Mengapa al qur an disebut mukjizat yang paling besar

Lihat Foto

Shutterstock

Membaca Al Quran.

KOMPAS.com - Setiap rasul yang diutus oleh Allah SWT untuk menyampaikan risalah mempunyai mukjizat.

Mukjizat merupakan kejadian [peristiwa] ajaib yang sukar dijangkau oleh kemampuan akan manusia.

Mukjizat bagi seorang rasul dan nabi merupakan salah satu identitas dari kerasulannya.

Mukjizat yang diberikan oleh Allah SWT kepada rasul dan nabi tidak sama melainkan berbeda-beda.

Biasanya mukjizat diberikan Allah dalam bentuk sesuatu yang umum berlaku pada masanya.

Baca juga: Dasar Hukum Pernikahan dalam Islam

Dalam buku Ushul Fiqih jilid 1 [2011] karya Amir Syarifudin, Nabi Musa mempunyai mukjizat mampu mengubah tongkat menjadi ular.

Karena pada masa Nabi Musa berkembang ilmu sihir dan sering dijadikan salah satu alat kompetisi. Bahkan mampu mengalahkan ular-ular hasil sihir umat Nabi Musa.

Nabi Isa mempunyai mukjizat mampu mengobati penyakit buta dan sopak dengan izin Allah.

Karena pada masa itu berkembang ilmu pedukuan dan pengobatan. Tapi ada penyakit yang tidak dapat disembuhkan.

Nabi Isa mempunyai keunggulan yang dapat melemahkan kemampuan semua orang pada masa tersebut.

Kitab suci Al-Qur'an disebut sebagai mukjizat yang paling besar nan agung. Hal ini disampaikan oleh Guru Besar Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan [FITK] Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang [UIN Malang] Prof Dr H M Zainuddin MA di sini. 

Namun, mengapa Al-Qur'an disebut sebagai mukjizat? Sementara mukjizat yang kita tahu selama ini misalnya Nabi Musa yang bisa membelah lautan, Nabi Isa yang bisa menghidupkan orang mati, dan lain-lain.

Baca Juga : Profesor UIN Malang Ungkap Keistimewaan Mukjizat bagi Nabi Muhammad

googletag.cmd.push[function[] { googletag.display["div-gpt-ad-1588825458332-0"]; }];

Dosen Fakultas Syariah UIN Malang Prof Dr Umi Sumbulah MAg membeberkannya lebih jauh. Ia menyatakan, mukjizat ada dua macam, yakni mukjizat hissiyah dan mukjizat maknawiyah.

"Mukjizat hissiyah adalah mukjizat yang sifatnya indrawi, yang bisa dilihat, seperti membelah laut, kemudian kalau Nabi Muhammad itu misalnya keluar air dari sela-sela jemarinya, kemudian bisa membelah bulan, dan seterusnya. Tetapi itu sifatnya temporal [dan lokal]. Sekarang juga sudah tidak bisa kita saksikan," papar perempuan yang juga menjabat sebagai direktur Pascasarjana UIN Malang tersebut.

Sementara mukjizat maknawiyah, kata Umi, bersifat universal, immaterial, serta eternal. Jadi selamanya kita bisa menyaksikan.

"Mukjizat yang paling besar yang kita bisa saksikan karena bentuknya adalah immaterial, kemudian juga universal, dan juga eternal itu adalah Al-Qur'an," timpalnya.

Lantas mengapa Al-Qur'an disebut immaterial? Dijelaskan Umi, kemukjizatan Al-Qur'an hanya bisa didekati dengan aqliyah. Yakni memaksimalkan akal kita untuk memahami apa yang ada di dalam Al-Qur'an.

Mukjizat Al-Qur'an sendiri ada tiga aspek, yakni i'jaz al-lughawi, i'jaz al-ilmi, dan i'jaz al- tasyri'i.

I'jaz al-lughawi adalah kemukjizatan dari aspek bahasa. "Bahasa Al-Qur'an adalah memang bahasa yang betul-betul dari Tuhan dan karena itu ketika orang kafir ditantang oleh Nabi Muhammad untuk mendatangkan yang semisal dengan Al-Qur'an, kemudian yang semisal dengan 10 surat, maupun semisal dengan satu surat saja ternyata mereka tidak mampu untuk mewujudkan. Padahal bahasa Al-Qur'an adalah bahasa mereka," beber Umi.

I'jaz al-ilmi adalah kemukjizatan pada aspek isyarat dan pembicaraan Al-Qu'an tentang sains dan alam. Al-Qur'an mengandung isyarat ataupun pembicaraan tentang sains dan alam yang secara saintifik baru dibuktikan di kemudian hari jauh setelah turunnya Al-Qur'an.

Baca Juga : Kali Ini, Harkitnas dan Dies Natalis Diperingati dengan Cara Beda oleh Unikama

googletag.cmd.push[function[] { googletag.display["div-gpt-ad-1588825614199-0"]; }];

Sementara I'jaz al-tasyri'i adalah kemukjizatan pada aspek syariat, bahwa setiap ketentuan, aturan dan ketetapan dalam Al-Qur'an mengandung hikmah, kebenaran, dan kemaslahatan bagi makhluk. 

Dalam sejarah kehidupannya, manusia telah banyak mengenal berbagai macam doktrin, pandangan hidup, sistem dan perundang-undangan yang bertujuan membangun hakikat kebahagiaan individu di dalam masyarakat. Namun tidak satupun daripadanya yang dapat mencapai seperti yang dicapai Al-Qur'an dalam kemukjizatan tasyri'i.

Prof Umi menjadi salah satu narasumber dalam diskusi tematik "Al-Qur'an dan Mukjizat" pada acara Syiar Ramadhan 1441 H UIN Malang. Acara yang disiarkan di TV setiap hari ini digelar di hall Rektorat UIN Malang. Jumlah peserta yang datang terbatas dan tetap memperhatikan physical distancing. Rektor UIN Malang Prof Dr Abdul Haris MAg bertindak langsung sebagai host.

"Al-Qur'an menjadi mukjizat yang terbesar dan dari semuanya, dari sisi bahasa, isi, dan yang lain-lain," pungkas Prof Haris menyimpulkan.

Huzaemah Tahido Yanggo



Mukjizat Nabi Muhammad Saw memiliki kekhususan  dibandingkan dengan mukjizat Nabi-Nabi lainnya. Semua mukjizat sebelumnya dibatasi oleh ruang dan waktu, artinya hanya diperlihatkan kepada umat tertentu dan masa tertentu. Sedangkan mukjizat al-Qur‟an bersifat universal dan abadi yakni berlaku untuk semua umat manusia sampai akhir zaman. Karena itu, al-Qur‟an adalah sebagai mukjizat terbesar dari semua mukjizat-mukjizat yang diberikan Allah Swt kepada para Nabi sebelumnya dan kepada Nabi Muhammad Saw sendiri.
Mukjizat-mukjizat para Nabi dan Rasul terdahulu berupa mukjizat materi bersifat indrawi, tetapi mukjizat Nabi Muhammad Saw berupa mukjizat ruhiyah yang bersifat rasional, kekal sepanjang masa, yaitu al-Qur‟an al-Karim sebagai mukjizat terbesar di antara mukjizat-mukjizat yang diberikan kepadanya. Begitu pula mukjizat-mukjizat yang diberikan kepada para Nabi dan Rasul sebelumnya, tidak nampak lagi fisik dan bekasnya, kecuali kisahnya saja yang dapat diketahui melalui pemberitaan al-Qur‟an sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw.

Kata Kunci : Al-Qur‟an dan Mukjizat Terbesar


DOI: //dx.doi.org/10.33511/misykat.v1n2.1


Abstract View - 4905
  • There are currently no refbacks.
P-ISSN: 2527-8371
E-ISSN: 2685-0974

Page 2

Huzaemah Tahido Yanggo



Mukjizat Nabi Muhammad Saw memiliki kekhususan  dibandingkan dengan mukjizat Nabi-Nabi lainnya. Semua mukjizat sebelumnya dibatasi oleh ruang dan waktu, artinya hanya diperlihatkan kepada umat tertentu dan masa tertentu. Sedangkan mukjizat al-Qur‟an bersifat universal dan abadi yakni berlaku untuk semua umat manusia sampai akhir zaman. Karena itu, al-Qur‟an adalah sebagai mukjizat terbesar dari semua mukjizat-mukjizat yang diberikan Allah Swt kepada para Nabi sebelumnya dan kepada Nabi Muhammad Saw sendiri.
Mukjizat-mukjizat para Nabi dan Rasul terdahulu berupa mukjizat materi bersifat indrawi, tetapi mukjizat Nabi Muhammad Saw berupa mukjizat ruhiyah yang bersifat rasional, kekal sepanjang masa, yaitu al-Qur‟an al-Karim sebagai mukjizat terbesar di antara mukjizat-mukjizat yang diberikan kepadanya. Begitu pula mukjizat-mukjizat yang diberikan kepada para Nabi dan Rasul sebelumnya, tidak nampak lagi fisik dan bekasnya, kecuali kisahnya saja yang dapat diketahui melalui pemberitaan al-Qur‟an sebagai mukjizat terbesar Nabi Muhammad Saw.

Kata Kunci : Al-Qur‟an dan Mukjizat Terbesar


DOI: //dx.doi.org/10.33511/misykat.v1n2.1


Abstract View - 4905
  • There are currently no refbacks.
P-ISSN: 2527-8371
E-ISSN: 2685-0974

Page 3

DOI: //dx.doi.org/10.33511/misykat.v1n2

Author[s]: Huzaemah Tahido Yanggo

1-26

Author[s]: Ahmad Munif Suratmaputra

27-42

Author[s]: Sugeng Aminudin

139-150

Author[s]: Mokhamad Iqbal Khomaini

151-170

P-ISSN: 2527-8371
E-ISSN: 2685-0974

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề