Jenis pensil apa yang digunakan untuk membuat garis bantu dan garis penuh tebal?

MODUL PEMBELAJARAN GAMBAR TEKNIK Tri Astuti Istirokhyati

A. PERALATAN GAMBAR TEKNIK 1

Kertas Gambar

1.1

Jenis Kertas

Berdasarkan jenis kertasnya, kertas gambar yang dapat digunakan untuk menggambar teknik antara lain: a. Kertas Padalarang, b.

Kertas manila,

c.

kertas Strimin,

d.

kertas roti, dan

e. Kertas Kalkir

1.2 Ukuran Kertas Ukuran gambar teknik sudah ditentukan berdasarkanstandar. Ukuran pokok kertas gambar adalah A0. Ukuran A0 adalah 1 m2 dengan perbandingan 2 : 1 untuk panjang : lebar. Ukuran A1 diperoleh dengan membagi dua ukuran panjang A0.Ukuran A2 diperoleh dengan membagi dua ukuran panjang A1.Demikian seterusnya. Ukuran kertas gambar dapat dilihat pada tabel 1.

2

Pensil Gambar

Pensil adalah alat gambar yang paling banyak dipakai untukLatihan mengambar atau menggambar gambar teknik dasar. Pensil gambar terdiri dari batang pensil dan isi pensil.

2.1 Pensil Gambar Berdasarkan Bentuk a. Pensil Batang / pensil biasa

Pada pensil ini, antara isi dan batangnya menyatu. Untuk menggunakan pensil ini harus diraut terlebih dahulu. Habisnya isi pensil bersamaan dengan habisnya batang pensil. Gambar pensil batang dapat dilihat pada gambar 2.

b. Pensil Mekanik Pensil mekanik, antara batang dan isi pensil terpisah. Jika Isi pensil habis dapat diisi ulang. Batang pensil tetap tidak bias habis. Pensil mekanik memiliki ukuran berdasarkan diameter mata pensil, misalnya 0.3 mm, 0.5 mm dan 1.0 mm. Gambar pensil mekanik dapat dilihat pada gambar 3.

2.2 Pensil Gambar Berdasarkan Kekerasan Berdasarkan kekerasanya pensil gambar dibagi menjadi pensil keras, sedang dan lunak.

Untuk mendapatkan garis dengan ketebalan yang merata dari ujung ke ujung, maka kedudukan pensil sewaktu menarik garis harus dimiringkan 60 0 dan selama menarik garis sambil diputar dengan telunjuk dan ibu jari (lihat gambar 4.)

3

Rapido

Penggunaan rapido untuk menggambar dengan teknik tinta dianggap lebih praktis dari pada dengan trekpen. Gambar rapido dapat dilihat pada gambar 5.

4

Penggaris

Penggaris yang sering digunakan untuk menggambar teknik adalah penggaris T dan penggris segitiga. Gambar 6. Penggaris T dan sepasang penggaris segitiga.

4.1 Penggaris-T

Penggaris T terdiri dari dua bagian, bagian mistar panjang dan bagian kepala berupa mistar pendek tanpa ukuran yang bertemu membentuk sudut 90.

4.2

Penggaris Segitiga

Penggaris segitiga terdiri dari satu penggaris segitiga bersudut 45, 90, 45 dan satu buah penggaris bersudut 30, 90 dan 60. Sepasang pengagris segitiga ini digunakan untuk membuat garis-garis sejajar, sudut-sudut istimewa dan garis yang saling tegak lurus.

Cara menggunakan penggaris T

5. Jangka Jangka adalah alat gambar yang digunakan untuk membuat lingkaran dengan cara menancapkan salah satu ujung batang pada kertas gambar sebagai pusat lingkaran dan yang lain berfungsi sebagai pensil untuk menggambar garis lingkarannya.

6. Penghapus dan alat pelindung penghapus Ada dua jenis penghapus, yaitu penghapus lunak dan penghapus keras. Penghapus lunak untuk menghapus gambar dari pensil dan penghapus keras untuk menghapus gambar dari tinta. Agar gambar yang akan dihapus tepat dan tidak menghilangkan gambar yang lain, maka digunakan plat pelindung penghapus

7. Alat-alat Penunjang lainnya Ada beberapa alat penunjang gambar teknik lainnya yang kadang-kadang diperlukan didalam menggambar adalah :

7.1 Busur derajat Busur derajat digunakan untuk mengukur dan membagi sudut.

7.2 Sablon huruf dan angka Sablon huruf dan angka adalah sebuah alat gambar yang digunakan untuk menggambar huruf dan angka, agar diperoleh tulisan yang rapi dan seragam dan mengikuti standar ISO.

7.3 Mal lengkung Mal lengkung digunakan untuk membuat garis lengkungyang tidak dapat dibuat dengan jangka. Dalam satu set mal lengkung ada 3 jenis mal,

7.4 Mal bentuk Untuk membuat gambar geometri dan simbol-simbol tertentu dengan cepat, maka digunakan mal bentuk.

8. Meja Gambar Meja gambar adalah meja yang digunakan sebagai alas menggambar. Meja gambar terdiri dari rangka meja gambar dan daun meja gambar. Tidak seperti meja biasa, meja gambar dapat diubah-ubah ketinggian dan kemiringan daun mejanya. Bahan daun meja ada bermacam-macam, yaitu : daun meja dari papan non magnetik, papan berlapis magnet dan kaca rayben73

9. Mesin Gambar Mesin gambar adalah mesin manual yang digunakan untuk memudahkan menggambar. Mesin gambar dapat menggantikan beberapa fungsi alat gambar lainnya seperti busur derajat, sepasang penggaris segitiga dan mistar T. Berdasarkan bentuknya ada dua jenis mesin gambar, yaitu: mesin gambar rol dan mesin gambar lengan.

