Kegiatan pertanian masyarakat bugis di Sulawesi Selatan melibatkan adat istiadat setempat

Berusahatani dapat dikatakan sebagai suatu sistim budaya yang seumur peradaban manusia. Sejak manusia mengenal arti bertahan hidup (survival of the fittest), sejak saat itu berbagai upaya di lakukan untuk mempertahankan kehidupannya di muka bumi ini. Oleh karenanya sistem berusahatani juga biasa disebut sebagai kegiatan budidaya pertanian. Berbagai suku dan bangsa di dunia memiliki corak dan ragam berusahatani, namun intinya adalah mengelola dan mengolah sumberdaya tanaman dan ternak untuk keberlangsungan hidupnya. Corak budaya berusahatani ini dapat dilihat/ditelusuri dari aneka kegiatan dari pra hingga pasca panen, dimana pemberian alam kepada manusia ditafsirkan sebagai karunia yang harus disyukuri melalui tradisi upacara tertentu.

Pencitraan terhadap alam, kaitannya dengan budaya kerja masyarakat tradisional diwujudkan melalui penghargaan terhadap lingkungan, yang salah satu diantaranya adalah melaksanakan upacara/ritus tertentu. Baik dalam hal memohon ijin sebelum menggarap lahan usahataninya, dan berterima kasih kepada alam setelah panen. Kultur masyarakat tradisional ini telah berlangsung sejak sebelum adanya agama, hingga agama kemudian datang untuk menyempurnakan bentuk pengabdian kepada alam dengan cara bersyukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa selaku pencipta alam semesta.

Demikian juga halnya dalam budaya masyarakat Bugis. Sebelum mengenal agama Islam, mereka telah memiliki kepercayaan asli (ancestor belief) dan menyebut Tuhan dengan nama Dewata SeuwaE’, yang berarti Tuhan kita yang satu. Bahasa yang digunakan untuk menyebut nama Tuhan itu menunjukkan orang Bugis memiliki kepercayaan kepada Tuhan secara monoteistis. Istilah Dewata SeuwaE dalam aksara lontara, dibaca dengan bermacam ungkapan, misalnya Dewata, Dewangta, dan Dewatangna yang merupakan cerminan dari esensi Tuhan dalam pandangan teologi suku Bugis. De’watangna berarti tidak berwujud, sedangkan De’wangta atau De’batang berarti yang tidak bertubuh.

Kepercayaan orang Bugis kepada Dewata SeuwaE hingga kini masih berbekas dalam bentuk tradisi dan upacara adat. Kedua kepercayaan asli tersebut mempunyai konsep tentang alam semesta yang diyakini masyarakat pendukungnya terdiri atas tiga dunia, yaitu dunia atas (boting langi), dunia tengah (lino atau ale kawa) yang dihuni manusia, tanaman dan ternak, serta dunia bawah (peretiwi). Setiap dunia mempunyai penghuninya masing – masing, satu dengan yang lain saling bersimbiose dan berakibat pada kelangsungan kehidupan manusia.

Dalam perspektif kerja, masyarakat Bugis umumnya juga memaknai hidup ini dengan kerja keras (reso’/jamang). Bahkan dalam adat istiadat orang Bugis, makna reso’/jamang merupakan bagian dari kehormatan (siri’). Dalam pandangan orang Bugis, sangat memalukan jika seorang yang sudah cukup umur namun tidak memiliki pekerjaan, bahkan menjadi beban bagi orang lain (masiri narekko tuo mappale). Sehingga tidak mengherankan apabila dalam kebudayaan petani Bugis memegang teguh prinsip reso’ temmangingngi nalletei pammase dewata (usaha yang sungguh – sungguh diiringi ridha Yang Maha Kuasa), dan inilah yang menjadikan suku Bugis dikenal sebagai suku pekerja ulet di segala bidang, termasuk dalam berusahatani. Terlebih lagi Sulawesi Selatan pada umumnya adalah sentra tanaman pangan, dan sawah adalah salah satu tolok ukur wibawa suku Bugis.

Salah satu corak budaya tani orang Bugis adalah mappataneng, tradisi berusahatani ala Bugis yang dilakukan suku Bugis di Kalimantan, khususnya Kabupaten Nunukan. Tradisi mappataneng di lakukan oleh masyarakat tani suku Bugis yaitu bertanam padi di sawah secara berkelompok. Sebelum acara mappattaneng dilaksanakan, tokoh adat atau orang yang dituakan/rohaniawan (panrita) akan mengundang petani setempat untuk tudang sipulung (bermusyawarah) menentukan waktu bertanam. Dalam acara ini biasanya unsur pemerintah ikut dilibatkan, yaitu PPL maupun aparat desa/kecamatan setempat.

Setelah waktu tanam ditetapkan, maka acara mappataneng akan didahului dengan pembacaan do’a tolak bala (doa salama’) dengan maksud agar usahataninya terbebas dari segala bencana dan serangan hama – penyakit tanaman. Dalam pembacaan do’a tolak bala ini, disajikan berbagai hasil bumi dari panen tahun lalu. Do’a biasanya dibaca di rumah petani yang bersangkutan, atau biasa juga dibawa ke sawah secara kolektif. Dalam kegiatan ini, benih padi yang akan ditanam diisi daun penno  penno, diturutsertakan dalam acara pembacaan do’a tersebut. Daun penno – penno adalah jenis daun yang biasa tumbuh di sekitar rumah dan disertakan dalam upara tersebut dengan harapan hasil panen akan melimpah ruah (kata penno dalam bahasa Bugis artinya penuh). Setelah upacara doa salama’ di laksanakan, benih padi lalu disebar ke pesemaian. Selanjutnya teknik budidaya usahatani pada padi sawah tetap menggunakan petunjuk PPL setempat.

Jika panen telah tiba, maka dilakukan acara mappasangki, yang dilakukan secara bergotong – royong dengan melibatkan petani lainnya. Mereka dengan cara bergantian memanen padi di sawah. Hal yang menarik dalam kegiatan ini adalah terjadi interaksi dari dua pola budaya berbeda, dimana seringkali petani Bugis mengundang petani suku Tidung untuk ikut massangki di sawah. Petani yang ikut membantu tidak diberi upah, namun diberi bagian sedikit hasil panen agar mereka bersama – sama merasakan nikmatnya berre (beras) hasil panen ase (padi) baru.

Jika seluruh padi telah dituai, maka mereka kembali melakukan acara syukuran (do’a salama) sebagai ungkapan syukur kepada Allah Ta’ala, yang telah melimpahkan rahmat dan kurunia sehingga hasil panen dapat dinikmati oleh para petani.

--------------------------------------- 

Oleh : H. Heru Wihartopo, S.PKP., MSi. [PPL Ahli Madya DPKP Nunukan, Kaltara]

contoh fenomena geografer non fisik!​

5. Apabila jumlah penduduk Kota A sebanyak 500 orang, jumlah penduduk Kota B sebanyak 300 orang, jumlah penduduk Kota C sebanyak 600 orang. Jarak Kota … A ke Kota B 30 Km, jarak Kota B ke Kota C 60 Km. Bandingkan serta gambarkan kekuatan interaksi gravitasi dari ketiga kota tersebut!

Struktur perekonomian di desa adalah agraris, sedangkan di kota struktur perekonomiannya non-agraris Cuaca dan iklim tidak mempengaruhi aktivitas hidu … p masyarakat baik di pedesaan maupun di perkotaan XX Sifat kelompok sosial di desa adalah geselschaft sedangkan di kota bersifat gemeinschaft Desa merupakan kesatuan geografis yang secara administratif berada dibawah pemerintah kabupaten Dalam pembangunan wilayahnya desa memiliki hak otonomi sedangkan keluarahan tidak memilikinya Satu kesatuan kehidupan (living unit) di desa meliputi daerah penduduk dan tata kehidupan, yang ketiganya Benar Benar Benar Benar Salah Salah Salah​

Hutan hujan tropis bisa berkembang dengan baik jika berada pada daerah dengan curah hujan ...

Bagaimana pembangunan tol laut dapat menjamin konektivitas antar pulau

Antroposfer adalah objek kajian geografi yaitu tentang

sebutkan pembagian wilayah kota secara umum​

kecelakaan termasuk pendekatan apa?​

kecelakaan termasuk pendekatan geografi apa?​

apa yang dimaksud dengan geografi moral?​

contoh fenomena geografer non fisik!​

5. Apabila jumlah penduduk Kota A sebanyak 500 orang, jumlah penduduk Kota B sebanyak 300 orang, jumlah penduduk Kota C sebanyak 600 orang. Jarak Kota … A ke Kota B 30 Km, jarak Kota B ke Kota C 60 Km. Bandingkan serta gambarkan kekuatan interaksi gravitasi dari ketiga kota tersebut!

Struktur perekonomian di desa adalah agraris, sedangkan di kota struktur perekonomiannya non-agraris Cuaca dan iklim tidak mempengaruhi aktivitas hidu … p masyarakat baik di pedesaan maupun di perkotaan XX Sifat kelompok sosial di desa adalah geselschaft sedangkan di kota bersifat gemeinschaft Desa merupakan kesatuan geografis yang secara administratif berada dibawah pemerintah kabupaten Dalam pembangunan wilayahnya desa memiliki hak otonomi sedangkan keluarahan tidak memilikinya Satu kesatuan kehidupan (living unit) di desa meliputi daerah penduduk dan tata kehidupan, yang ketiganya Benar Benar Benar Benar Salah Salah Salah​

Hutan hujan tropis bisa berkembang dengan baik jika berada pada daerah dengan curah hujan ...

Bagaimana pembangunan tol laut dapat menjamin konektivitas antar pulau

Antroposfer adalah objek kajian geografi yaitu tentang

sebutkan pembagian wilayah kota secara umum​

kecelakaan termasuk pendekatan apa?​

kecelakaan termasuk pendekatan geografi apa?​

apa yang dimaksud dengan geografi moral?​