Motivasi apa yang ingin saudara bangun dalam mengembangkan karakter kolaborasi interdisiplin

Kolaborasi Interdisiplin Dalam Keperawatan Jiwa Disusun untuk memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa ll TIM DOSEN Disusun : Erna Sari AK.1.16.017 Kelas : A PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BHAKTI KENCANA BANDUNG 2018 Kata Pengantar Puji dan syukur Tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa atas Rahmat-Nya yang telah dilimpahkan sehingga kami dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul ”Kolaborasi dan Interdisiplin dalam Keperawatan Jiwa” yang merupakan salah satu tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa II Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan masih terdapat beberapa kekurangan, hal ini tidak lepas dari terbatasnya pengetahuan dan wawasan yang penulis miliki. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan adanya kritik dan saran yang konstruktif untuk perbaikan di masa yang akan datang, karena manusia yang mau maju adalah orang yang mau menerima kritikan dan belajar dari suatu kesalahan. Akhir kata dengan penuh harapan penulis berharap semoga Makalah yang berjudul ”Kolaborasi dan Interdisiplin dalam Keperawatan Jiwa” mendapat ridho dari Allah SWT, dan dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca umumnya. Amiin.... Bandung, Juli 2018 Tim Penulis i Daftar Isi Kata Pengantar i Daftar Isi ii BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 1 C. Tujuan Penulisan 2 BAB II Tinjauan Teori A. B. C. D. E. F. G. H. I. Pengertian kolaborasi 3 Kriteria dalam kolaborasi 4 Pengertian interdisiplin 5 Peran perawat 6 Pelayanan dan kolaborasi interdisiplin keperawatan jiwa 7 Proses kolaborasi 8 Manfaat kolaborasi interdisiplin pelayanan keperawatan jiwa 10 Elemen kunci efektifitas kolaborasi 10 Hambatan dalam melakukan kolaborasi interdisiplin dalam keperawatan jiwa 11 BAB lll Penutup A. Kesimpulan 13 B. Saran 13 Daftar Pustaka 14 ii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menggambarkan suatu hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu. Sekian banyak pengertian dikemukakan dengan sudut pandang beragam namun didasari prinsip yang sama yaitu mengenai kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas, kesetaraan, tanggung jawab dan tanggung gugat. Namun demikian kolaborasi sulit didefinisikan untuk menggambarkan apa yang sebenarnya yang menjadi esensi dari kegiatan ini. Seperti yang dikemukakan National Joint Practice Commision (1977) yang dikutip Siegler dan Whitney (2000) bahwa tidak ada definisi yang mampu menjelaskan sekian ragam variasi dan kompleknya kolaborasi dalam kontek perawatan kesehatan. Dalam hal medis, kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat merencanakan dan praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batasan-batasan lingkup praktek mereka dengan berbagi nilai-nilai dan saling mengakui dan menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga dan masyarakat (American Medical Assosiation (AMA), 1994). Jadi, kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing pengetahuan yang direncanakan dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien. Bekerja bersama dalam kesetaraan adalah esensi dasar dari kolaborasi yang kita gunakan untuk menggambarkan hubungan perawat dengan ahli medis lainnya. B. Rumusan Masalah Adapun Rumusan Masalah dari Makalah ini, yaitu: 1. 2. 3. 4. Jelaskan Pengertian kolaborasi! Jelaskan Kriteria dalam kolaborasi! Jelaskan Pengertian interdisiplin! Jelaskan Peran perawat! 1 5. Jelaskan Pengertian pelayanan dan kolaborasi interdisiplin keperawatan jiwa! 6. Jelaskan Proses kolaborasi! 7. Jelaskan Manfaat kolaborasi interdisiplin dalam pelayanan keperawatan jiwa! 8. Jelaskan Elemen kunci efektifitas kolaborasi! 9. Jelaskan Hambatan dalam melakukan kolaborasi interdisiplin dalam keperawatan jiwa! C. Tujuan Penulisan Adapun Tujuan Penulisan dari Makalah ini, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. Untuk mengetahui Pengertian kolaborasi Untuk mengetahui Kriteria dalam kolaborasi Untuk mengetahui Pengertian interdisiplin Untuk mengetahui Peran perawat Untuk mengetahui Pengertian pelayanan dan kolaborasi interdisiplin keperawatan jiwa Untuk mengetahui Proses kolaborasi Untuk mengetahui Manfaat kolaborasi interdisiplin dalam pelayanan keperawatan jiwa Untuk mengetahui Elemen kunci efektifitas kolaborasi Untuk mengetahui Hambatan dalam melakukan kolaborasi interdisiplin dalam keperawatan jiwa 2 BAB II TINJAUAN TEORI A. Pengertian Kolaborasi Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menggambarkan suatu hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu. Sekian banyak pengertian dikemukakan dengan sudut pandang beragam namun didasari prinsip yang sama yaitu mengenai kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas, kesetaraan, tanggung jawab dan tanggung gugat. Kolaborasi adalah proses dimana dokter dan perawat merencanakan dan praktek bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batasanbatasan lingkup praktek mereka dengan berbagi nilai-nilai dan saling mengakui dan menghargai terhadap setiap orang yang berkontribusi untuk memberikan pelayanan keperawatan kepada individu, keluarga dan masyarakat (American Medical Assosiation (AMA), 1994). hubungan kerja diantara tenaga kesehatan dalam memeberikan pelayanan kepada pasien/klien adalah dalam melakukan diskusi tentang diagnosa, melakukan kerjasama dalam asuhan kesehatan, saling berkonsultasi atau komunikasi serta masing-masing bertanggung jawab pada pekerjaannya. Apapun bentuk dan tempatnya, kolaborasi meliputi suatu pertukaran pandangan atau ide yang memberikan perspektif kepada seluruh kolaborator. Efektifitas hubungan kolaborasi profesional membutuhkan mutual respek baik setuju atau ketidaksetujuan yang dicapai dalam interaksi tersebut. Partnership kolaborasi merupakan usaha yang baik sebab mereka menghasilkan outcome yang lebih baik bagi pasien dalam mecapai upaya penyembuhan dan memperbaiki kualitas hidup. Kolaborasi merupakan proses komplek yang membutuhkan sharing pengetahuan yang direncanakan yang disengaja, dan menjadi tanggung jawab bersama untuk merawat pasien. Kadangkala itu terjadi dalam hubungan yang lama antara tenaga profesional kesehatan. (Lindeke dan Sieckert, 2005).Bekerja bersama dalam kesetaraan adalah esensi dasar dari kolaborasi yang kita gunakan untuk menggambarkan hubungan perawat dan 3 dokter. Tentunya ada konsekweksi di balik issue kesetaraan yang dimaksud. Kesetaraan kemungkinan dapat terwujud jika individu yang terlibat merasa dihargai serta terlibat secara fisik dan intelektual saat memberikan bantuan kepada pasien. Kolaborasi adalah suatu proses dimana praktisi keperawatan atau perawat klinik bekerja dengan dokter untuk memberikan pelayanan kesehatan dalam lingkup praktek profesional keperawatan, dengan pengawasan dan supervisi sebagai pemberi petunjuk pengembangan kerjasama atau mekanisme yang ditentukan oleh peraturan suatu negara dimana pelayanan diberikan. Perawat dan dokter merencanakan dan mempraktekan bersama sebagai kolega, bekerja saling ketergantungan dalam batas-batas lingkup praktek dengan berbagi nilainilai dan pengetahuan serta respek terhadap orang lain yang berkontribusi terhadap perawatan individu, keluarga dan masyarakat. 1. Dasar-dasar kompetensi koaborasi : 2. Komunikasi 3. Respek dan kepercayaan 4. Memberikan dan menerima feed back 5. Pengambilan keputusan 6. Manajemen konflik B. Kriteria dalam Kolaborasi (1) adanya rasa saling percaya dan menghormati, (2) saling memahami dan menerima keilmuan masing-masing, (3) memiliki citra diri positif, (4) memiliki kematangan profesional yang setara (yang timbul dari pendidikan dan pengalaman), (5) mengakui sebagai mitra kerja bukan bawahan, dan keinginan untuk bernegosiasi (Hanson & Spross, 1996). Inti dari suatu hubungan kolaborasi adalah adanya perasaan saling tergantung (interdependensi) untuk kerja sama dan bekerja sama. Bekerja 4 bersama dalam suatu kegiatan dapat memfasilitasi kolaborasi yang baik. Kerjasama mencerminkan proses koordinasi pekerjaan agar tujuan auat target yang telah ditentukan dapat dicapai. Selain itu, menggunakan catatan klien terintegrasi dapat merupakan suatu alat untuk berkomunikasi anatar profesi secara formal tentang asuhan klien. C. Pengertian Interdisiplin Interdisiplin merupakan suatu kegiatan yang didasarkan pada sejumlah dimensi kunci, termasuk didalamnya adalah : tujuan yang jelas, identitas bersama, komitmen bersama , peran yang jelas dari masing maing profesi, saling ketergantungan, dan integrasi satu sama lain. interdisiplin adalah unsur penting untuk mengurangi duplikasi usaha, meningkatkan koordinasi, meningkatkan keselamatan dan, oleh karena itu, memberikan perawatan berkualitas tinggi . Organisasi kesehatan menyadari tentang pentingnya memiliki informasi dan keterampilan banyak disiplin dalam rangka mengembangkan solusi yang dapat dipertangung komprehensif jawabkan kepada dalam memberikan individu dan perawatan yang keluarga. Diungkapkan oleh Firth-Cozens (1998) berpendapat bahwa: Kerja tim dipandang sebagai cara untuk mengatasi potensi fragmentasi perawatan, sebuah sarana untuk memperluas keterampilan; merupakan bagian penting yang perlu dipertimbangkan menghadapi kompleksitas perawatan modern; dan cara untuk meningkatkan kualitas bagi pasien. Pelayanan Kesehatan Nasional Manajemen Eksekutif (1993) di Inggris menyatakan : Hasil terbaik dan biaya paling efektif untuk pasien dan klien dicapai ketika profesional bekerja sama, belajar bersama, terlibat dalam audit klinis hasil bersama-sama,dan menghasilkan inovasi untuk memastikan kemajuan dalam praktek dan pelayanan. Kolaborasi dan model interdisiplin merupakan fondasi dalam memberikan asuhan keperawatan yang bermutu tinggi dan hemat biaya. Melalui 5 pemanfaatan keahlian berbagai anggota tim untuk berkolaborasi, hasil akhir asuhan kesehatan dapat dioptimalkan Hickey, Ouimette dan Venegoni, 1996) D. Peran perawat 1) Pelaksana asuhan keperawatan Bertanggung jawab melaksanakan asuhan keperawatan secar komprehensif 2) Pengelola keperawatan Bertanggung jawab dalam administrasi keperawatan, seperti menerapkan teori manajemen dan kepemimpinan dalam mengelola askep, mengorganisasi pelaksanaan terapi modalitas, dll 3) Pendidik keperawatan Bertanggung jawab memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, komunitas sehingga mampu merawat diri sendiri 4) Peneliti Bertanggung jawab dalam penelitian untuk meningkatkan praktek keperawatan jiwa Fungsi Perawat : 1. Memberikan lingkungan terapeutik 2. Bekerja utk mengatasi masalah klien “here and now” 3. Sebagai model peran 4. Memperhatikan aspek fisik dari masalah kesehatan klien 5. Memberikan pendidikan kesehatan 6. Sebagai perantara sosial 7. Kolaborasi dengan tim lain 8. Memimpin dan membantu tenaga perawatan 9. Menggunakan sumber di masyarakat sehubungan dengan kesehatan mental 6 Perawat sebagai Kolaborator : Sebagai seorang kolaborator, perawat melakukan kolaborasi dengan klien, pper group serta tenaga kesehatan lain. Kolaborasi yang dilakukan dalam praktek di lapangan sangat penting untuk memperbaiki. Agar perawat dapat berperan secara optimal dalam hubungan kolaborasi tersebut, perawat perlu menyadari akuntabilitasnya dalam pemberian asuhan keperawatan dan meningkatkan otonominya dalam praktik keperawatan. Faktor pendidikan merupakan unsur utama yang mempengaruhi kemampuan seorang profesional untuk mengerti hakikat kolaborasi yang berkaitan dengan perannya masing-masing, kontribusi spesifik setisp profesi, dan pentingnya kerja sama. Setiap anggota tim harus menyadari sistem pemberian asuhan kesehatan yang berpusat pada kebutuhan kesehatan klien, bukan pada kelompok pemberi asuhan kesehatan. Kesadaran ini sangat dipengaruhi oleh pemahaman setiap anggota terhadap nilai-nilai profesional. Menurut Baggs dan Schmitt, 1988, ada atribut kritis dalam melakukan kolaborasi, yaitu melakukan sharing perencanaan, pengambilan keputusan, pemecahan masalah, membuat tujuan dan tanggung jawab, melakukan kerja sama dan koordinasi dengan komunikasi terbuka. E. Pengertian Pelayanan dan Kolaborasi Interdisiplin Keperawatan Jiwa Pelayanan dan kolaborasi interdisiplin keperawatan jiwa merupakan pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh sekolompok tim kesehatan profesional (perawat, dokter, tim kesehatan lainnya maupun pasien dan keluarga pasien sakit jiwa) yang mempunyai hubungan yang jelas, dengan tujuan menentukan diagnosa, tindakan-tindakan medis, dorongan moral dan kepedulian khususnya kepada pasien sakit jiwa. Pelayanan akan berfungsi baik jika terjadi adanya konstribusi dari anggota tim dalam memberikan pelayanan kesehatan terbaik kepada pasien sakit jiwa. Anggota tim kesehatan meliputi : pasien, perawat, dokter, fisioterapi, pekerja sosial, ahli gizi, manager, dan apoteker. 7 Oleh karena itu tim kolaborasi interdisiplin hendaknya memiliki komunikasi yang efektif, bertanggung jawab dan saling menghargai antar sesama anggota tim. Secara integral, pasien adalah anggota tim yang penting. Partisipasi pasien dalam pengambilan keputusan akan menambah kemungkinan suatu rencana menjadi efektif. Tercapainya tujuan kesehatan pasien yang optimal hanya dapat dicapai jika pasien sebagai pusat anggota tim. Karena dalam hal ini pasien sakit jiwa tidak dapat berpikir dengan nalar dan pikiran yang rasional, maka keluarga pasienlah yang dapat dijadikan pusat dari anggota tim. Disana anggota tim dapat berkolaborasi dalam menentukan tindakan-tindakan yang telah ditentukan. Apabila pasien sakit jiwa tidak memiliki keluarga terdekat, maka disinilah peran perawat dibutuhkan sebagai pusat anggota tim. Karena perawatlah yang paling sering berkomunikasi dan kontak langsung dengan pasien sakit jiwa. Perawat berada disamping pasien selam 24 jam sehingga perawatlah yang mengetahui semua masalah pasien dan banyak kesempatan untuk memberikan pelayanan yang baik dengan tim yang baik. Perawat adalah anggota membawa persfektif yang unik dalam interdisiplin tim. Perawat memfasilitasi dan membantu pasien untuk mendapatkan pelayanan kesehatan dari praktek profesi kesehatan lain. Perawat berperan sebagai penghubung penting antara pasien dan pemberi pelayanan kesehatan. F. Proses Kolaborasi Sifat interaksi antara perawat – dokter menentukan kualitas praktik kolaborasi . ANA ( 1980 ) menjabarkan kolaborasi sebagai ” hubungan rekanan sejati , dimana masing-masing pihak menghargai kekuasaan pihak lain, dengan mengenal dan menerima lingkup kegiatan dan tanggung jawab masing-masing yang terpisah maupun bersama, saling melindungi kepentingan masing-masing dan adanya tujuan bersama yang diketahui kedua pihak ” . Dari penjabaran sifat kolaborasi dapat disimpulkan bahwa kolaborasi dapat dianalisis melalui empat buah indikator : a) Kontrol – kekuasaan 8 Berbagi kekuasaan atau kontrol kekuasaan bersama dapat terbina apabila baik dokter maupun perawat terdapat kesempatan sama untuk mendiskusikan pasien tertentu. Beberapa peneliti telah mengembangkan instrumen penelitian untuk mengukur kontrol-kekuasaan pada interaksi perawat-dokter. b) Lingkungan Praktik Lingkungan praktik menunjukan kegiatan dan tanggung jawab masingmasing pihak. Meskipun perawat dan dokter memiliki bidang praktik yang terpisah sesuai dengan peraturan praktik perawat dan dokter,tapi ada tugas-tugas tertentu yang dibina bersama. c) Kepentingan Bersama Peneliti yang menganalisa kepentingan bersama sebagai indikator kolaborasi antara perawat dan dokter seringkali menanggapi dari sudut pandang perilaku organisasi. Para teoris ini menjabarkan kepentingan bersama secara operasional menggunakan istilah tingkat ketegasan masing-masing ( usaha untuk memuaskan sendiri ) dan faktor kerja sama ( usaha untuk memuaskan kepentingan pihak lain ). Thomas dan Kilmann (1974) telah merancang model untuk mengukur pola managemen penanganan konflik: 1) bersaing, 2) berkolaborasi, 3) berkompromi, 4) menghindar, 5) mengakomodasi. d) Tujuan Bersama Tujuan manajemen penyembuhan sifatnya lebih terorientasi kepada pasien dan dapat membantu menentukan bidang tanggung jawab yang erat kaitannya dengan prognosis pasien. Ada tujuan yang sepenuhnya menjadi tanggung jawab perawat, ada yang dianggap sebagai tanggung 9 jawab sepenuhnya dari dokter, ada pula tujuan yang merupakan tanggung jawab bersama antara dokter dan perawat. G. Manfaat Kolaborasi Interdisiplin Dalam Pelayanan Keperawatan Jiwa Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum, konstribusi praktisi profesional, kolegalitas, komunikasi dan praktek yang difokuskan kepada pasien. Kolegalitas menekankan pada saling menghargai, dan pendekatan profesional untuk masalah-masalah dalam tim dari pada menyalahkan seseorang atau atau menghindari tangung jawab. Beberapa tujuan kolaborasi interdisiplin dalam pelayanan keperawatan jiwa antara lain : 1. Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan keahlian unik profesional untuk pasien sakit jiwa 2. Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya 3. Peningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas 4. Meningkatnya kohesifitas antar profesional 5. Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional 6. Menumbuhkan komunikasi, menghargai argumen dan memahami orang lain. H. Elemen Kunci Efektifitas Kolaborasi Kerjasama, menghargai pendapat orang lain dan bersedia untuk memeriksa beberapa alternatif pendapat dan perubahan kepercayaan. Asertifitas penting ketika individu dalam tim mendukung pendapat mereka dengan keyakinan. Tindakan asertif menjamin bahwa pendapatnya benar-benar didengar dan konsensus untuk dicapai. Tanggung jawab, mendukung suatu keputusan yang diperoleh dari hasil konsensus dan harus terlibat dalam pelaksanaannya. Komunikasi artinya bahwa setiap anggota bertanggung jawab untuk membagi informasi penting mengenai perawatan pasien dan issu yang relevan untuk membuat keputusan klinis. Otonomi mencakup kemandirian anggota tim dalam batas kompetensinya. Kordinasi adalah efisiensi organisasi yang 10 dibutuhkan dalam perawatan pasien, mengurangi duplikasi dan menjamin orang yang berkualifikasi dalam menyelesaikan permasalahan. Kolaborasi didasarkan pada konsep tujuan umum, konstribusi praktisi profesional, kolegalitas, komunikasi dan praktek yang difokuskan kepada pasien. Kolegalitas menekankan pada saling menghargai, dan pendekatan profesional untuk masalah-masalah dalam team dari pada menyalahkan seseorang atau atau menghindari tangung jawab. Hensen menyarankan konsep dengan arti yang sama : mutualitas dimana dia mengartikan sebagai suatu hubungan yang memfasilitasi suatu proses dinamis antara orang-orang ditandai oleh keinginan maju untuk mencapai tujuan dan kepuasan setiap anggota. Kepercayaan adalah konsep umum untuk semua elemen kolaborasi. Tanpa rasa pecaya, kerjasama tidak akan ada, asertif menjadi ancaman, menghindar dari tanggung jawab, terganggunya komunikasi . Otonomi akan ditekan dan koordinasi tidak akan terjadi. Elemen kunci kolaborasi dalam kerja sama team multidisipliner dapat digunakan untuk mencapai tujuan kolaborasi team yaitu : 1) Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan menggabungkan keahlian unik profesional. 2) Produktivitas maksimal serta efektifitas dan efesiensi sumber daya 3) Peningkatnya profesionalisme dan kepuasan kerja, dan loyalitas 4) Meningkatnya kohesifitas antar professional. 5) Kejelasan peran dalam berinteraksi antar profesional, 6) Menumbuhkan komunikasi, kolegalitas, dan menghargai dan memahami orang lain. I. Hambatan Dalam Melakukan Kolaborasi Interdisiplin dalam Keperawatan Jiwa Kolaborasi interdisiplin tidak selalu bisa dikembangkan dengan mudah. Ada banyak hambatan antara anggota interdisiplin, meliputi : 1. Ketidaksesuaian pendidikan dan latihan anggota tim 11 2. Struktur organisasi yang konvensional 3. Konflik peran dan tujuan 4. Kompetisi interpersonal 5. Status dan kekuasaan, dan individu itu sendiri 12 BAB III PENUTUP A. Kesimpulan Untuk mencapai pelayanan perawatan pasien sakit jiwa yang efektif maka keluarga, perawat, dokter dan tim kesehatan lainnya harus berkolaborasi satu dengan yang lainnya. Tidak ada kelompok yang dapat menyatakan lebih berkuasa diatas yang lainnya. Masing-masing profesi memiliki kompetensi profesional yang berbeda sehingga ketika digabungkan dapat menjadi kekuatan untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Kolaborasi yang efektif antara anggota tim kesehatan memfasilitasi terselenggaranya pelayanan keperawatan jiwa yang berkualitas. Kolaborasi interdisiplin tidak selalu bisa dikembangkan dengan mudah dalam keperawatan jiwa. Ada banyak hambatan antara anggota interdisiplin, meliputi ketidaksesuaian pendidikan dan latihan anggota tim, struktur organisasi yg konvensional, konflik peran dan tujuan, kompetisi interpersonal, status dan kekuasaan, dan individu itu sendiri B. Saran Demikian isi makalah ini, saya sangat menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan banyak kekurangan baik dari segi bentuk maupun materi yang kami uraikan. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca untuk perbaikan makalah selanjutnya. 13 Daftar Pustaka 1. Stuart,Gail W.2007.Buku Saku Keperawatan Jiwa.Jakarta:EGC 2. Suliswati.2005.Konsep Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa.Jakarta:EGC 14

15