Mesin gambar rol

Mesin gambar lengan

B. MEMBACA GAMBAR TEKNIK 1

Proyeksi Piktorial

Untuk menampilkan gambar-gambar tiga dimensi pada sebuah bidang dua dimensi, dapat kita lakukan dengan beberapa macam cara proyeksi sesuai dengan aturan rnenggarnbar. Ada beberapa rnacam cara , antara lain:

1.1 Proyeksi piktorial dimensi 1.2

Proyeksi piktorial miring

1.3

Proyeksi piktorial isometri

1.4 4. Perspektif

2

Proyeksi Isometris

2.1 Ciri Proyeksi Isometris Untuk mengetahui apakah suatu gambar disajikan dalam bentuk proyeksi isometris, perlu kiranya kita mengetahui terlebih dahulu ciri dan syarat-syarat untuk membuat gambar dengan proyeksi tersebut. Adapun ciri-ciri gambar dengan proyeksi isometris tersebut adalah: a. Ciri pada sumbu Sumbu x dan sumbu y mempunyai sudut 30° terhadap garis mendatar.76 Sudut antara sumbu satu terhadap sumbu lainya 1200 b. Ciri pada ukuran Panjang gambar pada masing-masing sumbu sama dengan panjang benda yang digambarkan

Proyeksi isometri

2.2 Penyajian Proyeksi Isometris Penyajian gambar dengan proyeksi isometris dapat dilakukan dengan kedudukan normal, terbalik atau horizontal. 2.2.1

Proyeksi isometris dengan kedudukan normal. Kedudukan normal mempunyai sumbu dengan sudut-sudut seperti tampak pada gambar dibawah

2.2.2

Proyeksi isometris dengan kedudukan terbalik. Mengenai hal ini dapat dilaksanakan dengan dua cara yaitu: 1. Memutar gambar dengan sudut 1 80° ke kanan dan kedudukan normal, sesuai dengan kedudukan sumbunya (lihat gambar dibawah ini

2. Mengubah kedudukan benda yang digambar dengan tujuan untuk memperlihatkan bagian bawah benda tersebut

2.2.3 Proyeksi isometris dengan kedudukan horizontal. a. Sebagaimana cara yang dilakukan untuk menggarnbar kedudukan proyeksi isometris terbalik, yaitu dengan memutar sumbu utama 1800 dan sumbu normal, maka untuk kedudukan horizontal 2700 ke kanan dan kedudukan sumbu norrnalnya (Iihat gambar dibawah ) b. Mengubah kedudukan benda, yaitu untuk memperlihatkan bagian samping kiri (yang tidak terlihat) sebagaimana terlihat pada

2.3

Proyeksi Dimentris

Proyeksi dirnentris mempunyai ketentuan: a.

Sumbu utama mempunyai sudut: a=70 dan ß= 400

b.

Perbandingan skala ukuran pada sumbu x = 1 : 1, pada sumbu y = 1 : 2, dan pada sumbu z 1 : 1.

Gambar kubus yang di gambarkan dengan proyeksi dimetris di bawah ini, mempunyai sisi-sisi 40 mm. Keterangan: Ukuran pada sumbu x digambar 40 mm Ukuran gambar pada sumbu y digambar 1/2 nya, yaitu 20 mm Ukuran pada sunbu z digambar 40 mm79

Kubus dengan proyeksi dimetris

2.4 Proyeksi Miring (sejajar) Pada proyeksi miring, sumbu x berimpit dengan garis horizontal/mendatar dan sumbu y mernpunyai sudut 450 dengan garis mendatar. Skala ukuran untuk proyeksi miring ini sama dengan skala pada proyeksi dimetris, yaitu skala pada sumbu x 1:1, pada sumbu y = 1 : 2, dan skala pada sumbu z = 1: 1 (ithat gambar di bawah ini)

. Proyeksi miring

2.5

Gambar Perspektif

Dalam garnbar teknik mesin, gambar perspektif jarang dipakai. Gambar perspektif dibagi menjadi tiga macam, yaitu: a.

Perspektif dengan satu titik hilang.

b.

perspektif dengan dua titik hilang.

c. . Perspektif dengan tiga titik hilang.

Perspektif dengan satu titik hilang

Perspektif dengan dua titik hilang

Perspektif dengan tiga titik hilang

3

Macam-Macam Pandangan

Untuk memberikan informasi lengkap suatu benda tiga dimensi dengan gambar proyeksi ortogonal, biasanya memerlukan lebih dari satu bidang proyeksi. a. Gambar proyeksi pada bidang proyeksi di depan benda disebut pandangan depan. b. Gambar proyeksi pada bidang proyeksi di atas benda disebutpandangan atas. c. Gambar proyeksi pada bidang proyeksi di sebelah kanan benda disebut pandangan samping kanan.Demikian seterusnya.

.

Macam-macam pandangan

3.1.1

Bidang-Bidang Proyeksi

Suatu ruang dibagi menjadi empat bagian yang dibatasi oleh bidang-bidang depan, bidang vertikal, dan bidang horizontal. Ruang yang dibatasi tersebut dikenal dengan sebutan kuadran. Ruang di atas bidang H, di depan bidang D, dan di samping kanan bidang V disebut kuadran I. Ruang yang berada di atas bidang H, di depan bidang D, dan disebelah kiri bidang V disebut kuadran II. Ruang disebelah kiri bidang V, di bawah bidang H, dan di depan bidang D disebut kuadran III. Ruang yang berada di bawah bidang H, di depan bidang D, dan di sebelah kanan bidang V disebut kuadran IV. 3.1.2 Proyeksi Di Kuadran I (Proyeksi Eropa) Bila suatu benda diletakkan di atas bidang horizontal, di depan bidang D, (depan) dan di sebelah kanan bidang V (vertikal) maka benda tersebut berada di kuadran I. jika benda yang terletak di kuadran I kita proyeksikan terhadap bidang-bidang H, V, dan D, maka akan didapat gambar/proyeksi pada kuadran I yang dikenal juga dengan nama proyeksi Eropa. Gambar 34 memperlihatkan titik yang terletak di kuadran I (lihat gambar berikut)

. Keterangan: A = titik kuadran-I AD = proyeksi titik A di bidang D (depan) Av = proyeksi titik A di bidang V (vertikal) AH = proyeksi titik A di bidang H (horizontal)

Proyeksi di kuadran I

Bila ketiga bidang saling tegak lurus tersebut dibuka, maka sumbu x dan y sebagai sumbu putarnya dan sumbu z merupakan sumbu yang dibuka/dipisah, seperti gambar berikut: dibawah ini

Pembukaan objek gambar di kuadran I Selanjutnya batas-batas bidang dihilangkan maka menjadi bentuk di bawah ini :

Pemutaran dengan jangka84 Bila penempatan benda di kuadran I tidak teratur, maka untuk menempatkan sumbu dapat disederhanakan sesuai dengan ruang yang tersedia. Penyederhanaan dapat dilakukan seperti gambar berikut:

. Garis sumbu berimpit dengan gambar

Garis sumbu terpisah dengan gambar85 3.1.3 Penampilan Gambar Untuk penampilan gambar berikutnya, garis sumbu dan garis bantu tidak diperlukan lagi (dihilangkan). Jadi yang nampak hanya pandangannya saja (lihat gambar dibawah ), perlu ditegaskan kembali bahwa untuk proyeksi di kuadran I (proyeksi Eropa), penempatan pandangan samping akan berada disebelah kiri pandangan depannya,sedangkan pandangan atas berada di bawah pandangan depannya.

3.1.4 Proyeksi Di Kuadran III (Proyeksi Amerika) Bidang-bidang H, V. dan D untuk proyeksi di kuadran III (proyeksi Amerika) yang telah di buka adalah:

Pandangan proyeksi Amerika Pada bidang H ditempatkan pandangan atas Pada bidang D ditempatkan pandangan depan Pada bidang V diternpatkan pandangan samping kanan86

3.2

Simbol Proyeksi dan Anak Panah

3.2.1 Simbol Proyeksi Untuk membedakan gambar/proyeksi di kuadran I dan gambar/proyeksi di kuadran III, perlu diberi lambang proyeksi. Dalam standar ISO (ISO/DIS 128), telah ditetapkan bahwa cara kedua proyeksi boleh dipergunakan. Sedangkan untuk keseragaman ISO, gambar sebaiknya digambar menurut proyeksi sudut pertama (kuadran I atau kita kenal sebagai proyeksi Eropa).Dalam satu buah gambar tidak diperkenankan terdapat gambar dengan menggunakan kedua gambar proyeksi secara bersamaan.Simbol proyeksi ditempatkan disisi kanan bawah kertas gambar.Simbol/lambang proyeksi tersebut adalah sebuah kerucut terpancung (lihat gambar).

Proyeksi Amerika dan proyeksi eropa 3.2.2 Anak Panah Anak panah digunakan untuk menunjukkan batas ukuran dan tempat/posisi atau arah pemotongan sedangkan angka ukuranditempatkan di atas garis ukur atau di sisi kiri garis ukur (ithat gambar Dibawah

. Contoh penggambaran anak panah

4

Penentuan Pandangan

Untuk menempatkan pandangan atas atau pandangan samping dan pandangan depannya, terlebih dahulu kita harus menempatkan sistem proyeksi apa yang kita pakai, apakah proyeksi di kuadran I (Eropa) ataukah proyeksi di kuadran III (Amerika)?. Setelah kita menempatkan sistem proyeksi yang kita pakai, barulah kita menenempatkan pandangan dan objek yang kita gambar tersebut.

4.1 Menempatkan Pandangan Depan, Proyeksi Di Kuadran I (Eropa) Atas dan Samping Kanan Menurut

Penerapan Proyeksi Eropa

4.2 Menentukan Pandangan Depan, Atas dan Samping Kanan Menurut Pryeksi Di Kuadran III (Amerika)

. Penerapan Proyeksi Amerika

4.3 Penetapan Jumlah Pandangan Jumlah pandangan dalam satu objek/gambar tidak semuanya harus digambar rnisa]nya untuk bendabenda bubutan sederhana,dengan satu pandangan saja yang dilengkapi dengan symbol (lingkaran) sudah cukup untuk memberikan informasi yang jelas.

