Panduan analisis risiko penerimaan dan keberlanjutan hubungan dengan klien

Makalah ini terfokus pada risiko auditor internal dan eksternal umumnya, audit laporan keuangan (LK) khususnya, dan lebih khususnya lagi pada risiko akuntan publik.

Bagi COSO, pengukuran-penetapan risiko adalah kegiatan penting bagi manajemen dan auditor internal korporasi, sehingga auditor internal harus paham proses dan sarana untuk identifikasi, penilaian, pengukuran dan penetapan tingkat risiko (risk assessment) sebagai dasar menyusun prosedur audit internal. COSO menyatakan bahwa setiap entitas menghadapi risiko internal dari luar, bahwa risiko-risiko tersebut harus didentifikasi dan dinilai-diukur terfokus pada pengamanan sasaran strategis korporasi.

Perubahan sosial-politik-ekonomi-industri-hukum dan perubahan kondisi operasional perusahaan teraudit mengandung risiko, manajemen perusahaan harus membentuk mekanisme untuk mengenali & menghadapi perubahan tersebut. Basis utama manajemen risiko adalah asesmen risiko. Untuk keberlangsungan usaha, asesmen risiko merupakan tanggungjawab manajemen yang bersifat integral dan terus menerus, karena manajemen tak dapat memformulasikan sasaran dengan asumsi sasaran akan tercapai tanpa risiko atau hambatan.

Contoh risiko, bahaya, ancaman, atau hambatan mencapai sasaran korporasi adalah :

  • Pesaing meluncurkan produk baru
  • Perubahan teknologi menyebabkan jasa atau produk tidak laku
  • Manajer andalan tiba-tiba mengundurkan diri sebagai karyawan
  • Formula rahasia dicuri dan dijual oleh karyawan kepada pesaing
  • KKN menggerus laba dan membuat perusahaan keropos

PENGGUNA HASIL PENILAIAN-PENETAPAN RISIKO
Analisis risiko digunakan untuk mengurangi risiko, makin kecil risiko maka makin besar kemungkinan meraih sasaran korporasi. Berbagai yurisdiksi hukum meminta setiap bank melakukan penilaian-risiko dan mengumumkan kondisi pengendalian internal kepada publik, auditor eksternal diwajibkan membuat atestasi tentang pernyataan bank tersebut & kondisi pengendalian internal bank, untuk melindungi deposito publik. Otoritas Pasar Modal AS (SEC) meminta semua emiten membuat Laporan Penilaian Risiko sejak 1979 untuk melindungi kepentingan  investor. SAS 55 AICPA menyatakan bahwa auditor eksternal bertanggungjawab untuk memperoleh & memahami sistem pengendalian audit laporan keuangan. Akuntan publik juga membuat asessmen risiko terkait perencanaan audit LK, untuk mendeteksi risiko kegagalan auditor mencapai sasaran audit, untuk menentukan metode pengujian yang tepat menuju sasaran audit, antara lain perencanaan sampling dan penggunaan teknik audit secara tepat. Auditor internal harus selalu bertanya “Hal-hal apa saja yang mungkin tidak berjalan sesuai rencana?”, mengidentifikasi potensi kesalahan, menengarai gejala ketidakwajaran segala sesuatu yang memberi tanda-tanda bahaya atau tanda-tanda risiko. Auditor internal melakukan asesmen risiko untuk meyakini bahwa sarana-pengendalian tertentu masih berfungsi efektif.

PERENCANAAN ASESMEN RISIKO

Perencanaan audit internal harus berbasis pengetahuan akan risiko kegagalan organisasi dalam mencapai tujuan. Perencanaan strategis perusahaan mencakupi pertimbangan risiko kegagalan organisasi. Manajemen risiko berpengaruh pada perencanaan audit. Auditor melakukan evaluasi kendali internal sebagai sarana penghindaran risiko.

PERLUASAN AUDIT BERBASIS RISIKO

Pada awalnya, kegiatan audit dimulai dengan observasi terhadap control (pengendalian), analisis pengendalian, disusul kegiatan analisis risiko tiap jenis operasi korporasi tersebut dan analisis keselarasan aktivitas dengan sasaran korporasi.

Perluasan Audit Berbasis Risiko mencakupi kegiatan identifikasi, pengukuran dan analisis risiko, lalu memilih aktivitas strategis terkait manajemen risiko sbb:

  1. Mengendalikan risiko, aktivitas pengurangan risiko, besar risiko, jumlah  risiko atau frekuensi terjadinya risiko
  2. Menerima risiko dan/atau risiko residual (setelah segala upaya mitigasi risiko dilakukan)
  3. Menghindari risiko, merancang ulang proses bisnis yang tak berkonsekuensi risiko tertentu
  4. Pembagian risiko, pembelahan risiko, memikul risiko beramai-ramai (risk sharing) atau transfer risiko ke unit organisasi lain (bagian lain) atau pihak ketiga (di luar korporasi) yang lebih mampu mengelola-mengendalikan risiko tersebut

AUDIT INTERNAL DAN MANAJEMEN RISIKO
Tugas auditor internal antara lain adalah meng-audit risiko; melakukan evaluasi risiko, mengusulkan pendirian manajemen risiko sambil menjelaskan manfaat manajemen risiko, atau menyatakan dukungan atas program manajemen risiko. Auditor internal menerima instruksi & bagian peran audit internal dalam manajemen risiko dari Dewan Audit atau Komite Audit, agar secara independen auditor mengevaluasi manajemen risiko dan program memerangi risiko. Auditor internal pada umumnya bersikap abstain untuk manajemen risiko departemen auditor internal sendiri, kecuali diminta Dewan Audit untuk melakukan self-assessment.

RISIKO AUDIT LAPORAN KEUANGAN

Persoalan auditor eksternal sebagai berikut berlaku bagi auditor internal yang mengaudit Laporan Keuangan; bahwa risiko auditor terbesar adalah tak mengetahui (gagal untuk mengetahui) hal-hal yang seharusnya mengubah opini auditor terhadap Laporan Keuangan yang mengandung salah-saji secara material. Auditor harus memertimbangkan sifat & kualitas manajemen, sifat industri, sifat operasi, dan bentuk atau sifat penugasan auditor eksternal.

Sebagai contoh, sifat dan kualitas manajemen yang mengandung risiko audit adalah

  • Keputusan manajemen ditangan satu orang, misalnya CEO merangkap PS utama
  • Manajemen bersikap amat agresif terhadap pelaporan LK (laporan keuangan, misalnya perusahaan publik dan bank butuh opini WTP dari Audit Eksternal)
  • Mutasi manajemen amat tinggi
  • Manajemen amat berkepentingan utk mencapai proyeksi laba
  • Reputasi buruk manajemen di mata publik

Sebagai contoh, sifat Industri dan operasi yang mengandung risiko audit adalah

  • Kemampulabaan entitas dibawah rerata kemampulabaan industri sejenis
  • Laba tidak konsisten
  • Kinerja amat dipengaruhi faktor eksternal
  • Entitas berada dalam industri turun-daun
  • Desentralisasi kekuasaan tidak dilengkapi penguatan pengendalian
  • Entitas kelihatannya tidak akan going concern

Sebagai contoh, sifat penugasan audit yang mengandung risiko audit laporan keuangan adalah

  • Banyak perkecualian, banyak isu akuntansi
  • Banyak transaksi atau saldo sulit di audit
  • Banyak transaksi hubungan istimewa yang tidak lazim
  • Sejarah salah saji, sejarah temuan audit jenis-kesalahan-berulang.

Untuk mengurangi risiko, auditor wajib mendapatkan asersi LK berupa pernyataan (semacam pernyataan jaminan) manajemen (management representation) tentang (1) eksistensi, (2) kelengkapan, (3) hak dan kewajiban, (4) evaluasi dan alokasi, (5) penyajian dan pengungkapan berbagai akun dan pos penting Laporan Keuangan.

Sebagai misal, risiko audit pada tataran saldo akun catatan akuntansi, pos laporan keuangan dan kelompok transaksi sejenis adalah

  • Salah saji akun tersebut
  • Salah saji akun tersebut dalam kaitan dengan akun lain (inherent risk atau control risk)
  • Risiko bahwa auditor gagal menemukan salah buku dan atau salah saji yang ada (detection risk).

Pada standar auditing, pertimbangan auditor dalam evaluasi risiko saldo akun dan jenis transaksi, misalnya adalah

  • Dampak risiko-teridentifikasi pada laporan keuangan.
  • Kerumitan isu akuntansi
  • Frekuensi transaksi sulit-diaudit.
  • Temuan salah-saji pada audit terdahulu.
  • Kemungkinan salah apropriasi aset.
  • Kualitas SDM proses-data.
  • Unsur pertimbangan dalam penetapan saldo akun.
  • Besar suatu pos dalam neraca.
  • Kerumitan kalkulasi tertentu.

RISIKO INHEREN
Risiko salah saji laporan keuangan terkait risiko bawaan karena jenis bisnis, jenis industri, jenis operasi khas industri tersebut dan risiko salah saji karena pengendalian internal lemah atau tidak ada.

Sebagai contoh:

  1. Valuasi piutang dagang, asersi keberadaan piutang dagang oleh manajemen, terkait kecemasan auditor tentang going concern.
  2. Kalkulasi beban pensiun, metode penyusutan aset tetap dan kalkulasi beban penyusutan aset tetap
  3. Kas lebih rentan pencurian dibanding persediaan.
  4. Perubahan teknologi menyebabkan aset tetap padat teknologi harus di hapus-buku lebih cepat lantaran ketinggaalan teknologi.
  5. Lapping banyak terjadi pada industri perbankan, dana pensiun, asuransi. KKN pada akun tabungan berjangka lebih banyak terjadi pada demand deposit.
  6. Berbagai perusahaan memilih tak menggunakan pedoman sistem & prosedur (tertulis & kaku) untuk meningkatkan kreativitas dan layanan pelanggan.
  7. Moral, standar etika, misalnya uang tip boleh diterima, itu rezeki anda, merupakan risiko budaya.

RISIKO PENGENDALIAN
Risiko peengendalian mencakupi risiko salah saji laporan keuangan tak tercegah atau tak tertemukan pada bingkai waktu tertentu oleh struktur pengendalian internal, kebijakan atau prosedur. Berbagai control risk selalu ada karena keterbatasan inheren dari struktur pengendalian internal. Bila kebijakan dan prosedur tak berjalan efektif, maka auditor melakukan penilaian control risk sebanyak mungkin, dengan catatan bahwa biaya pengendalian risiko harus lebih kecil dari manfaat pengendalian risiko. Pada umumnya, pengendalian inheren tak mampu membuat risiko menjadi 0%, diperangi atau dikurangi dengan strategi-sistem-prosedur terkait control risk. Control risk dirancang utk menekan risiko-residual tersebut sedapat-dapatnya, lalu sisa risiko selanjutnya menjadi tugas strategi deteksi, sistem-prosedur deteksi penyimpangan, KKN dan salah saji material.

RISIKO DETEKSI
Risiko deteksi berbentuk risiko auditor tak mampu mendeteksi salah-saji-material yang sebetulnya ada.
Risiko deteksi muncul karena

  1. Auditor tak memeriksa 100% saldo akun-akun.
  2. Ketidakpastian, kesalahan merancang prosedur audit, salah terap prosedur audit, salah tafsir terhadap hasil audit.

HUBUNGAN ANTAR RISIKO
Hubungan risiko terformula standar audit adalah bahwa audit risk = inherent risk X control risk X detection risk, dimana Detection Risk = Audit Risk/(Inherent Risk X Control Risk), dan Inherent risk dan control risk terjadi di luar kekuasaan auditor.

Auditor hanya dapat mengurangi detection risk, makin besar inherent risk dan control risk, makin besar bukti audit (audit sampling, observasi dll) harus dikumpulkan. Sebagai catatan pemakalah, program audit untuk deteksi salah saji material mirip dengan fraud auditing, prosedur dirancang berbasis kecurigaan salah saji, jumlah sample diperbanyak (sampai 100% atau full audit) pada wilayah kecurigaan tersebut.

Inherent risk terkait pada

  • Jenis bisnis, jenis industri
  • Jenis aktivitas, rantai nilai
  • Gaya manajemen
  • Iklim / atmosfer manajemen

Sebagai misal, bagi BPKP sebagai internal auditor NKRI :

  • Dua Pemda pada dasarnya mempunyai inherent risk serupa, karena keduanya adalah daerah otonom sederajat.
  • Inherent risk menjadi berbeda karena : Pemda A mempunyai Kepala Pemda yang kuat, bersih dan professional, mempunyai DPRD yang lemah, rakyat yang antusias memberi kritik dan membantu Pemda. Pemda B mempunyai Kepala Pemda yang lemah, DPRD yang kuat, dan rakyat yang apatis.

 RISK INVENTORY
Daftar risiko paripurna diperoleh dari konsolidasi pengorganisasian manajemen risiko sebagai kerangka dasar risiko bagi seluruh korporasi.

Sebagai contoh, external risk inventory mencakupi antara lain

  • Risiko lingkungan
  • Kemungkinan bencana alam
  • Pasar uang
  • Rating

Sebagai contoh, internal risk inventory antara lain adalah

  • SDM
  • Integritas
  • IT
  • Akuntansi dan pelaporan
  • Keuangan

Auditor wajib membuat top minds of risks melalui rating risiko, pembuatan daftar risiko terbesar, ancaman terbesar yang harus dipertimbangkan pada penyusunan rencana strategis, diikuti pemutahiran risk inventory secara berkala. Auditor wajib membuat daftar pemicu risiko menjadi kenyataan-bencana. Direksi korporasi wajib memberi  fasilitas diskusi risiko bisnis, membangun infrastruktur pemantau risiko bisnis, membangun sistem identifikasi jenis baru risiko. Auditor internal harus bersikap proaktif terhadap risiko, jangan mengandalkan deteksi risiko telah (terlanjur) menjadi kenyataan, menjamin bahwa jumlah SDM pakar risiko harus seimbang dengan besar & kerumitan korporasi.

PERTANYAAN DASAR AUDITOR TENTANG RISIKO

  • Apa temuan audit terdahulu?
  • Berapa lama audit terdahulu terakhir dilakukan?
  • Berapa sering audit terdahulu dilakukan?
  • Perubahan mendasar apa saja yang terjadi pada sistem tata cara kerja?
  • Perubahan mendasar apa saja terjadi pada manajemen SDM dan kualitas SDM korporasi?
  • Perubahan mendasar produk/jasa utama yang mengubah risiko korporasi?
  • Bagaimana perbandingan nilai rupiah biaya & sarana pengendalian internal dengan nilai rupiah aset yang dikendalikan?
  • Berapa besar volume transaksi, frekuensi transaksi utama?
  • Berapa likuid dan/atau luwes (fleksibel) seluruh aset korporasi?
  • Bagaimana kesehatan pemisahan pekerjaan, tugas, dan tanggungjawab departemental dan individu?
  • Berapa besar pengaruh manajemen informasi terhadap sukses kegagalan korporasi?
  • Berapa besar tekanan pencapaian target penjualan, laba, dividen dan kewajiban pertumbuhan semua itu?
  • Bagaimana ketat-longgar peraturan per UU berdampak pada korporasi?
  • Berapa sering terjadi kasus pelanggaran etika?
  • Berapa tinggi tingkat pengetahuan, keterampilan, pengalaman untuk setiap tugas strategis dalam korporasi, yang menyulitkan manajemen SDM?
  • Siapa saja bertugas sebagai wakil perusahaan menghadapi pelanggan, pemasok, pemerintah & pengawas perusahaan?
  • Berapa rumit dan canggih kegiatan operasional perusahaan?
  • Berapa besar pengaruh LK Auditan terhadap sentimen harga saham, citra perusahaan dan pemangku kepentingan  kepada perusahaan.

 CONTOH PRAKTIK STRATEGI MANAJEMEN RISIKO
Evaluasi risiko adalah tugas integral dari auditor internal, risiko menurut kelompok probabilitas terjadinya. Auditor menentukan jenis risiko, tingkat risiko, audit program berbasis risiko dan melakukan audit sub-proses kunci, fungsi kunci, aktivitas kunci. Risiko bisnis-bisnis universal  terkait auditing adalah sbb :

The business risks are :

Impact

1.      Erroneous Financial Records

Financial statements and financial management records, recording, classification value, or time.

2.      Unacceptable Accounting Principles

Procedures inconsistent with accounting standards or inappropriate to the circumstances.

3.      Business Interruption

Significant impairment to ability to provide service or to function.

4.      Government Criticism or Legal Action

Penalties brought by judicial, regulatory, or government authorities.

5.      Excessive Costs

Any expenditures, capital or expense, that could have been avoided or lessened.

6.      Deficient Revenues

Loss of income or compensation to which entitled. Market share.

7.      Destruction or Loss of Assets

Reduction in value or loss of facilities, equipment, material, cash, or claims to monies or data.

8.      Competitive Disadvantage and Public / Customer Dissatisfaction

Inability to remain abreast of demands of the marketplace or to respond effectively to competitive challenge.

9.      Fraud and Conflict or interest

Intentional abuse of policies, rules or ethics, or erosion of basic honesty.  Monetary aspects or misleading information.

10.  Erroneous Management    Policies or Decisions

Integrity of information for management decision-making causing inappropriate planning, organizing, directing, etc.

…………Bersambung ke Part 2