Kapal pinisi yang dilengkapi dengan motor diesel disebut

Pinisi di pelabuhan Paotere, Makassar

Gambar Pinisi type Lamba

Pinisi Lamba bermesin

Pinisi adalah kapal layar tradisional khas asal Indonesia, yang berasal dari Suku Bugis dan Suku Makassar di Sulawesi Selatan tepatnya dari desa Bira kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba. Pinisi sebenarnya adalah nama layar. Kapal ini umumnya memiliki dua tiang layar utama dan tujuh buah layar, yaitu tiga di ujung depan, dua di depan, dan dua di belakang; umumnya dipakai sbg pengangkutan benda/barang antarpulau[1]. Dua tiang layar utama tersebut berlandaskan 2 kalimat syahadat dan tujuah buah layar adalah banyak dari surah Al-Fatihah. Pinisi adalah suatu kapal layar yang memakai jenis layar sekunar[2] dengan dua tiang dengan tujuh helai layar yang dan juga mempunyai definisi bahwa nenek moyang bangsa Indonesia mampu mengharungi tujuh samudera akbar di alam.

Sejarah

Kapal kayu Pinisi telah dipakai di Indonesia semenjak beberapa seratus tahun yang lalu, dianggarkan[3] kapal pinisi sudah mempunyai sebelum tahun 1500an. Menurut[4] naskah Lontarak I Babad La Lagaligo pada seratus tahun ke 14, Pinisi pertama kali diproduksi oleh Sawerigading, Putera Mahkota Kerajaan Luwu sbg berlayar menuju negeri Tiongkok ingin meminang Putri Tiongkok yang bernama We Cudai.

Sawerigading sukses ke negeri Tiongkok dan memperisteri Puteri We Cudai. Setelah beberapa lama tinggal di negeri Tiongkok, Sawerigading kembali kekampung halamannya dengan memakai Pinisinya ke Luwu. Menjelang masuk perairan Luwu kapal diterjang gelombang akbar dan Pinisi terbelah tiga yang terdampar di desa Ara, Tanah Lemo dan Bira. Warga ketiga desa tersebut kemudian merakit pecahan kapal tersebut menjadi perahu yang kemudian dinamakan Pinisi. Orang Ara adalah pembuat badan kapal, di Tana Lemo kapal tersebut dirakit dan orang Bira yang merancang kapal tersebut menjadi Pinisi dan ketujuh layar tersebut lahir dari pemikiran orang-orang Bira.

Konon, nama Pinisi ini diambil dari nama seseorang yang bernama Pinisi itu sendiri. Suatu ketika dia berlayar melewati pesisir pantai Bira. Dia melihat rentetan kapal sekitar laut sana, dia kemudian menegur salah seorang nahkoda kapal tersebut bahwasanya layar yang dipakainya sedang perlu diperbaiki. Semenjak ketika itu orang Bira berfikir dan mendesain layar sedemikian rupa dan pengahabisannya mempunyai wujud layar Pinisi yang seperti sekarang ini. Atas teguran orang tersebut karenanya orang-orang Bira memberi layar itu dengan nama Pinisi.

Ritual pembangunan Pinisi

Upacara kurban sbg pembuatan perahu pinisi adalah salah satu dimana kemegahan pinisi dilahirkan.Para pembuat perahu tradisional ini, yakni: orang-orang Ara, Tana Lemo dan Bira, yang secara turun temurun mewarisi tradisi kelautan nenek moyangnya. Upacara ritual juga sedang mewarnai ronde pembuatan perahu ini, Hari berpihak kepada yang benar sbg mencari kayu kebanyakan jatuh pada hari ke lima dan ketujuh pada bulan yang berlanjut. Angka 5 [naparilimai dalle’na] yang berfaedah rezeki sudah ditangan. Sedangkan angka 7 [natujuangngi dalle’na] berfaedah selalu mampu rezeki. Setelah mampu hari berpihak kepada yang benar, lalu kepala tukang yang disebut "punggawa" memimpin pencarian.

Sebelum pohon ditebang, dilakukan upacara sbg mengusir roh penghuni kayu tersebut. Seekor ayam menjadi sbg korban sbg dipersembahkan kepada roh. Jenis pohon yang ditebang itu disesuaikan dengan fungsi kayu tersebut. Pemotongan kayu sbg papan selalu disesuaikan dengan arah urat kayu agar kekuatannya terjamm. Setelah semua bahan kayu mencukupi, barulah dikumpulkan sbg dikeringkan.Pembuatan perahu pinisi di Tanah Beru.

Peletakan lunas juga memakai upacara khusus. Ketika pemotongan, lunas ditaruh menghadap Timur Laut. Balok lunas ronde depan adalah simbol lelaki. Sedang balok lunas ronde belakangan diartikan sbg simbol wanita. Setelah dimantrai, ronde yang hendak dipotong ditandai dengan pahat. Pemotongan yang dilakukan dengan gergaji mesti dilakukan sekaligus tanpa boleh selesai. Karena itu, pemotongan mesti dilakukan oleh orang yang berkemampuan kuat.

Ujung lunas yang sudah terpotong tidak boleh menyentuh tanah. Bila balok ronde depan sudah putus, potongan itu mesti dilarikan sbg dibuang ke laut. Potongan itu menjadi benda penolak bala dan menjadi kiasan Sbg suami yang siap melaut sbg mencari nafkah. Sedangkan potongan balok lunas ronde belakangan disimpan di rumah, dikiaskan sbg istri pelaut yang dengan setia menunggu suami pulang dan membawa rezeki.

Pemasangan papan pengapit lunas, ditemani dengan upacara Kalebiseang. Upacara Anjarreki yaitu sbg penguatan lunas, disusul dengan penyusunan papan dari bawah dengan ukuran lapang yang terkecil sampai keatas dengan ukuran yang terlebar. Banyak seluruh papan dasar sbg perahu pinisi adalah 126 lembar. Setelah papan teras tersusun, diteruskan dengan pemasangan buritan tempat menaruh kendali ronde bawah.

Apabila badan perahu sudah habis dikerjakan, dilanjutkan dengan pekerjaan a’panisi, yaitu memasukkan majun pada antara papan. Sbg merekat sambungan papan agar kuat, dipakai sejenis kulit pohon barruk. Selanjutnya, dilakukan allepa, yaitu mendempul. Bahan dempul terbuat dari campuran kapur dan minyak kelapa. Campuran tersebut diaduk Selama 12 jam, dikerjakan sedikitnya 6 orang. Sbg kapal 100 ton, diperlukan 20 kg dempul badan kapal. Sentuhan terakhir adalah menggosok dempul dengan kulit pepaya.

