Kata kunci yang tepat apabila kita hendak menulis puisi tentang menjadi seorang guru adalah

Nama : NURUL ANISA PERMATA SARI

Nim : 858035851

Assalammu`alaikum wr wb …

“BELAJAR MENJAWAB PERTANYAAN ISI PUISI”

Saya akan menanggapi atau menganalisis video yang telah saya lihat (tonton) diatas. Mohon maaf sebelumnya, menurut saya diawal penyampaian materi guru tidak menjelaskan kepada anak-anak apa itu “puisi”, bagaimana cara membaca “puisi”, bahkan guru juga tidak menjelaskan puisi itu terdapat sebuah tema atau judul yang menjadi inti terpenting dari sebuah puisi. sehingga pada saat guru langsung membacakan puisi tersebut, anak kurang mengerti bahkan tidak memahami apa yang telah dibacakan oleh guru tadi. Maka yang dilakukan guru terasa sia-sia.

Begitu juga saat guru membacakan puisi yang terdapat disalah satu buku paket miliknya, guru tidak memerintahkan anak untuk membuka buku paket milik mereka masing-masing, guru juga tidak memberi tahu halaman berapa materi yang akan disampaikan atau puisi yang akan dibacakan. Akibatnya anak hanya fokus memperhatikan guru, melihat guru didepan tetapi tidak tahu apa yang sedang diperagakan guru saat didepan kelas.

Untungnya guru cepat mengambil tindakan untuk mengajak anak ikut berinteraksi langsung dan memerintahkan beberapa anak untuk membacakan kembali puisi tersebut, setelah beberapa anak membacakan puisi didepan kelas, hasilnya anak-anak memahami dan paham apa yang dipelajari hari ini dan materi apa yang dibahas oleh guru didepan. Anak dapat berinteraksi tanya jawab kepada guru setelah beberapa anak atau teman mereka maju kepedan untuk menggantikan gurunya membaca puisi.

Demikian yang dapat saya tanggapi dari sebuah video yang telah saya tonton. Mohon maaf jika hasil penyampaian analisis dari saya kurang berkenan dan terkesan masih berantakan, karena saya juga masih dalam masa belajar. Kurang lebihnya mohon maaf dan Terimakasih…

Wassalammu`alaikum wr wb …

Mengajari Anak (SD) Kita Menulis Puisi, Sulitkah?
| 14773 views

| |


Puisi sebagai satu jenis karya sastra termasuk salah satu materi pembelajaran di kelas mulai tingkat sekolah dasar hingga sekolah menengah atas. Hal ini sering luput dari perhatian guru Bahasa Indonesia karena memang membuat puisi bukanlah sebuah proses yang mudah. Namun, meskipun tidak mudah, kita bisa menyiasatinya dengan trik-trik sederhana agar puisi tersebut menjadi memiliki makna yang bernilai dan dibuat dengan cukup mudah.

Berbicara puisi memang berbicara estetika atau nilai keindahan bahasa yang tidak memiliki dasar kalkulasi keindahan matematis yang kaku dan baku, melainkan memiliki nilai subjektif yang tinggi dan bergantung pada selera estetika para pembacanya. Oleh karena itu tidak pernah ada standar baku penulisan puisi serta penilaiannya, semua bergantung pada subjektivitas penulis sebagai pencipta puisi dan penikmat puisi sebagai konsumen estetikanya termasuk guru yang memberikan penilaian atas keindahan subjektifnya tersebut.

Dalam hal pembelajaran penulisan puisi di sekolah dasar, guru diharapkan tidak memberikan standar estetika yang tinggi dengan tuntutan pada anak untuk membangun metafora yang tinggi atau mencipta farasa-frasa puitikal yang level konotasinya super tinggi. Cukup kita mengajarkan mulai dari bentuk paling sederhana, melatih anak dalam mendeskripsikan sebuah objek, memparafrasekan kata secara sederhana, hingga membangun konsep sederhana dari sebuah kata yang merepresentasikan benda, suatu hal yang nonbenda, atau sebuah kejadian.

