Lagu atau tembang dolanan yang bukan hasil karya Sunan Giri adalah

Jum'at, 21 Januari 2022 - 14:20 WIB

Ilustrasi [foto: anakbawangsolo.org]

Cublak-cublak Suweng merupakan lagu atau tembang dolanan yang dinyanyikan untuk mengiringi permainan anak. Berasal dari Jawa Tengah, permainan ini diciptakan Sunan Giri pada 1442 M.Permainan itu sering dimainkan sekelompok anak perempuan antara 3 orang atau lebih. Caranya, satu orang menunduk lalu yang lain membuka telapak tangan dan meletakkannya di atas punggung di atas punggung teman yagn menunduk tadi. Mereka beramai-ramai menyanyikan lalu Cublak-cublak Suweng sampai akhir.

Mengutip laman Binus University, cublak suweng berarti tempang suweng. Suweng adalah anting perhiasan perempuan Jawa. Cublak-cublak suweng memiliki arti ada tempat harta berharga, yakni suweng [suwung, sepi, sejati] atau harta sejati.

Tembang tersebut memiliki makna filosofi mendalam, sebagaimana media lain yang digunakan Walisongo dalam dakwah Islam di Nusantara.

Makna Lirik Cublak-cublak Suweng

Lirik lagu Cublak-cublak Suweng secara keseluruhan menggunakan bahasa Jawa. Pemaknaannya tidak dapat begitu saja diartikan ke bahasa Indonesia untuk dipahami maksudnya, terkadang membutuhkan interpretasi dan penafsiran mendalam terhadap suatu kata, frasa, dan kalimat pada lirik itu.

Freddy Widya Ariesta dalam artikel Nilai Moral dalam Lirik Dolanan Cublak-Cublak Suweng mengatakan, kata suweng berarti suwung, sepi, sejati atau harta sejati. Sedangkan gelenter dalam bahasa Jawa berarti berserakan, karena sesungguhnya harta yang dicari sudah berserakan di pelosok bumi.

Koropak.co.id, 22 April 2022 19:14:30

Eris Kuswara

Koropak.co.id - Hari raya Idul Fitri 1443 Hijriah sebentar lagi. Selain identik dengan acara silaturahmi dan makan ketupat, biasanya lebaran juga turut dimeriahkan dengan perayaan tradisional yang dimana isi acaranya disesuaikan dengan kebudayaan setempat.

Diketahui beberapa daerah di Indonesia, seperti di provinsi Maluku dan Kalimantan Barat [Kalbar] memiliki tradisi unik untuk menyambut hari raya Idulfitri. Sehingga, kalian yang akan melakukan mudik Lebaran pun tentunya dapat memanfaatkan waktu liburan ini untuk menyaksikan tradisi unik tersebut.

Daripada penasaran, berikut Koropak merangkum dari berbagai sumber beberapa daerah di Indonesia yang memiliki perayaan khusus untuk menyambut hari raya Idul Fitri:

1. Grebeg Syawal [Yogyakarta]

Grebeg Syawal merupakan tradisi yang berasal dari Keraton Yogyakarta yang dilangsungkan setiap tanggal 1 Syawal atau bertepatan dengan hari raya Idul Fitri. Tradisi ini sendiri dilaksanakan sebagai ucapan rasa syukur dikarenakan telah melewati bulan Ramadan sekaligus juga merupakan bentuk amal raja kepada masyarakat dengan membagikan hasil panen seperti buah-buahan dan umbi-umbian.  

Biasanya, acara Grebeg Syawal ini dimulai setelah Salat Idul Fitri. Prajurit dari keraton pun akan menggotong dengan jumlah total 7 bangunan atau gunungan berbentuk kerucut yang terbuat dari hasil bumi dan kudapan seperti wajik dan apem.

