Nabi Muhammad SAW diutus sebagai pembawa rahmat bagi semesta alam Lalu apakah tujuan dakwah Nabi Muhammad SAW?

Islam adalah agama rahmatan lil ’alamin sebagai bentuk rahmat dan rasa kasih sayang Allah SWT, karunia dan nikmat yang diberikan kepada makhluknya di seluruh alam semesta.

Di dalamnya menjunjung tinggi hak-hak asasi manusia, menjaga hak binatang dan tumbuh-tumbuhan
Memahami Islam rahmatan lil ‘alamin sebagai konsep dasar dalam agama Islam, akan memunculkan kembali keindahan Islam yang sudah lama meredup.

Rahmat ini adalah milik Allah dan diturunkan melalui Islam untuk dinikmati secara bersama – sama. Nabi Muhammad diutus ke dunia ini adalah untuk menjadi rahmat bagi alam. Dalam diri Nabi, Allah sudah ciptakan rahmat, bukan bagi umat muslim semata, melainkan juga bagi non muslim.

"Islam rahmatan lil ’alamin kehadirannya di tengah kehidupan masyarakat mewujudkan rasa kedamaian dan rasa tentram sebagai rahmat bagi manusia dan alam semesta," ujar Ustaz Rahmadon Tosari Fauzi, M.Ed Ph.D (Dekan Fakultas Agama Islam Universitas Serambi Mekkah) saat mengisi pengajian rutin Kaukus Wartawan Peduli Syariat Islam (KWPSI), di Rumoh Aceh Lambada Kupi, Gampong Pineung Banda Aceh, Selasa (11/2) malam.

Dijelaskannya, pada saat penciptaan alam semesta, Allah menciptakan rahmat itu 100. Tapi yang ada dan ditinggalkan di bumi hanya satu, yaitu rahmatan wa hidatan. Untuk dinikmati bersama – sama oleh semua mahkhluk hidup. Termasuk bagi non muslim.

Dengan rahmat yang satu tadi, sebagaimana disampaikan dalam hadits, lembutlah hati seorang ibu. Harimau tidak makan anaknya, ini juga rahmat dari Allah.

Pada saat hari kiamat, maka 99 lagi rahmat yang sudah Allah ciptakan akan dikumpulkan lagi. Jangan sampai, rahmat yang 99 yang disimpan oleh Allah di hari kiamat, tidak satupun diberikan kepada kita umat Islam.

“Setelah satu rahmat diberikan di dunia dan hilang setelah kematian, maka kita berharap mendapat rahmat di akhirat kelak,” kata dia.

Menurutnya, Islam rahmatan lil 'alamin seharusnya mampu diaplikasikan oleh penganut agama Islam itu sendiri yang membawa rahmat dan kesejahteraan bagi semua seluruh alam semesta, termasuk di dalamnya hewan, tumbuhan, apalagi sesama manusia.

Pernyataan ini sendiri banyak terkandung di dalam Al Qur’an, Surat Al Anbiya ayat 107 yang artinya : “Dan tiadalah kami mengutus kamu (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”

Islam sebagai rahmatan lil’alamin sebagaimana tertera dalam surat Al – Anbiya 107 bahwa, alam semesta mendapat manfaat dari diutusnya Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat. Bagi orang beriman, datangnya utusan Allah adalah sebuah rahmat yang nantinya akan membawa kepada cahaya keimanan dan mendapatkan syafaat dan kemuliaan di dunia dan akhirat.

Selain itu, Nabi Muhammad SAW menyempurnakan ajaran yang disampaikan oleh kitab – kitab sebelumnya melalui kitab suci Al – Qur’an.

"Nabi Muhammad diutus dengan membawa ajaran Islam, maka Islam adalah rahmatan lil’alamin, Islam adalah rahmat bagi seluruh manusia. Rahmat artinya kelembutan yang berpadu dengan rasa iba. Atau dengan kata lain rahmat dapat diartikan dengan kasih sayang. Jadi, diutusnya Nabi Muhammad adalah bentuk kasih sayang Allah kepada seluruh manusia," sebutnya.

Meskipun demikian, kasih sayang di sini bukan berarti mengasihi dalam hal munkar dan semua hal yang tidak sesuai dengan syariat Islam. Seperti bertoleransi pada hal yang merusak imam dan aqidah.

Rahmat yang diberikan berupa Islam meliputi segala dimensi kehidupan manusia. Allah mengutus Rasul-Nya Muhammad sebagai petunjuk kepada manusia. Agar manusia senantiasa berjalan di jalan yang benar.

Beliau adalah penutup nabi – nabi dan tidak ada nabi setelah diutusnya Nabi Muhammad. Beliau mengajarkan bagaimana menjalani kehidupan yang sesuai dengan kaidah syariat serta mengajarkan toleransi kehidupan, mengingatkan manusia terhadap fitrahnya dan mengajarkan tatanan sosial dan cara hidup yang lengkap dan menciptakan kedamaian dan kesejahteraan dalam kehidupan.

Untuk menciptakan kesejahteraan dalam kehidupan, maka diantara makhluk hidup harus saling menghargai dan tidak boleh bersikap sewenang – wenang. Meskipun makhluk hidup seperti hewan dan tumbuhan tidak dapat berbicara, sebagai manusia yang diberikan akal pikiran seharusnya memikirkan kelangsungan hidup makhluk lainnya.

Sebagai contoh menyakiti hewan dan menebang pohon sembarangan. Kehidupan yang bisa berdampingan akan menciptakan kesejahteraan bagi makhluk itu sendiri dan khususnya alam semesta. Justru sebaliknya, jika manusia tidak menjaga kesejahteraan dan keselarasan hidup akan menimbulkan dampak pada manusia.

Menebang pohon sembarangan dan tidak menyayangi apa yang ada di alam semesta akan timbul bencana yang pada akhirnya akan merugikan manusia itu sendiri. Islam mengajarkan bagaimana menjaga lingkungan serta hidup dengan saling menghargai.

Hal itu sesuai dengan firman Allah dalam Surat Al- Qashas : 77 yang artinya: “ Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

Ustadz Rahmadon Tosari juga menyampaikan bahwa Allah memilih orang – orang yang disayangi-NYA untuk menjadi pemeluk Islam. “Jangan sampai dalam hidup ini
menyia-nyiakan dan tidak melaksanakan ajaran Islam dengan sebaik mungkin,” ujarnya.

Bagi orang Islam, setelah mati adalah permulaan kehidupan. Begitu nafas telah berhembus meninggalkan raga, maka ada kehidupan akhirat. Setiap muslim meyakini ini.

PORTAL PASURUAN - Nabi Muhammad SAW adalah nabi terakhir yang diutus oleh Allah SWT sebagai rahmat bagi seluruh alam semesta dan untuk memperbaiki akhlak manusia dan akhlak terhadap lingkungan sekitar.

Walau lahir di Mekkah, Nabi Muhammad membawa misi menyempurnakan akhlak seluruh umat manusia di bumi dan sebagai pembawa kebaikan bagi seluruh alam semesta. Oleh Allah SWT, Nabi Muhammad SAW diutus sebagai manusia yang membawa keberkahan dan rahmat bagi seluruh alam semesta.

Dalam QS al-Anbiya ayat 107, Allah berfirman yang artinya, "Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam."

Baca Juga: Tutorial Membuat Animasi Pesawat Dengan Metode Motion Guide Menggunakan Flash

Baca Juga: Info Daya Tampung 9 Prodi Soshum Universitas Maritim Raja Ali Haji SBMPTN 2021

Nabi memberikan contoh bagi umat mengenai cara berbicara, bertindak, dan berpikir, selain itu juga cara bergaul yang baik, cara berdagang yang benar, dan bagaimana seharusnya umat bermasyarakat.

Beberapa akhlak Nabi yang sangat menonjol dapat diuraikan sebagai berikut:

1. Kesabaran dan Ketabahan

Dua hal ini, kesabaran dan ketabahan Nabi terlihat dalam setiap kehidupan yang dihadapi, contohnya dalam mebgadapi tekanan, siksaan, gangguan, pemboikotan, pelecehan, dan penghinaan dari musuh-musuhnya.

Sumber: Buku Sejarah Kebudayaan Islam untuk Kelas VII SMP/MTs


Page 2

Nabi tidak pernah sedikitpun mengeluh di saat-saat yang demikian. Beliau selalu berada di puncak kesabaran yang tidak pernah bisa dijangkau oleh siapapun. Dan berkat kesabaran serta ketabahan beliau, beliau memperoleh kemenangan yan tidak pernah terbayangkan sebelumnya.

2. Kerendahan Hati dan Kesahajaan

Nabi adalah orang yang dekat, mudah, dan bersahaja. Beliau mengunjungi orang-orang yang terdekat dan bahkan yang terjauh, sahabat-sahabat, para musuh, serta anggota keluarganya.

Baca Juga: Biodata, Profil, Fakta Menarik Jun K Anggota 2PM yang Bisa Berbicara Bahasa Korea, Inggris, dan Jepang

Baca Juga: Tutorial Membuat Animasi Frame by Frame (Burung Terbang) Menggunakan Flash

Dalam kesahajaan tersebut, beliau sangat rendah hati, santun, memulai salam kepada orang lain, dan menghadapkan seluruh badannya kepada orang yang berbicara dengannya.

3. Kemurahan Hati

Nabi Muhammad memiliki kemurahan hati yang sempurna. Beliau hanya marah demi kebenaran dan kepadahal-hal yang halal atau haram jika dilanggar. Saat sedang marah, tidak ada yang sanggup menghalanginya sehingga beliau menghancurkan kebatilan sampai ke akarnya.

Nabi adalah manusia yang paling toleran terhadap orang yang tidak mengerti etika berbicara, tidak sopan terhadap beliau yang mungkin masih bisa diperbaiki. Nabi Muhammad menahan diri dan bermurah hati sehingga terlihat seolah kemurahan hatinya menjelma membentuk satu bagian di dalam badannya.

4. Kedermawanan

Sumber: Buku Sejarah Kebudayaan Islam untuk Kelas VII SMP/MTs


Page 3

Nabi Muhammad SAW diutus sebagai pembawa rahmat bagi semesta alam Lalu apakah tujuan dakwah Nabi Muhammad SAW?

Ilustrasi Islam. /Unsplash

Nabi Muhammad SAW diutus sebagai pembawa rahmat bagi semesta alam Lalu apakah tujuan dakwah Nabi Muhammad SAW?
Nabi diutus sebagai rahmat

BincangSyariah.Com – Allah Swt. berfirman dalam QS Al-Anbiya’ (21) ayat 107:

وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِلْعَالَمِينَ

“Dan tiadalah Aku mengutus kamu (wahai Nabi Muhammad), melainkan karena rahmat (belas kasih) bagi semesta alam.” (QS Al-Anbiyaa’: 107).

Pada ayat ini secara tegas Allah Swt. menyatakan bahwa rahmat adalah satu-satunya alasan Allah mengutus Nabi Muhammad saw. Tapi, bagaimana bisa seorang Nabi yang diutus karena rahmat, oleh Allah diperintahkan memerangi orang-orang kafir?

Syekh Sulaiman al-Jamal, dalam kitab tafsirnya yang berjudul Al-Futuhat al-Ilahiyyah (komentar atas kitab Tafsīr al-Jalalain), menjelaskan bahwa dalam perspektif ilmu gramatika bahasa Arab (nahwu), kata rahmah pada ayat di atas berposisi sebagai maf’ūl lah (alasan) di balik diutusnya Nabi Muhammad saw. Pendek kata, diutusnya saja sudah menjadi rahmat bagi semesta alam. Tak terkecuali orang kafir.

Buktinya tidak ada riwayatnya kaum yang enggan beriman pada Nabi Muhammad saw. ditenggelamkan banjir sebagaimana umat Nabi Nuh a.s. Tidak ada pula ceritanya kaum kafir Quraisy mendapatkan azab dengan dikutuk menjadi kera seperti penduduk Ailah. Karena Nabi Muhammad, Allah Swt. mengasihi mereka. (Tafsir Surah al-Baqarah ayat 143; Umat Terbaik Versi Al-Qur’an)

Atau, kata rahmah di atas berposisi sebagai hāl; kata yang disebutkan untuk menjelaskan sebuah keadaan. Dengan demikian, ayat tadi kurang lebih akan bermakna begini:

“Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.”

Artinya, pribadi Nabi adalah esensi dari rahmat itu sendiri, sebagaimana penjelasan Syekh Sulaiman al-Jamal di bawah ini:

المراد بالرحمة الرحيم. وهو ﷺ كان رحيما بالكافرين أيضا. ألا ترى أنهم لما شجوه وكسروا رباعيته حتى خر مغشيا عليه، قال بعد إفاقته: اللهم اهد قومي فإنهم لا يعلمون. فاندفع ما قيل: كيف قال ذلك ذلك مع أن النبي ﷺ لم يكن رحمة للكافرين بل نقمة.

“Yang dimaksud dengan rahmat adalah ar-rahīm (bersifat penyayang). Nabi saw. adalah orang yang bersifat penyayang, tak terkecuali kepada orang kafir. Tidakkah Anda melihat bahwa saat orang kafir melukai Nabi dan mematahkan beberapa gigi beliau hingga beliau terjatuh dan pingsan, lalu ketika sadar beliau berdoa kepada Allah, ‘Ya Allah, berilah petunjuk pada kaumku, sesungguhnya mereka tidak tahu’?!”

“Dengan ini maka terbantahlah pertanyaan yang berupa: ‘Bagaimana Allah berfirman demikian padahal Nabi tidak menjadi rahmat orang kafir dan justru menjadi kutukan.’”