Mengapa kadar karbon dioksida di atmosfer terus bertambah?

Dilihat 104,994 pengunjung

Bumi adalah habitat dan tempat tinggal untuk berbagai makhluk hidup yang ada di dunia, termasuk manusia. Namun, semakin hari bumi semakin memanas akibat pemanasan global. Apakah Sobat SMP sudah mengetahui apa itu pemanasan global?

Pemanasan global adalah suatu fenomena global yang dipicu oleh kegiatan manusia terutama yang berkaitan dengan penggunaan bahan fosil dan kegiatan alih guna lahan. Kegiatan ini menghasilkan gas-gas yang semakin lama semakin banyak jumlahnya di atmosfer, terutama gas karbon dioksida (CO2) melalui proses yang disebut efek rumah kaca.

Efek rumah kaca (greenhouse effect) adalah sebuah istilah yang cukup erat kaitannya dengan pemanasan global. Disebut dengan efek rumah kaca karena  adanya peningkatan suhu bumi akibat suhu panas yang terjebak di dalam atmosfer bumi. Prosesnya mirip seperti rumah kaca yang berfungsi untuk menjaga kehangatan suhu tanaman di dalamnya. Peningkatan suhu dalam rumah kaca terjadi karena adanya pantulan sinar matahari oleh benda-benda yang ada di dalam rumah kaca yang terhalang oleh dinding kaca, maka udara panas tidak dapat keluar (greenhouse effect).

Apa yang menjadi penyebab pemanasan global?

Di atas permukaan bumi, efek rumah kaca juga bisa terjadi. Hal ini dapat terjadi karena sebanyak 25% energi matahari yang masuk ke bumi dipantulkan oleh awan atau partikel lain di atmosfer, 25% diserap awan, 45% diabsorpsi permukaan bumi, dan 5% lainnya dipantulkan kembali oleh permukaan bumi.

Energi matahari yang telah diabsorpsi akan dipantulkan kembali dalam bentuk radiasi inframerah oleh awan dan juga permukaan bumi. Namun, energi yang dipantulkan tersebut bisa terhalang oleh karbon dioksida (CO2) dan gas lainnya yang terdapat di atmosfer bumi. Banyaknya CO2 di udara menjadi salah satu faktor terjadinya pemanasan global.

Sebenarnya zat CO2 dibutuhkan dan akan diserap oleh tumbuhan untuk melakukan proses fotosintesis. Akan tetapi, karena semakin menipisnya hutan dan lahan hijau membuat kadar CO2  di atmosfer tidak terkendali. Faktor pemanasan global lainnya adalah seperti gas industri, polusi bahan bakar, dan gas metana yang dihasilkan dari sampah plastik.

Seperti apa dampak yang ditimbulkan dari pemanasan global?

Tadi sudah sempat dijelaskan bahwa pemanasan global akan meningkatkan suhu di permukaan bumi. Suhu bumi yang meningkat dapat menyebabkan berbagai dampak buruk bagi lingkungan dan ekosistem lainnya karena adanya perubahan iklim dunia.

Salah satu contoh dampak yang ditimbulkan dari pemanasan global adalah mencairnya glasier dan es di kutub. Hal ini akan mengakibatkan naiknya permukaan air laut dan membuat sebagian daerah terendam air laut.

Contoh dampak buruk lainnya dari pemanasan global adalah seperti curah hujan yang tinggi, kegagalan panen, hilangnya terumbu karang, kepunahan berbagai spesies, hingga penipisan lapisan ozon pada atmosfer bumi.

Lantas, bagaimana kita dapat menanggulangi pemanasan global?

Terdapat berbagai cara untuk menanggulangi permasalahan yang sudah sejak lama ini. Salah satunya adalah dengan mengurangi pemakaian bahan bakar fosil seperti minyak dan batu bara. Pasalnya, bahan bakar fosil adalah penyebab terbesar tingginya kadar CO2 di bumi.

Cara lainnya adalah dengan melakukan reboisasi, yaitu proses penanaman kembali hutan yang telah ditebang dan memperbanyak lahan hijau. Dengan begitu, CO2 akan terserap oleh tumbuhan dan mengurangi dampak pemanasan global.

Terakhir, kita bisa mengurangi pemakaian plastik untuk menghindari tumpukan limbah plastik yang bisa menghasilkan gas metana. Selain itu, limbah plastik akan sulit terurai oleh lingkungan. Mulailah beralih ke bahan yang lebih mudah terurai.

Sayangi dan cintailah bumi untuk kita dan generasi selanjutnya ya, Sobat SMP!

Penulis: Pengelola Web Direktorat SMP

Referensi: Modul Pembelajaran IPA SMP Terbuka

Leily Tjandrawaskitasari Kusumaputri



Aktivitas manusia sehari-hari, pembakaran bahan bakar fosil dan pembukaan hutan telah meningkatkan konsentrasi karbondioksida di atmosfer. Berbagai efek telah ditimbulkan akibat meningkatnya konsentrasi CO 2 lingkungan seperti efek rumah kaca dan perubahan pola iklim. Peningkatan pola konsentrasi CO 2 lingkungan mempengaruhi aktivitas metabolisme tanaman. Pada umumnya peningkatan konsentrasi karbondioksida lingkungan akan meningkatkan kecepatan fotosintesis tanamaan, dan menurunkan kecepatan respirasinya. Keadaan ini akan mengganggu metabolisme dan perrtumbuhan tanaman. Penigkatan kecepatan fotosinntesis menyebabkan penimbunan karbohidrat, sedangkan penurunan kecepatan respirasi menguurangi energi yang dibutuhkan tanaman. Beberapa tanaman memiliki kecepatan respirasi yang meningkat di bawah lingkungan kaya CO 2 sehingga meningkatkan penguraiaan karbohidrat. Peningkatan CO 2 lingkungan menyebabkan stres pada tanaman sehingga meningkatkan biosinntesis etilen. Meningkatnya biosintesis etilen dapat mempercepat pemasakan atau penuaan sel tanaman sebelum waktunya. Laju fotosistesis yang meningkat karena peningkatan konsentrasi CO 2 lingkungan menyebabkan perubahan pola alokasi karbon, hal ini menentukan kualitas tanaman sebagai sumber makanan bagi serangga herbivor sehingga mempengarihi interaksi serangga herbivor yang secara langsung makan tanaman tersebut sehingga dapat mengganggu kestabilan ekosistem secara global.


  • Home
  • Tekno
  • Mengapa kadar karbon dioksida di atmosfer terus bertambah?

    Punggung seorang peserta bertuliskan 'Nol Karbon dioksida' sebelum pawai 'bersepeda telanjang' dimulai di Cape Town, Afrika Selatan, Sabtu (10/3). AP Photo/Schalk van Zuydam

    TEMPO.COJakarta - Konsentrasi gas-gas rumah kaca makin memenuhi atmosfer. Data dari Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) menyebutkan kadar karbon dioksida (CO2) di atmosfer telah mencapai rekor tertinggi pada 2013. WMO menjelaskan peningkatan ini disebabkan ulah manusia, seperti penggunaan bahan bakar fosil, penggundulan hutan, dan pembakaran sampah. (Baca: Pembakaran Sampah Penyumbang Terbesar Polusi Udara)

    "Kadar karbon dioksida naik dari perkiraan global dan mencapai angka 396 bagian per juta per tahun. Ini adalah angka terbesar dan terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun dalam tiga dekade," kata Sekretaris Jenderal WMO Michel Jarraud seperti dikutip dari CBS, Selasa, 9 September 2014.

    Angka tersebut meningkat sebanyak 2,9 bagian per juta atau sekitar 42 persen lebih tinggi dari tahun lalu. Padahal para ahli memprediksi peningkatan CO2 hanya mencapai 280 bagian per juta pada 2013. (Baca: Polusi Udara Picu Penggumpalan Darah dan Stroke)

    "Jika angkanya sudah bertambah sebanyak ini, tingkat pencemaran karbon dioksida diperkirakan akan melewati batas aman dan mencapai 440 bagian per juta pada 2016. Itu jauh melampaui batas aman 350 bagian per juta dari batas yang dibuat para ilmuwan pada 1987," kata Jarraud. 

    Dengan konsentrasi CO2 yang terus bertambah, suhu bumi akan terus meningkat dan terjadi perubahan iklim yang cukup ekstrem. Bahkan WMO pernah melaporkan terjadinya pengasaman laut yang disebabkan laut menyerap CO2. Hal ini belum pernah terjadi sebelumnya selama 300 juta tahun terakhir.

    RINDU P. HESTYA | CBS

    Berita Lain:
    Ada Kejutan di Spesifikasi iPhone 6  
    2015, Indonesia Jadi Penonton Saat MEA  
    Pengguna Berharap Baterai iPhone 6 Lebih Awet  

    Lihat Juga


    KOMPAS.com – Seperti yang kita ketahui, saat ini emisi karbon yang diakibatkan oleh aktivitas harian manusia, entah itu dari pembakaran bahan bakar fosil, limbah industri, hingga emisi rumah tangga, mengalami peningkatan signifikan yang dapat mengancam kondisi Bumi.

    Tingginya emisi karbon ini juga ditenggarai menjadi penyebab utama perubahan iklim dan peningkatan suhu global.

    Namun, bagaimana dampaknya terhadap tumbuhan yang dapat menyerap karbon dioksida?

    "Kita tahu bahwa tumbuhan darat saat ini menyerap CO2 lebih banyak dari yang dilepas ke atmosfer melalui kombinasi pembakaran, dekomposisi, respirasi, dan emisi dari aktivitas manusia," ujar Lucas Cernusak, pakar ekologi terestrial dari James Cook University, dilansir dari Science Daily, Kamis (16/5/2019).

    "Fenomena ini biasa dikenal sebagai simpanan karbon daratan (land carbon sink), dan kita mengetahui bahwa inilah yang saat ini memperlambat laju pelepasan CO2 yang semakin meningkat. Kita tidak tahu seberapa kuat respons ini, dan sampai kapan kita dapat mengandalkannya," terangnya.

    Baca juga: Bukti Indonesia Kaya, Kebun Raya Bogor Pamerkan 43 Jenis Tumbuhan Baru

    Untuk dapat memahami bagaimana tumbuhan merespons emisi karbon yang semakin tinggi, serta seberapa besar dampaknya, Cernusak bersama koleganya dari CSIRO Oceans and Atmosphere dan University of Lorraine melakukan penelitian untuk mengukur kekuatan biosfer terestrial dalam mengatasi peningkatan kadar CO2.

    Penelitian yang diterbitkan di jurnal Trends in Plant Science ini berfokus pada proses fotosintesis, di mana tumbuhan menangkap energi dari cahaya matahari dan menggunakannya untuk sintesis karbohidrat dari CO2 dan air.

    Selain itu, studi ini juga menelaah proses fotosintesis secara global melalui pengukuran terrestrial gross primary productivity (GPP), yaitu jumlah energi kimia dalam bentuk biomassa tumbuhan.

    Hasil pemodelan dan analisis mengungkap bahwa, sejak awal dimulainya era industri, fotosintesis telah mengalami peningkatan secara konstan dan proporsional terhadap meningkatnya kadar CO2 di atmosfer.

    "Kita sudah memprediksi adanya korelasi, karena CO2 menstimulasi fotosintesis. Namun jika meninjau dari kompleksitas tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, kami sangat terkesan akan betapa cepatnya mereka mampu beradaptasi dengan laju kenaikan emisi ini. Kita dapat menyimpulkan bahwa tumbuhan bekerja dengan sangat keras" jelas Cernusak.