Mengapa jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki menjadi salah satu faktor pendorong penjelajahan samudra oleh bangsa Eropa?

Mengapa jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki menjadi salah satu faktor pendorong penjelajahan samudra oleh bangsa Eropa?

PIXABAY/babawawa

Faktor pendorong penjelajahan Samudra yang dilakukan oleh bangsa Eropa.

Bobo.id - Pada awal abad ke-15 hingga akhir abad ke-17 merupakan periode penting bagi kehidupan bangsa Eropa. 

Era ini juga dinamakan dengan Age of Discovery, zaman saat bangsa Eropa memiliki andil besar di hampir seluruh penjelajahan.

Ini karena abad ini berkaitan erat dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan semangat menemukan dunia baru.

Selain itu, jatuhnya Konstantinopel pada 1453 ke tangan Turki Usmani juga berdampak besar bagi bangsa Eropa. 

Sebab, peristiwa itu membuat pedagang Eropa tidak bisa lagi membeli rempah-rempah dari Asia. 

Oleh karena itu bangsa Eropa kemudian berlomba-lomba untuk menjelajah samudra untuk menemukan penghasil rempah.

Ada beberapa faktor pendorong penjelajahan Samudra yang dilakukan oleh bangsa Eropa.

Apa saja? Kita cari tahu bersama, yuk!

1. Pencarian Rempah-rempah 

Baca Juga: Mengapa Bangsa Eropa Melakukan Penjelajahan Samudra? Ini 3 Faktor Pendorongnya

Penjelajahan yang dilakukan bangsa Eropa disebabkan karena mencari rempah-rempah. Hal ini dilakukan karena rempah-rempah termasuk dalam komoditas utama perdagangan. 

Selain itu, pencarian rempah-rempah juga dihubungkan dengan iklim negara eropa yang cukup dingin.  

Adanya rempah-rempah bisa dimanfaatkan untuk menghangatkan tubuh, selama musim dingin berlangsung. 

Tak hanya itu, rempah-rempah juga bisa dimanfaatkan untuk mengawetkan makanan. Karena memiliki beragam fungsi, rempah-rempah memiliki harga jual yang tinggi. 

2. Ada Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Pada abad ke- 15 ilmu pengetahuan dan teknologi di Eropa sedang mengalami perkembangan yang pesat. 

Hal inilah yang mendorong bangsa Eropa melakukan penjelajahan samudra ke seluruh belahan dunia. 

Dalam periode ini banyak ditemukan teori-teori baru. Salah satunya yang dikemukakan oleh tokoh Nicolaus Copernicus. 

Dalam bukunya yang berjudul De Revolutionibus Orbium Coelestium, Copernicus mengemukakan bahwa bumi itu berputar mengelilingi matahari. 

Baca Juga: 4 Faktor Penjelajahan Samudra yang Dilakukan oleh Bangsa Eropa, Salah Satunya Mencari Rempah-Rempah

Kemudian Copernicus juga mengatakan bahwa jika seseorang berjalan satu titik ke arah barat, maka dia akan kembali ke titik semula.

Lalu, teori ini dibuktikan oleh pelaut dari Portugis dan Spanyol yang menjelajahi samudra dengan rute yang berbeda. Dan kembali bertemu di wilayah Maluku, Indonesia. 

3. Semboyan Gold, Glory, dan Gospel

Selama penjelajahan samudra, para penjelajah memiliki semboyan yang penting yaitu gold, glory, dan gospel. 

a. Gold

Semboyan ini berarti penjelajahan mereka bertujuan untuk memburu kekayaan seperti emas, perak, dan bahan tambang. Hal ini dilakukan agar bisa menjadi negara yang makmur. 

b. Glory

Semboyan ini berhubungan dengan kejayaan sebuah negara. Oleh sebab itu mulai berkembanglah paham imperialisme kuno. 

Imperialisme adalah sebuah sistem politik yang bertujuan untuk menjajah negara lain. Agar mendapatkan kekuasaan dan keuntungan sebesar-besarnya. 

Baca Juga: Cari Jawaban Soal Kelas 5 Tema 7 Subtema 1: Apa Faktor yang Melatarbelakangi Bangsa Eropa Melakukan Penjelajahan Samudra?

Hal inilah yang mendorong bangsa Eropa ingin memiliki daerah kekuasaan yang luas dan banyak di berbagai negara. 

c. Gospel

Semboyan ini berhubungan dengan penyebaran ajaran injil. Sehingga saat mereka melakukan penjelajahan, mereka juga menyebarkan dan mengajarkan agama pada bangsa lain. 

4. Penemuan Kompas

Pada masa itu sudah ditemukan kompas. Alat ini bisa digunakan untuk mempermudah perjalanan samudra. 

Kompas bisa menjadi penunjuk arah, seperti arah utara dan selatan. Ada alat ini membuat perjalanan menjadi lebih mudah dan terarah. 

5. Memperluas Wilayah Kekuasaan

Hal ini erat kaitannya dengan kekuasaaan dan penjajahan yang dilakukan oleh Bangsa Eropa pada zaman dulu. 

Inggris, Prancis, Spanyol, Portugal, dan Belanda lagi-lagi dinilai sebagai negara Eropa dengan wilayah jajahan paling luas di muka Bumi.

Baca Juga: Contoh Soal UKK IPS tentang Masuknya Bangsa Eropa ke Nusantara

Bahkan, Inggris dinobatkan sebagai negara dengan koloni terbanyak sepanjang sejarah manusia, lo. 

Eskplorasi atau penjajahan samudra yang dilakukan bangsa Eropa terbilang luas dan cepat. 

Mereka telah menguasai banyak wilayah dunia dan mendirikan kekuasaannya di negara itu. 

Tak hanya militer, mereka juga memperluas pengaruh di bidang ekonomi, politik, sains, perdagangan, bahkan perebutan wilayah.

Kedatangan Bangsa Eropa di Indonesia

Dalam proses penjelajahan samudra, bangsa Eropa akhirnya menemukan daerah penghasil rempah-rempah, salah satunya Indonesia. 

Terlebih lagi, rempah-rempah yang dibutuhkan di Eropa sebagian besar dimiliki oleh Indonesia, seperti cengkeh, pala, dan lada.

Cengkeh bisa tumbuh subur di Ternate, Tidore, Moti, Makian, dan Bacan, teman-teman. 

Pala merupakan tanaman endemik Pulau Banda, sementara itu lada ditemukan di sebagian besar wilayah Sumatra dan Jawa.

Baca Juga: Ternyata Thailand Tidak Pernah Dijajah Eropa, Ketahui Fakta Serunya Lainnya!

Ketiga jenis rempah-rempah ini paling banyak diburu pedagang Eropa. 

Proses kedatangan bangsa Eropa di Indonesia diawali oleh Portugis, kemudian disusul oleh Perancis, Spanyol, Belanda, dan Inggris.

Nah, itu tadi lima faktor penjelajahan samudra yang dilakukan oleh bangsa Eropa. Semoga informasi ini bisa bermanfaat untuk teman-teman. 

(Penulis: Ikawati Sukarna)

----

Kuis!

Apa manfaat rempah-rempah?

Petunjuk: cek di halaman 2!

Tonton video ini, yuk!

----

Ayo, kunjungi adjar.id dan baca artikel-artikel pelajaran untuk menunjang kegiatan belajar dan menambah pengetahuanmu. Makin pintar belajar ditemani adjar.id, dunia pelajaran anak Indonesia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

KOMPAS.com - Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki merupakan peristiwa penting yang menjadi salah satu penanda berakhirnya Abad Pertengahan.

Selama berabad-abad, Konstantinopel adalah pusat dunia Barat sekaligus pertahanan Kristen terhadap Islam.

Selama itu pula, kota ini tidak lepas dari ancaman, namun selalu selamat dari penyerangan.

Hingga akhirnya, pasukan Turki Ottoman yang dipimpin oleh Mehmet II atau Muhammad Al-Fatih berhasil menaklukkan Konstantinopel.

Konstantinopel jatuh ke tangan Turki Ottoman pada 29 Mei 1453, setelah 53 hari dikepung oleh pasukan Mehmet II.

Konstantin XI selaku raja pun terbunuh saat ibu kota kekaisaran Bizantium atau Romawi Timur jatuh ke tangan muslim.

Konstantinopel yang terletak di tepi pantai Laut Marmora di dekat Selat Bosporus merupakan kota transit rempah-rempah pertama di sekitar Laut Tengah yang menghubungkan barang-barang antara Eropa dan Asia.

Jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki kemudian membuat kondisi perdagangan bangsa Eropa mengalami kemandegan.

Sebab, Bangsa Turki Usmani banyak membuat peraturan yang menyulitkan lalu lintas pelayaran bangsa Eropa, terutama dalam memperoleh rempah-rempah.

Itulah mengapa, jatuhnya konstantinopel ke tangan Turki Ottoman menjadi salah satu faktor yang mendorong kedatangan bangsa Barat ke Indonesia.

Baca juga: Latar Belakang Kedatangan Bangsa Barat ke Indonesia

Konstantinopel telah menjadi ibu kota kekaisaran sejak pentahbisannya pada tahun 330 di bawah kaisar Romawi Konstantinus Agung.

Dalam kurun waktu 11 abad berikutnya, kota ini telah dikepung berkali-kali tetapi hanya pernah direbut sekali sebelumnya, selama Perang Salib Keempat pada 1204.

Tentara Salib kemudian mendirikan negara Latin di sekitar Konstantinopel, sementara Kekaisaran Bizantium terpecah menjadi negara-negara kecil, seperti Nicea, Epirus dan Trebizond.

Mereka bertempur sebagai sekutu melawan pendirian Latin, tetapi juga berjuang di antara mereka sendiri untuk takhta Bizantium.

Bangsa Nicea akhirnya merebut kembali Konstantinopel dari orang Latin pada tahun 1261 dan membangun kembali Kekaisaran Bizantium di bawah dinasti Palaiologos.

Setelah itu, kekaisaran ini semakin melemah karena harus terus menangkis serangan berturut-turut oleh orang Latin, Serbia, Bulgaria, dan Turki Usmani.

Baca juga: Perlawanan Terhadap VOC di Maluku, Makassar, Mataram, dan Banten

Jatuhnya Konstantinopel

Ketika Mehmed II mewarisi takhta ayahnya pada 1451, usianya baru 19 tahun.

Hal ini membuat pihak Eropa berasumsi bahwa penguasa muda Turki Usmani tersebut tidak akan mengancam hegemoni Kristen di Balkan dan Laut Aegea.

Bahkan bangsa Eropa sempat merayakan penobatan Mehmed II dan berharap minimnya pengalaman yang dimilikinya akan menyesatkan Ottoman.

Namun siapa sangka, pada 1452, Mehmed II mulai menjalankan rencananya dengan membangun benteng di Bosphorus, beberapa mil di utara Konstantinopel.

Pada Oktober 1452, Mehmed menempatkan pasukan di Peloponnese untuk memblokade Thomas dan Demetrios supaya tidak bisa memberi bantuan kepada saudara mereka, Konstantin XI, dalam serangan yang akan datang.

Berbekal persenjataan baru nan canggih, pada 6 April 1453, sebanyak 80.000 pasukan Muslim yang dipimpin Mehmed memulai serangan terhadap 8.000 pasukan Kristen di bawah pimpinan Konstantin XI, kaisar Bizantium ke-57.

Pemuda 21 tahun yang haus keagungan ini pun, berhasil melewati tembok pertahanan kota bersama bala tentaranya yang sangat besar.

Setelah 53 hari dikepung, Konstantinopel akhirnya jatuh pada 29 Mei 1453, menandai runtuhnya kekuasaan Bizantium dan berakhirnya Abad Pertengahan.

Setelah menaklukkan kota, Mehmed II menjadikan Konstantinopel sebagai ibu kota Ottoman yang baru, menggantikan Adrianople.

Baca juga: Penjelajahan Samudra oleh Portugis: Latar Belakang dan Kronologi

Dampak jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki

Dampak jatuhnya Konstantinopel sangat besar sehingga mengubah peta kekuatan di wilayah Mediterania dan memperjelas ancaman bagi pemangku kepentingan dan bangsa-bangsa Kristen.

Orang-orang Eropa sangat terkejut dan melihat peristiwa bersejarah ini sebagai bencana bagi peradaban mereka.

Sementara di dunia Kristen, penaklukan ini memengaruhi kehidupan agama, militer, ekonomi, dan psikologis mereka.

Mereka khawatir kerajaan Kristen Eropa lainnya akan bernasib sama dengan Konstantinopel.

Selain itu, banyak ilmuwan Yunani dari Konstantinopel yang mengungsi ke Eropa dan menumbuhkan ilmu pengetahuan di sana.

Salah satu dampak jatuhnya Konstantinopel ke tangan bangsa Turki bagi bangsa Eropa adalah terputusnya jalur perdagangan rempah-rempah Asia-Eropa.

Sebab, Bangsa Turki Usmani banyak membuat peraturan yang menyulitkan lalu lintas pelayaran bangsa Eropa, terutama dalam memperoleh rempah-rempah.

Keadaan ini mendorong para pedagang Eropa mencari jalan lain ke pusat penghasil rempah-rempah di Asia, termasuk Indonesia.

Itulah mengapa, jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki telah mendorong bangsa Eropa datang ke Indonesia.

Penjelajahan samudera kemudian menjadi cara bangsa Eropa untuk mencapai Asia.

Bangsa Eropa yang memelopori penjelajahan samudera adalah Portugis dan Spanyol.

Sebab, di antara bangsa-bangsa lain, dua negara ini menghadapi kesulitan ekonomi paling parah setelah jatuhnya Konstantinopel.

Dalam perjalanannya, bangsa Eropa juga menemukan banyak wilayah baru di berbagai belahan dunia.

Referensi:

  • Crowley, Roger. (2011). 1453: Detik-Detik Jatuhnya Konstantinopel ke Tangan Muslim. (Ridwan Muzir, Terjemahan). Jakarta: Pustaka Alvabet.

Mengapa jatuhnya Konstantinopel ke tangan Turki menjadi salah satu faktor pendorong penjelajahan samudra oleh bangsa Eropa?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.