Ronde terakhir lahir pinisi adalan peluncurannya. Upacara selamatan disediakan lagi. Peluncuran kapal diawali dengan upacara norma budaya Appasili yaitu ritual yang mempunyai tujuan sbg menolak bala. Kelengkapan upacara berupa seikat dedaunan yang terdiri dari daun sidinging, sinrolo, taha tinappasa, taha siri, dan panno-panno yang diikat bersama pimping. Dedaunan diberi isi ke dalam air dan kemudian dipercikkan dengan cara dikibas-kibaskan ke sekeliling perahu. Sbg perahu dengan bobot kurang dan 100 ton, kebanyakan dipotong seekor kambing. Sedangkan sbg kapal 100 ton keatas, dipotong seekor sapi,setelah dipotong kaki depan kambing atau sapi dipotong ronde lutut kebawah di gantung di anjungan sedangkan kaki belakangan di gantung di buritan phinisi[5] definisinya memudahkan ketika peluncurannya seperti jalannya binatang secara normal. Selanjutnya mempunyai upacara Ammossi yaitu upacara pemberian pusat pada pertengahan lunas perahu dan setelah itu perahu ditarik ke laut. Pemberian pusat ini adalah istilah yang didasarkan pada keyakinan bahwa perahu ialah 'anak' punggawa atau Panrita Lopi sehingga dengan demikian berlandaskan keyakinan karenanya upacara ammossi adalah simbol pemotongan tali pusar bayi yang baru lahir. Ketika pinisi sudah mengapung di laut, barulah dipasang layar dan dua tiang. Layarnya berjumlah tujuh. Kapal yang diluncurkan kebanyakan sudah siap dengan awaknya. Peluncuran kapal dilakukan pada ketika air pasang dan matahari sedang naik. Punggawa alias kepala tukang, sbg pelaksana utama upacara tersebut, duduk di sebelah kiri lunas. Doa atau tepatnya mantra pun diberitahukan.

Jenis kapal pinisi

Mempunyai beberapa jenis kapal pinisi, namun yang kebanyakan pinisi mempunyai 2 jenis :

  1. Lamba atau lambo. Pinisi modern yang sedang bertahan sampai ketika ini dan sekarang dilengkapi dengan motor diesel [PLM].
  2. Palari. adalah wujud awal pinisi dengan lunas yang melengkung dan ukurannya semakin kecil dari jenis Lamba.

Pinisi Masa Sekarang

Di era globalisasi phinisi sbg kapal benda/barang berganti fungsi menjadi kapal pesiar mewah komersial maupun ekspedisi yang dibiayai oleh investor lokal dan luar negeri, dengan interior mewah dan dilengkapi dengan peralatan menyelam, permainan air sbg wisata bahari dan awak yang terlatih dan diperkuat dengan teknik modern. Salah satu contoh kapal pesiar mewah terbaru adalah Silolona berlayar di bawah bendara.

Kapal pinisi juga menjadi simbol sbg gerakan WWF yaitu #SOSharks, program pelestarian ikan hiu dari WWF, dan pernah dipakai oleh perusahaan terkenal di Indonesia yaitu Bank BNI.

Lihat pula

  • Pelayaran rakyat
  • Kapal layar
  • Sunda Kelapa

Pustaka

  1. ^ Kamus Akbar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2002.
  2. ^ [1] Museum Bahari
  3. ^ [2] The Indonesian Phinisi
  4. ^ [3] Pusat Kerajinan Perahu Pinisi
  5. ^ [4]Phinisi tradisional asli Indonesia

Galeri


edunitas.com

Page 2

Pinisi di pelabuhan Paotere, Makassar

Gambar Pinisi type Lamba

Pinisi Lamba bermesin

Pinisi adalah kapal layar tradisional khas asal Indonesia, yang berasal dari Suku Bugis dan Suku Makassar di Sulawesi Selatan tepatnya dari desa Bira kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba. Pinisi sebenarnya adalah nama layar. Kapal ini umumnya memiliki dua tiang layar utama dan tujuh buah layar, yaitu tiga di ujung depan, dua di depan, dan dua di belakang; umumnya dipakai sbg pengangkutan benda/barang antarpulau[1]. Dua tiang layar utama tersebut berlandaskan 2 kalimat syahadat dan tujuah buah layar adalah banyak dari surah Al-Fatihah. Pinisi adalah suatu kapal layar yang memakai jenis layar sekunar[2] dengan dua tiang dengan tujuh helai layar yang dan juga mempunyai definisi bahwa nenek moyang bangsa Indonesia mampu mengharungi tujuh samudera akbar di alam.

Sejarah

Kapal kayu Pinisi telah dipakai di Indonesia semenjak beberapa seratus tahun yang lalu, dianggarkan[3] kapal pinisi sudah mempunyai sebelum tahun 1500an. Menurut[4] naskah Lontarak I Babad La Lagaligo pada seratus tahun ke 14, Pinisi pertama kali diproduksi oleh Sawerigading, Putera Mahkota Kerajaan Luwu sbg berlayar menuju negeri Tiongkok ingin meminang Putri Tiongkok yang bernama We Cudai.

Sawerigading sukses ke negeri Tiongkok dan memperisteri Puteri We Cudai. Setelah beberapa lama tinggal di negeri Tiongkok, Sawerigading kembali kekampung halamannya dengan memakai Pinisinya ke Luwu. Menjelang masuk perairan Luwu kapal diterjang gelombang akbar dan Pinisi terbelah tiga yang terdampar di desa Ara, Tanah Lemo dan Bira. Warga ketiga desa tersebut kemudian merakit pecahan kapal tersebut menjadi perahu yang kemudian dinamakan Pinisi. Orang Ara adalah pembuat badan kapal, di Tana Lemo kapal tersebut dirakit dan orang Bira yang merancang kapal tersebut menjadi Pinisi dan ketujuh layar tersebut lahir dari pemikiran orang-orang Bira.

Konon, nama Pinisi ini diambil dari nama seseorang yang bernama Pinisi itu sendiri. Suatu ketika dia berlayar melewati pesisir pantai Bira. Dia melihat rentetan kapal sekitar laut sana, dia kemudian menegur salah seorang nahkoda kapal tersebut bahwasanya layar yang dipakainya sedang perlu diperbaiki. Semenjak ketika itu orang Bira berfikir dan mendesain layar sedemikian rupa dan pengahabisannya mempunyai wujud layar Pinisi yang seperti sekarang ini. Atas teguran orang tersebut karenanya orang-orang Bira memberi layar itu dengan nama Pinisi.