Lima Gunungan akan dibawa dari halaman keraton menuju Masjid Agung atau Masjid Gedhe yang terletak di jalan Kauman. Sedangkan untuk sisanya akan dibawa ke Pura Pakualam dan Kantor Kepatihan.

Dalam tradisi itu, ulama dan abdi dalem kerajaan pun akan berdoa untuk meminta keselamatan dan kesejahteraan bagi keluarga kerajaan dan masyarakat. Lima Gunungan ini nantinya akan diperebutkan oleh masyarakat setelah didoakan di dalam masjid. Masyarakat percaya bahwa mereka yang mendapatkan makanan atau hasil panen tersebut akan mendapatkan berkah.

2. Makan Bedulang [Belitung]

Makan bedulang merupakan acara makan bersama yang terkenal di Belitung. Pada umumnya acara ini dilangsungkan untuk acara penting seperti hari raya Idul Fitri dan upacara pernikahan.

Di dalam tradisi makan bedulang ini, keluarga atau tamu akan duduk berempat saling berhadapan untuk makan bersama. Selain itu, makanan pun akan disajikan di atas baki atau dulang untuk setiap 4 orang.

Hidangan yang disajikan di dalam tudung saji tersebut tentunya berbeda-beda dan disesuaikan dengan sumber alam daerah tersebut. Akan tetapi, hidangan seperti opor ayam dan makanan laut biasanya selalu ada dan menu hidangan yang disajikan pun pada umumnya hanya dimasak untuk acara-acara penting saja.

Untuk yang betugas membuka tudung adalah orang yang usianya masih muda. Orang tersebut pun kemudian akan  mempersilakan mereka yang lebih tua untuk mengambil makanan terlebih dahulu. Diketahui hal itu bertujuan untuk menghormati orang yang lebih tua.

3. Barong Ider Bumi [Banyuwangi]


Baca : Tek Tek Kentongan Bambu Jadi Media Bangunkan Sahur di Blora

Barong Ider Bumi merupakan ritual tolak bala dan selamatan warga Desa Kemiren di Banyuwangi yang dilakukan di hari kedua Hari Raya Idul Fitri di bulan Syawal. Di dalam ritual ini, biasanya warga akan mengenakan kostum seperti barong dan ayam.

Kemudian mereka akan berjalan dari sisi timur desa ke sisi barat desa sambil diiringi oleh penari dan pemain musik. Dikutip dari laman Kemenko Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia, sejarah ritual Barong Ider Bumi sendiri dimulai dari tahun 1800-an. 

Kala itu, Desa Kemiren dilanda wabah dan banyak warga yang meninggal. Sehingga warga pun kemudian berkunjung ke Makam Buyut Cili untuk meminta petunjuk. Selang beberapa saat, mereka mendapat petunjuk untuk melakukan prosesi arak-arakan di sepanjang jalan desa dan upacara selamatan. 

Upacara selamatan tersebut dilakukan di atas tikar dan dimulai dengan doa dalam bahasa Osing dan bahasa Arab. Setelah itu, warga kemudian akan makan bersama seusai acara berdoa selesai. Untuk hidangan khas yang disajikan di dalam tradisi Barong Ider Bumi biasanya adalah pecel pithik. 

4. Meriam Karbit [Pontianak, Kalimantan Barat]

Meriam Karbit merupakan sebuah tradisi yang di mana warga setempat akan menyalakan meriam, lalu kemudian akan terdengar dentuman yang saling bersahut-sahutan di malam sebelum hari raya Idul Fitri. Tradisi ini sendiri diketahui sudah lama dilangsungkan di Pontianak, khususnya bagi mereka yang tinggal di daerah Pontianak Timur, Selatan, Tenggara, dan di tepi Sungai Kapuas.

Dilansir dari laman Pemerintah Kota Pontianak, setidaknya terdapat kurang lebih 40 kelompok Meriam Karbit yang aktif di kota Pontianak. Sementara itu, untuk badan meriam sendiri terbuat dari kayu meranti atau mabang yang panjangnya 5 hingga 6 meter dengan diameter sekitar 50 hingga 70 centimeter.

