Mengapa fungsi paru paru mengalami penurunan

Lihat Foto

Shutterstock

Ilustrasi: perawatan pasien positif terinfeksi virus corona

KOMPAS.com - Peneliti China telah menemukan kantung berisi cairan atau serpihan di paru-paru pasien yang terinfeksi corona. Hasil pemindaian menunjukkan bahwa mereka yang sembuh dari corona bisa mengalami penurunan fungsi paru-paru.

Lebih dari 100.000 orang di seluruh dunia kini telah pulih dari penyakit Covid-19.

Dalam kasus ini, pasien yang dinyatakan pulih ini adalah mereka yang terinfeksi virus corona dalam bentuk ringan hingga sedang atau karena pasien-pasien tersebut menerima perawatan medis yang sangat baik kemudian dites kembali dan dinyatakan negatif corona.

Berita ini tentu melegakan untuk didengar, namun di sisi lain belum ada banyak informasi tentang bagaimana kesehatan paru-paru pasien yang sembuh ini ke depan.

Baca juga: WHO: Strategi Lockdown Tak Mampu Perangi Virus Corona

Dengan kelegaan luar biasa, beberapa orang yang sembuh dari virus corona menjelaskan bagaimana mereka selamat.

Ketika berjuang melawan corona, mereka tak hanya mengalami tekanan fisik, tapi yang paling utama adalah tekanan psikologis seperti penyembuhan dari gejala, ketidakpastian yang menyiksa, dan fase isolasi yang melelahkan.

Pasien Covid-19 yang dinyatakan sembung senang, kini telah kebal terhadap virus SARS-CoV-2.

Meski demikian, sesuatu yang melegakan biasanya bercampur dengan kekhawatiran lain, misalnya berkenaan dengan banyak orang yang belum terinfeksi.

Pemulihan total?

Karena penyakit Covid-19 umumnya mempengaruhi saluran pernapasan bagian bawah, sebagian besar dari mereka yang terinfeksi menunjukkan batuk kering, sesak napas atau pneumonia.

Para peneliti di Hong Kong mengatakan bahwa dalam penelitian terbaru, pasien yang telah sembuh dari Covid-19 dapat mengalami kerusakan paru-paru.

Merdeka.com - Ketua Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia [PDPI], Agus Dwi Susanto, mengungkapkan sekitar 20 hingga 30 persen pasien Covid-19 mengalami penurunan fungsi paru. Meskipun mereka sudah dinyatakan sembuh dari Covid-19.

"Beberapa pasien kita temukan beberapa laporan antara 20 sampai 30 persen terjadi penurunan fungsi paru. Akibatnya ini berdampak pada pernapasan pasiennya mengeluh menjadi sesak napas," katanya dalam diskusi virtual yang disiarkan melalui YouTube BNPB Indonesia, Kamis [3/12].

Pasien yang mengalami penurunan fungsi paru ini umumnya terkena long Covid-19. Long Covid-19 merupakan gejala yang muncul pada pasien pascaterinfeksi virus Sars-Cov2.

Gejala yang muncul saat long Covid-19 ini berupa kelelahan, sesak napas berat, jantung berdebar, nyeri sendi, nyeri otot bahkan depresi atau gangguan psikologis. Gejala tersebut bisa muncul dalam waktu berminggu-minggu, berbulan bahkan menetap.

Menurut Agus, long Covid-19 terjadi bukan karena virus masih ada di tubuh pasien. Melainkan karena kelainan pada tubuh pasien akibat pernah terinfeksi Covid-19.

"Gejala sisa yang muncul pasca dinyatakan sembuh dan ini bisa terjadi akibat proses ketika sakit menimbulkan kelainan yang menetap secara anatomik yang akhirnya mempengaruhi secara fungsional," jelasnya.

Sebelumnya, Agus mengatakan hampir 90 persen pasien Covid-19 mengalami pembekuan darah atau koagulasi. Koagulasi menjadi salah satu penyebab pasien Covid-19 meninggal dunia.

"Data-data di rumah sakit center menunjukkan bahwa pasien Covid-19 hampir 80 hingga 90 persen mengalami gangguan koagulasi. Dan ini sebagai salah salah risiko yang menyebabkan kematian selain karena kerusakan parunya," katanya dalam diskusi virtual yang disiarkan melalui YouTube BNPB Indonesia, Jumat [27/11].

Menurut Agus, Covid-19 menyerang organ-organ penting pada tubuh manusia. Penularan bermula saat manusia terpapar virus Sars-Cov2 melalui droplet. Virus tersebut kemudian masuk ke dalam tubuh dan menempel pada reseptor ACE2.

"Nah, ACE2 ini banyak di epitel napas, paru, bahkan di pembuluh darah, jantung dan reseptor otak, ginjal, saluran pencernaan juga ada," jelasnya.

Mayoritas Covid-19 menyerang saluran napas bawah dan paru manusia. Namun pada kasus tertentu, Covid-19 bisa menyerang reseptor pada bagian tubuh lain.

Ketika Covid-19 menempel pada saluran napas bawah dan paru, maka terjadi inflamasi atau radang kronik. Karena virus tersebut merusak paru.

"Di paru terjadi lah namanya pneumonia, radang paru ini menyebabkan terjadinya oksigen tidak bisa masuk," kata Agus.

Setelah oksigen tidak bisa masuk ke dalam paru, pembuluh darah mengalami kerusakan. Kerusakan pembuluh darah bisa berujung pembekuan darah atau koagulasi.

"Kerusakan pada darah sendiri akan menyebabkan terjadinya namanya koagulasi gangguan pembuluh darah," sambungnya. [mdk/eko]

Baca juga:
Fenomena Long Covid-19 Bisa Muncul pada Semua Pasien yang Sembuh
Wali Kota Serang akan Panggil Camat Terkait Kerumunan di Turnamen Kerbau Cup
VIDEO: Alasan Jumlah Testing Covid-19 Belum Merata
Calon Petahana Wali Kota Depok Mohammad Idris Sembuh dari Covid-19
Empat Daerah di Jatim Kembali Jadi Zona Merah Covid-19
Jokowi: Kita Harus Waspada Jangan Sampai Terjadi Gelombang Kedua Covid

Penurunan fungsi paru-paru adalah proses yang normal terjadi ketika Anda bertambah usia.

Namun, Anda bisa melakukan berbagai cara untuk menjaga kesehatan paru-paru dan mempertahankan kapasitas paru-paru.

Berikut langkah-langkah sederhana yang bisa Anda terapkan di kehidupan sehari-hari untuk menjaga kesehatan paru-paru:

Berhenti merokok

Kurangi atau bahkan hindari merokok karena kebiasaan buruk ini tidak memiliki manfaat apapun untuk kesehatan Anda.

Segera berhenti merokok dan jangan dekati rokok jika ingin terhindar dari berbagai penyakit, termasuk gangguan paru-paru.

Hindari polusi udara

Polusi udara, termasuk asap rokok dan asap kendaraan bermotor, perlu Anda hindari.

Ini karena zat-zat kimia yang dihasilkan dari polusi dapat menurunkan kesehatan paru-paru Anda.

Menjaga kebersihan diri

Jaga kebersihan diri Anda untuk menghindari hal-hal yang dapat meningkatkan risiko infeksi.

Rajinlah cuci tangan dengan air dan sabun atau bersihkan tangan dengan pembersih berbahan dasar alkohol.

Lakukan vaksinasi

Infeksi pernapasan, seperti pneumonia, yang berulang dapat semakin melukai paru-paru dan merusak saluran udara.

Oleh karena itu, lakukan vaksinasi untuk mencegah penyakit-penyakit yang dapat mengganggu fungsi paru-paru.

Rutin memeriksa kesehatan ke dokter

Lakukan pemeriksaan rutin ke dokter untuk mencegah penyakit paru-paru, meski Anda merasa baik-baik saja.

Pasalnya, ada beberapa penyakit paru-paru yang tidak terdeteksi karena tidak menimbulkan gejala parah.

Olahraga

Anda dianjurkan melakukan olahraga secara rutin untuk meningkatkan kekuatan tulang.

Bukan hanya itu, olahraga dapat memperkuat otot dada, bahu, dan punggung, sehingga mempertahankan postur yang baik untuk pernapasan Anda.

Makan buah-buahan

Asupan buah-buahan kaya antioksidan dan flavonoid, seperti pisang, apel, dan tomat, dapat memperlambat penurunan fungsi paru-paru.

Sejatinya, penurunan kapasitas paru-paru memang sering kali dipengaruhi oleh faktor usia.

Namun, Anda tetap perlu memeriksakan kondisi kesehatan ke dokter jika mengalami gejala-gejala gangguan paru-paru, seperti kesulitan bernapas atau batuk yang tak kunjung sembuh.

Deteksi dini penyakit paru-paru juga dapat membantu Anda mendapatkan perawatan yang tepat dari dokter.

Halodoc, Jakarta – Sebagai salah satu proses vital dalam hidup seseorang, bernapas memerlukan kapasitas dan fungsi paru-paru yang baik. Sebab, kapasitas dan fungsi paru-paru yang kurang baik dapat menyebabkan penurunan aliran oksigen ke seluruh tubuh, yang berisiko memicu beragam penyakit paru-paru. Lantas, bagaimana cara menjaga kapasitas dan fungsi paru-paru?

Baca juga: 4 Manfaat Ubi untuk Paru-paru Sehat

Meski penurunan kapasitas dan fungsi paru-paru merupakan hal yang normal, sebagai bagian dari proses penuaan, ada beberapa cara yang dapat kamu lakukan untuk menjaga kapasitas dan fungsi paru-paru, yaitu:

  1. Berhenti merokok, menghindari paparan asap rokok, serta polusi lingkungan.

  2. Tingkatkan kualitas udara dalam ruangan dengan menggunakan alat penyaring udara dalam ruangan, serta mengurangi polutan, seperti asap rokok, debu, jamur, dan wewangian buatan.

  3. Melakukan vaksinasi tepat waktu, seperti vaksin flu dan vaksin pneumonia. Hal ini bisa membantu cegah kerusakan akibat infeksi paru-paru.

  4. Berolahraga secara rutin. Ada berbagai latihan yang bisa dilakukan untuk memperkuat fungsi dan kapasitas paru-paru, seperti latihan teknik pernapasan dari mulut, latihan pernapasan otot diafragma, dan latihan peregangan tulang rusuk.

  5. Menerapkan pola makan sehat dengan banyak asupan yang mengandung antioksidan.

Jika mengalami masalah pada paru-paru atau gangguan kesehatan lainnya, jangan ragu untuk membicarakannya dengan dokter di aplikasi Halodoc. Diskusi dengan dokter bisa dilakukan kapan dan di mana saja, lewat fitur Chat atau Voice/Video Call. Jadi, pastikan kamu sudah download aplikasinya di ponselmu, ya.

Baca juga: Kerja Kantoran Terancam Kena Kanker Paru-Paru

Berbagai Penyebab Gangguan pada Kapasitas dan Fungsi Paru-Paru

Gangguan Pada kapasitas dan fungsi paru-paru dapat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan seseorang. Normalnya, paru-paru yang sehat ditandai dengan kemampuannya untuk menampung udara sebanyak kurang lebih 6 liter. Namun seiring bertambahnya usia, kapasitas dan fungsi paru-paru bisa mengalami penurunan setelah memasuki usia 35 tahun.

Hal ini karena semakin usia bertambah, otot diafragma semakin melemah. Elastisitas jaringan paru-paru yang membantu saluran udara terbuka juga akan cenderung berkurang. Kondisi ini dapat membuat saluran pernapasan menjadi lebih sempit dan pergerakan tulang rusuk yang menjadi lebih terbatas, sehingga paru-paru tidak bisa mengembang secara maksimal.

Baca juga: Jangan Sepelekan Penyakit Paru-Paru Basah! Ini Ciri & Tips Mencegahnya

Selain penuaan, penurunan kapasitas dan fungsi paru-paru juga dapat terjadi karena kondisi medis tertentu, seperti efusi pleura, fibrosis paru idiopatik, kerusakan saraf pada otot pernapasan, pneumonia, pembengkakan paru, penurunan volume paru-paru setelah operasi paru, penyakit paru interstisial, dan skoliosis. 

Pada beberapa kasus, kapasitas paru-paru juga bisa mengalami peningkatan. Biasanya, kondisi ini terjadi pada pengidap penyakit paru obstruktif kronik [PPOK], asma, bronkiektasis, dan cystic fibrosis. Adanya kondisi tersebut menyebabkan udara yang bergerak ke luar lebih lambat dari biasanya, sehingga terasa lebih sulit untuk dihembuskan saat bernapas. Selain itu, pengidap juga mengalami sesak napas saat menjalani aktivitas berat.

Referensi:  American Lung Association. Diakses pada 2019. Lung Capacity and Aging. Verywell Health. Diakses pada 2019. What to Know About Total Lung Capacity. Healthline. Diakses pada 2019. Breathing Exercises to Increase Lung Capacity.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề