Makalah kedudukan teori dalam PENELITIAN kualitatif

78

F. Teori dalam Penelitian Kualitatif

Semua peneliti bersifat ilmiah, oleh karena itu semua peneliti harus berbekal teori. Dalam penelitian kuantitatif, teori yang digunakan harus sudah jelas, karena teori disini akan berfungsi untuk memperjelas masalah yang diteliti, sebagai dasar untuk merumuskan hipotesis, dan sebagai referensi unutk menyusun instrument penelitian. Oleh karena itu landasan teori dalam proposal penelitian kuantitatif harus sudah jelas teori apa yang akan dipakai. Dalam penelitian kualitatif, karena permasalahan yang dibawa oleh peneliti masih bersifat sementara, maka teori yang digunakan dalam penyusunan proposal penelitian kualitatif juga masih bersifat sementara, dan akan berkembang setelah peneliti memasuki lapangan atau konteks sosial. Dalam kaitannya dengan teori, kalau dalam penelitian kuantitatif itu bersifat menguji hipotesis atau teori sedangkan dalam penelitian kualitatif bersifat menemukan teori. Dalam penelitian kuantitatif jumlah teori yang digunakan sesuai dengan jumlah variabel yang diteliti, sedangkan dalam penelitian kualitatif yang bersifat holistik, jumlah teori yang haurs dimiliki oleh peneliti kualitatif jauh lebih banyak karena haurs disesuaikan dengan fenomena yang berkembang dilapangan. Peneliti kualitatif akan lebih professional kalau menguasai semua teori sehingga wawasannya akan menjadi lebih luas, dan dapat menjadi instrument penelitian yang baik. Teori bagi peneliti kualitatif akan berfungsi sebagai bekal untuk memahami konteks sosial secara lebih luas dan mendalam. Walaupun peneliti kualitatif dituntut untuk menguasai teori yang luas dan mendalam, namun dalam melaksanakan penelitian kualitataif, penelitit kualitatif harus mampu melepaskan teori yang dimiliki tersebut dan sebagai panduan untuk wawancara, dan menyusun instrument dan sebagai panduan untuk wawancara, dan observasi. Peneliti kualitatif dituntut dapat menggali data berdasarkan apa yang diucapkan, dirasakan, dan dilakukan oleh partisipan atau sumber data. Peneliti kualitatif harus bersifat “perspektif emic” artinya memperoleh data bukan “sebagaimana seharusnya”, bukan berdasarkan apa yang difikirkan oleh peneliti, tetapi berdasarkan sebagaimana adanya yang terjadi di lapangan, yang dialami dirasakan, dan difikirkan oleh partisipansumber data. Oleh karena itu penelitian kualitatif jauh lebih sulit dari penelitian kuantitatif, karena peneliti kualitatif harus berbekal teori yang luas sehinga mampu menjadi “human 79 instrument” yang baik. Dalam hal ini Borg and Gall 1988 menyatakan bahawa “Qualitative research is much more difficult to do well than quantitative research because the data collected are usually subjective and the main measurement tool for collecting data is the investigator himself” . Penelititan kualitatif lebih sulit dibandigkan dengan penelitian kualitatif, karena data yang terkumpul bersifat subyektif dan instrumen sebagai alat pengumpul data adalah peneliti itu sendiri. Untuk dapat menjadi instrumen penelitian yang baik, peneliti kualitatif dituntut untuk memiliki wawasan yang luas, baik wawasan teoritis maupun wawasan yang terkait dengan konteks sosial yang diteliti yang berupa nilai, budaya, keyakinan, hukum, adat istiadat yang terjadi dan berkembang pada konteks sosial tersebut. Bila peneliti tidak memiliki wawasan yang luas, maka peneliti akan sulit membuka pertanyaan kepada sumber data, sulit memahami ap yang terjadi, tidak akan dapat melakukan analisis secara induktif terhadap data yang diperoleh. Sebagai contoh seorang peneliti bidang pendidikan akan merasa sulit untuk mendapatkan data tentang kesehatan, karena untuk bertanya pada bidang kesehatan saja akan mengalami kesulitan. Demikian juga peneliti yang berlatar belakang pendidikan, akan sulit bertanya dan memahami bidang antropologi. Peneliti kualitatif dituntut mampu mengorganisasikan semua teori yang dibaca. Landasan teori yang dituliskan dalam proposal penelitian lebih berfungsi untuk menunjukkan seberapa jauh peneliti memiliki teori dan memahami permasalahan yang diteliti walaupun masih permasalahan tersebut bersifat sementara itu. Oleh karena itu landasan teori yang dikemukakan tidak merupakan harga mati, tetapi bersifat sementara. Peneliti kualitatif justru dituntut untuk melakukan grounded research, yaitu menemukan teori berdasarkan data yang diperoleh di lapangan atau situasi sosial. LATIHANLEMBAR TUGAS Untuk memantapkan penguasaan materi pada Bahan Belajar Mandiri ini, cobalah anda kerjakan tugas-tugas ataupuin latihan dibawah ini. 1. Mengapa dalam penelitian kualitatif dapat berubah judul setelah memasuki lapangan penelitian ? 2. Apakah yang dimaksud dengan fokus penelitian ? 3. Buatlah rumusan masalah dari penelitian kualitatif. 4. Bagaimana kedudukan teori dalam penelitian kualitatif?. Untuk mengerjakan soaltugas-tugas ataupun latihan tersebut cobalah anda diskusikan dengan teman-teman anda. Apabila anda mengalami kesulitan cobalah buka kembali dan 80 bacalah dengan cermat Bahan Belajar Mandiri ini. Apabila masih mengalami kesulitan , maka tanyakan langsung kepada dosen pengampu mata kuliah ini. RANGKUMAN Permasalahan yang akan dipecahkan dalam penelitian kualitatif berbeda dengan permasalahan dalam penelitian kuntitatif. Masalah dalam penelitian kualitatif, masih bersifat sementara, dan belum memiliki kejelasan. Oleh karena itu akan muncul kemungkinan – kemungkinan, yaitu : 1 masalah yang akan dipecahkan oleh peneliti bersifat tetap; 2 masalah yang dipecahkan oleh peneliti berkembang menyesuaikan dengan situiasi lapangan; 3 masalah yang akan diteliti berubah total. Dalam penelitian kualitatif, gejala yang diteliti bersifat holistik, menyeluruh dari situasi sosial yang didapati. Untuk memudahkan penelitian perlu ditetapkan fokus penelitian, yaitu batasan –batasan masalah yang bersifat umum. Fokus masalah merupakan domain tunggal atau beberapa domain yang terkait dengan situasi sosial. Bentuk rumusan masalah dalam kalimat pertanyaan yang dapat memandu peneliti untuk mengumpulkan data di lapangan. Terdapat tiga bentuk rumusan masalah, yaitu : rumusan masalah deskriptif, rumusan masalah komparatif dan rumusan masalah assosiatif. Dalam setiap penelitian selalu terdapat dua macam variabel, yaitu variabel independen sebagai penyebab dan variabel dependen sebagai akibat penelitian kualitatif Dalam penelitian kualitatif, mengingat permasalahan yang akan dipecahkan oleh peneliti masih bersifat sementara atau masih dapat berkembang, maka teori yang digunakannya pun masih dapat berkembang setelah penneliti memasuki lapangan. TES FORMATIF PETUNJUK : Jawablah pertanyaan berikut . 1. Apakah yang dimaksud dengan masalah yang masih remang-remanggelap ?. 2. Apakah kemungkinan yang terjadi terhadap masalah dalam penelitian kualitatif ?. 3. Apakah yang dimaksud dengan gejalafenomena yang bersifat tunggal ?. 4. Berikanlah contoh fokus penelitian yang memiliki nilai IPTEKS. 5. Buatlah contoh rumusan masalah assosiatif, komparatif dan deskriptif. 6. Buatlah dua contoh judul penelitian kualitatif yang bisa anda teliti. 