Lebih baik pahit tapi jujur daripada manis tapi bohong

1. Sakit hati berkali-kali lipat

Mungkin pada awalnya sesuatu yang penuh kepalsuan terasa begitu manis. Namun jika sudah mengetahui kenyataan sebenarnya ternyata tidak sesuai dengan yang diharapkan, tentu saja sakit hati yang kamu rasakan akan berlipat dibandingkan jika di awal kamu sudah mengetahui kenyataan pahitnya.
Begitu juga dalam hal pertemanan. Tentu akan sangat menyakitkan jika mengetahui bahwa teman kita yang selama ini bersikap manis di depan kita ternyata membicarakan hal yang buruk di belakang. Lebih baik teman yang selalu berkata apa adanya.

2. Membuat Keadaan Semakin Rumit

Alasan mengapa berkata jujur lebih baik berikutnya adalah karena kebohongan justru akan semakin memperkeruh suasana. Jika sedang ada masalah namun kamu memilih untuk menutupi kejujuran yang tidak menyenangkan dengan bersikap manis, maka keputusan itu jelas salah besar. Mau sebesar apa pun masalah yang tengah dihadapi, tentu akan lebih cepat terselesaikan jika berani dihadapi secara langsung.

Kamu tidak mau kan, menyikapi dengan kepalsuan untuk sementara dan ketika kebenaran sesungguhnya terkuak justru muncul masalah baru?

Kenyataan pahit lebih baik dari kebohongan manis: pepatah. Mana yang lebih baik: kenyataan pahit atau berbohong manis?

Jika segala sesuatu tentang kebenaran atau kebohongan, itu sederhana dan jelas, itu tidak akan menjadi orang-orang dari ungkapan "kenyataan pahit lebih baik daripada kebohongan yang manis."

Namun, pernyataan ini, di hampir semua bahasa di dunia. Mari kita memeriksa apa yang terbaik dan apakah ada benar-benar yang terbaik dari dua kejahatan.

1. Bersikap manis tapi palsu mengakibatkan rasa sakit hati yang berlipat ganda

Pernah terbayangkan gak gimana rasanya sakit hati setelah mengetahui manisnya sikap seseorang ternyata hanya sikap palsu belaka? Kalau belum, kamu harus tahu bahwa kenyataannya rasa sakit dari kejadian itu lebih terasa karena berlipat ganda. Sikap ini bahkan bisa dikategorikan menjadi bentuk pengkhianatan lho.