Orang pikun tetap akan mendapat pahala yang tidak putus disebabkan

sumber: www.nu.or.id

Setidaknya dalam ajaran Islam ada tiga amalan yang pahalanya tidak akan putus meski telah meninggal dunia

Tiga amalan yang pahalanya tidak akan putus meski orang tersebut telah meninggal. Seperti musibah yang menimpa seorang berinisial MA [30] dibakar hidup-hidup, lantaran dituding mencuri Ampli masjid. Padahal dia juga berprofesi sebagai guru ngaji di sekitar rumahnya.

Korban akan selalu mendapat kiriman pahala, dikarenakan selama hidupnya mengajarkan ilmu agama. Meski jasadnya berkalang tanah, akan selalu menerima kiriman pahala dari murid-murid yang ditinggalkannya.

Selain guru mengaji, MA berprofesi sebagai tukang service elektronik, khususnya sound system.

Meski MA atau Joya sudah tiada, setidaknya pahala akan selalu didapatkannya dari hasil perbaikan perangkat sound sistem atau speaker, yang bermanfaat bagi kemaslahatan umat.

MA meninggal khusnul khatimah [baik dipenghujung], sempat melaksanakan sholat wajib disebuah Masjid, justru dituding mencuri Amplifier.

Bahkan korban tidak diberi kesempatan menjelaskan duduk perkaranya sebelum dibakar secara biadab oleh oknum yang tidak bertanggungjawab.

Buktinya, pelakuknya saja tidak terlihat batang hidungnya guna mempertanggungjawabkan perbuatan anarsisme tersebut.

Dari peristiwa tersebut berikut tiga amalan yang pahalanya tidak akan putus, meski yang bersangkutan telah mendahului kita semua:

1. Sedekah Jariah

Sedekah jariah adalah sedekah yang diberikan dalam bentuk apapun namun memberi manfaat yang panjang tiada putus bagi orang lain.

وَٱللَّهُ خَلَقَكُمۡ ثُمَّ يَتَوَفَّىٰكُمۡۚ وَمِنكُم مَّن يُرَدُّ إِلَىٰٓ أَرۡذَلِ ٱلۡعُمُرِ لِكَيۡ لَا يَعۡلَمَ بَعۡدَ عِلۡمٖ شَيۡــئاً إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٞ قَدِيرٞ 


//id.depositphotos.com/vector-images/cartoon-man-forget.html?qview=37051487

“Allah menciptakan kamu, lalu juga mewafatkan kamu; dan di antara kamu ada yang dikembalikan kepada “ardzalil ‘umuri” [pikun], supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatu pun yang pernah diketahuinya. Sungguh Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” [QS. An Nahl [16]: 70].

Pada ayat-ayat sebelumnya, Allah menjelaskan daging hewan, susu, buah-buahan, dan  madu yang amat penting untuk kesehatan. Sebagai kelanjutan, ayat ini menjelaskan kehidupan manusia setelah mengonsumi protein hewani dan nabati itu, bahwa sebagian dari mereka berumur panjang, dan sebagian yang lain berumur pendek. 

            Ayat ini menegaskan, hanya Allah yang menghidupkan dan mematikan manusia. Apa pun yang menyebabkan kematian, misalnya virus, bakteri, kanker, tumor, bencana, dan sebagainya benar-benar kepanjangan tangan Allah belaka. Maka, kapan pun hari kematian merupakan hari dan tanggal terbaik pilihan Allah. Ada orang hebat yang diwafatkan Allah pada usia muda. Bisa saja, karena Allah mengetahui, kelak ia akan sombong dan berakhlak buruk pada masa tuanya. Bagi Anda yang berumur panjang, bisa juga karena Allah memandang pahala Anda belum cukup untuk menghadap-Nya, dan diberi kesempatan untuk menambah pahala melalui ibadah dan kegiatan sosial. Tapi, Anda juga harus siap dengan konsekwensinya, yaitu “ardzalil ‘umuri” [pikun]. Allah berfirman,   

وَمَن نُّعَمِّرۡهُ نُنَكِّسۡهُ فِي ٱلۡخَلۡقِۚ أَفَلَا يَعۡقِلُونَ 

“Dan barangsiapa yang Kami panjangkan umurnya, niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadiannya. Maka, apakah mereka tidak berfikir? [QS. Yasin [36]: 68].

Nabi SAW tidak pernah mengajarkan doa umur panjang, melainkan umur yang berkualitas, padat dengan perbuatan-perbuatan yang terbaik. Nabi SAW juga meminta dijauhkan dari pikun [al haram],

اَللَّهُمَّ اِنِّى اَعُوْذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالْجُبْنِ وَالْهَرَمِ وَالْبُخْلِ وَاَعُوْذُ بِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَمِنْ فِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ

“Wahai Allah, jauhkan aku dari lemah [fisik dan mental], malas [bekerja dan ibadah], serba takut, pikun, dan kikir. Juahkan pula aku dari siksa kubur, dan cobaan hidup yang merusak akhlakku, serta jauhkan aku dari kamatian yang buruk [su-ul khatimah] dan siksa di akhirat” [HR. Muslim dari Anas bin Malik r.a].  

Pikun atau dimensia atau melemahnya daya ingatan merupakan penyakit degenartif bersamaan dengan pertambahan umur. Umumnya, pada usia 65 tahun, atau lebih cepat, yaitu pada usia 40 tahun. Gangguan itu ditandai dengan kemunduruan fungsi kognitif dan sensorimotor, dan gangguan komunikasi. Ia merasa tidak aman, selalu minta ditemani, lebih galak, tidak betah di rumah, sering lupa, ingin keluar rumah tanpa tujuan, senang menimbun barang, dan sering mengulang-ulang pertanyaan. 78 % orang mengalami gangguan ini. Di Indonesia [tahun 2010], 10 % atau 29 juta orang mengalami pikun.  Organisasi Kesehatan Dunia [WHO] memperkirakan, jumlah orang pikun sedunia akan meningkat tiga kali lipat pada tahun 2050 [sekitar 115,4 juta orang] [Kompas. Com]. Semoga Anda tetap sehat, cerdas dan gesit sampai lansia, seperti ‘Ammar bin Yasir r.a, sahabat Nabi yang berusia 93 tahun, tapi tetap aktif sebagai tentara perang sampai pada masa Ali bin Abi Thalib r.a berakhir. 

Untuk pencegahan pikun, Dr. Syailendra Sadjarwo, spesialis penyakit jiwa, dan Prof. Dr. Benyamin Chandra, guru besar neurologi menganjurkan latihan syaraf otak untuk terus bekerja dengan enam cara, yaitu [1] senam otak dengan olahraga yang teratur untuk oksigenisasi yaitu memasok oksigen ke otak, agar aliran darah dan oksigen lancar ke otak. [2] tetap giat bekerja, [3] menyukai tantangan yang memerlukan analisis pemikiran, [4] banyak bergaul dengan orang-orang, bisa di tempat ibadah atau beberapa komunitas, [5] selalu memotivasi diri, “aku harus hidup seribu tahun lagi, dan aku harus mandiri,” dan [6] menjaga keseimbangan pola kerja, olahraga dan istirahat sejak usia muda. [Mingguan Guru, edisi 415, 1 Pebruari 1982, dan Tempo. com, 6-12-2011].

Dalam surat At Tin, Allah menyebut pikun bagian dari “asfala saafiliin” [keadaan yang menurun]. Untuk menghindari asfala saafiliin, yaitu penurunan kualitas fisik, iman dan akhlak, Allah memerintahkan kita untuk beriman secara benar, sehingga selalu ceria dan syukur, serta menambah perbuatan yang baik, termasuk di dalamnya interaksi dengan sesama manusia sepanjang usia kita [aamanuu wa ‘amilus shalihat]. Ibnu Abbas, r.a. mengatakan, perbuatan baik yang dibiasakan sejak usia muda tidak hanya berfungsi melawan pikun, tapi juga menghasilkan pahala yang sama ketika ia sakit atau lemah fisik pada masa tua. Ia mengatakan,

 مَنْ جَمَعَ الْقُرْأَنَ فَلَا يَرْجِعُ اِلَى اَرْذَلِ الْعُمُرِ اِنْ شَاءَاللهُ

“Barangsiapa selalu membaca, [menghafal atau mempelajari] Al Qur’an, maka ia terhindar dari “ardzalil umur” [pikun].”  Nabi SAW juga bersabda,

فَاِذَا بَلَغَ اَرْذَلَ الْعٌمُرِ لِكَيْلَا يَعْلَمَ بَعْدَ عِلْمٍ شَيْئًا كَتَبَ اللهُ مِثْلَ مَاكَانَ يَعْمَلُ فِى صِحَّتِهِ مِنَ اْلَخْيْرِ فَاِذَا عَمِلَ سَيِّئَةً لَمْ تُكْتَبْ لَهُ

“Ketika seseorang telah pikun [ardzalil umuri], sehingga tidak mengetahui apa pun, maka Allah akan mencatat untuknya pahala sebagaimana pahala perbuatan baik yang dilakukan pada waktu sehatnya dulu. Dan, jika berbuat yang buruk, tidaklah dicatat dosa baginya” [HR. Abu Ya’ala dari Anas bin Malik, r.a.].

            Selamat mempersiapkan masa tua melalui pemanfaatan usia muda secara maksimal dengan hidup secara berimbang [al mizan] antara pola kerja, pola pikir, pola istirahat, serta pembiasaan berpikir dan berbuat yang positif. Itulah investasi untuk masa tua yang tetap energik, sekaligus investasi perolehan pahala ketika kita lemah.       

Sumber: [1] Qureish Shihab, M, Tafsir Al Misbah, Vol. 6 Penerbit Lentera Hati, Jakarta, 2012, p. 651 [2] Tempo.com, 6-12-2011] [3] Mingguan Guru, edisi 415, tanggal 1-2-1982, [4] Kompas.com 12-4-2012, [5] Hamka, Tafsir Al Azhar, juz 30, Pustaka Panjimas, Jakarta, 1985, p. 185-188. [6] Khalid, Muhammad Khalid, Rijalun Haular Rasul [Karakteristik Perihidup 60 Sahabat Rasulullah], CV Diponegoro, Bandung, Cet VI, 1988, p. 245-268.

Lihat Foto

Shutterstock

Ilustrasi

JAKARTA, KOMPAS.com - Demensia bisa melanda siapa saja. Bila itu terjadio [ada orangtua Anda, jangan biarkan, beri perhatian.

Hal itu diungkapkan oleh dr.Gea Pandhita, M.Kes, Sp.S dalam diskusi tentang demensia yang digelar Rumah Sakit Pondok Indah pada Kamis [12/4/2018].

Gea menerangkan, demensia atau pikun bukan sekadar pelupa. Itu terjadi karena sel daraf otak berkurang jumlah dan fungsinya serta bagian hippocampus yang mulai mengerut.

“Dimensia atau pikun itu penurunan fungsi kognitif yang disertai perubahan perilaku,”ujar Gea Pandhita.

Orang yang pikun akan terbata untuk mengungkapkan bahasan, mengulang dan menceritakan hal yang sama, tiba-tiba kehilangan kegembiraan, enggan melakukan hobi dan menarik diri.

Gea mengajak agar orang terdekat tidak membiarkannya. Pembiaran pada lansia yang pikun akan memperburuk keadaan. Lansia bisa mengalami depresi.

Pada level yang ekstrem, demensia bisa diikuti dengan usaha melukai diri dengan benda di sekitarnya, mering menuduh serta marah-marah pada orang lain.

"Dia sadar kalau pikun makanya lebih terpicu untuk depresi,” ungkap Gea.

Baca juga : Berpikir Positiflah, Anda Akan Terhindar dari Demensia!

Kendati tidak bisa disembuhkan, perhatian dari keluarga setidaknya memperlambat fungsi kognitif secara progresif.

Ada baiknya agar lansia yang pikun tidak dibawa ke panti jompo. Pasalnya, stimulasi sosial supaya otak tetap bekerja lebih mudah dilakukan keluarga yang sudah mengenalnya.

Video yang berhubungan

Bài mới nhất

Chủ Đề