Ritual pembangunan Pinisi

Upacara kurban sbg pembuatan perahu pinisi adalah salah satu dimana kemegahan pinisi dilahirkan.Para pembuat perahu tradisional ini, yakni: orang-orang Ara, Tana Lemo dan Bira, yang secara turun temurun mewarisi tradisi kelautan nenek moyangnya. Upacara ritual juga sedang mewarnai ronde pembuatan perahu ini, Hari berpihak kepada yang benar sbg mencari kayu kebanyakan jatuh pada hari ke lima dan ketujuh pada bulan yang berlanjut. Angka 5 [naparilimai dalle’na] yang berfaedah rezeki sudah ditangan. Sedangkan angka 7 [natujuangngi dalle’na] berfaedah selalu mampu rezeki. Setelah mampu hari berpihak kepada yang benar, lalu kepala tukang yang disebut "punggawa" memimpin pencarian.

Sebelum pohon ditebang, dilakukan upacara sbg mengusir roh penghuni kayu tersebut. Seekor ayam menjadi sbg korban sbg dipersembahkan kepada roh. Jenis pohon yang ditebang itu disesuaikan dengan fungsi kayu tersebut. Pemotongan kayu sbg papan selalu disesuaikan dengan arah urat kayu agar kekuatannya terjamm. Setelah semua bahan kayu mencukupi, barulah dikumpulkan sbg dikeringkan.Pembuatan perahu pinisi di Tanah Beru.

Peletakan lunas juga memakai upacara khusus. Ketika pemotongan, lunas ditaruh menghadap Timur Laut. Balok lunas ronde depan adalah simbol lelaki. Sedang balok lunas ronde belakangan diartikan sbg simbol wanita. Setelah dimantrai, ronde yang hendak dipotong ditandai dengan pahat. Pemotongan yang dilakukan dengan gergaji mesti dilakukan sekaligus tanpa boleh selesai. Karena itu, pemotongan mesti dilakukan oleh orang yang berkemampuan kuat.

Ujung lunas yang sudah terpotong tidak boleh menyentuh tanah. Bila balok ronde depan sudah putus, potongan itu mesti dilarikan sbg dibuang ke laut. Potongan itu menjadi benda penolak bala dan menjadi kiasan Sbg suami yang siap melaut sbg mencari nafkah. Sedangkan potongan balok lunas ronde belakangan disimpan di rumah, dikiaskan sbg istri pelaut yang dengan setia menunggu suami pulang dan membawa rezeki.

Pemasangan papan pengapit lunas, ditemani dengan upacara Kalebiseang. Upacara Anjarreki yaitu sbg penguatan lunas, disusul dengan penyusunan papan dari bawah dengan ukuran lapang yang terkecil sampai keatas dengan ukuran yang terlebar. Banyak seluruh papan dasar sbg perahu pinisi adalah 126 lembar. Setelah papan teras tersusun, diteruskan dengan pemasangan buritan tempat menaruh kendali ronde bawah.

Apabila badan perahu sudah habis dikerjakan, dilanjutkan dengan pekerjaan a’panisi, yaitu memasukkan majun pada antara papan. Sbg merekat sambungan papan agar kuat, dipakai sejenis kulit pohon barruk. Selanjutnya, dilakukan allepa, yaitu mendempul. Bahan dempul terbuat dari campuran kapur dan minyak kelapa. Campuran tersebut diaduk Selama 12 jam, dikerjakan sedikitnya 6 orang. Sbg kapal 100 ton, diperlukan 20 kg dempul badan kapal. Sentuhan terakhir adalah menggosok dempul dengan kulit pepaya.

Ronde terakhir lahir pinisi adalan peluncurannya. Upacara selamatan disediakan lagi. Peluncuran kapal diawali dengan upacara norma budaya Appasili yaitu ritual yang mempunyai tujuan sbg menolak bala. Kelengkapan upacara berupa seikat dedaunan yang terdiri dari daun sidinging, sinrolo, taha tinappasa, taha siri, dan panno-panno yang diikat bersama pimping. Dedaunan diberi isi ke dalam air dan kemudian dipercikkan dengan cara dikibas-kibaskan ke sekeliling perahu. Sbg perahu dengan bobot kurang dan 100 ton, kebanyakan dipotong seekor kambing. Sedangkan sbg kapal 100 ton keatas, dipotong seekor sapi,setelah dipotong kaki depan kambing atau sapi dipotong ronde lutut kebawah di gantung di anjungan sedangkan kaki belakangan di gantung di buritan phinisi[5] definisinya memudahkan ketika peluncurannya seperti jalannya binatang secara normal. Selanjutnya mempunyai upacara Ammossi yaitu upacara pemberian pusat pada pertengahan lunas perahu dan setelah itu perahu ditarik ke laut. Pemberian pusat ini adalah istilah yang didasarkan pada keyakinan bahwa perahu ialah 'anak' punggawa atau Panrita Lopi sehingga dengan demikian berlandaskan keyakinan karenanya upacara ammossi adalah simbol pemotongan tali pusar bayi yang baru lahir. Ketika pinisi sudah mengapung di laut, barulah dipasang layar dan dua tiang. Layarnya berjumlah tujuh. Kapal yang diluncurkan kebanyakan sudah siap dengan awaknya. Peluncuran kapal dilakukan pada ketika air pasang dan matahari sedang naik. Punggawa alias kepala tukang, sbg pelaksana utama upacara tersebut, duduk di sebelah kiri lunas. Doa atau tepatnya mantra pun diberitahukan.

Jenis kapal pinisi

Mempunyai beberapa jenis kapal pinisi, namun yang kebanyakan pinisi mempunyai 2 jenis :

  1. Lamba atau lambo. Pinisi modern yang sedang bertahan sampai ketika ini dan sekarang dilengkapi dengan motor diesel [PLM].
  2. Palari. adalah wujud awal pinisi dengan lunas yang melengkung dan ukurannya semakin kecil dari jenis Lamba.

Pinisi Masa Sekarang

Di era globalisasi phinisi sbg kapal benda/barang berganti fungsi menjadi kapal pesiar mewah komersial maupun ekspedisi yang dibiayai oleh investor lokal dan luar negeri, dengan interior mewah dan dilengkapi dengan peralatan menyelam, permainan air sbg wisata bahari dan awak yang terlatih dan diperkuat dengan teknik modern. Salah satu contoh kapal pesiar mewah terbaru adalah Silolona berlayar di bawah bendara.

Kapal pinisi juga menjadi simbol sbg gerakan WWF yaitu #SOSharks, program pelestarian ikan hiu dari WWF, dan pernah dipakai oleh perusahaan terkenal di Indonesia yaitu Bank BNI.

