Menghias wajah dengan tujuan memperindah dan memperkuat watak termasuk dalam

1. Pengertian Tata Rias Wajah

Rias wajah bukan merupakan hal yang baru untuk dikenal maupun dipergunakan. Tata rias wajah adalah salah satu ilmu yang memppelajari tentang seni mempercantik diri sendiri maupun orang lain dengan menggunakan alat dan kosmetik. Seni merias wajah pada umumnya bertujuan untuk menyempurnakan bentuk wajah dan kelengkapan-kelengkapan yang ada pada wajah sehingga mempercantik dan memperindah wajah. Dalam pementasan, tata rias adalah cara mendandani pemain, sedangkan orang yang mengerjakan tata rias tersebut disebut penata rias (Sugiyanto, 2005: 187). Wien Puji Priyanto (2004: 71) mengungkapkan bahwa tata rias adalah menggunakan bahan-bahan rias untuk merubah bentuk wajah alamiah menjadi wajah yang artistik.

Tata rias menjadi bagian penting dalam pementasan karena melalui tata rias penampilan pemain bisa direka sedemikian rupa sehingga tampil sesuai dengan karakter yang diperankannya dan untuk mendapatkan karakter pemain dapat diketahui melalui watak dalam dialog para tokohnya. Tujuan tata rias adalah merubah wajah alamiah menajadi wajah peran. Fungsinya sebagai sarana untuk membentuk dunia khayal sehingga mudah membangkitkan daya ilusi para penonton, memperkuat akting dan menghidupkan lakon. Tata rias dapat berfungsi untuk mengubah penampilan agar menjadi lebih baik dan membedakan

26

karakter/tokoh. Menurut Setyobudi (2006: 146), kegunaan rias dalam seni teater adalah :

a. Merias tubuh manusia, artinya mengubah yang alamiah (nature) menjadi yang artistic/bersifat budaya (culture) dengan mendapatkan dya guna yang tepat.

b. Mengatasi efek tata lampu yang kuat.

c. Membuat wajah dan kepala sesuai dengan peran yang dikehendaki. 2. Tata Rias Fantasi

Menurut Pranoto Soergo, Titi Poerwosoenoe (1983: 137) rias fantasi adalah perwujudan khayalan seorang ahli kecantikan yang ingin melukiskan anganangannya seperti tokoh sejarah, bunga atau hewan. Sedangkan menurut Eko Santoso, Subagyo Heru, Mardianto Harwi, dkk (2008: 274) tata rias fantasi merupakan menggambarkan tokoh-tokoh yang tidak nyata keberadaannya dan lahir berdasarkan daya khayal semata.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam make up fantasi adalah sebagai berikut:

1) Make up wajah

2) Lukisan di tubuh (body painting)

Jadi dapat disimpulkan dari kajian teori diatas yaitu tata rias fantasi adalah suatu seni tata rias yang bertujuan untuk membentuk kesan wajah menjadi riasan yang sesuai dengan khayalan yang diinginkan.

27

G. Pergelaran

1. Pengertian Pergelaran

Pergelaran merupakan suatu bentuk kegiatan untuk menampilkan dan memperkenalkan barang, jasa atau prestasi kepada publik menurut Sugiyanto (2005: 187). Pergelaran mengandung arti bahwa hal hal yang dipertunjukkan bersifat dinamis atau ada pergerakkan. Tujuan pergelaran adalah sebagai bentuk informasi atau media komunikasi dan juga membangkitkan semangat pengunjung untuk mengambil hal hal yang bermanfaa. Selain itu, pergelaran dimanfaatkan sebagai media pengembangan bakat dan ekspresi diri bagi pembuat karya seni. 2. Tema Pergelaran

Penentuan tema merupakan suatu proses untuk menempatkan hal hal yang ingin dicapai dan bagaimana cara mencapainya. Tema adalah pikiran, jiwa suatu kegiatan (Setyobudi, 2006: 153). Tema memberikan seluruh kesan dan nuansa dalam pergelaran. Sebelum merumuskan suatu tema maka yang dilakukan adalah menentukan tujuan, bentuk dan sasaran pergelaran. Jadi, tema yang dipilih harus komunikatif dan mudah diingat.

3. Tata Panggung (Stage)

Tata panggung adalah dekor yang diciptakan di atas panggung untuk memberikan gambaran kepada penonton tentang tempat kejadian cerita yang dipentaskan (Sugiyanto, Sayoga Sapto, Probo Harjanti, dkk, 2005: 188). Panggung menggambarkan tempat, waktu, dan suasana. Tempat pentas atau tempat pertunjukkan merupakan tempat keberadaan dua tempat yaitu tempat untuk menonton dan tempat untuk pertunjukkan (Pramana Padmodamaya, 1988:

28

38). Bentuk pentas yang ada di Indonesia menurut Pramana Padmodamaya (1988: 35) ada tiga macam yaitu bentuk arena, bentuk prosenium dan bentuk campuran. a. Bentuk Arena

Pentas arena adalah sebuah bentuk panggung yang memiliki kesederhanaan dan keakraban sifat sifat pelayanannya. Terdapat berbagai bentuk pentas arena antara lain :

1) Pentas arena sentral adalah apabila penonton berada disekeliling pentas. 2) Pentas arena setengah melingkar adalah apabila penonton mengitari pentas

berbentuk setengah melingkar.

3) Pentas arena tapal kuda adalah apabila penonton mengitari pentas berbentuk tapal kuda.

4) Pentas arena bujur sngkar adalah apabila penonton mengitari pentas berbentuk bujur sangkar.

Gambar 1. Panggung Arena (Sumber: Pramana Padmodamaya, 2017) b. Bentuk Prosenium

Prosenium berasal dari bahasa Yunani proskenion dan bahasa Inggris prosenium. Pro atau pro berarti yang mendahului atau pendahuluan, sedangkan skenion atau scenium berarti adegan. Jadi prosenium berarti mendahului adegan.

29

Panggung prosenium adalah sebuah bentuk panggung yang memiliki batas dingin prosenium antara panggung dengan auditoriumnya.

Gambar 2. Panggung Prosenium (Sumber: Pramana Padmodamaya, 2017) c. Bentuk Campuran

Pentas campuran adalah pentas yang memiliki bentuk pencampuran dari bentuk arena dan bentuk prosenium dengan menggabungkan dan meniadakan beberapa sifatnya. Sifat yang digabungkan adalah kesederhanaan pentas arena dan sifat adanya jarak yang jauh pada pentas prosenium, sedangkan yang ditiadakan yaitu sifat keakraban pentas arena dan sifat ketertutupan pentas prosenium. Pentas semacam ini dimaksudkan untuk melayani pertunjukkan sebaik mungkin dalam hubungannya dengan penonton.

Gambar 3. Panggung Campuran (Sumber: Pramana Padmodamaya, 2017)

30 4. Tata Cahaya (Lighting)

Menurut Suryanto (2004: 188) tata cahaya adalah pengaturan lampu di atas panggung. Stage lighting atau tata cahaya panggung merupakan bagian dari tata teknik pentas yang spesifikasinya mengenai pengetahuan teori dan praktik membuat desain pencahayaan panggung (Hendra Martono, 2010: 1). Tata cahaya baik akan mampu menciptakan suasana suasana yang diinginkan.

5. Penataan Musik

Tata Suara dalam sebuah pergelaran akan mempengaruhi emosi audien yang menghadiri pertunjukan. Berikut adalah pengertian tata suara Menurut Eko Santoso, Subagyo Heru, Mardianto Harwi, dkk (2008 : 416) Tata adalah suatu usaha pengaturan terhadap suatu bentuk, benda dan sebagainya untuk tujuan tertentu. Suara adalah getaran yang dihasilkan oleh sumber bunyi biasanya dari benda padat yang merambat melalui media atau perantara. Tata Suara adalah suatu usaha bentuk mengatur, menempatkan dan memanfaatkan berbagai sumber suara sesuai dengan etika dan estetika untuk suatu tujuan tertentu misalnya untuk pidato, penyiaran, recording dan pertunjukan teater.

6. Teknik miking

Suatu Teknik Pemilihan penempatan mikrofon terhadap sumber suara berdasarkan tujuan, fungsi dan estetika tat suara. Teknik miking ini sering disebut dengan teknik “ todong” , artinya semua sumber suara ditangkap melalui mikrofon. Baik sumber suara yang berasal dari instrument akustik maupun peralatan elektronik seperti keyboard, gitar elektrik, dan audio player (Eko Santoso, Subagyo Heru, Mardianto Harwi, dkk, 2008: 418). Untuk mendapatkan

31

suara instrumen memasang mikrofon yang sesuai pada speaker monitor meskipun peralatan tersebut memiliki fasilitas line–out yang dapat dihubungkan langsung dengan audio mixer, tetapi dalam teknik mikking semua tergantung dari pemasangan mikrofon.

7. Teknik Blancing

Pengaturan berbagai sumber peralatan tata suara untuk mendapatkan hasil suara atau rekaman yang baik sesuai dengan tujuan yang akan dicapai yaitu keselarasan, keserasian dan keseimabangan (balance). Tingkat keberhasilan penataan suara adalah mendapatkan hasil suara yang selaras dan seimbang antara karakter sumber suara asli dengan hasil olaha suara setelah melalui prose pralatan (pengolahan). Penata Sura harus dapat menghasilkan nsuara yang berimbang, artinya hasil pengolahan dua sumber suara tersebut tidak mengalami perbedaan yang mencolok baik secara kualitas dan kuantitas.

8. Jenis-Jenis Tata Suara

Dalam sebuah pementasan jenis taat suara dibedakkan menjadi beberapa tergantung dari pemakaiannya. Menurut Eko Santoso, Subagyo Heru, Mardianto Harwi, dkk (2008: 419), tata suara dapat dibedakan menjadi :

a. Live

Penegrtian tata suara secara live adalah suatu penataan atau pengaturan berbagai sumber atau bunyi atmosfir ilustrasi atau gerakan suara yang sesungguhnya, untuk diperdengarkan langsung kepada penonton/pendengar (audience) baik suara itu diperkuat melalui penguat elektronik ataupun tanpa pengeras suara (Eko Santoso, Subagyo Heru, Mardianto Harwi, dkk, 2008 : 420 ).

32 b. Rekaman

Merekam dalah suatu kegiatan menangkap informasi, bunyi atau suara tiruan yang dibuat dan disimpan kedalam suatu media piringan hita, pita suara atau CD dengan tujuan hasil rekaman informasi suara dapat diperdenngarkan kembali (Eko Santoso, Subagyo Heru, Mardianto Harwi, dkk, 2008: 421). Teknik perekaman suara dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu basah dan rekaman kering.

1) Rekaman Basah

Seluruh sumber suara dimainkan dan direkam secara bersamaan (single track) sesuai dengan tata urutan yang telah ditentukan. Keuntungan rekamn basah adalah waktu yang dibutuhkan tidak terlalu banyak (Eko Santoso, Subagyo Heru, Mardianto Harwi, dkk 2008 : 422). Hasil dapat langsung diperdengarkan untuk mengetahui hasil kualitas rekaman. Apabila terdapat kesalahan saat itu juga dapat dilakukan rekaman ulang.

2) Rekaman Kering

Masing-masing sumber suara direkam sendiri-sendiri (multi track). Biasanya yang direkam awal adalah announcer ,narrator dan emain (voice over) untuk Sumber suara lain direkam pada waktu yang berlainan (Eko Santoso, Subagyo Heru, Mardianto Harwi, dkk, 2008: 422). Setelah keseluruhan sumber suara terekam dengan baik, dilakukan penggabungan (mixing) untuk mendapatkan hasil rekaman yang diinginkan.

Keuntungannya, pemain tidak tergantung dengan pemain yang lain. Kerugian adalah prose rekaman butuh waktu lama, penyimpanan hasil rekaman harus tertata

33

baik dan teliti, butuh waktu lama untuk proses mixing dan meastering serta terjadi penurunan kualitas.

9. Musik

Musik diaransemen sebagai bunyi bunyian yang melekat dengan karakter tokoh yang akan hadir dalam pertunjukan, Menurut Nur Sahid (2004: 25) musik dibedakan menjadi tiga, yaitu:

a. Musik Pembuka

Musik yang berada di awal saat berjalannya pertunjukan. Fungsinya: Untuk merangsang imajinasi penonton dalam memberikan sedikit gambaran tentang pertunjukkan teater yang akan disajikan, atau bisa juga untuk pengkondisian penonton.

b. Musik pengiring

Musik yang mengiringi pada saat berjalannya pertunjukan agar lebih memberi sentuhan indah dan manis. Musik yang menghidupkan suasana dalam suatu pertunjukan teater baik senang maupun gembira, sedih, atau musik tersebut memiliki peranan untuk memberikan ruh permainan yang menarik , indah, dan terlihat jelas antara klimaks dan anti klimaksnya.

c. Musik penutup

Musik terakhir dalam pementasan teater Fungsinya: Untuk memberikan kesan dan kesan dari pertunjukan teater disajikan baik yang bersifat baik,buruk, gembira, sedih, sebagai pelajaran dan cermin moral penikmat seni teater.

34

BAB III