Lebih baik tidak berhijab tetapi sopan daripada berhijab tetap tidak berakhlak baik pada sesama

“ Lebih baik tikdak berjilbab, tetapi sopan pada sesama, menjaga perkataan dusta dan gibah, dan lainnya daripada berjilbab tetapi tidak berakhlak baik pada sesama.” Bagaimana pendapat kamu tentang hal tersebut?

Assalamualaikum wr.wb

Nama :Lilyana alifa azahra

Kelas :10 MIA 4

Mata pelajaran :Pendidikan agama islam

Guru pembimbing:Rizka susilawati M.pd

Asal sekolah :SMAN 1 Kab.Tangerang

Hari/tanggal :selasa-5-11-2019

Nomer absen :18


Tak Ada Alasan untuk Tidak Berhijab

radiordk Berita Kampus | 0

Lebih baik tidak berhijab tetapi sopan daripada berhijab tetap tidak berakhlak baik pada sesama

Berhijab sudah diperintahkan oleh Allah SWT dalam surah Al-Ahzab ayat 59 dan an-nur ayat 31. Meski begitu, tak menutup kemungkinan jika banyak juga muslimah yang belum siap untuk berhijab dengan berbagai macam alasan. Kajian Muslimah HMJ PBI dan LDKS FITK hadir dengan tema “Should I Wear My Hijab?” pada jumat (25/10) kemarin digelar untuk memberi pengetahuan seputar pentingnya berhijab.

Pembicara kajian, Ayu Nurfitria mengatakan, kita sering mendapati alasan muslimah belum mau berhijab karena ingin menghijabkan hati dulu, atau belum merasa mendapatkan hidayah. Padahal, dengan berhijab, Allah turut menjaga perempuan dengan hijab yang digunakan.

“Jilbab bukan hanya sekedar penghias kepala bagi perempuan, tapi sebagai bentuk perlindungan diri perempuan. Jilbab juga bentuk kasih sayang Allah kepada kita, oleh karena itu kita harus mencoba untuk selalu berbuat baik dihadapan Allah,” ujarnya.

Ia menambahkan, agar bisa istiqomah dalam berhijab, kita harus memahami urgensi dari memakai hijab, dan luruskan niat. Jangan jadikan manusia sebagai tolak ukur dalam mewujudkan niat kita untuk berhijab.

“Saling mengingatkan pada kebaikan juga bisa kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Hadirkan rasa sakinah di sekeliling kita, agar ajakan untuk berhijab bisa diterima oleh mereka yang sedang mencoba maupun belum siap untuk berhijab,” tutupnya.

Mahasiswa pendidikan matematika semester lima, Maulida Nur Afra mengatakan, tema Should I Wear My Hijab menitikberatkan kepada seluruh muslimah bahwa berhijab itu penting.

Kajian tersebut bekerja sama dengan HMJ PBI untuk meluaskan dakwah karena sejatinya sasaran dakwah adalah mereka yang hatinya belum tergerak, untuk sama-sama kita bantu gerakkan demi mencapai ridho-Nya Allah.

“Masih banyak wanita muslimah yang beranggapan bahwa hijab belum terlalu penting, atau cuma berhijab di kampus aja juga tidak apa-apa. Tapi kita ingin menanamkan bahwa hijab itu penting, baik di dalam dan luar kampus,” ujarnya.

Menurutnya, dengan berhijrah memakai hijab, ada tahapannya. Mungkin belum berakhlak baik, tetapi bisa dimulai dari cara berpakaian yang baik terlebih dahulu. Hijab yang belum sempurna tidak salah, hal itu bisa menjadi batu loncatan untuk tahap yang lebih baik.

(Alifia Riski Monika)

BAB III BUSANA CERMINAN KEPRIBADIAN

Oleh SMA Syarif Hidayatullah Juli 12, 2021 Posting Komentar 0 x

BAB III

BUSANA CERMINAN KEPRIBADIAN

Cermati kisah berikut!

Bagi Anda yang menyukai film-film Indonesia tahun 90-an pasti sudah tidak asing lagi dengan sosok aktris cantik Inneke Koesherawati. Anak kelima dari enam bersaudara ini mengawali kariernya di dunia perfilman Indonesia bertema syur sehingga membuat dirinya lekat dengan sebutan bintang film “panas”.

Perempuan kelahiran Jakarta 37 tahun silam ini, sejak tahun 2001 berubah total. Ia memutuskan untuk memakai jilbab. Namun, dia berkeyakinan bahwa berjilbab juga harus diikuti dengan perubahan tingkah laku dalam kesehariannya. Dia tidak mau dianggap

berjilbab, tetapi tidak memberi contoh kepada mereka yang tidak berjilbab.

Lama menjadi selebriti yang konsisten berjilbab, Inne, panggilan akrab Inneke, makin giat dan yakin. Dirinya pun merasa bahwa berjilbab adalah wujud syi’ar atas agama yang dia peluk. “Berjilbab itu salah satu bentuk syi’ar saya kepada orang lain. Dengan orang melihat saya seperti ini dan orang bisa ikutin saya untuk berjilbab, itu dampaknya sangat baik,” kata Inne saat ditemui di Indonesia Islamic Fashion Fair 2013 di JCC, Jakarta, Kamis (30/5), seperti dilansir situs kapanlagi.com.

Selama memakai jilbab, Inneke mengaku lebih merasakan ketenangan. “Perbedaan setelah pakai jilbab adalah bahagia dunia akhirat, ketenangannya beda, menemukan ketenangan yang luar biasa,” ujarnya kala itu. Inneke juga pernah mengatakan bahwa keputusan dia untuk mengenakan jilbab bukan karena mengikuti “tren” atau karena dari keinginan pihak lain. Dia menyebut keinginannya memakai jilbab semata-mata karena panggilan hati mengikuti jalan Allah Swt. Perempuan yang sudah bermain di belasan judul film layar lebar ini selalu berusaha untuk tampil modis dengan jilbabnya, tanpa harus mengurangi tuntunan syar’iah. (Dikutip dari: http://www.merdeka.com/peristiwa/inneke-koesherawati-dari-artis-panas-hingga-akhirnya berhijab.html)

Lebih baik tidak berhijab tetapi sopan daripada berhijab tetap tidak berakhlak baik pada sesama


Artinya :“Wahai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin, “Hendaklah mereka menutupkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu agar mereka lebih mudah untuk dikenali sehingga mereka tidak diganggu. Dan Allah Swt. Maha Pengampun, Maha Penyayang.”

2. Q.S. An-Nµr/24:31

Lebih baik tidak berhijab tetapi sopan daripada berhijab tetap tidak berakhlak baik pada sesama


Artinya : “Dan katakanlah kepada para perempuan yang beriman, agar mereka menjagapandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (aurat-nya), kecuali yang (biasa) terlihat. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kerudung ke dadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putra-putra mereka, atau putra-putra suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara laki-laki mereka, atau putra-putra saudara perempuan mereka, atau para perempuan (sesama Islam) mereka, atau hamba sahaya yang mereka miliki, atau para pelayan laki-laki (tua) yang tidak mempunyai keinginan (terhadap perempuan) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat perempuan. Dan janganlah mereka menghentakkan kakinya agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertobatlah kamu semua kepada Allah wahai orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.”

Lebih baik tidak berhijab tetapi sopan daripada berhijab tetap tidak berakhlak baik pada sesama

Artinya :Dari Umu ‘A¯iyah, ia berkata, “Rasulullah saw. memerintahkan kami untukkeluar pada Hari Fi¯ri dan A«¥a, baik gadis yang menginjak akil balig, wanita-wanita yang sedang haid, maupun wanita-wanita pingitan. Wanita yang sedang haid tetap meninggalkan śalat, namun mereka dapat menyaksikan kebaikan dan dakwah kaum Muslim. Aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah saw., salah seorang di antara kami ada yang tidak memiliki jilbab?’ Rasulullah saw. menjawab, ‘Hendaklah saudarinya meminjamkan jilbabnya kepadanya.’” (H.R. Muslim)

Kandungan Hadis

Kandungan hadis di atas adalah perintah Allah Swt. kepada para wanitauntuk menghadiri prosesi śalat ‘´dul Fi¯ri dan ‘´dul A«¥a, walaupun dia sedang haid, sedang dipingit, atau tidak memiliki jilbab. Bagi yang sedang haid, maka cukup mendengarkan khutbah tanpa perlu melakukan śalat berjama’ah seperti yang lain. Wanita yang tidak punya jilbab pun bisa meminjamnya dari wanita lain.

Hal ini menunjukkan pentingnya dakwah/khutbah kedua śalat ‘idain. Kandungan hadis yang kedua, yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar berisi tentang kemurkaan Allah Swt. terhadap orang yang menjulurkan pakaiannya dengan maksud menyombongkan diri.

Kegiatan siswa

Carilah ayat al-Qur’ān dan hadis yang berhubungan dengan perintah mengenakan busana muslim dan muslimah atau perintah menutup aurat!

Lebih baik tidak berhijab tetapi sopan daripada berhijab tetap tidak berakhlak baik pada sesama

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lebih baik tidak berhijab tetapi sopan daripada berhijab tetap tidak berakhlak baik pada sesama

"Pake jilbab kok, akhlak nya nggak bener,sih?"

Dalam pandangan masyarakat kita, wanita berjilbab adalah wanita yang sangat identik memiliki tatakrama baik, wanita yang santun, anggun nan kalem, rajin shalat, rajin berderma, sering hadir majlis pengajian dan berbagai predikat keshalihahan lainny.

Boleh jadi sebagian besar wanita berkerudung seperti itu. Sebaliknya, muslimah yang tak berkerudung, meski akhlaknya baik, tentu saja dipandang tak sebaik muslimah berkerudung, hal yang lumrah dan spontanitas terlintas dalam benak.

Akibatnya, jika ada kebetulan wanita berjilbab melakukan sesuatu yang kontradiktif dengan jilbabnya itu, seketika penilaian masyarakat menjadi njomplang sangat negatif sekali. Dan tentu saja jilbabnya seketika menjadi objek atas tindakan yang tak sesuai dengan moral pemakai jilbab. "Jilbaban tapi kok gitu".

Akhirnya, sebagian muslimah yang tidak berjilbab pun, memilih tetap bertahan pada pilihannya, dengan pikiran sangat sederhana sekali, daripada aku tidak bisa menjaga sikapku saat mengenakan jilbab, lebih baik aku tidak mengenakannya sekalian, biarlah aku menjilbabi hatiku terlebih dahulu. Ntar aja jilbaban kalau udah mau wafat.

Menjilbabi hati, kalimat yang mendadak populer setelah boomingnya film ayat-ayat cinta, kalimat yang bisa jadi sudah lama berdengung tetapi dipopulerkan oleh Rianti Cartwright, ini setahuku.

Sebenarnya, fenomena di atas (pengidentikan jilbab dengan keshalihahan) adalah kesalahan pemahaman umum (salah kaprah) dalam masyarakat kita soal hubungan jilbab dengan akhlak. Oke, memang wanita yang shalihah, yang menjalankan agamanya dengan baik, tentu saja mengaplikasikan segenap perintah agamanya terhadap dirinya semampu dia, salah satunya adalah berjilbab ini.

Tetapi aku berani mengatakan, bahwa sebenarnya tak ada hubungan sama sekali antara jilbab dan berakhlak baik. Lhoh kok bisa?

Berjilbab, adalah murni perintah agama yang berhubungan dengan pribadi muslimah itu. Yakni, jilbab adalah kewajiban baginya dengan tanpa melihat apakah moralnya baik ataupun buruk. Jadi selama dia muslimah, maka berjilbab adalah kewajiban.

Tentu saja, jika ada muslimah tak berjilbab, itu pilihan dia, tetapi tentu sebuah konsekwensi dan merupakan kebijakan, apabila seseorang tidak menjalankan perintah, maka resikonya adalah sanksi. Dan sanksi syariat tentu saja adalah dosa.

Memang, bermoral baik adalah tuntutan sosial, di samping tentu ajaran agama. Akan tetapi semua kewajiban dalam agama, sekaligus larangan-larangannya, adalah tidak berhubungan dengan akhlak itu. Salah satunya ya masalah jilbab ini.

Halaman Selanjutnya