Pedagang yang menjual dagangannya di trotoar tepi jalan adalah

Pedagang yang biasanya menjual barang dagangannya di pinggir-pinggir jalan atau trotoar dinamakan?

  1. Pedagang asongan
  2. Pedagang kaki lima
  3. Pedagang grosir
  4. Pedagang keliling
  5. Semua jawaban benar

Berdasarkan pilihan diatas, jawaban yang paling benar adalah: B. Pedagang kaki lima.

Dari hasil voting 987 orang setuju jawaban B benar, dan 0 orang setuju jawaban B salah.

Pedagang yang biasanya menjual barang dagangannya di pinggir-pinggir jalan atau trotoar dinamakan pedagang kaki lima.

Pembahasan dan Penjelasan

Jawaban A. Pedagang asongan menurut saya kurang tepat, karena kalau dibaca dari pertanyaanya jawaban ini tidak nyambung sama sekali.

Jawaban B. Pedagang kaki lima menurut saya ini yang paling benar, karena kalau dibandingkan dengan pilihan yang lain, ini jawaban yang paling pas tepat, dan akurat.

Jawaban C. Pedagang grosir menurut saya ini juga salah, karena dari buku yang saya baca ini tidak masuk dalam pembahasan.

Jawaban D. Pedagang keliling menurut saya ini salah, karena dari apa yang ditanyakan, sudah sangat jelas jawaban ini tidak saling berkaitan.

Jawaban E. Semua jawaban benar menurut saya ini salah, karena setelah saya cari di google, jawaban tersebut lebih tepat digunkan untuk pertanyaan lain.

Kesimpulan

Dari penjelasan dan pembahasan diatas, bisa disimpulkan pilihan jawaban yang benar adalah B. Pedagang kaki lima

Jika masih punya pertanyaan lain, kalian bisa menanyakan melalui kolom komentar dibawah, terimakasih.

Pedagang yang menjual dagangannya di trotoar tepi jalan adalah

Pedagang yang biasanya menjual barang dagangannya di pinggir-pinggir jalan atau trotoar dinamakan?

  1. Pedagang asongan
  2. Pedagang kaki lima
  3. Pedagang grosir
  4. Pedagang keliling
  5. Semua jawaban benar

Jawaban: B. Pedagang kaki lima.

Dilansir dari Ensiklopedia, pedagang yang biasanya menjual barang dagangannya di pinggir-pinggir jalan atau trotoar dinamakan pedagang kaki lima.

Pedagang kaki lima atau disingkat PKL adalah istilah untuk menyebut penjaja dagangan yang melakukan kegiatan komersial di atas daerah milik jalan (DMJ/trotoar) yang (seharusnya) diperuntukkan untuk pejalan kaki (pedestrian).

Pedagang yang menjual dagangannya di trotoar tepi jalan adalah

Gerobak pedagang kaki lima memenuhi pinggir jalan Jakarta.

Pedagang yang menjual dagangannya di trotoar tepi jalan adalah

Pedagang kaki lima di Shanghai, Tiongkok.

Ada pendapat yang menggunakan istilah PKL untuk pedagang yang menggunakan gerobak. Istilah itu sering ditafsirkan demikian karena jumlah kaki pedagangnya ada lima. Lima kaki tersebut adalah dua kaki pedagang ditambah tiga "kaki" (yang sebenarnya adalah tiga roda, atau dua roda dan satu kaki kayu).

Menghubungkan jumlah kaki dan roda dengan istilah kaki lima adalah pendapat yang mengada-ada dan tidak sesuai dengan sejarah. Pedagang bergerobak yang 'mangkal' secara statis di trotoar adalah fenomena yang cukup baru (sekitar 1980-an), sebelumnya PKL didominasi oleh pedagang pikulan (penjual cendol, pedagang kerak telor) dan gelaran (seperti tukang obat jalanan).

Sebenarnya istilah kaki lima berasal dari masa penjajahan kolonial Belanda. Peraturan pemerintahan waktu itu menetapkan bahwa setiap jalan raya yang dibangun hendaknya menyediakan sarana untuk pejalanan kaki. Lebar ruas untuk pejalan adalah lima kaki atau sekitar satu setengah meter.[1]

Puluhan tahun setelah itu, saat Indonesia sudah merdeka, ruas jalan untuk pejalan kaki banyak dimanfaatkan oleh para pedagang untuk berjualan. Dahulu namanya adalah pedagang emperan jalan, sekarang menjadi pedagang kaki lima. Padahal jika merunut sejarahnya, seharusnya namanya adalah pedagang lima kaki.

Di beberapa tempat, pedagang kaki lima dipermasalahkan karena mengganggu para pengendara kendaraan bermotor, mengunakan badan jalan dan trotoar. Selain itu ada PKL yang menggunakan sungai dan saluran air terdekat untuk membuang sampah dan air cucian. Sampah dan air sabun dapat merusak sungai, menyebabkan kematian ikan dan biota sungai, dan menyebabkan eutrofikasi. Di sisi lain, PKL kerap menyediakan makanan atau barang lain dengan harga yang lebih, bahkan sangat, murah daripada membeli di toko. Modal dan biaya yang dibutuhkan kecil, sehingga kerap mengundang pedagang yang hendak memulai bisnis dengan modal yang kecil atau orang kalangan ekonomi lemah yang biasanya mendirikan bisnisnya di sekitar rumah mereka.

  1. ^ ""Katanye" Kota Kaki Lima". Departemen Pekerjaan Umum PU-Net. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2006-11-13. Diakses tanggal 13 Desember.  Parameter |accessyear= yang tidak diketahui mengabaikan (|access-date= yang disarankan) (bantuan); Periksa nilai tanggal di: |accessdate= (bantuan)

  • Pusat pedagang kaki lima
  • (Indonesia) Konsep dan definisi Kaki lima Diarsipkan 2007-10-23 di Wayback Machine. BPS provinsi DKI Jakarta
 

Artikel bertopik ekonomi ini adalah sebuah rintisan. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya.

  • l
  • b
  • s

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Pedagang_kaki_lima&oldid=20918118"

KOMPAS.TV- Di beberapa kota besar, pedagang kaki lima dianggap mengotori penampilan kota. Istilah pedagang kaki lima atau PKL juga sudah tidak asing lagi .Kita juga mungkin sering santap malam di warung pinggir jalan, selepas kerja, atau memang sengaja menyempatkan waktu untuk datang bersama keluarga. Para PKL ini kerap digusur, atau dipindah lokasi berjualannya, ke tempat yang lebih layak dan rapi.

Kenapa disebut pedagang kaki lima?

Menyadur Parapuan.co, versi cerita paling terkenalnya adalah karena, para pedagang menggunakan gerobak dorong, gerobak itu rodanya dua. Supaya gerobak dapat berdiri stabil, maka ditambah satu tiang penyangga, lalu gerobak diangap punya tiga kaki.

Kemudian ditambah dua kaki si pedagang, jadi jumlahnya ada lima. Tapi, versi ini belum bisa dipercaya, karena konon pedagang menggunakan gerobak. Baru muncul sekitar tahun 1980-an

Asalnya  dari kata five feet

Ketika zaman Belanda, semua gedung di jalan utama Batavia diwajibkan membangun fasilitas untuk pejalan kaki. Sekarang, dikenal dengan nama trotoar. Trotoar ini tingginya 31 cm dari permukaan jalan raya. Lebarnya five feet atau sekitar 152 cm. Pada akhirnya trotoar ini dimanfaatkan oleh pedagang keliling, untuk menjual dagangannya.

Sambil menunggu pembeli datang, mereka mangkal di trotoar. Dari istilah trotoar five feet atau lima kaki inilah maka mereka disebut pedagang kaki lima.

Baca Juga: Asal Usul Foto Anies Makan di Warteg Jadi Meme, Ternyata...

https://www.kompas.tv/article/196308/asal-usul-foto-anies-makan-di-warteg-jadi-meme-ternyata 

Grafis: Joshua Victor

Penulis : Sunbhio-Pratama

Sumber : diolah dari berbagai sumber