4.4 Jenis-jenis Pandangan Utama Gambar kerja yang digunakan sebagai alat komunikasi adalah gambar dalam bentuk pandanganpandangan. Sebagai pandangan utamanya ialah pandangan depan, pandangan samping, danpandangan atas. Dalam gambar kerja, tidak selamanya ketiga pandangan harus ditampilkan, tergantung dan kompleks/rumit atau sederhananya bentuk benda. Hal terpenting pandangan ini harus dapat memberikan informasi yang jelas.

Kedua gambar di atas, walaupun hanya terdiri atas satu pandangan saja, dapat membedakan bentuk bendanya, yaitu dengan simbol/lambang O untuk bentuk lingkaran dan untuk bentuk bujur sangkar dan bentuk gambar piktorialnya adalah:

Pembedaan bentuk benda dengan satu pandangan

4.5 Pemilihan Pandangan Utama Untuk memberikan informasi bentuk gambar, seharusnya kita pilih pandangan yang dapat mewakili bentuk benda (perhatikan gambar berikut)

Pemilihan pandangan utama

Pandangan/gambar di atas belum dapat memberikan informasi yang jelas. Oleh karena itu dalam memilih pandangan yang disajikan harus dapat mewakili bentuk benda (lihat gambar berikutadalah benda yang mempunyai pandangan atas dan pandangan depan yang sama seperti gambar di atas.

Dari gambar pictorial di atas, yang dapat memberikan informasi bentuk secara tepat dalam hentuk gambar pandangan adalah pandangan depan dengan pandangan sarnpingnya

Sebaliknya dua pandangan depan dan samping belum tentu dapat memberikan informasi yang maksimum (lihat berikut).

Dengan dua pandangan di atas, belum cukup memberikan informasi bentuk secara cepat dan tepat. OIeh karena itu, perlu satu pandangan lagi untuk kejelasan gambar tersehut: y aitu pandangan atas.

Setelah dilengkapi dengan pandangan atasnya, barulah kita mendapatkan informasj bentuk yang lengkap dari gambar

5

Gambar Potongan

Untuk memberikan inforamsi yang lengkap dan gambar yang berongga atau berlubang perlu menampilkan gambar dengan teknik -menggambar yang tepat. Kadang-kadang gambar tampak lebih rumit karena adanya garis-garis gambar yang tidak kelihatan. Oleh karena itu garis-garis gores yang akan menimbulkan salah pengertian (salah informasi) perlu dihindari, yaitu dengan menunjukkan gambar potongan/ irisan.

5.1 Fungsi Gambar Potongan/Irisan Gambar potongan atau irisan fungsinya untuk menjelaskan bagian-bagian gambar benda yang tidak kelihatan, rnisalnya dari benda yang dibor (baik yang dibor tembus maupun dibor tidak tembus) lubanglubang pada flens atau pipa-pipa, rongga-rongga pada rumah katup, dan rongga-rongga pada blok mesin. Bentuk rongga tersebut perlu dilengkapi dengan penjelasan gambar potongan agar dapat memberikan ukuran atau informasi yang jelas dan tegas, sehingga terhindar dan kesalah pahaman membaca gambar.

5.2 Bentuk Potongan/Irisan Gambar potongan atau irisan dapat dijelaskan dengan menggunakan pemisalan benda yang dipotong dengan gergaji (lihat gambar berikut)

1a , Ib

Keterangan: Gambar 1.b. Memperlihatkan gambar lengkap dengan garis gores sebagai batas-batas garis yang tidak kelihatan.Dengan adanya garis-garis tersebut gambar kelihatan agak rumit. Gambar 1.a. Memperlihatkan gambar yang kurang jelas. Dalam hal ini kita tidak bisa memastikan apakah lubang tersebut merupakan lubang tembus atau tidak tembus, mempunyai lubang yang bertingkat atau rata.Sehingga setiap orang akan menafsirkan bentuk lubang yang berbeda, yang menyebabkan informasikurang jelas. Gambar 2. Oleh karena gambar 1a dan gambar 1.b menimbulkan keraguan dalam pembacaannya, maka gambar dapat dijelaskan dengan menggunakan pemisalan bahwabenda tersehut dipotong--dengan gergaji, sehingga bentuk rongga di dalamnya dapat terlihat dengan jelas dan tidak menimbulkan keraguan lagi dalam menentukan bentuk di bagian dalamnya.Dengan gambar potongan atau irisan, seperti pada gambar diatas Gambar 3 di atas, diperoleh ketegasan atau kejelasan tentang bentuk dan rongga sebelah dalam, sehingga informasi yang diberikan oleh gambar dapat efisien. Gambar potongan atau irisan harus diasir sesuai dengan batas garis pemotongannya.

5.3

Tanda Pemotongan

Untuk menjelaskan gambar yang dipotong, perlu adanya tanda pemotongan yang sudah ditetapkan sesuai dengan aturan-aturan menggambar teknik.Tanda pemotongan ini terdiri atas: a. Tanda pemotongan dengan garis sumbu dan kedua ujungnya di tebalkan . b. Tanda pemotongan dengan garis tipis bergelombang bebas c. Tanda pemotongan dengan garis tipis berzigzag

(a) tanda pemotongan

(b) tanda pemotongan dengan gelombang dan zigzg

5.4

Menempatkan Gambar Penampang/Potongan

Untuk menempatkan gambar penampang atau gambar potongan, kita perlu memperhatikan penempatan gambar potongan tersebut sesuai dengan proyeksi yang akan kita gunakan, apakah proyeksi di kuadran I (Eropa) atau proyeksi di kuadran III (Amerika).

