Jelaskan tata cara pergaulan di kalangan masyarakat dayak bahau
ABSTRAK Y.Ananda Agustinus. 2014. Ritus Pelkaq Belwaq Suku Dayak Bahau di Desa Tering Lama dan Relevansinya dengan Iman Katolik. Skripsi. Program Pengajaran Agama di Sekolah. Jurusan Pastoral Katekatik. Sekolah Tinggi Pastoral “Tahasak Danum Pambelum” Keuskupan Palangka Raya. Pembimbing: P. Fransiskus De Sales Lake, SVD.SS.M.Hum. Dalam budaya dan kepercayaan etnik Bahau kematian adalah sebagai suatu proses awal dari perjalanan orang roh orang yang meninggal menuju tempat kediaman baka yang disebut “ Telang Julaan”. Dalam kepercayaan Dayak Bahau bahwa orang yang meninggal adalah orang yang memenuhi panggilan dan menghadap “Tamai Tingai” yaitu yang diyakini sebagai Allah Yang Maha Kuasa, Allah yang mencipta Langit dan Bumi. di sanalah roh atau arwah orang yang meninggal akan berkumpul kembali bersama “Tamai Tingai” lagi. Orang Dayak Bahau percaya bahwa kematian bukanlah akhir dari segalanya, masih ada suatu kehidupan lagi yang akan dialami yaitu kehidupan dalam alam roh. Orang Dayak Bahau percaya bahwa manusia memiliki roh selain raga yang dapat dilihat secara nyata. Roh atau arwah orang mati itu dalam bahasa Dayak Bahau di sebut to’, to’ harus diantarkan agar ia mencapai tempat kediaman abadinya. Pengantaran arwah orang mati atau to’ berlangsung dalam rangkaian upacara kematian sejak hari pertama orang meninggal. orang yang memandu arwah atau roh orang mati dalam perjalanannya sampai ke “ Telang Julaan” di sebut Dayung. Sebelum Dayung mengantar atau memandu arwah orang yang meninggal, dayung terlebih dahulu mengadakan upacara adat yakni “ Pelkaq Belwaq” “Pelkaq Belwaq” adalah upacara perpisahan antara arwah orang yang telah meninggal dengan keluarga yang masih hidup serta memberangkatkan roh orang yang telah mati menuju “Telang Julaan”. “Telang Julaan” sendiri mempunyai arti yaitu tempat kediaman abadi atau surganya orang Dayak Bahau. Di tempat inilah leluhur orang Dayak Bahau yang telah meninggal dunia berada dan berkumpul berada dan berkumpul bersama “Tamai Tingai” dalam keabadian. Upacara adat ini sendiri masih tetap dipertahankan hingga pada saat ini, khususnya di kalangan Masyarakat Dayak Bahau yang ada di Desa Tering Lama. Meskipun masyarakat Dayak Bahau telah lama menganut agama Katolik, tetapi mereka tetap mempertahankan dan melaksanakan upacara adat kematian ini. Hal ini membuktikan bahwa begitu kuatnya nilai kepercayaan, budaya dan adat istiadat yang ada dikalngan masyarakat Dayak Bahau tentang konsep kehidupan setelah kematian. Sehingga walaupun mereka telah lama beragama Katolik, mereka tetap mempercayai dan meyakini tentang konsep kehidupan kekal yang telah diwariskan secara turun temurun oleh nenek moyang mereka. Maka tidak heran jika pada saat upacara kematian, setelah seorang Dayak Bahau yang meninggal dunia di- Misa arwah/diibadat arwahkan, maka dilanjutkan lagi dengan upacara adat Pelkaq Belwaq dalam upacara adat Dayak Bahau. Upacara adat Pelkaq Belwaq merupakan upacara wajib yang dilakukan dikalangan etnik Bahau sebagai pemenuhan hukum adat dalam upacara adat kematian. Upacara adat ini sendiri masih dipraktekan sampai saat ini, khususnya di desa Tering Lama. Maka oleh itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana relevansi atau hubungan antara Ritus Pelkaq Belwaq Suku Dayak Bahau di Desa Tering Lama dengan Iman Katolik. Adapun metode yang dipergunakan dalam proses penelitian ini adalah metode kualitatif dengan teknik pengumpulan data menggunakan observasi, dan wawancara. Hasil penelitian dan wawancara yang telah dilakukan mulai dari tanggal 31 Juli sampai 13 Agustus 2014 menunjukan bahwa pada umumnya umat Katolik yang notabenenya suku Dayak Bahau mengerti secara baik tentang ritus Pelkaq Belwaq dan meyakini bahwa Ritus Pelkaq Belwaq mempunyai relevansi dengan iman Katolik.
Tidak tersedia versi lain DETAIL CANTUMANKembali ke sebelumnyaXML DetailCite this Tekan tombol Enter untuk memulai obrolan
Suku Kayan Bahau adalah sebuah sub-suku dari suku Dayak Kayan yang sebagian besar mendiami kawasan Kabupaten Mahakam Ulu [1] dan sebagian kecil berada di Kabupaten Kutai Barat, Kalimantan Timur.Suku ini mendiami Kecamatan Long Pahangai, Long Bagun,Long Hubung dan Laham di Kabupaten Mahakam Ulu dan Long Iram, Tering, sebagian Linggang Bigung dan Melak dan Barong Tongkok di Kabupaten Kutai Barat.
Suku Dayak Bahau dibagi menjadi tiga sub-kelompok yaitu Bahau Modang, Bahau Busang, dan Bahau Saq. Suku Dayak Bahau umumnya tinggal di pinggiran sungai. Rumah-rumah berjejeran di sepanjang sungai.
Populasi Dayak Bahau juga tersebar di kawasan Kecamatan Muara Wahau, Kecamatan Busang di Kutai Timur dan sebagian Kecamatan Tabang di Kutai Kartanegara.
Jumlah Populasi Dayak Bahau diperkirakan mencapai 55.000 jiwa dan merupakan Suku terbesar di Kabupaten Mahakam Ulu.
Suku Dayak Bahau memiliki kebiasaan memanjangkan telinga menggunakan Hisang. Masing-masing anting akan digunakan ketika wanita berumur 5 tahun dan ketika umur bertambah maka anting pun bertambah, baik ukuran maupun jumlah. Suku Dayak Bahau lebih memilih menggunakan anting perak. Tradisi memanjangkan telinga ini merupakan simbol kecantikan perempuan Dayak.[2] Suku ini juga mentato tubuhnya menggunakan arang pohon Damar. Tato dibuat menggunakan sembilu atau menggunakan jarum. Perempuan yang ingin ditato harus dalam umur 12 sampai 15 tahun. [3] Pria suku Dayak membuat dua lubang pada daun telinga[4] Bahasa Bahau memiliki kode ISO 639-3 "bhv". Silsilah Bahasa Kayan-Murik
Sebagian besar suku Dayak Bahau memeluk agama Katolik Roma (92.5%) terutama yang tinggal di wilayah Kabupaten Mahakam Ulu dan Kutai Barat, 6.5% memeluk Protestan, terutama yang tinggal di kawasan Kutai Kartanegara dan Kutai Timur. Sisanya menganut agama Tradisional dan juga Islam. dalam kehidupan sehari-hari banyak yang masih menggunakan unsur-unsur kepercayaan lama. Orang bahau pada masa lalu banyak dewa seperti dewa air, dewa padi, dewa gunung, dewa penjaga kampung dan dewa lainnya. Terdapat Upadara Hudoq dalam suku Dayak Bahau untuk memanggil roh-roh baik dari Apau Lagaan. Upacara ini dilakukan agar mendapatkan hasil melimpah ketika panen.[5]
Upacara ini berkaitan dengan keyakinan bahwa orang pindah kealam lain,yaitu alam arwah. Ada beberapa tahap kegiatan
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Suku_Dayak_Bahau&oldid=21397013" |