Membuat puisi pada level rendah cukuplah dimulai dari substansi ide yang ada di seputar anak, misalnya sekolah, keluarga, teman, makanan, film kesukaan dan sebagainya. Hal-hal kecil seperti ini bisa menjadi sumber ide bagi anak dengan cara diberikan sebagai stimulus langsung oleh kita sebagai guru. Stimulus awal perlu dibangkitkan sebagai ide pokok anak menulis puisi. Cobalah kita rangsang dengan hal-hal kecil tersebut dengan cara menceritakan pengalaman pribadi kita sewaktu kecil atau meminta siswa mengisahkan pengalaman hidupnya secara simple tentang sesuatu yang dia sukai. Sebagai stimulus awal hal ini bisa dilakukan bagi anak-anak kita di kelas. Jika sudah dicoba, bisa kita masuk ke dalam substansi materi pelajaran puisinya, misalnya dengan meminta anak mencoba membuat puisi dengan tema yang sederhana yang akrab dengan dunia mereka.

Contoh paling sederhana misalnya kita coba buat puisi yang berjudul "Apel". Mulailah dari deskripsi bentuk, dimensi, serta data-data fisik bendanya. Kemudian melangkah pada konsep lanjutan seperti fungsi benda, tempat asal, dan keterangan tambahan lain yang logis serta relevan dengan objek nyatanya. Misalnya mulai membuat kata kunci tentang apel seperti; jenis buah, berwarna merah atau hijau, rasanya manis, bisa dibuat jus, rasanya enak, asalnya dari Malang atau Washington dan sebagainya. Setelah kita temukan kata kunci, barulah kita buat dan rangkai kata-kata tersebut dalam bentuk frasa atau kalimat sederhana. Contohnya sebagai berikut.

Apel

Engkau adalah buah yang aku suka


Warnamu hijau dan merah yang begitu indah Asalmu jauh dari kotaku

Hijau, kamu dari Malang


Merah, kamu dari Washington

Rasamu sungguh nikmat
Dirimupun membuat sehat
Jika kumakan setiap saat….

Atau alternatif lain,

Apel

Merah darah warnamu


Dan juga hijau yang indah
Selalu menggoda untuk kunikmati
Asam dan manis
Rasa yang kau punya

Hmmm…sungguh nikmat kurasa

Kau pun menyehatkanku
Tak hanya mengenyangkanku

Dalam menulis puisi sederhana tidaklah perlu kita melatihkan anak bermain dengan kata-kata dan konsep konotatif yang sulit atau bahasa figuratif yang terlalu dalam maknanya untuk dikaji. Cukuplah ajarkan mereka menggunakan kata-kata denotatif yang mudah dipahami dengan potensi penafsiran tunggal saja. Bukan karena metafora itu tidak penting dalam pembuatan puisinya, melainkan jika dalam tahap belajar awal menulis puisi, adalah lebih dari cukup buat kita ajarkan cara membuat kaitan konsep antar kata yang membentuk frasa sederhana serta kalimat yang relatif mudah dipahami. Seiring waktu dan bertambahnya umur serta kecerdasan berbahasa anak, maka anak akan  mengembangkan sendiri gaya bahasanya dalam ranah estetika, diksi, dan aspek stilistika lainnya dalam periode perkembangannya itu. Ketajaman intuisi berbahasa serta kekayaan diksi akan bertambah sendiri seiring semakin tingginya frekuensi menulis, pertambahan usia, serta kualitas dan kuantitas bahan bacaan yang dimilikinya.

Metode "Relasi dan Makna Kata" Sederhana dengan Pengembangan Frasa dan Kalimat Puisi

Jika kita akan menyampaikan materi menulis puisi di level bawah seperti siswa SD (salah satunya adalah materi menulis puisi di kelas 5) pada kurikulum 2006, maka salah satu cara adalah dengan memberikan tips deskripsi "relasi dan makna kata". Sebagai contoh, misalnya kita akan menulis puisi bertema "Bencana Alam". Komposisi atau kata majemuk "Bencana Alam" adalah menjadi kata kunci untuk kita jadikan sumber ide penulisan atau bahkan judul.