Jika proyeksi yang digunakan adaiah proyeksi Arnerika, maka gambar penampang potongannya diletakkan/berada di belakang arah anak panahnya. Jika proyeksi yang digunakan proyeksi Eropa maka penempatan gambar potongnya berada di depan arah anak panahnya.Selain ditempatkan sesuai dengan proyeksi yang digunakan, penampang potong dapat juga diputar ditempat (penampang putar) kemudian dipindahkan ketempat lain segaris dengan sumbunya seperti tampak pada gambar berikut

Penempatan potongan dengan diputar

Penempatan potongan dengan diputar dan dipindah

5.5 Benda-benda Yang Tidak Boleh Dipotong Benda-benda yang tidak boleh dipotong yaitu benda-benda pejal, misal : poros pejal, jari-jari pejal dan semacamnya. Benda-benda tipis, misal: pelat-pelat penguat pada dudukan poros dan pelat penguat pada flens Bagian-bagian yang tidak boleh dipotong tersebut yaitu bagian-bagian yang tidak diarsir.

Potongan jari jari pejal

Potongan dudukan poros

5.6 Jenis-jenis Gambar Potongan Jenis-jenis garnhar potongan/ irisan terdiri atas : Gambar potongan penuh Garnbar potongan separuh Gambar potongan sebagian/setempat atau lokal Gambar potongan putar Gambar potongan bercabang atau meloncat 5.6.1 . Gambar Potongan Penuh Perhatikan contoh gambar potongan penuh pada garnbar berikut :

5.6.2 Gambar Potongan Separuh Perhatikan contoh gambar potongan pada gambar berikut :

5.6.3 Gambar Potongan Sebagian Gambar potongan sebagian disebut juga potongan lokal atau potongan setempat (lihat contoh gambar

5.6.4 Gambar Potongan Putar Gambar potongan putar dapat diputar setempat seperti tampak pada gambar berikut

5.6.5 Gambar Potongan Bercabang atau Meloncat Perhatikan contoh gambar berikut

.

6

Garis Arsiran

Untuk membedakan gambar proyeksi yang dipotong dengan gambar pandanagn, maka gambar potongan / irisan perlu diarsir. Arsir yaitu garis-garis miring tipis yang dibatasi oleh garis-garis batas pemotongan.

contoh penggunaan arsiran

6.1 Macam-macam Arsiran Hal-hal yang perlu diperhatikan pada gambar yang diarsir antara lain: 1. Sudut dan ketebalàn garis arsiran 2. Bidang atau pengarsiran pada bidang yang luas 3. Pengarsiran bidang yang berdampingan 4. Pengarsiran benda-benda tipis 5. Peletakan angka ukuran pada gambar yang diarsir 6. Macam-macam garis arsiran yang disesuaikan dengan bendanya. 6.1.1

Sudut dan Ketebalan Garis ArsiranSudut arsiran yang dibuat adalah 450 terhadap garis sumbu utamanya, atau 450 terhadap garis batas gambar, sedangkan ketebalan arsiran digunakan garis tipis dengan perbandingan ketebalan sebagai berikut (lihat tabel )

Dari tabel di atas kita dapat menentukan ketebalan garis arsiran yang disesuaikan dengan garis gambarnya. Jika garis tepi/gambar mempunyai ketebalan 0,5 mm maka garis-garis arsirnya dibuat setebal 0,25 mm. Sudut dan ketebalan garis arsiran dapat dilihat pada gambar berikut. 6.1.2 Penggarisan Pada Bidang Yang Luas dan Bidang berdampingan Untuk potongan benda yang luas, arsiran pada bidang potongnya dilaksanakan pada garis tepi garisgaris batasnya (lihat Gambar ).Untuk pemotongan meloncat atau pemotongan bercabang, ada bidangbidang potong yang berdampingan, maka batas-batas bidang yang berdampingan tersebut harus dibatasi oleh garis gores bertitik (sumbu) dan pengarsirannya harus turun atau naik dan ujung arsiran yang lainnya (lihat gambar).

Arsiran pada bidang luas dan bidang berdampingan

6.1.3 Pengarsiran Benda-benda Tipis Untuk gambar potongan benda-benda tipis atau profil-profil tipis maka pengarsirannya dibuat dengan cara dilabur (lihat gambar )

6.1.4 Angka Ukuran dan Arsiran Jika angka ukuran terletak pada arsiran (karena tidak dapat dihindari), maka angka ukurannya jangan diarsir (lihat gambar).

6.1.5 Macam-macam Arsiran Perhatikan gambar berikut

Keterangan: a = Besi tuang b = Aluminium dan panduannya c = Baja dan baja istimewa d = Besi tuang yang dapat ditempa e = Baja cair f = Logam putih

g = Paduan tembaga tuang h = Seng, air raksa

7

Ukuran Pada Gambar Kerja

Sesuai dengan standar ISO (ISO/DIS) 128, telah ditetapkan bahwa gambar proyeksi di Kuadran I dan gambar proyeksi di Kuadran III dapat digunakan sebagai gambar kerja, dengan ketentuan kedua macam proyeksi tersebut tidak boleh dilakukan/dipakai secara bersama-sarna dalam satu gambar kerja. Gambar kerja adalah gambar pandangan-pandangan,potongan/irisan dengan memperhatikan kaidahkaidah proyeksi, baik proyeksi di kuadran I (Eropa) maupun proyeksi di kuadran III(Amerika). Gambar kerja harus memberikan informasi bentuk benda secara lengkap. OIeh karena itu, ukuran pada gambar kerja harus dicantumkan secara Iengkap.

7.1 Ketentuan-ketentuan Dasar Pencatuman Ukuran Agar tidak menimbulkan keraguan di dalam membaca gambar, maka pada gambar kerja harus dicantumkan ukuran dengan aturan-aturan menggambar yang telah ditetapkan, ketentuanketentuantersebut meliputi ketentuan: Menarik garis ukur dan garis bantu Menggambar anak panah Menetapkan jarak antara garis ukur Menetapkan angka ukuran 7.1.1 Menarik Garis ukur dan Garis Bantu Garis ukur dan garis bantu dibuat dengan garis tipis perbandingan ketebalan antara garis gambar dan garis ukur/bantu

Contoh: Perhatikan gambar berikut

7.1.2 Menetapkan Jarak antara Garis Ukur Jika garis ukur terdiri atas garis-garis ukur yang sejajar, maka jarak antara garis ukur yang satu dengan garis ukur Iainnya harus sarna. Selain itu perlu diperhatikan pula ganis ukur jangan sampai berpotongan dengan ganis bantu, kecuali terpaksa. Garis gambar tidak boleh digunakan sebagai garis ukur. Garis sumbu boleh digunakan sebagai garis bantu, tetapi tidak boleh digunakan langsung sebagai garis ukur.Untuk menempatkan garis ukur yang sejajar, ukuran terkecil ditempatkan pada bagian dalam dan ukuran besar ditempatkan di bagian luar. Hal mi untuk rnenghindari perpotongan antara garis ukur dan garis bantu. Jika terdapat perpotongan garis bantu dengan garis ukur, garis bantunya diperpanjang 1 mm dan ujung anak panahnya.Garis ukur pada umurnnya tegak lurus terhadap garis bantunya, tetapi pada keadaan tertentu garis bantu boleh dibuat miring sejajar/paralel. Sebagai contoh, dapat dilihat pada gambar berikut.

Keterangan: 1. Garis ukur yang sejajar

2. Garis bantu yang berpotongan (tidak dapat dihindarkan) 3. Garis sumbu yang digunakan secara tidak langsung sebagai garis bantu 4. Garis ukur yang terkecil (ditempatkan di dalam) 5. Garis ukur tambahan (pelengkap) 6. Perpanjangan garis bantu dilebihkan ± 1 mm dan garisukurnya/ujung anak panahnya108 7. Penempatan ganis ukur yang sempit 8. Garis bantu yang paralel (jika diperlukan) 7.1.3 Penulisan Angka Ukuran Penulisan angka ukuran ditempatkan di tengah-tengah bagiar atas garis ukurnya, atau di tengah-tengah sebelah kiri ganis ukurnya. Untuk kertas gambar berukuran kecil maka penulisan angka ukuran pada garis ukur harus tegak, kertas gambarnya dapat diputar ke kanan, sehingga penulisan dan pernbacaannya tidak terhalik. Angka ukuran harus dapat dibaca dari bawah atau dari sisi kanan ganis ukurnya. (lihat gambar)

. Jika kertas gambar diputar ke kiri, akan menghasilkan angka ukuran yang terbalik. Ukuran (c) pada gambar di atas adalah penulisan angka ukuran yang terbalik. 7.1.4 Klasifikasi Pencatuman Ukuran Benda-benda yang diukur mempunyai bentuk yang bermacam-macam, fungsi, kualitas, atau pengerjaan yang khusus. Oleh karena itu pencatuman ukuran diklasifikasikan menjadi:

Pengukuran dengan dimensi fungsional Pengukuran dengan dirnensi nonfungsional Pengukuran dengan dimensi tambahan Pengukuran dengan kemiringan atau ketirusan Pengukuran dengan bagian yang dikerjakan khusus Pengukuran dengan kesimetrian 7.1.4.1 Pengukuran dengan dimensi fungsional, nonfungsional dan ukuran tambahan Jika suatu benda terdiri atas bagian-bagian (bagian yang dirakit), maka ukuran bagian yang satu dengan Iainnya.mempunyai fungsi yang sama, sehingga satu sama lain mempunyai ukuran yang berpasangan dan pencatuman ukurannya sebagai fungsi yang berpasangan. Jika benda kerja yang di gambar berdiri sendiri, tetapi dalam sistem pengeijaannya terhadap, maka digambar sesuai dengan ukurannya dan pengaturnan ukurannya sebagai fungsi pengerjaan.Ukuran-ukuran yang tidak berfungsi disebut ukuran nonfungsional. Untuk melengkapi ukuran, dalam hal ini supaya tidak menimbulkan kekacauan dalam membaca gambar terutama dalarn jurnlah ukuran total, maka ukuran pada gambar dilengkapi dengan ukuran tambahan. Ukuran tambahan ini harus ditempatkan di antara dua kurung atau di dalam kurung (lihat gambar )

Keterangan: F = dimensi fungsional NJF = dirnensi nonfungsional H = dimensi tambahan 7.1.4.2 Pengukuran Ketirusan Untuk mencatumkan ukuran benda yang mempunyai bentuk miring, ukuran kemiringannya dicantumkan dengan harga tangen sudutnya.

3. Penunjukan Ukuran pada bagian yang dikerjakan khusus Untuk memberikan keterangan gambar pada benda-benda yang dikerjakan khusus, misalnya dikartel pada bagian tertentu atau dihaluskan dengan ampelas halus, maka pada bagian yang dikerjakan khusus tadi gambar luarnya diberi garis tebal bertitik (lihat gambar berikut)

7.1.4.3 Pemberian ukuran pada bagian-bagian yang simetris. Untuk memberikan ukuran-ukuran pada gambar-gambar simetris, jarak antara tepi dan sumbu simetrisnya tidak dicanturnkan (lihat gambar berikut).

7.2

Pencatuman Simbol-simbol Ukuran

Untuk benda-benda dengan bentuk tertentu, ukurannya dicantumkan disertai simbol bentuknya: misal benda-benda yang berbentuk silinder, bujur sangkar, bola dan pingulan (Chamfer). Lihat gambar

Keterangan: 50 = Diameter bola dengan ukuran 32 mm SR 16 = Jari-jari bola dengan ukuran 16 mm C3 = Chamfer atau pinggulan dengan ukuran 3 x 45 023 = Simbol ukuran silinder, dengan ukuran 23 mm 34 = Simbol ukuran bujur sangkar, dengan ukuran sisinya 34 mm 120 = Simbol ukuran tidak menurut skala yang sehenarnya M12 = Simbol ukuran ulir dengan jenis ulir metris dan diameter luarnya 12 mm 2 = (Silang/cros clengan garis tipis) ; simbol bidang rata I = (Strip titik tebal) ; simbol bagian yang dikerjakan khusus113 7.2.1 Penunjukan ukuran jari-jari Untuk rnenunjukkan ukuran jari-jari, dapat digambarkandengan garis ukur dimulai dan titik pusat sampai busur Iingkaranya. Sebagai simbol dari jari-jari tersebut, diberi tanda huruf R (lihat

gambar berikut

7.2.2 Pengukuran Ketebalan Pengukuran benda-benda tipis, seperti pengukuran pada pelat ukuran tebalnya dapat dilengkapi dengan simbol t sebagai singkatan dan thicknees y ang secara kebetulan artinya tebal (juga berhuruf awal t). Penunjukan ukurannya lihat gambar berikut :

7.2.3 Jenis-jenis Penulisan Ukuran Penulisan ukuran pada gambar kerja, menurut jenisnya terdiri atas; Ukuran berantai Ukuran paralel (sejajar) Ukuran kombinasi Ukuran berimpit Ukuran koordinat Ukuran yang berjarak sama Ukuran terhadap bidang referensi 7.2.3.1 Ukuran berantai Percantuman ukuran secara berantai ini ada kelebihan dari kekurangannya. Kelebihannya adalah mempercepat pembuatan gambar kerja, sedangkan kekurangannya adalah dapat mengumpulkan toleransi yang semakin besar, sehingga pekerjaan tidak teliti. Oleh karena itu pencantuman ukuran

secara berantai ini pada umumnya dilakukan pada pekerjaan-pckerjaan yang tidak mernerlukan ketelitian yang tinggi.

7.2.3.2

Ukuran paralel (sejajar)

7.2.3.3

. Ukuran kombinasi

7.2.3.4 . Ukuran berimpit Ukuran berimpit yaitu pengukuran dengan garis-garis ukur yang ditumpangkan (berimpit) satu sama lain. Ukuran berimpit ini dapat dibuat jika tidak menimbulkan kesalah pahaman dalam membaca gambarnya (lihat gambar )

Pada pengukuran berimpit ini, titik pangkal sebagai batas ukuran/patokan ukuran (bidang referensi)nya harus dibuat lingkaran, dan angka ukurannya harus diletakkan dekat anak panah sesuai dengan penunjukan ukurannya.

7.2.3.5 Pengukuran terhadap bidang referensi Bidang referensi adalah bidang batas ukuran yang digunakan sebagai Patokan pengukur Contoh : pengukuran benda kerja bubutan terhadap bidang datar/rata (lihat gambar ).

7.2.3.6 Pengukuran koordinat Jika pengukuran berimpit dilakukan dengan dua arah, yaitu penunjukan ukuran ke arah sumbu x dan penunjukan ukurah ke arah sumbu y dengan bidang referensinya di 0, maka akan didapat pengukuran koordinat (lihat gambar).

7.2.3.7 Pengukuran yang berjarak sama Untuk memberikan ukuran pada bagian yang berjarak sama, penunjukan ukurannya dapat dilaksanakan sebagai berikut (lihat gambar).

Untuk rnenghindarkan kesalahan/keraguan didalam membaca gambarnya, dapat dituliskan dalah satu ukurannya (lihat gambar).

7.2.3.8 . Pengukuran alur pasak Jika kita memberikan ukuran diameter pada penampang/potongan yang beralur pasak, misalnya pada kopling,roda gigi, atau alur pasak pada puli, maka penunjukan ukura diameternya seperti tampak pada gambar berikut

7.2.3.9 Pengukuran pada lubang Untuk memberikan ukuran pada lubang yang berjarak sama, dapat dilakukan seperti tampak pada gambar berikut

7.2.3.10 Pengukuran profil Untuk memberikan ukuran pada profil-profil yang telah distandar, dapat dilakukan seperti tampak pada gambar berikut

Cara membuat gambar mur dan baut, serta pengukurannya.

Pembuatan mur

8

Toleransi

Definisi Toleransi merupakan batas-batas ukuran yang masih diijinkan untuk keperluan suatu perakitan agar bisa berjalan sesuai dengan keinginan. Penulisan toleransi sangat diperlukan mengingat pada saat gambar dikerjakan dengan mesin akan ada penyimpangan. Hal ini karena pada umumnya mesin yang digunakan cenderung memiliki beberapa kelemahan, antara lain: a) penyetelan mesin perkakas yang tidak bisa sempurna, b) adanya keausan alat potong/pahat, d) adanya perubahan temperatur benda kerja saat pengerjaan, dan e) besarnya gaya pemotongan.

Toleransi pada komponen yang akan dirakit harus memiliki syarat-syarat perpaduan tertentu agar komponen dapat bekerja optimal. Ada berbagai macam jenis ukuran dalam sistim toleransi, antyara lain: ukuran nominal (N), ukuiran aktual (I), penyimopangan atas (U), penyimpangan bawah (L), toleransi (IT), garis dasar,Keleonggaran (clearence), kesesakan (interference), dan suaian

8.1 Penulisan toleransi Penulisan toleransi pada gambar mesin merupakan informasi penting agar ada persamaan persepsi dalam membaca gambar. Ada beberapa macam teknik penulisan toleransi suaian dan pemyimpangan, antara lain: a) Toleransi suaian ISO

b) Toleransi suaian dengan lambang dan nilai penyimpangan

c) Toleransi dan nilai penyimpangan

d) Toleransi dan nilai penyimpangan nol

e) Toleransi simetris

f) Batas-batas ukuran

g) Batas ukuran dalam satu arah

Toleransi pada gambar susunan terdiri dari toleransi pada susunan poros dan lubang serta toleransi pada ukuran sudut yang dapat dituliskan sebsagai berikut:

jenis -jenis penulisan toleransi pada gambar susunan

Jenis -jenis penulisan toleransi pada ukuran sudut

8.2 Cara Penulisan Toleransi Ukuran/Dimensi Toleransi dituliskan di gambar kerja dengan cara tertentu sesuai dengan standar yang diikuti (ASME atau ISO). Toleransi bisa dituliskan dengan beberapa cara: 8.2.1

Ditulis menggunakan ukuran dasar dan penyimpangan yang diijinkan

8.2.2 Satuan Toleransi Satuan toleransi merupakan bilangan konstan dengan satuan (unit) m yang besarnya tergantungpada batas-batas daerah ukuran nominal Dalam sistem ISO telah ditetapkan 20 kelas toleransi ( grades of

tolerance) yang dinamakan toleransi standar yaitu mulai dari IT 01, IT 0, IT 1 sampai dengan IT 18. Untuk kualitas 5 sampai 16 harga dari toleransi standar dapat dihitung dengan menggunakan satuan toleransi i (tolerance unit), yaitu : Harga I tersebut untuk daerah ukuran nominal = 500. Sedangkan untuk daerah ukuran nominal = 500, maka harga i adalah:

Di mana : i = satuan toleransi (dalam Pm) D=Rata-rata geometrik batas-batas ukuran nominal ( mm).

8.3 Penandaan Kualitas permukaan Kualitas permukaan benda yang akan dikerjakan dengan mesin akan ditandai dengan simbol sebagai berikut:

Dimana: a = Harga/tingkat kekasaran b = Jenis Pengerjaan c = ukuran lebih (allowance) d = serat alur/serat pengerjaan potong Contoh: Benda berikut akan dikerjakan dengan mesin misalnya mesin bubut, mesin gerinda atau lainnya dengan kualitas kekasaran N7 (kekasaran tertinggi), dan akhirnya dicrom dengan tingkat kekasaran N5. Agar dapat dipahami oleh operator mesin, maka benda tersebut harus diberi simbol sebagai berikut

Penandaan Kualitas Permukaan

9

SUAIAN

9.1 Jenis-jenis suaian Suaian merupakan hubungan yang dihasilkan oleh pasangan poros dan lubang yang memiliki perbedaan ukuran/dimensi. Perbedaan

ukuran

tersebut

dapat

menimbulkan

beberapakemungkinan, antara lain: longgor, sesak, atau pas

kelonggaran dan kesesakan antara poros dan lubang

Suaian (fit) memiliki tiga kategori, antara lain : 1. Suaian Longgar (Clearance Fit), yaitu selalu menghasilkan kelonggaran), daerah toleransi lubang selalu terletak di atas daerah toleransi poros.

Suaian longgar 2.

Suaian paksa ( Interference Fit), yaitu suaian yang akan menghasilkan kerapatan, daerah toleransi lubang selalu terletak di bawah toleransi poros.

Suaian paksa

3. Suaian transisi (Transition Fit), yaitu suaian yang dapat menghasilkan kelonggaran ataupun kerapatan, daerah toleransi lubang dan daerah toleransi poros yang saling menutupi.

Suaian transisi Beberapa suaian yang terjadi di luar suaian tersebut di atas bisa terjadi, terutama di daerah suaian paksa dan longgar yang mungkin masih terjadi beberapa pasangan dari longgar (Loose Running) sampai paksa (force). Beberapa contoh suaian menggunakan basis lubang yang terjadi dapat dilihat pada Tabel

DAFTAR PUSTAKA Daryanto, dkk, 1977, Menggambar Teknik Mesin, Depdikbud, Jakarta Majumdar, 2001, Pneumatic Systems Principles and Maintenance,Tata McGraw-Hill, New Delhi. Sugiharto, 1987, Menggambar Mesin Menurut Standar ISO, Pradya Paramitha, Jakarta Supriyono dan Almeriany. 1983. Gambar Teknik. Solo: ATMI ST Mikael