Jelaskan tantangan dan peluang yang dihadapi masyarakat indonesia dalam era perdagangan bebas

Jelaskan tantangan dan peluang yang dihadapi masyarakat indonesia dalam era perdagangan bebas

Jelaskan tantangan dan peluang yang dihadapi masyarakat indonesia dalam era perdagangan bebas
Lihat Foto

PIXABAY

Ilustrasi pasar bebas. pasar bebas adalah sistem ekonomi yang didasarkan pada penawaran dan permintaan dengan sedikit atau tanpa kendali pemerintah. Apa ciri-ciri pasar bebas dan contoh pasar bebas.

KOMPAS.com - Perdagangan bebas diartikan sebagai perdagangan yang tidak memiliki hambatan. Perdagangan bebas memungkinkan suatu negara melakukan ekspor dan impor tanpa adanya pembatasan.

Hambatan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang bisa memengaruhi arus lalu lintas barang dan jasa yang diperdagangkan.

Era perdagangan bebas sangat memengaruhi kegiatan perdagangan di Indonesia. Dalam menghadapi era perdagangan bebas, Indonesia menghadapi beragam tantangan.

Tantangan apa yang dihadapi dalam kegiatan perdagangan di era perdagangan bebas bagi bangsa indonesia? Berikut tantangan yang dihadapi Indonesia:

Baca juga: Perdagangan Bebas: Pengertian, Keuntungan, dan Kerugiannya

  • Rendahnya Nilai Tukar Rupiah Terhadap Dolar: Rendahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar memengaruhi harga jual beli barang impor dan ekspor yang tidak stabil.
  • Kualitas Infrastruktur: Ketersediaan dan kualitas infratruktur masih kurang sehingga memengaruhi kelancaran arus barang dan jasa. Menurut Global Competitiveness Index atau GCI 2014, kualitas infrastruktur Indonesia masih tertinggal jika dibandingkan negara Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand.
  • Sektor Industri yang Rapuh: Sektor industri Indonesia masih rapuh karena ketergantungan impor bahan baku dan bahan setengah jadi dari negara luar.
  • Serbuan Impor: Lemahnya Indonesia menghadapi serbuan impor. Kini produk impor China telah membanjiri Indonesia. Hal ini justru akan menjadi ancaman bagi Indonesia.
  • Perubahan Perilaku Konsumen: Pola perdagangan global membuat sikap konsumen lebih selektif akan keamanan pangan dan tingkat higienitas menjadi prioritas. Sistem perdagangan juga haru bertransformasi dalam ekosistem digital.
  • Meningkatnya Hambatan Perdagangan: Salah satu hambatannya adalah proteksionisme perdagangan dengan adanya pemberlakuan tarif oleh negara mitra dagang, kewajiban lisensi impor dari negara mitra dagang, dan produk ekspor harus bersifat ramah lingkungan.
  • Sulitnya Menyepakati Kerja Sama Perdagangan: Perundingan kerja sama perdagangan membuka arus investasi, membuka pasar untuk produk baru, dan mengurangi hambatan perdagangan yang berupa eliminasi tarif atau non tarif. Akan tetapi, Indonesia masih sulit mendapatkan kesepakatan kerja sama, terlebih di masa pandemi COVID-19.
  • Adanya Potensi Defisit dan Resesi Ekonomi: Telah banyak negara maju yang mengumumkan masuk jurang resesi pada tahun 2020. Ditambah dengan perang dagang China dan Amerika Serikat yang kian memanas. Hal ini berimbas kepada semakin sulitnya pergerakan Indonesia dalam perdagangan bebas.

Referensi

  • Sukirno, Sadono. 1994. Pengantar Teori Ekonomi Makro. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
  • Nainggolan, Poltak Partogi. 2021. ASEAN, Quo Vadis? Perdagangan Bebas, Konflik Laut China Selatan, dan Konflik Domestik sebagai Batu Ujian. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berikutnya

Merdeka.com - Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPan/RB) menyatakan ada tiga tantangan besar yang harus diselesaikan nantinya. Salah satunya, persiapan Indonesia menjelang Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) atau Asean Economic Community pada tahun 2015 mendatang.

Wakil Menteri Pan/RB Eko Prasodjo mengatakan tantangan pertama yang harus segera dihadapi dalam menghadapi pasar bebas ASEAN itu adalah kemampuan birokrasi mengadopsi perkembangan teknologi informasi.

"Tantangan tersebut adalah tingkat perubahan harapan masyarakat yang sangat cepat dengan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Kecepatan ini bergerak menurut deret ukur, sedangkan perubahan birokrasi menurut deret hitung," ujar dia saat menghadiri seminar dengan topik membangun birokrat yang berkualitas melalui perubahan di Kantor BPKP, Jalan Pramuka, Jakarta, Kamis (16/5).

Kemudian, tantangan kedua adalah globalisasi yang semakin masif dan komprehensif. Pasalnya, pada tahun 2015 Indonesia akan berada dalam Masyarakat Ekonomi Asean dengan Asean Free Trade.

Tantangan ketiga, terkait pemanfaatan sumber daya alam yang harus terkontrol. Pasalnya, masyarakat dan pelaku usaha kerap menjadikan ekspor bahan mentah sebagai gantungan hidup, padahal sifatnya terbatas.

"Kemudian, tantangan terakhir adalah terbatasnya Sumber Daya Alam karena pemanfaatannya tidak terkontrol," tandasnya.

Cetak biru AEC ditandatangani pemimpin ASEAN pada November 2007, memuat jadwal untuk masing-masing pilar yang disepakati, dengan target waktu yang terbagi dalam empat fase, yaitu tahun 2008-2009, 2010-2011, 2012-2013, dan 2014-2015.

Dalam rangkaian program mewujudkan Masyarakat Ekonomi ASEAN tersebut, terdapat empat pilar pendekatan strategis. Yakni menuju pasar tunggal dan basis produksi, menuju wilayah ekonomi yang berdaya saing tinggi, menuju kawasan dengan pembangunan ekonomi yang seimbang, dan menuju integrasi penuh dengan ekonomi global.

Dengan diberlakukannya Masyarakat Ekonomi ASEAN nantinya 11 negara anggota bakal mengurangi hambatan tarif seminimal mungkin hingga mencapai nol persen.

Untuk sementara, Kemendag mengaku persiapan dari empat fase itu mencapai 81 persen. Dengan demikian, kesiapan Indonesia melakoni AEC berada di bawah Singapura dan Malaysia.



KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berbagai tantangan perdagangan internasional dihadapi Indonesia saat ini. Dirjen Perundingan Perdagangan Internasional Kemendag Iman Pambagyo menerangkan, salah satu tantangan yang dihadapi adalah masing-masing negara memiliki kepentingan nasional masing-masing. Ini berarti tidak ada teman yang abadi. "Jadi kalau bicara ekonomi, investasi kita harus tahu hukum dasarnya, bahwa tidak ada teman, yang abadi adalah kepentingan nasional, dimana pun negara itu pada akhirnya mendasari kebijakannya pada national interestnya masing-masing," jelas Iman. Iman pun menyebut salah satu tantangan yang dihadapi adalah mengembalikan kepercayaan terhadap Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) dan sistem perdagangan multilateral yang membutuhkan waktu. Hal ini dikarenakan berbagai negara lebih menekankan pada pendekatan kesepakatan bilateral dan regional. Baca Juga: Faisal Basri: Indonesia lebih diuntungkan jika Trump terpilih kembali Berikutnya, persaingan antara negara akan semakin tajam, dimana satu negara akan bersaing dengan negara lain meski masing-masing negara tersebut terikat perjanjian perdagangan satu sama lain. Iman mengatakan, rantai pasok dunia tetap menjadi pilihan, mengingat salah satu negara tidak bisa memproduksi selruh barang atau jasa sendiri di dalam negeri. "Tetapi kita juga harus berhati-hati ada kondisi yang terjadi baik disengaja maupun tidak disengaja yang mungkin akan menempatkan satu negara itu tetap berada di bawah. Kita sebagai penyuplai bahan baku tapi tidak dapatkan value addednya ini kita harus waspada," ujar Iman. Menurutnya, Indonesia harus bisa keluar dari jebakan supply chain tersebut, sehingga Indonesia harus meningkatkan koordinasi antara perdagangan dan diplomasi, baik untuk urusan ekonomi maupun non ekonomi. Iman menambahkan, tantangan berikutnya adalah kebijakan-kebijakan yang bermasalah. Menurutnya, Indonesia harus berhati-hati untuk menetapkan kebijakan perdagangan atau ekonomi yang mungkin direspons dengan hukuman oleh negara lain atau dibawa ke dispute settlement baik dalam konteks WTO atau perjanjian lainnya. Selanjutnya, Iman pun menyebut saat ini tengah terjadi global division of labor. Menurutinya, satu negara tidak bisa berupaya mandiri dan unggul di seluruh bidang. "Mereka tidak bisa unggul dalam tiap bidang, dan tidak bisa memproduksi sendiri semuanya jadi pada akhirnya akan terjadi global division of labor," kata Iman. Tak hanya itu, kemajuan atau perkembangan industri 4.0 saat ini pun akan lebih membutuhkan pekerja profesional atau pekerja kantoran (white collar worker) dibandingkan pekerja kerah biru (blue collar worker). "Kita juga harus aware bahwa mendorong industri kita ke arah industri 4.0, maka konsekuensinya adalah kita harus memikirkan lapangan kerja bagi mereka yang mengandalkan kegiatan secara fisik atau manual (pekerja kerah biru)," kata Iman. Baca Juga: Pemenang pemilu AS tidak berdampak signifikan pada Indonesia karena alasan ini Editor: Khomarul Hidayat

Jelaskan tantangan dan peluang yang dihadapi masyarakat indonesia dalam era perdagangan bebas