Mataram islam yang dipimpin Sultan Agung berhasil mengusir VOC di Batavia

JELAJAH MUSEUM

Penyerangan Pasukan Sultan Agung ke Benteng Batavia 1628

Jumat, 21 Desember 2012 14:05

Baca Selanjutnya:

Nikmati Nuansa Kerajaan di Museum Keprajuritan Indonesia

X

SEBUAH diorama di lantai dua Museum Keprajuritan, mengingatkan kita bahwa perjuangan melawan penjajah itu bukanlah pekerjaan mudah. Penyerangan yang dilakukan Sultan Agung Hanyokusumo (1613-1645) terhadap VOC yang bermarkas di Batavia, meski dilakukan beberapa kali, ternyata sulit untuk mencapai kemenangan.

Sultan Agung adalah raja Mataram yang berhasil menyatukan beberapa wilayah di Jawa dan Madura di bawah kekuasaanya. Mataram menjalin kerjasama dengan VOC dan diberi ijin mendirikan benteng (kastil) di Jakarta. Sebagai imbalannya, VOC berjanji akan menjual senjata terutama meriam kepada Mataram. Hubungan kerja sama itu kemudian memburuk, setelah VOC ingkar janji dan bahkan menuntut hak dan wilayah untuk berniaga.

Kehadiran kastil VOC yang didirikan pada tahun 1619 merupakan ancaman terhadap Mataram, karena menjadi basis perdagangan dan basis pertahanan VOC. Pada bulan April 1628, Sultan Agung mengerahkan pasukannya untuk menyerang kastil VOC, di Batavia.

Pasukan Mataram yang dipimpin oleh Tumenggung Baurekso membuat markas di Muara Sungai Marunda. Pada tanggal 21 september mereka mengadakan serangan ke benteng, tetapi dapat digagalkan oleh Belanda. Pertempuran hebat terjadi pada tanggal 21 Oktober ketika Mataram kembali menyerang. Dalam pertempuran ini, Tumenggung Baurekso gugur bersama puteranya.

Setelah tewasnya Tumenggung Baurekso, panglima pasukan Mataram kemudian digantikan oleh Suro Agul-Agul. Ia kemudian melakukan serangan ke benteng pada tanggal 28 November, namun kurang berhasil. Pengepungan Batavia oleh VOC diulang kembali oleh Sultan Agung pada tahun 1629. Pada penyerangan ini, Mataram berhasil mengepung Beteng Batavia dan menjebol temboknya. Sebelumnya, mereka membendung sungai Ciliwung. Maklum, saat itu musim kemarau jadi pembendungan sungai mudah dilakukan, alirannya dibelokkan ke sungai lain. Akibatnya, aliran sungai Ciliwung ke arah Beteng VOC kering, penuh bangkai hewan, tinja terserak di mana-mana dan terjadi penyebaran berbagai penyakit antara lain disentri yang menyebabkan Gubernur Jenderal Jan Pietersz Coen mati. Namun demikian, dalam pertempuran ini, Mataram tidak sepenuhnya menang. Mereka berhasil dihalau kembali oleh para pasukan VOC.

Kegagalan inilah yang patut menjadi refleksi bahwa penjajah bukanlah musuh yang gampang ditaklukkan. Meskipun siasat dan strategi penyerangan yang digunakan sudah cukup canggih, namun toh pasukan Mataram kalah, meskipun dalam penyerangan dan pengepungan Benteng Batavia menyebabkan Gubernur Jenderal Jan Pietersz Coen mati karena terserang disentri.

Ikuti kami di
Baca Juga

Ternate dan Ingatan Tentang Perang di Benteng Sao Paolo

Napak Tilas Semangat Keprajuritan Bangsa Indonesia

Video Pilihan

Viral di Media Sosial, Istri di Madiun Cegat Suami di Jalan Saat Semobil dengan Cewek, Jadi Tontonan