Jelaskan tujuan audit berdasarkan kelima asersi tersebut untuk PENGAUDITAN siklus pendapatan

PENGAUDITAN IIPENGAUDITAN SIKLUS PENDAPATANOleh :I Wayan Jyoti SubaliDecky Sanjaya GunawanNgakan Putu Bayu MahayasaPROGRAM STUDI AKUNTANSIFAKULTAS EKONOMIUNIVERSITAS MAHASARASWATIDENPASAR2018

PENGAUDITAN SIKLUS PENDAPATAN

2.1 SIFAT SIKLUS PENDAPATAN

            Siklus pendapatan (revenue cycle) perusahaan terdiri dari aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan pertukaran barang dan jasa dengan pelanggan dan penagihan pendapatan dalam bentuk kas. Perusahaan yang berbeda juga memiliki sumber pendapatan yang berbeda. Sebagai contoh, perusahaan barang dagang dan pabrikasi yang melakukan penjualan; dokter, pengacara, akuntan publik yang menerima uang jasa (fee); serta bioskop, bank serta lembaga keuangan yang menerima bunga dan deviden. Kebanyakan pembahasan dan ilustrasi dalam makalah ini didasarkan pada perusahaan barang dagang.

Usaha perusahaan barang dagang, kelompok transaksi yang termasuk dalam siklus pendapatan adalah :

1.      Penjualan kredit (penjualan yang dilakukan derngan hutang)

2.      Penerimaan kas (penagihan piutang dan penjualan tunai)

3.      Penyesuaian penjualan (potongan, retur penjualan dan pengurangan harga serta piutang tak tertagih (penyisipan dan pengapusan).

Transaksi-transaksi tersebut mempengaruhi rekening-rekening berikut :

a)      Penjualan

b)      Piutang dagang

c)      Harga pokok penjualan (HPP)

d)     Kas

e)      Persediaan barang dagang

f)       Potongan penjualan

g)      Retur penjualan

h)      Kerugian atau biaya piutang tak tertagih (bad debts expense)

i)        Cadangan kerugian piutang

2.2 TUJUAN AUDIT

            Tujuan audit siklus pendapatan adalah untuk memperoleh bukti mengenai masing-masing asersi signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan saldo siklus pendapatan. Tujuan audit ditentukan berdasar atas kelima kategori asersi laporan keuangan yang dinyatakan oleh manajemen.

Asersi Keberadaan atau Keterjadian

Pada siklus ini tujuan keberadaan atau keterjadian menekankan pada apakah seluruh saldo penjualan, piutang dagang dan kas benar-benar eksis atau ada pada tanggal neraca. Tujuan dari asersi ini adalah :

1.      Transaksi penjualan yang tercatat menggambarkan barang yang dikirimkan kepada pelanggan selama periode di bawah audit

2.      Transaksi penerimaan kas yang tercatat menggambarkan kas yang diterima selama periode, baik yang berasal dari penjualan tunai maupun penjualan kredit

3.      Transaksi penyesuaian penjualan yang tercatat selama satu periode menggambarkan rekening potongan penjualan yang terotorisasi, retur penjualan, dan piutang tak tertagih

4.      Saldo piutang dagang yang tercatat menggambarkan jumlah yang harus dibayar pelanggan pada tanggal neraca

Asersi Kelengkapan

Asersi ini menekankan apakah seluruh transaksi dan saldo yang semestinya tercantum dalam laporan keuangan, sudah benar-benar dicatat dan disajikan. Berikut rincian tujuan audit sersi kelengkapan :

1.      Semua transaksi penjualan kredit, penerimaan kas dari penagihan piutang dan penjualan tunai, serta penyesuaian penjualan yang terjadi selama suatu periode sudah dicatat

2.      Piutang dagang meliputi seluruh klaim perusahaan terhadap pelanggan pada tanggal neraca

Asersi Penilaian dan Pengalokasian

Berkaitan dengan asersi penilaian, auditor akan berusaha memperoleh bukti mengenai apakah saldo penjualan, piutang dagang dan kas telah disajikan dalam laporan keuangan pada jumlah yang tepat. Tujuan dari asersi ini adalah :

1.      Semua transaksi penjualan kredit, penerimaan kas, dan penyesuaian penjualan telah dijurnal secara tepat

2.      Saldo piutang dagang menggambarkan klaim bruto terhadap pelanggan dan sesuai dengan saldo dalam buku pembantu piutang dagang. Klaim bruto berarti potongan penjualan baru akan diakui apabila pelunasan piutang dilakukan dalam periode potongan

3.      Cadangan piutang tak tertagih menggambarkan estimasi yang wajar tentang perbedaan antara piutang dagang bruto dan nilai bersih yang dapat direalisasikan

Asersi Pelaporan dan Pengungkapan

Selain memperoleh bukti mengenai keempat asersi diatas, auditor perlu menghimpun bukti apakah transaksi dan saldo yang tercatat telah tepat diklassifikasikan. Tujuan dari asersi ini adalah :

1.      Piutang dagang telah diidentifikasi dan dikelompokan secara tepat dalam neraca. Piutang dagang dikelompokan sebagi asset lancer perusahaan dalam neraca

2.      Pengungkapan yang tepat dan memadai telah dilakukan sehubungan dengan piutang dagang yang sudah dialihkan ke pihak lain atau dijaminkan

3.      Penjualan, potongan penjualan, retur penjualan, dan rugi piutang tak tertagih telah diidentifikasi dan dikelompokan secara tepat dalam laporan laba rugi

2.3 MATERIALITAS, RISIKO BAWAAN, DAN STRATEGI AUDIT

Materialitas

            Transaksi penjualan adalah sumber utama pendapatan operasional banyak perusahaan, dan merupakan komponen utama yang menentukan laba bersih. Transaksi penjualan kredit akan menambah saldo rekening piutang dagang yang akan berpengaruh material untuk neraca. Rekening penyesuaian penjualan, pada beberapa perusahaan, sangat material bagi laporan keuangan. Rekening piutang dagang, aliran kas, dan penyesuaian penjualan yang material tersebut menuntut auditor untuk lebih cermat dalam melaksanakan prosedur audit. Auditor perlu memperluas lingkup audit yang lebih efektif dan memerlukan relatif lebih banyak sampel bukti yang harus diperiksa.

Risiko Bawaan

            Risiko bawaan siklus pendapatan pada banyak perusahaan adalah tinggi. Ada berbagai faktor yang menyebabkan tingginya risiko bawaan siklus pendapatan ini, antara lain :

1.      Volume transaksi yang tinggi

2.      Penentuan waktu pengakuan pendapatan berkaitan dengan standar akuntansi yang ambigu, dilakukan estimasi, dan kompleksitas perhitungan

3.      Piutang dagang mungkin salah diklasifikasikan dalam piutang lancer dan piutang tidak lancer karena ada kesulitan dalam memperkirakan waktu pelunasan

4.      Sifat kas (paling likuid dan sangat diminati)

5.      Adanya potensi terjadi manipulasi dalam transaksi penyesuaian penjualan untuk menutupi korupsi

            Tingginya volume transaksi akan memperbesar kemungkinan terjadinya salah saji. Hal ini disebabkan karena semakin tinggi kemungkinan kesalahan pencatatan transaksi tersebut. Ketidaktepatan penentuan saat pengakuan pendapatan dapat menyebabkan laba yang overstated maupun understated.

Strategi Audit

            Dalam straregi pendekatan tingkat risiko pengendalian yang ditetapkan lebih rendah, auditor lebih banyak mengandalkan pengujian pengendalian. Logika pemikiran yang mendasari penggunaan strategi ini adalah apabila auditor yakin bahwa struktur pengendalian intern klien sangat baik dan dapat mencegah dan mendeteksi salah saji, maka auditor perlu menguji kelayakan keyakinannya tersebut. Auditor akan menguji apakah struktur pengendalian intern tersebut  memang layak diyakini efektivitasnya. Dengan demikian, auditor akan melaksanakan pengujian pengendalian.

2.4 PEMAHAMAN STRUKTUR PENGENDALIAN INTERN

            Pengertian Struktur Pengendalian Intern menurut Mulyadi adalah  “Pengendalian Intern meliputi struktur organisasi metode dan prosedur yang dikoordinasikan dan diterapkan dalam perusahaan dengan tujuan untuk mengamankan harta milik perusahaan, mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansinya, mendorong efisiensi, dan mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan Sistem Pengendalian Intern merupakan kumpulan dari pengendalian intern yang terintegrasi, berhubungan dan saling mendukung satu dengan yang lainnya.

            Di lingkungan perusahaan, pengendalian intern didifinisikan sebagai suatu proses yang diberlakukan oleh pimpinan (dewan direksi) dan management secara keseluruhan, dirancang untuk memberi suatu keyakinan akan tercapainya tujuan perusahaan yang secara umum dibagi kedalam tiga kategori, yaitu :

a)      Keefektifan dan efisiensi operasional perusahaan

b)      Pelaporan Keuangan yang handal

c)      Kepatuhan terhadap prosedur dan peraturan yang diberlakukan

Suatu pengendalian intern bisa dikatakan efektif apabila ketiga kategori tujuan perusahaan tersebut dapat dicapai, yaitu dengan kondisi :

  1. Direksi dan manajemen mendapat pemahan akan arah pencapain tujuan perusahaan, dengan, meliputi pencapaian tujuan atau target perusahaan, termasuk juga kinerja, tingkat profitabilitas, dan keamanan sumberdaya (asset) perusahaan.
  2. Laporan Kuangan yang dipublikasikan adalah handal dan dapat dipercaya, yang meliputi laporan segmen maupun interim.
  3. Prosedur dan peraturan yang telah ditetapkan oleh perusahaan sudah ditaati dan dipatuhi dengan semestinya.

2.5 PERTIMBANGAN AKTIVITAS PENGENDALIAN TRANSAKSI PENJUALAN KREDIT

            Umumnya aktivitas pengendalian relevan dengan audit atas siklus pendapatan dapat digolongkan menjadi beberapa kebijakan dan prosedur yang berkaitan dengan :

1.      Review kinerja

2.      Pengolahan informasi

3.      Pengendalian fisik

4.      Pemisahan tugas

Dari penjelasan diatas , aktivitas pengendalian yang dapat mencegah terjadinya salah saji dalam siklus pendapatan antara lain :

1.      Pemisahan fungsi-fungsi yang terlibat dalam sistem penjualan kredit

2.      Penggunaan dokumen yang telah diotorisasi oleh pejabat yang berwenang

3.      Pengeluaran barang yang hanya didasarkan pada dokumen yang terkait seperti surat order pengiriman

4.      Setiap pencatatan yang harus dilandasi oleh dokumen sumber (faktur penjualan)

2.6 PENGHIMPUNAN dan PENDOKUMENTASIAN PEMAHAMAN

            Penghimpunan pemahaman dapat dilakukan dengan cara review pendahuluan. Dokumentasi pemahaman dapat dilakukan dengan menggunakan kuesioner, flowchart, atau memo naratif

2.7 PENETAPAN RISIKO PENGENDALIAN

Ada lima tahap penetapan risiko pengendalian, yaitu :

1.      Mengindentifikasi salah saji potensial yang dapat terjadi

2.      Mengidentifikasi pengendalian yang dapat diterapkan untuk mencegah dan mendeteksi salah saji

3.      Mengjimpun bukti melalui pengujian pengendalian mengenai apakah rancangan dan operasi pengendalian adalah efektif

4.      Mengevaluasi bukti yang dihimpun

5.      Menglakukan penetapan atau penilaian risiko pengendalian

2.8 PENGUJIAN PENGENDALIAN

            Pengujian terhadap aktivitas penjualan memfokuskan pada otorisasi  penjualan, pelaksanaan prosedur dan kelengkapan pencatatan. Prosedur pengujian pengendalian yang dapat diterapkan untuk siklus pendapatan dibedakan atas prosedur:

1.      Pengujian pengendalian pengiriman barang dagang

2.      Pengujian pengendalian penagihan

3.      Pengujian pengendalian pencatatan

4.      Pengujian pengendalian retur penjualan

2.9 PENGUJIAN PENGENDALIAN DENGAN BANTUAN KOMPUTER

Test audit dengan bantuan computer dapat meliputi :

1.      Penggunaan software audit atau program utility untuk melakukan serangkaian cek untuk mendeteksi order penjualan dokumen pengiriman, faktur penjualan yang hilang atau terulang pada file computer

2.      Mendesain, menyeleksi, dan mengevaluasi sampel dokumen pengiriman

3.      Menyeleksi dan mencetak sampel harga jual dari file induk harga jual untuk dibandingankan dengan harga yang ditetapkan oleh manajemen

Sumber : Halim , Abdul dan totok Budi santoso , Auditing II : Dasar- dasar Prosedur

Pengauditan Laporan Keuangan , Edisi Ketiga . Yogyakarta :UPP AMP YKPN