Langkah pertama carilah kata-kata lain selain dari kata /bencana/ dan kata /alam/ yang berhubungan dengan kata majemuk "bencana alam" tadi. Tentu kata yang dipilih memiliki korelasi langsung dengan kata majemuk tadi. Contoh kata-kata seperti: longsor, banjir, gunung meletus, tsunami dan sebagainya. Jadikanlah kata-kata tersebut yang memang memiliki relasi makna dengan kata "bencana alam" sebagai kata-kata pokok yang akan kita jadikan materi puisi kita. Apakah selanjutnya "bencana alam" akan dijadikan tema utama atau judul, hal ini bisa dilakukan. Sedangkan kata-kata seperti; tsunami, banjir, longsor, dan yang lainnya, yang merupakan contoh jenis bencana alam tersebut dijadikan sebagai subtema dalam penulisan paragraf puisinya.

Selanjutnya kita bisa mencari relasi tema dari konsep kata "bencana" yang dikaitkan dengan  permasalahan lingkungan hidup atau masalah keagamaan atau ketuhanan. Misalnya bencana dikaitkan oleh kita bahwa hal tersebut bisa terjadi karena perbuatan manusia yang merusak alam dengan sengaja atau kehendak Tuhan yang mungkin dikarenakan banyak manusia yang telah berbuat dosa dan sebagainya.

Konsep keterkaitan antar kata dan maknanya ini bisa kita coba pada siswa saat kita akan mengajarkan cara menulis puisi dengan tema yang sederhana. Dengan dimulai dari tema utama---penentuan judul---pencarian kata kunci dalam paragraf/alinea puisi---serta pengembangan frasa dan kalimat puisinya.

Sebagai contoh misalnya karya berikut.

Bencana Alam

Sungguh menakutkan Kini kau datang ke negeri kami Dalam wujud yang nyata

Tsunami, banjir, hingga gunung meletus


Menimpa kami yang penuh dosa
Karena sering lupa untuk bersujud padaNya

Kini …
Kami mohon pada-Mu!
Yaa, Tuhan Yang Maha Kuasa
Kami meminta-Mu
Untuk menghentikan adzab dan cobaan ini
Kami berjanji akan lebih taat padaMu
Dan kembali bersujud menyembah-Mu

Kata-kata bercetak tebal di atas adalah sebuah alternatif pengembangan kata kunci menjadi bentuk frasa sederhana atau kalimat yang relatif mudah dipahami. Sedangkan kata-kata tunggal yang bercetak tebal tersebut merupakan kata kunci pada puisi itu sendiri yang masih mungkin untuk dikembangkan sesuai dengan keinginan siswa dalam mengembangkannya (Yang paling mudah dalam pengembangan kata kunci adalah metode paraphrase). Cukuplah kita sebagai guru menjadi pemandu dan pemberi petunjuk jalan penulisan tanpa harus membimbing step by step penulisannya secara teknis. Karena jika itu dilakukan bisa menghambat kreativitas siswa kita sendiri dan siswa akan memiliki kecenderungan untuk melakukan copycat atas model tulisan kita -- sebisa mungkin hindarilah hal tersebut.

Model pilihan penulisan puisi pun bisa juga dipengaruhi oleh gaya guru dalam mengajarkannya. Sangat potensial jika guru memiliki cara dan gaya tersendiri dalam menyampaikan metode yang mungkin dirasa lebih mengena, hal ini tergantung dari pengalaman guru tersebut dalam menulis puisi. Namun satu hal yang utama dari upaya pembelajaran penulisan puisi ini yaitu cobalah mulai dari kita sebagai pendidik yang akan mengajarkan penulisan puisi ini. Tidak perlu langsung memperkaya diksi-diksi untuk tujuan estetika tinggi tapi mulailah dari diksi-diksi sederhana yang mudah kita pahami maknanya serta pesan tematiknya. Mari belajar bersama!

Semoga artikel pendek ini bermanfaat. Salam Literasi!

(Asep Suhendar, Guru SDIT Annimah, Kab. Bandung)

sumber :