5. Tradisi Pukul Sapu [Maluku Tengah]

Tradisi Pukul Sapu atau yang juga dikenal dengan nama Pukul Menyapu ini diketahui sudah dilangsungkan sejak tahun 1646-an di Negeri Morella, Kabupaten Maluku Tengah di provinsi Maluku. Tradisi ini biasanya dilakukan 7 hari setelah hari raya Idul Fitri.

Dirangkum dari laman rri.co.id, dalam pelaksanaannya, para pemuda yang akan melakukan atraksi Pukul Sapu ini sebelumnya akan melakukan ritual adat terlebih dahulu. Tujuan dari dilangsungkannya ritual ini sendiri, agar luka yang nantinya terdapat di tubuh pemain akan tidak terasa sakit dan cepat sembuh.

Untuk memainkan tradisi Pukul Sapu, pemuda-pemuda tersebut akan terbagi menjadi 2 grup yang mana di setiap grupnya itu berisi 10 orang. Acara pun akan dibuka dengan pukulan penghormatan yang dilakukan oleh Raja dan Saniri Negeri Morella. 

Saat pertunjukan dimulai, pemain akan menggunakan sapu lidi yang dipukulkan ke badan lawan. Menariknya, pemain juga tidak akan marah setelah pertunjukan selesai.

Konon, untuk luka dan darah yang terdapat di tubuh pemain itu merupakan simbol perjuangan dalam melawan penjajah. Dengan hadirnya tradisi Pukul Sapu ini, tentunya juga diharapkan warga Maluku akan selalu rela berkorban untuk kepentingan bersama.*

Lihat juga : Simak Berbagai Video Menarik Lainnya Disini

Indonesia merupakan Negara yang kaya akan nilai budaya. Nilai-nilai tersebut dapat ditemukan pada berbagai macam aspek kebangsaan di negeri ini, salah satunya adalah permainan tradisional. Permainan tradisional merupakan permainan yang dimainkan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Pada umumnya, permainan tradisional dimainkan oleh sekelompok anak, sehingga terciptalah kebersamaan ketika memainkan permainan tersebut. Selain itu, dengan adanya permainan tradisional dapat melatih anak dalam mengembangkan rasa kepedulian diantara sesama [Isnin, 2013].

Kebudayaan Indonesia khususnya daerah pulau Jawa memiliki banyak perbendaharaan permainan tradisional yang masih ada dan dilestarikan sampai sekarang yang biasa disebut dolanan anak. Di Jawa Tengah ada puluhan jenis dolanan anak yang cukup terkenal, misalnya boy-boy-an, gobak sodor, pate lele, bekel, dakon, ceblek nyamuk, dan lain-lain. Di antara beberapa dolanan anak tersebut, ada dolanan anak yang dimainkan dengan diiringi lirik atau lagu, seperti dolanan cublak-cublak suweng. Lagu dolanan merupakan salah satu bentuk tradisi lisan yang dilakukan oleh orang Jawa. Tradisi lisan merupakan salah satu kearifan lokal yang mempunyai pelajaran tersembunyi yang selama ini belum dipahami masyarakat luas [Wahyuningsih, 2009:23].

Lirik lagu yang mengiringi dolanan anak cublak-cublak suweng pada umumnya terkesan sangat sederhana. Akan tetapi, jika dilihat lebih mendalam, lirik yang terkandung dalam lagu dolanan cublak-cublak suweng sarat akan makna. Dapat dikatakan bahwa lirik lagu tersebut memperkuat nilai budaya bangsa. Lagu dolanan merupakan salah satu bentuk karya sastra Jawa yang digunakan anak-anak untuk bermain. Sedangkan pengertian sastra sendiri adalah karya manusia yang berupa dan refleksi pengarang mengenai kehidupan bermasyarakat. Salah satu hasil karya sastra adalah berwujud lagu. Dalam karya sastra terdapat berbagai kandungan. Salah satunya adalah ajaran moral. Ajaran moral adalah nasehat dan amanat mengenai benar-tidaknya sikap manusia dalam kehidupan bermasyarakat [Nurgiyantoro, 2012:320]. Lebih lanjut, ajaran berguna untuk manusia yang hidup bermasyarakat dengan cara bertingkah laku dan bersikap baik [Hadiatmaja dan Endah, 2008:56].

Lagu dolanan dirasa memiliki makna estetik, musikal dan kultural. Dari segi musikal, lirik dan iramanya berkaitan dengan perkembangan musikalitas anak. Dari segi kultural lagu dolanan dapat memberikan ajaran kepada anak agar disiplin, menjaga harmoni dengan alam, sesama manusia dan orang tua. Mengajarkan lagu dolanan merupakan alternatif untuk mengatasi modernisasi yang umumnya menjauhkan anak untuk memiliki moral yang baik [Triyono, 2000:12]. Dolanan Cublak-cublak Suweng memiliki lirik yang harus dinyanyikan untuk mengiringi permainan tradisional tersebut. Di berbagai sumber sejarah menyatakan bahwa lirik dolanan Cublak-cublak Suweng diciptakan oleh seorang wali songo yaitu Syekh Maulana Ainul Yakin atau biasa dikenal dengan Sunan Giri sekitar tahun 1442 M. Pada masa itu Sunan Giri menyebarkan Agama Islam di Indonesia khususnya pulau Jawa melalui jalur kebudayaan. Karena itulah Sunan Giri menciptakan lirik Cublak-cublak Suweng yang akhirnya di jadikan lagu dolanan pengiring permainan tradisional anak-anak. Lagu dolanan memiliki bobot atau porsi yang pas untuk diberikan kepada anak-anak. Tema yang mengiringi kebanyakan adalah Pendidikan, sehingga hal ini cukup menarik untuk dikaji dari sudut pandang Pendidikan.

Dolanan Cublak-cublak suweng merupakan bentuk permainan tradisional yang mempunyai ciri khas berupa lirik lagu dan gerakan tari. Adapun bentuk lirik yang dinyayikan pada dolanan Cublak-cublak suweng beserta terjemahan dalam Bahasa Indonesia adalah pada tabel 1 berikut:

Tabel 1. Lirik dan Terjemahan Dolanan Cublak-Cublak Suweng

Lirik Cublak-Cublak Suweng Terjemahan Bahasa Indonesia
Cublak-cublak suweng tempat anting
Suwenge ting gelenter antingnya berserakan
Mambu ketundhung gudel berbau anak kerbau yang terlepas
Pak empong lera lere bapak ompong yang menggeleng-gelengkan kepalanya
Sapa ngguyu ndhelikkake siapa yang tertawa dia yang

menyembunyikan

Sir sir pong dhele kopong kedelai kosong tidak ada isinya

Cublak-cublak Suweng adalah sebuah lagu/tembang dolanan yang dinyanyikan untuk mengiringi sebuah permainan anak. Cublak-cublak suweng merupakan permainan tradisional yang berasal dari Jawa Tengah yang sering dimainkan oleh sekelompok anak perempuan antara 3 orang atau lebih [Aisyah, 2014]. Cara permainan ini adalah satu orang menunduk dan teman-teman lainnya membuka telapak tangan mereka dan meletakkannya di atas punggung teman yang menunduk tadi. Kemudian beramai-ramai mereka menyanyikan lagu Cublak-cublak suweng sampai akhir. Berdasarkan makna bahasa Cublak Suweng artinya tempat Suweng. Suweng adalah anting perhiasan perempuan Jawa. Cublak-cublak suweng, memiliki arti ada tempat harta berharga, yaitu adalah Suweng [Suwung, Sepi, Sejati] atau Harta Sejati.

Sejarah permainan ini, kaitannya dengan penciptaan lagu/tembang Cublak-cublak suweng yang berasal dari Walisongo, tokoh penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Oleh karena itu permainan Cublak-cublak suweng memiliki makna filosofi yang dalam karena merupakan salah satu media yang digunakan Walisongo dalam dakwah menyebarkan Islam di Nusantara.

Lirik lagu Cublak-cublak Suweng yang cukup familiar di masyarakat Jawa, secara keseluruhan menggunakan bahasa Jawa. Pada lirik pemaknaannya tidak dapat begitu saja diartikan ke Bahasa Indonesia untuk dipahami maksudnya, terkadang membutuhkan interpretasi dan penafsiran yang dalam terhadap suatu kata, frasa dan kalimat pada lirik tersebut. Berkaitan dengan penafsiran lirik dolanan cublak-cublak suweng penulis mencoba menggali lebih dalam arti dan makna tentang nilai-nilai moral yang terkandung di dalam lirik dolanan cublak-cublak suweng sebagai berikut:

Kata suweng pada lagu ini sangat ditekankan, suweng diartikan sebagai; Suwung, Sepi, Sejati atau Harta Abadi. Sedangkan gelenter dalam bahasa Jawa berarti berserakan, karena sesungguhnya harta yang kita cari sudah berserakan dipelosok bumi. Gudel adalah istilah yang digunakan masyarakat jawa sebagai anak kerbau untuk melambangkan orang bodoh. kalimat “mambu ketundhung gudèl” Bermakna bahkan orang bodoh [minim pendidikan] mencari harta duniawi tersebut dengan penuh nafsu ego, tindakan korupsi, jual beli jabatan tujuannya untuk mencari kebahagiaan sesaat.

Orang bodoh tersebut seperti orang tua ompong yang sedang kebingungan [Pak empo lera-lere]. Meskipun berlimpah harta, namun bukan harta atau kebahagiaan abadi. Mereka kebingungan dan selalu gelisah karena dikuasai oleh keserakahannya sendiri. Sopo ngguyu Ndhelikake diartikan siapa tertawa dia yang menyembunyikan. Mengandung pesan bahwa siapa yang bijaksana, merekalah yang menemukan kebahagian abadi yang hakiki. Mereka adalah orang orang yang tersenyum dalam menjalani setiap cerita hidup, walaupun berada hidup tengah-tengah dunia yang penuh keserakahan. Sir [hati nurani/suara hati] pong dele kopong [kedelai kosong tanpa isi]. Maksudnya hati nurani yang kosong. Untuk sampai kepada kebahagiaan abadi harus menghindari dari kecintaan kepada kekayaan duniawi, rendah hati, tidak meremehkan orang lain, serta selalu melatih kepekaan Sir/hati nuraninya.

Makna lirik yang terkandung pada lirik Cublak-cublak suweng adalah untuk mencari harta janganlah menuruti hawa nafsu tetapi semuanya kembali ke hati nurani yang bersih. Tidak dipengaruhi hawa nafsu. Dengan hati nurani akan lebih mudah menemukan kebahagian, dan tidak tersesat jalan hingga lupa akan akhirat. Dari segi kultural lagu dolanan Cublak-cublak suweng dapat memberikan ajaran kepada anak agar tidak menuruti hawa nafsu, menjaga harmoni dengan alam, sesama manusia dan orang tua. Lirik pada lagu dolanan merupakan salah satu bentuk karya sastra Jawa yang digunakan anak-anak untuk bermain. Sedangkan pengertian sastra sendiri adalah karya manusia yang berupa dan refleksi pengarang mengenai kehidupan bermasyarakat. Salah satu hasil karya sastra berwujud lirik dan lagu.

Dalam karya sastra terdapat berbagai kandungan atau pemaknaan. Salah satunya adalah nilai moral. Nilai moral yang berorientasi terhadap ajakan moral merupakan nasehat dan amanat mengenai benar tidaknya sikap manusia dalam kehidupan bermasyarakat [Nurgiyantoro, 2012:320]. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam lirik lagu dolanan Cublak-cublak suweng juga mengandung ajaran nilai-nilai moral. Lirik lagu yang mengandung ajaran nilai moral dapat dibagi menurut jenis-jenis ajaran moralnya sehingga dapat ditemukan inti ajaran yang bisa lebih dicerna manusia dalam penerapan di kehidupannya [Triyono, 2000:27].

Penelitian mengenai penerapan ajaran nilai moral dengan menggunakan lagu dolanan sudah pernah dilakukan hanya saja penelitian ini belum membahas secara keseluruhan mengenai isi ajaran nilai moral dalam lagu dolanan. Salah satu bagian dari cara meneliti ajaran nilai moral dapat dilihat dari jenis-jenis ajaran moralnya. Jenis-jenis ajaran moral dapat dimasukkan dalam peristiwa yang bersifat bebas. Jenis-jenis ajaran moral ini dapat masuk di dalam peristiwa hidup dan berkehidupan, hal mempunyai hubungan dengan harkat dan martabat manusia [Nurgiyantoro, 2007:323].

Dilihat dari penjelasan di atas dapat dijabarkan bahwa nilai moral yang terkandung dalam lirik lagu dolanan Cublak-cublak suweng yaitu: ajaran moral hubungan manusia dengan Tuhan, ajaran moral hubungan manusia dengan manusia, ajaran moral hubungan manusia dengan dirinya sendiri, dan ajaran moral hubungan manusia dengan alam. Hal ini sesuai dengan pendapat Keen Achroni [2012] yang menyatakan bahwa lirik lagu dolanan merupakan simbolisasi dari pengetahuan yang tersebar melalui lisan dan mempunyai pesan moral dan manfaat di dalamnya. Pada prinsipnya lirik pada lagu dolanan anak tetap merupakan bagian dari sebuah permainan anak, bentuk atau wujudnya tetap menyenangkan dan menggembirakan bagi anak karena tujuan utamannya adalah sebagai media atau aktivitas bermain. Aktivitas permainan yang dapat mengembangkan aspek-aspek psikologis anak dapat dijadikan sarana belajar sebagai persiapan menuju dunia orang dewasa. Namun lirik lagu pada permainan tradisional Jawa cublak-cublak suweng mempunyai cakupan jangkauan kegiatan dan perilaku yang luas, serta memiliki ragam tujuan terhadap nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya yang sarat akan makna dan dasar filosofi yang baik untuk kehidupan bermasyarakat.

Kebudayaan Indonesia khususnya daerah pulau Jawa memiliki banyak perbendaharaan permainan tradisional yang masih ada dan dilestarikan sampai sekarang yang biasa disebut dolanan anak Dolanan anak menjadi hal yang sangat penting untuk diangkat kembali, sebab pada permainan-permainan modern yang bersifat anti sosial sudah merebak di kalangan anak-anak. Di antara beberapa dolanan anak tersebut, ada dolanan anak yang dimainkan dengan diiringi lirik atau lagu, seperti dolanan cublak-cublak suweng. Lirik lagu yang mengiringi dolanan cublak-cublak suweng pada umumnya terkesan sangat sederhana. Akan tetapi, jika dilihat lebih mendalam, lirik yang terkandung di dalamnya mempunyai makna dan kandungan nilai-nilai moral.

Lirik pada lagu dolanan merupakan salah satu bentuk karya sastra Jawa yang digunakan anak-anak untuk bermain. Pada prinsipnya lirik pada lagu dolanan anak tetap merupakan bagian dari sebuah permainan anak, bentuk atau wujudnya tetap menyenangkan dan menggembirakan bagi anak karena tujuan utamannya adalah sebagai media atau aktivitas bermain. Aktivitas permainan yang dapat mengembangkan aspek-aspek psikologis anak dapat dijadikan sarana belajar sebagai persiapan menuju dunia orang dewasa.

Sejarah lirik dolanan cublak-cublak suweng merupakan warisan budaya yang berasal dari Walisongo, tokoh penyebar agama Islam di Pulau Jawa. Dari segi kultural lagu dolanan Cublak-cublak suweng dapat memberikan ajaran kepada anak agar tidak menuruti hawa nafsu, menjaga harmoni dengan alam, sesama manusia dan orang tua. Lirik lagu pada permainan tradisional Jawa cublak-cublak suweng mempunyai cakupan jangkauan kegiatan dan perilaku yang luas, serta memiliki ragam tujuan terhadap nilai-nilai moral yang terkandung di dalamnya yang sarat akan makna dan dasar filosofi yang baik. Nilai-nilai moral yang terkandung di dalam lirik dolanan cublak-cublak suweng berorientasi terhadap ajakan moral yang merupakan nasehat dan amanat mengenai benar tidaknya sikap manusia dalam kehidupan bermasyarakat.

Daftar Pustaka

Achroni, Keen. 2012. Mengoptimalkan Tumbuh Kembang Anak Melalui Permainan Tradisional. Cet. 1. Jogjakarta: Javalitera.

Ahimsha-Putra, Heddy Sri. 1999. Permainan Tradisional di Jawa dan Tantangan dalam Era Kesejagadan dalam Prosiding Dolanan Anak Refleksi Budaya dan Wahana Tumbuh Kembang Anak, halaman 9-18. Yogyakarta: Plan Internasiona Indonesia-LPM Sosiatri Fisipol UGM.

Amirul Nur Wahid & Kundharu Saddhono. 2017. Ajaran Moral Dalam Lirik Lagu Dolanan Anak. MUDRA Jurnal Seni Budaya UNS. Volume 32 [2]. Page 172-177.

Burhan Nurgiyantoro. 2012. Stilistika. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Fad, Aisyah. 2014. Kumpulan Permainan Anak Tradisional Indonesia. Jakarta: Cerdas Interaktif.

Hadiatmaja & Endah. 2008. Filsafat Jawa. Yogyakarta: Kanwa Publisher.

Haerani Nur. 2013. Membangun Karakter Anak Melalui Permainan Anak Tradisional. Jurnal Pendidikan Karakter UNY. Volume 3 [1]. Page 87-94.

Isnin, Aine. 2013. Makna Lirik Dolanan Cublak-Cublas Suweng. Skripsi: Universitas DR. Soetomo. Surabaya.

Istianti, T., Abdillah, F., & Hamid, S. I. 2018. Model Pembelajaran Perilaku Sosial Kewarganegaraan: Upaya Guru Dalam Memupuk Gotong Royong Sejak Dini. Cakrawala Dini: Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini. Volume 9 [1]. Page 56-62.

Nurgiyantoro, Burhan. 2007. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

Paul Widyawan. 1982. Bolelebo: Lagu Daerah Indonesia. Yogyakarta: Pusat Musik Liturgi.

Rosala, D. 2017. Pembelajaran Seni Budaya Berbasis Kearifan Lokal Dalam Upaya Membangun Pendidikan Karakter Siswa di Sekolah Dasar. RITME Jurnal. Volume 2 [1]. Page 16-25.

Tim Play Plus Indonesia. 2014. Permainan Tradisional Anak Indonesia. Yogyakarta.

Triyono, Bramantyo. 2000. Lagu Dolanan Anak. Yogya: Tarawang Press.

Wahyuningsih, Sri. 2009. Permainan Tradisional. Bandung: PT Sandiarta Sukses.

Video yang berhubungan

Bài Viết Liên Quan

Bài mới nhất

Chủ Đề