Orang-orang dari daratan asia titik-titik ke wilayah indonesia

Orang-orang dari daratan asia titik-titik ke wilayah indonesia

Pintu Gerbang Perbatasan Internasional Mong Cai, Vietnam (Dokpri)

Pendahuluan

Kota-kota perbatasan di Asia Tenggara mulai berkembang pesat pada dekade 1990an seiring dengan berakhirnya Perang Dingin (Cold War) yang salah satunya  ditandai oleh runtuhnya Uni Soviet dan munculnya kesadaran negara-negara di Asia Tenggara akan pentingnya perbatasannya. Namun demikian, ada juga beberapa kota perbatasan di Asia Tenggara yang sudah lebih dahulu berkembang dan mendapatkan perhatian lebih dari pemerintah, seperti Lang Son dan Lao Cai di Vietnam, Nongkhai dan Aranyaprathet di Thailand, Savannakhet dan Vientiane di Laos, Johor dan Sebatik di Malaysia, serta Entikong di Indonesia. Beberapa kota perbatasan di Vietnam bahkan sudah mendapatkan perhatian lebih untuk dibangun pasca berakhirnya Perang Vietnam tahun 1975, di antaranya adalah Lao Bao.

Kebijakan membangun perbatasan dan kota-kota yang ada di perbatasan  Vietnam pasca berakhirnya Perang Vietnam merupakan strategi Vietnam untuk pengamanan kedaulatan wilayahnya dari gangguan negara tetangganya. Salah satu kebijakan paling awal terkait dengan pembangunan perbatasan di Vietnam adalah kebijakan pembangunan Zona Ekonomi Baru (Khu Kinh Tế Mới) pada tahun 1975, di mana salah satu agendanya adalah memindahkan penduduk ke wilayah perbatasan yang bertujuan untuk membangun perekomonian dan perbatasan. Kebijakan ini dilaksakan pertama kali di perbatasan Lao Bao, Vietnam Tengah.

Namun, pembangunan perbatasan di Vietnam sempat terhenti beberapa tahun karenan Vietnam melalukan invasi militer ke Kamboja pada tahun 1978 untuk menggulingkan regim Khmer Merah di bawah pimpinan Pol Pot. Invasi militer Vietnam ke Kamboja ini memicu Tiongkok, sekutu Kamboja, turut campur tangan dengan melakukan invasi ke perbatasan Vietnam di utara pada tahun 1979. Pertempuran Vietnam versus Tiongkok di perbatasan tahun 1979 ini berlangsung singkat, hanya 27 hari, tetapi sejak itu hubungan diplomatik kedua negara terputus. Kedua negara baru melakukan normalisasi hubungan diplomatik kembali pada tahun 1991 (Womack, 1994: 498). Normalisasi hubungan diplomatik Vietnam - Tiongkok ini diikuti dengan beberapa perjanjian dan kerjasama antara kedua negara, seperti perjanjian lintas batas, perjanjian batas laut, perjanjian batas darat, kerjasama ekonomi perbatasan, dan sebagainya. Salah satu dampak positif dari normalisasi hubungan diplomatik itu adalah berkembangnya Mong Cai, salah satu kota yang terletak di perbatasan Vietnam dan Tiongkok.

Nilai Strategis Perbatasan

Seiring dengan perkembangan jaringan transportasi dan pergeseran strategi geopolitik di kawasan Asia Tenggara sejak tahun 1990an, perbatasan menjadi isu yang hangat dibahas di antara negara-negara di kawasan ini. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika sejak saat itu negara-negara di Asia Tenggara mulai mengubah mindset mereka terkait dengan perbatasan; perbatasan tidak lagi dianggap sebagai pintu belakang (backyard) tetapi dianggap sebagai pintu depan (front yard) negara. Sebagai pintu gerbang negara, maka perbatasan harus dibangun sebaik mungkin. Tidak mengherankan jika dewasa ini semua negara di kawasan Asia Tenggara membangun perbatasannya, sebagaimana diungkapkan oleh Maneepong dan Chung-Tong Wu (2004: 135) bahwa “in some cases, is the main reason and locus of the implementation of the development policies of several countries in Southeast Asia.”

Letak geografis Vietnam yang berada di semenanjung timur daratan Asia Tenggara dan berbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan memiliki nilai strategis yang menguntungkan Vietnam. Vietnam memiliki batas daratan dengan Tiongkok, Laos, dan Kamboja yang membentang sepanjang 4.639 km dan melintasi 24 provinsi, 89 distrik, dan 385 setingkat kelurahan (Dung dan Loi, 2005: 209). Dengan Tiongkok sendiri, Vietnam memiliki batas darat sepanjang 1.281 km dan melintasi dua provinsi Tiongkok, yaitu Daerah Otonomi Yunnan dan Quangxi Zhuang, serta tujuh provinsi Vietnam, yaitu Lang Son, Lao Cai, Lai Chau, Ha Giang, Dien Bien, Cao Bang, dan Quang Ninh. Vietnam merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang memiliki perbatasan darat dan laut dengan China, sehingga Vietnam berperan penting sebagai jembatan antara China dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya.

Posisi geografis yang strategis ini dimanfaatkan dengan baik oleh Vietnam untuk membangun dan mengembangkan kota-kota perbatasan di Vietnam utara yang berbatasan langsung dengan Tiongkok melalui berbagai skema kerjasama dan kebijakan perbatasan, terutama setelah normalisasi hubungan diplomatik kedua negara,pada tahun 1991. Mong Cai, kota perbatasan di Provinsi Quang Ninh merupakan salah satu kota perbatasan yang paling penting dan strategis yang menghubungkan Vietnam dan Tiongkok. Tidak mengherankan jika Mong Cai tumbuh sangat cepat dalam beberapa dekade terakhir dan menjadi pusat konektivitas tidak hanya untuk Tiongkok dan Vietnam tetapi juga untuk negara-negara daratan Asia Tenggara lainnya.

Arti Penting Kota Perbatasan Mong Cai

Mong Cai merupakan salah satu kota perbatasan penting bagi Vietnam. Kota perbatasan Mong Cai yang terletak di Provinsi Quang Ninh memiliki peran penting bagi Vietnam, baik secara politik, ekonomi, keamanan, maupun hubungan luar negeri. Mong Cai merupakan kota perbatasan di Vietnam yang pertama kali mendapatkan kebijakan khusus terkait kerjasama ekonomi perbatasan dengan Tiongkok sejak tahun 1996 dengan maksud untuk memperbaharui dan mempererat hubungan ekonomi dan persahabatan dengan Tiongkok setelah normalisasi hubungan diplomatik kedua negara.

Keistimewaan pemberian kebijakan khusus tersebut tidak lepas dari posisi strategis kota Mong Cai pada khususnya dan Provinsi Quang Ninh pada umumnya. Di provinsi ini, Vietnam memiliki perbatasan darat dan laut dengan China. Provinsi Quang Ninh memiliki batas daratan sepanjang 118,8 km dengan Provinsi Otonomi Khusus Quangxi Zhuang di Tiongkok. Sementara perbatasan alami antara Mong Cai di Vietnam dan Dongxing di sisi Tiongkok hanya dipisahkan oleh Sungai Beilun (dalam bahasa Vietnam disebut Sungai Bac Luan ), yang rata-rata lebarnya tidak lebih dari 100 meter dan dihubungkan dengan jembatan sepanjang 111 meter. Jembatan ini dibangun pada 1950-an. Sedangkan batas laut kedua negara berada di sisi timur, yaitu di perairan Provinsi Quangxi dan Hainan, di teluk Tonkin.

Mong Cai juga memiliki arti sangat penting bagi Vietnam karena di kota perbatasan ini terletak lokasi titik 0 km negara Vietnam. Di daerah 0 km ini, tepatnya  di daerah Sa Vi, ada beberapa ungkapan yang menjelaskan bahwa Mong Cai adalah lokasi titik 0 km negara Vietnam, seperti ungkapan "Móng Cái nơi a u Tổ quốc (Mong Cai di mana kepala/ negara titik pertama)", "Từ trà cổ rừng dương, đến rừng ngập mặn Cà Mau (dari hutan teh purba ke hutan bakau Ca Mau)." Mong Cai adalah titik ujung wilayah paling utara dan Ca Mau adalah titik ujung paling selatan Vietnam.

Arti penting kota perbatasan Mong Cai juga tidak lepas dari sejarah pasang surut hubungan Vietnam dan Tiongkok sejak dulu. Pada masa awal kemerdekaan hingga tahun 1960-an, Tiongkok telah banyak membantu perjuangan Vietnam dalam perang melawan Amerika Serikat di bumi “Paman Ho” tersebut. Hubungan kedua negara mulai merenggang ketika Vietnam mulai mendapatkan banyak bantuan ekonomi dan militer dari Uni Soviet, saingan utama Tiongkok saat itu. Hubungan jedua negara makin renggang ketika pada akhir 1960-an Vietnam bergabung  ke dalam Dewan Kerjasama Ekonomi (Council for Mutual Economic Cooperation/Comecon) yang didominasi oleh Uni Soviet.

Hubungan kedua negara semakin memburuk dan mencapai titik nadir pada akhir 1970-an, terutama ketika Vietnam melancarkan serangan balik besar-besaran ke Kamboja, yang merupakan sekutu Tiongkok, pada bulan Desember 1978 (Nguyen Minh Quang, 2017). Serangan Vietnam itu merupakan respon atas tindakan angkatan bersenjata Kamboja yang melakukan serangan sepihak terhadap beberapa perbatasan darat dan laut Vietnam yang menewaskan sekitar 30.000 orang Vietnam. Hal ini mendorong Tiongkok “memberi pelajaran” kepada Vietnam dengan menginvasi perbatasan Vietnam pada tanggal 17 Februari 1979, dan baru menarik pasukannya dari perbatasan Vietnam pada tanggal 16 Maret 1979. Perang di perbatasan ini dikenal sebagai Perang Indochina Ketiga atau "Perang Perbatasan.”. Perang perbatasan ini menimbulkan ribuan korban jiwa dari kedua belah pihak. Shim (2014:53) memaparkan dampak perang perbatasan tersebut sebagai berikut:

The border region became a ghost town after the war brought its breezes of gunpowder and the clouds of bomb explosion followed by the horror of the dead, wounded, and demolished buildings.

Perang perbatasan antara Vietnam dan China tahun 1979 juga menandai putusnya hubungan diplomatik kedua negara dan penutupan perbatasan kedua negara. Perbatasan kedua negara baru dibuka kembali pada tahun 1988, diikuti dengan perbaikan hubungan kedua negara di berbagai bidang yang ditandai dengan normalisasi resmi hubungan kedua negara pada tahun 1991.

Perkembangan Mong Cai Saat Ini

Saat ini Mong Cai merupakan salah satu kota perbatasan di ujung timur laut Vietnam yang berkembang sangat pesat. Hal ini tidak terlepas dari kebijakan pemerintah Vietnam pada tahun 1991-1992, pasca normalisasi hubungan diplomatik dengan Tiongkok, yang membuat kebijakan baru tentang perdagangan dan perbatasan untuk memperkuat posisi mereka. Kebijakan tersebut meliputi kebijakan perdagangan nasional dan peningkatan perdagangan perbatasan serta pengelolaan perbatasan sebagai pusat perdagangan. Kebijakan baru Vietnam tersebut kemudian direspon secara cepat oleh Tiongkok dengan membuka 56 kota perbatasan, terutama di Yunnan dan Quang Xi, untuk mendukung perdagangan lintas batas dan meningkatkan interaksi sosial di perbatasan (Turner, 2010). Selain itu, Mong Cai juga merupakan kawasan perbatasan pertama di Vietnam yang diberikan kewenangan khusus untuk melaksanakan kebijakan ekonomi perbatasan sejak tahun 1996.

Mong Cai semakin berperan penting karena kota perbatasan ini merupakan pintu gerbang komersial yang menghubungkan Vietnam dengan Tiongkok dan negara-negara ASEAN dalam kerangka perdagangan bebas China-ASEAN, yang diluncurkan pada awal 2010, dan sekaligus strategi pengembangan “Dua Koridor, satu sabuk” (Two Corridors, one belt) sejalan dengan program China Belt Road Initiatives.

Salah satu kebijakan yang paling berpengaruh dan mendorong kota perbatasan Mong Cai dapat berkembang pesat adalah kebijakan Perdana Menteri Vietnam yang dikeluarkan pada tahun 2009. Kebijakan ini fokus utamanya adalah pada pengembangan perdagangan internasional, jasa, pariwisata, dan transportasi di Mong Cai hingga tahun 2020. Kebijakan ini dilaksanakan sejak ditandatanganinya tiga dokumen penting terkait perbatasan Vietnam - Tiongkok pada bulan November tahun 2009. Berdasarkan hasil focus group discussion  (FGD) dengan Vietnam National Border Committee pada 30 Maret 2018, ketiga dokumen penting tersebut adalah: 1) protokol demarkasi perbatasan dalam penempatan tanda batas perbatasan (landmark); 2) kesepakatan pengelolaan perbatasan; dan 3) kesepakatan aturan pengelolaan gerbang perbatasan dan menejemen gerbang perbatasan.

Lebih lanjut, Menurut Nguyen Thi Huong (FGD, 30 Maret 2018), ketiga dokumen kesepakatan perbatasan antara Vietnam dan Tiongkok tersebut diikuti dengan berbagai bentuk program dan kegiatan bersama, seperti pembangunan secara bersama monumen perbatasan antara Vietnam dan Cina di Mong Cai di tepi Sungai Beilun. Selain itu, Komite Bersama perbatasan Vietnam dan Tiongkok secara rutin juga mengadakan pertemuan setiap dua tahun sekali dengan tempat bergantian untuk membahas berbagai masalah yang muncul di perbatasan.

Perkembangan pesat kota perbatasan Mong Cai juga didukung oleh beberapa kebijakan lain, seperti kebijakan mekanisme penggunaan Traveling Paper bagi warga kedua negara yang tinggal di sekitar wilayah perbatasan. Dalam FGD dengan Mong Cai People's Committee pada tanggal 2 April 2018, disebutkan bahwa penduduk kedua negara yang tinggal di wilayah perbatasan dapat melintasi perbatasan Mong Cai - Dongxing menggunakan Travelling Paper yang dikeluarkan oleh polisi provinsi seharga VND 50.000 dan cukup Sertifikat Lahir untuk anak-anak. Orang Vietnam dapat pergi ke sisi Tiongkok sejauh 20 km dari perbatasan dan tinggal paling lama tiga hari, sedangkan orang Tiongkok dapat tinggal di Vietnam selama 15 hari. Ada dua jenis Travelling Paper yang berlaku selama satu bulan dan yang berlaku selama satu tahun. Jika mereka overstay, mereka akan didenda dan membayar sejumlah uang kepada negara sesuai dengan Undang-Undang No.47 Tahun 2013. Kedua negara juga telah sepakat untuk menangani orang-orang yang overstay ini.

Kebijakan yang mengijinkan penggunaan mata uang Yuan Tiongkok di perbatasan Vietnam - Tiongkok mulai tahun 2018 juga semakin mendorong kota Mong Cai berkembang dengan pesat. Menurut  Surat Edaran Nomor 19 tahun 2018, selain mata uang Yuan, pedagang dan penduduk di wilayah perbatasan Vietnam dan Tiongkok juga dapat menggunakan Dong Vietnam atau mata uang yang dapat dikonversi sepenuhnya, seperti dolar AS, Euro, atau Yen, untuk pembayaran barang dan jasa. Berbagai kebijakan yang diterapkan di perbatasan Mong Cai tersebut menjadi faktor penting kota Mong Cai berkembang sangat pesat sebagai pusat pergerakan orang, barang, dan jasa dari Tiongkok ke Vietnam dan negara ASEAN lainnya dan sebaliknya.

Kesimpulan

Mong Cai merupakan salah satu kota perbatasan paling penting dan strategis bagi Vietnam karena berperan pentingnya dalam dinamika ekonomi, politik, keamanan, dan kerja sama perbatasan yang berkelanjutan dengan Tiongkok sejak normalisasi hubungan diplomatik kedua negara pada tahun 1991. Peran ini semakin meningkat seiring dengan kerjasama antara Tiongkok dan Vietnam yang mensinergikan proyek Belt Road Initiative dengan Two Corridors one Belt yang proyeknya terhubung melalui perbatasan Mong Cai. Kebijakan perbatasan tingkat nasional yang diterapkan di perbatasan Mong Cai ternyata cukup efektif dan mampu mendorong kota perbatasan Mong Cai tumbuh menjadi pusat pergerakan ekonomi dan menjadi salah satu urat nadi lalu lintas ekspor-impor, orang, dan jasa bagi  Tiongkok dan Vietnam serta negara-negara Asia Tenggara daratan lainnya.

Referensi

Maneepong, Chuthatip, and Chung-Tong Wu. 2004. 'Comparative Borderland Developments in Thailand', in Suthipand Chirathvat and Sakulrat Montreevat (eds.), ASEAN Economic Bulletin, Thailand: Economic Challenges and the Road Ahead, vol. 21 number 1, April.

Nguyen Minh Quang. 2017. “The Bitter Legacy of the 1979 China – Vietnam War” at . Diakses pada tanggal 23 February, 2017.

Shim. J. 2014. "Haunted Borderland: The Politics on the Border War against China in post-Cold War Vietnam", Dissertation at Department of Cultural Anthropology, Duke University.

Womack, Brantly. 1994. "Sino-Vietnamese Border Trade: The Edge of Normalization", in Asian Survey, Vol. 34, No. 6 (June).

“New circular to help boost Vietnam-China border trade” dalam . Diakses pada 29 October , 2018.