Organisasi militer resmi yang dibentuk oleh tentara pendudukan jepang pada perang dunia ii adalah
Loading Preview Sorry, preview is currently unavailable. You can download the paper by clicking the button above.
Lihat Foto IPPHOS via dokumentasi Harian Kompas JAKARTA, KOMPAS.com - Pembela Tanah Air atau PETA merupakan salah satu cikal bakal lahirnya Tentara Nasional Indonesia (TNI). Tentara PETA merupakan sukarelawan kesatuan militer yang didirikan pada 3 Oktober 1942 oleh Jepang ketika menjajah Indonesia. Mereka merupakan pasukan pertahanan wilayah yang bertugas untuk membantu tentara Jepang dalam peperangan. PETA juga memiliki peranan penting dalam menjaga kemerdekaan Indonesia dan perang kemerdekaan. Salah satunya saat Belanda dan Sekutu berusaha kembali ke Indonesia. Baca juga: Alur Sejarah Lahirnya Tentara Nasional Indonesia Pembentukan tentara PETA Tentara PETA awalnya disebut sebagai tentara sukarela yang dibentuk panglima tertinggi tentara ke-16 (Rikugun) Jepang yang menguasai wilayah Jawa dan Madura. Jepang membentuk pasukan tersebut untuk mengarahkannya sebagai kekuatan pertahanan wilayah dalam menghadapi kedatangan Sekutu. Namun, pasukan tersebut bukan bagian dari militer Jepang seperti halnya Heiho. Mereka juga tidak disiapkan untuk dikirim ke luar Jawa dan lebih disiapkan untuk mempertahankan daerah-daerah karesidenan setempat. Dikutip dari Kompas.id, terdapat beberapa versi mengenai ide pembentukan tentara PETA. Versi pertama menyebutkan, panglima tertinggi tentara ke-16 Letnan Jenderal Kumakichi Harada mengumumkan pembentukan PETA sebagai perintah langsung dari Tokyo dan Saigon. Versi kedua, apabila merujuk pada Sukarno An Autobiography, pembentukan PETA merupakan bagian dari rencana kerjanya karena diminta penguasa Jepang menemukan kandidat perwira untuk memulai pembentukannya. Oleh karena itu, dia pun menyodorkan nama Gatot Mangkupradja. Versi lainnya mengatakan, Gatot Mangkupradja yang merupakan seorang pimpinan nasionalis itu menyebut bahwa pembentukan PETA justru atas inisiatif pribadinya. Baca juga: Pemberontakan PETA di Blitar Dalam buku Kaigun, Angkatan Laut Jepang, Penentu Krisis Proklamasi (2007) karya Suhartono W Pranoto, Gatot berinisiatif membentuk PETA dengan menuliskan surat kepada Gunseikan di Jawa untuk membentuk tentara. Versi berikutnya, pembentukan PETA disebutkan berasal dari golongan ulama yang menginginkan kelompok untuk mempertahankan Pulau Jawa. Maka, bendera PETA pun memiliki lambang matahari terbit dan lambang bulan sabit serta bintang. Namun terlepas dari berbagai versi tersebut, tentara ke-16 di Jawa mengeluarkan Osamu Sirei Nomor 44 pada Oktober 1943 yang berisi pembentukan pasukan sukarela untuk membela Tanah Air yang disebut Boei Giyugun. Tentara sukarela tersebut dibentuk untuk memenuhi keinginan penduduk di Jawa untuk membela Tanah Air dari serangan sekutu. Aturan itu juga menyebutkan bahwa tentara tersebut beranggotakan penduduk asli dan berada di bawah perintah panglima tertinggi (saiko shikikan). Baca juga: Didatangi Menteri PPN, Wali Kota Blitar Harapkan Percepatan Pembangunan Museum PETA Supriyadi Pelatihan tentara PETA Para pemuda Indonesia kemudian bergabung menjadi tentara PETA yang bermarkas di Bogor, Jawa Barat. Mereka dilatih dan diajari tentang pendidikan militer oleh tentara Jepang. Pelatihan tersebut juga berada di bawah bagian intelijen khusus tentara Jepang (Beppan) dengan memanfaatkan barak yang sebelumnya digunakan tentara KNIL. Letnan Yanagawa yang merupakan perwira Jepang bertanggung jawab untuk melatih tentara PETA.
Organisasi militer Jepang adalah organisasi yang memiliki tujuan khusus untuk melakukan pertahanan secara militer dalam rangka mempertahankan wilayah Indonesia. Dalam organisasi ini, pelatihan kemiliteran sangat dinomorsatukan. Sedangkan organisasi semi militer Jepang adalah organisasi yang tidak dikhususkan untuk melakukan pertahanan secara militer, namun lebih cenderung ke arah keamanan dan ketertiban serta kesejahteraan rakyat. Pelatihan dibidang kemiliteran tetap ada, namun tidak begitu ditekankan. Organisasi Militer 1. Pembela Tanah Air (Peta) PETA dibentuk pada 3 Oktober 1943. Tugas utamanya adalah mempertahankan Indonesia apabila tentara sekutu menyerang. Pembentukan Peta dilakukan atas perintah Gatot Mangkupraja kepada panglima tertinggi Jepang Letjen Kumaichi Harada pada 7 September 1943. Untuk menjadi anggota PETA, para pemuda dididik secara militer secara khusus di Tangerang. Beberapa tokoh–tokoh militer hasil didikan PETA antara lain Jenderal Soedirman, Jenderal Gatot Subroto, Supriyadi, Jenderal Ahmad Yani, Jenderal Soeharto dan sebagainya. 2. Heiho (Pembantu Prajurit Jepang) Heiho (Pasukan Pembantu) dibentuk pada April 1943, merupakan prajurit Indonesia yang langsung ditempatkan di dalam organisasi militer Jepang, baik Angkatan Darat maupun Angkatan Laut. Syarat-syarat untuk menjadi tentara Heiho antara lain: (1) usia 18-25 tahun, (2) memiliki badan sehat, (3) berkelakuan baik, dan (4) berpendidikan minimal sekolah dasar. Tujuan pembentukan Heiho adalah membantu tentara Jepang. Setelah lulus anggotanya langsung dimasukkan ke dalam kesatuan komando tentara Jepang dan siap dikirim ke medan pertempuran, seperti ke Malaya, Birma, dan Kepuluan Solomon. Organisasi Semi Militer antara lain: 1. Seinendan (Barisan Pemuda) Seinendan dibentuk pada 9 Maret 1943. Anggota terdiri atas para pemuda yang berumur 14 sampai 22 tahun. Tujuan utamanya adalah mempersiapkan para pemuda Indonesia untuk membantu tentara Jepang dalam menghadapi Sekutu dalam Perang Asia Timur Raya (Perang Pasifik). 2. Keibodan (Barisan Pembantu Polisi) Anggota Keibodan terdiri atas pemuda berusia 23 sampai 25 tahun yang dibentuk pada 29 April 1943. Barisan ini di Sumatera disebut Bogodan, di Kalimantan disebut Borneo Konen Hokukudan. Tujuan utamanya adalah agar dapat membantu tugas–tugas polisi Jepang. Organisasi Keibodan berada di bawah pengawasan polisi Jepang secara ketat agar anggotanya tidak terpengaruh oleh golongan nasionalis. 3. Jawa Hokokai ( Perhimpunan Kebaktian Rakyat Jawa) Jawa Hokokai merupakan organisasi resmi pemerintah yang didirikan pada 1 Maret 1994 dengan tujuan mempersiapkan sebagai gerakan total dalam menghadapi serangan sekutu. Tugas pokoknya adalah mengumpulkan dana, bahan pangan, dan besi–besi tua untuk keperluan perang. 4. Suisyintai (Barisan Pelopor) Suisyintai merupakan bagian dari Jawa Hokokai, dibentuk pada 25 September 1944. Tujuannya adalah meningkatkan kesiapsiagaan rakyat untuk bertahan total bila diserang Sekutu. Organisasi semimiliter “Barisan Pelopor” ini dipimpin oleh seorang nasionalis, yakni Ir. Sukarno, yang dibantu oleh R.P. Suroso, Otto Iskandardinata, dan Buntaran Martoatmojo . 5. Fujinkai (Barisan Wanita) Fujinkai dibentuk pada Agustus 1943, anggotanya adalah wanita berusia 15 tahun ke atas. Tujuannya untuk membantu tentara Jepang dalam perang dan bertugas di garis belakang untuk meningkatkan kesejahteraan dan kesehatan masyarakat. Ketika situasi perang semakin buruk, Fujinkai juga diberi latihan militer sederhana agar dapat membantu perang, bahkan pada tahun 1944 dibentuk “Pasukan Srikandi”. 6. Hizbullah Didirikan pada 15 Desember 1944, beranggotakan pasukan sukarelawan pemuda Islam yang dinamakan Hizbullah (Tentara Allah) yang dalam Bahasa Jepang disebut Kaikyo Seinen Teishinti. Ketua pengurus pusat Hizbullah adalah KH. Zainul Arifin, dan wakilnya adalah Moh. Roem. Hizbullah merupakan organisasi semimiliter berada di bawah naungan Masyumi. Pelajari lebih lanjut: brainly.co.id/tugas/6334039 Detil tambahan Kelas: XI SMA Mapel: Sejarah Kategori: Penjajahan Jepang Kata kunci: Organisasi militer, semi militer, Jepang Heiho (兵補, Heiho, tentara pembantu) adalah pasukan yang terdiri dari bangsa Indonesia yang dibentuk oleh tentara pendudukan Jepang di Indonesia pada masa Perang Dunia II.[1] Heiho juga termasuk salah satu organisasi militer yang dibentuk selain PETA dan Gyugun. Tapi, pemuda-pemuda Indonesia yang bergabung dengan Heiho tidak pernah diberi pangkat atau jabatan yang tinggi. Berbeda bagi pemuda yang tergabung dalam PETA atau Gyugun yang selalu ada promosi kenaikan pangkat atau jabatan. Diskriminasi ini berlanjut ketika seluruh Heiho angkatan darat atau angkatan laut harus memberi hormat kepada warga Jepang, baik itu sipil maupun militer.[2] Selain itu, ada juga perbedaan gaji, akomodasi, dan makanan dengan 兵隊 heitai (tentara) yang disesuaikan dengan strata sosial anggota Heiho sendiri. Dalam satu bulan, gaji seorang Heiho hanya 30,00 rupiah untuk bujangan dan 35,00 rupiah untuk anggota yang telah berumah tangga.[3] Padahal para pemuda berharap, perekrutan masuk Heiho ini sebagai pijakan karier militer untuk meningkatkan strata sosial (digaji Jepang) dan terhindar dari sistem Romusa (kerja paksa).[4] Film propaganda Jepang yang mempromosikan Heiho Pasukan ini dibentuk berdasarkan instruksi Bagian Angkatan Darat Markas Besar Umum Kekaisaran Jepang pada tanggal 2 September 1942 dan mulai merekrut anggota pada 22 April 1943.[4] 宣伝部 Sendenbu (Humas) mempropagandakan bahwa Heiho merupakan suatu kesempatan bagi para pemuda untuk berbakti kepada tanah air dan bangsa. Syarat menjadi anggota Heiho adalah seorang pemuda yang memiliki usia 18-25 tahun, memiliki tinggi minimal 110 cm dan berat badan 45 kg, sehat jasmani dan rohani, berperilaku baik, dan berpendidikan minimal tamatan sekolah dasar.[5] Para pemuda yang terpilih dijanjikan menjadi anggota Angkatan Darat dan Angkatan Laut Kekaisaran Jepang. Tapi, kenyataannya Heiho malah membantu pekerjaan kasar militer pada satuan angkatan perang Jepang, seperti membangun kubu, parit pertahanan, dan menjaga tahanan. Oleh karena itu, Heiho disebut juga barisan tenaga pekerja yang tidak diberi senjata kemiliteran lengkap. Senjata yang diberikan hanya satu 隊剣 taiken (sangkur) yang sudah menjadi bagian mutlak perlengkapan yang dipakai. Kemudian, para anggota Heiho diberi senjata ketika Jepang sudah terdesak oleh pasukan Sekutu. Mereka pun ikut berperang bersama para serdadu Jepang.[6] Selain itu, Heiho justru turut diikutkan ke berbagai medan Perang Pasifik yang sesungguhnya, seperti di Filipina, Thailand, Morotai, Rabaul (kini bagian dari Papua Nugini), Balikpapan, dan Burma.[2] Lantaran masih kurangnya pelatihan, mereka lebih sering dijadikan tameng peluru atau martir bom bunuh diri ketika Jepang menyerah. Setelah mendapat pelatihan beberapa bulan, pasukan Heiho dianggap memiliki kemampuan militer yang lebih baik ketimbang pasukan PETA. Atas dasar itu, pasukan Heiho banyak ditugaskan di unit-unit penangkis serangan udara, artileri lapangan, tank, mortir, dan transportasi. Perekrutan Heiho pada angkatan darat Jepang kemudian diikuti oleh perekrutan 憲兵法 kempeiho (Polisi Militer Hukum) bagi Kempetai maupun 計軍兵法 keigun heiho (Tentara Strategis) bagi angkatan laut Jepang. Heiho tidak memiliki komandan dari bangsa Indonesia, tapi berada di bawah komando tentara Jepang. Latihan yang diberikan tidak berkaitan dengan organisasi dan dan latihan teori kemiliteran, melainkan berkaitan dengan stamina fisik, 精神 seishin (semangat), dan keberanian yang tidak mengenal rasa sakit dan tidak takut kematian. [7] Menjelang akhir pendudukan Jepang di Indonesia, jumlah pasukan Heiho diperkirakan mencapai 42.000 orang (Jawa 24.873, Timor 2.504, dan 15.000 daerah lain) dengan lebih dari setengahnya terkonsentrasi di pulau Jawa. Heiho dibubarkan oleh PPKI setelah Jepang menyerah pada Belanda dan sebagian anggotanya dialihkan menjadi anggota Badan Keamanan Rakyat (BKR).[8]
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Heiho&oldid=19256604" Page 222 April adalah hari ke-112 (hari ke-113 dalam tahun kabisat) dalam kalender Gregorian.
21 April - 22 April - 23 April
Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=22_April&oldid=21007387" |