Kelebihan dan kekurangan metode sas dalam pembelajaran membaca permulan


1.Pengertian Metode SAS

           Oleh banyak orang saat ini  metode SAS di anggap “ sebagai metode yang memiliki  efektivitas yang lebih baik  dalam meningktakan kemampuan membaca permulaan bagi siswa kelas rendah SD.

Metode SAS adalah metode khusus yang di sediakan untuk  belajar mebaca dan menulis permulaan SD, di mana dalam proses  operasional di bagi menjadi 3 tahap yaitu proses struktural

( menampilkan keseluruhan ) proses analiti (proses penguraian ), dan proses ( proses penggabungan kembali ke bentuk struktural ).

Metode SAS merupakan metode yang di anggap baik karena bulan akan pada beberapa prinsip, sebagai berikut :


1). Perinsip psikologi (Gestalt ), yakni anak menganti sesuatu di mulai dari hal-hal umum  ke hal-hal yang khusus. Dengan demikian anak akan lebih mudah memahami sesuatu bila di mulai dari proses belajar yang bersifat mudah memahami sesuatu bila di mulai dari proses belajar yang bersifat umum ( keseluruhan ) lalu pindah  ke bagian yang bersifaat khusus.
2).Perinsip Pedagogik, yakni mengembangkan  potensi dan pengalaman anak  karena pembelajaran di lakukan berdasarka pengalaman bahsa anak.
3).Perinsip Linguistik yakni itu ucapan bukan tulisan, unsure bahasa dalam metode ini ialah kalimat-kaimat karena yang di gunakan dalam berkomunikasi adalah kalimat.

Metode SAS (strukturaal Analitik Sintetik ) adalah metode yang di programkan pemerintahan RI mulai tahun 1974 yang di pimpin oleh DR. A.S.Broto. menurut A.S.Broto metode SAS adalah metode khusus yang di sediakan untuk belajar membaca dan menulis permulaan di kelas permualaan di SD Sofa (2000)

            Dalam proses operasionalnya, metode SAS mempunyai langkah-langkah berlandasan operasional dengan : Struktural, menampilkan keseluruhan kalimat ; analitik melakukan proses penguraian : kalimat menjadi suku kaa, suku kata menjadi huruf; sintesis, melakukan penggabungan kembali ke bentik structural semula; huruf menjadi suku kata, dan suku kata menjadi kalimat.

2. Manfaat ( Peranan ) Metode SAS

            Adapun peranan ( manfaat ) dari metode SAS ( Struktual Analitik sintesis ), yaitu :

1)      Metode ini dapat sebagai landasan  berfikir analisis

2)     Dengan langkah yang di aur sedemikian rupa membuat anak mudah mengikuti prosedur dan akan cepat membaca pada kesemptan berikutnya

3)  Berdasarkan landasan linguistic, metode ini akan menolong anak menguasai, bacaan dengan lancar

4)  Metode ini menggabungkan tiga indra belajar siswa  yakni visual,auditorial, dan  kinestitik. Sehingga memungkinkan pembelajaran yang di lakukan akan lebih optimal untuk di capai.

5)      Metode terasa menyenangkan bagi siswa yang akan dapat memotivasi  dalam belajar membaca permulaan

3. Kelebihan Dan Kekurangan Metode SAS

Adapun daan kelebihan dan kekuraangaan metode SAS Sebagamaana yaang di uraikan oleh Sofa, yakni

a.      Kelebihan

1.      Metode ini dapat sebagai landasan berfikir analisis

2.      Dengan langkah yang di atur sedemikian rupa membuat anak mudah mengikuti prosedur dan akan cepat membaca pada kesemptan beriktnya

3.      Berdasarkan landsan Linguistik metode ini akan menolong anak menguasai bacaan dengan lancar

b.      Kekurangan

1.   Memiliki kesan bahwa pengajar harus kreatif dan terampil serta sabar. Tuntutan semacam ini di pandaang sangat sukar untuk kondisi pengajar saat ini

2.      Banyak saran yang harus di persiapkan untuk pelaksanaan metode ini unttuk sekolah tertentu di rasa sukar 

3.      Metode SAS hanya untuk konsumen pembelajar di perkotaan dan tidak di pedesaan

4.      Oleh kaaraenaa agak sukar mengajarkan para pengajar metode SAS maka di sanaa sini metode ini tidak di laksanakan 


Metode Struktural Analitik dan Sintetik (SAS) adalah salah satu metode pembelajaran membaca dan menulis permulaan bagi siswa dengan cara menampilkan suatu kalimat utuh kemudian diurai menjadi kata, suku kata, dan huruf yang berdiri sendiri selanjutnya kalimat yang diurai tersebut digabungkan kembali menjadi kalimat yang utuh seperti sedia kala.

Kelebihan dan kekurangan metode sas dalam pembelajaran membaca permulan

Metode SAS dikembangkan oleh PKMM (Pembaharuan Kurikulum dan Metode Mengajar) Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI yang diprogramkan pada tahun 1974. Metode ini terutama digunakan dalam pengajaran membaca dan menulis di Sekolah Dasar. Dalam metode SAS, anak lebih dulu diperkenalkan pada suatu kalimat. Kalimat tersebut selanjutnya dirinci menjadi kata-kata, dipecah lagi menjadi suku kata, dan selanjutnya dipecah-pecah lagi menjadi huruf-huruf. Huruf-huruf tersebut selanjutnya disintesiskan lagi menjadi suku kata, kata, dan akhirnya menjadi kalimat yang utuh lagi.

Pada proses analitik, anak-anak diajak untuk mengenal konsep kata. Kalimat utuh yang dijadikan tonggak dasar untuk pembelajaran membaca permulaan ini diuraikan ke dalam satuan-satuan bahasa yang lebih kecil yang disebut kata. Proses penganalisisan atau penguraian ini terus berlanjut hingga pada wujud satuan bahasa terkecil yang tidak bisa diuraikan lagi, yakni huruf-huruf.

Pada proses sintesis (menyimpulkan), satuan-satuan bahasa yang telah terurai tadi dikembalikan lagi pada satuannya semula, yakni dari huruf-huruf menjadi suku kata, suku-suku kata menjadi kata, dan kata-kata menjadi kalimat. Dengan demikian, melalui proses sintesis ini anak-anak akan menemukan kembali wujud struktur semula, yakni sebuah kalimat utuh.

Berikut definisi dan pengertian metode SAS dari beberapa sumber buku: 

  • Menurut Mulyati dan Cahyani (2017), metode SAS adalah pembelajaran membaca permulaan menggunakan proses penguraian kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf/fonem, kemudian dilanjutkan dengan proses sintesis. 
  • Menurut Wahyuni (2010), metode SAS adalah salah satu metode yang biasa digunakan untuk proses pembelajaran membaca dan menulis permulaan bagi siswa pemula. Metode SAS (Struktur Analitik Sintetik) memulai pembelajaran membaca permulaan dari kalimat utuh kemudian ke unsur-unsur yang lebih kecil. 
  • Menurut Saputra (2012), metode SAS adalah suatu cara untuk mengajarkan membaca permulaan pada siswa dengan menampilkan suatu kalimat utuh yang kemudian diurai menjadi kata hingga menjadi huruf-huruf yang berdiri sendiri dan menggabungkannya kembali menjadi kalimat yang utuh. 
  • Menurut Oktaviani dkk (2014), metode SAS adalah metode membaca keseluruhan baru bagian, yaitu anak dilatih menguraikan kata-kata dari sebuah kalimat, lalu kata, suku kata, hingga huruf dalam suku kata. Selanjutnya suku kata menjadi kata dan kata menjadi kalimat awal.

Prinsip Metode SAS 

Prinsip-prinsip pembelajaran membaca menggunakan metode Struktural Analitik dan Sintetik (SAS) adalah sebagai berikut: 

  1. Kalimat adalah unsur bahasa terkecil sehingga pengajaran dengan menggunakan metode ini harus dimulai dengan menampilkan kalimat secara utuh dan lengkap berupa pola-pola kalimat dasar.
  2. Struktur kalimat yang ditampilkan harus menimbulkan konsep yang jelas dalam pemikiran murid. 
  3. Adakan analisis terhadap struktur kalimat tersebut untuk unsur-unsur struktur kalimat yang ditampilkan.
  4. Unsur-unsur yang ditemukan tersebut kemudian dikembalikan pada bentuk semula (sintesis). 
  5. Struktur yang dipelajari hendaknya merupakan pengalaman bahasa murid sehingga mereka mudah memahami serta mampu menggunakannya dalam berbagai situasi.

Langkah-langkah Metode SAS 

Menurut Alfin (2008), langkah-langkah pembelajaran membaca permulaan menggunakan metode Struktural Analitik dan Sintetik (SAS) adalah sebagai berikut: 

a. Membaca permulaan tanpa buku 

Pada tahap ini, guru menggunakan alat atau media kecuali buku. Langkah-langkah dalam pembelajaran membaca permulaan tanpa buku adalah sebagai berikut: 

  1. Merekam bahasa siswa. Pada saat awal masuk pembelajaran, guru menulis kata-kata siswa sebagai bahan pelajaran dalam pembelajaran membaca permulaan agar siswa tidak mengalami kesulitan.
  2. Menampilkan gambar sambil bercerita. Di dalam kelas biasanya terdapat gambar-gambar yang dipasang di dinding kelas. Guru dapat menampilkan gambar tersebut sebagai bahan cerita yang dimulai melalui pertanyaan-pertanyaan pancingan dari guru yang kemudian siswa mengemukakan kalimat sehubungan dengan gambar. Guru menunjukkan sebuah gambar kepada siswanya sambil mengucapkan kalimat, misalnya gambar pahlawan. 
  3. Membaca gambar dengan kartu kalimat. Pada tahap ini, guru menempelkan kartu kalimat di bawah gambar. Siswa dapat melihat gambar dan tulisan secara keseluruhan yang ditempel oleh guru bahwa tulisan tersebut berbeda-beda untuk setiap gambar.

Pada saat membaca gambar dan tulisan, proses struktural (S), analitik (A) dan sintetik (S) adalah sebagai berikut: 

1. Proses struktural (S) 

Gambar-gambar yang memandu kalimat pada kartu kalimat kemudian sedikit demi sedikit dihilangkan, sehingga yang ada hanyalah kartu-kartu kalimat yang terlihat oleh siswa. Siswa mulai belajar membaca secara struktural kartu kalimat.

2. Proses analitik (A)

Setelah siswa dapat membaca kalimat pada kartu kalimat, kemudian pada tahap ini mulai mengurai kalimat menjadi kata, kata menjadi suku kata, suku kata menjadi huruf. Melalui tahap analitik ini, siswa diharapkan mampu mengenali huruf-huruf yang terdapat pada kalimat yang telah dibacanya.

Contoh:

ini sepeda

i - ni se - pe - da

i - n - i s - e - p - e - d - a

3. Proses sintetik (S) 

Setelah siswa mampu mengenali huruf-huruf dalam kalimat, maka huruf-huruf tersebut digabung kembali, dari huruf menjadi suku kata, suku kata menjadi kata, kata menjadi kalimat.

Contoh:

i - n - i s - e - p - e - d - a

i - ni se - pe - da

ini sepeda

b. Membaca permulaan dengan buku 

Pada pembelajaran dengan menggunakan buku ini, guru menciptakan suasana pembelajaran yang menarik minat dan perhatian siswa agar mereka tertarik dengan buku (bacaan) dan mau belajar dengan keinginannya sendiri. Kegiatan membaca dengan buku bertujuan untuk melancarkan dan memantapkan siswa dalam membaca. Langkah-langkah pembelajaran membaca permulaan dengan menggunakan buku adalah sebagai berikut: 

  1. Siswa diberi buku paket yang sama dan diberi kesempatan untuk melihat isi buku tersebut. 
  2. Siswa diberi penjelasan mengenai buku tersebut. 
  3. Siswa diberi penjelasan mengenai fungsi dan kegunaan angka-angka yang menunjukkan halaman-halaman buku. 
  4. Siswa diajak untuk memusatkan perhatian pada salah satu teks/ bacaan yang terdapat pada halaman tertentu. 
  5. Jika bacaan itu disertai dengan gambar, sebaiknya terlebih dahulu guru bercerita tentang gambar yang dimaksud. 
  6. Guru dapat mengawali pembelajaran dengan memberikan contoh membaca pola kalimat dengan lafal dan intonasi yang benar.

Kelebihan dan Kekurangan Metode SAS 

Setiap metode pembelajaran umumnya memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, begitu juga dengan pembelajaran membaca permulaan menggunakan Struktural Analitik dan Sintetik (SAS). Menurut Nisa (2018), kelebihan dan kekurangan metode SAS adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan Metode SAS 

Kelebihan atau keunggulan pembelajaran membaca permulaan dengan metode SAS yaitu:

  1. Memenuhi tuntutan jiwa peserta didik yang memiliki sifat melik (ingin tahu) terhadap sesuatu dan segala sesuatu yang ada diluar dirinya.
  2. Menyajikan bahan pelajaran yang sesuai dengan perkembangan dan pengalaman bahasa peserta didik yang selaras dengan situasi lingkungannya. 
  3. Menuntun peserta didik untuk berpikir analitis dengan cara membiasakannya ke arah pendekatan: a) Bahasa adalah sebuah struktur, b) Struktur terorganisasikan atas unsur-unsur secara teratur, c) Kehidupan merupakan struktur yang terdiri atas bagian-bagian yang tersusun secara teratur.
  4. Dengan langkah-langkah yang diatur sedemikian rupa, peserta didik dapat lebih mudah mengikuti prosedur pembelajaran dan dengan cepat dapat menguasai keterampilan membaca pada kesempatan berikutnya. 
  5. Berdasarkan landasan linguistik, metode ini menolong peserta didik untuk menguasai bacaan dengan lancar. 
  6. Metode ini sesuai dengan prinsip inkuiri (menemukan sendiri). anak mengenal dan memahami sesuatu berdasarkan hasil temuannya sendiri.

b. Kekurangan Metode SAS 

Kekurangan atau kelemahan pembelajaran membaca permulaan dengan metode SAS yaitu:

  1. Anak cenderung menghafal bacaan tanpa melihat detail bacaan tersebut dalam bentuk kata atau huruf. 
  2. Penggunaan metode SAS mempunyai kesan bahwa guru harus kreatif dan terampil serta sabar. Tuntutan semacam ini dipandang sangat sukar untuk kondisi guru dewasa ini.
  3. Banyak sarana yang harus dipersiapkan untuk pelaksanaan metode ini, yang bagi sekolah-sekolah tertentu dirasakan sangat sukar.
  4. Metode SAS hanya dapat dikembangkan pada masyarakat pembelajar di kota-kota dan tidak di perdesaan.
  5. Karena agak sukar menganjurkan para pengajar untuk menggunakan metode SAS ini, di berbagai tempat metode ini tidak dilaksanakan.

Daftar Pustaka

  • Mulyati, Yeti dan Cahyani, Isah. 2017. Keterampilan Berbahsa Indonesia SD. Tanggerang Selatan: Universitas Terbuka.
  • Wahyuni, Sri. 2010. Cepat Bisa Membaca. Jakarta: Gramedia.
  • Saputra, Ratno. 2012. Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Permulaan Melalui Metode Struktural Analitik Sintetik (SAS) Siswa Kelas I di SD Negeri 1 Gebangsari Kebumen. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta.
  • Oktaviani, Rina, dkk. 2014. Anak Islam Gemar Membaca. Jakarta: Eska kids.
  • Alfin, Jauharoti. 2008. Bahasa Indonesia. Jakarta: LAPIS.
  • Nisa, S.A. 2018.  Model-Model Pembelajaran Bahasa Indonesia di SD/MI. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.