81 BALIKAN FEETBACK Setelah anda menyelesaikan dalam mengerjakan tugas-tugas tersebut, sebaiknya anda periksa kembali. Kemudian cocokanlah jawaban anda dengan kunci jawaban yang tersedia yang terdapat dibagian akhir Bahan Belajar Mandiri ini dan hitunglah jumlah anda yang benar. Kemudian gunakan rumus dibawah ini untuk mengetahui penguasaan anda dalam materi kegiatan ini. Rumus : Jumlah jawaban anda yang benar Tingkat Penguasaan = ------------------------------------------------------ x 100 8 Arti tingkat penguasaan yang anda capai : 90 - 100 = baik sekali 80 - 89 = baik 70 - 79 = cukup 70 = kurang Apabila anda mencapai tingkat penguasaan 80 ke atas, anda dapat melanjutkan ke Bahan Belajar Mandiri berikutnya. Bagus . Tetapi apabila anda kurang dari 80 , anda harus mengulangi kegiatan sebelumnya, terutama pada bagian Bahan Belajar Mandiri yang belum anda kuasai. 82 KEGIATAN BELAJAR 3 PENELITIAN TINDAKAN KELAS CLASSROOM ACTION RESEARCH LATAR BELAKANG Keberhasilan pengajaran dalam meningkatkan pemahaman materi-subjek yang utuh dan kritis berhubungan erat dengan upaya pengajar dan pembelajar untuk mengkonstruksi kerangka- berpikir bersama. Upaya mengkonsruksi tersebut diwujudkan melalui interaksi kognitif komponen-komponen materi-subjek, pengajar, dan pembelajar dalam bentuk kegiatan dialog dan argumentasi dari proses belajar– mengajar . Istilah materi-subjek, pengajar, dan pembelajar, disatu pihak, dan mengkonstruksi dilain pihak, masing-masing adalah totalitas dan logika -internal dari PBM. Interaksi dari ketiga komponen totalitas tersebut berlangsung berdasarkan hubungan ketergantungan yang saling menguntungkan dengan melihat setiap komponen sebagai kewenangan wacana menurut posisinya masing-masing. Kewenangan pelajar adalah sebagai pengendali yang berkaitan dengan tugas menyelaraskan materi-subjek untuk meningkatkan interaksi kelas. Kewenangan pelajar adalah sebagai pemula yang berkaitan dengan tugas memahami nilai kebenaran dari materi- subjek melalui interaksi kelas. Kewenangan materi-subjek adalah sebagai rujukan nilai kebenaran bagi interaksi kelas karena peranannya sebagai wakil disiplin ilmu. Beberapa dasar penting dari penelitian kelas perlu dikemukakan terlebih dahulu untuk membuka jalan kepada penelitian kelas untuk berkembang mandiri. Kemandirian ini dimungkinkan oleh domain, epistemology, dan metologi penelitian kelas yang khas dan terpisah dari penelitian standar. Kemandirian tersebut bersumber dari pandangan bahwa PBM adalah penomena wacana yang secara mendasar mempunyai system kemaknaan melebihi penomena alamiah yang membatasi diri pada kemaknaan pisik. Contohnya, dalam penelitian IPA penggunaan metapor model visual dianggap mengurangi ketetapan eksplanasi, sedangkan dalam wacana metapor merupakan instrument sosial untuk mengungkapkan makna kesehari- harian yang lebih mendalam. Penerapan penelitian standar dalam PBM dalam demikian perlu dihindari karma merupakan tindakan yang kurang hati-hati dan kurang menghargai hakekat kompleksitas masalah. Dalam penomena alam, tidak dilibatkan aspek kejiwaan sedangkan dalam wacana ini merupakan tugas mendasar yang perlu diungkapkan yang diterimakan sebagai motif niat, keinginan, intuisi, keyakinan, dsb. Perbedaan ini secara epistemology menghendaki metodologi 83 dan pada akhirnya system eksplanasi yang melibatkan dasar-dasar wacana untuk mengungkapkan motif tersebut. Penelitian standar yang mengabaikan aspek motif ini juga mengabaikan sipat dasar kewacanaan PBM. A. Apakah Penelitian Tindakan Kelas Itu ?

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề