Nama pendidikan kewarganegaraan di negara lain

1

PERBANDINGAN CIVICS (CITIZENSHIP

EDUCATION)

MALAKAH/LEMBAR REPORT

Kajian Profil Civic and Citizenship Education di Australia

Dosen Pengampu: Prof. Dr. H. Udin S. Winataputa, M.A.

Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M. Si.

Oleh :

Fazli Rachman

NIM: 1602672

Budi Putra

NIM: 1605702

Kelas : A, Angkatan 2016

Program Magister

Semester Genap 2016/2017

Departemen Pendidikan Kewarganegaraan

Sekolah Pascasarjana

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

2017

i

KATA PENGANTAR

Teriring salam dan do’a penulis sampaikan semoga kiranya para pembaca

senantiasa dalam lindungan Allah Subhanahuwata’ala serta sukses dalam menjalankan

aktivitas sehari-hari. Amin

Alhamdulillah, puji dan syukur penulis sampaikan kepada Allah

Subhanahuwata’ala berkat rahman dan rahim-Nya yang tak terhingga, sehingga

penulis dapat menyelesaikan makalah/lembaran report ini untuk disampaikan sebagai

Ujian Tengah Semester Dua di Program Studi Pendidikan Kewarganegaraan untuk

mata kuliah Perbandingan Civics (Citizenship Education).

Adapun makalah/lembaran report adalah sebuah hasil kajian tentang profil

pendidikan kewarganegaraam di Australia. Walau bersumber dari berbagai literalur

yang begitu komplek dan komplit. Tentunya banyak kekuranggan akibat kesulitan dan

hambatan dalam penyelesaian makalah/lembaran report

Terselesaikannya makalah/lembaran report ini tidak lepas dari dukungan dari

berbagai pihak yang telah mendorong dan membimbing penulis baik dengan ide-ide

pemikirannya serta motivasi untuk tetap semangat dari dosen pengampu mata kuliah

ini Prof. Dr. H. Udin S. Winataputa, M.A. dan Prof. Dr. H. Dasim Budimansyah, M.

Si. Tanpa ada dukungan tersebut kemungkinan besar penulis tidak akan berhasil

sedemikian seperti sekarang.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam makalah/lembar report ini,

untuk itu penulis mengharapkan banyak masukkan yang membangun bagi para

pembaca untuk menyempurnakan makalah ini. Akhirnya penulis mengucapkan semoga

makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian. Selamat membaca.

Bandung, 1 Maret 2017

Hormat

Penulis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................. 1

A. Latar Belakang ................................................................................................... 1

B. Tujuan ................................................................................................................ 2

C. Batasan ............................................................................................................... 2

BAB II PROFIL AUSTRALIA .................................................................................... 3

BAB III PROFIL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN AUSTRALIA ........... 13

A. Gambaran Umum Pendidikan di Australia ...................................................... 13

B. Pendidikan Kewarganegaraan Australia .......................................................... 18

BAB IV PENUTUP .................................................................................................... 37

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 37

B. Rekomendasi .................................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 39

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sejak munculnya Pendidikan Kewarganegaraan di Amerika tahun 1790an,

Kajian pendidikan kewarganegaraan baik secara teoritis atau praktis semakin

berkembang. Bersamaan dengan globalisasi yang menjadi lahan potensial bagi

perkembangan demokrasi, perkembangan pendidikan kewarganegaraan lebih dari

sekedar wacana akademik. Sebagaimana yang dikatakan Sabatin, Bavis dan Finkel

the impact of civic education programs on political partisipation and demokratc

ettitudes” (Winatraputra, 2012, h. 1). Oleh karena itu, civic education hingga

keberbagai negara.

Dalam dokumen Shape of the Australian; Curriculum Civics and Citizenship

Education

, Australia mendefenisikan, Civics is defined broadly as an identifiable

body of knowledge, skills, and understandings relating to the organisation and

working of society, including Australia’s federal system of government, political and

social heritage, democratic processes, public administration and judicial system; that

includes local, state, national, regional and global perspectives. Sedangkan

Citizenship can be formally defined as the legal relationship between an individual

and a state. More broadly, citizenship is the condition of belonging to social, religious,

political or community groups, locally, nationally and globally. Being part of a group

carries with it a sense of belonging or identity which includes rights and

atau Bentuk Kurikulum Australia: PKn dan Kewarganegaraan, dokumen ini merupakan analisis umpan

balik konsultasi tentang PKn dan Kewarganegaraan Kurikulum dari saran pada oleh Dewan ACARA.

Dokumen ini arahan luas untuk tujuan, struktur dan organisasi dari kurikulum Australia Ilmu

Kewarganegaraan dan Kewarganegaraan. Hal ini dimaksudkan sebagai panduan penulisan menemukan

kurikulum Australia PKn dan Kewarganegaraan. Australian Curriculum, Assessment and Reporting

Authority (ACARA). (2012). Shape of the Australian; Curriculum Civics and Citizenship Education.

Sydney: ACARA, h. 1;

2

responsibilities, duties and privileges. These are guided by the agreed values and

mutual obligations required for active participation in the group. In the Australian

Curriculum, citizenship incorporates three componentscivil (rights and

responsibilities), political (participation and representation) and social (social values,

identity, and community involvement).

Dari defenisi resmi diatas maka, Civics and Citizenship Education (CCE)

(Departemen of Education, 2010, h. 3) mempromosikan pengetahuan tentang warisan

Australia demokratis, lembaga-lembaga politik dan hukum, dan masyarakat sehingga

bahwa orang muda dapat berpartisipasi sebagai warga negara informasi. Hal ini juga

mendorong keterampilan, nilai-nilai dan disposisi kewarganegaraan aktif yang akan

membantu mereka untuk berpartisipasi dalam komunitas mereka dan dalam kehidupan

demokrasi Australia. Berdasarkan beberapa penjelasan diatas tersebutlah yang

menarik untuk mengkaji bagaimana profil Pendidikan Kewarganegaraan di Australia.

B. Tujuan

Tujuan pembuatan makalah ini, adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui latar belakang terbentuknya Pendidikan Kewarganegaraan

di Australia.

2. Untuk mengetahui profil Pendidikan Kewarganegaraan di Australia.

C. Batasan

Batasan dalam dalam makalah ini adalah, makalah ini mengkaji pendidikan

kewarganegaraan di Australia dengan pisau analisis yang kemukakan oleh Bahmueller

dan Petrick 4 dimensi penting yang membangunnya, pendidikan kewarganegaraan

yaitu (1) historical expreience, (2) civic culture, (3) national identity, dan economic

development. Makalah ini juga mengkaji pada skup atau pada ruang lingkup

pendidikan kewarganagaraan di Australia.

3

BAB II

PROFIL AUSTRALIA

Dalam kajian Pendidikan kewarganegaraan di suatu negara Bahmueller dan

Petrick tidak terlepas dari 4 dimensi penting yang membangunnya, yaitu (1) historical

expreience, (2) civic culture, (3) national identity, dan economic development. Maka,

untuk memulai membedah bagaimana sebenarnya profil pendidikan kewarganegaraan

maka, terlebih dahulu kita akan mengkaji beberapa hal tersebut (Bahmueller & Patrick,

1999). Maka profil negara yang kita kaji adalah dalam kajian 4 dimensi menurut

Bahmueller dan Petrick dalam satu kajian utuh, sehingga tali-temali yang terintegrasi

antara ke-empat dimensi tersebut dapat dengan tuntut dipahami.

Australia, resminya Persemakmuran Australia (Commonwealth of Australia),

satu negara yang terdiri dari dataran benua Australia, Pulau Tasmania dan beberapa

pulau kecil di Samudra Hindia dan Pasifik. Australia adalah negara terbesar keenam di

dunia berdasarkan wilayah

dibagi menjadi enam negara bagian dan 2

teritorial di daratan utama yaitu New South Wales, Queensland, Australia Selatan,

Tasmania, Victoria, dan Australia Barat, dan dua wilayah yang sama dengan

Washington, DC, di Amerika Serikat yaitu Australian Capital Territory (ACT) dan

Northern Territory (NT)(West & Murphy, 2010, h. 17).

Luas wilayah Australia lebih dari 2,9 juta mil persegi (7,6 juta km persegi). Selain daratan dan negara

pulau Tasmania, sekitar 155 mil (250 km) terpisah pada titik-titik terdekat mereka, Australia mengontrol

8.222 pulau-pulau lain, untuk tujuan wisata terkenal Kangaroo Island, Fraser Island hingga Pulau

Nepean, pulau tak berpenghuni, Pulau Norfolk yang lebih terkenal sebagai salah satu lokasi koloni

pidana paling brutal Australia. Australia terdiri dari sekitar 60 persen dari yang daratan dan 40 persen

pulau dalam West, Barbara A. & Frances T. Murphy.(2010). A Brief History of Australia. New York:

Facts On File, h. 1-7;

Memiliki jumlah penduduk sampai 22 Januari 2010 diperkirakan oleh Biro Statistik Australia

berjumlah 22.124.694. Jumlah ini adalah berdasarkan formula dari satu kelahiran setiap satu menit dan

kematian setiap 3 menit, dan penambahan satu orang migrasi setiap 2 menit. Peningkatan populasi

Australia adalah satu orang dalam dua menit. Imigrasi merupakan faktor penting dalam penambahan

jumlah penduduk di Australia. Walau pada Perang Dunia I, Perang Dunia II dan depresi ini pada

tahun1930-an imigrasi yang masuk ke Australia hampir berhenti; West, Barbara A. & Frances T.

Murphy.(2010). A Brief History………….. Op., cit., h. 8-12;

4

Australia sedikitnya 200 bahasa dan dialek yang diucapkan di 8,1 juta rumah

tangga di Australia. Bahasa Negara Autralia adalah Bahasa Inggris, selain itu 16 persen

dari populasi berbicara bahasa lain di rumah, dengan Italia, Yunani, Arab, Kanton,

Mandarin, dan Vietnam yang paling umum. Australia tidak memiliki agama resmi,

Australia juga memiliki keanekaragaman agama, yaitu Kristen, Islam, Budha dan

Hindu sedangkan 31% ateis (West & Murphy, 2010, h. 810).

Pada mulanya, Australia dihuni oleh suku Aborigin, terdapat 300 klan dan lebih

dari 250 bahasa dan 700 dialek (Australia, tt.), dan masih bertahan sebelum

pendudukan Eropa akhir abad ke-18, kemudian menyebabkan perubahan drastis dalam

berbagai aspek suku Aborigin. Pada saat itu, Kaum Aborigin di Australia diperkirakan

tiba 60.000 (dalam Blainey, 1994, h. 3; West & Murphy, 2010, h. 6) atau/sampai 4000

(dalam Macintyre, 2009, h. 13) tahun lalu, melalui Asia Tenggara. Dimasa penjanjahan

dan bermukimnya bangsa eropa, sekitar satu juta orang Aborigin telah tinggal di benua

ini sebagai pemburu dan pengumpul makanan (Macintyre, 2009, h. 13; West &

Murphy, 2010, h. 1330).

Penemuan Australia oleh bangsa Eropa dimulai dari ekspedisi Bartolomeu Dias

seorang Portugis pada 1480-an, dan Era Eskplorasi oleh spanyol dan portugis yang

didorong oleh motivasi kembar “God and Gold” (West & Murphy, 2010). Kemudian

bangsa Belanda datang ke Benua Australia pada 1606, namun sekitar abad ke-18

Inggris menduduki Benua Australia, Tepatnya pada 1770 Kapten James Cook

menyatakannya sebagai milik inggris. Wilayah ini difungsikan sebagai tempat

pembuangan pelaku kriminal dan menjadi koloni terhukum. 26 Januari 1788 melalui

pelabuhan Sydney, Inggris membawa 1500 orang, setengahnya adalah narapidana dan

berakhir 1868, dengan sekitar 160.000 yang terdiri dari laki laki dan perempuan telah

datang ke Australia sebagai narapidana.

Kehidupan para tahanan sangatlah berat, jumlah tahanan laki laki lebih kurang lima kali dari jumlah

tahanan selalu hidup dalam keadaan terancam eksploitasi seksual. Para laki-laki yang kembali melanggar

hukum dicambuk dengan brutal, dan kejahatan kecil seperti mencuri dapat terkena hukuman gantung.

Kaum Aborigin yang tergusur oleh pemukiman baru ini lebih menderita lagi. Kehilangan tanah serta

sakit dan kematian akibat penyakit yang dibawa orang asing ini mengganggu praktik dan gaya hidup

5

Pertengahan abad ke-19 ditemukan emas di Australia, tepatnya di New South

Weles pada 1840 dan Victoria pada 1851 dan sejak itu Australia banyak dikunjungi

imigran (West & Murphy, 2010, h. 5886). Bersamaan dengan tumbunya bar-bar,

penjual alkohol gelap, wanita penghibur, artis dan penipu datang dari segala penjuru

dunia. Pada saat itu Gubernur Inggris di Victoria memberlakukan peraturan untuk

tujuan penertiban berupa perizinan bulanan dan aksi pasukan yang keras, dan

menyebabkan pemberontakan berdarah anti-otoriter (baca: Eureka Stockade) pada

1854. Kekayaan emas dan wol membawa investasi besar ke Melbourne dan Sydney,

meski banyak terjadi kekerasan dan pada 1880-an kedua kota menjadi kota modern.

Meskipun sentralitas masalah pertanian dan tanah di paruh kedua abad ke-19,

kebanyakan orang Australia pada periode ini benar-benar menjadi penduduk kota.

Prioritas penting bagi penduduk adalah pengembangan dari sistem pendidikan untuk

meningkatkan status anak kolonial mereka dan anak-anak perempuan.

Setelah

kedatangan Gubernur Macquarie tahun 1810 sistem pendidikan Protestan tumbuh baik

di Sydney dan di lingkungan sekitarnya.

Di tahun 1840-an gubernur liberal Bourke

dan Gipps berdua mencoba untuk memecahkan cengkeraman lembaga keagamaan di

sekolah-sekolah di New South Wales, tapi di koloni itu, serta di Van Diemen, kaum

liberal gagal dan pendidikan bagi banyak tetap menjadi lingkup lembaga keagamaan.

Pada paruh pertama abad ke-19 hanya Australia Selatan, Katolik Roma dan Anglikan,

berhasil menciptakan dan memelihara sistem pendidikan sepenuhnya sekuler. Pada

tahun 1872 Victoria memperkenalkan Undang-Undang Pendidikan pertama di koloni,

yang menyediakan pendidikan secara gratis, sekuler, wajib belajar bagi semua anak

dan pendanaan negara, sekolah agama berakhir.

tradisional mereka. Dikutip dalam ibid, h. 31-38; lebih lanjut baca juga Macintyre, S. (2009). A Concise

History of Australia. Australian Historical Studies (Third Edition). Melbourne: Cambridge University

Press, h. 16-21;

Pendidikan selalu memiliki peran dalam koloni Australia, bahkan jika terutama sebagai bentuk kontrol

sosial berbasis kelas. Ibid, h. 72;

Sepanjang periode ini awalnya dalam pendidikan agama Australia digurui oleh imam dan menteri,

biarawati dan saudara. Ibid, h. 73;

Perubahan politik dan ekonomi yang diproduksi di Australia dengan demam emas berubah pengaturan

pendidikan ini. Pada pertengahan 1850-an kedua New South Wales dan Victoria telah mengambil

6

Abad ke-19, penduduk non-Aborigin dalam masa pertumbuhan dan optimisme

yang luar biasa (West & Murphy, 2010, h. 87). Pada saat itu

, emas di berbagai negara

bagian Australia mendorong memperjuangkan kemerdekaan.

Hingga Australia

tergabung dalam Persemakmuran Inggris. Australia menjadi satu negara di bawah

konstitusi pada 1 januari 1901. Dengan pembentukan pemerintah Australia federal

dibarengi dengan pembentukan seperangkat karakteristik nasional. Penciptaan

gambaran komunitas nasional Australia yang menekankan pada patriotisme dan

loyalitas kepada negara baru, maka kebijakan hukum dan bentuk-bentuk budaya harus

diidentifikasi sebagai keunikan Australia

, dan bahasa Inggris resmi menjadi bahasa

pengantar disemua kegiatan Australia (Nur, 2001, h. 58)

Penyusunan konstitusi Australia selama 1897 dan 1898 disebut Nasional

Australasian Convention.

Konstitusi Australia memuat empat "karakteristik

penting": (1) federasi di bawah British, (2) sistem legislatif bikameral yang demokratis,

(3) pengadilan yang independen, dan (4) kesulitan dalam mengubah atau

langkah untuk menciptakan sekuler, universitas liberal, Sydney pada tahun 1850 dan Melbourne pada

tahun 1853. telah mengakibatkan pembangunan 600 sekolah baru pada 1875. Satu kelompok yang tidak

menyetujui kebijakan ini adalah Katolik Irlandia, banyak dari mereka berpikir bahwa pajak mereka

sedang terbuang pada sekolah-sekolah yang tidak pantas untuk anak-anak mereka. Ibid;

Efek jangka panjang lain dari depresi dan serangan dari tahun 1890-an adalah dorongan untuk federasi,

baik dari serikat pekerja, yang takut efek depresi lain, dan pengusaha, yang takut aksi mogok lebih lanjut.

Di kedua sisi, sentralisasi kekuasaan melalui penciptaan sebuah persemakmuran Australia itu merasa

menjadi lebih baik untuk pemisahan lanjutan dari enam koloni Australia. Ibid, h. 90;

Tahap berikutnya dalam proses yang diperlukan bahwa setiap koloni menggelar referendum untuk

memberikan persemakmuran baru dengan legitimasi opini publik. Referendum pertama diadakan pada

tahun 1898 dan gagal menarik bahkan 50 persen pemilih yang memenuhi syarat. Ini berarti bahwa di

New South Wales ambang yang diperlukan dari 80.000 orang yang mendukung usulan itu tidak tercapai..

Oleh karena itu, seluruh referendum turun dan harus diulang tahun berikutnya. Pada tahun 1899

referendum kedua berlalu di Victoria, New South Wales, Australia Selatan, Tasmania, dan Queensland.

Di Victoria suara 93 persen dari 163.783 suara, atau 152.653 mendukung, dan koloni lain memiliki

tingkat yang sama. Ibid, 91-92;

Ini adalah, dan dalam beberapa hal tetap, proyek yang sulit di Australia, untuk negara baru yang tidak

memiliki beberapa fitur penting seperti nasionalis di negara-negara lain secara tradisional digunakan

untuk membangun sentimen nasional. Negara-negara Eropa, di mana nasionalisme modern lahir,

memiliki sejarah kuno, bahasa yang unik, dan lama lampiran untuk wilayah tertentu untuk

menghubungkan populasi massa mereka dengan ide identitas nasional umum., dalam Ibdi, h. 94;

Pertemuan pertama terjadi di Adelaide, Australia Selatan, pada Mei 1897 dan termasuk 50 delegasi,

tapi Queensland tidak mengirim delegasi. Pertemuan sesi kedua Federation Convention, yang diadakan

di Sydney pada bulan September 1897 dan Melbourne pada tahun 1898.

7

melarutkannya. Untuk inspirasi dan model Konstitusi Australia adalah utamanya,

Konstitusi Amerika Serikat. Konstitusi Australia menyatakan bahwa setiap daerah

memiliki hak dan tanggung jawab tidak secara khusus diberikan Commonwealth.

Konstitusi menyebutkan bahwa kerajaan Inggris tetap kepala negara di Australia,

dengan porsi Gubernur Jenderal sebagai wakilnya (lebih lanjut dalam West & Murphy,

2010, h. 9293).

Nasionalis di Amerika Serikat menjadi menggambar para pencari kebebasan

beragama dan revolusi berdarah melawan Inggris dalam penciptaan mereka dari

identitas nasional. Model Amerika bagi para elit Australia lebih tepat untuk konstitusi,

namun model nasionalis amerika dinilai kurang tepat khususnya dari inspirasi di

bawah. Nasionalis Australia tidak untuk menarik pada gagasan bangsa yang didirikan

oleh kaum revolusioner, namun tetap terhubung ke Inggris melalui kepala negara

mereka. Akibatnya, untuk sebagian besar proyek nasionalis di Australia terlibat

menciptakan simbol-simbol lokal yang penduduk bisa melampirkan loyalitas dan

kebangkitan setidaknya secara simbolik memisahkan mereka, artinya orang Australia

dan apa artinya menjadi orang Inggris (West & Murphy, 2010, h. 9495).

Dalam desakan mereka pada identitas nasional multikultural begitu

mendapatkan perhatian, mengambil keragaman sebagai ciri khas (Macintyre, 2009, h.

238 & 286). Kesatuan Australia adalah bukan apa-apa, jika tidak ada kesatuan ras.

Sebuah kesatuan ras berarti tidak hanya anggota yang dapat mencampurkan, kawin dan

asosiasi tanpa degradasi di kedua sisi, tapi menyiratkan satu inspirasi oleh ide-ide yang

sama, sebuah aspirasi menuju cita-cita yang sama (Macintyre, 2009, h. 143).

Pembangunan identitas nasional mengalami pasang surut dalam proses legislasi

nasional. Ide terpenting adalah menghubungkan hampir semua bentuk budaya dan

politik yang berkontribusi terhadap pembangunan Australia dan identitas nasional

Australia, dua dekade pertama abad ke-20 adalah gagasan tentang kesetaraan. Salah

satu tindakan pertama parlemen nasional mengeluarkan peraturan disebut Kebijakan

Australia Putih (Whaite Australia Policy). Politik gagasan kesetaraan dapat dilihat

dalam pemerintahan bahwa negara Australia mengadopsi demokrasi parlementer, serta

8

substansi dari banyak undang-undang, khususnya undang-undang "tenaga kerja".

Australia terpengaruh budaya Amerika, dengan penekanan pada prestasi individu

(West & Murphy, 2010, h. 94110).

Gagasan mutikultural Australia, tidak hanya pada ras dan etnis yang beragam,

tetapi juga sampai pada sudut pandang yang berbeda dan beragam. Hal tersebut

berdampak pada pembentukan budaya kewaganagaraan (civic culture), dimana mereka

dibatasi dengan hak orang lain didalam batas-batas kebebasannya, yang membentuk

standar nilai-nilai dan kemanusiaan Australia. Kebijakan multikultural mempengaruhi

harnomisasi identitas nasional Australia. Keberagaman dianggap menjadi kekuatan

positif, membangun Australia menjadi masyarakat yang bebas dan demokrasi yang

menghargai keberagaman (Healey, 2000, h. 22).

Australia merangkul identitas kewarganegaraan sekuler. Dalam pengantar

'Identitas', mencatat Heidegger budaya kewarganegegaraan Australia adalah

kebersamaan. Identitas Australia bersifat sosial, mereka mencerminkan pada pola

ikatan sosial dan kolektif. Orang Autralia didefenisikan sebagai objek sosial dalam hal

keanggotaan dan pola hubungan sosial di berbagai kolektivitas mereka. Namun,

mereka juga memiliki kecenderungan kehidupan mereka sendiri, dalam arti

membentuk pola budaya sosial dalam gambaran budayanya (identitas individu) yang

disertai dengan rasa subjektif dari keterikatan sosial, obligasi, solidaritas, rasa memiliki

etnisitas kolektif yang lebih luas, seperti bangsa (Pakulski & Tranter, 2000, hlm. 205-

206).

Kembali lagi. Pasca merdeka, Australia ikut perang dunia pertama (West &

Murphy, 2010, h. 97115), 60.000 sukarelawan gugur dan puluhan ribu luka luka.

Sebagai reaksi duka pada 1920, berkobarlah semangat “hedonisme” ala Amerika dan

antusiasme terhadap Kemaharajaan Inggris. Depresi Besar menghantam pada 1929,

menyebabkan kesenjangan sosial dan ekonomi semakin meluas dan lembaga keuangan

Australia yang berjatuhan. Pada Perang Dunia Kedua (West & Murphy, 2010, h. 133

141), Australia memberi kontribusi besar untuk kemenangan Sekutu. Generasi yang

9

ikut pada perang membawa kebanggaan kepada Australia dan membuat banyak orang

Australia merefleksikan posisi global mereka.

Pasca perang, membawa kemajuan pesat bagi Australia di berbagai bidang

(West & Murphy, 2010, h. 142), dan menyebabkan ribuan imigran ke Australia (Nur,

2001, h, 50) dari Eropa dan Timur Tengah. Pada 1950-an. Ekonomi Australia semakin

tumbuh, dari berbagai proyek besar dengan sekema Pembangkit Listrik Tenaga Air dan

Permintaan ekspor utama Australia seperti logam, wol, daging dan terigu. Kepemilikan

rumah bertumbuh, dari 40 persen pada 1947 menjadi lebih dari 70 persen pada 1960an

(Australia, tt). Namun, budaya imigran Australia tidak berubah cukup cepat, bahkan

mengunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama mereka dan kemudian beberapa

mengalamai asimilasi (West & Murphy, 2010, h. 150).

Australia tersapu gelombang suasana revolusi pada 1960-an, ditandain dengan

penghapusan Australia Putih. Namun justru keragaman etnik di Australia,

meningkatnya kemandirian dari Inggris. Pada 1967, sebagian besar rakyat Australia

memberi mandat bagi Pemerintah Federal untuk membuat undang-undang atas nama

warga Aborigin Australia dan mengikutsertakan mereka dalam sensus mendatang

dalam Reverendum Nasional.

Hasilnya adalah titik puncak kampanye reformasi yang

Menarik untuk didalami, dinamika Australia pada saat itu, dimana terjadi dorongan hak Aborigin

Australia. Pada dekade kedua menjadi terlihat pada tahun 1928 ketika anggotanya mendorong untuk

“sebuah Royal Commission untuk melihat ke dalam Commonwealth mengambil kendali transaksi

Aborigin. Beberapa organisasi serupa didirikan di tahun-tahun antar, yang semuanya menganjurkan

pemeriksaan masalah kewarganegaraan oleh pemerintah Persemakmuran. Dua bagian dari Konstitusi

Australia harus diubah untuk memberikan hak yang sama kepada orang-orang Aborigin. Yang pertama

adalah Bagian 127, yang menyatakan, “Dalam memperhitungkan jumlah orang-orang dari

Commonwealth, atau suatu Negara atau bagian lain dari Persemakmuran, penduduk asli Aborigin tidak

akan dihitung.” Yang kedua adalah Pasal 51 (xxvi), yang menyatakan, “Parlemen harus, tunduk pada

Konstitusi ini, memiliki kekuasaan untuk membuat undang-undang untuk perdamaian, ketertiban, dan

pemerintahan yang baik dari Persemakmuran sehubungan dengan: orang-orang dari ras apapun, selain

ras aborigin dalam Negara, untuk siapa itu dipandang perlu untuk membuat undang-undang khusus.”

Penyebutan publik pertama dari referendum untuk mengubah bagian ini dari Konstitusi itu pada tahun

1957, ketika Jessie Mary Gray Street menganjurkan tindakan ini selama pekerjaannya dengan baik

Inggris Anti-Perbudakan Masyarakat dan Australian Federation of Women Voters (AFWV) dan telah

permohonannya disajikan di Parlemen. Setahun kemudian pemerintah Persemakmuran di bawah

Menzies mendirikan Dewan Federal untuk Kemajuan Aborigin dan Selat Torres, yang juga

menghabiskan sebagian besar modal politik pada mendorong referendum untuk mengubah konstitusi,

10

kuat, baik dari kaum Aborigin maupun kaum kulit putih Australia (Australia, tt.; West

& Murphy, 2010, h. 161168).

Tahun 1972-an, Partai Buruh Australia di bawah kepemimpinan idealis Gough

Whitlam berhasil memegang tampuk kekuasaan, sekaligus mengakhiri dominasi pasca

perang koalisi Partai Liberal dan Partai Negeri. Selama tiga tahun berikutnya,

pemerintah baru ini mengakhiri wajib militer, menghapus biaya universitas dan

meluncurkan perawatan kesehatan yang gratis secara universal. Pemerintah juga

menghapus kebijakan Australia Putih, melaksanakan kebijakan multibudaya, dan gaji

yang setara bagi wanita. Namun di tahun 1975, inflasi dan skandal menyebabkan

Gubernur Jenderal membubarkan pemerintah. Dalam pemilu berikutnya, Partai Buruh

menderita kekalahan besar dan Koalisi Liberal-Nasional berhasil memerintah sampai

tahun 1983 (Australia, tt.; West & Murphy, 2010, h. 161168).

Antara 1983 sampai 1996, pemerintah Partai Buruh dibawah Hawke-Keating

memperkenalkan sejumlah reformasi ekonomi, seperti deregulasi sistem perbankan

dan membuat sistem mengambang untuk dolar Australia. Di tahun 1996, Pemerintahan

Koalisi di bawah pimpinan John Howard memenangkan pemilu, dan kembali terpilih

di tahun 1998, 2001 dan 2004. Pemerintahan Koalisi Liberal-Nasional menetapkan

beberapa reformasi, termasuk perubahan dalam sistem perpajakan dan hubungan

industrial. Di tahun 2007, Partai Buruh pimpinan Kevin Rudd terpilih dengan agenda

untuk mereformasi sistem hubungan industrial, kebijakan perubahan iklim serta sektor

kesehatan dan pendidikan Australia (Australia, tt).

Sekarang Australia negara industri yang menganut sistem ekonomi pasar,

dengan PDB perkapita yang tinggi dan angka kemiskinan yang rendah. Setelah

penggabungan Australian Stock Exchange, dan Sydney Futures Exchange pada tahun

2006, kini Bursa Efek Australia Menjadi bursa saham terbesar ke-9 di dunia dan

ekonomi terbesar ke 13 di dunia, PDB per kapita terbesar ke-9 di dunia. Australia salah

dan sejumlah orang Aborigin penting kontribusi terhadap proses referendum, lebih lanjut baca. West,

Barbara A. & Frances T. Murphy.(2010). A Brief History………….. Op., cit. h. 161-162

11

satu kualitas tertinggi kehidupan di Bumi; Australia menempati urutan hanya 22 di

dunia pada pengukuran pendapatan, di AS $ 34.923 per orang, tapi pertama dalam

pencapaian pendidikan dan kelima harapan hidup, di 81,4 tahun (Australia, tt).

Australia, pada index of freedom economic dari banyak negara di dunia tahun 2014

peringkat ke-3, tahun 2015 peringkat ke-4 dan tahun 2016 peringkat ke-5 (The Heritage

Foundation, 2014, h. 4, 2015, h. 4, 2016, h. 4).

Dalam human development report

, Australia tiga tahun terahir pada 2014,

2015 dan 2016 berada diperingkat ke-2 dunia (United Nations Development

Programme (UNDP), 2014, 2015, 2016). Ausrtalia memiliki budaya anti korupsi yang

baik, hal ini tampak pada Corruption Perceptions Index yang diterbitkan oleh

Transparecy International menunjukan bahwa Australia berada pada peringkat ke-11

pada 2014, peringkat ke-13 pada 2015 dan peringkat ke-13 pada 2016 (Transparency

International, 2014, 2015, 2016).

Kebijakan multikultural yang dikeluarka pada 1972, dan pada 1980an

dikembangkan sebagai Agenda Nasional untuk Multikultural Australia yang memiliki

tiga dimensi multikultural yang membangun budaya kewarganegaraan yaitu (1)

Identtiyas budaya, setiap warga negara Australia berhak untuk mengekspresikan nilai-

nilai dan mewarisi budaya masing-masing termasuk didalamnya bahasa dan agama; (2)

kebijakan sosial, dimana warga negara berhak untuk mendapatkan kesetaraan dan

kesempatan pengobatan dan penghapusan ras, etnis, budaya, agama, budaya, gender

dan lainya, dan; (3) efisiensi ekonomi, kesempatan untuk mempertahankan,

mengembangkan dan memanfaatkan keterampilan dan bakat warga negara terlepas dari

latar belakangnya (Nur, tt)

Indeks ini memiliki beberapa indikator yang diperingkatkan yaitu Tren Indeks Pembangunan

Manusia, 1990-2015; Ketimpangan-disesuaikan Indeks Pembangunan Manusia; Indeks Pembangunan

Gender; Jenis kelamin Ketimpangan Indeks; Multidimensi Indeks Kemiskinan: negara-negara

berkembang; tren populasi; Hasil kesehatan; prestasi pendidikan; pendapatan nasional dan komposisi

sumber daya; Kerja dan pekerjaan; keamanan manusia; integrasi internasional; Indikator Tambahan:

persepsi kesejahteraan; Status perjanjian hak asasi manusia, dan; Pengembangan berkelanjutan...

12

Dalam Survey yang dilakukan tahun 2015, untuk mengetahui sikap masyarakat

terhadap pentingnya keberadaan agama dalam kehidupan. Dalam survey tersebut

hanya 18% masyarakat Australia berpendapat bahwa agama sangat penting dalam

kehidupan (McCarthy, Niall., 2016).

13

BAB III

PROFIL PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN AUSTRALIA

A. Gambaran Umum Pendidikan di Australia

Australia adalah negara industri yang demikratis, sistem pendidikannya banyak

memiliki kesamaan dengan sistem pendidikan di negara-negara lain, khususnya

persmakmuran. Namun faktor sejarah, geografis dan sosial-politik membentuk struktur

dan masalah yang unik dalam pendidikan Australia (Nur, 2001, h. 57).

Deklarasi Melbourne Tentang Tujuan Pendidikan Generasi Muda Austalia

(Melbourne Declaration on Educational Goals for Young Australians)

mengartikulasikan arah masa depan yang konsisten secara nasional dan aspirasi untuk

sekolah Australia yang disepakati oleh Menteri Pendidikan Australia. Deklarasi

Melbourne mengamanatkan dua tujuan penyeluruh untuk sekolah di Australia yaitu

tujuan pertama ialah “Australian schooling promotes equity and excellence” dan

kedua, “All young Australians become successful learners, confident and creative

individuals, and active and informed citizens”. Pada dua tujuan tersebut tampak bahwa

Australia memfokuskan pada mempromosikan kesetaraan dan keunggulan dan

pembangunan pemuda Australia untuk menjadi pembelajar yang sukses, individu yang

percaya diri dan kreatif, dan warga negara yang aktif dan warga negara yang memiliki

atau menampilkan pengetahuan tentang sebuah subjek atau situasi tertentu (warga

negara yang cerdas informasi) (Ministerial Counscil on Education, Employment, 2008,

h. 69).

Mencapai tujuan-tujuan pendidikan adalah tanggung jawab bersama dari

pemerintah, sektor sekolah, dan sekolah-sekolah serta orang tua dan pengasuh, pemuda

Australia, keluarga, pendidikan dan pelatihan lainnya penyedia, bisnis, dan masyarakat

luas (Ministerial Counscil on Education, Employment, 2008, h. 7). Sistem pendidikan

di Australia terbuka untuk semua orang. Australia menawarkan kesempatan bagi semua

kelompok usia dan tingkat kemampuan. Sistem pendidikan yang luas dan beragam

14

memberikan pendidikan formal dan kualifikasi, pelatihan dan sertifikasi. Sebuah

sistem pendidikan yang kuat akan meningkatkan hasil kerja bagi siswa, industri dan

Australia secara keseluruhan.

Atas dasar itu, pemerintah Australia (Australian Curriculum and Reporting

Authority [ACARA], 2010, h. 45) mengartikulasikan dengan memastikan semua

siswa Australia memperoleh pengetahuan dan keterampilan berpartisipasi secara

efektif dalam masyarakat dan lapangan kerja dalam ekonomi global. Maka, kebijakan

dan reformasi dirancang untuk membantu dalam mencapai hasil dengan (1) semua anak

terlibat dalam dan manfaat sekolah; (2) orang-orang muda bertemu membaca dan

menghitung standar dasar, dan tingkat melek serta prestasi berhitung membaik; (3)

siswa Australia unggul dengan standar internasional; (4) sekolah mempromosikan

inklusi sosial dan mengurangi kelemahan pendidikan anak-anak, terutama anak

Adat;dan (4) orang-orang muda membuat transisi yang sukses dari sekolah untuk

bekerja dan studi lebih lanjut.

1. Jenjang Pendidikan dan Lamanya Waktu yang Dibutuhkan

a. Pre-school (Pra sekolah)

Pra sekolah (kindergarten) untuk anak-anak berusia antara tiga dan lima tahun.

Pra-sekolah biasanya paruh waktu dan tidak wajib. Pra-sekolah memungkinkan

anak-anak yang sangat muda untuk bergaul dengan rekan-rekan mereka dan

menjadi terpisah dari keluarga untuk beberapa waktu (Australia Gaverment,

Departemen of Social Services, 2006).

b. Primary School (Sekolah Dasar)

Primary School (Sekolah Dasar) dimulai dari usia anak sekitar lima tahun

(Breen, 2002, h. 3) dengan studi selama enam sampai tujuh tahun (dalam

Australia Government. Australia Education System, tt.). SD dimulai untuk

sebagian besar anak-anak pada usia lima dan wajib bagi anak-anak dari warga

negara dan penduduk tetap. Delapan tema membentuk dasar dari belajar di

sekolah dasar, yaitu: bahasa Inggris, Kesehatan dan Pendidikan Jasmani,

Bahasa selain bahasa Inggris, Matematika, Ilmu, Masyarakat dan Lingkungan,

15

Teknologi, dan Seni. Di sekolah dasar, anak-anak mulai bercampuran dalam

kelompok yang lebih besar dari rekan-rekan mereka yang membantu mengajar

mereka menghormati, toleransi dan kerja sama tim. Sebagian besar dari

pembelajaran sekolah dasar adalah keterampilan untuk hidup dalam harmoni

dengan satu sama lain. Sebagian besar anak-anak menghadiri sekolah dasar

dekat dengan tempat tinggal mereka. Secara umum, siswa bersekolah 09:00-

15:00 selama 40 minggu setahun. Siswa harus mengenakan seragam di

sebagian besar sekolah. Anak-anak mengambil makan siang dan makanan

ringan mereka ke sekolah atau membeli makanan di kantin (Australia

Gaverment, Departemen of Social Services, 2006).

c. Secondary School (Sekolah Menengah)

Secondary School (Sekolah Menengah) adalah untuk anak-anak berusia 7

(tujuh) atau 8 (delapan) sampai usia 10 (sepuluh) tahun dengan lama studi 3

(tiga) hingga 4 (empat) tahun (Breen, 2002, h. 3; Australia Government.

Australia Education System, tt.). Kebanyakan anak mulai sekolah menengah

segera setelah mereka mencapai usia remaja. Di sekolah menengah awal, siswa

melakukan pelajaran inti seperti bahasa Inggris, Matematika dan Sains. Mereka

mempelajari lebih banyak mata pelajaran yang disebut pilihan. Siswa

melakukan pilihan yang untuk mempersiapkan studi nanti atau karena subjek

yang menarik bagi mereka. Di sekolah menengah kemudian, mereka memilih

mata pelajaran yang akan membantu mereka dalam karir masa depan mereka.

Siswa belajar tentang gaya hidup sehat dan tentang menjadi dewasa muda

dalam masyarakat yang beragam. pemerintah membangun sekolah menengah

di tempat-tempat pelayanan sejumlah pinggiran kota. Siswa mungkin perlu

untuk bepergian dengan transportasi umum atau pribadi untuk sampai ke

sekolah menengah. Secara umum, siswa bersekolah 09:00-15:00 selama 40

minggu setahun. Siswa mengenakan seragam di sebagian besar sekolah dan

memberikan makanan mereka sendiri (Australia Gaverment, Departemen of

Social Services, 2006).

16

d. Senior Secondary School (Sekolah Menengah Atas)

Senior Secondary School (Sekolah Menengah Atas), Berjalan selama dua

tahun, pada umur anak 15 dan 17 (Breen, 2003, h. 3; Australia Government.

Australia Education System, tt.).

e. Further Education and Training (Pendidikan Lanjutan dan Pelatihan)

Australia menyediakan berbagai peluang belajar yang berbeda bagi mereka

meninggalkan sekolah dan untuk orang dewasa yang ingin meningkatkan

keterampilan mereka. Dari praktis, keterampilan berbasis bekerja untuk

penelitian tingkat tinggi dan berpikir, ada banyak pilihan untuk belajar dan

pengembangan. pendidikan tinggi di Australia merupakan aset berharga bagi

pasar tenaga kerja dan mempromosikan inovasi dalam bidang intelektual,

ekonomi, budaya dan sosial. Serta mengakses layanan pendidikan di Australia,

orang-orang yang berpendidikan luar negeri dapat memperoleh pengakuan dari

pelatihan mereka. Ini akan membantu dengan prospek kerja dan memfasilitasi

hubungan budaya dengan negara lain melalui pendidikan (dalam Australia

Government. Australia Education System, tt.).

f. Technical and Vocational Training (Pelatihan Teknis dan Kejuruan)

Setiap negara memiliki Technical and Vocational Training. Technical and

Vocational Training mempersiapkan orang untuk bekerja dalam karir yang

tidak membutuhkan gelar sarjana. Setiap negara mengelola sistem mereka dan

memenuhi di tingkat nasional untuk mengkoordinasikan upaya mereka. Studi

dilakukan dalam satu negara atau wilayah ditransfer melintasi batas-batas

negara. Biasanya, kursus Technical and Vocational Training membutuhkan dua

tahun studi. Pendidikan yang diberikan oleh Technical and Vocational Training

mempersiapkan orang untuk bekerja di banyak pekerjaan. Anda dapat

menemukan perguruan tinggi pendidikan kejuruan yang tersebar di banyak

bagian kota-kota besar. Setiap perguruan tinggi memberikan pilihan kursus.

Siswa membayar biaya untuk melakukan Technical and Vocational Training

17

saja. Orang dewasa yang ingin melakukan studi sekolah dapat melakukannya

di sebuah perguruan tinggi pendidikan kejuruan. Dengan cara ini mereka dapat

belajar di waktu dan lokasi yang lebih baik sesuai dengan mereka (dalam

Australia Government. Australia Education System, tt.).

g. Workplace Training (Pelatihan Kerja)

Banyak majikan memberikan pelatihan keterampilan kerja di tempat kerja.

Beberapa memberikan pelatihan ini dalam kemitraan dengan perguruan tinggi.

Pelatihan ini membuat para peserta lebih baik dalam melakukan pekerjaan

mereka dan mempersiapkan mereka untuk bekerja lebih lanjut. Pengusaha

biasanya membayar untuk pelatihan tersebut. Di tempat kerja, pengusaha

menggunakan setuju program dan hasil untuk menetapkan standar pelatihan

untuk pekerjaan. Banyak bagian dari industri dan bisnis memberikan pelatihan

kerja yang berkelanjutan bagi karyawan mereka. Beberapa pelatihan ini dapat

dihitung terhadap kualifikasi. Masyarakat yang tinggal di Australia didorong

untuk bergabung dan mendapatkan pendidikan yang lebih sepanjang hidup

mereka (Australia Gaverment, Departemen of Social Services, 2006).

h. University (Universitas)

Pemerintah federal menyediakan dana untuk universitas di semua negara.

Masing-masing adalah independen dalam pemerintahannya. Mereka mengatur

program mereka dan isi kursus. Sebuah badan profesional harus mendukung

kursus untuk menjalankannya. Biasanya, sebuah universitas memakan waktu

tiga atau empat tahun studi. siswa dalam negeri dapat mengakses pinjaman

bantuan dari Kantor Pajak Australia untuk membayar pendidikan tinggi

mereka. Universitas mengajar dan lembaga penelitian. Mereka ada di kota-kota

besar dan di daerah daerah di semua negara. siswa sekolah menengah dapat

mendapatkan masuk berdasarkan pada akhir mereka dari tahun 12 hasil. siswa

usia dewasa mendapatkan masuk berdasarkan tingkat keberhasilan mereka

dalam kursus yang mereka pilih. Universitas-universitas Australia juga

memiliki asupan siswa internasional termasuk siswa biaya penuh dan orang-

18

orang di beasiswa. Berbagai penuh program akademik dan profesional yang

tersedia. Beberapa pekerjaan di Australia seperti dokter hewan, insinyur dan

arsitek mengharuskan Anda untuk mencapai tingkat tertentu pendidikan dari

universitas. Mereka yang tertarik pada informasi lebih lanjut tentang

universitas-universitas Australia dapat mengakses situs studyinaustralia.gov.au

untuk informasi lebih lanjut tentang apa program yang tersedia, lokasi

universitas kami dan mengakses program penelitian pascasarjana (dalam

Australia Government. Australia Education System, tt.).

B. Pendidikan Kewarganegaraan Australia

Lima dekade pertama setelah kemerdekaan Australia pada 1901-an, Pendidikan

Kewarganegaraan (disingkat PKn) menjadi bagian integral dari pendidikan Australia

(Print, Kennedy, & Hunges, 1997, h. 38). PKn dianggap mengajar kebajikan sipil dan

membentuk warga muda Australia, serta peran Australia di Kerajaan Inggris dan

penggantinya, Persemakmuran Inggris; sistem pemerintahan dan demokrasi; dan

mempelajari hal-hal yang lebih praktis seperti tugas pekerjaan dan rumah. Sejak

muculnya kepentingan nasional di kewarganegaraan dan PKn di akhir 1980-an

(Tudball, 2011, h. 269), banyak perdebatan panjang tentang ruang lingkup, tujuan dan

praktek pedagogis di sekolah guna membangun anak muda untuk terlibat aktif dan

diberdayaan sebagai warga negara. Pada saat itu, PKn menjadi sorotan utama didalam

kurikulum (Print et al., 1997, h. 39).

Munculnya gagasan kewarganegaraan (civics) dan pendidikan kewarganegaraan

(citizenship education), disingkat CCE, ditandai dengan civics renaissance” atau

kebangkitan kewarganegaraan beberapa dekade sebelumnya. Civics renaissance

mengacu pada bangkitnya pembelajaran dan budaya yang didukung pada pemerintahan

di beberapa tinggkatan dan partai politik mayoritas pada setiap tingkatan pemerintahan.

PKn di Australia dapat dikategorikan “prematur” dibandingkan Indonesia. Menurut

Kennedy (2008, h. 181) CCE di Australia dimulai pada 1997-an.

19

Program pengembangan CCE disebut Discovering Democracy

dibawah

Perdana Mentri Paul Keating

. Tujuannya adalah refocus its efforts on ensuring that

young people were aware of and appreciative of the institutions of the past that have

shaped present-day Australia, dan knowledge of the growth of democracy in Great

Britain and Europe was seen as a fundamental prerequisite for young Australians

entering the 21st century.

Namun, Kemp (Kennedy, 2008, h. 183), yang memiliki

latar belakang akademis sebagai Guru Besar Politik di Monash University berfikir lebih

mendalam mengenai isu-isu identitas nasional (sejalan dengan Kennedy, 2004, h.

10)Australia dan wawasan kebangsaan. Menurut Kemp baik mengkaji isu-isu seperi

bendera Australia, Konstitusi dan sejarah Negara.

Lebih lanjut, Kemp berpendapat (Kennedy, 2008, h. 183) bahwa mantan Perdana

Menteri mempromosikan perpecahan dengan mengorbankan kohesi nasional. Pada

akhirnya, Kemp percaya bahwa ada unsur budaya yang kuat untuk Liberalisme melalui

Partai Libral, bertujuan untuk mengembangkan budaya kewarganegaraan yang

menyokong masyarakat yang demokratis dan mendorong sikap kepercayaan,

toleransi, timbal balik, keadilan dan pembatasan, demokrasi politik dan

ketergantungan institusi pasar. Menurutnya penting untuk menyusun kembali

kerangka konsep pendidikan kewarganegaraan yang sesuai dengan Australia. Kemp

berpendapat bahwa demokrasi Australia berpijak kepada tradisi Inggris Raya dan

Eropa serta beragam nilai nilai kewarganegaraan mereka.

(1997-2004), berikutnya program Civics and Citizenship Education (sejak 2004) dan progtam

Parliament and Civics Education Rebate (sejak 2006). Departemen of Education, E. and W. R. (2010).

Civics & Citizenship Education: Professional Learning Package. (K. Sturak, Ed.), Education Services

Australia. Australia: Education Services Australia, h. 4;

pada awal tahun 1990-an dibawah pengaruh buruh. Politik Australia dibawah siap untuk membuka

diri dan memulai mempersiapkan diri untuk menjadi negara republik merdeka, mencari keterlibatan

dengan Asia, mengakui kebutuhan untuk rekonsiliasi dengan masyarakat adat dan secara umum dicari

baru peran untuk dirinya sendiri dalam komunitas global. Namun kegembiraan itu tidak berumur

panjang, Pada 1996, Poul Kearing diganti oleh kualisi konservatif dibawah John Howard. Pemerintahan

John Howard, menempatkan kembali ketergantungan kepada warisan Inggris dan Eropa. Ibid;

Atau memfokuskan kembali upaya untuk memastikan bahwa generasi muda untuk menyadari dan

menghargai lembaga masa lalu yang telah membentuk masa kini Australia, dan pengetahuan tentang

pertumbuhan demokrasi di Britania Raya dan Eropa dipandang sebagai prasyarat mendasar untuk

pemuda Australia memasuki abad ke-21. Ibid, h. 182-183;

20

Pemerintahan John Howard yang konsevatif, menempatkan kembali

ketergantungan kepada warisan Inggris dan Eropa tampak lebih “jinak” dan dapat

diterima serta mempengaruhi kebijakan pemerintah, termasuk program CCE.

Peristiwa 11 September 2001, di New Yoark dan 12 Oktober 2002, di Bali,

mendorong Pemerintah untuk mempertimbangkan pendekatan konservatif yang telah

berupaya secara sistematis untuk melemahkan lembaga yang sangat demokrasi

(Kennedy, 2008, h. 181) . Wacana sipil pasca 2001 dan 2002, berdampak pada

ketakutan terhadap Islam (islamopobia)

dan neo-konservatisme. Kejadian tersebut

bukan hanya kerinduan untuk kembali pada masa lalu dan keamananya, tapi juga

membangun wacana perlunya penghargaan hak asasi manusia dan kebebasan yang

(hasil dialektika dan wacana) diusung demokrasi liberal.

Neo-Konservatif ditandai dengan tidak ada kesetaraan terhadap perempuan,

diskriminasi terhadap kulit hitam, banyak doa di sekolah-sekolah, komitmen yang kuat

terhadap hukuman mati dan re-kriminalisasi aborsi (Kennedy, 2008, h. 185). Yang

paling jelas Pemerintah Australia memiliki kecenderungan anti Libralisme adalah

respon pemerintah Australia terhadap pengungsi dan kebijakan penahanan wajib,

ketidakmampuan untuk meminta maaf kepada penduduk asli Australia dan proposal

reformasi konstitusi untu mencegah pernikahan gay. Pada pemilu tahun 2007,

Selain itu, Tiga set temuan menunjukkan bagaimana konstruksi Islam adalah sarana penting yang

melaluinya rasisme direproduksi. Pertama, survei opini publik mengungkapkan tingkat Islamafobia di

Australia dan hubungan antara persepsi ancaman dan konstruksi keanehan dan keaslian lainnya.

Kumpulan data kedua adalah dari analisis isi patologi rasis terhadap umat Islam dan ruang mereka.

Yang ketiga adalah dari pemeriksaan arus masuk Islamafobia dan selektivitas budaya nasional dalam

politik menanggapi pencari suaka. Perlakuan media negatif sangat terkait dengan disposisi pemerintah

yang antipatis. Negatif ini berdampak material terhadap Muslim Australia. Ini mensponsori sebuah

Islamafobia yang lebih luas, (salah) menginformasikan oposisi terhadap perkembangan masjid dan

kebijakan pencari suaka yang lebih ketat, dan berada di balik serangan pembakaran dan kekerasan rasis.

Pada akhirnya, rasialisasi Islam merusak milik dan kewarganegaraan bagi warga Muslim Australia.

Lebih lanjut baca. Dunn, K. M., N. Klocker, T.Salabay., (2007). Contemporary racism and

Islamaphobia in Australia. Ethnicities. 7 (4), 564-589;

Pasca 11 September 2001, Pemerintah Howard menerbitkan 24 (Dua Puluh Empat) buah undang-

undang sebuah era baru “perang melawan terorisme”. Walau pada saat itu wacana penerbitan sejumlah

undang-undang tersebut membatasai kebebasan sipil yang merupakan penyimpangan pada libralisasi

sipil. Dalam mengajarkan tujuan ini, pemerintah Australia bersedia mengorbankan kebebasan sipil

warga negara untuk perang melawan terorisme dan hampir saja menghancurkan demokrasi Australia,

Ibid, h. 184

21

kampanye Pauline Hanson terus menerus anti-imigrasi. Namun setelah kebijakan luar

negeri yang agresif dan patuh kepada triumfalisme (sorak kemenangan) AS. Ini lah

pengaruh signifikan terhadap politik Australia pada dekade pertama abad baru, dan

bagaimanapun bahwa CCE masuk kedalam kurikulum sekolah di Australia.

PKn di Australia dikonseptualisasikan sebagai seperangkat pengalaman belajar

berbasis sekolah yang membantu mempersiapkan generasi muda untuk menjadi warga

negara efektif. PKn bukanlah subjek independen dalam kurikulum sekolah tetapi

tertanam dalam wilayah mata pelajaran lain, seperti dalam sejarah, geografi, ilmu

sosial, perdagangan dan studi hukum. Hal ini juga terletak di dalam wilayah

pembelajaran disebut Studies of Society and Environment (SOSE) atau Human Society

and Its Environment (HSIE) (Print et al., 1997, h. 41; Winataputra, 2015, h. 63).

Namun dalam Deklarasi Melbourne, Desember 2008, Civics and Citizenship

Education (CCE) termasuk didalam wilayah mata pelajaran Humanities and Social

Scainces yang didalamnya terdapat mata pelajaran, sejarah, geograpi, ekonomi, bisnis,

dan CCE (Australian Curriculum and Reporting Authority [ACARA], 2012a, h. 14,

2012b, h. 21; Ministerial Counscil on Education, Employment, 2008, h. 14).

1. PKn dalam Kurikulum Formal

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, tujuan pendidikan Australia tertuang

dalam Deklarasi Melbourne, deklarasi tersebut mengamanatkan dua tujuan

penyeluruh untuk sekolah di Australia yaitu tujuan pertama ialah “Australian

schooling promotes equity and excellence” atau Australia memfokuskan pada

mempromosikan kesetaraan dan keunggulan. Sedangkan tujuan kedua, “All young

Australians become successful learners, confident and creative individuals, and

active and informed citizens” atau semua pemuda Australia untuk menjadi

pembelajar yang sukses, individu yang percaya diri dan kreatif, dan warga negara

yang aktif dan warga negara yang memiliki atau menampilkan pengetahuan tentang

sebuah subjek atau situasi tertentu (warga negara yang cerdas informasi).

CCE yang didasarkan pada pertimbangan (proposisi) sangat penting bahwa

setiap siswa bisa mempelajari dan yang dibutuhan setiap siswa (Australian

22

Curriculum and Reporting Authority [ACARA], 2012, h. 3). CCE diposisikan

secara unik untuk memberikan kesempatan bagi pemuda Australia untuk menjadi

aktif dan warga negara dalam konteks global. Praktek mengajar inklusif dalam

kurikulum CCE memungkinan memperhitungkan kemampuan semua siswa dan

penghormatan atas keberagaman siswa di sekolah-sekolah Australia. Oleh

karenanya tersedia peluang dan menantang otoritas sekolah, sekolah dan guru untuk

mempersiapkan siswa sebagai warga sekolah melalui program sekolah secara

keseluruhan baik internal maupun eksternal misalnya, kegiatan masyarakat,

program pendidikan parlemen, lembaga kunjungan sipil dan program komisi

pemilu. Selama dua dekade terakhir di Australia dan internasional, telah terjadi

perluasan konsep, proses, dan praktik di CCE, khususnya penekanan pada peran

siswa untuk menjadi warga negara aktif, baik dalam konten maupun outcame.

Hal tersebut didasarkan pada tujuan kedua dari pendidikan generasi muda

Australia pada Deklarasi Melbourne (Ministerial Counscil on Education,

Employment, 2008, h. 9), yang menyatakan bahwa generasi muda Australia harus

menjadi aktif dan warga informasi yang:

a. tindakan dengan integritas moral dan etika;

b. menghargai, keragaman budaya, bahasa dan agama sosial Australia, dan

memiliki pemahaman tentang sistem pemerintahan Australia, sejarah, dan

budaya;

c. mengerti dan mengakui nilai budaya adat dan memiliki pengetahuan,

keterampilan, dan pemahaman untuk berkontribusi, dan manfaat dari,

rekonsiliasi antara Adat dan non-Penduduk Asli Australia;

d. berkomitmen untuk nilai-nilai nasional demokrasi, kesetaraan, dan keadilan,

dan berpartisipasi dalam kehidupan sipil Australia;

e. mampu berhubungan dan berkomunikasi lintas budaya, terutama budaya dan

negara-negara Asia;

f. bekerja untuk kebaikan bersama, dalam mempertahankan tertentu dan

meningkatkan lingkungan alam dan sosial;

23

g. bertanggung jawab warga global dan lokal.

Untuk mencapai tujuan tersebut, dalam kurikulum CCE Australia

(Australian Curriculum and Reporting Authority [ACARA], 2012, h. 10) memuat

prinsip-prinsip tentang demokrasi Australia bersamaan dengan nilai-nilai

demokrasinya; Multikultural; Kontribusi kewarganegaraan terhadap konsep

identitas individu dan rasa memiliki; Pengalaman siswa CCE harus didasarkan

pada kurikulum formal dalam PKn dan Kewarganegaraan dan kombinasi kegiatan

berbasis kelas, kegiatan seluruh sekolah, dan kegiatan masyarakat; Siswa di

sekolah adalah warga negara tetapi mereka membutuhkan kesempatan untuk

membangun pengetahuan dan pemahaman dan pengalaman untuk menjadi warga

negara dewasa aktif; dan, Partisipasi warga berlangsung di berbagai tingkatan.

Kurikulum CCE Australia akan mengembangkan 3 (tiga) dimensi yaitu;

dimensi kognitif (mengetahui, memahami dan penalaran) dan perilaku

(keterlibatan, keterampilan dan perilaku), baik dipengaruhi oleh dimensi afektif

(nilai-nilai, sikap dan disposisi). Oleh karenanya dalam Kurikulum CCE Australia,

ada dua point penting yaitu pengetahuan dan pemahaman Kewarganegaraan dan

keterampilan Kewarganegaraan, sebagaimana berikut (Australian Curriculum and

Reporting Authority [ACARA], 2012, h. 89):

a. Civics and Citizenship Knowledge and Understanding

Dikembangkan pengetahuan dan pemahaman CCE yang berkaitan dengan (1)

Kelembagaan dan sistem politik Australia di negara bagian, nasional dan

tingkat internasional; (2) Prinsip, konsep dan nilai-nilai yang mendasari,

demokrasi perwakilan liberal Australia, termasuk sistem Westminister dan

Konstitusi Australia; (3) Bagian penting dari sistem hukum Australia dan

proses hukum;(4) Hak dan kewajiban warga negara; (5) Pengetahuan tentang

budaya, proses sosial dan politik dan hukum Aborigin dan Masyarakat Selat

Kepulauan Torres;

Juga berkaitan dengan (6) Australia sebagai negara sekuler, pluralis,

masyarakat yang multikultural dan kontribusi dari agama-agama besar dan

24

keyakinan dan sukarela, komunitas, minat dan kelompok agama, asosiasi dan

komunitas untuk kehidupan sipil dan untuk pengembangan kebudayaan dan

identitas (Kennedy, 2008, p. 187) kewarganegaraan Australia yang bersifat

dinamis dan kontemporer; dan terakhir (7) Kewarganegaraan

multidimensional dan pengaruh lokal, negara bagian, acara nasional, regional

dan global, perspektif dan keragaman budaya pada kebijakan pemerintah dan

identitas kewarganegaraan.

b. Civics and Citizenship Skills

Kurikulum CCE akan memberikan satu set keterampilan untuk siswa untuk

aktif dan terlibat serta informatif dan menjadi warga yang kritis dalam

beberapa komunitas mereka (Tudball, 2011, h. 271)seperti (1) Bertanya dan

Penelitian; (2) Analisis dan Sintesis; (3) Kolaborasi Pemecahan Masalah dan

Pengambilan Keputusan; (4) Komunikasi, dan; (5) Interpretasi. Ditambah

dengan proses penyelidikan sosial yang lebih luas, rute penyelarasan keahlian

humaniora pelajaran lainnya di Kurikulum di Australia.

Pengetahuan, pemahaman dan keterampilan CCE yang didukung oleh nilai-

nilai, sikap dan disposisi (values, attitudes and dispositions) yang merupakan dasar

dari demokrasi liberal parlemen Australia (Australian Curriculum and Reporting

Authority [ACARA], 2012, h. 10), meliputi (1) nilai-nilai seperti kebebasan

berekspresi, pemerintahan oleh rakyat, kesetaraan, supremasi hukum, persamaan di

depan hukum, adil dan perwakilan yang efektif, tanggung jawab, akuntabilitas dan

umum baik; dan (2) komitmen untuk perilaku sipil, tugas sipil dan hak asasi manusia

dalam demokrasi modern, termasuk perawatan dan kasih sayang, rasa hormat untuk

semua orang, keadilan, keadilan sosial, kebebasan berbicara, kejujuran,

menghormati hak-hak orang lain dan pandangan, tanggung jawab, inklusif,

kesetaraan, keberlanjutan, perdamaian, memberi dan berkontribusi terhadap

kebaikan bersama, dan;

25

Selain itu juga (3) disposisi, yaitu kecenderungan untuk berperilaku dengan

cara yang diinformasikan oleh pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang

diperoleh sebagai warga negara yang aktif, demokratis, seperti kecenderungan

untuk berpartisipasi dalam komunitas politik; relawan untuk aktif di masyarakat;

berpartisipasi dalam masyarakat sipil, dan kehidupan masyarakat dengan fokus pada

isu-isu sosial dan global; terlibat dalam kegiatan untuk memperbaiki masyarakat,

dipandu oleh nilai-nilai dan sikap masyarakat.

Gambaran Umum dari Kurikulum CCE di Autralia (Australian Curriculum

and Reporting Authority [ACARA], 2012b, p. 11), Kurikulum Australia telah

dikembangkan sehingga dapat diajarkan dalam 80 persen dari waktu mengajar yang

tersedia. CCE dirancang untuk agar generasi muda Australia memiliki keyakinan,

pengetahuan, pemahaman dan keterampilan untuk mengembangkan identitas

kewarganegaraan mereka, hidup sebagai warga negara dalam masyarakat lokal dan

global dan menciptakan masa depan masyarakat yang lebih berkualitas. Kurikulum

CCE memberikan kesempatan bagi siswa untuk mengeksplorasi isu-isu lokal,

nasional, regional dan global yang relevan (Tudball, 2011, h. 272) dan

memperioritaskan hubungan kepada komunitas masyarakat yang lebih luas.

Kurikulum diajarkan melalui seluruh kegiatan sekolah berbasis kelas dan kegiatan

masyarakat melalui kurikulum informal. CCE ditandai dengan siswa terlibat

dengan dan menciptakan solusi untuk situasi sulit dan isu-isu kontemporer,

menghasilkan dan mengembangkan ide-ide, penelitian dan eksperimen, dan

memecahkan masalah menggunakan pengetahuan, keterampilan dan pemahaman

nilai-nilai yang dimiliki dari CCE (Australian Curriculum and Reporting Authority

[ACARA], 2012, h. 22).

2. Fase Usia Pembelajar dan Pembelajaran

Profil CCE dalam kurikulum pendidikan Australia sangat detail sekali,

temasuk juga kurikulum untuk siswa dan pembelajaran pada tingkatan usia tertentu.

Untuk menjelaskan profil ini disadur dari dokumen resmi pemerintah Australia

26

dalam Australian Curriculum, Assessment and Reporting Authority (ACARA).

(2012). Shape of the Australian; Curriculum Civics and Citizenship Education.

Sydney: ACARA, penjelasan tersebut sebagai berikut:

a. Primary School (Sekolah Dasar),

Dalam kurikulum Australia, Tidak akan ada kurikulum CCE yang

dikembangkan untuk tahun ke 1 sampai 2. Kurikulum Australia memfokuskan

pada pengembangan berhitung dan bahasa Inggris yang dinggap dasar belajar

lebih lanjut.

Pada Melalui belajar dan mata pelajaran, serta kemampuan

umum, siswa akan memiliki kesempatan untuk belajar tentang “aturan” sebagai

bagian dari pengaturan etos sekolah, “hubungan”, “tanggung jawab”, dan

keterampilan interpersonal dan komunikasi. Untuk itu penjelasakan ini

memfokuskan pada kurikulum CCE untuk Tahun Ke 3 sampai 6 Sekolah.

1) Tahun 3 sampai 4 (biasanya anak usia 8-10 tahun)

Pada usia ini, siswa dikembangkan keterampilan dan nilai nilai. Siswa untuk

mengembangkan keterampilannya, siswa dilibatkan secara luas sejalan dengan

ide ide mereka, Siswa diberikan pemahaman dan mengenali sudut pandang

yang berbeda, keterlibatan dalam tanggung jawab untuk waktu yang cukup

lama. Tujuannya agar siswa menjadi lebih sadar perbedaan dan

memanfaatkannya dalam menginformasikan pemikiran mereka dalam

pengambilan keputusan.

2) Tahun 5 sampai 6 (biasanya usia anak 10-12 tahun)

Selama usia ini, siswa terus dikembangkan kesadarannya, mengapresiasi

perbedaan sudut pandang, keadilan dan persahabatan. Siswa semakin terlibat

dalam diskusi tentang konsep kewarganegaraan dan isu-isu kotemporer tingkat

lokal, nasional, regional, dan global, tujuannya untuk mempertimbangkan

Lebih lanjut baca Australian Curriculum, Learning F-2 dalam

http://www.australiancurriculum.edu.au/overview/f-2 (Online) diakses 24 Marat 2017, Pukul 2017;

27

mengapa dan untuk siapa keputusan dibuat. Semuanya bermuara untuk

membangun keterampilan sebagai kewarganegaraan aktif dalam konteks

tersebut.

b. Secondary School (Sekolah Menengah Pertama)

Transisi dari primary ke secondary school (Sekolah Menengah pertama),

penjelasan ini berkaitan dengan kurikulum CCE untuk Tahun ke 7 Sampai 10

Sekolah, dimana bertepatan dengan berbagai perubahan pribadi, biologi dan

sosial yang signifikan. Siswa mengembangkan kecenderungan untuk

mempertanyakan konvensi, praktik dan nilai-nilai. kepentingan mereka

melampaui komunitas mereka sendiri dan mereka mengembangkan

kekhawatiran tentang isu-isu yang lebih luas.

1) Tahun ke 7 sampai 8 sekolah (biasanya anak berumur 12 sampai 14 tahun)

Pada usia ini, siswa dikembangkan kesadaran yang lebih luas, dan perhatian

dengan isu-isu kewarganegaraan di tingkat lokal, nasional, regional dan global.

Siswa dikembangkan kapasitas mereka untuk kemandirian berpikir, aplikasi

keterampian (bertindak) dan memecahkan masalah serta pemahaman tentang

sistem politik dan demokrasi. Siswa diharapkan memiliki kesadaran lebih dari

masalah etika, dan hubungan antara politik, budaya, lingkungan dan

pembangunan.

2) Tahun 9 sampai 10 Sekolah (biasanya usia anak 14 sampai 16 tahun)

Selama usia ini, siswa dikembangkan kesadaran mereka tentang isu-isu

kontemporer dan kompek pada tingkat global, nasional dan masyarakat agar

mengetahui mengapa dan untuk siapa keputusan itu dibuat; kesadaran yang

lebih luas dari identitas individu dan kelompok sipil, hak-hak dan tanggung

jawab menjadi warga negara, dan bagaimana warga dapat mempengaruhi

pemerintah. Pada kognitifnya, siswa dikembangkan pemahaman mereka

tentang lembaga negara dan proses pengambilan keputusan. Siswa dilibatkan

untuk mengkritik masalah, mengumpulkan dan menganalisis data yang

28

relevan, menghasilkan dan mengkomunikasikan ide-ide, dan menciptakan dan

membangun solusi yang mungkin untuk masalah sipil dan politik.

c. Senior Secondary School (biasanya usia anak 16 sampai 18 tahun)

Pada usia menengah and senior secondary (Sekolah Menengah Atas) adalah

usia transisi kewarganegaraan dewasa. Siswa memiliki rasa yang lebih jelas

dari kekuatan mereka, kepentingan dan tujuan. Mereka mulai melihat diri

mereka sebagai pemain aktif dalam kehidupan masyarakat dan sering khawatir

tentang isu-isu sosial dan lingkungan nasional dan internasional dan implikasi

etis dari aktivitas manusia dan pengetahuan.

Desain Kurikulum CCE Australia untuk Tahun 9 dan 10 sekolah

dirancang untuk memberikan kesempatan peningkatan bagi siswa untuk

membuat pilihan tentang jalur belajar dan memperdalam pemahaman mereka

dalam setiap mata pelajaran. Fleksibilitas bagi siswa untuk melakukan jalur

pembelajaran yang lebih khusus yang memastikan semua siswa sepenuhnya

terlibat dan siap untuk terus belajar ke tahun menengah atas.

Selama Senior Secondary (Sekolah Menengah Atas), siswa

dikembangkan kesadaran yang lebih luas dari topik yang lebih maju terkait

dengan politik dan hukum, menyelidiki masalah-masalah internasional dan

memahami kompleksitas masalah ini, termasuk isu-isu etis yang terkait.

Kegiatan Mengatasi masalah yang canggih, mengakui kompleksitas kehidupan

kontemporer dan membuat koneksi dengan mata pelajaran terkait seperti

Sejarah dan Geografi. Siswa diharapkan memiliki perspektif yang lebih global,

dengan pemahaman yang lebih canggih dari saling ketergantungan yang

kompleks yang terlibat dalam pengambilan keputusan politik di tingkat lokal,

nasional dan internasional. Pada saat ini siswa akan mengembangkan

keterampilan dan pemahaman yang dicapai pada 10 tahun. Mereka akan

memiliki kesempatan untuk: mengembangkan pengetahuan dan pemahaman

tentang sistem hukum dan dasar demokrasi konstitusional; politik global untuk

29

kontekstualisasi demokrasi Australia; dan keterampilan untuk secara kritis

mengevaluasi isu-isu kewarganegaraan.

3. Civics and Citizenship and The Cross-curriculum Priorities

Kurikulum Australia didisain sangat relevan dengan kehidupan siswa dan

mengatasi isu-isu kontemporer yang mereka hadapi. CCE di Australia diajarkan

dengan pendekatan cross-curricullum, maksudnya CCE (PKn) tidak diajarkan

secara khurus sebagai satu topik mata pelajaran, melainkan masuk dimasukan

kedalam keseluruhan mata pelajaran keseluruhan atau kelompok mata pelajaran

secara sistematik (Winataputra, 2012, h. 29; 2015, h. 66-67). Dengan

pertimbangan ini, Kurikulum Australia memberikan perhatian khusus kepada tiga

prioritas lintas kurikulum (cross-curricullum)(Australian Curriculum and

Reporting Authority [ACARA], 2012b, h. 1516), yaitu

a. Aborigin and Torres Strait Islander Histories dan Cultures

Australia memandang penting sejarah dan budaya prioritas Aborigin dan

Torres Strait Islander untuk dibelajaran guna meningkatkan kapasitas warga

negara yang lebih dan berkontribusi untuk kohesi sosial dan inklusi. Sehingga

siswa akan mengakui kontribusi kepada masyarakat Australia dan kehidupan

sipil Aborigin dan Torres Strait Islander Masyarakat, dan mengenali mereka

sebagai memiliki sejarah terus menerus terpanjang dan budaya di dunia.

Kurikulum CCE akan mendorong siswa untuk belajar tentang cara

hukum dan tata kelola Aborigin dan Torres Strait Islander Masyarakat, dan

keanekaragaman budaya dan bagaimana yang membentuk identitas dan

kewarganegaraan. Oleh karenanya akan dibangun pada kurikulum

sejarah yang mencakup pengalaman sejarah demokrasi dan

kewarganegaraan Australia, dengan memberikan kesempatan bagi siswa

untuk meningkatkan pemahaman mereka tentang pengalaman Aborigin dan

Torres Strait Islander kontemporer sistem politik dan hukum Australia, dan

kewarganegaraan.

30

b. Sustainability (Keberlanjutan)

Australia mengakui peran aktivitas sipil dan politik dalam menghasilkan pola

yang lebih berkelanjutan hidup. Tindakan untuk meningkatkan keberlanjutan

keduanya upaya individu dan kolektif bersama di masyarakat lokal dan

global. Tindakan yang mendukung pola yang lebih berkelanjutan hidup

memerlukan pertimbangan dari sistem politik, lingkungan, sosial, budaya dan

ekonomi, dan saling ketergantungan mereka.

Kurikulum CCE akan memberikan para siswa dengan pengetahuan dan

keterampilan untuk memahami dan berpartisipasi dalam proses demokrasi

untuk meningkatkan keberlanjutan, di, negara, tingkat lokal, nasional,

regional dan global, untuk kesejahteraan semua kehidupan di masa depan.

c. Asia and Australia’s engagement with Asia

Kurikulum CCE Australia mengakui pentingnya kawasan Asia di dunia saat

ini, serta bahwa keterlibatan Australia dengan Asia memiliki kapasitas untuk

membangun pemahaman dan apresiasi keanekaragaman dalam masyarakat kita

dan berkontribusi CCE dan prioritas lintas kurikulum untuk masyarakat lokal,

regional dan global yang harmonis. subjek akan memungkinkan siswa untuk

mengeksplorasi kontribusi yang signifikan bahwa bangsa dan budaya dari

kawasan Asia membuat dunia kita politik, sosial dan ekonomi dan dampak

bahwa keterlibatan Australia di kawasan ini memiliki pada masyarakat Asia.

Kurikulum CCE di Australia memiliki sinergi yang kuat dengan humaniora

tertentu dan mata pelajaran ilmu sosial (humanities and social sceinces) serta

bidang pelajaran lain dan mata pelajaran (Australian Curriculum and Reporting

Authority [ACARA], 2012a, h. 14, 2012b, h. 21; Ministerial Counscil on

Education, Employment, 2008, h. 14). Konten CCE dalam kurikulum akan

disesuaikan dengan mata pelajaran lainya untuk menghindari pengulangan yang

tidak diperlukan dan integrasi yang maksimal. Terumata pada Tahun ke 5 sampai

6, dan Tahun ke 9 sampai 10, terintegrasi dengan Sejarah, Geografi (Kennedy,

2008, h. 186), Bisnis dan Ekonomi, dan Inggris karena ada beberapa peluang

31

khususnya sejarah untuk dihubungkan untuk dihubungkan dengan CCE termasuk

perkembangan demokrasi Australia dan pertumbuhan identitas modern Australia

(Australian Curriculum and Reporting Authority [ACARA], 2012, h. 21).

4. Kemampuan Umum

CCE mengembangkan pengetahuan, keterampilan, perilaku dan disposisi

yang dibutukan siswa untuk hidup dan bekerja pada abad 21. Maka, dalam

kurikulum CCE Australia masing-masing tujuh kemampuan yang dibutuhkan

siswa pada abad 21, kemampuan untuk itu adalah bagian integral menjadi warga

negara aktif dan memiliki kecerdasan informasi yaitu (dalam Australian

Curriculum and Reporting Authority [ACARA], 2012b, h. 1720):

a. Berfikir Kritis dan Kreatif

Siswa mengembangkan kemampuan dalam berpikir kritis (Tudball,

2011, h. 271) dan kreatif agar menghasilkan dan mengevaluasi pengetahuan,

menjelaskan konsep dan ide-ide, mencari kemungkinan, mempertimbangkan

alternatif dan memecahkan masalah. berpikir kritis dan kreatif merupakan

bagian integral kegiatan yang memerlukan siswa untuk berpikir luas dan

mendalam dengan menggunakan keterampilan, perilaku dan disposisi seperti

alasan, logika, akal, imajinasi dan inovasi dalam semua bidang pelajaran dan

mata pelajaran.

b. Kemampuan Pribadi dan Sosial

Siswa dikembangkan kemampuan pribadi dan sosial agar memahami

diri sendiri dan orang lain, dan mengelola hubungan mereka, kehidupan,

pekerjaan dan belajar lebih efektif. kemampuan pribadi dan sosial melibatkan

siswa dalam berbagai praktek termasuk mengenali dan mengatur emosi,

optimisme, harga diri yang tinggi (Tudball, 2011, h. 273), mengembangkan

empati untuk dan pemahaman orang lain, membangun hubungan hormat,

membuat keputusan yang bertanggung jawab, bekerja secara efektif dalam

tim dan menangani situasi yang menantang konstruktif.

c. Etika Perilaku

32

Siswa dikembangkan kemampuan untuk berperilaku etis agar mereka

dapat mengidentifikasi dan menyelidiki sifat konsep etika, nilai-nilai,

karakter dan prinsip-prinsip, dan memahami bagaimana penalaran dapat

membantu penilaian etika (Tudball, 2011, h. 269). perilaku etis melibatkan

siswa dalam membangun pandangan etika yang kuat pribadi dan berorientasi

sosial yang membantu mereka untuk mengelola konteks, konflik dan

ketidakpastian, dan untuk mengembangkan kesadaran tentang pengaruh

bahwa nilai-nilai dan perilaku mereka terhadap orang lain.

d. Pemahaman Antarbudaya

Siswa dikembangkan pemahaman antar budaya, agar dapat menghargai

budaya, bahasa, agama, kepercayaan, tradisi, adat istiadat mereka sendiri dan

orang lain. Sehingga siswa memahami bagaimana pribadi, kelompok dan

berbentuk identitas nasional (Kennedy, 2008, p. 187), dan variabel dan msifat

budaya. Kemampuan melibatkan siswa dalam belajar tentang dan terlibat

dengan beragam budaya dengan cara yang mengenali persamaan dan

perbedaan, membuat koneksi dengan orang lain dan menumbuhkan saling

menghormati.

e. Literasi

Siswa dikembangkan literasinya guna memahami dan menggunakan

bahasa untuk mengeksplorasi, menganalisis, mendiskusikan dan

mengkomunikasikan informasi, konsep dan ide yang berhubungan dengan

subjek. Ini melibatkan belajar untuk mengenali bagaimana bahasa dapat

digunakan untuk memanipulasi makna, membedakan antara fakta dan fiksi

tentang isu-isu politik dan sosial, dan mengkomunikasikan ide-ide, konsep

dan proposal rinci untuk berbagai khalayak, hingga menyusun dan memahami

bahasa lisan, cetak, teks visual dan digital, dan menggunakan dan

memodifikasi bahasa untuk berbagai tujuan dan khalayak dalam berbagai

konteks sehingga mereka bisa membaca secara kritis.

f. Berhitung

33

Siswa dikembangkan kemampuan berhitung agar mengembangkan

pengetahuan dan keterampilan untuk menggunakan matematika percaya diri,

melibatkan siswa dalam mengenali dan memahami peran matematika di

dunia dan memiliki disposisi dan kapasitas untuk menggunakan pengetahuan

matematika dan keterampilan sengaja. Kemampuan berhitung termasuk

menghitung, dan memperkirakan denganstatistik (misalnya dalam kaitannya

dengan polling, voting dan jajak pandapat), mengukur dan merekam seluruh

proses generasi ide, mengembangkan, penyulingan, dan pengujian konsep

dalam konteks politik dan sosial.

g. Teknologi Informasi dan Komunikasi

Siswa dikembangkan kemampuan ICT agar mereka secara efektif dan

tepat untuk mengakses, membuat dan mengkomunikasikan informasi dan ide-

ide, memecahkan masalah dan bekerja sama di semua tempat belajar dan mata

pelajaran di sekolah, dan dalam kehidupan mereka di luar sekolah. Tujuannya

agar siswa menggunakan teknologi digital untuk menemukan, mengelola,

mengatur, menganalisis, mewakili dan menyajikan informasi, dan untuk

berkolaborasi, berbagi dan bertukar informasi dan dukungan pemikiran dan

keterlibatan.

5. Pembelajaran

CCE di Australia diajarkan dengan pendekatan partisipasi

kewarganegaraan (approach to citizenship participation)(Departemen of

Education, 2010, h. 4). Kesatuan pembelajaran disebut Paket Belajar

Profesional yang berfokus pada dimensi CCE, dan mendorong dan memandu

siswa untuk membangun kesempatan di kelas, sekolah dan masyarakat yang akan

mendorong siswa disposisi untuk berpartisipasi dalam lingkungan tersebut.

Menciptakan kesempatan bagi siswa partisipasi di lingkungan sekolah dan

masyarakat. Tujuannya untuk membantu siswa mempraktekkan pengetahuan dan

nilai-nilai dari kurikulum formal, dan membantu membangun ruang sosio-

34

pedagogis dan membangun pengalaman dalam membentuk nilai nilai dan

mengasah disposisi dalam interaksi yang bermakna dengan orang lain.

Disain pembelajaran dibagi menjadi tiga modul belajar mandiri yang

berdiri sendiri (Departemen of Education, 2010), dengan fokus pastisipasi

kewarganegaraan siswa di kelas, sekolah dan masyarakat. masing masing modul

berisi (1) Praktek di Kelas (Classroom Practice); (2) Di luar Kelas/di sekolah

(Beyond the Classroom), dan (3) Partisipasi dalam Komunitas (Participation in

the Community)

. Tiap tiap modul memiliki outcame, purpose, aims, structure

and content, focus, reflect, values, scenarios for implementation, monitoring

progress/ meansuring succes, auditing, practice and program, dan resourse.

Model pembelajaran paket belajar profesional ini memiliki lima aspek kunci yang

Anda akan terlibat, (1) Construct; (2) Connect; (3) Collaboratet; (4) Reflect, dan;

Implement.

Selain kegiatan disekolah, Australia memiliki perbedaan di mana kegiatan

kurikulum yang paling informal. Pembelajaran CCE dilaksanakan dengan

melakukan proyek KKN, berpartisipasi dalam pemerintahan siswa, mengikuti

kejadian terkini, membahas masalah di masyarakat dan cara-cara untuk merespon,

dan sejenisnya lebih wajib di alam daripada sukarela (Print, 2012, h. 120).

Dari kecenderungan yang didapat, CCE di Australia dapat diidentifikasikan

bersifat Maksimal, karena ditandai oleh “think, inclusif, activist, citizenship

education, partisipative, process-led, value-based, interactive interprestasion,

more difficult to achieve and mansure in practice. Kecenderungan ini dapat

diindentifikasikan karena memiliki cakupan yang terbuka, mewadahi berbagai

aspirasi dan melibatkan berbagai unsur masyarakat, kombinasi pendekatan formal

Untuk menambah informasi tentang praktik pembelajaran di kelas, sekolah dan masyarakat, khusunya

persentase besaran kontribusi bagi siswa baca Kennedy, K. J (2008). More Civics, Less Democracy:

Competing Discourses for Citizenship Education in Australia. David L. G., Wing O. L., & Kerry J. K

(Eds), Citizenship Curriculum in Asia and Pasific (pp. 184-195). Hong Kong: Comparative Education

Research Centre;

Baiknya, untuk mengetahui bagaimana pembelajaran tersebut dilaksanakan, silahkan baca Departemen

of Education, E. and W. R. (2010). Civics & Citizenship Education:.......... Loc., cit.,;

35

dan informal dengan label “citizenship education”, menitik beratkan pada

partisipasi siswa melalui pencarian isi dan proses interaktif di dalam maupun di

luar kelas, hasilnya lebih sukar dicapai dan diukur karena kompleknya hasil

belajar (Winataputra, 2012, h. 30).

6. Evaluasi

Evaluasi pertama CEE

setelah periode awal 2 tahun, yaitu pada

September sampai Desember 1999. Para evaluator tetap menyimpulkan bahwa

usaha pribadi para guru yang berdedikasi telah berkontribusi terhadap

keberhasilan program dan bahwa beberapa sekolah telah menyediakan berbagai

kegiatan di luar Kurikulum formal. Evaluasi akhir dari Menemukan Demokrasi

tahun 2013 menyimpulkan bahwa inisiatif tersebut berdampak pada pengajaran

kewarganegaraan di sekolah-sekolah. Termasuk keyakinan bahwa siswa harus

menjadi warga negara yang aktif dan memiliki komitmen terhadap nilai-nilai sipil

yang demokratis. Hasilnya menghasilkan pengetahuan siswa tentang

kewarganegaraan Australia dan kepercayaan mereka tentang keefektifan

partisipasi di sekolah berada di tengah rata-rata internasional, namun pandangan

siswa tentang partisipasi kewarganegaraan dan kemauan mereka untuk

berpartisipasi dalam politik dalam kehidupan orang dewasa kurang.

konsekuensinya, para ilmuwan memperdebatkan pendekatan yang lebih

partisipatif dan lebih banyak kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan berbasis

sekolah untuk meningkatkan keterlibatan pemuda Australia. (Frank, 2016, hlm. 6-

7).

Perkembangan selanjutnya dan hasil dari penelitian tentang pendidikan

kewarganegaraan dan partisipasi di kalangan pemuda mendukung argumen untuk

membangun RAN-RAP. The National Assessment Program for Civics and

saat nomenklatur Civic and Citisenship Education masih Discovering Democracy yang laksanakan

oleh Erebus Consulting Group.

36

Citizenship (NAP-CC) adalah penilaian tiga tahunan terhadap kewarganegaraan

dan kinerja kewarganegaraan di ranah pengetahuan kewarganegaraan,

pemahaman tentang kewarganegaraan dan kewarganegaraan, sikap

kewarganegaraan dan partisipasi masyarakat. Dengan demikian, ini memberi

kesempatan untuk memeriksa apakah demokrasi telah membuat perbedaan dalam

jangka panjang sehubungan dengan hasil belajar yang terkait dengan

kewarganegaraan aktif, terutama di sekolah; Dan lebih umum lagi untuk

memeriksa apakah kewarganegaraan dan pendidikan kewarganegaraan sedang

mempersiapkan kaum muda untuk kewarganegaraan aktif dan demokratis. (Frank,

2016, hlm. 7-8).

Untuk mengetahui lebih detail mengenai evaluasi Civic and Citizenship Education di Australia dapat

dibaca dalam Australian Curriculum and Reporting Authority [ACARA]. (2014). National Assessment

Program; Civics and Citizenship Years 6 and 10 Report 2013. Sydney: ACARA;

37

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Deklarasi Melbourne, Desember 2008, Civics and Citizenship Education (CCE)

termasuk didalam wilayah mata pelajaran Humanities and Social Scainces yang

didalamnya terdapat mata pelajaran, sejarah, geograpi, ekonomi, bisnis, dan Civics and

Citizenship. Secara khusus CCE di Australia bertujuan untuk All young Australians

become………. active and informed citizens, dengan 7 (tujuh) “kompetensi dasar yang

harus dikembangkan. CCE dilaksanakan secara cross-currikulum dimana CCE

diajarkan secara terintegrasi kedalam seluruh mata pelajaran namun memiliki

kurikulum prioritas yaitu (1) Aborigin and Torres Strait Islander Histories dan

Cultures, (2) Sustainability, dan (3) Asia and Australia’s engagement with Asia.

Cakupan CCE terbuka, mewadahi berbagai aspirasi dan melibatkan berbagai

unsur masyarakat lokal, nasional hingga global, kombinasi pendekatan formal dan

informal dengan label “citizenship education”, menitik beratkan pada partisipasi

siswa melalui pencarian isi dan proses interaktif di dalam kelas, disekolah dan

dimasyarakat, hasilnya lebih sukar dicapai dan diukur karena kompleknya hasil belajar

dan kompetensi yang harus dicapai dan karena bersifat cross-curriculum. Berdasarkan

telusuran yang kami lakukan maka dapat disimpulkan bahwa kecendurungan CCE di

Australia adalah Education for Citizenship. CCE di Australia dapat diidentifikasikan

bersifat Maksimal.

B. Rekomendasi

Menarik untuk dikaji, dalam sejarah Australia ada satu saat proses pencarian

identitas melalui dasar dasar nasionalis. Namun, selama kajian penulis didalam

kurikulum pendidikan kewarganegaraan Australia tidak ada satupun kata-kata

nasionalis. Bagaimana bisa?, kajian tersebut sangat mendasar sekali. Selajutnya model

38

cross-curriculum sangat baik untuk diterapkan. Selain adanya satu studi pendidikan

kewarganegaraan (separate), tetapi pendidikan kewarganegaraan dapat dibelajarkan di

berbagai bidang studi. Maksudnya, setiap mata pelajaran, memiliki kompetensi dasar

kewarganegaraanya. Kemudian, bagaimana kajian Pendidikan kewarganegaraan

diterapkan di kelas, sekolah dan masyarakat.

39

DAFTAR PUSTAKA

Buku, Jurnal, Report dan Sejenisnya.

Australian Curriculum and Reporting Authority [ACARA]. (2010). National Report

on Schooling in National Report on Schooling in Australia 2009. Sydney:

ACARA;

Australian Curriculum and Reporting Authority [ACARA]. (2012a). The Shape of the

Australian Curriculum, version 4.0. Sydney: ACARA;

Australian Curriculum and Reporting Authority [ACARA]. (2012b). The Shape of the

Australian Curriculum: Civics and Citizenship. Sydney: ACARA;

Australian Curriculum and Reporting Authority [ACARA]. (2014). National

Assessment Program; Civics and Citizenship Years 6 and 10 Report 2013.

Sydney: ACARA;

Bahmueller, C. F., & Patrick, J. J. (1999). Principles and Practices of Education for

Democratic Citizenship; International Perspectives and Projects. Bloomington:

ERIC Clearinghouse for International Civic Education;

Blainey, Goeffrey. (1994). A Shorter History of Australia. North Sydney: Rendom

House;

Departemen of Education, E. and W. R. (2010). Civics & Citizenship Education:

Professional Learning Package. (K. Sturak, Ed.), Education Services Australia.

Australia: Education Services Australia;

Dunn, K. M., N. Klocker, T.Salabay., (2007). Contemporary racism and Islamaphobia

in Australia. Ethnicities. 7 (4), 564-589;

Healey, Justin. (2000) Australian National Identity. Australia: The Spinney Press

Australia;

Kennedy, K. J. (2004). Searching For Citizenship Values in an Ucertain Global

Invironment. In W. O. Lee, D. L. Grossman, K. J. Kennedy, & G. P. Fairbrother

(Eds.), Citizenship Pedagogies in Asia and the Pacific; Consepts and Issues (pp.

924). Hong Kong: Comparative Education Research Center, The University of

40

Hong Kong;

Kennedy, K. J. (2008). More Civics, Less Democracy: Competing Discourses for

Citizenship Education in Australia. In D. L. Grossman, W. O. Lee, & K. J.

Kennedy (Eds.), Citizenship Pedagogies in Asia and The Pacific (pp. 181195).

Hong Kong: Comparative Education Research Center, The University of Hong

Kong;

Macintyre, S. (2009). A Concise History of Australia. Australian Historical Studies

(Third Edit). Melbourne: Cambridge University Press;

Ministerial Counscil on Education, Employment, T. and Y. A. (2008). Melbourne

Declaration on Educational Goals for Young Australians. Australia: Ministerial

Counscil on Education, Employment, Training and Youth Affairs;

Nur, Agustiah Syah. (2001). Perbandingan Sistem Pendidikan 15 Negara. Bandung:

Lubuk Agung;

Pakulski , J. & B. Tranter, (2000), Civic, National and Denizen Identity in Australia.

Jurnal of Sociologi, 36 (2). 205-222;

Print, M. (2012). Teacher Pedagogy and Achieving Citizenship Competences In

School. In M. Print & D. Langre (Eds.), Schools, Curriculum and Civic Education

for Building Democratic Citizens (pp. 113128). Rotterdam: Sense Publisher;

Print, M., Kennedy, K., & Hunges, J. (1997). Recrontructing Civic and Education in

Australia. In J. Torney-Putra, J. Schwille, & J.-A. Amadeo (Eds.), Civic Ecudation

Across Countries: Twenty-four National Case Studies from the IEA Civic

Education Project. Amsterdam: International Association for the Evaluation of

Educational Achievement;

Reichert, F. (2016). Learning for Active Citizenship: Are Australian Youths

Discavering Democracy at School?. Education, Citizenship, and Social Justice.

1-15;

The Heritage Foundation. (2014). 2014 Index of Economic Freedom: Promoting

Economic Opportunity and Prosperity. Washington, DC: The Wall Street Jounal;

The Heritage Foundation. (2015). 2015 Index of Economic Freedom: Promoting

41

Economic Opportunity and Prosperity. Washington, DC: The Wall Street Jounal;

The Heritage Foundation. (2016). 2016 Index of Economic Freedom: Promoting

Economic Opportunity and Prosperity. Washington, DC: The Wall Street Jounal;

Transparency International. (2014). Corruption Perceptions Index 2014. Berlin;

Transparency International. (2015). Corruption Perceptions Index 2015. Berlin;

Transparency International. (2016). Corruption Perceptions Index 2016. Berlin;

Tudball, L. (2011). Civics and Citicenship Education in Australia: Developing

Authentic and Engaing Pedagogies to Empower Young Citizens. In K. J.

Kennedy, W. O. Lee, & D. L. Grossman (Eds.), Citizenship Pedagogies in Asia

and the Pacific (pp. 269314). Hong Kong: Comparative Education Research

Center, The University of Hong Kong;

United Nations Development Programme (UNDP). (2014). Human Development

Report 2014. New York: United Nations Development Programme (UNDP);

United Nations Development Programme (UNDP). (2015). Human Development

Report 2015. New York: United Nations Development Programme (UNDP);

United Nations Development Programme (UNDP). (2016). Human Development

Report 2016. New York: United Nations Development Programme (UNDP);

West, B. A., & Murphy, F. T. (2010). A Brief History of Australia. New York: Facts

On File;

Winataputra, Udin S. (2012). Profil Civic Education di Negara-negara Kawasan Eropa,

Amerika dan Australia. Udin S. W. Dasim B (Eds.). Pendidikan

Kewarganegaraan dalam Perspektif Internasional (Konteks, Teori, dan Profil

Pembelajaran. Bandung: Widya Aksara Press;

Winataputra, Udin S. (2015). Pendidikan Kewarganegaraan: Refleksi Historis-

Epistimologis dan Rekonstruksi untuk Masa Depan. Tangerang Selatan:

Universitas Terbuka.

Website:

Australia. (tt.). Sejarah Australia. Dalam http://www.australia.com/id-

42

id/facts/history.html (Online), diakses 20. Maret 2017, pukul 06.58 WIB.

Australia Gaverment, Departemen of Social Services. (2006). Education and Training

dalam https://www.dss.gov.au/our-responsibilities/settlement-

services/education#8 (online). Diakses Pada 20 Maret 2017, Pukul 19:45 WIB.

Australia Government. Australia Education System (tt.). Dalam

https://www.studyinaustralia.gov.au/global/australian-education/education-

system (Online). Diakses pada 20 Maret, Pukul 19.50 WIB.

Breen, Jim. (2002). Higher Education in Australia: Structure, Policy & Dabate.

Australia: Monash University. Dalam

http://users.monash.edu/~jwb/aused/aused.html (Online). Diakses pada 20 Maret

2017, Pukul: 20:25 WIB.

McCarthy, Niall., (2016). Which Nationalities Consider Religion Mosty Important?.

Dalam https://www.statista.com/chart/4189/which-nationalities-consider-

religion-most-important/ (Online), diakses 27 Maret 2017, Pukul 23:10 WIB.

Nur. (tt). How Do Australian Heroes Influence Australian Identity ?. Dalam

http://users.tpg.com.au/adslsrxj/federation/National_Identity_by_Nur.htm

(Online), diakses 02 April 2016, Pukul 14. 52;