Lihat pula

  • Pelayaran rakyat
  • Kapal layar
  • Sunda Kelapa

Pustaka

  1. ^ Kamus Akbar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2002.
  2. ^ [1] Museum Bahari
  3. ^ [2] The Indonesian Phinisi
  4. ^ [3] Pusat Kerajinan Perahu Pinisi
  5. ^ [4]Phinisi tradisional asli Indonesia

Galeri


edunitas.com

Page 3

Pinisi di pelabuhan Paotere, Makassar

Gambar Pinisi type Lamba

Pinisi Lamba bermesin

Pinisi adalah kapal layar tradisional khas asal Indonesia, yang berasal dari Suku Bugis dan Suku Makassar di Sulawesi Selatan tepatnya dari desa Bira kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba. Pinisi sebenarnya adalah nama layar. Kapal ini umumnya memiliki dua tiang layar utama dan tujuh buah layar, yaitu tiga di ujung depan, dua di depan, dan dua di belakang; umumnya dipakai sbg pengangkutan benda/barang antarpulau[1]. Dua tiang layar utama tersebut berlandaskan 2 kalimat syahadat dan tujuah buah layar adalah banyak dari surah Al-Fatihah. Pinisi adalah suatu kapal layar yang memakai jenis layar sekunar[2] dengan dua tiang dengan tujuh helai layar yang dan juga mempunyai definisi bahwa nenek moyang bangsa Indonesia mampu mengharungi tujuh samudera akbar di alam.

Sejarah

Kapal kayu Pinisi telah dipakai di Indonesia semenjak beberapa seratus tahun yang lalu, dianggarkan[3] kapal pinisi sudah mempunyai sebelum tahun 1500an. Menurut[4] naskah Lontarak I Babad La Lagaligo pada seratus tahun ke 14, Pinisi pertama kali diproduksi oleh Sawerigading, Putera Mahkota Kerajaan Luwu sbg berlayar menuju negeri Tiongkok ingin meminang Putri Tiongkok yang bernama We Cudai.

Sawerigading sukses ke negeri Tiongkok dan memperisteri Puteri We Cudai. Setelah beberapa lama tinggal di negeri Tiongkok, Sawerigading kembali kekampung halamannya dengan memakai Pinisinya ke Luwu. Menjelang masuk perairan Luwu kapal diterjang gelombang akbar dan Pinisi terbelah tiga yang terdampar di desa Ara, Tanah Lemo dan Bira. Warga ketiga desa tersebut kemudian merakit pecahan kapal tersebut menjadi perahu yang kemudian dinamakan Pinisi. Orang Ara adalah pembuat badan kapal, di Tana Lemo kapal tersebut dirakit dan orang Bira yang merancang kapal tersebut menjadi Pinisi dan ketujuh layar tersebut lahir dari pemikiran orang-orang Bira.

Konon, nama Pinisi ini diambil dari nama seseorang yang bernama Pinisi itu sendiri. Suatu ketika dia berlayar melewati pesisir pantai Bira. Dia melihat rentetan kapal sekitar laut sana, dia kemudian menegur salah seorang nahkoda kapal tersebut bahwasanya layar yang dipakainya sedang perlu diperbaiki. Semenjak ketika itu orang Bira berfikir dan mendesain layar sedemikian rupa dan pengahabisannya mempunyai wujud layar Pinisi yang seperti sekarang ini. Atas teguran orang tersebut karenanya orang-orang Bira memberi layar itu dengan nama Pinisi.

Ritual pembangunan Pinisi

Upacara kurban sbg pembuatan perahu pinisi adalah salah satu dimana kemegahan pinisi dilahirkan.Para pembuat perahu tradisional ini, yakni: orang-orang Ara, Tana Lemo dan Bira, yang secara turun temurun mewarisi tradisi kelautan nenek moyangnya. Upacara ritual juga sedang mewarnai ronde pembuatan perahu ini, Hari berpihak kepada yang benar sbg mencari kayu kebanyakan jatuh pada hari ke lima dan ketujuh pada bulan yang berlanjut. Angka 5 [naparilimai dalle’na] yang berfaedah rezeki sudah ditangan. Sedangkan angka 7 [natujuangngi dalle’na] berfaedah selalu mampu rezeki. Setelah mampu hari berpihak kepada yang benar, lalu kepala tukang yang disebut "punggawa" memimpin pencarian.

Sebelum pohon ditebang, dilakukan upacara sbg mengusir roh penghuni kayu tersebut. Seekor ayam menjadi sbg korban sbg dipersembahkan kepada roh. Jenis pohon yang ditebang itu disesuaikan dengan fungsi kayu tersebut. Pemotongan kayu sbg papan selalu disesuaikan dengan arah urat kayu agar kekuatannya terjamm. Setelah semua bahan kayu mencukupi, barulah dikumpulkan sbg dikeringkan.Pembuatan perahu pinisi di Tanah Beru.

Peletakan lunas juga memakai upacara khusus. Ketika pemotongan, lunas ditaruh menghadap Timur Laut. Balok lunas ronde depan adalah simbol lelaki. Sedang balok lunas ronde belakangan diartikan sbg simbol wanita. Setelah dimantrai, ronde yang hendak dipotong ditandai dengan pahat. Pemotongan yang dilakukan dengan gergaji mesti dilakukan sekaligus tanpa boleh selesai. Karena itu, pemotongan mesti dilakukan oleh orang yang berkemampuan kuat.

Ujung lunas yang sudah terpotong tidak boleh menyentuh tanah. Bila balok ronde depan sudah putus, potongan itu mesti dilarikan sbg dibuang ke laut. Potongan itu menjadi benda penolak bala dan menjadi kiasan Sbg suami yang siap melaut sbg mencari nafkah. Sedangkan potongan balok lunas ronde belakangan disimpan di rumah, dikiaskan sbg istri pelaut yang dengan setia menunggu suami pulang dan membawa rezeki.

Pemasangan papan pengapit lunas, ditemani dengan upacara Kalebiseang. Upacara Anjarreki yaitu sbg penguatan lunas, disusul dengan penyusunan papan dari bawah dengan ukuran lapang yang terkecil sampai keatas dengan ukuran yang terlebar. Banyak seluruh papan dasar sbg perahu pinisi adalah 126 lembar. Setelah papan teras tersusun, diteruskan dengan pemasangan buritan tempat menaruh kendali ronde bawah.

Apabila badan perahu sudah habis dikerjakan, dilanjutkan dengan pekerjaan a’panisi, yaitu memasukkan majun pada antara papan. Sbg merekat sambungan papan agar kuat, dipakai sejenis kulit pohon barruk. Selanjutnya, dilakukan allepa, yaitu mendempul. Bahan dempul terbuat dari campuran kapur dan minyak kelapa. Campuran tersebut diaduk Selama 12 jam, dikerjakan sedikitnya 6 orang. Sbg kapal 100 ton, diperlukan 20 kg dempul badan kapal. Sentuhan terakhir adalah menggosok dempul dengan kulit pepaya.

Ronde terakhir lahir pinisi adalan peluncurannya. Upacara selamatan disediakan lagi. Peluncuran kapal diawali dengan upacara norma budaya Appasili yaitu ritual yang mempunyai tujuan sbg menolak bala. Kelengkapan upacara berupa seikat dedaunan yang terdiri dari daun sidinging, sinrolo, taha tinappasa, taha siri, dan panno-panno yang diikat bersama pimping. Dedaunan diberi isi ke dalam air dan kemudian dipercikkan dengan cara dikibas-kibaskan ke sekeliling perahu. Sbg perahu dengan bobot kurang dan 100 ton, kebanyakan dipotong seekor kambing. Sedangkan sbg kapal 100 ton keatas, dipotong seekor sapi,setelah dipotong kaki depan kambing atau sapi dipotong ronde lutut kebawah di gantung di anjungan sedangkan kaki belakangan di gantung di buritan phinisi[5] definisinya memudahkan ketika peluncurannya seperti jalannya binatang secara normal. Selanjutnya mempunyai upacara Ammossi yaitu upacara pemberian pusat pada pertengahan lunas perahu dan setelah itu perahu ditarik ke laut. Pemberian pusat ini adalah istilah yang didasarkan pada keyakinan bahwa perahu ialah 'anak' punggawa atau Panrita Lopi sehingga dengan demikian berlandaskan keyakinan karenanya upacara ammossi adalah simbol pemotongan tali pusar bayi yang baru lahir. Ketika pinisi sudah mengapung di laut, barulah dipasang layar dan dua tiang. Layarnya berjumlah tujuh. Kapal yang diluncurkan kebanyakan sudah siap dengan awaknya. Peluncuran kapal dilakukan pada ketika air pasang dan matahari sedang naik. Punggawa alias kepala tukang, sbg pelaksana utama upacara tersebut, duduk di sebelah kiri lunas. Doa atau tepatnya mantra pun diberitahukan.

Jenis kapal pinisi

Mempunyai beberapa jenis kapal pinisi, namun yang kebanyakan pinisi mempunyai 2 jenis :

  1. Lamba atau lambo. Pinisi modern yang sedang bertahan sampai ketika ini dan sekarang dilengkapi dengan motor diesel [PLM].
  2. Palari. adalah wujud awal pinisi dengan lunas yang melengkung dan ukurannya semakin kecil dari jenis Lamba.

Pinisi Masa Sekarang

Di era globalisasi phinisi sbg kapal benda/barang berganti fungsi menjadi kapal pesiar mewah komersial maupun ekspedisi yang dibiayai oleh investor lokal dan luar negeri, dengan interior mewah dan dilengkapi dengan peralatan menyelam, permainan air sbg wisata bahari dan awak yang terlatih dan diperkuat dengan teknik modern. Salah satu contoh kapal pesiar mewah terbaru adalah Silolona berlayar di bawah bendara.

Kapal pinisi juga menjadi simbol sbg gerakan WWF yaitu #SOSharks, program pelestarian ikan hiu dari WWF, dan pernah dipakai oleh perusahaan terkenal di Indonesia yaitu Bank BNI.

Lihat pula

  • Pelayaran rakyat
  • Kapal layar
  • Sunda Kelapa

Pustaka

  1. ^ Kamus Akbar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2002.
  2. ^ [1] Museum Bahari
  3. ^ [2] The Indonesian Phinisi
  4. ^ [3] Pusat Kerajinan Perahu Pinisi
  5. ^ [4]Phinisi tradisional asli Indonesia

Galeri


edunitas.com

Page 4

Pinisi di pelabuhan Paotere, Makassar

Gambar Pinisi type Lamba

Pinisi Lamba bermesin

Pinisi adalah kapal layar tradisional khas asal Indonesia, yang berasal dari Suku Bugis dan Suku Makassar di Sulawesi Selatan tepatnya dari desa Bira kecamatan Bonto Bahari Kabupaten Bulukumba. Pinisi sebenarnya adalah nama layar. Kapal ini umumnya memiliki dua tiang layar utama dan tujuh buah layar, yaitu tiga di ujung depan, dua di depan, dan dua di belakang; umumnya dipakai sbg pengangkutan benda/barang antarpulau[1]. Dua tiang layar utama tersebut berlandaskan 2 kalimat syahadat dan tujuah buah layar adalah banyak dari surah Al-Fatihah. Pinisi adalah suatu kapal layar yang memakai jenis layar sekunar[2] dengan dua tiang dengan tujuh helai layar yang dan juga mempunyai definisi bahwa nenek moyang bangsa Indonesia mampu mengharungi tujuh samudera akbar di alam.

Sejarah

Kapal kayu Pinisi telah dipakai di Indonesia semenjak beberapa seratus tahun yang lalu, dianggarkan[3] kapal pinisi sudah mempunyai sebelum tahun 1500an. Menurut[4] naskah Lontarak I Babad La Lagaligo pada seratus tahun ke 14, Pinisi pertama kali diproduksi oleh Sawerigading, Putera Mahkota Kerajaan Luwu sbg berlayar menuju negeri Tiongkok ingin meminang Putri Tiongkok yang bernama We Cudai.

Sawerigading sukses ke negeri Tiongkok dan memperisteri Puteri We Cudai. Setelah beberapa lama tinggal di negeri Tiongkok, Sawerigading kembali kekampung halamannya dengan memakai Pinisinya ke Luwu. Menjelang masuk perairan Luwu kapal diterjang gelombang akbar dan Pinisi terbelah tiga yang terdampar di desa Ara, Tanah Lemo dan Bira. Warga ketiga desa tersebut kemudian merakit pecahan kapal tersebut menjadi perahu yang kemudian dinamakan Pinisi. Orang Ara adalah pembuat badan kapal, di Tana Lemo kapal tersebut dirakit dan orang Bira yang merancang kapal tersebut menjadi Pinisi dan ketujuh layar tersebut lahir dari pemikiran orang-orang Bira.

Konon, nama Pinisi ini diambil dari nama seseorang yang bernama Pinisi itu sendiri. Suatu ketika dia berlayar melewati pesisir pantai Bira. Dia melihat rentetan kapal sekitar laut sana, dia kemudian menegur salah seorang nahkoda kapal tersebut bahwasanya layar yang dipakainya sedang perlu diperbaiki. Semenjak ketika itu orang Bira berfikir dan mendesain layar sedemikian rupa dan pengahabisannya mempunyai wujud layar Pinisi yang seperti sekarang ini. Atas teguran orang tersebut karenanya orang-orang Bira memberi layar itu dengan nama Pinisi.

Ritual pembangunan Pinisi

Upacara kurban sbg pembuatan perahu pinisi adalah salah satu dimana kemegahan pinisi dilahirkan.Para pembuat perahu tradisional ini, yakni: orang-orang Ara, Tana Lemo dan Bira, yang secara turun temurun mewarisi tradisi kelautan nenek moyangnya. Upacara ritual juga sedang mewarnai ronde pembuatan perahu ini, Hari berpihak kepada yang benar sbg mencari kayu kebanyakan jatuh pada hari ke lima dan ketujuh pada bulan yang berlanjut. Angka 5 [naparilimai dalle’na] yang berfaedah rezeki sudah ditangan. Sedangkan angka 7 [natujuangngi dalle’na] berfaedah selalu mampu rezeki. Setelah mampu hari berpihak kepada yang benar, lalu kepala tukang yang disebut "punggawa" memimpin pencarian.

Sebelum pohon ditebang, dilakukan upacara sbg mengusir roh penghuni kayu tersebut. Seekor ayam menjadi sbg korban sbg dipersembahkan kepada roh. Jenis pohon yang ditebang itu disesuaikan dengan fungsi kayu tersebut. Pemotongan kayu sbg papan selalu disesuaikan dengan arah urat kayu agar kekuatannya terjamm. Setelah semua bahan kayu mencukupi, barulah dikumpulkan sbg dikeringkan.Pembuatan perahu pinisi di Tanah Beru.

Peletakan lunas juga memakai upacara khusus. Ketika pemotongan, lunas ditaruh menghadap Timur Laut. Balok lunas ronde depan adalah simbol lelaki. Sedang balok lunas ronde belakangan diartikan sbg simbol wanita. Setelah dimantrai, ronde yang hendak dipotong ditandai dengan pahat. Pemotongan yang dilakukan dengan gergaji mesti dilakukan sekaligus tanpa boleh selesai. Karena itu, pemotongan mesti dilakukan oleh orang yang berkemampuan kuat.

Ujung lunas yang sudah terpotong tidak boleh menyentuh tanah. Bila balok ronde depan sudah putus, potongan itu mesti dilarikan sbg dibuang ke laut. Potongan itu menjadi benda penolak bala dan menjadi kiasan Sbg suami yang siap melaut sbg mencari nafkah. Sedangkan potongan balok lunas ronde belakangan disimpan di rumah, dikiaskan sbg istri pelaut yang dengan setia menunggu suami pulang dan membawa rezeki.

Pemasangan papan pengapit lunas, ditemani dengan upacara Kalebiseang. Upacara Anjarreki yaitu sbg penguatan lunas, disusul dengan penyusunan papan dari bawah dengan ukuran lapang yang terkecil sampai keatas dengan ukuran yang terlebar. Banyak seluruh papan dasar sbg perahu pinisi adalah 126 lembar. Setelah papan teras tersusun, diteruskan dengan pemasangan buritan tempat menaruh kendali ronde bawah.

Apabila badan perahu sudah habis dikerjakan, dilanjutkan dengan pekerjaan a’panisi, yaitu memasukkan majun pada antara papan. Sbg merekat sambungan papan agar kuat, dipakai sejenis kulit pohon barruk. Selanjutnya, dilakukan allepa, yaitu mendempul. Bahan dempul terbuat dari campuran kapur dan minyak kelapa. Campuran tersebut diaduk Selama 12 jam, dikerjakan sedikitnya 6 orang. Sbg kapal 100 ton, diperlukan 20 kg dempul badan kapal. Sentuhan terakhir adalah menggosok dempul dengan kulit pepaya.

Ronde terakhir lahir pinisi adalan peluncurannya. Upacara selamatan disediakan lagi. Peluncuran kapal diawali dengan upacara norma budaya Appasili yaitu ritual yang mempunyai tujuan sbg menolak bala. Kelengkapan upacara berupa seikat dedaunan yang terdiri dari daun sidinging, sinrolo, taha tinappasa, taha siri, dan panno-panno yang diikat bersama pimping. Dedaunan diberi isi ke dalam air dan kemudian dipercikkan dengan cara dikibas-kibaskan ke sekeliling perahu. Sbg perahu dengan bobot kurang dan 100 ton, kebanyakan dipotong seekor kambing. Sedangkan sbg kapal 100 ton keatas, dipotong seekor sapi,setelah dipotong kaki depan kambing atau sapi dipotong ronde lutut kebawah di gantung di anjungan sedangkan kaki belakangan di gantung di buritan phinisi[5] definisinya memudahkan ketika peluncurannya seperti jalannya binatang secara normal. Selanjutnya mempunyai upacara Ammossi yaitu upacara pemberian pusat pada pertengahan lunas perahu dan setelah itu perahu ditarik ke laut. Pemberian pusat ini adalah istilah yang didasarkan pada keyakinan bahwa perahu ialah 'anak' punggawa atau Panrita Lopi sehingga dengan demikian berlandaskan keyakinan karenanya upacara ammossi adalah simbol pemotongan tali pusar bayi yang baru lahir. Ketika pinisi sudah mengapung di laut, barulah dipasang layar dan dua tiang. Layarnya berjumlah tujuh. Kapal yang diluncurkan kebanyakan sudah siap dengan awaknya. Peluncuran kapal dilakukan pada ketika air pasang dan matahari sedang naik. Punggawa alias kepala tukang, sbg pelaksana utama upacara tersebut, duduk di sebelah kiri lunas. Doa atau tepatnya mantra pun diberitahukan.

Jenis kapal pinisi

Mempunyai beberapa jenis kapal pinisi, namun yang kebanyakan pinisi mempunyai 2 jenis :

  1. Lamba atau lambo. Pinisi modern yang sedang bertahan sampai ketika ini dan sekarang dilengkapi dengan motor diesel [PLM].
  2. Palari. adalah wujud awal pinisi dengan lunas yang melengkung dan ukurannya semakin kecil dari jenis Lamba.

Pinisi Masa Sekarang

Di era globalisasi phinisi sbg kapal benda/barang berganti fungsi menjadi kapal pesiar mewah komersial maupun ekspedisi yang dibiayai oleh investor lokal dan luar negeri, dengan interior mewah dan dilengkapi dengan peralatan menyelam, permainan air sbg wisata bahari dan awak yang terlatih dan diperkuat dengan teknik modern. Salah satu contoh kapal pesiar mewah terbaru adalah Silolona berlayar di bawah bendara.

Kapal pinisi juga menjadi simbol sbg gerakan WWF yaitu #SOSharks, program pelestarian ikan hiu dari WWF, dan pernah dipakai oleh perusahaan terkenal di Indonesia yaitu Bank BNI.

Lihat pula

  • Pelayaran rakyat
  • Kapal layar
  • Sunda Kelapa

Pustaka

  1. ^ Kamus Akbar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, 2002.
  2. ^ [1] Museum Bahari
  3. ^ [2] The Indonesian Phinisi
  4. ^ [3] Pusat Kerajinan Perahu Pinisi
  5. ^ [4]Phinisi tradisional asli Indonesia

Galeri


edunitas.com

Page 5

Tags [tagged]: Judul Topik [Artikel] 2, 2 Februari, 2 Good 2 B True, 2 Harihar Nagar, 2 Ilir, Ilir Timur II, Palembang, 2 Tawarikh 1, 2 Tawarikh 10, 2 Tawarikh 11, 2 Tawarikh 12, 2 Tawarikh 28, 2 Tawarikh 29, 2 Tawarikh 3, 2 Tawarikh 30, 2 x 2, 2, 2, 4-Trimetilpentana, 2,2,3-Trimetilbutana, 2,2-Dimetilbutana, 20 Juni, 20 Lagu Terbaik Anie Carera, 20 Maret, 20 Mei

Page 6

Tags [tagged]: Judul Topik [Artikel] 2, 2 Februari, 2 Good 2 B True, 2 Harihar Nagar, 2 Ilir, Ilir Timur II, Palembang, 2 Tawarikh 1, 2 Tawarikh 10, 2 Tawarikh 11, 2 Tawarikh 12, 2 Tawarikh 28, 2 Tawarikh 29, 2 Tawarikh 3, 2 Tawarikh 30, 2 x 2, 2, 2, 4-Trimetilpentana, 2,2,3-Trimetilbutana, 2,2-Dimetilbutana, 20 Juni, 20 Lagu Terbaik Anie Carera, 20 Maret, 20 Mei

Page 7

Tags [tagged]: Judul Topik [Artikel] C, C-SPAN, C. S. Lewis, C. Th van Deventer, C.A. Bella Vista, C.G.E. Mannerheim, C.G.K. Reinwardt, C.H. Greenblatt, C.I.D. [film], Ca [huruf Arab], CA Bastia, Ca Bastia, Ca Batna, Cabagan, Isabela, Cabai, Cabai [disambiguasi], Cabai benalu, Cabai Panggul-kelabu, Cabai panggul-kuning, Cabai Panggul-kuning, Cabai perut-kuning

Page 8

Tags [tagged]: Judul Topik [Artikel] C, C-SPAN, C. S. Lewis, C. Th van Deventer, C.A. Bella Vista, C.G.E. Mannerheim, C.G.K. Reinwardt, C.H. Greenblatt, C.I.D. [film], Ca [huruf Arab], CA Bastia, Ca Bastia, Ca Batna, Cabagan, Isabela, Cabai, Cabai [disambiguasi], Cabai benalu, Cabai Panggul-kelabu, Cabai panggul-kuning, Cabai Panggul-kuning, Cabai perut-kuning

Page 9

Tags [tagged]: Judul Topik [Artikel] A, A Battle of Wits [film 2006], A battle of wits [film 2006], A Beautiful Mind, A better tomorrow, A Cinderella Story, A Clockwork Orange, A Clockwork Orange [film], A Collection, A Fresh Start for Something New, A Funny Thing Happened on the Way to the Forum, A Girl like Me, A Girl Like Me, A Journey [album], A kara, A Kind of Magic, A Kind of Magic [album], A Messenger, A Midsummer Night's Dream, A Midsummer Nights Dream, A Midsummer's Night Dream

Page 10

Tags [tagged]: Judul Topik [Artikel] A, A Battle of Wits [film 2006], A battle of wits [film 2006], A Beautiful Mind, A better tomorrow, A Cinderella Story, A Clockwork Orange, A Clockwork Orange [film], A Collection, A Fresh Start for Something New, A Funny Thing Happened on the Way to the Forum, A Girl like Me, A Girl Like Me, A Journey [album], A kara, A Kind of Magic, A Kind of Magic [album], A Messenger, A Midsummer Night's Dream, A Midsummer Nights Dream, A Midsummer's Night Dream

Page 11

Tags [tagged]: Judul Topik [Artikel] D, D'Maestro, D'Maleo Hotel & Convention Mamuju, D'Masiv, D'Plong: Sensasi Rock'n'Dut, D.o.t, D.T. Suzuki, D1 Tower, D14, DAAI TV, Daala Timur, Bulo, Polewali Mandar, Daallo Airlines, Daan Bovenberg, Dacia Nation, Dacia Romawi, Dactylia dichotoma, Dactylia varia, Dadang Wigiarto, Dadanggendis, Nguling, Pasuruan, Dadap, Dadap [disambiguasi]

Page 12

Tags [tagged]: Judul Topik [Artikel] D, D'Maestro, D'Maleo Hotel & Convention Mamuju, D'Masiv, D'Plong: Sensasi Rock'n'Dut, D.o.t, D.T. Suzuki, D1 Tower, D14, DAAI TV, Daala Timur, Bulo, Polewali Mandar, Daallo Airlines, Daan Bovenberg, Dacia Nation, Dacia Romawi, Dactylia dichotoma, Dactylia varia, Dadang Wigiarto, Dadanggendis, Nguling, Pasuruan, Dadap, Dadap [disambiguasi]

Page 13

Tags [tagged]: Judul Topik [Artikel] F, F-5 Freedom Fighter, F-84 Thunderjet, F-86 Sabre, F. Budi Hardiman, F.C. Gifu, F.C. Hansa Rostock, F.C. Internazionale, F.C. Internazionale Milano, F.L. Tobing, F.L. Wright, F.Scott Fitzgerald's Way Of Love, F.T. Island, F10, F3H Demon, F4F Wildcat, F6F Hellcat, FA Women's Premier League, FA Women's Super League, Fa-biayyi alaa'i Rabbi kuma tukadzdzi ban, Fa-Tal - Gal a Todo Vapor

Page 14

Tags [tagged]: Judul Topik [Artikel] F, F-5 Freedom Fighter, F-84 Thunderjet, F-86 Sabre, F. Budi Hardiman, F.C. Gifu, F.C. Hansa Rostock, F.C. Internazionale, F.C. Internazionale Milano, F.L. Tobing, F.L. Wright, F.Scott Fitzgerald's Way Of Love, F.T. Island, F10, F3H Demon, F4F Wildcat, F6F Hellcat, FA Women's Premier League, FA Women's Super League, Fa-biayyi alaa'i Rabbi kuma tukadzdzi ban, Fa-Tal - Gal a Todo Vapor

Page 15

Tags [tagged]: Judul Topik [Artikel] I, I AM., I AM. [film], I Ampera Cabinet, I Bajnoksag Nemzeti, I Got a Boy, I Got a Boy [lagu], I Gusti Agung Kusuma Yudha Rai, I Gusti Ketut Jelantik, I Ketut Mahendra, I Ketut Suardana, I Ketut Sudikerta, I Ketut Untung Yoga Anna, I Love You, Beth Cooper, I Love You, Beth Cooper [film], I Love You, Om, I Love Your Glasses, I Pakubuwana, I Putu Sulastra, I Radio Bandung, I Remember Me [album]

Page 16

Tags [tagged]: Judul Topik [Artikel] I, I AM., I AM. [film], I Ampera Cabinet, I Bajnoksag Nemzeti, I Got a Boy, I Got a Boy [lagu], I Gusti Agung Kusuma Yudha Rai, I Gusti Ketut Jelantik, I Ketut Mahendra, I Ketut Suardana, I Ketut Sudikerta, I Ketut Untung Yoga Anna, I Love You, Beth Cooper, I Love You, Beth Cooper [film], I Love You, Om, I Love Your Glasses, I Pakubuwana, I Putu Sulastra, I Radio Bandung, I Remember Me [album]

Page 17

Tags [tagged]: Judul Topik [Artikel] L, L'Hospitalet de Llobregat, L'Huisserie, L-3 Communications, L-dagang, La [aksara Bali], La [aksara Jawa], La 2 [Spanyol], La Academia Junior Indonesia, La Capelle-les-Boulogne, La Carlota City, La Celle-Saint-Cloud, La Chaine Info, La Chapelle-aux-Lys, La Chapelle-aux-Naux, La Chapelle-Basse-Mer, La Chapelle-Bayvel, La Chapelle-du-Chatelard, La Chapelle-du-Lou, La Chapelle-du-Mont-du-Chat, La Chapelle-du-Noyer

Page 18

Tags [tagged]: Judul Topik [Artikel] L, L'Hospitalet de Llobregat, L'Huisserie, L-3 Communications, L-dagang, La [aksara Bali], La [aksara Jawa], La 2 [Spanyol], La Academia Junior Indonesia, La Capelle-les-Boulogne, La Carlota City, La Celle-Saint-Cloud, La Chaine Info, La Chapelle-aux-Lys, La Chapelle-aux-Naux, La Chapelle-Basse-Mer, La Chapelle-Bayvel, La Chapelle-du-Chatelard, La Chapelle-du-Lou, La Chapelle-du-Mont-du-Chat, La Chapelle-du-Noyer

Page 19

Tags [tagged]: Judul Topik [Artikel] N, N'harak Said, N-butana, N-diaeresis, N-I [roket], Nabarua, Nabire, Nabire, Nabath, Nabelena, Bajawa Utara, Ngada, Nabemono, Nabi Ishaq, Nabi Islam, Nabi Ismail, Nabi Ismail a.s., Nabi Syu'aib, Nabi Yahya, Nabi Yakub, Nabi Yaqub, Nabila Aurelia Kinanti, Nabila Putri, Nabila Syakieb, Nabilah Haizmyth

Page 20

Tags [tagged]: Judul Topik [Artikel] N, N'harak Said, N-butana, N-diaeresis, N-I [roket], Nabarua, Nabire, Nabire, Nabath, Nabelena, Bajawa Utara, Ngada, Nabemono, Nabi Ishaq, Nabi Islam, Nabi Ismail, Nabi Ismail a.s., Nabi Syu'aib, Nabi Yahya, Nabi Yakub, Nabi Yaqub, Nabila Aurelia Kinanti, Nabila Putri, Nabila Syakieb, Nabilah Haizmyth

Page 21

Tags [tagged]: Judul Topik [Artikel] Q, Qada, Qadar, qadar, Qaddafi, Qasim bin Muhammad, Qasr Kharana, Qassim Bassim, Qat, Qi Jiguang, Qiang [tombak], Qibla, Qin Shi Huang, Qom, Qory Sandioriva, Qotzman, QQ, Qualifying Championship U-19 AFC 2014, Qualifying play-off AFC Champions League 2009, Qualifying Play-off UEFA European Football Championship 2012, Qualifying UEFA European Football Championship 2012

Page 22

Tags [tagged]: Judul Topik [Artikel] Q, Qada, Qadar, qadar, Qaddafi, Qasim bin Muhammad, Qasr Kharana, Qassim Bassim, Qat, Qi Jiguang, Qiang [tombak], Qibla, Qin Shi Huang, Qom, Qory Sandioriva, Qotzman, QQ, Qualifying Championship U-19 AFC 2014, Qualifying play-off AFC Champions League 2009, Qualifying Play-off UEFA European Football Championship 2012, Qualifying UEFA European Football Championship 2012

Page 23

Tags [tagged]: Judul Topik [Artikel] V, V. S. Naipaul, V.F.D., V.S. Naipaul, V.Varen Nagasaki, Vaclav Nemecek, Vaclav Pilar, Vaclav Sverkos, vacuum, Vadym Yevtushenko, Vagabond, Vagetoz, Vagina, Vaires-sur-Marne, Vairocana, Vaisampayana, Vaisesika, Vakum, Val Masino, Valais, Valdemar

Page 24

Tags [tagged]: Judul Topik [Artikel] V, V. S. Naipaul, V.F.D., V.S. Naipaul, V.Varen Nagasaki, Vaclav Nemecek, Vaclav Pilar, Vaclav Sverkos, vacuum, Vadym Yevtushenko, Vagabond, Vagetoz, Vagina, Vaires-sur-Marne, Vairocana, Vaisampayana, Vaisesika, Vakum, Val Masino, Valais, Valdemar

Page 25

Tags [tagged]: V Title of articles, vague, Vahid Halilhodzic, Vahid Hashemian, Vahid Talebloo, Valeri Aleksandrovich Sorokin, Valeri Bojinov, Valeri Georgievich Karpin, Valeri Ivanovich Polyakov, Valur, Valur Knattspyrnufelagio, Vamana, Vampeta, variables, variance, Varney Pas Boakay, Vasas SC, Vatican II, Vava, Vava Mario Yagalo, Vazal

Page 26

Tags [tagged]: V Title of articles, vague, Vahid Halilhodzic, Vahid Hashemian, Vahid Talebloo, Valeri Aleksandrovich Sorokin, Valeri Bojinov, Valeri Georgievich Karpin, Valeri Ivanovich Polyakov, Valur, Valur Knattspyrnufelagio, Vamana, Vampeta, variables, variance, Varney Pas Boakay, Vasas SC, Vatican II, Vava, Vava Mario Yagalo, Vazal

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề