, Ayyub meninggal pada awal 717 Masehi.

Sementara itu, putra lain Sulaiman, Dawud sedang berperang di Konstantinopel. Pilihan kemudian jatuh kepada Umar bin Abdul Aziz, dengan putra mahkota Yazid bin Abdul Malik, adik Sulaiman. Banyak yang terkejut dengan penunjukan Umar bin Abdul Aziz, termasuk dirinya sendiri.

Dalam Ngaji Filsafat Edisi 210 Seri The Philosopher King: Umar bin Abdul Aziz, dikisahkan oleh Fahruddin Faiz, pembaiatan Umar bin Abdul Aziz dilakukan pada 719 Masehi/99H. Penasihat kerajaan yang lain, Raja' bin Haiwah, menyampaikan wasiat Sulaiman bin Abdul Malik yang selama ini dirahasiakan.

"Saat itu umat Islam menunggu di masjid pengumuman siapa khalifah berikutnya. Begitu diumumkan penerusnya [adalah] Umar bin Abdul Aziz, semua senang kecuali Umar sendiri.

"Umar naik mimbar lantas berkata, 'Wahai manusia, Demi Allah, sesungguhnya saya tidak pernah memohon perkara ini kepada Allah satu kali pun. Sesungguhnya jabatan ini diberikan tanpa bermusyawarah terlebih dahulu dan saya tidak pernah memintanya," terang Fahruddin Faiz.

Umar bin Abdul Aziz meminta rakyat untuk memilih khalifah terbaik versi mereka. Namun, kecakapan dan keadilan Umar bin Abzul Aziz membuat umat Islam yang ada di masjid menolak untuk mencabut baiat. Umar kemudian duduk dan menangis, "alangkah besarnya ujian Allah kepadaku."

Gaya Kepemimpinan dan Keteladanan Umar bin Abdul Aziz

Umar bin Abdul Aziz memiliki berbagai karakter yang membuatnya layak menjadi pimpinan pilihan. Ia orang yang wara', sederhana, egaliter, tawadhu, telaten dan sabar, adil, dan yang terpenting pembela kaum dhuafa.

Salah satu kisah keteladanan Umar bin Abdul Aziz tercantum dalam Biografi Khalifah Rasulullah [Khulafaur Rasul] karya Khalid Muhammad Khalid [2013:666]. Suatu ketika ada gubernur yang melayangkan surat kepada Umar untuk meminta tambahan pena dan kertas.

Dalam surat balasan, Umar bin Abdul Aziz menjawab, "begitu suratku ini tiba, runcingkan pena, satukan tulisan, dan tulislah berbagai keperluan sebanyak-banyaknya dalam satu kertas. Kaum muslimin tidak membutuhkan kata-kata lebih yang membahayakan Baitul Mal mereka".

Salah satu warisan penting dari Umar bin Abdul Aziz adalah upayanya menyudahi konflik antara Bani Hasyim-Bani Umayyah. Umar menyebutkan, "Allah menjaga tanganku dari peristiwa itu. Tetapi apakah aku tidak boleh membersihkannya dengan lidahku?".

Sejak zaman Umar bin Abdul Aziz pula, caci maki kepada Ali bin Abi Thalib dihentikan. Sebelum era kekhalifahan Umar, setiap kali khotbah Jumat, diakhiri dengan memaki-maki Ali, terkait rivalitas Bani Umayyah dan Bani Hasyim, dan sejarah panjang yang melibatkan pendiri Dinasti Umayyah, Muawiyah bin Abu Sufyan, juga sang putra Yazid bin Muawiyah.

Menurut Umar bin Abdul Aziz, budaya caci maki yang demikian sudah saatnya dihentikan. Ali bin Abi Thalib adalah sosok yang dijamin masuk surga, pemimpin yang dicintai Allah, salah satu orang terkasih Rasul-Nya. Jadi tradisi ini harus dihentikan.

Inilah yang kemudian menjadi awal pijakan setiap kali khotbah Jumat dibacakan Surah an-Nahl:90.

اِنَّ اللّٰهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْاِحْسَانِ وَاِيْتَاۤئِ ذِى الْقُرْبٰى وَيَنْهٰى عَنِ الْفَحْشَاۤءِ وَالْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

InnAllaaha ya'muru bil’adli waal-ihsaani wa-iitaa-i dzii-lqurbaa wayanhaa ‘ani-lfahsyaa-i waalmunkari waalbaghyi ya’izhukum la’allakum tadzakkaruuna

Sesungguhnya Allah menyuruh [kamu] berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi bantuan kepada kerabat, dan Dia melarang [melakukan] perbuatan keji, kemungkaran, dan permusuhan. Dia memberi pengajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran.

Baca juga artikel terkait RAMADHAN 2021 atau tulisan menarik lainnya Fitra Firdaus
[tirto.id - fds/add]

Penulis: Fitra Firdaus Editor: Addi M Idhom

Home Internasional Timur Tengah

JEJAK PERADABAN ISLAM

CNN Indonesia

Rabu, 05 Mei 2021 20:01 WIB

Ilustrasi Masjid Umayyah di Damaskus, Suriah. [iStockphoto/WitR]

Jakarta, CNN Indonesia --

Nama Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang memimpin Dinasti Umayyah pada 717-720 Masehi harum karena dinilai sebagai seorang pemimpin yang cakap dan berhasil mensejahterakan rakyat.

Dia dianggap banyak berperan dalam mengentaskan kemiskinan.

Umar bin Abdul Aziz atau Umar II adalah khalifah ke delapan yang memimpin Dinasti Umayyah. Dia lahir dari pasangan Abdul Aziz bin Marwan bin Al-Hakam dan Ummu Ashim binti Ashim bin Umar bin Al-Khattab.


Berbeda dengan khalifah Dinasti Umayyah pada umumnya, Umar II bukan keturunan dari khalifah sebelumnya. Dia ditunjuk langsung oleh Sulaiman bin Abdul Malik, yang merupakan khalifah ketujuh sekaligus keponakan Umar.

Masa kepemimpinannya cukup singkat, hanya sekitar dua sampai tiga tahun. Namun, peran Umar dalam mengutamakan kepentingan rakyat dan menyebarluaskan Islam sangat besar.

Mengutip dari berbagai sumber, salah satu kebijakan yang dibuat Umar bin Abdul Aziz yakni menyediakan subsidi bagi orang miskin. Dia juga memperbaiki sektor pertanian dengan membuat irigasi, sumur dan jalan raya.

"Umar Bin Abdul Aziz berusaha memperbaiki segala tatanan yang ada di masa kekhalifahannya, seperti menaikkan gaji para gubernur, memeratakan kemakmuran dengan memberi santunan kepada fakir miskin, dan memperbarui dinas pos," tulis Samsul Munir Amin dalam bukunya Sejarah Peradaban Islam.

Umar, lanjut Samsul, bahkan menyamakan kedudukan orang-orang Non-Arab yang tadinya dianggap sebagai warga negara kelas dua dibanding orang-orang Arab. Ia juga memangkas pajak dan menghentikan jizyah atau upeti yang dikenakan kepada non-Muslim.

Umar menganggap pajak bukan soal status fungsi individual. Bila warga Muslim non-Arab membayar pajak tanah, maka menurutnya masyarakat Arab juga harus membayar pajak tanah-tanah yang dimilikinya.

Rakyat yang dipimpinnya pun mencapai kemakmuran. Salah satu indikator kemakmurannya terlihat saat para amil zakat berkeliling di tiap perkampungan hingga ke Afrika untuk membagikan zakat.

Akan tetapi, saat itu mereka tak menjumpai satu orang pun yang mau menerima zakat. Saat itu negara dalam keadaan surplus.

Bahkan di masa Umar, negara memberikan subsidi untuk personal seperti membiayai pernikahan warga dan menebus utang-piutang di antara mereka.

Semasa memimpin, dia disebut tak pernah berniat menumpuk harta untuk kepentingan pribadi. Umar justru menyerahkan hartanya untuk kas negara. Selain itu, Umar juga menolak tinggal di istana.

Umar bahkan meminta istrinya, Fatimah binti Abdul Malik untuk menyerahkan perhiasan-perhiasan ke kas negara.

Sebagai representasi kepemimpinan yang baik Umar telah mendobrak tradisi lama Bani Umayah. Setiap keputusan yang diambil, tak berdasarkan kemauan pribadi, tapi melalui syura atau musyawarah.

Dia mengawasi langsung jalannya sistem pemerintahan. Dari persoalan yang ringan hingga persoalan yang besar.

Selain itu, Umar juga mengikuti perkembangan yang dialami pejabat di daerahnya.

Umar menghabiskan waktunya untuk mereformasi kebijakan pendahulu dari segi politik, agama, ekonomi, administrasi, sosial dan seluruh aspek kehidupan. Ia lantas menginstruksikan para pejabat daerah untuk melakukan hal yang sama.

Menurut Ali Muhammad Ash-Shallabi dalam buku Biografi Umar bin Abdul Aziz, pengawasan ketat yang dilakukan Umar dan petunjuk rinci yang diberikan kepada para pejabat menciptakan kondisi pemerintahan yang stabil di seluruh wilayah kekuasaannya.

Umar Abdul Aziz meninggal di usia yang tergolong muda, yakni pada 38 tahun. Ia tak meninggalkan warisan apapun pada anaknya dengan alasan harta itu bukan haknya.

[isa/ayp/ayp]

Saksikan Video di Bawah Ini:

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề