Mengapa kedudukan guru mulia di ajaran agama Islam?

Fokus Berita

# BOM DI MAPOLRESTABES MEDAN

# TRAGEDI KM SINAR BANGUN

Mengapa kedudukan guru mulia di ajaran agama Islam?

Mengapa kedudukan guru mulia di ajaran agama Islam?

Berita Terpopuler

Mengapa kedudukan guru mulia di ajaran agama Islam?

Mengapa kedudukan guru mulia di ajaran agama Islam?

Mengapa kedudukan guru mulia di ajaran agama Islam?

Mengapa kedudukan guru mulia di ajaran agama Islam?

Mengapa kedudukan guru mulia di ajaran agama Islam?

Mengapa kedudukan guru mulia di ajaran agama Islam?

Mengapa kedudukan guru mulia di ajaran agama Islam?

Mengapa kedudukan guru mulia di ajaran agama Islam?

Mengapa kedudukan guru mulia di ajaran agama Islam?

Guru merupakan seseorang yang mengajarkan dan mendidik orang lain terhadap suatu kebaikan. Guru memiliki kedudukan dan keutamaan yang tinggi dalam Islam. Sebagai seorang muslim, kita diperintahkan untuk menghormati dan menaati perintah yang baik dari guru.

Pembahasan

Assalamu'alaikum teman-teman! Pastinya kita sudah tau, siapakah seorang guru yang selalu mendidik kita. Pada pembahasan ini akan diungkapkan bagaimana cara kita menghormati guru dan keutamaan seorang gur. Simak baik baik ya!

Keutamaan dan Kedudukan Seorang Guru

  • مَنْ دَلَّ عَلَى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ

Artinya : “Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893).

  • مَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً حَسَنَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلاَ يَنْقُصُ مِنْ أُجُورِهِمْ شَىْءٌ وَمَنْ سَنَّ فِى الإِسْلاَمِ سُنَّةً سَيِّئَةً فَعُمِلَ بِهَا بَعْدَهُ كُتِبَ عَلَيْهِ مِثْلُ وِزْرِ مَنْ عَمِلَ بِهَا وَلاَ يَنْقُصُ مِنْ أَوْزَارِهِمْ شَىْءٌ

Artinya : “Barangsiapa menjadi pelopor suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa menjadi pelopor suatu amalan kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosanya sedikit pun.” (HR. Muslim no. 1017)

  • بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً

“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari no. 3461).

Cara Memuliakan Guru

  • لَيْسَ مِنَّا مَنْ لَمْ يُجِلَّ كَبِيرَنَا، وَيَرْحَمْ صَغِيرَنَا، وَيَعْرِفْ لِعَالِمِنَا

Artinya :

“Tidak termasuk golongan kami orang yang tidak memuliakan lebih tua dan menyayangi yang lebih muda juga yang tidak mengerti (hak) orang yang berilmu (agar diutamakan pandangannya).” (H.R. Ahmad).

  • كُنَّا جُلُوسًا فِي الْمَسْجِدِ فَخَرَجَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَجَلَسَ إلَيْنَا وَلَكَأَنَّ عَلَى رُءُوسِنَا الطَّيْرَ، لَا يَتَكَلَّمُ أَحَدٌ مِنَّا

Artinya:

“Saat kami sedang duduk-duduk di masjid, maka keluarlah Rasulullah SAW, kemudian beliau duduk di hadapan kami. Maka seakan-akan di atas kepala kami terdapat burung. Tidak ada satu pun daripada kami yang berbicara.”

  • دَّثَنَا مُسَدَّدٌ قَالَ حَدَّثَنَا يَحْيَى عَنْ شُعْبَةَ عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَنَسٍ – رضى الله عنه – عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله ع وسلم -. وَعَنْ حُسَيْنٍ الْمُعَلِّمِ قَالَ حَدَّثَنَا قَتَادَةُ عَنْ أَنَسٍ عَنِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – قَالَ « لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لأَخِيهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ ». تحفةحَ1239,1153

Artinya :

“Dari Anas r.a., dari Nabi SAW. bersabda: “Tidaklah (sempurna) iman salah satu kalian semua, hingga dia mencintai saudaranya,sebagaimana mencintai dirinya sendiri.”

  • وَقَالَ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم (أكرموا العلماء) لعلمهم بأن تعاملوهم بالإجلال والإعظام وتوفوهم حقهم من التوقير والاحترام (فإنهم) حقيقيون بالإكرام إذ هم (ورثة الأنبياء).

Artinya :

Nabi SAW, bersabda: “Muliakanlah Ulama” karena ilmunya, dengan cara memuliakan, mengagungkan dan memenuhi hak ulama, yakni mengagungkan dan memuliakan “karena sesungguhnya Ulama” secara hakikat di hormati karena ulama “adalah Pewaris para nabi”.

  • مَا وَاللَّهِ اجْتَرَأْتُ أَنْ أَشْرَبَ الْمَاءَ وَالشَّافِعِيُّ يَنْظُرُ إِلَيَّ هَيْبَةً لَهُ

Artinya :

Ar-Rabi’ bin Sulaiman berkata,  “Demi Allah, aku tidak berani meminum air dalam keadaan Asy-Syafi’i melihatku karena segan kepadanya”.

Mengapa guru memiliki kemuliaan?

Guru merupakan seseorang yang diberikan kelebihan ilmu oleh Allah Swt. Guru akan memberikan ilmunya itu kepada orang-orang disekitarnya. Guru tidak hanya menyebarkan ilmu, tapi juga menjadi perantara antara manusia dengan alam akhirat. Karena, guru juga mengajarkan terkait adab, ibadah, dan syariat Islam.

Guru bukanlah orang yang sembarangan, sebab mereka memiliki tugas yang sangat berat. Mereka memiliki tugas untuk membuat orang lain menjadi cerdas akan ilmu dan menumbuhkan karakter yang baik pada orang lain. Tugas ini harus dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab oleh guru, karena nantinya akan dimintai pertanggungjawaban oleh Allah Swt. di alam akhirat. Oelh karena itu, guru adalah seorang yang sangat mulia. Seseorang yang dipercaya untuk mengemban amanah dari Allah Swt. dan melaksanakan segala perintahnya.

≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡

Nah bagaimana teman-teman? Sudah paham kan kenapa kita harus memuliakan guru? Jangan lupa berbuat baiklah pada guru-guru kita ya! Assalamu'alaikum!

Pelajari Lebih Lanjut

Detil Jawaban

Mapel : Bahasa Arab

Kelas : XI

Bab : 8

Materi : Hormati dan sayangi orang tua dan gurumu

Kode kategorisasi : 11.14.8

Kata kunci : Guru, Keutamaan Guru

≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡≡

#OptiTeamCompetition

Pendidikan adalah suatu bimbingan secara sadar oleh si pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si terdidik menuju terbentuknya kepribadian yang utama. Pendidikan juga berarti sebagai semua perbuatan dan usaha dari generasi yang lebih tua untuk mengalihkan pengetahuannya, pengalamannya, kecakapannya, serta keterampilannya (orang menamakan hal ini juga mengalihkan kebudayaan) kepada generasi muda, sebagai usaha menyiapkannya agar dapat memenuhi fungsi hidupnya baik jasmaniah maupun rohaniah.

Kepribadian menjadi tujuan utama pendidikan Islam yang selalu mengutamakan nilai ajaran Islam. Namun kenyataan sekarang ini kualitas pendidikan semakin turun, sebab pendidikan belum mencapai tujuan yang sebenarnya. Bahkan pendidikan sekarang ini dijadikan sebagai alat untuk mencapai kemasyhuran, kedudukan dan materi semata. Karena itu, semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang belum tentu ia semakin baik kepribadiannya.

Dengan demikian, guru sebagai salah satu faktor pendidikan harus profesional dalam melaksanakan kegiatan mengajarnya, karena gurulah yang memberikan pengaruh besar kepada muridnya, sehingga guru dituntut untuk bisa memberikan arah yang baik sesuai dengan tujuan pendidikan yaitu membentuk kepribadian yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Dengan demikian keberhasilan proses belajar mengajar akan tercapai. Keberhasilan dan kegagalan suatu proses belajar mengajar secara umum dapat dinilai dari output-nya, yakni orang yang sebagai produk pendidikan. Guru merupakan unsur pendidikan yang sangat berpengaruh terhadap proses pendidikan.

Dalam perspektif pendidikan islam, keberadaan, peranan dan fungsi guru merupakan keharusan yang tidak dapat diingkari. Tidak ada pendidikan tanpa kehadiran guru. Guru merupakan penentu arah dan sistematika pembelajaran mulai dari kurikulum, sarana, bentuk pola sampai kepada usaha bagaimana anak didik seharusnya belajar dengan baik dan benar dalam rangka mengakses diri akan pengetahuan dan nilai-nilai hidup. Dalam proses belajar mengajar, guru mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing, dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk mencapai tujuan. Guru mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dalam sistem pendidikan untuk membantu proses perkembangan siswa.

Dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan bahwa: Pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses pembelajaran, menilai hasil pembelajaran, melakukan pembimbingan dan pelatihan, serta melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

Guru termasuk manusia yang berjiwa besar di dunia ini, ia berusaha menyiapkan generasi penerus yang berkualitas, mentransferkan ilmu pengetahuan dan juga memiliki posisi sebagai pewaris nabi. Oleh karena itu Islam memberikan penghargaan sangat tinggi terhadap guru. Ia adalah salah satu pemilik ilmu pengetahuan.

Tingginya kedudukan guru dalam Islam, menurut Ahmad Tafsir, tak bisa dilepaskan dari pandangan bahwa semua ilmu pengetahuan bersumber pada Allah, sebagaimana disebutkan dalam Surat al-Baqarah ayat 32;

قَالُواْ سُبۡحَٰنَكَ لَا عِلۡمَ لَنَآ إِلَّا مَا عَلَّمۡتَنَآۖ إِنَّكَ أَنتَ ٱلۡعَلِيمُ ٱلۡحَكِيمُ

artinya: Mereka menjawab, Mahasuci Engkau, tidak ada pengetahuan bagi kami selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui (lagi) Maha Bijaksana
Tingginya kedudukan guru dalam Islam masih dapat disaksikan secara nyata pada masa sekarang ini, terutama di pesantren-pesantren Indonesia, santri tidak berani menatap sinar mata Kyai, membungkukkan badan sebagai tanda hormat kepada sang Kyai tatkala menghadap ataupun berpapasan, tawadu’ dan sifat baik lainnya.

Guru merupakan salah satu faktor penentu tinggi rendahnya mutu pendidikan. Setiap usaha peningkatan mutu pendidikan, perlu memberikan perhatian besar kepada peningkatan guru, baik dalam segi kuantias (jumlah) maupun kualitasnya (mutu). Oleh karena itu, guru merupakan seorang figur yang menempati posisi dan memegang peran penting dalam pendidikan. Karena peranannya yang begitu besar, maka seorang guru disyaratkan mempunyai kompetensi paedagogik, professional, kepribadian, dan sosial.

Baca Juga  Bolehkah Ibu Hamil Berpuasa? Berikut Penjelasan Medisnya!

Pendidikan adalah humanisasi, yaitu upaya memanusiakan manusia atau upaya membantu manusia agar mampu mewujudkan diri sesuai dengan martabat kemanusiannya. Karena itu pendidikan berarti upaya membantu manusia untuk menjadi apa, mereka dapat apa? Dan menyadarkan manusia bahwa kedudukan mereka sangat mulia di bandingkan dengan makhluk Allah Swt. yang lainnya. Maka pendidik perlu memahami hakikat manusia. Manusia di tuntut memiliki kesiapan dan kemampuan daya adaptasi terhadap nilai-nilai baru, kreatifitas untuk melakukan upaya inovasi dan daya saing untuk tetap eksis di tengah arus global yang terjadi. Kemampuan dasar di atas dipersiapkan dan dibentuk dalam proses pendidikan. Dengan sendirinya ketika kita berbicara konsep pendidikan tidak bisa dilepaskan dari penggambaran tentang sosok ideal manusia (insan kamil).

Dalam praktek pendidikan Islam, salah satu komponen penting dalam pendidikan adalah guru. Guru dalam perspektif agama (Islam) mempunyai peranan yang besar dan strategis. Hal ini disebabkan gurulah barisan yang berada di barisan terdepan dalam pelaksanaan pendidikan
Agama Islam memposisikan guru atau pendidik pada kedudukan yang mulia. Para pendidik diposisikan sebagai bapak ruhani (spiritual father) bagi anak didiknya. Ia memberikan santapan ruhani dengan ilmu dan pembinaan akhlak mulia (akhlaqalkarimah) dan meluruskannya. Oleh karena itu, pendidik mempunyai kedudukan yang sangat tinggi, bahkan tinta seorang alim (guru) lebih berharga dari pada darah para syuhada. Keutamaan seorang guru atau pendidik disebabkan oleh tugas mulia yang diembannya. Tugas yang diemban guru (dalam ajaran islam) hampir sama dengan tugas seorang Rasul.

Al-Ghazali menegaskan bahwa kedudukan yang tinggi yang diduduki oleh orang yang berpengetahuan bahwa orang alim yang bersedia mengamalkan pengetahuannya adalah orang besar disemua kerajaan langit, dia seperti matahari yang menerangi alam, ia mempunyai cahaya dalam dirinya seperti minyak wangi yang mengharumi orang lain karena ia memang wangi. Dijelaskan pada QS. Al-Mujadilah:11 yang artinya: “Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “Berilah kelapangan dalam majelis-majelis”, Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.

Dari pandangan itu, dipahami bahwa tugas guru merupakan pewaris Nabi (warasat alanbiya), yang pada hakikatnya mengemban misi rahmatan lil‘alamin (membawa rahmat bagi seluruh alam), yakni suatu misi yang mengajak manusia untuk tunduk dan patuh pada hukum-hukum Allah guna memperoleh keselamatan dunia dan akhirat. Kemudian misi ini dikembangkan kepada pembentukan kepribadian yang berjiwa tauhid, kreatif, beramal sholeh dan bermoral tinggi.

Mengapa guru diposisikan sebagai profesi yang begitu mulia? Karena guru adalah seseorang yang dikaruniai ilmu oleh Allah Swt dan dengan ilmunya itu dia menjadi perantara manusia yang lain untuk mendapatkan, memperoleh serta menuju kebaikan baik di dunia ataupun di akhirat. Selain itu, guru tidak hanya bertugas menyampaikan ilmu, tetapi juga mendidik muridnya untuk menjadi manusia beradab.
Sebagai orang yang mengemban tugas mulia tentunya guru harus bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya, tidak serta merta mengajar seadanya, apalagi menjadi guru hanya untuk tujuan karier.

Baca Juga  Everlasting Light from Planet NUFO

Profesi guru bukanlah profesi main-main, artinya sekali seseorang memilih profesi guru maka ia harus bertanggung jawab untuk mendidik muridnya dengan baik. Karena itu guru harus profesional atau mengupayakan diri menjadi profesional.

Berbicara tentang guru tentu tidak bisa dilepaskan dari sosok seorang yang berilmu, berwawasan luas di bidang tertentu, berjasa mengantarkan orang lain kepada kebaikan, dan mencegahnya dari keburukan. Sebab, hanya orang-orang berilmu, berwawasan luas, dan menginginkan orang lain menjadi baik, yang mampu menjalankan tugas-tugas tersebut. Sebagai agama yang mulia, Islam mendorong sekali umatnya menjadi seorang pendidik yang berilmu, menyuruh kepada kebaikan, mencegah dari keburukan. Bahkan, mereka digolongkan sebagai orang-orang beruntung, baik di dunia maupun di akhirat.

Hal itu seperti tercermin dalam salah satu ayat Al-Quran, Q.S Al-Imran ayat 104 :

وَلۡتَكُن مِّنكُمۡ أُمَّةٞ يَدۡعُونَ إِلَى ٱلۡخَيۡرِ وَيَأۡمُرُونَ بِٱلۡمَعۡرُوفِ وَيَنۡهَوۡنَ عَنِ ٱلۡمُنكَرِۚ وَأُوْلَٰٓئِكَ هُمُ ٱلۡمُفۡلِحُونَ

Artinya :
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung”.

Ayat itu juga didukung oleh pesan Rasulullah saw. kepada Abu Darda, “Jadilah engkau sebagai orang berilmu, atau pembelajar, atau penyimak ilmu, atau pecinta ilmu. Namun jangan jadi yang kelima, niscaya engkau celaka,” (HR Al-Baihaqi).

Di mana ada anjuran, pasti ada keutamaan. Demikian halnya anjuran menjadi orang yang berilmu. Berikut adalah ayat-ayat yang menyebutkan keutaman orang-orang berilmu. Dalam Q.S Ali Imran : 18

شَهِدَ ٱللَّهُ أَنَّهُۥ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ وَٱلۡمَلَٰٓئِكَةُ وَأُوْلُواْ ٱلۡعِلۡمِ قَآئِمَۢا بِٱلۡقِسۡطِۚ لَآ إِلَٰهَ إِلَّا هُوَ ٱلۡعَزِيزُ ٱلۡحَكِيمُ

Artinya : Allah menyatakan bahwa tidak ada Tuhan melainkan Dia (yang berhak disembah), yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu yang menegakkan keadilan, tidak ada Tuhan selain Dia, Yang Maha Perkasa, Maha Bijaksana.

Perhatikanlah ayat ini. Allah menyandarkan pernyataan-Nya kepada diri-Nya, kemudian kepada para malaikat, dan kepada orang-orang berilmu. Cukup mulialah  mereka yang disandingkan dengan yang mulia, apalagi Yang Maha Mulia. Sebab, keunggulan mereka salah satunya karena takut kepada Allah, Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah orang yang berilmu(ulama),

Dalam ayat lain Allah berfirman dalam Q.S Al-Qashas ayat 18:

فَأَصۡبَحَ فِي ٱلۡمَدِينَةِ خَآئِفٗا يَتَرَقَّبُ فَإِذَا ٱلَّذِي ٱسۡتَنصَرَهُۥ بِٱلۡأَمۡسِ يَسۡتَصۡرِخُهُۥۚ قَالَ لَهُۥ مُوسَىٰٓ إِنَّكَ لَغَوِيّٞ مُّبِينٞ

Artinya :
Berkatalah orang-orang yang dikaruniai ilmu, “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu kecuali oleh orang- orang yang sabar,”.

Masih banyak lagi ayat yang menunjukkan kedudukan dan keutamaan mereka. Sementara dalam hadits, kedudukan dan keutamaan orang berilmu dapat kita jumpai dalam puluhan, bahkan mungkin ratusan sabda Rasulullah saw. Antara lain adalah, “Para ulama itu pewaris para nabi.” Bayangkan, betapa tingginya kedudukan orang berilmu, hingga menyandang gelar sebagai pewaris para nabi. Sedangkan tidak ada kedudukan yang lebih tinggi di atas para nabi dan rasul.

Keunggulan lainnya adalah orang berilmu juga dimintakan ampunan oleh semua yang ada di langit dan bumi. Di antaranya oleh para malaikat. Bahkan, dalam hadits lain, disebutkan, “Siapa saja yang dikehendaki Allah menjadi orang baik, maka ia mulai diberi pemahaman dalam urusan agama (ilmu).” Kemudian kematian mereka dianggap sebagai duka yang sangat mendalam, bahkan menjadi pertanda kian dekatnya hari Kiamat, “Di antara pertanda Kiamat adalah hilangnya ilmu.” (HR. Abu Dawud).

Sementara hilangnya ilmu, menurut hadits lain, terjadi dengan kematian orang-orang yang berilmu. Di alam kubur mereka juga mendapat pahala yang terus mengalir. Hal itu sebagaimana yang diungkap dalam hadits, “Jika seorang insan meninggal, maka terputuslah amalnya kecuali tiga amal: sedekah yang mengalir, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang selalu mendoakan,” HR. Al-Tirmidzi).

Sebagai orang yang merintis dan mengajak kebaikan, guru dan orang berilmu juga berhak mendapat balasan sebagaimana yang digambarkan dalam sabda Rasulullah saw., “Siapa saja yang menempuh jalan kebaikan, maka dia mendapat pahalanya, sekaligus pahala orang yang turut mengikutinya, tanpa mengurangi pahala  mereka sedikit pun,” (HR. Ibnu Abi Syaibah). “Demi Allah, jika Allah memberi petunjuk kepada satu orang berkat ajakanmu maka itu jauh lebih baik (bagimu) daripada kekayaan paling berharga,” (H.R. al-Bukhari dan Muslim)

Dari penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut: Secara sederhana dapat disimpulkan beberapa hal pokok di sini yakni bahwa guru ialah pendidik yang mengajar di sekolah atau madrasah. Islam mendudukkan pendidik pada martabat yang tinggi, setingkat di bawah martabat nabi dan rasul. Tugas pendidik ialah mendidik dengan cara mengajar, memberi contoh, membiasakan, dan lain-lain. Syarat pendidik ialah dewasa, sehat lahir batin, ahli (memiliki kompetensi) dan berkepribadian muslim. Sifat pendidik ialah semua sifat yang mendukung (melengkapi) syarat tersebut. Di antara sifat-sifat itu sifat kasih sayang (adil, sabar dan jujur), dedikasi tinggi (keikhlasan), dan profesionalitas (keluasan wawasan, cerdas dan terampil) amat diutamakan.

Dalam dunia pendidikan, pendidik merupakan faktor penting dan utama, karena pendidik adalah orang yang bertanggungjawab terhadap perkembangan jasmani dan rohani peserta didik, terutama di sekolah atau madrasah, untuk mencapai kedewasaan peserta didik sehingga ia menjadi manusia yang paripurna dan mengetahui tugas-tugasnya sebagai manusia yakni hamba Allah (‘abd) dan khalifah fi al-ardh. Di sini dapat dipahami bahwa pendidik merupakan posisi sentral dalam dunia pendidikan, berarti di pundak pendidik lah perkembangan peserta didik dilanjutkan secara kontinyu, maka pendidik semestinya mengetahui makna pendidikan sejati agar peserta didik dapat berkembang dengan sempurna untuk mendapat kebahagian hidup dunia dan akhirat. Beranjak dari ini, sepatutnya pendidik menyadari terhadap hakekat tugas yang diemban untuk mencerdaskan dan menyucikan hati dan perilaku peserta didik, pada akhirnya tugas yang mulia tersebut apabila dilakukan dengan baik akan memperoleh kebahagiaan dalam diri seorang pendidik Salah satu hal yang menarik pada ajaran Islam ialah penghargaan Islam yang sangat tinggi terhadap guru. Begitu tingginya penghargaan itu sehingga menempatkan kedudukan guru setingkat di bawah kedudukan nabi dan rasul. Mengapa demikian? Karena guru selalu terkait dengan ilmu (pengetahuan), sedangkan Islam sangat menghargai pengetahuan.
Sebenarnya tingginya kedudukan guru dalam Islam merupakan realisasi ajaran Islam itu sendiri. Islam memuliakan pengetahuan, pengetahuan itu didapat dari belajar dan mengajar, yang belajar adalah calon guru, dan yang mengajar adalah guru. Maka, tidak boleh tidak, Islam pasti memuliakan guru. Tak terbayangkan terjadinya perkembangan pengetahuan tanpa adanya orang yang belajar dan mengajar, tidak terbayangkan adanya belajar dan mengajar tanpa adanya guru. Bersyukurlah kita dipilih oleh Allah SWT menjadi seorang guru, karena guru adalah profesi yang sangat mulia.

Asep Ruhiyat, S.Pd, Guru SD Muhammadiyah 4 Kota Bandung.