Pemanas kompak sirip atas ch100 2022

1 E-ISSN : i

2 E-ISSN : SAMBUTAN KETUA LPPM UNIVERSITAS MATARAM Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh Puji syukur kita panjatkan ke khadirat Ilahi atas semua rahmatnya, sehingga seminar nasional Pengabdian dan Pameran Produk Unggulan (PePadU) tahun 2019 ini dapat dilaksanakan. Seminar nasional ini diharapkan dapat menjadi media silaturrahim sekaligus wadah sharing komunikasi atas bentuk dan hasil-hasil pengabdian kepada masyarakat yang telah dilakukan. Pengabdian kepada masyarakat merupakan salah satu tridharma perguruan tinggi yang harus dilakukan oleh dosen dari hasil-hasil penelitian yang telah dilakukan. Selain itu, melalui pengabdian dapat ditemukan permasalahan-permasalahan terkini yang dihadapi oleh masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu, perguruan tinggi akan mendapat masukan informasi yang sangat berharga dari baik untuk memperbaharui kurikulum agar sesuai dengan kebutuhan stakeholders maupun objek riset yang match dengan permasalahan masyarakat. Kami menyampaikan selamat melaksanakan seminar, semoga hasil seminar ini dapat memberikan masukan untuk pengayaan proses pendidikan maupun pelaksanaan penelitian yang berguna untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Akhirnya kami berharap, semoga partisipasi kita dalam seminar ini dapat dicatat sebagai amal ibadah untuk meningkatkan kesejahteraan ummat manusia sehingga dimasukkan sebagai amal jariyah. Aamiin amin ya Robbal alamiin. ii

3 E-ISSN : SEMINAR NASIONAL PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT dan PAMERAN PRODUK UNGGULAN (PePaDu) 2019 Tema : Inovasi Perguruan Tinggi Dalam Pengembangan Ekonomi Kreatif Menuju Industri 4.0 Tempat dan Waktu Pelaksanaan : Hari/tanggal : Kamis, 26 September 2019 Jam : WITA s/d Selesai Tempat : Grand Legi Hotel Mataram. Tema Seminar: 1. Inovasi dalam peningkatan kesejahteraan dan ekonomi masyarakat 2. Inovasi dalam pemberdayaan masyarakat berbasis kreativitas 3. Inovasi dalam penerapan teknologi tepat guna 4. Inovasi dalam penyuluhan dari berbagai bidang ilmu 5. Inovasi dalam pelestarian lingkungan hidup 6. Inovasi dalam memperteguh persatuan dan kesatuan bangsa 7. Inovasi dalam mitigasi dan adaptasi bencana Steering Committee : Prof. Dr. Lalu Husni, SH. M.Hum Muhamad Ali, Ph.D Prof. Dr. Ir. I Gusti Putu Muliarta Aryana, MP Pantia Pelaksana : Dr. I Nyoman Nugraha Ardana P., SE.,MM Rahmi Sri Ramadhani, SE., M.Si Dr. Siti Aisyah Hidayati, SE., M.Si Sukandi Miftahul Mubin, SE Dr. Ir. Siti Hilyana, M.Si Rini Srikus Saptaningtyas, ST., M.Sc Ibadur Rahman, S.Kel., M.Si. Andre Rachmat Scabra, S.Pi., M.Si. Hasan, S.Sos Suwarjaya Juwaidin, S.Pt Pelindung Pengarah Penanggung Jawab Ketua Pelaksana Sekretaris Bendahara Anggota Anggota Sie. Kesekretariatan Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota iii

4 E-ISSN : Dr. Ir. Sadikin Amir, M.Si Dr. Embun Suryani, SE., M.Si Dr. Siti Nurmayanti, SE., MM Fariq Azhar, S.Pi., M.Si. Roni Paslan, S. Adm Dr. Nurliah, S.Pi, M.Si Indriatno, S.Hut., M.Si Maiser Syaputra, S.Hut., M.Si Bagus Dwi Hari Setyono, S.Pi, MP Dra. Farida Fathiyah, SE., M.Ak Muhammad Tri Ariadi Hendrawan, S.Pd Muh. Arya Maulana Syahid, S.Kom Dr.Ir. Bambang Budi Santoso, M. Agr.Sc Dr. H. Ahmad Jupri, M. Eng Prof. Dr.Ir. I Made Sudantha, MS Dr. Aliefman Hakim, S.Si, M.Si Ishaq, ST Sie. Acara Anggota Anggota Anggota Anggota Sie. Pameran Anggota Anggota Anggota Sie Konsumsi & Pubdok Anggota Anggota Anggota Sie Ilmiah Anggota Anggota Anggota Anggota Penerbit : LPPM Universitas Mataram Tanggal Terbit : 27 Desember 2019 Tersedia dalam versi online : E-ISSN : Hak Cipta dilindungi oleh undang-undang 2019 iv

5 E-ISSN : DAFTAR ISI Halaman COVER SAMBUTAN KETUA LPPM UNIVERSITAS MATARAM SUSUNAN PANITIA PELAKSANA DAFTAR ISI Tema 1 : Inovasi Dalam Peningkatan Kesejahteraan Dan Ekonomi Masyarakat 1 Evaluasi Potensi untuk Pendirian Usaha Rumahan sebagai bagian Pengembangan Kewirausahaan di Dusun Koloh Brora 1-9 Baiq Nurul Suryawati, Laila Wardani, Sulaeman Sarmo, Muttaqillah i ii iii iv 2 Penyuluhan Dan Pendampingan Pencatatan Pembukuan Dan Pengelolaan Keuangan Pasca Gempa Kelompok Pedagang Pengolah Dan Pemasar (Poklahsar) Pantai Gading Kecamatan Sekarbela Endar Pituringsih, Hermanto Pelatihan Pengelolaan Kas Dalam Menjalankan Operasional Paud Gumese Dengan Cost Efektiv Di Desa Giri Tembesi Elin Erlina Sasanti, Animah, Aditya Bayu Suryantara Pelatihan Perencanaan Keuangan dan Pasar Modal Bagi Staf dan Anggota Dharma Wanita Lingkup Bappeda Kota Mataram Nina Karina Karim, Siti Atikah, Indria Puspitasari Lenap Variable Costing Solusi Perhitungan Harga Pokok Produk Secara Cermat Susi Retna Cahyaningtyas, Sapto Hendri BS, Wahidatul Husnaini, Rahmi Sri Ramadani, Zuhrotul Isnaini Upaya Mewujudkan Desa Agrowisata Sedau Kecamatan Narmada Lombok Barat Lalu Adi Permadi, GA Sri Oktariyani, Iwan Kusuma Negara, Siti Sofiyah Abdul Manan Mewujudkan Desa Wisata Masmas Yang Berkelanjutan (Suistanabality) Dengan Penerapan Akuntansi Jasa Lalu Takdir Jumaidi, Biana Adha Inapti, Nungki Kartikasari Inovasi Peningkatan Produksi Dan Pendapatan Petani Jagung Di Lahan Kering I Komang Damar Jaya, Rosmilawati, I Wayan Suadnya, Sudirman, I Wayan Sudika v

6 E-ISSN : Tema 2 : Inovasi Dalam Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Kreativitas 9 10 Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik Cair Berbasis Kotoran Sapi Bagi Kelompok Peternak Desa Sukarema Lombok Timur Sarkono, Ernin Hidayati, Faturrahman dan Bambang Fajar Suryadi Inovasi Dan Peningkatan Mutu Produk Jamu Pada Perajin Jamu Gendong Di Kota Mataram Handa Muliasari, Agus Dwi Ananto, Yayuk Andayani Pemberdayaan Dan Penguatan Kapasitas Kelembagaan Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (Up2K) Di Kecamatan Woja Kabupaten Dompu Syarifuddin, Siti Nurjannah, Akhmad Sauqi Pendampingan Cara Pengolahan Dan Pengemasan Produk Emping Jagung Untuk Meningkatkan Mutu Dan Daya Jual Produk Dody Handito, Satrijo Saloko, I Wayan Swecayasa Penguatan Good Government Badan Usaha Milik Desa : Perencanaan, Pengendalian Internal Dan Aspek Legalitas Baiq Rosyida Dwi Astuti, Intan Rakhmawati, Wirawan Suhaedi, D Tiarulla Della Nabila Manajemen Pengolahan Sampah Di Dusun Perendekan Selatan Desa Giri Sasak Sulaeman Sarmo, Imanuella Romaputri Andilolo, Mulyadi, Sri Darwini Manajemen Reproduksi Untuk Memperpendek Interval Kelahiran Pada Ternak Sapi I Wayan Lanus Sumadiasa, Chairussyuhur Arman, Adji Santoso Dradjat, Enny Yuliani Tema 3 : Inovasi dalam penerapan teknologi tepat guna 16 Sosialisasi dan Pelatihan Pemanfaatan Aplikasi E-Zakat untuk Pembayaran Zakat secara Online pada Staf Pengajar dan Pegawai di TK/PAUD Rinjani Universitas Mataram Indria Puspitasari Lenap, Elin Erlina Sasanti, Nina Karina Karim, Nungki Kartika Sari Analysis of Economic Information and Information Technology on Creative Industries in Java, Bali, dan Nusra I Made Endra Kartika Yudha, Ida Bagus Putu Purbadharmaja Pelatihan Merancang Media Peraga Dan Pedoman Operasionalnya Kepada Para Guru Sd Di Kecamatan Gerung Ketut Sarjana, Maidowi, Arjudin, Hapipi vi

7 E-ISSN : Penampilan Genotipe Jagung Unggul Dalam Berbagai Sistem Pengembangan Agroteknologi Di Pulau Lombok Nusa Tenggara Barat I Wayan Sutresna Pendampingan Penyusunan Perangkat Pembelajaran Matematika Sd Berbasis Scientific Approach Dan Contextual Learning Dalam K I Nyoman Karma, Awal Nur Kholifatur Rosyidah, Ida Ermiana, Nurul kemala Dewi, Siti Istiningsih, Abdul Kadir Jaelani Pengenalan Paket Teknologi Tanaman Jagung Umur Super Genjah dan Stay-green Di Kabupaten Lombok Utara I Wayan Sudika, I Wayan Suresna, Dwi Ratna Anugrahwati, I Gusti Putu Muliarta Aryana dan A.A. Ketut Sudharmawan Tema 4 : Inovasi dalam penyuluhan dari berbagai bidang ilmu 22 Diskusi publik dalam rangka pencegahan Bllying pada Remaja Wahyu Sulistya Affarah, Emmy Amalia, Lina Nurbaiti, Hamsu Kadriyan, Pujiarohman 23 Edukasi dan Pemeriksaan Kesehatan Jiwa Pada Lansia Pensiunan Perum Bulog Cabang Mataram, NTB Emmy Amalia, Dian Puspita Sari, Ni Nyoman Geri Putri, Sigit Kusdaryono 24 Skrining Anemia Pada Siswi SMA Negeri 1 Praya Ika Primayanti, N N Geriputri, Marie Yuni A, Ario Danianto, M.Rizkinov J, Rika Hastuti S Keselamatan Dan Kesehatan Kerja (K3) Laboratorium Siswa Smpn 7 Mataram IA Sri Adnyani, Ni Made Seniari, Supriyatna, Abdul Natsir, Sabar Nababan, Dwi Ratnasari Literasi Penggunaan Media Sosial Anak Sekolah Menengah Pertama (SMP) Secara Bijak Di Kota Mataram Eka Putri Paramita, I Wayan Suadnya, Tenri Waru Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah Guru-Guru MTs/MA NW Boro Tumbuh Kecamatan Suralaga Lombok Timur Amrullah, Nawawi, Lalu Thohir, Sahuddin, Rizki Kurniawan, H. Lalu Nurtaat 28 Penguatan Peran Dan Strategi Calon Aparatur Pemerintah Daerah NTB Melalui Analisis Dinamika Politik Luar Negeri Indonesia Pasca Reformasi Bagi Pengembangan Pembangunan Daerah Mala Mardialina, Ahmad Mubarak Munir Pelatihan Skrining Intoksikasi Merkuri Pada Bidan Desa Puskesmas Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat Ardiana Ekawanti, Deasy Irawati, Seto Priyambodo, Ima Arum Lestarini vii

8 E-ISSN : Tema 5 : Inovasi dalam pelestarian lingkungan hidup 30 Penyuluhan dan Pelatihan Tentang Pembuatan Sistem Irigasi Leb Pipa Pada Jaringan Irigasi Air Tanah Dalam Di Dusun Arungan Bali Desa Akar Akar Kabupaten Lombok Utara I Dewa Gede Jaya Negara, Anid Supriyadi, Atas Pracoyo Penyuluhan Masyarakat Tentang Galian C pada Sungai dan Lahan di Desa Sesaot Kabupaten Lombok Barat Ida Bagus Giri Putra, Yusron Saadi, Anid Supriyadi, Salehudin, I Dewa Jaya Negar Penguatan Kesadaran Penggunaan Energi Baru dan Terbarukan di Kalangan Generasi Muda I GNK Yudhyadi, Made Wirawan, Rudy Sutanto, I Gede Bawa Susana, dan Ahmad Zainuri Sinergisitas Pariwisata Dan Pelestarian Lingkungan Melalui Tata Kelola Persampahan Di Kawasan Wisata Sesaot Luluk Fadliyanti, Diswandi, Mansur Afifi, Tuti Handayani 34 Penetasan Tukik Secara Intensif Menggunakan Media Buatan (Inkubator) Di Desa Kuranji Kabupaten Lombok Barat Maiser Syaputra, Andi Chairil Ichsan, Kornelia Webliana, Diah Permatasari, Febriana Tri Wulandari Tema 7 : Inovasi dalam mitigasi dan adaptasi bencana Upaya Meningkatkan Kualitas Kopi Dengan Menggunakan Mesin Roasting Kopi Bersama Petani Kopi di Desa Aik Berik Kecamatan Batukliang Utara I Made sudantha, Muhammad Sahlan, Baiq Dewi Surya Winanti Sosialisasi Pengukuran Obsevatorium Rembitan Dan Nurul Bayan Untuk Anomali Magnet Bumi Prediksi Gempa Bumi Pulau Lombok Made Sutha Yadnya, Teti Zubaidah, Abdullah Zainuddin, Bulkis Kanata, Paniran Pelatihan Identifikasi Tingkat Kerusakan dan Upaya Perbaikan Infrastruktur Pasca Gempa di Desa Sambik Bangkol Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara Suryawan Murtiadi, Didi S. Agustawijaya, Mudji Wahyudi, Akmaluddin, I Wayan Yasa Penyuluhan Hukum Tentang Perbandingan Sistem Kredit Pada Bank Konvensional Dengan Pembiayaan Bank Syariah Muhaimin, Sumiati dan M. Sood viii

9 E-ISSN : Pelatihan Pemanfaatan Sampah Anorganik Menjadi Produk Daur Ulang Bagi Ibu Rumah Tangga Di Desa Sokong Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara Siti Nurmayanti, Dwi Putra Buana Sakti, Junaidi Sagir Penyuluhan Mengenai Jenis, Manfaat, Status dan Ancaman Ekosistem Lamun Di Perairan Pantai Sire, Kabupaten Lombok Utara Ibadur Rahman, Saptono Waspodo, Ayu Adhita Damayanti, Mahardika Rizki Himawan, Soraya Gigentika 41 Sosialisasi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Rahmi Sri Ramadhani, Siti Atikah Sesi POSTER 42 Kesiapsiagaan Bencana Gempabumi di SMP Negeri 2 Mataram Syahrial Ayub, Muhammad Makhrus, Jannatin Arduha, Ni Nyoman Sri Putu Verawati, Kosim Kosim Aplikasi Pupuk Hayati Mikoriza Pada Jagung Manis Di Desa Sesait Kecamatan Kayangan Terdammpak Gempa Lombok Utara Wahyu Astiko, Sudirman, Mery Windarningsih, Irwan Muthahanas Pelatihan Bekam Sebagai Pembinaan Keterampilan Bermuatan Sosial, Ekonomi Dan Keagamaan Bagi Pria Usia Produktif Taufiq Ramdani, Muhammad Arwan Rosyadi, Azhari Evendi, Anisa Puspa Rani Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Menjadi Produk Nata De Soya Berbasis Rumput Laut Rina Kurnianingsih, Nurrijawati, Sonia Ardilla Pebdiani, Suparman, Nurul Zulfa Fitriana, Mursal Ghazali, Eka S Prasedya, Sri Puji Astuti, Sunarpi Penyuluhan Tentang Kesehatan Telinga Pada Siswa Sekolah Dasar Eka Arie Yuliyani, Didit Yudhanto, Rika Hastuti Setyorini, Eva Triani, Indana Eva Ajmala Peningkatan Pemahaman Tentang Mutu dan Jajanan Bergizi Bagi Siswa SD di Kota Mataram Dewa Nyoman Adi Paramartha, Zainuri Zainuri, Rini Nofrida, Yeni Sulastri, M. Abbas Zaini, Rucitra Widyasari Edukasi Pangan Aman Bebas Boraks dan Formalin Kepada Siswa Sekolah Dasar 03 Mataram Mutia Devi Ariyana, Moegiratul Amaro, Wiharyani Werdiningsih, Baiq Rien Handayani, Nazaruddin Nazaruddin, Sri Widyastuti Introduksi Metoda Penanggulangan Parasit Pada Benih Kerang Mutiara Pinctada maxima di Dusun Siung, Desa Batu Putih, Kabupaten Lombok Barat Alis Mukhlis, Muhammad Marzuki, Ibadur Rahman ix

10 E-ISSN : Program Pendampingan Aparat Desa dalam Mencetak Desa Melek Akuntansi Herlina Pusparini, Nurabiah Nurabiah, Yusli Mariadi Pengelolaan Limbah Sampah Plastik Dengan Menggunakan Metode Ecobrick Di Desa Pesanggrahan Ahmad Jupri, Anang Juaniardi Prabowo, Baiq Ria Aprilianti, Diya Unnida Sosialisasi Personal Hygiene, Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Anak- Anak Tingkat Sekolah Dasar Di Kelurahan Rembiga Kota Mataram Moegiratul Amaro, Mutia Devi Ariyana, Wiharyani Werdiningsih, Baiq Rien Handayani, Nazaruddin Nazaruddin, Sri Widyastuti Pemanfaatan Limbah Kotoran Unggas Sebagai Biobriket Di Desa Teruwai Kabupaten Lombok Tengah Ida Ayu Widhiantari, Guyup Mahardhian Dwi Putra, Agriananta Fahmi Hidayat, Surya Abdul Muttalib, Zulhan Widya Baskara, Wahyudi Zulfikar Pemanfaatan Limbah Kotoran Unggas Sebagai Pupuk Kompos Di Desa Teruwai Kabupaten Lombok Tengah Diah Ajeng Setiawati, Joko Sumarsono, Sirajuddin Haji Abdullah, Asih Priyati, Fakhrul Irfan Khalil Pelatihan dan Sosialisasi Teknologi Pengolahan Jamur Tiram di Desa Selagalas Kecamatan Sandubaya Kota Mataram Ahmad Alamsyah, Eko Basuki, Agustono Prarudiyanto, Siska Cicilia Optimalisasi Lahan Sempit Melalui Budidaya Tumpangsari Genotipe Kacang Tanah Dengan Jagung A Farid Hemon, Sumarjan, Hanafi Abdurachman Penggunaan Benih Bermutu Untuk Meningkatkan Produksi Kacang Tanah Di Lahan Kering Desa Gumantar Lombok Utara Sumarjan, Dwi Ratna Teh Gyrinops : Produk Inovatif dari Istri Petani Desa Duman Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat I Gde Adi Suryawan Wangiyana, Dina Soes Putri Pelatihan Teknik Cuci Tangan (WHO, 2009) Pada Pegawai Di Rumah Sakit Universitas Mataram Linda Silvana Sari, Titi Pambudi Kurniawati, Eustachius H Wardoyo, Rina Lestari Peningkatan Pemahaman Tentang Mutu dan Keamanan Makanan/Jajanan Bagi Siswa SD di Mataram Yeni Sulastri, M. Abbas Zaini, Zainuri, Rucitra Widyasari, Rini Nofrida, Novia Rahayu Pelatihan Pembuatan Tepung Ikan Di Desa Sanolo Kecamatan Bolo Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat Nadirah Karimatul Ilmi, Alis Mukhlis, Sanca Rahmatullah, Anita Prihatini Ilyas, Awan Dermawan Penyuluhan Mengenai Penanganan Penyakit Pada Ikan Kerapu Di Batu Nampar, Lombok Timur Fariq Azhar, Dewi Putri Lestari, Bagus Dwi Hari Setyono, Andre Rachmat Scabra Pemberdayaan Wanita Pesisir Melalui Olahan Pangan Berbasis Mangrove di Desa Paremas Kabupaten Lombok Timur Sitti Hilyana, Sadikin Amir, Muhammad Marzuki, Ayu Adhita Damayanti x

11 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Evaluasi Potensi untuk Pendirian Usaha Rumahan sebagai bagian Pengembangan Kewirausahaan di Dusun Koloh Brora Baiq Nurul Suryawati *, Laila Wardani, Sulaeman Sarmo, Muttaqillah Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mataram, Indonesia Kata Kunci: Evaluasi Potensi; Pengembangan Kewirausahaan; Usaha Rumahan Abstrak: Sebagai salah satu daerah yang terdampak gempa, dusun Koloh Brora, di Kabupaten Lombok Utara tengah berbenah. Dusun Koloh Berora adalah desa yang menjadi pembuka sebelum dapat mengakses daerah lainnya yang menjadi tujuan wisata. Penurunan wisatawan yang drastis, menyebabkan kehidupan warga sekitar juga kehilangan sebagian besar pendapatannya. Untuk mengembangkan kewirusahaan maka para perempuan dan masyarakat sekitar dibekali berbagai keterampilan untuk dapat memulai usaha rumahan. Dikarenakan keterampilan sederhana yang diberikan menyasar kepada para perempuan di wilayah sekitar, maka keterampilan membuat jajanan sederhana diajarkan secara berkala pada perempuan yang berpartisipasi dalam program pengabdian ini. Tahapan pertama pelaksanaan pengabdian, dimulai dengan melakukan pendataan bagi para perempuan yang diidentifikasi dapat mengikuti program secara berkelanjutan, tahapan kedua adalah pelatihan berupa pemberian keterampilan membuat jajanan, tahapan ketiga adalah musyawarah dengan duduk bersama saling bertukar pikiran untuk sama-sama mengevaluasi kegiatan sebelumnya. Beberapa usul saran muncul sebagai hasil diskusi antara lain kurangnya peralatan memadai untuk memulai usaha mandiri, beberapa masyarakat mengharapkan bantuan berupa peralatan pembuat kue perorangan, untuk sementara peralatan pembuat kue di berikan kepada salah satu perwakilan saja.terdapat indikasi pada saat musyawarah terkait peluang pasar bekerja sama untuk penjualan difasilitasi oleh salah seorang anggota masyarakat yang juga bekerja di pondok pesantren di wilayah Menggala. Sebelum memulai pemasaran lebih lanjut, dilakukan uji coba menjajakan produk di area bukit perkemahan Dusun Koloh Brora yang saat program dilakukan menjadi pasar potensial, karena terdapat kegiatan Jambore Pramuka, dimana pelajar yang tergabung dalam Pramuka dari seluruh Sekolah Dasar dan Menengah yang ada di Lombok Utara, dari hasil penjualan ternyata hampir 50% kue yang ditawarkan tidak laku terjual. Adapun jajanan yang ditawarkan sebagai variasi peningkatan keterampilan adalah bolu kukus, pukis, kue sumping, dan putu ayu. Kejadian di lapangan ini memberikan umpan balik pada tim pengabdian masyarakat untuk melakukan studi strategi pemasaran yang lebih kompleks pada konsumen, agar produk yang diberikan sesuai dengan keinginan konsumen. Oleh karena itu, kolaborasi tim pengabdian masyarakat dengan mahasiswa KKN di program berikutnya sebagai perpanjangan dari kegiatan pengabdian masyarakat diformulasikan sebagai solusi, akan tetapi alokasi dan penugasan dosen pembimbing lapangan yang sangat terbatas kembali menjadi kendala bagi keberlangsungan program ini. Sebagai bagian dari pelaksanaan program pengabdian ini, masyarakat setempat juga disarankan membuat kelompok yang memiliki legal format untuk menjamin komitmen dari masyarakat, khususnya para perempuan yang menjadi partisipan dalam program ini. Korespondensi: PENDAHULUAN Lombok Utara dikenal sebagai salah satu daerah tujuan wisata, keberadaan berbagai usaha yang bergerak di bidang pariwisata saat ini sangat erat kaitannya dengan perkembangan ekonomi nasional. Usaha ini mempunyai kedudukan, potensi dan peranan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

12 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat yang sangat penting dalam mewujudkan tujuan pembangunan ekonomi. Usaha di industri pariwisata diharapkan mampu menciptakan atau memperluas kesempatan kerja, distribusi pendapatan dan meningkatkan pendapatan masyarakat serta mampu menciptakan stabilitas ekonomi. Bila kita melihat kejadian bencana alam yang melanda Lombok di tahun 2018, khususnya Lombok Utara, sebagian besar usaha yang berbasis pariwisata nampak belum bangkit sepenuhnya. Akan tetapi optimisme tetap dibangun bahwa di kemudian hari Lombok Utara mampu mempertahankan ketangguhannya dalam menghadapi mundur-nya industri pariwisata saat ini. Pembinaan dan pengembangan industri pariwisata sudah selayaknya harus mendapat perhatian pemerintah dan swasta. Bentuk perhatian diwujudkan dalam upaya pembinaan dan pengembangan seperti penyuluhan, pendidikan pelatihan, motivasi, konsultasi, pendampingan serta dalam bentuk lainnya yang mengarah pada perbaikan mutu usaha. Lebih lanjut di NTB, dusun Koloh Berora menjanjikan berbagai macam potensi untuk dapat dikembangkan menjadi daerah dengan berbagai usaha berbasis pengembangan potensi kepwriwisataan. Hal ini didukung dengan banyak potensi alam yang dapat dikembangkan menjadi berbagai jenis usaha kreatif dan berbasis kerakyatan. Industri rumahan, kreatif dan kerakyatan memungkinkan banyak masyarakat untuk dapat terlibat di dalamnya. Fakta yang nampak dilapangan berbanding terbalik, terlihat dari kurangnya usaha kreatif dan kerakyatan berbasis pariwisata. Melihat kecenderungan masyarakat, umumnya masyarakat lebih suka membuka kios atau berjualan kelontong. Hal ini dilakukan karena dianggap mudah dan tidak memerlukan keterampilan khusus, dikarenakan banyaknya penduduk yang menjalankan usaha yang sama, maka persaingan menjadi ketat dan keuntungan justru sulit untuk didapat. Potensi-potensi usaha yang berorientasi pada pengembangan masyarakat seharusnya bisa dilakukan. Oleh karena itu, pendampingan terhadap warga disekitar daerah pusuk pass perlu dilakukan. Sejalan dengan tujuan program pengabdian ini, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTB H Lalu Paozal, Rabu kemarin (6/2) dalam kutipan yang diakses melalui mengatakan:...anggaran yang diperuntukkan untuk pariwisata ini difokuskan pada pengembangan desa wisata di wilayah NTB, mulai dari kota hingga ke desa. Hal ini dikarenakan banyaknya destinasi bagi pariwisata di setiap desa. Salah satunya daerah perkotaan, yaitu kota Mataram di wilayah Ampenan dan Sekarbela.Selanjutnya di Lombok Tengah ada juga Desa Sepakek dengan zero waste dan Desa Jurang Sate nanti akan dikembangkan embrio desa wisata. Untuk di Kabupaten Lombok Utara ada Desa Segentar salah satu desa budaya di KLU kemudian Senaru yang merupakan desa adat. Dusun Koloh Berora, merupakan dusun pembuka pintu yang terletak dekat di wilayah sekitar pusuk yang notabene merupakan daerah pariwisata dan jalan masuk dalam wilayah Lombok Utara. Banyaknya lahan berbukit memungkinkan pengembangan wahana pariwisata. Tidak hanya pengembangan wahana pariwisata, kondisi tanah perkebunannya layak untuk dikembangkan menjadi desa agrowisata. Kesulitan yang dihadapi para penduduk adalah kurangnya pengenalan terhadap potensi diri, serta pengetahuan tentang berbagai variasi usaha agar dapat memulai usaha rumahan baik yang menghasilkan barang ataupun Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

13 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat jasa. Selama ini masyarakat sekitar hanya memiliki orientasi akan usaha adalah berdagang. Berkenaan dengan situasi tersebut, maka pelatihan ini akan dilakukan untuk membantu penduduk di dusun Koloh Berora untuk mengembangkan potensi usaha mereka untuk memulai usaha kecil dan usaha kreatif lainnya. Ada beberapa permasalahan yang nampak di Dusun Koloh Brora yang dapat diidentifikasi, antara lain: 1. Para perempuan di Dusun Koloh Berora umumnya memiliki keterbatasan keterampilan, sehingga usaha yang mereka geluti hanya berkisar dagang saja, potensi berbagai usaha rumahan tidak dimaksimalkan padahal potensi usaha rumahan memberikan keuntungan yang jauh lebih besar. 2. Para perempuan tersebut tidak memiliki pengetahuan untuk mengenali apa yang dibutuhkan oleh lingkungan sekitar. Kalaupun sudah ada desa agrowisata Kerujuk, Dusun Koloh Berora yang merupakan dusun paling dekat dengan area wisata Pusuk tidak banyak memiliki variasi usaha hanya berjualan hasil kebun seperti durian, air nira dan sebagainya. Kreativitas masyarakat dan kejelian masyarakat melihat potensi ini perlu dibantu galakkan. 3. Selain itu, para perempuan ini umumnya langsung menutup usaha mereka apabila mengalami kemunduran, sehingga perlu diperkenalkan dengan praktek pengenalan lingkungan persaingan dan mengatasi berbagai persaingan usaha yang mungkin timbul. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk mempertahankan usaha yang sudah dirintis. Oleh karena itu, untuk dapat memecahkan masalah maka rumusan masalah yang dapat di observasi adalah minimnya upaya saling bertukar pikiran yang terfasilitasi dari para perempuan, dan kenyataan bahwa usaha dagang yang paling mudah dijalankan walaupun sangat sederhana. Usaha dagang tidak memberikan kesempatan para perempuan ini untuk menambah nilai produk, sehingga keberlangsungan usaha dagang ini dirasa sangat minim. Mereka cenderung mudah patah arang ketika usaha mereka mengalami kemunduran, sehingga diharapkan adanya peningkatan keterampilan. Peningkatan keterampilan ini diharapkan dapat meningkatkan kepercayaan diri para perempuan ini untuk menjalankan usaha rumahan mereka sendiri, seperti berbagai usaha jajanan tradisional. METODE KEGIATAN Untuk menguraikan metode kegiatan akan dijabarkan dalam poin Solusi, Target Luaran, Peta Jalan Pengabdian dan Metode Pelaksanaan yang akan diurai sebagai berikut: Solusi Para perempuan di dusun Koloh Berora, umumnya menjalankan usaha dagang karena dianggap paling mudah, tanpa terlebih dahulu mengenali potensi usaha yang benar-benar tersedia. Apabila mereka merasa penurunan pendapatan terjadi dalam proses menjalankan usaha tersebut maka pilihan pertama mereka adalah menutup usaha tersebut, tanpa melakukan peningkatan kualitas produk. Pembekalan keterampilan membuat jajanan tradisional untuk memulai usaha kecil rumahan ini di desain dengan teknik yang sederhana, yaitu menyasar pada dua poin: Poin pertama, yaitu pembekalan keterampilan membuat Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

14 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat jajanan tradisional. Proses ini akan dilakukan dengan cara pelatihan bersamaa, yaitu praktek membuat jajanan dengan dipandu oleh fasilitator. Peran fasilitator diperlukan untuk menyediakan peralatan membuat jajanan, bahan-bahan membuat jajanan, pemberian keterampilan pengemasan yang menarik setiap minggu selama satu bulan penuh. Poin yang kedua, berkenaan dengan pendampingan pelaksanaan usaha, salah satunya dengan mendampingi para perempuan tersebut dengan keterampilan memasarkan produk. Keterampilan memasarkan produk dimulai dengan mengenali lokasi strategis. Keterampilan pencatatan uang masuk dan keluar secara terpandu juga dilakukan agar para perempuan tersebut dapat mengevaluasi usaha mereka. Evaluasi usaha secara berkala dilakukan bersamasama agar dapat menemukan kelemahan dan kelebihan dari masing-masing kelompok. Target Luaran Target luaran dari pembekalan keterampilan membuat jajanan ini adalah usaha rumahan baru bagi para perempuan yang ada di Dusun Koloh Berora. Para perempuan ini umumnya mengandalkan pendapatan dari kepala keluarga. Bagi para perempuan yang sudah memiliki usaha dagang, umumnya usaha dagang dijalankan secara ikut-ikutan dan bersifat temporer atau sementara saja. Para perempuan yang dimaksud sebagai target adalah: para perempuan di dusun Koloh Berora-Kabupaten Lombok Utara yang mengikuti program pembekalan dan merupakan penduduk asli yang didampingi untuk menjalankan usaha rumahan agar dapat meningkatkan taraf hidup mereka. Peta Jalan (Road Map) Pengabdian Untuk dapat menunjukkan bagaimana pengabddian ini dapat memberi kontribusi kepada masyarakat di Kabupaten Lombok Utara, maka berikut akan diuraikan apa yang sudah dilakukan, yang akan dilakukan dan tujuan akhirnya. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

15 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Tabel Peta Jalan (Road Map) Pengabdian Pengabdian yang sudah dilakukan Pengabdian yang akan dilakukan Tujuan Akhir Pelatihan Pengelolaan Modal, Pemasaran, dan Inovasi bagi Ibu-ibu Rumah Tangga di Pesisir Tanjung Karang Bangsal-Kota Mataram (2012) Pembekalan Keterampilan sebagai Upaya Menstimulus Jiwa Kewirausahaan pada Istri-istri Nelayan di Pesisir Pantai Ampenan (2013) Pelatihan Pengelolaan Modal Kerja sebagai Sumber Pembiayaan Internal untuk Pengembangan Usaha Kecil di Desa Bentek-Kecamatan Pemenang Barat- Kabupaten Lombok Utara (2014) (2019) Pendampingan Keterampilan untuk Memulai Usaha Kecil dan Usaha Rumahan (2021) Pelatihan Tata Kelola Organisasi di dalam Pengembangan Usaha Kecil dan Usaha Rumahan Usaha Kecil dan Usaha Rumahan sebagai Kegiatan Mandiri Perempuan untuk Peningkatan Kesejahteraan Keluarga bagi Penduduk di Daerah Marjinal Pendampingan Manajemen Inovasi pada Usaha Pembuatan Gula Aren di Dusun Bentek Kecamatan Pemenang Barat Kabupaten Lombok Utara (2015) Pemberdayaan Perempuan Penjual Kolang Kaling dan Jamur Melalui Pelatihan Kecakapan Hidup di Desa Pemenang Barat Kabupaten Lombok Utara (2016) Pengenalan dan Praktek Audit Pemasaran Bagi Para Wanita yang Memiliki Usaha di Dusun Koloh Berora-Kabupaten Lombok Utara (2017) (2020) Pembentukan Kelompok Usaha Kecil dan Usaha Rumahan secara Mandiri (2022) Pengelolaan Keuangan, Aliran Kas dan Pemanfaatan Utang untuk Efektivitas Usaha Kecil dan Usaha Rumahan Pelatihan Pengembangan Strategi Pemasaran Jasa Untuk Meningkatkan Variasi Usaha Baru di Wilayah Sekitar Pusuk Pass Lombok Utara (2018) Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

16 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Metode Pelaksanaan Metode pembekalan keterampilan ini akan dirancang sedemikian rupa dengan pengelompokan warga dan penyediaan bahan serta peralatan awal membuat jajanan tradisional dari tim pengabdian masyarakat. Selain itu, juga akan didampingi dalam memasarkan serta mengevaluasi hasil usaha agar para perempuan tersebut dapat termotivasi untuk memiliki usaha. Tim pengabdian masyarakat merencanakan dan mengembangkan berbagai metode untuk meningkatkan keterampilan para perempuan tersebut. Selanjutnya, diciptakan suasana yang menyenangkan agar para perempuan tersebut dapat memberikan informasi dan berpartisipasi secara lugas dengan membantu mereka memasarkan produk mereka. Beberapa metode brainstorming juga akan dilakukan untuk mengidentifikasi beragam informasi dari para perempuan ini berkenaan dengan sedikitnya keterampilan yang mereka miliki. Selain tim pengabdian, dengan koordinasi dari LPPM program pengabdian ini juga akan melibatkan mahasiswa KKN. Penempatan dan pengalokasian mahasiswa KKN serta penentuan Dosen Pembimbing Lapangan akan sepenuhnya dalam kewenangan LPPM HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian dilaksanakan sesuai dengan yang direncanakan. Pada pertemuan pertama, beberapa anggota masyarakat dikumpulkan untuk mengidentifikasi kesediaan dari para perempuan di wilayah Dusun Koloh Brora untuk mengikuti program pengabdian ini. Selanjutnya, pertemuan berikutnya dilakukan praktek bersama pembuatan jajanan rumahan, yaitu sumping prenggi, bolu kukus, putu ayu, dan pukis. Partisipan datang dan melihat serta ikut terlibat dalam kegiatan praktek bersama sebagaimana terdokumentasi sebagai berikut: Gambar 1. Partisipan berdatangan menuju lokasi praktek bersama (kiri) dan Bersama-sama melakukan praktek membuat jajanan rumahan (kanan) Semua kegiatan difasilitasi oleh Ibu Hj. Sri Puspawati sebagai penggerak perempuan di Dusun Koloh Brora melalui Bale Terampil yang digagas untuk meningkatkan keterampilan masyarakat setempat. Selama kegiatan berlangsung, kendala utama adalah para perempuan yang notabene adalah ibu rumah tangga membawa serta anak mereka sehingga mereka tidak konsentrasi dalam mengikuti pelatihan. Banyaknya anak-anak yang memainkan peralatan pembuatan kue sehingga beberapa peralatan seperti tutup cetakan pukis dan cetakan putu ayu rusak, selain itu hasil yang sudah jadi habis dibagi-bagi menyebabkan sulit sekali Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

17 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat memberikan penjelasan terkait kalkulasi untung rugi untuk memulai usaha. Meskipun demikian antusiasme yang ditunjukkan warga menyebabkan proses praktek bersama dapat berjalan dengan lancar. Kegiatan berikutnya dilakukan berselang satu minggu setelah praktek bersama, adalah memberikan informasi terkait evaluasi potensi pendirian usaha. Untuk mengantisipasi kesulitan dalam memberikan penjelasan, sebagai hasil dari praktek kerja bersama, maka tim pengabdian mengantisipasi hal tersebut dengan membuat jajanan serupa sesuai dengan yang dipraktekkan. Jajanan rumahan yang sudah dibuat kemudian sebagian-nya dibagi kepada para peserta pelatihan praktek kerja bersama. Kegiatan selanjutnya yang dilakukan adalah memberikan informasi berupa salinan resep serta mengulas kegiatan praktek bersama yang sudah dilakukan. Rangkaian kegiatan terdokumentasi sebagaimana dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 2. Penyampaian informasi tentang evaluasi pendirian usaha dengan pengenalan potensi diri (kiri) dan Fasilitator menjawab pertanyaan dari warga (kanan) Dalam sesi rembug bersama, beberapa peserta mengutarakan kekhawatiran-nya untuk memulai usaha, dikarenakan terkendala alat pembuatan kue, modal memulai usaha, dan kebingungan akan memasarkan usaha mereka. Tim fasilitator mencoba memfasilitasi dengan mengurai kembali permasalahn tersebut pada masyarakat sebagai bagian dari problem-solved learning. Salah seorang peserta ada yang memiliki afiliasi dengan pesantren yang ada di daerah Menggala, dan bersedia untuk memasarkan produk. Selanjutnya, isu yang diungkap partisipan adalah peralatan kerja, pemilik Bale Terampil, dalam hal ini bu Hj. Sri Puspawati, mengutarakan bahwa apabila dipinjamkan peralatan, barang inventaris yang dimiliki ternyata banyak yang rusak dan tidak kembali. Hasil diskusi merumuskan bahwa kalaupun akan melakukan kegiatan, akan dilakukan secara bersama di Bale Terampil sesuai dengan yang sudah disepakati. Perihal modal kerja yang juga diungkapkan sebagai kendala, dapat diatasi seiring dengan adanya upaya pembentukan Koperasi Wanita sedang digagas agar dapat membantu permodalan bagi rintisan usaha rumahan di Dusun Koloh Brora. Selanjutnya untuk melaksanakan apa yang sudah direncanakan, sebagian hasil jajanan rumahan yang sudah diproduksi di kemas dan dijual pada acara Jambore yang saat pelaksanaan program Pengabdian di Dusun Koloh Brora, sedang berlangsung di Bukit Perkemahan di area Dusun Koloh Brora. Sehari setelah acara tim pengabdian turun kembali untuk melihat catatan penjualan, ternyata dari 50 buah jajanan yang terdiri dari 15 buah kue Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

18 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat pukis, 15 buah roti kukus, 10 buah sumping prenggi dan 10 buah putu ayu yang dijual dengan harga Rp 1000 rupiah/buah, tersisa 30 buah dengan proporsi 10 buah roti kukus, 5 buah roti kukus, 8 buah sumping prenggi dan 7 buah putu ayu. Hasil ini menunjukkan masyarakat sekitar tidak menyukai pilihan jajanan yang disediakan. Oleh karena itu, sebagai bagian rencana pengabdian berikutnya, kegiatan survey pasar diperlukan sebelum melaksanakan rintisan usaha rumahan untuk mengetahui apa yang diinginkan oleh konsumen KESIMPULAN DAN SARAN Kegiatan pengabdian pemberian keterampilan jajanan dan evaluasi potensi diri untuk pengembangan kewirausahaan telah dilaksanakan dan dapat berjalan dengan lancar. Dengan adanya program pengabdian ini diharapkan para perempuan yang berdomisili di Dusun Koloh Brora dapat terinspirasi untuk memulai usaha. Saran untuk mengembangkan usaha di Dusun Koloh Brora adalah melakukan koordinasi internal agar dapat mengatasi permasalahan internal mereka. Koordinasi internal yang dimaksud bertujuan mengakomodir penyediaan dana mandiri dengan berpartisipasi dan membentuk Koperasi Wanita, secara konsisten melakukan kegiatan usaha yang lebih terorganisir dengan membagi diri dalam kelompok produsen dan pemasar. Kesulitan optimalisasi kegiatan ini adalah minimnya kesempatan tim pengabdian untuk dapat mendampingi warga dalam fase rintisan ini, sehingga saran yang diberikan adalah dengan mengalokasikan mahasiswa KKN, sebagaimana diketahui untuk menjadi Dosen Pembimbing Lapangan memerlukan penunjukan dari LPPM, dan tidak semua dosen dapat menjadi DPL. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Mataram yang telah memberikan dukungan finansial hingga program ini dapat dilaksanakan. DAFTAR PUSTAKA Radar Lombok, 2019, Dispar NTB Siapkan Anggaran Pengembangan Desa Wisata diakses di Suryawati, Baiq Nurul, et al, 2012, Pelatihan Pengelolaan Modal, Pemasaran dan Inovasi bagi Ibu-ibu Rumah Tangga di Pesisir Tanjung Karang Bangsal Kota Mataram, Laporan Pengabdian PNBP UNRAM, tidak dipublikasikan Suryawati, Baiq Nurul, et al, 2013 Pembekalan Keterampilan sebagai Upaya Menstimulus Jiwa Kewirausahaan pada Istri-istri Nelayan di Pesisir Pantai Ampenan, Laporan Pengabdian PNBP UNRAM, tidak dipublikasikan Suryawati, Baiq Nurul, et al, 2014, Pelatihan Pengelolaan Modal Kerja sebagai Sumber Pembiayaan Internal untuk Pengembangan Usaha Kecil di Desa Bentek- Kecamatan Pemenang Barat-Kabupaten Lombok Utara, Laporan Pengabdian PNBP UNRAM, tidak dipublikasikan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

19 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Suryawati, Baiq Nurul, et al, 2015, Pendampingan Manajemen Inovasi pada Usaha Pembuatan Gula Aren di Dusun Bentek Kecamatan Pemenang Barat Kabupaten Lombok Utara, Laporan Pengabdian PNBP UNRAM, tidak dipublikasikan Suryawati, Baiq Nurul, et al, 2016, Pemberdayaan Perempuan Penjual Kolang Kaling dan Jamur Melalui Pelatihan Kecakapan Hidup di Desa Pemenang Barat Kabupaten Lombok Utara, Laporan Pengabdian PNBP UNRAM, tidak dipublikasikan Suryawati, Baiq Nurul, et al, 2017, Pengenalan dan Praktek Audit Pemasaran Bagi Para Wanita yang Memiliki Usaha di Dusun Koloh Berora-Kabupaten Lombok Utara, Laporan Pengabdian PNBP UNRAM, tidak dipublikasikan Suryawati, Baiq Nurul, et al, 2018, Pelatihan Pengembangan Strategi Pemasaran Jasa Untuk Meningkatkan Variasi Usaha Baru di Wilayah Sekitar Pusuk Pass Lombok Utara, Laporan Pengabdian PNBP UNRAM, tidak dipublikasikan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

20 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Penyuluhan Dan Pendampingan Pencatatan Pembukuan Dan Pengelolaan Keuangan Pasca Gempa Kelompok Pedagang Pengolah Dan Pemasar (Poklahsar) Pantai Gading Kecamatan Sekarbela Mataram Endar Pituringsih*, Hermanto, Prayitno Basuki Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mataram, Indonesia Kata Kunci: Pencatatan Sederhana; Penyusunan Laporan Keuangan;Pedagang Ikan Bakar Abstrak: Kegiatan penyuluhan dan pendampingan pencatatan pembukuan dan pengelolaan keuangan pasca gempa kelompok pedagang pengolah dan pemasar (Pohlaksar) Pantai Gading bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada kelompok pedagang ikan bakar di Pantai Gading Kecamatan Sekarbela mengenai pedoman pengelolaan keuangan sehingga dapat menunjang peningkatan pendapatan pasca gempa. Tujuan lain dari kegiatan ini adalah memberikan pengetahuan yang memadai mengenai bagaimana cara menyusun laporan keuangan terutama pencatatan pembukuan. Selain itu, kegiatan pengabdian menjadi sarana untuk meningkatkan pengetahuan dan wawasan terkait penyusunan laporan keuangan secara sederhana yang dapat dimengerti oleh kelompok Pohlaksar. Kegiatan pelatihan ini ditujukan pada kelompok pedagang ikan bakar di Pantai Gading (POKLAHSAR). Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan pendekatan pemberian materi sesuai dengan kebutuhan peserta. Hasil kegiatan memberikan pengetahuan kepada pedagang ikan Pantai Gading dalam penyusunan laporan keuangan secara benar, baik perencanaan, pelaksanaan hingga pembuatan laporan keuangan Korespondensi: PENDAHULUAN Perkembangan perekonomian negara maupun daerah terutama Indonesia tidak terlepas dari kegiatan perekonomian masyarakat. Kegiatan perekonomian tersebut terbentuk dari berbagai sektor usaha yaitu sektor formal maupun sektor informal. Pertumbuhan sektor informal selain disebabkan ketidakmampuan sektor formal dalam menyerap lebih banyak tenaga kerja, namun juga karena rendahnya pendapatan disektor lain selain perdagangan. Para pekerja disektor informal memiliki ciri yang berbeda dengan penganggur, yaitu banyak berasal dari desa, berpendidikan rendah, berumur relatif dewasa dan berkeluarga. Aktivitas ekonomi berskala kecil atau usaha-usaha sektor informal merupakan kegiatan yang adaptif terhadap kondisi ekonomi yang buruk. Usaha di sektor informal ini dapat bertahan karena pada dasarnya menggunakan teknologi yang sederhana, bahan baku lokal, serta modal yang relatif kecil. Pada satu sisi, sektor informal diakui sebagai sektor yang menjadi bagian dari sistem ekonomi rakyat kecil, karena dianggap mampu menjadi penyangga yang mampu menyerap jumlah tenaga kerja ketika ekonomi sulit atau masa krisis (Pitoyono, 1999). Usaha berdagang merupakan salah satu alteranatif lapangan kerja informal, yang ternyata dapat menghasilkan pendapatan serta banyak menyerap tenaga kerja, seperti berdagang di sepanjang pesisir pantai. Sektor Perikanan dan kelautan merupakan salah satu sektor ekonomi yang memiliki peranan dalam pembangunan ekonomi nasional, khususnya dalam penyediaan bahan pangan protein, perolehan devisa, dan penyediaan lapangan kerja. Pada saat krisis Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

21 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ekonomi, peranan sektor perikanan semakin signifikan, terutama dalam hal mendatangkan devisa. Akan tetapi sektor perikanan selama ini belum mendapat perhatian yang serius dari pemerintah dan kalangan pengusaha, padahal bila sektor perikanan di kelola secara serius akan memberikan konstribusi yang lebih besar terhadap pembangunan ekonomi nasional serta dapat menegaskan kemiskinan masyarakat Indonesia terutama masyarakat nelayan dan petani Ikan. (Mulyadi, 2005) Pedagang ikan yang menjual ikan di pesisir pantai adalah salah satu merupakan bagian yang sangat penting dalam bidang perikanan, karena selain kegiatan menangkap ikan di alam, membudidaya dan mengolah ikan, komoditi lain perikanan salah satunya adalah ikan juga perlu dipasarkan baik secara grosir kepada pedagang ikan lain atau secara enceran kepada konsumen. Selanjutnya ikan juga mempunyai peranan sangat penting untuk dikonsumsi oleh manusia. Berkembangnya suatu usaha secara maksimal menuntut tersedianya sektor penunjang yang dapat mendukung kelancaran usaha yang sedang dijalankan. Salah satu penunjag tersebut adalah tersedianya bahan baku yang relatif murah, berkualitas dan berdaya saing sesuai dengan kemampuan konsumen. Dan disamping itu memerlukan juga sumber daya manusia yang kredibel dan cakap dalam memasarkan suatu barang, disertai dengan alat pendukung yang memadai dan terpelihara, dan permodalan yang cukup. Faktor-faktor inilah yang sering menjadi kendala dan permasalahan yang sering terjadi sehingga menghambat laju perkembangan usaha tersebut. Kelompok Pegelohan dan Pemasar (POKLAHSAR) bergerak dalam bidang pengolahan dan pemasar ikan yang tepat di Pantai Gading. POKLAHSAR sendiri mulai berdiri pada tahun 2016, yang diketuai oleh Fradina Fitiria Ningsih. Hingga tahun 2019, tenaga kerja sebanyak 33 orang. Kelompok usaha tersebut sudah dapat dikatakan baik dalam organisasi karena telah memiliki struktur organisasi tersendiri, yang terdiri dari ketua, bendahara, sekretaris, penasehat, seksi-seksi beserta anggota. Jenis usaha dari kelompok tersebut yaitu pengolahan hasil, dimana komoditas utama dari kelompok tersebut adalah ikan bakar seperti ikan tongkol dan ikan besar lainnya. Pedagang ikan bakar ini sendiri akan berjualan di sepanjang pesisir Pantai Gading. Pohlaksar memiliki delapan (8) lapak yang khusus untuk ikan bakar. Setiap lapak terdiri dari empat (4) sampai 5 (lima) orang untuk melakukan penjualan ikan bakar. Namun terkadang mengambil orang dari luar kelompok untuk membantu dalam penjualan ikan bakar. Lapak-lapak tersebut memulai penjualan dari jam pagi hingga pukul malam. Pada hari senin sampai jumat setiap lapak memperoleh hasil penjualan sekitar Rp ,- per hari. Pengunjung yang datangpun biasanya pasangan muda mudi dan pekerja kantoran yang kebetulan makan siang. Namun pada hari libur seperti hari sabtu dan minggu, penggunjung yang datang bisa mencapai orang dengan pendapatan untuk setiap lapak Rp. 2 juta yang kemudian dibagi rata dengan angggota di lapak tersebut. Hal ini disebabkan karena banyaknya pengunjung yang mendatangi Pantai Gading untuk menikmati hari libur. Namun hasil penjualan pedagang ikan bakar di Pantai Gading mengalami penurunan pada bulan Agustus bahkan bulan-bulan berikutnya, hal ini dikarenakan pada pertengahan tahun 2018 terjadi bencana alam yaitu gempa bumi. Sehingga pedagang ikan sepanjang pesisir pantai sepi pengunjung. Sebelum terjadinya gempa, setiap lapak mampu Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

22 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat menyediakan 250 ekor ikan tongkol dan 35 kg ikan besar. Akibatnya penjualan ikan bakar yang dilakukan oleh pedagang masih belum kondusif hingga sekarang. Adanya penurunan penjualan yang terjadi, menyebabkan pedagang ikan harus pandai dalam mengelola pendapatan yang diperoleh. Sehingga dapat memenuhi kebutuhan rumah tangga. Pencatatan serta pengeolaan keuangan untuk usaha yang dilakukan oleh pedagang ikan sendiri masih belum maksimal. Hal ini disebabkan karena keterbatasan pengetahuan yang dimiliki oleh pedagang ikan terkait pencatatan atas penjualan. Tidak semua pedagang ikan dapat mengelola keuangan mereka sendiri dengan baik, sehingga para pedagang tersebut tidak memiliki pengetahuan berapa keuntungan ataupun rugi yang mereka peroleh. Permasalahan ini diperkuat oleh pernyataan Presiden Direktur Prudential Indonesia William Kuan menyatakan bahwa di Indonesia banyak menjalankan usaha kecil. Meski demikian, yang memiliki akses pengetahuan keuangan baik masih sedikit. Hal ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan. Melihat permasalahan yang ada tentunya hal ini membutuhkan solusi dengan mengadakan pelatihan bagi para pedagang terutama pedagang ikan yang berkaitan dengan pengelolaan keuangan. Sehingga dapat membantu meningkatkan taraf pendapatan pedagang. Oleh karena itu, melalui Tim Pengabdian Kepada Masyarakat Magister Akuntansi Universitas Mataram menilai perlu melakukan penyuluhan mengenai pengelolaan keuangan pada pedagang ikan, penyuluhan yang diselenggarakan oleh Dosen Unram ini bertujuan untuk memberikan pelatihan kepada para pedagang ikan untuk mengelola keuangan dengan baik sehingga dapat meningkatka pendapatan serta mensejahterakan anggota keluarganya. METODE KEGIATAN Adapun metode pelaksanaan kegiatan Pengabdian Pada masyarakat ini dilakukan dengan metode Ceramah, tutorial, dan diskusi. Pengabdian ini melibatkan 2 orang mahasiswa magister akuntansi dalam pelaksanannya. Adapun langkah-langkah kegiatan sebagai berikut : 1. Langkah 1 (Metode Ceramah) Peserta diberikan penyuluhan tentang kiat sukses berwirausaha dan pedoman pengelolaan keuangan untuk usaha mikro seperti pedagang ikan Pantai Gading. 2. Langkah 2 (Metode Tutorial) Peserta pelatihan diberikan latihan singkat tentang akuntansi dengan praktek secara langsung dengan cara melakukan pendampingan tentang cara membuat laporan keuangan untuk usaha kecil. 3. Langkah 3 (Metode Diskusi) Peserta diberikan kesempatan untuk menyampaikan dan mendiskusikan permasalahan yang dihadapi dalam pengelolaa keuangan. Secara lengkap tahapan kegiatan pelatihan dan edukasi disajikan pada Gambar di bawah ini. Langkah 1 Metode Ceramah 5. Peserta diberikan penyuluhan tentang berwirausaha dan pedoman pengelolaan keuangan untuk kelompok usaha seperti pedagang ikan Pantai Gading Hotel Grand Legi Mataram, 26 September Langkah 2 Metode Tutorial 1. Peserta pelatihan diberikan latihan singkat tentang akuntansi dengan

23 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Gambar 1. Tahapan Pelaksanaan Kegiatan HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian dilakukan di Pantai Gading pada hari Selasa 20 Agustus 2019 pada pukul Wita. Peserta pengabdian dihadiri oleh 32 peserta kelompok Pohlaksar Pantai Gading Kecamatan Sekarbela-Mataram. Sebelum kegiatan pengabdian dilakukan, tim pengabdian telah melakukan pemberitahuan informasi secara langsung kepada ketua kelompok yang kemudian disampaikan pada setiap anggota kelompok. Selanjutnya kegiatan pengabdian ini dilakukan dengan mempresentasikan materi mengenai pencatatan pembukuan dan pengelolaan keuangan kepada peserta, yang dilanjutkan dengan sesi tanya jawab/diskusi antara pemateri dan peserta pengabdian. Beberapa materi telah dipersiapkan dalam bentuk handout yang dibagikan pada peserta pengabdian yang bertujuan untuk mempermudah peserta dalam memahami pokok bahasan yang akan diberikan oleh pemateri. Pemberian materi ini akan dilakukan dengan cara presentasi oleh pemateri dengan menampilkan slide powerpoint yang secara lengkap akan disajikan pada lampiran. Adapun materi yang diberikan secara garis besar adalah tentang Pencatatan Pembukuan dan Pengelolaan Keuangan, dan secara khusus materi yang disampaikan antara lain: Definisi Akuntansi Akuntansi adalah suatu proses mencatat, mengklasifikasi, meringkas, mengolah dan menyajikan data, transaksi serta kejadian yang berhubungan dengan keuangan sehingga dapat digunakan oleh orang yang menggunakannya dengan mudah dimengerti untuk pengambilan suatu keputusan serta tujuan lainnya. Akuntansi berasal dari kata asing accounting artinya menghitung atau mempertanggungjawabkan. Akuntansi digunakan di hampir seluruh kegiatan bisnis di seluruh dunia untuk mengambil keputusan sehingga disebut sebagai bahasa bisnis. Adapun beberapa fungsi akuntansi secara umum, yang diantaranya sebagai berikut ini: Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

24 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Untuk mengetahui dan menghitung laba maupun rugi yang telah didapat oleh perusahaan. Untuk memberikan informasi yang dapat berguna bagi manajemen perusahaan. Dapat membantu untuk menetapkan hak bagi masing-masing pihak yang memiliki kepentingan dalam suatu perusahaan, baik itu pihak internal ataupun eksternal. Untuk mengawasi dan mengendalikan berbagai macam aktivitas yang terjadi pada perusahaan. Dan untuk membantu perusahaan dalam mencapai targetnya yang senelumnya telah ditentukan. Siklus akuntansi adalah proses penyusunan suatu laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterima. Banyak sekali perusahaan terutama untuk perusahaan kecil dan menengah yang mencatat keuangan hanya sebatas mencatat jumlah pengeluaran dan pemasukan secara sederhana. Informasi belum bisa dijadikan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan operasional usaha. Informasi akuntansi dapat dihasilkan melalui siklus akuntansi. Informasi berupa laporan keuangan dihasilkan melalui proses akuntansi yang panjang. Pada proses tersebut terdapat tahap-tahap yang harus dipenuhi untuk mendapatkan hasil laporan yang baik, valid dan akuntabel. Tahap-tahap itulah yang kemudian disebut sebagai siklus akuntansi. Siklus akuntansi merupakan proses penyusunan suatu laporan keuangan yang dapat dipertanggungjawabkan dan diterima secara umum. Prinsip-prinsip dan kaidah akuntansi, prosedur-prosedur, metode-metode serta teknik-teknik dari segala sesuatu yang dicakup dalam ruang lingkup akuntansi dicatat dalam suatu periode tertentu. Pada umumnya, siklus akuntansi selalu dimulai dari transaksi sampai pada pembuatan laporan keuangan perusahaan. Dilanjutkan dengan adanya saldo yang ditutup dengan jurnal penutup atau sampai pada jurnal pembalik. Pencatatan Pembukuan Kegiatan suatu usaha (bisnis) penting untuk dilakukan pencatatan. Organisasi memerlukan pencatatan aset (harta) yang dimiliki (kewajiban), ekuitas (modal sendiri), pendapatan dan biaya selama operasi dijalankan dalam satu periode. Pencatatan sangat diperlukan karena dapat memberikan gambaran apa yang terjadi selama periode tersebut. Pembukuan dalam perusahaan bisnis adalah dasar dari sistem akuntansi. Menurut UU Nomor 28 Tahun 2007 Pasal 28, pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal, penghasilan, dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi untuk periode tahun pajak tersebut. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

25 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Terdapat beberapa metode umum dalam pembukuan yaitu sistem pembukuan masukan-tunggal dan pembukuan berpasangan. Kedua sistem ini dapat dilihat sebagai pembukuan nyata. Sistem pembukuan masukan-tunggal adalah sumber catatan pembukuan primer seperti buku kas. Hal ini sama dengan daftar rekening koran dan menempatkan pendapatan dan pengeluaran ke berbagai akun pendapatan dan pengeluaran. Sistem ini bekerja hanya jika Anda bergerak dalam perusahaan kecil dengan volume transaksi yang rendah. Sedangkan Sistem Berpasangan cocok untuk perusahaan berukuran besar dan memiliki kompleksitas. Dengan sistem ini, Anda dapat membuat dua entri untuk setiap transaksi. Debit dibuat ke satu akun dan sebuah kredit dibuat ke akun lainnya. Ini adalah kunci dari sistem berpasangan. Bentuk pembukuan ini lebih baik daripada pembukuan masukan-tunggal. Berikut ini adalah beberapa manfaat penting dari aktivitas pembukuan keuangan bagi kondisi bisnis: Mengetahui Besarnya Keuntungan atau Kerugian Hal ini bisa disebut sebagai hal terpenting dalam menjalankan sebuah bisnis. Karena memang dalam menjalankan sebuah bisnis yang dicari ialah keuntungan. Jika terjadi kerugian maka haruslah segera dicari solusi pemecahannya agar tidak selalu mengalami kerugian yang bisa berimbas pada matinya atau berakhirnya bisnis yang telah dijalankan. Dengan mengetahui setiap transaksi yang ada pada setiap harinya serta mengetahui arus distribusi uang dan barang dalam perusahaan, maka Anda dapat mengetahui estimasi untung yang akan didapat atau rugi yang akan diderita. Dari pencatatan setiap transaksi yang ada, maka akan terdapat angka-angka yang bisa menunjukkan bagaimana perkembangan keuangan bisnis. Mengetahui Setiap Transaksi yang Dilakukan Oleh Perusahaan Fungsi primer dari pembukuan adalah untuk mengetahui setiap transaksi yang dilakukan di dalam perusahaan. Tak akan ada satu transaksi pun yang terlewat atau tidak tercatat. Dalam hal ini dibutuhkan ketelitian untuk melakukan pencatatan. Pencatatan yang teliti dan rapi sangatlah memberikan pengaruh terhadap keberlangsungan bisnis yang dijalankan. Dengan mengetahui transaksi apa saja yang ada pada hari itu maka akan diketahui bagaimana distribusi uang pada hari itu, kemana uang itu pergi, dan dari siapa saja uang itu keluar. Tidak hanya distribusi uang namun juga mengetahui distribusi barang. Berapa banyak jumlah barang yang telah dikeluarkan pada hari itu dan berapa banyak pula barang yang telah dimasukkan ke dalam perusahaan. Bahan Penilaian Bisnis Pembukuan bisnis ialah sebuah rekaman tentang segala aktivitas yang ada di dalam perusahaan. Dari rekaman ini akan didapat gambaran bagaimana bisnis yang telah dijalankan dalam perusahaan tersebut. Apakah membawa dampak yang baik seperti diperolehnya laba atau justru hanya membawa kerugian. Jika telah didapat laba maka akan dicari dan disusun strategi untuk mempertahankan keberlangsungan bisnis agar tetap bisa memberikan keuntungan. Apakah akan tetap memakai cara dan startegi yang lama dengan beberapa kali penyesuaian atau memakai cara dan strategi yang baru. 1. Laporan Keuangan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

26 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Pencatatan kegiatan transaksi keuangan merupakan hal yang wajib dilakukan oleh para pelaku usaha, mulai dari owner, manager, supervisor, operator dan akuntan. Kegiatan pencatatan keuangan ini tidak hanya dilakukan oleh perusahaan besar saja, melainkan usaha kecil dan menengah juga harus memiliki dan membuat catatan keuangan baik harian mingguan bulanan karena kegiatan ini sangat penting terhadap masa depan usahanya. Jika sebuah usaha atau bisnis dijalankan tanpa memiliki informasi atau catatan yang jelas dan detail tentang arus kas, pendapatan, pengeluaran, biaya-biaya, hutang dan lain-lain. Maka akan dipastikan terjadi ketidakseimbangan dan kerancuan antara pemasukan dan pengeluaran. Jika sudah terjadi hal tersebut maka tinggal menunggu waktu saja usaha tersebut akan gulung tikar / bangkrut. Laporan keuangan merupakan catatan atau riwayat tentang informasi kegiatan keuangan perusahaan pada suatu waktu akutansi (waktu tertentu), yang digunakan untuk menggambarkan kondisi atau kinerja perusahaan tersebut. Laporan keuangan juga bisa diartikan sebagai catatan informasi keuangan perusahaan yang telah disusun rapi guna mengevaluasi kinerja perusahaannya, dimana informasi tersebut untuk memenuhi pihak yang memakainya. Namun, didalam laporan keuangan juga tidak memberikan semua informasi yang dibutuhkan untuk menentukan kebijakan ekonomi karena isi dari laporan keuangan hanya untuk menggambarkan secara umum pengaruh keuangan dan kejadian masa lalu dan tidak ada kewajiban untuk menyediakan informasi non finansial. Laporan keuangan yang sederhana akan berisi: Neraca Laporan neraca adalah laporan yang berisi gambaran posisi aktiva, kewajiban/hutang serta modal pada periode waktu tertentu yang telah ditentukan. Neraca dapat disusun setiap saat maupun interval waktu tertentu. Laporan laba rugi laba rugi merupakan selisih, baik positif maupun negatif yang hasilkan dari kegiatan operasional dan non-operasional perusahaan selama periode waktu tertentu. Laporan arus kas Laporan Arus Kas adalah kegiatan transaksi yang berdampak pada materil yang tidak diperkirakan terjadi berulang kali dan kejadian tersebut juga tidak dianggap sebagai hal yang berulang dalam proses operasional di dalam perusahaan Adapun karakteristik dari laporan keuangan adalah sebagai berikut: Relevan Untuk bisa dikatakan relevan, maka laporan keuangan harus menyajikan informasi yang dapat mempengaruhi pemakai agar membantu mengevaluasi aktivitas masa lalu maupun sekarang dan dapat memprediksi masa yang akan datang serta menegaskan hasil dari evaluasi masa lalu. Syarat-syarat informasi laporan keuangan yang relevan: Mempunyai manfaat umpan balik, laporan keuangan memberi ruang kemungkinan pengguna untuk dapat mengoreksi kebijakan mereka di masa lalu. Mempunyai manfaat prediktif, laporan keuangan mampu membantu pemakai agar dapat meramalkan keadaan masa yang akan datang berdasarkan data yang telah diambil pada masa lalu. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

27 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Tepat waktu, informasi disajikan secara tepat waktu sehingga berpengaruh serta berguna dalam pengambilan keputusan. Lengkap, informasi keuangan harus disajikan selengkap mungkin mencakup semua hal yang bisa mempengaruhi pengambilan keputusan. Andal Tidak hanya membutuhkan relevansi, namun informasi dalam laporan keuangan juga harus terhindar dan terbebas dari pemahaman yang menyesatkan dan kesalahan material. Laporan juga seharusnya menyajikan data secara jujur dan bisa diverifikasi. Karakteristik informasi yang andal memenuhi 3 unsur sebagai berikut: Penyajian jujur, informasi yang disampaikan secara jujur baik transaksi ataupun kegiatan dan kejadian lainnya. Dapat diverifikasi, laporan keuangan harus bisa diujikan dan jika pengujian dilakukan oleh pihak berbeda maka hasilnya tak jauh berbeda. Netralis, artinya laporan keuangan tidak memihak pihak-pihak tertentu. Dapat dibandingkan Pemakai harus bisa membandingkan laporan keuangan entitas antar waktu/periode untuk meneliti kecenderungan posisi dan kinerja keuangan serta perubahannya secara relatif. Perbandingan dapat dilakukan secara internal maupun ekternal. Secara internal bisa dilakukan jika suatu entitas memakai kebijakan akuntansi yang sama tiap tahunnya. Supaya informasi yang diberikan bisa dibandingkan, maka penyajian laporan keuangan minimal harus dilakukan dua periode atau dua tahun anggaran. Dapat dipahami Pelaporan keuangan harus bisa dipahami dan diinterpresentasikan oleh penerima. Oleh karena itu, semua informasi-informasi harus disajikan sejelas mungkin. Tidak hanya jelas, dalam pennyajiannya juga harus menggunakan format/bentuk dan istilah yang dimengerti oleh penerima. Setelah mendengarkan ceramah tentang pencatatan pembukuan dan pengelolaan keuangan, maka bagian kedua adalah memberikan kesempatan kepada peserta pelatihan untuk mengajukan pertanyaan dan mendiskusikan bersama dengan tim pengabdian dan melibatkan partisipasi aktif dari peserta pengabdian. Beberapa pertanyaan yang diajukan adalah sebagai berikut: 1. Kelompok Pohlaksar sebelumnya telah memiliki pencatatan pembukuan, namun masih secara sederhana. Bagaimana bentuk pencatatan dan pengelolaan keuangan untuk usaha kelompok Pohlaksar agar dapat menentukan laba/rugi? 2. Kira-kira hal-hal apa saja yang harus kami lakukan sehingga usaha Pohlaksar tetap berjalan dan mendapat banyak pengunjung? 3. Apakah kelompok pohlaksar bisa melakukan pinjaman kredit untuk menambah modal dalam menjalankan usaha? Dalam menanggapi pertanyaan dari peserta pengabdian, tim pengabdian memberikan penjelasan terkait pencatatan pembukuan dan pengelolaan keuangan. Berikut adalah ringkasan jawaban atas pertanyaan yang diajukan oleh peserta pengabdian: Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

28 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat 1. Dalam rangka untuk mengembangkan usaha, pembukuan menjadi salah satu faktor penting ketika menjalankan suatu usaha. Namun terkadang usaha sulit berkembang karena sistem akuntansi yang kurang dalam suatu kelompok usaha. Hal ini disebabkan karena kelompok usaha hanya memikirkan keuntungan saja, usaha yang dilakukan bisa berjalan dan berkembang. Pembukuan merupakan proses pencatatan seluruh transaksi yang terjadi selama periode tertentu baik transaksi pendapatan, pengeluaran maupun transaksi penjualan. Kelompok usaha seperti Pohlaksar dapat melakukan pencatatan pembukuan yang sederhana karena transaksi yang dilakukan hanya sedikit. Salah satu yang harus dilakukan pencatatan pembukuan yaitu modal yang digunakan untuk usaha, kemudian mencatat segala transaksi seperti jumlah ikan serta harga perolehan ikan yang dijual serta pendapatan yang diperoleh selama sehari melakukan transaksi penjualan. Beberapa kelompok usaha enggan untuk melakukan pencatatan untuk pembukuan. Ada beberapa hal yang menyebabkan kelompok tersebut enggan untuk mencatat segala transaksi, yaitu: Ribet, hal ini disebabkan karena beberapa kelompok usaha tidak memiliki pengetahuan tentang akuntansi Biaya, kelompok pengusaha memerlukan biaya untuk membiayai orang lain yang mampu untuk melakukan pencatatan walaupun pencatatan yang dilakukan sederhana Waktu, menganggap bahwa tidak memiliki waktu untuk mencatat transaksi yang pada dasarnya bisa dilakukan secara sederhana Oleh karena itu, kelompok usaha Pohlaksar dapat menggunakan pencatatan pembukuan paling sederhana. Sehingga dapat mengetahui besar keuntungan yang dimiliki selama satu hari penjualan ikan bakar. Selain itu juga, setiap lapak dapat dengan mudah membagi pendapatan tiap anggota pada lapak tersebut. 2. Terkadang banyak orang yang bingung memikirkan bagaimana cara mengembangkan usaha yangs selama ini dijalankan. Salah satu masalah dalam berwirausaha adalah ketika jumlah pengunjung yang tidak bertambah serta pendapatan yang berkurang. Tentu saja sebagai kelompok usaha harus tetap memikirkan ide-ide baru yang dapat menyelesaikan masalah dalam berwirausaha. Selain itu banyaknya saingan membuat kelompok usaha harus mampu menemukan inovasi baru yang dapat mempertahankan usaha tersebut. Halhal yang harus diperhatikan adalah (1) mental kelompok usaha, dimana anggota kelompok harus memiliki keberanian dalam mengumpulkan modal untuk mengembangkan usaha. Memikirkan bagaimana cara agar menarik pengunjung, apalagi pasca gempa kelompok usaha harus memiliki mental yang berani untuk mulai melanjutkan usaha ditengah-ditengah isu gempa susulan dan akan terjadinya tsunami. Selanjutnya (2) kelompok usaha Pohlaksar dapat memikirkan inivasi baru sehingga usaha tidak berdiam diri ditempat. Seperti tidak hanya menjual ikan bakar, mungkin dapat ditambah beragam pilihan cara memasak ikan serta makanan lain mungkin bisa ditambahkan dalam menu. Yang (3) kelompok usaha dapat terus belajar untuk meningkatkan usaha. Salah satu yang dapat dilakukan yaitu dengan memahami pencatatan pembukuan serta pengelolaan keuangan dengan membuat laporan keuangan sederhana. Hal tersebut dapat membantu dalam menetukan keputusan untuk selanjutnya. Dan yang terakhir (4) yang harus diperhatikan tentu saja kebersihan. Apabila tempat Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

29 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat usaha bersih, para pengunjung akan merasa senang dan nyaman ketika menikmati hari libur. 3. Modal merupakan salah satu faktor utama dalam memulai usaha. Apabila modal tidak cukup maka kemungkinan usaha dapat terhenti di tengah jalan. Apakah bisa melakukan pinjaman? Melakukan pinjaman sah-sah saja dilakukan. Banyak lembaga-lembaga yang menyediakan pinjaman misalnya bank ataupun koperasi. Terdapat beberapa pertimbangan ketika ingin melakukan pinjaman seperti (1) alasan membutuhkan uang, jika modal sedikit dapat membantu menambah modal usaha, (2) kemampuan dalam membayar hutang, (3) perhatikan tingkat bunga, dan (4) pertimbangkan tempat untuk melakukan pinjaman. Namun apabila kelompok usaha Pohlaksar memiliki modal yang cukup untuk mengembangkan usaha, maka tidak perlu untuk mengajukan pinjaman. Jika ingin mengajukan pinjaman dapat mempertinmbangkan hal-hal diatas sehingga dapat mengurangi risiko ketika melakukan pinjaman uang. Secara umum kegiatan ini berjalan dengan sangat baik. Beberapa indikator untuk menilai keberhasilannya adalah tingkat kehadiran peserta yang sangat tinggi, animo yang besar untuk mengikuti kegiatan, tanya jawab yang aktif dan interaksi dua arah yang baik selama proses diskusi berlangsung. Sehingga diharapkan kegiatan Penyuluhan dan Pendampingan Pencatatan Pembukuan dan Pengelolaan Keuangan tetap dilakukan guna membantu dalam memberikan pemahaman yang baik bagi kelompok usaha Pohlaksar di Pantai Gading. Beberapa hal yang masih kurang baik dalam pelaksanaanya akan ditingkatkan pada kegiatan mendatang, seperti praktik langsung dalam bentuk pencatatan pembukuan keuangan KESIMPULAN DAN SARAN Tujuan kegiatan Penyuluhan dan Pendampingan Pencatatan Pembukuan dan Pengelolaan Keuangan adalah memberikan pengetahuan bagi kelompok Pohlaksar Pantai Gading terkait pengelolaan keuangan dan cara membuat pencatatan pembukuan serta penyusunan laporan keuangan sehingga dapat meningkatkan pendapatan pasca gempa. Kegiatan ini melibatkan 32 peserta kelompok Pohlaksar Pantai Gading khususnya penjual ikan bakar. Pendekatan ceramah, tanya jawab dan diskui dengan melibatkan partisipasi aktif dengan peserta pengabdian, serta menelaah pengelolaan keuangan yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan kelompok Pohlaksar terkait pencatatan pembukuan dan pengelolaan keuangan. Materi yang disampaikan oleh pemateri kemudian didiskusikan dalam kegiatan antara lain: pengenalan mengenai akuntansi, pencatatan pembukuan, pengelolaan keuangan serta macam-macam laporan keuangan. Hasil kegiatan pencatatan pembukuan dan pengelolaan keuangan diharapkan dapat membantu kelompok Pohlaksar Pantai Gading dalam meningkatkan pendapatan setelah terjadinya bencana alam yaitu gempa bumi pada pertengahan Agustus Adapun indikator keberhasilan yang digunakan dalam kegiatan adalah tingkat kehadiran peserta pengabdian yang sangat tinggi, animo yang besar untuk mengikuti kegiatan, tanya jawab yang aktif serta interaksi dua arah yang baik antara tim pengabdian dan peserta selama proses Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

30 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat diskusi berlangsung. Oleh karena itu, kegiatan pendampingan diharapkan selalu dilakukan untuk membatu dalam memberikan pemahaman yang lebih baik kepada kelompok usaha Pohlaksar. Beberapa hal yang masih kurang baik dalam pelaksanaannya akan ditingkatkan pada kegiatan mendatang, seperti praktik dalam pencatatan pembukuan dan pembuatan laporan keuangan. Ucapan Terima Kasih Tim pengabdian mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (LPPM), Badan Pengkajian dan Pengembangan Ekonomi dan Bisnis (BP2EB), dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis melalui sumber dana BLU (PNBP) Universitas Mataram yang telah memberi kesempatan dan bantuan kepada tim pengabdian untuk melakukan kegiatan ini. DAFTAR PUSTAKA Alisjahbana, Ir. H. MA Urban Hidden Economy Peran tersembunyi Sektor Informal Perkotaan, Lembaga Penelitian ITS: Surabaya. Baihaqi, Ahmad Akuntansi yang Sederhana (untuk UKM). Darmayasa, I. Nyoman Pendidikan dan Pelatihan Manajemen Pengelolaan Usaha UKM Mitra Binaan. Bali: PT. Jasa raharja (Persero). Desmintari., Husnah. N.L., Ayunita. A.S Pemberdayaan Masyarakat Melalui Pelatihan Manajemen dan Pembukuan Akuntansi Sederhana bagi Pelaku UKM Pertanian di Depok. Prosiding Seminar Hasil Pengabdian kepada Masyarakat. Vol 2 No. 2. Lipsey, G. R Pengantar Mikro Ekonomi I Jilid I. Diterjemahkan oleh Jaka, A. W dan Kirbrandoko. Erlangga: Jakarta. Maulani, Terra.S., Dialysa, Fia., Prawirasasra, Kannya. P Pelatihan Pembukuan Keuangan Sederhana dan Motivasi Kewirausahaan pada Kelompok Usaha Makanan Keluarahan Neglasari Kecamatan Cibeunying Kaler Bandung. Jurnal Dharma Bhakti STIE Ekuitas. Vol. 1 No. 1. Nina Kurnia Dewi Pembukuan Sederhana Bagi Wirausaha. (ditulis untuk sebuah acara temu wirausaha muda di Jakarta, Juni 2006) Karafir Pembangunan Masyarakat. Yogyakarta: Liberty Yogyakarta. Shochih, Moh Perancangan Sistem Akuntansi pada Industri Kecil. Jurnal Pendidikan Akuntansi Indonesia Vol. VI No. 1 Hal Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Negeri Yogyakarta Side, Sumiati., Hardin., Darmianto PKM Kelompok Pengering Ikan di Desa Manera Kecamatan Salomekko Kabupaten Bbone Provinsi Sulawesi Selatan. Proseding Seminar Nasional: Universitas Negeri Makasar. Sukirno, S Mikro Ekonomi (Teori Pengantar). PT Raja Grafindo Persada: Jakarta. Suparman, Ali., Febi, Inggriyani., Muhhamad, Pauzy Pelatihan Pembukuan Sederhana bagi Pelaku Usaha Kerajinan Anyam Mendong Kecamatan Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya. Universitas Pasundan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

31 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Pelatihan Pengelolaan Kas Dalam Menjalankan Operasional Paud Gumese Dengan Cost Efektiv Di Desa Giri Tembesi Elin Erlina Sasanti *, Animah, Aditya Bayu Suryantara Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mataram, Indonesia Kata Kunci: Kas; Laporan Keuangan; Transparansi Abstrak: PAUD Gumesa berlokasi di Dusun Gumasa selatan didirikan pada tahun PAUD ini didirikan dengan tujuan mencerdaskan masyarakat tetapi pada tiga tahun terakhir ini pengelola merasa terjadi penurunan minat terhadap PAUD, hal ini terjadi karena minimnya pengetahuan pengelola di dalam mengelola kas, sehingga tidak mampu mengelola kas dengan benar. Tujuan dari kegiatan pengabdian masyarakat adalah : 1) memberikan pemahaman pembukuan sederhana berupa kas masuk dan kas keluar 2) melakukan pencatatan pada buku penerimaan kas, dan pengeluaran kas 3)memberikan pemahaman pencatatan kas menggunakan program excel sehingga dapat menyusun laporan keuangan dengan cepat dan transparan serta akuntabel. Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan di PAUD Gumese Desa Giri Tembesi Kecamatan Gerung Kabupaten Lombok Barat selama 2 hari dengan jumlah peserta 20 orang. Metode yang digunakan adalah partisipatori rural approach berupa pelatihan dan pendampingan. Hasil pengabdian yaitu pengurus PAUD dapat melakukan pencatatan kas masuk dan kas keluar baik secara manual maupun dengan menggunakan program excel, sehingga penyusunan laporan keuangan menjadi mudah dan cepat sehingga transparansi dan akuntabilitas keuangan dapat terwujud. Korespondensi: - PENDAHULUAN Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) memegang peranan sangat penting pada pembentukan generasi penerus bangsa indonesia di masa depan. Paud Gumese yang dimiliki oleh Yayasan Sa adatuddarain didirikan sejak tahun Pengelolaan sebuah PAUD ini memerlukan dana yang cukup besar meskipun pemerintah membantu biaya operasional sekolah yang besarannya tergantung pada jumlah murid di sekolah tersebut. Bagi PAUD yang berada di kota besar masalah dana hamper tidak menjadi masalah karena biaya operasional sekolah seringkali ditanggung oleh wali murid dan hamper tidak ada keluhan mengenai besaran biaya yang dibebankan. Hal ini berbeda dengan PAUD Gumese, apabila iuran kepada murid dinaikkan, maka akan banyak anak-anak dsun gumese yang tidak sekolah PAUD tetapi jika biaya yang dikenakan terlalu murah, maka akan menimbulkan masalah di dalam operasional sekolah. Oleh karena itu, diperlukan suatu perhitungan agar sekolah mampu menutup biaya operasional sekolah baik itu sifatnya fixed cost maupun yang variable cost. Sementara itu pengelola belum memiliki pengetahuan mengenai cara yang terbaik supaya mampu mencerdaskan anak-anak dusun gumese tetapi dengan biaya yang tidak memberatkan masyarakat. Realitas lain yang terjadi adalah bahwa sumber penerimaan dari SPP anak didik terkadang tidak terlalu banyak diharapkan, karena sering terlambat di dalam melakukan pembayaran sementara pengeluaran-pengeluaran lainnya harus disegerakan. Oleh karena itu perlu disusun laporan keuangan sederhana terutama terkait dengan penerimaan dan pengeluaran kas. Untuk membuat pencatatan keuangan sederhana ini, maka perlu dilakukan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

32 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat pelatihan penyusunan anggaran kas dan sistem pengendalian intern atas kas di PAUd Gumese ini. METODE KEGIATAN Berdasarkan permasalahan yang dihadapi oleh manajemen PAUD Gumese, kerangka pemecahan masalah kegiatan pengabdian adalah sebagai berikut : a. Penyuluhan dilakukan dengan cara ceramah tentang pengelolaan keuangan terutama kas. b. Pelatihan tentang pencatatan penerimaan kas dan pengeluaran kas. c. Pelatihan pencatatan kas dengan menggunakan program excel HASIL DAN PEMBAHASAN Beberapa hasil yang dicapai dalam kegiatan pengabdian di PAUD Gumese adalah Penyuluhan Pengelolaan keuangan Penyuluhan pengelolaan keuangan usaha ini bertujuan untuk memberikan gambaran jika dana atau kas tidak terkontrol akan berakibat keuangan kosong. Keuangan usaha yang kosong akan menimbulkan terganggunya semua kegiatan operasional usaha. Manajemen atas arus keluar masuknya dana perusahaan yang terkontrol akan menunjukkan kredibilitas usaha yang baik. Jika kondisi keuangan suatu usaha memburuk, maka manajemen hendaknya segera membenahi keuangan usaha tersebut. Oleh karena itu memerlukan pemahaman pembukuan sederhana yang membahas mengenai pentingnya pembukuan di dalam usaha kecil untuk memudahkan analisis usaha. Laporan keuangan suatu usaha meliputi: a. Laporan arus kas diperlukan untuk mengetahui jumlah penerimaan dan pengeluaran kas selama satu periode beserta sumber-sumbernya. b. Laporan rugi laba berfungsi meberikan informasi tentang aktivitas bisnis suatu usaha. c. Laporan perubahan modal yang berfungsi menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva bersih atau kekayaan selama satu periode d. Neraca berfungsi menjelaskan nilai asset, kewajiban dan ekuitas perusahaan pada periode tertentu Gambar 1. Kegiatan Penyuluhan Pengelolaan Keuangan 1. Pelatihan penyusunan anggaran kas Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

33 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Pelatihan penyusunan anggaran kas ini dilakukan dengan tujuan agar manajemen PAUD gumese mampu mengidentifikasi sumber-sumber penerimaan dan pengeluaran kas selama satu periode. Sumber-sumber penerimaan kas dari PAUD adalah a. Penerimaan dari SPP b. Penerimaan dari dana BOS c. Penerimaan dari seragam d. Penerimaan dari sumbangan pembangunan Sedangkan pengeluaran kas dari PAUD adalah : a. Pembayaran upah dan gaji b. Pembelian perlengkapan kantor c. Pembelian aktiva tetap PAUD d. Pembelian alat peraga e. Pembayaran listrik, air dan telepon f. Pembayaran utang Setelah di identifikasi sumber penerimaan dan pengeluaran kas di buatkan buku kas penerimaan dan buku kas pengeluaran secara terpisah atau yang disebut dengan jurnal khusus 2. Pelatihan pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas dengan menggunakan excel Sebelum dilakukan pelatihan pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas dengan menggunakan excel tim pengabdian memastikan bahwa peserta yang dilatih mampu mengoperasikan computer selain itu bahwa PAUD memiliki computer. Adapun pelatihan yang dilakukan meliputi : a. Membuat sheet accout b. Membuat jurnal umum c. Mengcopy sheet general journal d. Menghapus kolom nomor bukti dan baris jumlah total e. Menyisipkan data neraca awal pada table f. Melakukan shorting pada table g. Membuat total nominal pada kolom debet dan kredit h. Mengcopy baris sub total yang ada pada tampilan menu i. Menghapus teks total j. Membuat nama range pada ledger k. Membuat form table neraca saldo l. Pengisian kolom debet dan kredit pada bagian transaksi m. Pengisian kolom debet dan kredit pada bagian saldo n. Membuat table jurnal penyesuaian o. Membuat table form neraca lajur dan mengisi kolom debet dan kredit pada bagianbagian (neraca saldo, jurnal penyesuaian, neraca saldo setelah penyesuaian, rugi laba, dan neraca) p. Membuat laporan keuangan (laba rugi, neraca, perubahan modal) q. Membuat form table jurnal penutup r. Membuat buku besar setelah penyesuaian dan penutupan s. Membuat jurnal pembalik Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

34 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat KESIMPULAN DAN SARAN Adapun simpulan yang diberikan dari kegiatan ini adalah 1. Manajemen PAUD Gumese memahami jenis-jenis penerimaan dan pengeluaran kas. 2. Manajemen PAUD Gumese mampu membuat pencatatan penerimaan dan pengeluaran kas dalam buku kas secara manual. 3. Manajemen PAUD Gumese mampu membuat pencatatan transaksi penerimaan dan pengeluaran kas dengan menggunakan excel. DAFTAR PUSTAKA Anonimus Kabupaten Lombok Barat Dalam Angka. Pusat Statistik Kabupaten Lombok Barat Adisaputro, Gunawan. 2010, Anggaran Perusahaan, Buku I, BPFE, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta.Hansen & Mowen Manajemen Biaya, Edisi Bahasa Indonesia. Buku Kedua. Jakarta: Salemba Empat Basori,Rodi Khoirul; Ar, Moch Dulkirrom;Azizah, Devi Farah.2017Analisis Perencanaan Budget Kas Dalam Upaya Menjaga Tingkat Likuiditas Usaha. Jurnal Administrasi dan Bisnis Vol 45 No 1 April 2017 Layyinaturrobaniyah &Muizu, Wa ode Zusnita Pendampingan Pengelolaan Keuangan Usaha Mikro Di Desa Purwadadi Barat dan Pasirbungur Kabupaten Subang. Pekbis Jurnal Vol 9 No 2 Juli 2017 Maulani,Terra Septina; Dialysa,Fia; Prawirasasra, Kannya Purnamahatty Pelatihan Pembukuan Sederhana dan Motivasi Kewirausahaan Pada Kelompok Usaha Makanan RW02 Kelurahan Neglasari Kecamatan Cibeunying Kaler Bandung.Jurnal Dharma Bhakti STIE Ekuitas Vol 01 No 01 September 2016 Shim, Jae K dan Jol G. Siegle Budgeting Pedoman Lengkap Langkahlangkah Penganggaran,diterjemahkan oleh Julius Mulyadi,Neneng Natalia. Jakarta : Erlangga. Syafri, Sopyan,Harahap Budgeting Perencanaan Lengkap. Jakarta : PT. Gravindo Persada. Welsch, Hilton, Gordon Anggaran Perencanaan dan Pengendalian Laba,diterjemahkan oleh Purwaningsih,Maudy Warow,Edisi 5, Buku I. Jakarta : Salemba EmpatSuparman, Ali., Febi, Inggriyani., Muhhamad, Pauzy Pelatihan Pembukuan Sederhana bagi Pelaku Usaha Kerajinan Anyam Mendong Kecamatan Rajapolah Kabupaten Tasikmalaya. Universitas Pasundan. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

35 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Pelatihan Perencanaan Keuangan dan Pasar Modal Bagi Staf dan Anggota Dharma Wanita Lingkup Bappeda Kota Mataram Nina Karina Karim *, Siti Atikah, Indria Puspitasari Lenap Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mataram, Indonesia Kata Kunci: perencanaan keuangan; Bursa Efek Indonesia; investasi Abstrak: Pengetahuan mengenai perencanaan keuangan akan mempermudah keluarga untuk mencapai tujuan bersama seperti merencanakan pendidikan anak, menyiapkan dana pensiun, menyiapkan dana ibadah haji dan berbagai kebutuhan keluarga lainnya. Tidak hanya merencanakan penggunaan sumber daya keuangan yang tersedia dalam keluarga saja, pelatihan ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan gagasan bagi PNS di lingkup Bappeda Kota Mataram berikut anggota Dharma Wanita lingkup tersebut mengenai cara-cara yang dapat diterapkan bagi keluarga dalam merencanakan keuangan dan meningkatkan pendapatan keluarga dengan melakukan investasi di pasar modal. Dengan menggunakan metode yang sederhana untuk merencanakan keuangan keluarga serta aplikasi yang dapat digunakan pada gawai pintar, para peserta kegiatan pengabdian diharapkan bisa mengelola keuangan keluarga dan bertransaksi di pasar modal sebagai jalan untuk menambah pendapatan keluarga sekaligus berpartisipasi dalam bursa saham Indonesia. Dengan metode dan pendekatan partisipatif berbasis teknologi informasi dengan pendekatan andragogi berupa tutorial dan praktek, peserta dapat berpartisipasi dalam transaksi investasi dalam Bursa Efek Indonesia melalui aplikasi POEMS. Korespondensi: PENDAHULUAN Perencanaan dibutuhkan untuk mempermudah dalam mencapai tujuan apa pun. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melalui berbagai upaya, berusaha menggalakkan masyarakat untuk melakukan perencanaan keuangan, terutama dalam keluarga. Dengan memiliki perencanaan, kegiatan yang dilakukan keluarga akan lebih terarah. Misalnya, setiap keluarga memiliki tujuan yang relatif umum seperti perencanaan pendidikan anak, perencanaan biaya kesehatan, perencanaan pensiun, perencanaan liburan dan perencanaan biaya untuk beribadah seperti melakukan ibadah haji. Tanpa adanya perencanaan keuangan, sumber daya yang dimiliki keluarga, misalnya dalam hal ini gaji atau harta warisan bisa salah alokasi bahkan kehabisan sebelum tujuan tercapai. Dengan adanya perencanaan keuangan, kita dapat mengetahui seberapa banyak harta yang kita miliki, untuk apa saja harta tersebut digunakan, apakah kita perlu mencari sumber penghasilan lain atau bagaimana kita bisa memanfaatkan harta yang berlebih. Merencanakan keuangan sebenarnya bukan merupakan hal yang baru, akan tetapi selama ini perencanaan keuangan diidentikkan dengan menabung. Kegiatan menabung dilakukan sebagai upaya penghematan harta yang dimiliki seseorang. Akan tetapi, dengan kondisi tingkat bunga tabungan saat ini, uang yang kita simpan di bank akan tergerus oleh jumlah biaya administrasi bulanan yang dikenakan bank untuk simpanan di rekening bank. Alih-alih uang yang kita harapkan bisa dihemat malah akan berkurang jika kenaikan jumlahnya tidak bisa menutupi besaran biaya administrasi bulanan yang dikenakan bank. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

36 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Dengan kondisi tersebut, opsi apa yang bisa kita ambil jika kita ingin merencanakan keuangan dengan mengelola uang yang kita miliki? Pasar modal Indonesia memiliki potensi untuk menjadi yang terbesar di kawasan Asia Tenggara pada tahun 2020 dan menjadi salah satu bursa terbesar di dunia dalam satu dekade ke depan (Filbert, 2017). Selama ini, partisipasi dalam pasar modal dianggap menjadi sesuatu yang sulit dijangkau karena kita harus memiliki pengatahuan yang mumpuni untuk menguasai ilmu jual beli saham, analisis keuangan perusahaan yang sahamnya kita miliki bahkan kita tidak bisa membayangkan harus datang ke bursa efek untuk memantau naikturunnya harga saham. Tabel 1 Menabung vs Investasi INVESTASI MENABUNG Tujuan Memperoleh untung Menyimpan Potensi Risiko Ada risiko Relatif tidak ada risiko Jenis Transaksi Jual-beli Simpan-pinjam Tempat Transaksi Pasar Modal Perbankan Sumber: materi Sekolah Pasar Modal, BEI (2019) Saat ini, investasi menjadi opsi yang lebih menguntungkan dalam merencanakan keuangan dibandingkan menabung. Tabel 1 menggambarkan perbandingan antara menabung dan investasi. Yang dimaksud dengan investasi adalah mengelola aset/harta sehingga asset/harta tersebut dapat memberikan hasil di kemudian hari. Investasi di pasar modal dilakukan dengan membeli Efek untuk memperoleh keuntungan berupa capital gain dan dividen. Sampai dengan bulan November 2018, Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat peningkatan jumlah investasi saham di pasar modal yang sangat signifikan dibandingkan dengan bentuk investasi lain seperti obligasi negara, deposito, emas dan tabungan. (Lihat Gambar 1). Hal ini menunjukkan animo masyarakat yang semakin besar terhadap partisipasi dalam pasar modal sebagai bentuk investasi. Terutama dengan kemudahan yang diciptakan melalui penggunaan aplikasi yang dapat diakses dengan gawai pintar, semakin banyak orang yang tertarik untuk melakukan investasi di pasar modal. Gambar 1. Pilihan Bentuk Investasi Sumber: materi Sekolah Pasar Modal, BEI (2019) Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

37 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Pasar modal mempertemukan pihak yang membutuhkan dana jangka panjang dengan pihak yang membutuhkan sarana investasi pada produk keuangan (saham, obligasi, reksa dana dan lain-lain). Selain sebagai wahana investasi dan sumber pendanaan, pasar modal menjadi sarana penyebaran kepemilikan perusahaan kepada masyarakat serta menciptakan lapangan kerja/profesi bagi masyarakat, baik sebagai pelaku pasar maupun investor. Bappeda Kota Mataram merupakan salah satu dari perangkat daerah Pemerintah Kota Mataram. Saat ini, instansi tersebut mempekerjakan 30 PNS dan 14 non-pns. Bappeda Kota Mataram juga menaungi Dharma Wanita yang anggotanya terdiri dari istri pegawai lakilaki dan pegawai perempuan dengan jumlah anggota 44 orang. Dengan jumlah staf dan anggota Dharma Wanita sebanyak itu, lingkup ini dianggap potensial untuk diberikan pelatihan perencanaan keuangan dan investadi di pasar modal sebagai tahap awal pengenalan program ini. Selain itu, Dharma Wanita Bappeda Kota Mataram aktif mengadakan pertemuan bulanan yang diisi dengan kegiatan yang bersifat edukatif. Investasi sebagai bagian dari perencanaan keuangan merupakan pengetahuan yang dianggap penting untuk diketahui oleh semua lapisan masyarakat. Walau beberapa opsi investasi sudah dikenal dan diterapkan masyarakat secara luas seperti jual-beli tanah, logam mulia dan valuta asing, beberapa opsi investasi masih belum diketahui secara luas. Moda investasi seperti pasar modal, obligasi dan reksadana masih belum memasyarakat. Hal ini kemungkinan disebabkan karena informasi mengenai moda investasi tersebut yang dianggap kompleks dan membutuhkan latar belakang pengetahuan yang lebih tinggi. Selain itu, pelaksanaannya dianggap sulit dilakukan karena selama ini transaksinya harus melibatkan pihak ketiga seperti perusahaan sekuritas dan investasi lainnya. Dengan semakin terbukanya kesempatan untuk melakukan investasi pasar modal melalui aplikasi gawai pintar yang telah dikembangkan, partisipasi masyarakat umum, khususnya penduduk Indonesia, dalam menguasai pasar modal dalam negeri mulai diminati. Pemanfaatan aplikasi digital sebagai media untuk melakukan investasi, khususnya transaksi jual-beli saham masih kurang populer di masyarakat termasuk bagi para staf dan anggota Dharma Wanita Bappeda Kota Mataram. Selama ini, transaksi dan partisipasi dalam bursa saham dianggap hanya bisa dilakukan pada bursa saham saja. Dengan semakin maraknya penggunaan gawai pintar yang digunakan untuk banyak fungsi kegiatan harian, keberadaan aplikasi yang bisa mendukung partisipasi masyarakat dalam transaksi pasar modal menjadi lebih mudah dan efisien segi waktu dan biaya. Saat ini, partisipasi dalam bursa saham merupakan salah satu opsi yang dapat dipilih masyarakat secara luas untuk mendapatkan penghasilan tambahan secara pribadi dan berkontribusi dalam menyokong pemilikan saham dalam perusahaan dalam negeri. Selama ini, partisipasi dalam pasar modal dianggap membutuhkan biaya tinggi dan harus menjalani proses yang rumit. Banyak masyarakat yang masih belum paham tentang bagaimana melakukan transaksi jual-beli saham, termasuk para staf dan anggota Dharma Wanita Bappeda Kota Mataram. Untuk itu, perlu dilakukan pelatihan perencanaan keuangan dan sosialisasi aplikasi POEMS untuk berpartisipasi dalam pasar modal, disertai dengan praktek penggunaannya. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

38 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat METODE KEGIATAN Metode dan pendekatan yang digunakan untuk mencapai kompetensi sosialisasi dan pelatihan adalah metode partisipatif berbasis teknologi informasi dengan pendekatan andragogi. Pendekatan ini merupakan pendekatan pembelajaran untuk orang dewasa. Komponen pembelajaran ini mencakup dua hal yaitu penyampaian materi secara searah (ceramah dan tutorial) sebesar 50% dan sesi praktik sebesar 50%. Tahapan dan materi pelaksanaan kegiatan pengabdian ini dilakukan dengan metode ceramah, tutorial, praktik dan diskusi dengan langkah-langkah berikut ini: Metode ceramah Peserta diberikan pengetahuan dan pemahaman melalui presentasi oleh pemateri serta motivasi agar memiliki kemauan menerapkan perencanaan keuangan keluarga dan berpartisipasi dalam pasar modal. Metode ini dilakukan selama 1/2 jam. Metode tutorial Peserta diberikan buku yang berisi langkah-langkah perencanaan keuangan, serta diberikan pengarahan dan simulasi menggunakan aplikasi POEMS untuk bertransaksi dalam bursa saham. Metode ini dilakukan selama 1/2 jam. Sesi praktik Peserta mempraktikkan aplikasi POEMS untuk membeli atau menjual saham serta mencari informasi terkait transaksi jual-beli saham. Metode ini dilakukan selama 1 jam. Metode diskusi Peserta diberikan kesempatan untuk mendiskusikan masalah yang dihadapi berkaitan dengan kesulitan dalam aspek pengoperasian aplikasi dan hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam membeli atau menjual saham. Metode ini dilakukan selama 1 jam HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian dilakukan Ruang Rapat Kantor Bappeda Kota Mataram bersamaan dengan kegiatan bulanan Dharma Wanita yang salah satu agendanya merupakan arisan. Waktu ini dipilih karena pada kegiatan bulanan tersebut biasanya diisi dengan materi tambahan yang menambah pengetahuan staf wanita serta anggota Dharma Wanita. Suasana yang cair dan kekeluargaan membantu kesuksesan penyampaian materi mengenai perencanaan keuangan dan pasar modal menjadi lebih mudah diterima bahkan menarik minat peserta kegiatan. Kegiatan ini dihadiri oleh tiga orang tim pengabdian, tiga orang mahasiswa yang tergabung dalam Kelompok Studi Pasar Modal (KSPM) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram sebagai pemberi materi mengenai kegiatan nabung saham dan penggunaan aplikasi POEMS, serta 30 perserta yang terdiri dari anggota Dharma Wanita serta staf Kantor Bappeda Kota Mataram. Materi pelatihan diberikan melalui metode tutorial dan diskusi aktif di mana peserta terlibat langsung dalam kegiatan brainstorming mengenai opsi-opsi yang dapat diterapkan untuk merencanakan keuangan, diskusi mengenai pasar modal serta keberadaan aplikasi POEMS agar peserta dapat langsung menerapkan penggunaan aplikasi POEMS untuk Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

39 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat berpartisipasi dalam kegiatan nabung saham di Bursa Efek Indonesia. Materi pelatihan disajikan melalui gambar-gambar presentasi agar dapat lebih mudah dipahami dan menarik perhatian peserta. Setelah materi pelatihan diberikan, perserta diberikan kesempatan untuk mencoba mempraktekkan pengetahuan yang mereka terima dengan menggunakan aplikasi POEMS. Selain itu, peserta juga diberi kesempatan untuk menggunakan aplikasi tersebut dalam mencari informasi tambahan terkait transaksi nabung saham seperti analisis kinerja emiten dan webinar yang bisa diikuti untuk mendapat pengetahuan lebih lanjut tentang transaksi nabung saham dan pasar modal. Gambar 2. Kegiatan Pengabdian Sesi terakhir dari rangkaian kegiatan ini adalah proses diskusi dan tanya jawab yang mencakup rangkaian keseluruhan dari aktivitas pelatihan. Peserta mengemukakan kesulitan yang dihadapi dalam proses tersebut kepada pemateri dan dilakukan penilaian atas hasil kerja tersebut, kemudian jika masih ada yang kurang diberikan arahan serta saran perbaikan. Selain itu, masing-masing peserta diberi kesempatan untuk mengkomunikasikan hasil kerjanya dengan peserta yang lain sehingga satu dengan yang lain dapat saling berbagi ilmu KESIMPULAN DAN SARAN Saat ini, cukup banyak aplikasi dan jalur yang bisa digunakan untuk melakukan transaksi jual-beli saham secara daring. Oleh karena itu, tim pengabdian berinisiatif untuk mendorong masyarakat untuk memanfaatkan aplikasi POEMS dan mengajarkan simulasi jual-beli saham serta mencari informasi yang tersedia pada aplikasi POEMS sebagai tahap awal pengenalan terhadap moda investasi. Mengingat hampir seluruh lapisan masyarakat sudah cukup terbiasa dengan gawai pintar sehingga tidak begitu sulit bagi mereka untuk menggunakan aplikasi daring, aplikasi POEMS yang antar mukanya cukup interaktif dan mudah dipahami ini akan menarik minat masyarakat yang mulanya awam terhadap pasar modal untuk mencoba berinvestasi. Dengan diadakannya pelatihan perencanaan keuangan dan penggunaan aplikasi POEMS untuk transaksi jual-beli saham berikut praktek penggunaannya, diharapkan para staf dan anggota Dharma Wanita Bappeda Kota Mataram yang telah mengikuti pelatihan ini dapat langsung menerapkan cara merencanakan keuangan dan transaksi nabung saham secara Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

40 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat daring melalui Phillips Sekuritas. Lebih dari itu, mereka dapat mengajak kerabat dan lingkungannya untuk dapat merencanakan keuangan dan berpartisipasi dalam pasar modal dengan kegiatan nabung saham sebagai salah satu opsi untuk menambah penghasilan keluarga sekaligus turut berpartisi pasi dalam menggerakkan perekonomian Indonesi. Ucapan Terima Kasih Keberhasilan pelaksanaan kegiatan ini tidak terlepas dari partisipasi, dukungan dan bantuan moral, finansial maupun fisik dari banyak pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan ucapan terima kasih kepada Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram, Bapak Dr. Muaidy Yasin, MS; Kepala Bappeda Kota Mataram, Bapak Ir. H. Amiruddin, M.Si.; Ketua Dharma Wanita Unit Bappeda Kota Mataram, Ibu Hj. Baiq Lily C. Amiruddin, SH; mahasiswa-mahasiswa dari KSPM FEB Unram, dan terlebih lagi kepada peserta kegiatan. DAFTAR PUSTAKA Filbert, Ryan (2017). Yuk Belajar Nabung Saham. PT Elex Media Komputindo, Kelompok Kompas Gramedia. Otoritas Jasa Keuangan, Perencanaan Keuangan Keuangan. Peter, M. Maksus (2011). Main Saham untuk Karyawan Kecil, Kaya Gila dengan Kilat!. Penerbit Flashbooks. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

41 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Variable Costing Solusi Perhitungan Harga Pokok Produk Secara Cermat Susi Retna Cahyaningtyas*, Sapto Hendri BS, Wahidatul Husnaini, Rahmi Sri Ramadani, Zuhrotul Isnaini Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mataram, Indonesia Kata Kunci: Harga jual; pesanan;pengarajin bataco Abstrak: Pengrajin batako di desa Karang Baru Mataram, selama ini masih menggunakan metode yang sederhana dalam menetukan harga pokok per unit produk, yaitu dengan cara menjumlahkan semua biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi. Mereka belum menghitung biaya overhead pabrik dan melakukan pemilahan biaya yang bersifat tetap dan variabel. Penentuan harga jual didasarkan pada harga pokok per unit ditambah dengan margin yang diinginkan, dengan mempertimbangkan harga jual yang berlaku di pasar. Kondisi ini mengakibatkan perhitungan harga pokok produk belum akurat/cermat dan munculnya kesulitan dalam pengambilan keputusan jika ada pesanan dalam jumlah besar, dengan harga khusus (di bawah harga jual normal). Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada mereka tentang perhitungan harga pokok produk dengan metode variable costing, dengan melakukan asistensi langsung. Hasil menunjukkan bahwa perhitungan harga pokok per unit dengan metode variable costing lebih cermat/teliti/akurat, dibandingkan dengan metode sebelumnya. Korespondensi: PENDAHULUAN Harga pokok produk adalah semua elemen biaya produksi baik tetap maupun variabel (Supriyono, 2000: 288). Pengeluaran produk (kos produksi) adalah semua pengeluaran yang terkait dengan kegiatan produksi (Warsono, 2011:223). Harga pokok produksi diperoleh melalui pengumpulan biaya-biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan barang. Biaya peroduksi terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja lansung dan biaya overhead pabrik. Memperhitungkan biaya pada suatu produk dapat dilakukan dengan cara memasukkan semua biaya produksi baik yang bersifat tetap maupun variabel atau hanya memasukkan unsur biaya produksi yang variabel saja. Menurut Mas ud (1982:116) penentuan biaya produksi dengan memasukkan semua unsur biaya produksi baik yang bersifat tetap maupun variabel dikenal dengan istilah full costing. Variable costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang membebankan hanya biaya produksi yang bersifat variabel saja (Mulyadi, 1997: 51). Untuk kepentingan pihak luar (ekstern) perusahaan diharuskan menggunakan metode full costing. Untuk pengambilan keputusan yang berhubungan dengan produk oleh manajemen, tidak harus menggunakan metode tersebut, karena manajemen tidak hanya berkepentingan untuk membuat laporan yang wajar kepada pihak luar (seperti pemerintah, pemegang saham, kreditur dan sebagainya), tetapi manajemen juga harus menjaga kelangsungan hidup perusahaan dan kemampuan memperoleh laba. Dalam masalah-masalah tertentu seperti penentuan harga jual yang mampu bersaing, masalah ada pesanan-pesanan khusus dibawah harga pasar, lebih bermanfaat jika menggunakan metode variabel costing, karena hanya biaya yang bersifat vaiabel saja yang relevan dalam pengambilan keputusan tersebut. Pengrajin batako di desa Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

42 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Karang Baru Mataram, selama ini masih menggunakan metode yang sederhana dalam menetukan harga pokok per unit produk, yaitu dengan cara menjumlahkan semua biaya produksi yang terdiri dari biaya bahan baku dan tenaga kerja langsung dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi. Mereka belum menghitung biaya overhead pabrik dan melakukan pemilahan biaya yang bersifat tetap dan variabel. Penentuan harga jual didasarkan pada harga pokok per unit ditambah dengan margin yang diinginkan, dengan mempertimbangkan harga jual yang berlaku di pasar. Kondisi ini mengakibatkan perhitungan harga pokok produk belum akurat/cermat dan munculnya kesulitan dalam pengambilan keputusan jika ada pesanan dalam jumlah besar, dengan harga khusus (di bawah harga jual normal). METODE KEGIATAN Metode yang diterapkan untuk mencapai tujuan pengabdian ini adalah metode partisipatif. Tim memberikan materi dan asistensi langsung, pertama melakukan pemilahan/klasifikasi biaya berdasarkan fungsi pokok dalam kegiatan usaha tersebut yang terdiri dari biaya produksi dan biaya non produksi, serta melakukan perhitungan biaya penyusutan. Kedua mengklasifikasikan biaya berdasarkan perilakunya, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Ketiga menghitung harga pokok produk dengan metode variable costing. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengrajin batako di desa Karang Baru Mataram menghasilkan beberapa produk antara lain paping blok, beton gumbleng, batu nisan, batako dan roster. Adapun produk yang banyak terjual adalah batako dan roster. Berdasarkan kondisi ini, maka tim pengabdian fokus pada kedua produk tersebut untuk melakukan asistensi perhitungan harga pokok dengan metode variable costing, yang dimulai dari identifikasi biaya produksi sampai pemilahan biaya yang bersifat tetap dan variabel. Hasil secara rinci sebagai berikut: a. Batako Bahan baku Harga 1 sak semen Rp dam pasir Rp = 50 artco, jadi harga per artco (350/50) = Rp Dalam sehari memproduksi batako sebanyak 400 batako Untuk produksi 400 buah batako dibutuhkan 4 sak semen dan 20 artco pasir Biaya perhari = (Rp x4) + ( Rp.7000 x 20 ) = Rp Rp = Rp Jadi biaya bahan baku produksi dalam sehari sebesar Rp Biaya Tenaga kerja Langsung Memiliki 4 orang pegawai Gaji untuk 100 batako = Rp Gaji perhari untuk 4 orang pegawai dengan produksi 400 buah batako sehari sebesar (Rp x 4) = Rp Harga Pokok Produksi (HPP) Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

43 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Metode sederhana JENIS BIAYA TOTAL Biaya Bahan Baku Rp BTKL untuk 4 org Rp pegawai Total HPP Rp Jadi harga pokok per unit ( / 400 ) = Rp b. Roster Biaya bahan baku Harga 1 sak semen Rp dam pasir Rp = 50 artco, jadi harga per artco ( /50) = Rp Dalam sehari memproduksi Roster sebanyak 100 buah Roster Untuk produksi 100 buah Roster dibutuhkan 2 sak semen dan 10 artco pasir Biaya perhari = (Rp x 2) + ( Rp.7000 x 10 ) = Rp Rp = Rp Jadi biaya bahan baku produksi dalam sehari sebesar Rp Biaya tenaga kerja langsung Memiliki 2 orang pegawai Gaji untuk 2 orang dgn produksi 100 Roster per hari sebesar Rp = Rp per orang Harga Pokok Produksi Metode sederhana: JENIS BIAYA TOTAL Biaya Bahan Baku Rp BTKL untuk 2 org Rp pegawai Total HPP Rp Jadi harga pokok per unit (Rp / 100 ) = Rp NILAI PENYUSUTAN Keterangan Biaya Umur Ekonomis Nilai Penyusutan Perbulan Mesin pencetak batako 5 buah Rp tahun Rp /60 bulan = Rp /30 = 972 Perlengkapan pembuatan batako Rp tahun Rp /24 bulan = Rp /30 = 694 Alat pencetak Roster 4 buah Rp tahun Rp /60 bulan = Rp /30 = 667 Perlengkapan pembuatan Roster Rp tahun Rp /24 bulan = Rp /30 = 694 Gudang Rp tahun Rp /60 bulan = Rp /30 = 556 Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

44 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Biaya overhead Pabrik ( BOP ) batako: BOP tetap Gudang = Rp. 556 BOP variabel Alat cetak batako = Rp. 972 Perlengkapan = Rp. 694 Biaya Listrik = Rp Biaya Air = Rp = Rp Total = Rp Jadi total Biaya Overhead Pabrik adalah sebesar Rp Harga Pokok Produksi Variabel Costing Jenis Biaya Total Biaya bahan baku Rp BTKL untuk 4 org Rp pegawai BOP variabel Rp Total HPP Rp Jadi harga pokok per unit ( / 400 ) = Rp Biaya overhead Pabrik ( BOP ) roster: BOP tetap Gudang = Rp. 556 BOP variabel Alat cetak Roster = Rp. 667 Perlengkapan = Rp. 694 Biaya Listrik = Rp Biaya Air = Rp = Rp Total = Rp Harga Pokok Produksi Variabel Costing Jenis Biaya Total Biaya bahan baku Rp BTKL untuk 2 org Rp pegawai BOP variabel Rp Total HPP Rp Jadi harga pokok produksi per unit (Rp /100 ) = Rp Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

45 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Gambar 1. Kegiatan Pengabdian kepada Masyarakat KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Perhitungan harga pokok dengan metode variabel costing memberikan hasil yang lebih akurat yaitu sebesar Rp untuk produk batako dan Rp untuk produk roster. Sementara perhitungan dengan metode sederhana sebesar Rp untuk produk batako dan Rp untuk produk roster. Perbedaan perhitungan ini disebabkan karena unsur biaya overhead pabrik belum diperhitungkan. Saran Mengingat pengabdian ini hanya dibatasi pada perhitungan harga pokok terhadap dua produk yaitu batako dan roster, maka pengabdian berikutnya dapat diperluas cakupannnya dengan melakukan perhitungan harga pokok atas semua produk yang dihasilkan (paping blok, beton gumbleng,batu nisan, dan lain sebagainya). Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis seta Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Mataram atas dukungan dana terhadap pengabdian ini. DAFTAR PUSTAKA Warsono, Sony, 2011, Akuntansi Pengantar 1, penerbit ABPUBLISHER, Yogyakarta. Jusuf, AL.Haryono, 2002, Dasar-dasar Akuntansi Jilid I, STIE YKPN, Yogyakarta Supriyono, 2000, Akuntansi Biaya, penerbit BPFE- Yogyakarta Mulyadi, 1997, Akuntansi Manajemen, konsep, Manfaat dan Reakayasa, STIE YKPN, Yogyakarta Mas ud.mc, 1982, Akuntansi Manajemen, Fakultas Ekonomi Universitas Gajah Mada, Yogyakart. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

46 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Upaya Mewujudkan Desa Agrowisata Sedau Kecamatan Narmada Lombok Barat Lalu Adi Permadi *, GA Sri Oktariyani, Iwan Kusuma Negara, Siti Sofiyah Abdul Manan Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mataram, Indonesia Keywords: Village; Agro Tourism; Sedau; Training; Socialization Abstract: Community service aims to support the realization of Sedau Village, West Narmada District, Lombok Regency, as an Agro Tourism Village. Sedau Village is one of the villages that is potential for developing agro-tourism sites. The target of this community service was the people of Sedau Village. The method used in the implementation of community service was socialization. The Main Result of this community service activity was that the people of Sedau Village know about the Tourism Village and the rising of various ideas from the community members of Sedau Village to support the realization of the Agrotourism Village in Sedau Village. Korespondensi: PENDAHULUAN Sedau merupakan salah satu desa yang berada di Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat, terletak kurang lebih 11 Km di sebelah timur Kota Mataram. Sebagian besar penghasilan masyarakatnya dari sektor pertanian. Di samping itu Desa Sedau merupakan desa yang sangat potensial di bidang Agrowisata karena wilayahnya merupakan kawasan Pertanian dan Perkebunan yang cukup luas terutama tanaman buah-buahan. Desa Sedau memiliki objek wisata potensial bernama Bumi Perkemahan Gunung Jae yang pernah dikenal karena sering digunakan sebagai tempat penyelenggaraan eventevent besar baik nasional bahkan internasional. Puluhan tahun lalu tepatnya di era tahun 1990-an, Gunung Jae ini sempat mencuat, mengingat tempat ini dinilai memiliki potensi obyek wisata yang layak dikembangkan. Saat itu, HL. Mudjitahid, (Bupati Lombok Barat waktu itu) dan Ir. H. Lalu Widjaje (Sekretaris Daerah Lombok Barat waktu itu) berinisiatif untuk mengembangkan lokasi ini menjadi perkampungan budaya. Pemerintah Kabupaten Lombok Barat saat itu membangun Panggung permanen yang masih ada sampai sekarang. Sekda Lombok Barat waktu itu Ir. H. Lalu Widjaje bahkan secara khusus membuat rumah panggung secara pribadi di atas tanah beliau yang terletak di atas Bendungan Gunung Jae itu. Bentuk kesungguhan tersebut, gelaran yang bernuansa rekreasi inipun tak sedikit yang dilaksanakan di tempat ini (hasil wawancara dengan Ir. H. Lalu Widjaje, awal September 2019). Namun dalam perjalanannya, seiring perputaran waktu dan beralihnya pimpinan Lombok Barat, rupanya wacana tersebut ikut tertelan perputaran massa yang hanya tinggal ilusi belaka. Akibatnya, Gunung Jae pun jadi sepi lagi. Bukti lain merananya lokasi yang Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

47 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat cukup indah ini, jika sejumlah bangunan tradisional khas Lombok yang dulunya sempat dibangun sebagai penanda adanya kampung budaya, Justru lenyap tak tahu entah kemana. Lokasi lain yang mendukung pariwisata di Desa Sedau adalah Lembah Madani. Keberadaan Lembah Madani tidak lepas dari inisiatif dari pemuka agama setempat yaitu TGH Hasanain Junaini yang merupakan pimpinan Pondok Pesantren Haramain. Lembah Madani sering digunakan juga untuk berbagai kegiatan berlevel nasional dan internasional. Salah satu kegiatan yang pernah berlangsung di sana adalah jamuan makan malam untuk peserta Tourism Tropical Outlook Conference pada tahun Berdasarkan keberadaan sejumlah potensi yang ada di Desa Sedau maka dibentuklah Kelompok Sadar Wisata Desa Sedau. Saat ini kelompok ini dipimpin oleh Lalu Faisal. Kelompok ini berjuang untuk mengembangkan Desa Agrowisata Sedau. Namun ada beberapa keterbatasan yang dihadapi oleh Desa Sedau dan kelompok sadar wisatanya di antaranya pertama, kurang sadarnya warga akan pentingnya pariwisata; kedua, kurangnya kreatifitas dalam mengembangkan sektor agro menjadi agrowisata, dan ketiga, banyaknya tambang galian C di sekitar Desa Sedau yang mengakibatkan rusaknya lahan dan jalan raya antara Keru sampai Sesaot yang melewati Desa Sedau. Kondisi Desa Sedau ini sesuai dengan yang dikatakan oleh Antara dan Arida (2015) bahwa kendala dan tantangan desa wisata adalah terbatasnya visi atau persepsi yang jelas dari masyarakat tentang pariwisata, rendahnya ketertarikan dan kesadaran masyarakat, dan rendahnya kemampuan sumber daya manusia. Kondisi yang telah dipaparkan di atas menunjukkan adanya beberapa masalah yang harus segera dicarikan solusinya. Kalau ditilik dari permasalahan yang menyangkut warga dan kreatifitasnya dalam membangun pariwisata maka ini membutuhkan sosialisasi untuk menanamkan nilai-nilai pariwisata di dalam perilaku masyarakat Desa Sedau. Sosialisasi adalah suatu proses belajar-mengajar atau penanaman nilai, kebiasaan, dan aturan dalam bertingkah laku di masyarakat dari satu generasi ke generasi lainnya sesuai dengan peran dan status sosial masing-masing di dalam kelompok masyarakat (Berger, 2013 dalam Yulia, 2018). Pengabdian terdahulu yang pernah dilakukan di Desa Sedau adalah Idrus (2015) yang bertujuan untuk pemberdayaan ibu-ibu rumah tangga dalam pemanfaatan sampah anorganik menjadi barang-barang kerajinan bernilai ekonomi untuk menambah penghasilan keluarga di desa tersebut. Metode yang digunakan oleh Idrus (2015) adalah pelatihan. Pengabdian Idrus (2015) memiliki arah yang sama dengan pengabdian yang dilakukan saat ini karena memiliki lokasi dan sasaran pengabdian yang sama. Selain itu kegiatan pengembangan kerajinan tersebut dapat mendukung upaya pengembangan pariwisata yang dilakukan oleh pengabdian saat ini. Namun belum berbicara mengenai pariwisata khususnya desa agrowisata di Desa Sedau. Untuk itu mempertimbangkan kondisi dan potensi Desa Sedau serta semangat para penggiat pariwisata di Sedau maka pengabdian ini mengambil judul Upaya Mewujudkan Desa Agrowisata Sedau Kecamatan Narmada Lombok Barat. Dengan pengabdian masyarakat ini diharapkan dapat mendukung terwujudnya Desa Sedau Kecamatan Narmada Lombok Barat sebagai Desa Agrowisata. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

48 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat METODE KEGIATAN Metode yang digunakan dalam upaya mencapai tujuan dalam pengabdian ini adalah melalui Metode sosialisasi, bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang arti pentingnya desa wisata dalam era ekonomi global saat ini bagi pengembangan kehidupan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat. Dalam kasus Desa Sedau yang memiliki lokasi di daerah pegunungan dengan hamparan lahan pertanian dan perkebunan, tim pengabdian FEB UNRAM menawarkan Agrowisata sebagai basis dari Desa Wisata Sedau. Dalam kegiatan ini, ada beberapa prosedur kerja yang dilakukan oleh Tim Pengabdian Masyarakat, yaitu: a. Tim pengabdian menyusun rencana pengabdian masyarakat, b. Tim pengabdian secara bersama-sama melakukan sosialisasi tentang pentingnya Desa Wisata bagi masyarakat Desa Sedau terutama anggota kelompok sadar wisata dan kelompok tani perkebunan. HASIL DAN PEMBAHASAN Target pengabdian pada masyarakat ini adalah kelompok sadar wisata dan kelompok tani perkebunan yang ada di Desa Sedau. Perkembangan Desa Sedau menurut ketua kelompok sadar wisata Lalu Faisal menyampaikan kepada ketua tim pengabdian bahwa masih rendahnya pengetahuan dan ketrampilan masyarakat dalam bidang agro wisata, masih rendahnya pengetahuan dan ketrampilan masyarakat berkaitan dengan jasa wisata, masih minimnya tingkat kunjungan ke Desa Wisata Sedau karena kurangnya promosi, belum memiliki syarat-syarat menjadi desa wisata modern yaitu adanya media promosi yang efektif dan efesien seperti Website, dan belum memiliki visitor center yang akurat khususnya berhubungan dengan pendataan wisatawan sehingga sering terjadi kendala terhadap layanan pusat layanan informasi wisata desa. Kegiatan Pengabdian dengan metode Sosialisasi dan Pelatihan bertempat di Balai Desa Sedau Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Mataram. Kegiatan Pengabdian Masyarakat ini terlaksana dengan kerja sama mahasiwa KKN UNRAM Desa Sedau 2019 periode I dan Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lombok Barat. Sosialisasi dilaksanakan secara konvensional dengan cara mengundang atau menghadirkan peserta dalam suasana belajar yang interaktif. Kegiatan diikuti oleh 20 peserta yang terdiri dari 5 orang perangkat Pemerintahan Desa Sedau, 10 orang anggota kelompok sadar wisata dan 5 orang anggota kelompok tani pekebun Desa Sedau. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

49 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Gambar 1. Tim Pengabdian menyampaikan materi Sosialisasai Pada Sesi pertama dilakukan Sosialisasi tentang pentingnya Desa Wisata akan disampaikan oleh tim pengabdian. Sosialisasi tersebut juga menghadirkan Kepala Desa Sedau sebagai pembuka acara dan motivator agar para peserta bersemangat mengikuti program sosialisasi tersebut. Selanjutnya pada Sesi kedua dilakukan Pelatihan. Tim pengabdian Universitas Mataram memberikan materi pelatihan terkait dengan Manajemen Pariwisata Desa Wisata. Sementara Tim Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Lombok Barat memberikan materi pelatihan dengan judul Agrowisata di Lombok Barat. Gambar 2. Tim Pengabdian bersama Kepala Desa Sedau, Staf Dinas Pertanian dan Perkebunan Lombok Barat dan Ketua Kelompok KKN UNRAM; Kepala Desa Sedau menyampaikan dalam sambutannya bahwa Desa Sedau sangat peduli dalam pariwisata, untuk itu Pemerintah desa membentuk Kelompok Sadar Wisata Desa Sedau yang bertugas untuk mengelola pariwisata dan mendorong warga desa untuk sadar wisata, di samping itu Pemerintah Kabupaten Lombok Barat juga sangat mendukung memperkuat pondasi pariwisata Desa Sedau. Dari hasil evaluasi setelah proses sosialisasi oleh tim pengabdian menunjukkan bahwa warga desa secara keseluruhan antusias mendapat sosialisasi tentang desa agrowisata. Ini terbukti dengan banyaknya pertanyaan yang harus dijawab oleh tim pengabdian pasca sosialisasi tersebut. Bahkan Lalu Faisal (Ketua Kelompok Sadar Wisata Desa Sedau) Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

50 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat meminta agar Tim Pengabdian secara berkesinambungan melakukan pendampingan dalam pengembangan desa wisata serta mengevaluasi perkembangan desa agrowisata Sedau yang disajikan oleh kelompok sadar wisata. Pendampingan ini dimaksudkan untuk terus menumbuh kembangkan desa wisata. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Masyarakat Desa Sedau mulai memahami apa yang dimaksud dengan desa wisata dan munculnya berbagai ide anggota masyarakat Desa Sedau untuk mengembangkan pariwisata di desanya dalam diskusi setelah sosialisasi dilakukan; 2. Faktor-faktor pendukung pariwisata di Desa Sedau perlu mendapat perhatian untuk dikembangkan lebih lanjut seperti kelompok sadar wisata, kelompok tani perkebunan, keberadaan lokasi wisata yaitu Bendungan Gunung Jae dan Bumi Perkemahannya, Lembah Madani dan Perkebunan sekitarnya. Saran 1. Pengabdian Masyarakat tentang Desa Wisata di Desa Sedau harus terus dilanjutkan pada proses pembinaan berkelanjutan terutama dalam kaitanya dengan pengembangan spotspot wisata yang sudah ada di desa tersebut dan pengembangan factor pendukung lainnya seperti kegiatan penjualan buah dan pembuatan kerajinan tangan; 2. Untuk mewujudkan Desa Wisata berbasis Perkebunan di Desa Sedau dibutuhkan kerja sama dengan semua pihak terkait di antaranya: Pemerintah Provinsi NTB khususnya Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Pemerintah Kabupaten Lombok Barat terutama Dinas Pertanian dan Perkebunan dan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata; Pemerintah Kecamatan Narmada, Ponpes Haramain dan Universitas Mataram. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah mendukung terutama kepada 1. Kelompok Mahasiswa KKN UNRAM Desa Sedau Periode I 2019 yang telah memberi dukungan sebagai organisator acara pengabdian ini. 2. Pemerintah Desa Sedau yang telah menyiapkan tempat. 3. Pemerintah Lombok Barat khususnya Dinas Pertanian dan Perkebunan. 4. Pimpinan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNRAM. DAFTAR PUSTAKA Antara, M. dan Arida, S., Panduan Pengelolaan Desa Wisata Berbasis Potensi Lokal, Konsorsium Riset Pariwisata Universitas Udayana Bali Agustus 2015 Idrus, S. A. J. A., Pemberdayaan Ibu-Ibu Rumah Tangga Dalam Pemanfaatan Sampah Anorganik Menjadi Barang-Barang Kerajinan Bernilai Ekonomi Untuk Menambah Penghasilan Keluarga Di Desa Sedau Kecamatan Narmada Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

51 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Kabupaten Lombok Barat pasca.uinmataram.ac.id 2019/04 Ali-Jadid Artikel-PENGABDIAN Rai I. N., Sudama I. P., Semarajaya C. G. A., Wiraatmaja W., Pengembangan Agrowisata Terpadu Berbasis Tanaman Jeruk Di Desa Kerta Kecamatan Payangan Gianyar, Jurnal Udayana Mengabdi, Volume 15 Nomor 2, Mei 2016 Utama, I G. B. R. dan Junaedi, I W. R., Program Kemitraan Masyarakat Desa Wisata Blimbingsari, Melaya, Jembrana, Bali, Jurnal Paradharma 2 (2) : 67 74, i. Oktober 2018 Vitasurya, V. R., Adaptive Homestay Sebagai Bentuk Partisipasi Masyarakat Untuk Melestarikan Desa Wisata Pentingsari Yogyakarta May SEBAGAI_BENTUK_PARTISIPASI_MASYARAKAT_UNTUK_MELESTARIKAN _DESA_WISATA_PENTINGSARI_-_YOGYAKARTA Yulia, F., Peran Keluarga Bekerja Dalam Mensosialisasikan Nilai Agama Pada Anak di RT 02 RW 02 Desa Tarai Bangun Kecamatan Tambang Kabupaten Kampar, JOM FISIP VOL. 5 NO. 1 April Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

52 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat MEWUJUDKAN DESA WISATA MASMAS YANG BERKELANJUTAN (SUISTANABALITY) DENGAN PENERAPAN AKUNTANSI JASA Lalu Takdir Jumaidi *, Biana Adha Inapti, Nungki Kartikasari Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mataram, Indonesia Keywords: Desa Wisata; berkelanjutan; potensi desa wisat;, akuntansi Abstract: Tujuan dari pengabdian ini adalah, 1. Memberikan pengetahuan/wawasan tentang kewirausahaan dan pengembangan Desa Wisata kepada masyarakat desa lebih khusus pada wirausahawan desa, perangkat desa dan Bumdes tentang Strategi pengembangan kewirausahaan dan pengembangan Desa Wisata. 2. Menemukan strategi yang efektif dan dapat melakukan pengelolaan keuangan yang baik, sehingga keberlanjutan usaha (suistanability) desa wisata MasMas dapat berjalan dengan lebih baik. Sesuai dengan hasil evaluasi lapangan, tehnis yang paling efektif dikaukannya penyuluhan dan bimbingan intensif tentang pengetahuan strategi pengembangan desa wisata dan implementasi akuntansi desa wisata. Adapun hasil penyuluhan dan bimbingan yang diberikan adalah telah diperoleh rumusan sederhana tentang strategi pengembangan desa wisata, yaitu terbentuknya kesadaran masyarakat akan pentingnya partisipasi dan kerjasama semua pihak untuk membangun sinergitas dalam pengembangan Desa Wisata dan masyarakat desa semakin faham akan manfaat dari ilmu akuntansi yang diterapkan dalam aktifitas Desa Wisata. Pemahaman itu diperoleh dengan tehnis langsung mempraktkkan ilmu akuntansi hingga menghasilkan laporan keuangan desa wisata. Korespondensi: PENDAHULUAN Desa wisata adalah suatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. (Nuryanti, Wiendu Concept, Perspective and Challenges, makalah bagian dari Laporan Konferensi Internasional mengenai Pariwisata Budaya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 2-3) Pengembangan dari desa wisata harus direncanakan secara hati-hati agar dampak yang timbul dapat dikontrol. Desa MasMas adalah salah satu Desa wisata yang ada di NTB yang terletak di pedalaman Lombok Tengah, persisnya di Kecamatan Batu Keliang Utara Lombok Tengah. Desa Mas Mas menjadi perintis, pionir dan sekaligus model terbaik pengembangan desa wisata yang berbasis agama dan budaya. Desa MasMas menawarkan kebiasaan hidup sehari hari orang desa kepada para pelancong yang datang, mulai dari bangun pagi sampai tidur di malam hari, pelancong ikut merasakan denyut kehidupan desa. Setiap tamu yang datang, pertama kali transit di sekretariat bersama untuk menerima penjelasan dan mengisi buku tamu. Setiap tamu mendapatkan tanda mata sarung songket untuk dikenakan selama berada di desa. Sarung songket itu bermakna simbolik. Pertama makna agama dan budaya. Kedua makna penanda bahwa pengenanya ada tamu seluruh orang desa. Sarung songket itu berwarna hitam dengan pinggiran yang bermotif beragam. Setiap tamu yang datang dikenakan biaya menginap dan lainnya sebesar Rp per hari. Dana sebesar itu meliputi pembayaran jasa pemandu wisata Rp 40 ribu, jasa Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

53 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat kelompok pembuat anyaman ketak Rp 32 ribu, jasa kelompok pembuatan kripik pisang 15 ribu, sajian makan 2-3 sehari Rp 35 ribu dan biaya cuci sarung yang dikenakan tamu Rp 20 ribu. Uniknya, warga miskin, sekolah atau madrasah, kas desa dan dusun juga mendapatkan rata-rata berkisar 5-10 persen. Pembagian tersebut disusun secara mufakat musyawarah dan bersifat mengikat seluruh warga desa. Merujuk data yang ada, setiap bulannya turis yang datang berkisar orang. Rata-rata menginap 2-3 malam untuk menikmati paket wisata desa. Melihat tren ke depan, sangat mungkin jumlah pengunjung akan terus bertambah. Mengingat Pulau Lombok telah menjadi tujuan utama banyak pelancong mancanegara. Belakangan pelancong domestik juga makin banyak yang mengunjungi Desa Mas Mas. Mereka juga rupanya merindukan suasana desa dengan kesederhanaan dan keguyuban warganya. Pengembangan Desa wisata memiliki dampak positif terhadap perekonomian Masyarakat di Desa Mas Mas seperti dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru, membangkitkan ekonomi masyarakat desa, mengurangi kemiskinan, meningkatkan penjualan produk lokal, dan mempercepat pembangunan infrastruktur desa. Untuk menjadi Desa Wisata yang berkelanjutan dan senantiasa memberikan dampak positif bagi Masyarakat, Desa wisata MasMas harus mulai menerapkan pencatatan akuntansi dalam setiap transaksi yang dilakukan. Hal ini sejalan dengan terus meningkatnya jumlah turis yang datang di Desa MasMas. Informasi akuntansi mempunyai peranan penting untuk mencapai keberhasilan usaha, termasuk bagi Desa Wisata. Informasi akuntansi dapat menjadi dasar yang andal bagi pengambilan keputusan ekonomis dalam pengelolaan Desa Wisata, antara lain keputusan pengembangan pasar, penetapan harga dan lain-lain. Penyediaan informasi akuntansi bagi Desa Wisata, juga diperlukan khususnya untuk akses subsidi pemerintah dan akses tambahan modal bagi usaha kecil dari perbankan atau investor. Dengan adanya penerapan pencatatan akuntansi maka cita-cita untuk menciptakan Desa Wisata MasMas yang berkelanjutan dapat lebih memungkinkan diwujudkan. Analisa Situasi Negara kita Indonesia ini, jika diamati secara seksama, ternyata memiliki potensi yang luar biasa. Potensi yang paling mendasar adalah sumber daya Alam, Sumber daya Manusia dan Sumber Daya Budaya. Sungguh ini adalh potensi yang sangat luar biasa yang dimiliki Negara kita, Jika ini dikelola dengan baik dan professional maka akan mendatangkan pendapatan yang sangat besar. Pendapatan yang besar ini akhirnya akan menciptakan kesejahteraan yang luar biasa. Maka tidaklah berlebihan jika di Indonesia akan terwujud Gemah Ripah Loh Jinawi, Toto Tentrem Kertaraharjo Mari kita melihat alam kita Lombok yang kecil mungil khususnya di desa MasMas memiliki sumber daya yang potensial. Desa MasMas ternyata menyimpan energy potensi wisata yang sangat besar, namun ternyata belum dikelola dan diekplor dengan optimal dan professional. Potensi itu antara lain: I. Dari sisi potensii Keindaham Alam: a. Panorama Alam dengan wilayah pertanian dan perkebunan yang terhampar luas nan indah Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

54 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat II. Dari sisi potensi kesuburan Alam. a. Mendukung masyarakat untuk mengangkat potensi budi daya peternakan sapi dan penggemukan sapi yang dikelola dengan ciri khas ekonomi kerakyatan, yaitu koprasi. b. Mewujudkan perkebunan wisata dan peternakan wisata yang dikelola bersama dengan masyarakat. Membudayakan penggunaan sapi dalam pengelolaan pertanian dan produksi susu alam sehat. III. Dari sisi Potensi Budaya dan Olah Raga a. Budaya pakaian adat berupa songket yang terbuat dari tenun b. Budaya pembuatan pakaian dan sarung dari bahan tenunan dengan tehnik tradisional c. Budaya pembuatan makanan tradisional baik dalam bentuk jajan maupun menu makanan khas d. Adanya bentuk wirausaha home industry yang terkordidnir dan terintegrasi dengan baik dalam bentuk wadah koperasi e. Budaya membuat anyaman ketak yang menghasilkan kerajinan tangan yang alami f. Potensi Seni daerah, seperti Gendang Beleq, seni tari Pendet, tarian rudat, dan adat khas proses pernikahan bangsawan yang sangat unik, sarat dengan nilai filosofis kehidupan yang sangat mendalam: sorong serah, aji karma dan nyongkolan g. Sumber daya budi pekerti yang wujud dalam hal sikap dan tatakrama yang sarat dengan nilai filosofis dan budi bahasa yang wujud dalam keindahan dan kelembutan berbahasa khas daerah. Selain itu disempurnakan lagi dengan keindahan kehidupan spiritual yang agamis: ketahajuhan, ketawadu an dan istiqomh dalam menjalankan solat 5 waktu di masjid. Adapun bentuk ibadah khas ritual lainnya yang msih lestari: Isra Mikraj, Nujulul Quran, Perak Api, Aqekah, Sunatan, h. Sumber daya spritualitas dari eksistensi agama Islam yang sangat mengakar, hingga memberikan nuansa masyarakat madani yang sangat toleransi dan empati.contoh membangun masjid dengan nilai gotong royong dan kekeluargaan yang didasarkan oleh iman dan taqwa pad Allah. i. Olah raga khas daerah yang lestari seperti Presean dan Pencak Silat. Demikian sumber daya inti yang kita miliki. Sekarang adalah bagaimana mengelolanya dengan sebaik mungkin, merupakan bentuk tantangan kita bersama. Mengamati perkembangan sektor pariwisata yang kini terus menggeliat dan berkembang, maka kita bisa mengarahkan potensi sumber daya yang kita milki kearah dunia pariwisata. Menjadi suatu tema yang sangat tepat jika program aktifitas pembangunan mengarah pada membangun desa wisata dalam rangka peningkatan kesejahteraan masyarakat desa. Identifikasi dan Perumusan Masalah Berbagai permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat desa Mas-mas, secara umum adalah belum adanya sosialisasi dan pengenalan sistem keuangan desa yang konsisten. Jadi dapat disimpulkan beberapa hal yang menjadi pemicu diperlukannya pengabdian ini adalah: Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

55 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat a. Penyuluhan yang berkelanjutan tenang pengembangan kewirausahaan berbasis kepariwisataan di desa Mas Mas masih perlu terus dijalankan dan ditingkatkan pada tingkat yang lebih kongkrit dan bersinergi. b. Masih dirasakan kurangnya pengenalan sistem penelolaan keuangan desa wisata yang sederhana yang berkelanjutan. c. Masih belum optimalnya penerapan pengembangan strategi pemasaran dengan memanfaatkan sistem jaringan internet sebagai tempat informasi global untuk mengenalkan dan mempromoskan potensi wisata desa. d. Masih perlu terus menjaga dan mengembangkan terbentuknya motifasi dan partisipasi yang tinggi untuk melakukan pengembangan usaha ke bidang pariwisata. Berdasarkan uraian atas analisis situasi di atas, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana memberikan motifasi dan wawasan tentang pengembangan Kewirausahaan Kepariwisataan pada masyarakat dengan memanfaatkan tersedianya sumber daya produktif yang tersedia serta Bagaimana tehnis/ upaya yang dilakukan untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat, tentang hasil dan manfaat dari keberhasilan usaha desa wisata serta sistem pengelolaan keuangannya, dengan lebih merata. Tujuan Umum Memberikan pengetahuan/penyuluhan kepada masyarakat khususnya wirausaha dan perangkat desa dan Bumdes tentang pengembangan kewirausahaan masyarakat dan pengembangan Desa Wisata. Hasilnya diharapkan dapat menemukan strategi yang efektif dan dapat melakukan pengelolaan keuangan yang baik, sehingga keberlanjutan usaha (suistanability) desa wisata Karang MasMas dapat berjalan dengan baik. Tujuan Khusus a. Memberikan penyuluhan tentang pengembangan kewirausahaan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada agar komponen produk wisata semakin bervariasi dan berkualitas. Sehingga harapannya Wirausaha masyarakat desa dan aktifitas Desa Wisata semakin maju dan berkembang, b. Memperkenalkan penerapan sistem dan siklus akuntansi sederhana untuk dapat menghasilkan informasi akurat tentang besarnya biaya operasional, tingkat pendapatan dan keuntungan yang diperoleh serta perkembangan nilai aset dan kewajiban serta modal yang dimilki. Hasil informasi akuntansi dapat dijadikan dasar evaluasi dan pengambilan keputusan baik oleh pihak internal maupun ekternal. c. Agar pengusaha lebih faham tentang strategi pemasaran suatu produk dan pentingnya peningkatan pelayanan kepada konsumen, sehingga dapat melakukan aktifitas penjualan ke daerah-daerah yang lebih luas. d. Dengan adanya penerapan sistem siklus akuntansi sederhana, maka dapat melakukan sistem control dan pembaharuan manajemen. Selain itu mempermudah pengusaha untuk mendapatkan pinjaman investasi pengembangan usaha. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

56 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Kegunaan Kegiatan/manfaat Dengan adanya penyuluhan dibidang pengembangan kewirausahaan yang mengarah pada membangun desa wisata atas potensi sumber daya yang tersedia baik dari aspek tehnis sistem pengelolaan keuangan sederhana serta strategi pemasaran terhadap usaha wirausaha Pariwisata, maka masyarakat desa akan lebih termotivasi untuk meningkatkan kualitas manajemen pengelolaan usahanya sehingga mampu meningkatkan pengembangan jenis bidang usaha serta mampu meningkatkan produktifitas yang lebih baik. METODE KEGIATAN Metode Kegiatan Pelaksanaan Kegiatan ini terdiri dari beberapa tahap, antara lain: a. Tahap pertama : Melakukan analisis, penyisiran dan evaluasi terhadap potensi sumber daya wisata yang ada. Selanjutnya memberikan Penyuluhan tentang Pengembangan Kewirausahaan menuju pada pembangunan dan pengembangan Desa Wisata b. Tahap Kedua : Memberikan kiat untuk dapat memperoleh pengembangan modal usaha dengan membuat sebuah wadah yang lebih dipercaya. Melakukan evaluasi dan diagnosis mendalam untuk menentukan strategi pengembangan desa wisata. c. Tahap ketiga : Pengajaran pembukuan sederhana dan bimbingan praktik penyusunan pembukuan sederhana. d. Tahap Keempat : Penyuluhan bidang keuangan dan pemasaran. Mengevaluasi dan menetapkan strategi marketing yang paling tepat, agar paket paket wisata desa wisata lebih dikenal pada tingkat nasional dan tingkat internasional. Metode ini dilksanakan dalam suatu ruangan yang kondusif. Dalam penyuluhan ini menggunakan metode ceramah dan diskusi. Untuk penngetahuan akuntansi dengan ceramah, praktik dan latihan. Kerangka Pemecahan Masalah Dari Aspek Sinergitas Kewirausahaan Wisata 1. Dilakukan penyuluhan demi penyuluhan yang berkesinambungan tentang pengetahuan kewirausahaan hingga sampai terbentuknya sebuah usaha yang produktif. Selanjutnya, terbentuknya pengembangangan Wirausaha dengan semakin banyak mengeksplor sumber daya yang ada secara terkonsentrasi dan diterapkannya manajemen yang baik. Dengan penerapan metode ini maka diharapkan dapat mewujudkan dan mengembangkan Wirausaha di bidang Desa Wisata 2. Dilakukan Aktifitas pembimbingan, pengarahan dan pengontrolan/evaluasi secara terus menerus untuk membangun usaha baru yang produktif hingga berhasil tumbuh dan mandiri. 3. Dari aspek Akuntansi/ Pembukuan: Akan diberikan pelatihan dan bimbingan dalam majalankan proses siklus akuntansi hingga membuat laporan keuangan. Kemudian dilanjutkan dengan entri data transaksi, sehingga menghasilkan laporan keuangan yang baik dan benar. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

57 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat 4. Dari Aspek Strategi Manaajmen : Akan mendapatkan pelatihan dan pendampingan dalam memasarkan produk dengan cara membuat laman baru/website, bloker, jaringan internet dan membangun ling baru dengan desa wisata-desa wisata yang ada di pulau Lombok, maupun di luar pulau Lombok. Hasil membangun bentuk kerjasama antar desa wisata ini dapat menghasilkan sinergitas yang lebih luas dalam hal menghasilan paket wisata yang lebih kaya dan variatif. Selain dapat menghasilkan paket wisata yang lebih berkualitas, juga kerjasama ini dapat dijadikan sarana untuk memperluas jangkauan jaringan marketing yang efektif dan potensial. HASIL DAN PEMBAHASAN Sinergitas Kewirausahaan Menuju Desa Wisata Definisi Pariwisata (Tourism) Pengertian Pariwisata menurut definisi yang luas adalah perjalanan dari satu tempat ke tempat lain, bersifat sementara, dilakukan perorangan maupun kelompok, sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan ilmu.(smith and French, 1994).Definisi desa pariwisata dapat didekati melalui 4 kategori yaitu: Dimensi Sosial, Dimensi Industri/Bisnis, Dimensi Akademis, Dimensi Sosial Budaya. Definisi Desa Wisata (Village Tourism) Desa Wisata (village tourism) menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Lombok Barat adalah suatu wilayah pedesaan yang memiliki potensi keunikan dan daya tarik wisata yang khas, baik berupa karakter fisik lingkungan alam pedesaan maupun kehidupan sosial budaya kemasyarakatan. (Disbudpar Kab. Lombok Barat, 2006).Terdapat dua konsep yang utama dalam komponen desa wisata, yaitu :pertama, Akomodasi adalah sebagian dari tempat tinggal para penduduk setempat dan atau unit-unit yang berkembang atas konsep tempat tinggal penduduk. Kedua, Atraksi adalah seluruh kehidupan keseharian penduduk setempat beserta setting fisik lokasi desa yang memungkinkan berintegrasinya wisatawan sebagai partisipasi aktif. Pendekatan Pengembangan Desa Wisata Berdasar dari penelitian dan studi-studi dari UNDP/WTO dan beberapa konsultan Indonesia, dicapai dua pendekatan dalam menyusun rangka kerja/konsep kerja dari pengembangan sebuah desa menjadi desa wisata, yaitu melalui pendekatan pasar dan pendekatan fisik. Pertama, Pendekatan Pasar untuk Pengembangan Desa Wisata antara lain sebagai berikut: (1) Interaksi tidak langsung adalah Model pengembangan didekati dengan cara bahwa desa mendapat manfaat tanpa interaksi langsung dengan wisatawan. (2) Interaksi setengah langsung adalah Bentuk-bentuk one day trip yang dilakukan oleh wisatawan, kegiatan-kegiatan meliputi makan dan berkegiatan bersama penduduk. (3) Interaksi Langsung Wisatawan dimungkinkan untuk tinggal/ bermalam dalam akomodasi yang Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

58 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat dimiliki oleh desa tersebut. Pada Pendekatan Pasar ini diperlukan beberapa kriteria yaitu : (a) Atraksi wisata; Jarak Tempuh; (b) Besaran Desa; (c) Sistem Kepercayaan dan kemasyarakatan;(d) Ketersediaan infrastruktur. Kedua, Pendekatan Fisik Pengembangan Desa Wisata dimana pendekatan ini merupakan solusi yang umum dalam mengembangkan sebuah desa melalui sektor pariwisata dengan menggunakan standar-standar khusus dalam mengontrol perkembangan dan menerapkan aktivitas konservasi. MEMBANGUN SUISTANABILITY DESA WISATA DENGAN IMPLEMENTASI AKUNTANSI Untuk desa wisata yang yang operasionalnya adalah di bidang jasa maka akuntansi yang dijalankan dapat melakukan proses akuntansi yang lebih sederhana. Berikut disajikan bentuk akuntansi jasa dan akuntansi dagang: Siklus Akuntansi usaha Jasa: BBT Bukti- Bukti JURN AL Umum BB Buku Besar Neraca Saldo JURN AL Penyes Whork sheet Jurnal Penutup & Jur. Balik Laporan Keuangan Resmi: 1.Lap. Rugi Laba a. Bukti Bukti Transaksi Seluruh aktifitas usaha/perusahaan yang dapat diukur dengan nilai mata uang dan memilki pengaruh terhadap keuangan perusahaan, maka transaksi itu dapat dicatat ke dalam bukti-bukti transaksi yang telah disiapkan. Jadi kriteria untuk dapat dikatakan menjadi transaksi perusahaan adalah: 1. Transaksinya dapat dipastikan nilai keuangannya 2. Timbulnya aktifitas tersebut berpengaruh terhadap kondisi keuangan perusahaan 3. Transaksi tersebut telah diakui kebenaran dan keabsahahannya. (telah diketahui kondisi barangnya, nilai riel barangnya, adanya kesepakatan, diketahui oleh yang berwenang). Bentuk dari bukti transaksi dapat dibedakan menjadi dua: 1. Bukti transaksi yang dibuat dan dikeluarkan dari perusahaan sendiri. Contohnya: Faktur Penjualan, Kwitansi, Bukti Kas Keluar, Nota debet, Giro, Bukti Kas Masuk, 2. Bukti transaksi yang diterima dari perusahaan lain. Contohnya: Faktur Pembelian, Invoice, Bukti Bank, Surat Setoran Pajak (SSP), Slip pembayaran dan lain-lain Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

59 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Bukti-bukti transaksi ini diarsip dan didokumentasikan dengan rapid an teratur. Dapat diatur sesuai dengan tanggal transaksi, dapat diatur sesuai dengan aktifitas investasi dan aktfitas operasional. Dapat juga diarsip sesuai dengan kepentingan internal atau ekternal dapat juga diarsip sesuai dengan departemen. Tergantung mana yang dianggap paling efektif sesuai dengan kondisi perusahaan. b. Jurnal Adapun bentuk jurnal adalah: 1. Jurnal umum 2. Jurnal khusus 3. Jurnal adjastman atau Jurnal penyesuaian Untuk Aktifitas jurnal, biasanya pada tingkat perusahaan jasa menggunakan jurnal umum, dan pada tingkat perusahaan dagang dan industri menggunakan jurnal khusus. Khusus penggunaan jurnal khusus akan sangat efektif ketika operasional perusahaan cukup variatif pada transaksi penjualan dan pembelian baik secara tunai dan kredit, serta aktifitas biaya yang sangat tinggi. Bentuk dari jurnal khusus antara lain: jurnal Penerimaan Kas, jurnal Pengeluaran kas, jurnal Penjualan dan jurnal Pembelian. Untuk jurnal adjastman diperlukan ketika saat penyusunan laporan keuangan periodik. Fungsi dari jurnal penyesuaian adalah menarik dan mengakui transaksi asset maupun biaya dan pendapatan yang belum diakui dan akan diakui.adapun manfaat dari jurnal adjatman adalah dapat memberikan informasi keuangan yang lebih objektif dan kondisi niali yang terkini. Tehnik melakukan proses jurnal adalah dimulai dari Format Logika Persamaan Akuntansi, yaitu A = H + Modal {+ Pendapatan Biaya + Setoran Prive}. Seluruh komponen Aktiva diberikan simbul D Seluruh elemen Hutang dan Modal diberi simbul Kredit yang letaknya di sebelah kiri. Adapun simbul Debet dan Kredit berfungsi untuk penempatan posisi awal dan tujuan melakukan penambabahan atau pengurangan. Jika kita lihat isi dan tahapan proses pengembangan dari persmaan akuntansi adalah: Debet Kredit A = H + Modal A = H + Modal Kas,Piutang,Persed. Perl = Hutang + Modal (Pend-Biaya+Setoran-Prive) Dalam Persamaan akuntansi, Ketika Aset bertambah, contoh seperti Kas, maka langsung menambah kas jika ada transaksi Kas yang bersifat menambah. Contohnya Penerimaan Kas dari transaksi pendapatan tunai dan penerimaan Kas dari setoran, demikian pula penerimaan kas dari hasil pembentukan hutang dan modal, maka akan menambah Aset dalam bentuk Kas. Sebaliknya transaksi mengakibatkan pengurangan terhadap kas. Dalam jurnal menggunakan penerapan simbul Debet dan kredit. Jika ada transaksi menambanh asset seperti di atas maka akan diltekakkan di posisi Debet, sebaliknya jika Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

60 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat bersifat mengurangi asset maka rekening tersebut akan diletakkan di Kredit. Demikian pula untuk transaksi yang berhubungan dengan Pasiva, yaitu Hutang dan Modal. Jika aktifitasnya bersifat mengurangi Hutang dan Modal maka posisinya akan diletakkan di Debet (berlawanan). Jika sifatnya sebalinya ada transaksi yang sifatnya menambah maka akan diletakaan di Kredit (Penempatan posisi yang sama, yaitu Kredit). Contoh jurnal dari sekilas aktifitas Desa Wisata: Tgl Nama Rekening D K 1/1 Kas Modal Diterima investasi dari modal DD 3/1 Kas Hutang Diterima Kas dari Hutang Bank 5/1 Perlengkapan Kas Dibayar perlengkapan 7/1 Peralatan Kas Dibayar Kas untuk Peralatan W 10/1 Infrastruktur (5 Th) Kas Dibayar biaya Infrastruktur 15/1 Kas Pendapatan-Paket Wisata 1 (3 hari) Diterima Pendapatan- P.W.1 19/1 Kas Pendapatan-Paket W. 2 (3 hari) Diterima pendapatan dari Paket W.2 25 Kas Pendapatan Paket W. 3 (2 hari) Diterima pendapatan dari PS. 30 Biaya Listrik Kas Dibayar listrik untuk 1 bln 30 Biaya Internet dan air lainnya Kas Setelah kita selesai melakukan proses penjurnalan, maka langkah berikutnya memindahkan atau memposting setiap rekening yang ada di jurnal ke dalam Buku Besar masing-masing. Tehnik pengisian Buku Besar adalah sebagai berikut: Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

61 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat 1. Dimulai dengan rekening Neraca yaitu Aktiva, Hutang dan Modal (dan rekening kontra dari Modal) 2. Mengisi rekening Rugi/Laba, yaitu rekening Pendapatan dan Biaya. Contoh Buku Besar dari aktifitas jurnal Desa Wisata. BB: Kas No. Rek. 101 Tgl Keterangan Debet Kredit Saldo D 1/1 3/1 5/1 7/1 10/1 15/1 19/1 25/1 31/1 31/ BB: Perlengkapan No. Rek. 102 Tgl Kereterangan D K Saldo Adj BB: Peralatan No. Rek. 103 Tgl Keterangan D K Saldo Adj Umur 5 Tahun BB: Akkumulasi Peny. Peralatan No. Rek. 104 Tgl Ketrangan D K Saldo Adj BB: Infrastruktur No. Rek. 105 Tgl Keterangan D K Saldo Adj BB: Hutang No. Rek. 201 Tgl Keterangan D K Saldo BB: Modal No. Rek. 301 Tgl Keterangan D K Saldo 1/ BB: Prive No. Rek. 302 Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

62 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Tgl Keterangan D K Saldo BB: Pendapatan No. Rek. 401 Tgl Keterangan D K Saldo K Pendap.Pak.W.2(3hr) Pendap.Pak.W.3(2 hr) Pendap.Pak.W.1(3 hr) Saldo BB: Biaya Perlengkapan No. Rek. 501 Tgl Keterangan D K Saldo Adj BB: Biaya Peny. Peralatan No. Rek. 502 Tgl Keterangan D K Saldo D Adj BB: Biaya Infrastruktur No. Rek. 503 Tgl Keterangan D K Saldo D BB: Biaya Listrik No. Rek. 504 Tgl Keterangan D K Saldo D BB: Biaya Telpon, air dan internet No. Rek. 505 Tgl Keterangan D K Saldo D 30/ a. Neraca Saldo Desa Wisata Mas Mas NERACA SALDO Per 1 Agustus 2019 No. Rek Nama Rekening Debet Kredit 101 Kas Perlengkapan Peralatan Akkumulasi Peny. Peralatan 105 Infrastruktur Hutang Modal Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

63 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat 401 Pendapatan Paket 1,2, Biaya Perlengapan 502 Biaya Peralatan 503 Biaya Infrastruktur 504 Biaya Listrik Biaya Internet, telp dan air b. Penyesuaian No.Rek Nama Rekening Debet Kredit 502 Biaya Perlengkapan Perlengkapan (Penyesuaian) 503 Biaya Infrastruktur Infrastruktur (Penyesuaian) 504 Biaya Peny. Peralatan Akk. Peny. Peralatan (Penyesuaian) KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dalam melakukan pengebangan Desa Wisata, beberapa hal yang perlu dilakukan adalah: 1. Mengerakkan masyarakat desa secara bersama dengan cara membuka wawasan mereka tentang manfaat posisitif yang luar biasa dari hidup dan berkembangnya Desa Wisata yang semakin maju. Menciptakan kesadaran dan meciptakan wawasan yang luas dan komprehensif kepada masyarakat sangatlah penting dan mendasar, karena akan tercipta partisipasi dan dukungan masyarakat yang sangat kuat. Partisipasi dan dukungan masyarakat ini adalah dasar utama yang harus tercipta untuk pengembangan desa wisata. 2. Terciptanya sinergi yang kuat anatara semua elemen yang ada yang saling terkait antara satu dengan yang lain, seperti: a. unit-unit UMKM masyarakat yang tradisional dan unik, memiliki nilai budaya. b. Perangkat desa yang semanagat aktif memberikan sosisalisasi dan bimbingan kepada masyarakat, c. Pemerintah, yang akan memeberikan dukungan pembangunan sarana prasarana (infrastruktur) yang mendukung terciptanya desa wisata. d. Para investor yang memilki ketertarikan untuk berinfestasi di bidang wisata, e. Entitas Perbankan yang menyalurkan paket-paket kredit ringan untuk program pengembangan desa wisata. 3. Diperlukannya Strategi pengembnagan desa wisata yang berkesinambungan, dengan melakukan analisis dan diagnosis secara lebih mendalam, sehingga didapatkan pemilihan strategi yang paling tepat dan implementasi strategi yang benar dalam mencapai visi, misi dan tujuan. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

64 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat 4. Setiap akhir tahun sealalu dilkaukan evaluasi terhadap strategi yang telah di jalankan, sehingg dapat diketahui apakah strategi telah tepat, atau tidak. Jika belum sesuai, maka perlu perbaikan strategi, sehingga terciptalah pengembangan desa wisata. 5. Diperlukannya pemahaman dan penerapan akuntansi sederhana dalam aktifitas desa wisata. Tujuannya agar terwujud sinergitas yang lebih baik, dan dapat mengambil kebijakan ekonomi, keuangan untuk tujuan agar desa wisata terus maju dan berkembang. Saran 1. Untuk aktifitas pengabdian Pengembangan desa wisata, diperlukannya kegiatan marketing yang lebih luas, yaitu dengan menciptakan sinergitas/ kerjasama anatara internal desa wisata dan ekternal desa wisata. Internal artinya kerjasama antara masingmasing UMKM, perangkat desa, Bumdes dan masyarakat yang semakin baik. Perlu ditingkatkannya soialisasi untuk menciptakan pemehaman dan wawasan tentang pentingnya kerjasama dalam membnagau desa wisata. 2. Pentingnya pembelajaran yang terus menerus/ berkesinambungan sehingga partisipasi dan kerjasama akan terus terpelihara, dan ilmu akuntansi yang diterapkan benar-bnnar dapat diimplementasikan. Ucapan Terima Kasih Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah yang telah memberikan nikmat iman, islam dan kesehatan, sehingga setelah beberapa bulan berjalan kami menjalankan kegitan pengabdian, akhirnya kegiatan ini selesai dengan baik dan akan terus berkelanjutan dalam mwmbngaun desa wisata. Solawat dan salam kami khaturkan ke atas baginda Rasululullah swt, yang telah membuat hidup penuh cinta dan kasih saying, yang membuat hidup kita menjadi bermanfaat, bahagia dunia akherat, Tak lupa saya ucapkan terimakasih yang terhingga kepada LPPM yang telah membimbing dan membantu kami dari materi dan moril. Tak terlupakan juga terimaksih yang takterhingga atas kebaikan pak kepala desa dan masyarakat desa karang MasMAs sehingga proses pengabdian ini dapat berjalan dengan baik. Dan saya berharap semoga pengabdian ini akan banyak memeberikan kontrusi dan berkontribusi untuk pembnagunan desa wisata. Kami berharap semoaga InsAllah apa yang kita telah perjuangan untuk membangun desa wisata Karang MasMas akan banyak memberikan kemaslahamatan, kemajuan penguatan ekonomi masyarakat desa. DAFTAR PUSTAKA Al Haryono Yusuf (2011), Dasar-dasar Akuntansi, jilid 2 Cetakan Pertama Desember 2011, Sekolah Tinggi Ekonomi Yayasan Keluarga Pahlawan Negara, Yogyakarta. Arfan Ikhsan (2009), Pengantar Praktis Akuntansi, Graha Ilmu, Yogyakarta. Carl S Warren, James M. Reeve, Philip E. Fess, (2007), Accounting Pengantar Akuntansi, Salemba Empat, Jakarta. Ely Suhayatidan Sri DewiAnggadini (2009), AkuntansiKeuangan, GrahaIlmu, Yogyakarta Fandely, C. (2002). Perencanaan Kepariwisataan Alam. Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada, Bulaksumur, Yogyakarta. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

65 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat H. Lili M. Sadeli (2009), Dasar-dasar Akuntansi, Edisi 1 Cetakanke 5, Bumi Aksara, Jakarta. Hadiwijoyo, Surya Sakti. (2012). Perencanaan Pariwisata Perdesaan Berbasis Masyarakat (Sebuah Pendekatan Konsep). Yogyakarta: GrahaIlmu. Nuryanti, Wiendu (1993) Concept, Perspective and Challenges, makalah bagian dari Laporan Konferensi Internasional mengenai Pariwisata Budaya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Sofjan Assauri (2016) Strategi Management; Sustainable Competitive Advantages edsi 2, Rajawali Pres, Jakarta Soemarso S.R. (2010), Akuntansi Suatu Pengantar, Buku 2 (Edisi 5), SalembaEmpat, Jakarta. diakses 21 Februari 2019 Pukul wisata/, diakses 21 Februari 2019 Pukul diakses 21 Februari 2019 Pukul Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

66 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat INOVASI PENINGKATAN PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI JAGUNG DI LAHAN KERING I Komang Damar Jaya*, Rosmilawati, I Wayan Suadnya, Sudirman, I Wayan Sudika Fakultas Pertanian, Universitas Mataram, Indonesia Keywords: Adopsi, baris ganda, fasilitator, kemitraan, KUR, transfer teknologi Abstract: Petani jagung di lahan kering menghadapi dua persoalan utama, produktivitas tanaman yang rendah dan kekurangan modal usaha pada awal musim tanam. Rendahnya produktivitas diakibatkan oleh ketidakmampuan petani dalam menerapkan teknologi budidaya jagung karena biayanya yang tinggi. Minimnya modal usaha, yang biasanya diperoleh dari rentenir dengan bunga yang sangat tinggi di awal musim tanam, menjadi salah satu penyebab ketidakmampuan petani jagung untuk menerapkan teknologi budidaya yang tepat. Untuk itu dibutuhkan suatu inovasi yang bertujuan untuk meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani jagung di lahan kering. Inovasi yang dimaksud adalah suatu program kemitraan antara petani jagung di lahan kering dengan PT. Bank NTB sebagai pemberi modal usaha lewat program Kredit Usaha Rakyat (KUR), PT. Syngenta sebagai penyedia benih, distributor pupuk sebagai penjamin pasokan pupuk dan penyuluh pertanian sebagai pemberi persetujuan kebutuhan pupuk petani. Universitas Mataram (UNRAM) berperan sebagai fasilitator untuk terjalinnya kemitraan serta penyedia inovasi teknologi budidaya tanaman jagung, yaitu teknologi tanam baris ganda. Kegiatan kemitraan dilaksanakan di beberapa kecamatan dengan lahan kering yang cukup luas di tiga kabupaten, yaitu Lombok Timur, Lombok Utara dan Sumbawa pada musim penghujan tahun 2016/2017, 2017/2018 dan 2018/2019. Dalam tiga tahun pelaksanaan kegiatan kemitraan, terjadi peningkatan produktivitas tanaman jagung rata-rata sebesar 1,2 ton/ha dan peningkatan pendapatan Rp /ha dari orang menerima KUR. Jumlah petani yang mengadopsi teknologi tanam baris ganda tercatat sebanyak orang. Korespondensi: PENDAHULUAN Permasalahan utama yang dihadapi oleh petani jagung di lahan kering Nusa Tenggara Barat (NTB) adalah rendahnya produktivitas tanaman dan sulitnya memperoleh modal usaha pada saat akan menanam jagung di awal musim penghujan. Hasil survey awal di lahan kering Kabupaten Lombok Utara pada tahun 2014 menunjukkan rata-rata produksi jagung sekitar 4,8 ton/hektar. Penyebab rendahnya produktivitas tanaman jagung di lahan kering adalah karena penerapan teknologi budidaya tanaman jagung yang tidak memadai dan adanya variabilitas iklim (Jaya et al., 2017). Teknologi budidaya yang dimaksud meliputi penggunaan benih varietas unggul, pola penanaman yang tepat, pemupukan dengan jumlah dan waktu yang tepat, serta pemeliharaan tanaman untuk mengatasi permasalahan hama, penyakit dan gulma. Ketidak mampuan petani menerapkan teknologi budidaya tanaman jagung yang tepat tidak lepas dari rendahnya modal usaha yang dimiliki untuk memulai kegiatan usahatani. Modal usaha biasanya diperoleh dari para rentenir dengan bunga yang sangat tinggi sehingga petani tidak berani meminjam uang dalam jumlah yang banyak. Akibatnya, petani jagung tidak pernah bisa menerapkan paket teknologi budidaya tanaman jagung dengan baik Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

67 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat dan benar. Kebutuhan benih tanaman jagung varietas hibrida per hektar adalah sebanyak 20 kg. Seringkali mereka menggunakan benih kurang dari 20 kg karena keterbatasan modal usaha. Bahkan beberapa petani membeli benih jagung di pasar yang tidak jelas varietas dan asal-usul benihnya. Benih yang kurang atau kualitas benih yang buruk selanjutnya diikuti oleh permasalahan pupuk yang seringkali tidak tersedia pada saat dibutuhkan, semuanya berdampak buruk terhadap produksi tanaman jagung. Terjadinya variabilitas iklim, seperti dry-spell pada saat fase-fase kritis perkembangan tanaman ataupun curah hujan yang terlalu tinggi, turut berkontribusi terhadap rendahnya produktivitas tanaman jagung di lahan kering. Peneliti dari Universitas Mataram (UNRAM) telah menghasilkan teknologi budidaya tanaman jagung varietas hibrida moderen yang mampu berproduksi sampai 8,0 ton/hektar di lahan kering (Jaya et al., 2017). Teknologi budidaya tanaman jagung yang dimaksud adalah nenaman tanaman jagung dengan pola baris ganda. Pola tanam baris ganda dilatar belakangi oleh teori Puntel (2012) yang menyatakan bahwa penangkapan cahaya oleh kanopi tanaman jagung pada saat anthesis sampai fase pengisian tongkol sebesar 95% akan menghasilkan hasil tongkol yang maksimal. Jaya et al. (2017) selanjutnya melakukan kajian jarak tanam dan pola penanaman yang menghasilkan kanopi tanaman jagung dengan kemampuan menangkap cahaya sebanyak 95% pada saat anthesis. Jarak tanam pada pola tanam baris ganda adalah 70 cm antar baris ganda dan cm dalam baris ganda. Dengan pola baris ganda ini populasi tanaman dapat ditingkatkan dari sekitar tanaman/hektar menjadi tanaman/hektar. Konsekuensi dari peningkatan populasi ini adalah jumlah benih yang dibutuhkan semakin banyak dan juga kebutuhan pupuk bagi tanaman meningkat yang membuat teknologi ini menjadi semakin mahal bagi petani. Suatu program kemitraan antara petani dengan pihak swasta dan pemerintah dilaporkan dapat meningkatkan kapasitas petani dalam menerima teknologi (Ponnusamy, 2013). Peningkatan pemahahan akan teknologi yang berujung pada peningkatan produktivitas juga dapat dilakukan dengan mengadakan pelatihan langsung dilapang atau sering disebut sekolah lapang (Davies et al., 2012). Selain itu, peran atau tanggung jawab universitas dalam menghasilkan dan mendeseminasikan teknologi guna mensejahterakan masyarakat tani di wilayahnya juga sangat dibutuhkan. Niewolny et al. (2012) melaporkan bahwa kemitraan antara universitas dengan masyarakat tani dapat menjamin dihasilkannya produk pertanian sebagai bahan makan yang berkualitas dengan menerapkan teknologi pertanian yang berkelanjutan. Oleh karena itu, suatu program kemitraan antara petani dengan perusahaan swasta, pemerintah dan universitas perlu dilakukan guna meningkatkan produktivitas dan pendapatan petani tanaman jagung di lahan kering. Tulisan ini melaporkan suatu inovasi dalam transfer teknologi budidaya tanaman jagung di lahan kering dari universitas ke petani dengan dukungan program kemitraan antara petani dengan pihak swasta dan pemerintah serta pihak universitas sebagai fasilitator. METODE KEGIATAN Kegiatan kemitraan dilakukan di beberapa kecamatan dalam wilayah tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Lombok Utara, Kabupaten Lombok Timur dan Kabupaten Lombok Utara. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

68 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Di Kabupaten Lombok Utara, kegiatan kemitraan difokuskan di Kecamatan Kayangan dan Bayan, sementara di Kabupaten Lombok Timur kegiatan dilaksanakan di Kecamatan Jerowaru. Kecamatan Labangka, Lopok dan Plampang merupakan lokasi kegiatan kemitraan di Kabupaten Sumbawa. Di semua kecamatan yang sudah disebutkan terdahulu, hampir semua petani jagung sangat bergantung pada curah hujan untuk pertumbuhan dan hasil tanaman mereka. Program kemitraan mulai dilakukan pada musim penghujan Tahun 2016/2017 untuk lokasi Lombok Utara dan Lombok Timur dan musim penghujan Tahun 2018/2019 untuk Kabupaten Sumbawa. Seluruh rangkaian kegiatan program kemitraan berakhir pada bulan Juni Pihak-pihak yang bermitra adalah penyedia dana untuk modal usaha kegiatan usahatani, perusahaan benih yang berkualitas, distributor pupuk dan benih serta pemerintah dengan pihak universitas sebagai fasilitator. Mitra penyedia Kredit Usaha Rakyat (KUR) adalah PT. Bank NTB (sekarang PT. Bank NTB Syariah). Mitra sebagai penyedia benih yang berkualitas adalah PT. Syngenta dan mitra sebagai penyalur pupuk dan benih adalah beberapa distributor pupuk dan benih di kecamatan-kecamatan. Penyuluh pemerintah, dalam hal ini Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) berperan sebagai pihak yang membantu menyusun Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). Ada juga kepala desa yang berperan memberikan persetujuan bagi masyarakatnya untuk memperoleh KUR dari bank mitra. Bank NTB Cabang Lombok Utara, Lombok Timur dan Sumbawa di bawah koordinasi Bank NTB Pusat di Mataram semua dilibatkan dalam diskusi dan sosialisasi program kemitraan. Pelibatan ini penting agar masyarakat tani, pengusaha benih, distributor pupuk dan benih, serta pemerintah daerah yakin bahwa petani jagung di lahan kering memang benar mendapatkan modal usaha. Sebagian besar kegiatan sosialisasi dilakukan di kantor-kantor desa dan sebagian kecil dilakukan di rumah-rumah warga yang menjadi panutan masyarakat tani (local champions). Langkah-langkah yang ditempuh untuk menjalankan program kemitraan adalah sebagai berikut: 1. Melakukan survey dasar tentang produktivitas tanaman jagung dan pendapatan petani jagung di lahan kering. 2. Meyakinkan PT. Syngenta tentang teknologi budidaya tanaman jagung pola baris ganda dapat memberikan hasil yang lebih tinggi dari teknologi budidaya jagung baris tunggal. 3. Mengajak PT. Syngenta bekerjasama untuk dapat menyiapkan benih jagung (khususnya varietas NK212 yang sudah diuji oleh Tim UNRAM daya hasilnya di lahan kering) dalam jumlah dan waktu yang tepat sesuai rencana. 4. Meminta PT. Syngenta untuk menyiapkan kegiatan demo penanaman pola baris ganda dan melatih petani melakukan praktek budidaya yang baik dan benar. Tempat pelatihan dari PT. Syngenta selanjutnya disebut Syngenta Learning Centre (SLC). 5. Menghubungi beberapa distributor pupuk dan benih yang ada di kecamatan dan desa serta meminta kesiapan mereka mendukung rencana kegiatan kemitraan. 6. Sosialisasi rencana program kemitraan dan berkoordinasi dengan kepala desa serta penyuluh lapangan. 7. Sosialisasi rencana program kemitraan ke Bank NTB Pusat. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

69 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat 8. Koordinasi Bank NTB Pusat dengan kepala-kepala cabang Bank NTB di tiga kabupaten untuk mendukung rencana program kemitraan yang dikoordir oleh UNRAM. 9. Mempersiapkan demonstrasi plot di SLC (di Kecamatan Kayangan, Lombok Utara dan di Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur) untuk kegiatan pelatihan. 10. Melakukan kegiatan sosialisasi tentang program kemitraan kepada petani jagung di lahan kering dengan melibatkan para mitra dan petani yang maju serta menjadi panutan (local champions) di desa masing-masing lokasi. 11. Membantu pihak bank dalam menyelesaikan semua kebutuhan administrasi bagi petani jagung untuk memperoleh KUR. 12. Berkoordinasi dengan kepala desa dan tenaga penyuluh lapang untuk menyusun Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK) dan menyusun anggaran kebutuhan KUR masing-masing petani. 13. Mengusulkan kepada pihak bank jumlah petani dan besaran biaya yang dibutuhkan oleh masing-masing petani serta memonitor proses evaluasi dan verifikasi yang dilakukan oleh pihak bank terhadap usulan petani. 14. Berkoordinasi dengan PT. Syngenta dan distributor pupuk untuk menyepakati jumlah kebutuhan benih dan pupuk dan waktu yang tepat untuk didistribusikan ke petani. 15. Memfasilitasi pihak bank dalam mendistribusikan KUR ke petani di masing-masing desa dan sekaligus pendistribusian benih dan pupuk. 16. Melakukan monitoring dan evaluasi kondisi tanaman petani selama musim tanam. 17. Berkoordinasi dengan pedagang pengepul dikecamatan dan pembeli jagung dalam jumlah yang besar (pembeli dari Pulau Jawa) 18. Melakukan monitoring, evaluasi dan pembelajaran atas kepatuhan petani dalam mengembalikan dana KUR ke bank. 19. Melakukan survey tentang peningkatan produktivitas dan pendapatan petani jagung di lahan kering. 20. Melakukan pelatihan tentang program kemitraan terhadap aparat pemerintahan sehingga program kemitraan yang sudah terbangun dapat terus dilanjutkan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

70 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat HASIL DAN PEMBAHASAN Secara diagramatik, model kemitraan digambarkan seperti pada Gambar 1. UNRAM memiliki teknologi dan kempauan rekayasa sosial PETANI punya masalah: 1) Modal, 2) Teknologi 3) Saprotan 4) Pasar BANK punya uang namun butuh pasar PEMERINTAH Punya kebijakan dan tugas membantu petani PERUSAHAAN Butuh pasar, menjual produksi PENGEPUL DAN PEMBELI Gambar 1. Saling hubungan antara para pihak yang bermitra (Sumber: ARISA) Dari Gambar 1 dapat dilihat bahwa untuk meningkatkan produktivitas tanaman jagung di lahan kering dan meningkatkan pendapatan petaninya dengan cara transfer teknologi pola tanam baris ganda dan inovasi kemitraan, semua pihak yang bermitra memberikan kontribusi. Hal ini sesuai dengan pendapat Coppola (2007) yang menyatakan bahwa transfer teknologi dapat dilakukan dengan melibatkan banyak individu atau kelompok dengan kepentingan yang beragam. Individu atau kelompok tersebut antara lain: 1. UNRAM menyediakan paket teknologi budidaya tanaman jagung kepada petani, memfasilitasi penyaluran KUR dari Bank NTB ke petani dan memberikan masukan kepada pemerintah daerah tentang manfaat dari program kemitraan. Manfaat yang diperoleh UNRAM dari kemitraan ini adalah terlaksananya kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat dan kepercayaan yang diberikan oleh pihak petani, pemerintah daerah dan Bank NTB. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

71 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat 2. Bank NTB mendapatkan masukan dari UNRAM tentang peluang menambah nasabah baru lewat penyaluran KUR kepada petani, distributor pupuk dan benih serta pedagang pengepul. Manfaat yang diperoleh Bank NTB adalah bertambahnya jumlah nasabah dan keuntungan serta kepercayaan dari masyarakat dan penghargaan dari pemerintah karena Bank NTB berperan dalam meningkatkan pendapatan petani miskin di lahan kering. 3. Perusahaan benih dan distributor pupuk menyiapkan benih, tempat pelatihan (SLC) dan memastikan ketersediaan benih serta pupuk dalam jumlah dan waktu yang tepat. Manfaat yang diperoleh perusahaan benih (PT. Syngenta) dan distributor pupuk adalah bertambahnya omset penjualan dan keuntungan. 4. Sebagian pengepul dan pembeli jagung hasil petani berperan sebagai agen penjual benih dan pupuk yang mendapatkan modal dari Bank NTB. Selain itu pengepul dan pembeli jagung juga berperan dalam mempercepat komunikasi petani dengan pihak pemerintah. Pengepul dan pembeli ini mendapatkan keuntungan dari hasil menjual jagung yang dihasilkan oleh petani ke pedagang besar ataupun perusahaan pembeli biji jagung yang ada di Pulau Jawa. 5. Pemerintah mendapatkan masukan dari UNRAM dalam membuat kebijakankebijakannya serta memperoleh manfaat dari keberhasilan petani sehingga produk jagung secara regional meningkat dan angka kemiskinan berkurang. 6. Petani memperoleh manfaat dari semua pihak yang bermitra dan juga berkontribusi dalam berbagai bentuk kepada semua pihak. Secara teori, suatu kemitraan di bidang pertanian biasanya ada tanggungjawab dan resiko yang ditanggung bersama oleh para pihak yang bermitra (Ponnusamy, 2013) dan biasanya dituangkan dalam satu dokumen perjanjian kerjasama. Namun dalam kemitraan yang dilaporkan ini, tidak ada dokumen yang ditandatangani oleh para pihak dan kemitraan berjalan hanya dengan komunikasi yang efektif dan kepercayaan dari para pihak (pseudo partnership). Kondisi ini dimungkinkan terjadi dalam kemitraan untuk kegiatan transfer teknologi, sepanjang komunikasi antar para pihak yang bermitra berjalan baik serta sesuai dengan tata budaya yang berlaku di suatu wilayah (Coppola, 2007). Satu-satunya dokumen yang ditandatangani adalah dokumen peminjaman modal usaha (KUR) oleh petani dari Bank NTB. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

72 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Gambar 2. Searah jarum jam dari pojok kiri atas; kegiatan sosialisasi teknologi baris ganda dan inovasi kemitraan, pelatihan cara tanam jagung di Syngenta Learning Centre, kesepakatan realisasi KUR oleh Bank NTB, dan distribusi KUR di tingkat desa Tahapan kegiatan yang direncanakan, mulai dari sosialisasi teknologi tanam baris ganda dan program kemitraan sampai pada realisasi KUR kepada petani jagung berjalan dengan baik (Gambar 2). Transfer teknologi tanam jagung pola baris ganda dari UNRAM ke petani berjalan baik karena adanya inovasi kemitraan (Williams et al., 2018). Tahun-tahun sebelumnya, petani jagung di lahan kering sangat sulit untuk mendapatkan modal usaha untuk dapat menerapkan teknologi budidaya tanaman jagung yang tepat. Hanya petani yang bisa menyediakan agunan yang bisa meminjam uang dalam jumlah yang memadai dan itupun tidak semua dimanfaatkan untuk melaksanakan kegiatan usahatani. Bagi petani yang tidak memiliki sesuatu untuk diagunkan, mereka biasanya mencari rentenir untuk modal usaha. Karena bunga pinjaman dari rentenir yang terlalu tinggi, maka petani biasanya tidak meminjam uang dalam jumlah yang cukup memadai untuk menerapkan teknologi budidaya tanaman jagung. Akibatnya, hasil tanaman jagung tidak pernah mencapai optimal, meskipun varietas yang diusahakan adalah varietas hibrida moderen. Oleh karena itu, kemitraan yang menekankan pada saling percaya antar pihak yang bermitra akan menjadi kunci keberhasilan dalam mengembangkan sektor pertanian di Indonesia (Cosijn et al., 2018), khususnya bagi petani jagung di lahan kering. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

73 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Capaian penyebaran informasi teknologi tanam jagung baris ganda dan program kemitraan cukup signifikan. Sampai dengan berakhirnya program kemitraan yang dilaksanakan oleh UNRAM di musim penghujan 2018/2019, sebanyak orang petani sudah diberi informasi lewat media penyuluhan. Dari petani yang sudah mengikuti kegiatan penyuluhan, orang petani mengadopsi teknologi, sebanyak orang petani memperoleh manfaat dari pola tanam baris ganda atau varietas hibrida NK212 dan orang berkesempatan memperoleh KUR. Adanya selisih antara petani yang diberikan penyuluhan dengan yang mengadopsi teknologi dan yang memperoleh KUR sebagian besar disebabkan karena kegagalan dalam melengkapi persyaratan administrasi. Persoalan paling mendasar adalah banyak petani tidak memiliki e-ktp yang menjadi persyaratan administrasi paling utama. Sebagian lagi petani masih memiliki pinjaman usaha di beberapa bank pemerintah sehingga belum bisa memperoleh KUR. Petani yang belum memperoleh KUR ada yang menerapkan teknologi tanam baris ganda atau menanam jagung varietas NK212 yang direkomendasikan oleh peneliti UNRAM. Rata-rata peningkatan produksi jagung petani di lahan kering adalah 1,2 ton/ha, dari 4,8 ton/ha sebelum dipernalkannya teknologi tanam baris ganda dan inovasi kemitraan, menjadi 6,0 ton/ha setelah adanya kemitraan. Rata-rata nilai peningkatan pendapatan petani jagung yang telah mendapatkan KUR adalah Rp /ha. Nilai peningkatan ini masih rendah karena masih banyaknya petani yang mengadopsi pola tanam baris ganda tetapi tidak memiliki dana yang cukup untuk membeli pupuk maupun benih yang berkualitas. Hal ini bisa dilihat dari selisih antara petani yang mengadopsi teknologi dan petani yang memperoleh KUR. Untuk dimaklumi, pola tanam baris ganda membutuhkan benih dan pupuk yang lebih banyak dari pola konvensional, baris tunggal, sehingga biaya usahatani yang dibutuhkan juga lebih banyak. Ketidakmampuan petani untuk membiayai teknologi tanam baris ganda karena tidak memperoleh KUR berdampak terhadap produksi tanaman jagung mereka, sehingga secara rata-rata peningkatan produksinya masih terlihat rendah. KESIMPULAN DAN SARAN Suatu inovasi untuk meningkatkan produksi dan pendapatan petani jagung di lahan kering sudah berhasil dilakukan. Peningkatan produksi dan pendapatan diperoleh dari penerapan teknologi tanam jagung pola baris ganda dan kemitraan antara petani dengan pihak swasta dan pemerintah yang difasilitasi oleh UNRAM. Dalam kemitraan yang diterapkan tidak ada dokumen resmi yang ditandatangani antara para pihak selain dokumen peminjaman modal usaha (KUR) dari Bank NTB oleh petani. Komunikasi yang baik, terbuka dan saling percaya serta disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat dimana kegiatan dilaksanakan adalah kunci keberhasilan inovasi ini. Oleh karena itu, inovasi kemitraan antara petani jagung di lahan kering dengan pihak swasta dan pemerintah sangat perlu untuk terus dilanjutkan dan diperluas ke wilayah-wilayah yang belum tersentuh oleh program kemitraan semacam ini sebelumnya Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

74 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Ucapan Terima Kasih Tim pengabdian kepada masyarakat UNRAM mengucapkan banyak terimakasih kepada Department of Foreign Affair and Trades (DFAT) pemerintah Australia lewat Commonwealth Scientific and Industrial Research Organisation (CSIRO) yang telah mendanai seluruh kegiatan yang dilaporkan lewat proyek Applied Research and Innovation Systems in Agriculture (ARISA).. DAFTAR PUSTAKA Coppola, N. W Communicating green innovation technology transfer in a universitybusiness government consortium. Comparative Technology Transfer and Society. vol 5, hal Cosijn, M., Williams, L. J., & Hall, A Partnering for Development Impact: Innovation in Indonesian agricultural systems. Development Bulletin. vol. 79, hal Davis, K., Nkonya, E., Kato, E., Mekonnen, D. A., Odendo, M., Miiro, R., & Nkuba, J Impact of farmer field schools on agricultural productivity and poverty in East Africa. World Development. vol 40, hal Jaya I K D, Sudirman, Rosmilawati Exploring strip intercropping potentials of maizepulse crops to fight climate variability impacts in dryland areas. International Journal of Bioscience and Biotechnology. vol. 5, hal Niewolny, K. L., Grossman, J. M., Byker, C. J., Helms, J. L., Clark, S. F., Cotton, J. A., & Jocobsen, K. L Sustainable agriculture education and civic engagement: The significance of community-university partnerships in the new agricultural paradigm. Journal of Agriculture, Food Systems, and Community Development. vol. 2, hal Ponnusamy, K Impact of public private partnership in agriculture: a review. Indian Journal of Agricultural Sciences. vol. 83, hal Puntel L. A Field Characterization of Maize Photosynthesis Response to Light and Leaf Area Index Under Different Nitrogen Level: a Modelling Approach. (Iowa State University). Paper Williams, L., Hall, A., Ash, A., Caudwell, R., Cosijn, M., Dahlanuddin, D., Jaya, I K. D., Kristedi, T., Roesmanto, J., Soetanto, H., Subagio, A., van Wensveen, M Learning from Public Research Private Sector Partnership in ARISA. AIP- Rural Learning Series. 15 hal. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

75 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat PELATIHAN PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR BERBASIS KOTORAN SAPI BAGI KELOMPOK PETERNAK DESA SUKAREMA LOMBOK TIMUR Sarkono*, Ernin Hidayati, Faturrahman, Bambang Fajar Suryadi Program Studi Bioligi, Fakultas MIPA, Universitas Mataram, Indonesia Keywords: Pupuk organik cair, urin sapi, fermentasi, limbah peternakan Abstract: Desa Sukarema merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Lenek Lombok Timur. Komoditi pertanian utama yang menjadi andalan desa ini adalah padi dan jagung. Selain itu di desa ini terdapat 9 kelompok ternak sapi yang tersebar di semua dusun dengan jumlah populasi sebanyak 708 ekor. Seluruh sapi dipelihara dalam kandang kelompok dengan kondisi kandang rata-rata semi permanen dan masih banyak yang berlantai tanah. Permasalahan yang dihadapi Desa Sukarema diantaranya adalah belum adanya usaha pertanian dan peternakan yang terintegrasi dengan baik, terutama menyangkut pengolahan limbah pertanian dan peternakan. Solusi yang ditawarkan adalah menjawab permasalahan dan kebutuhan kelompok peternak yang dilakukan secara partisipatif dengan melibatkan peternak untuk memahami permasalahan yang dihadapi dan merencanakan kegiatan untuk mengatasai masalah. Kegiatan yang ditawarkan adalah berupa penyuluhan, FGD dan bimbingan praktek pembuatan pupuk organik cair (POC) dari bahan dasar limbah kotoran sapi. Kegiatan yang bertahap ini diharapkan akan membentuk pemahaman secara konsepsi dan membentuk ketrampilan dalam memanfaatkan limbah peternakan untuk membuat pupuk organik cair. Kegiatan pengabdian ini diikuti oleh 20 orang peserta yang mewakili seluruh kelompok ternak yang ada di Desa Sukarema. Seluruh peserta antusias mengikuti kegiatan sejak dari penyiapan bahan dan tempat, penyuluhan, FGD hingga mempraktekkan pembuatan pupuk organik cair dari feses dan urin sapi. Dengan adanya bekal teori sekaligus ketrampilan diharapkan kelompok peternak yang menjadi mitra kegiatan pengabdian ini dapat mengimplementasikan ilmu yang telah diperoleh secara mandiri untuk memenuhi kebutuhan usahanya sendiri dan berpeluang dijadikan usaha baru yang potensial. Korespondensi: PENDAHULUAN Program NTB Bumi Sejuta Sapi (BSS) merupakan suatu gerakan terobosan dalam pengembangan peternakan sapi dengan lebih mengutamakan pemberdayaan sumberdaya lokal dengan tujuan agar sesegera mungkin dapat tercapai populasi sapi optimal sesuai dengan daya dukung wilayah, sehingga peternakan sapi di NTB dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap pendapatan masyarakat pedesaan, memenuhi kebutuhan daging nasional, dan permintaan bibit sapi bagi daerah-daerah lain. Dengan demikian peternakan sapi dapat menjadi lokomotif penggerak atau pengungkit sektor ekonomi lainnya dalam rangka meningkatkan perekonomian, kesehatan, kecerdasan dan kesejahteraan masyarakat. Agar dapat menjadi pengungkit sektor lain, salah satu hal yang dapat dilakukan adalah membuat system peternakan yang terintegrasi dengan sektor pertanian misalnya dengan memanfaatkan limbah usaha peternakan sapi menjadi pupuk bagi tanaman pertanian. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

76 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Limbah usaha peternakan sapi meliputi sisa pakan hijauan, feses dan urin. Limbah tersebut dapat dijadikan bahan dasar pembuatan pupuk organik padat maupun cair. Menurut Parnata (2004), pupuk organik cair adalah pupuk yang kandungan bahan kimianya maksimum 5% karena itu, kandungan N, P dan K pupuk organik cair relatif rendah. Pupuk organik cair memiliki beberapa keuntungan yaitu mengandung zat tertentu seperti mikroorganisme yang jarang terdapat pada pupuk organik padat, pupuk organik cair dapat mengaktifkan unsur hara yang ada dalam pupuk organik padat. Yuanita (2010) menambahkan bahwa pupuk organik cair (POC) lebih menarik karena dari sisi aplikasinya lebih beragam, dapat diaplikasikan pada media tanam maupun disemprotkan melalui daun. Kebanyakan POC diaplikasikan melalui daun atau disebut sebagai pupuk cair Foliar yang mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn dan bahan organik). Pupuk organik cair selain dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah, juga membantu meningkatkan produksi tanaman, meningkatkan kualitas produk tanaman, mengurangi penggunaan pupuk anorganik dan sebagai alternatif pengganti pupuk kandang. Desa Sukarema merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan Lenek Lombok Timur. Desa ini merupakan desa hasil pemekaran dan terdiri dari empat dusun yakni Dusun Sukarema, Dusun Sukarema Barat, Dusun Kertasari dan Dusun Lendang Kantong. Berdasarkan data statistic desa diketahui bahwa tiga perempat bagian wilayah desa terdiri dari lahan sawah. Sistem irigasi di Desa Sukarema sudah cukup baik berupa irigasi teknis dan setengah teknis. Dengan kondisi lahan seperti itu, bisa dipahami kalau profesi utama warga Desa Sukarema adalah petani, disamping profesi yang lain. Sehingga sektor utama di Desa Sukarema adalah sektor pertanian dengan komoditas unggulan adalah tanaman padi dengan luas areal tanam 297,51 Ha dan jagung dengan luas areal tanam 87,5 Ha. Selain itu terdapat beberapa jenis tanaman lain seperti ubi dengan luas areal 1,34 Ha, kacang tanah dengan luas areal 4,05 Ha, cabai dengan luas areal 12,43 Ha, dan tomat dengan luas areal 4,8 Ha. Selain pertanian, sektor peternakan juga menjadi keunggulan Desa Sukarema dengan jumlah populasi ternak sapi sebanyak 708 ekor, kambing sebanyak 45 ekor, kuda sebanyak 9 ekor, ayam sebanyak ekor dan itik sebanyak 125 ekor. Permasalahan yang dihadapi Desa Sukarema diantaranya adalah belum adanya usaha pertanian dan peternakan yang terintegrasi dengan baik. Hal ini teramati dari belum adanya upaya pengolahan limbah peternakan menjadi pupuk organik yang dapat menunjang usaha pertanian. Demikian pula saat tiba musim panen, limbah pertanian yang melimpah belum dimanfaatkan secara optimal menjadi produk yang lebih berguna misalnya pembuatan pupuk organik. Adanya permasalahan ini sebagian besarnya disebabkan karena belum adanya penguasaan teknologi pengolahan limbah pertanian dan peternakan menjadi produk yang lebih berguna. Selain itu sebagian petani peternak belum mempunyai kesadaran bahwa pengolahan limbah peternakan juga sangat berkontribusi terhadap kebersihan kandang dan lingkungan yang pada akhirnya akan meningkatkan taraf kesehatan manusia dan ternak yang dipelihara. Di sisi lain Desa Sukarema merupakan desa baru hasil pemekaran yang sedang getol untuk mengembangkan potensi desanya menuju desa yang maju dan mandiri. Dengan demikian masyarakat Desa Sukarema sedang banyak membutuhkan alih teknologi dari berbagai pihak termasuk perguruan tinggi untuk mengembangkan komoditi unggulannya di Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

77 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat sektor pertanian dan peternakan. Berdasarkan uraian di atas, kegiatan pengabdian masyarakat kali ini mengambil tema pelatihan pembuatan pupuk organic cair (POC) berbahan dasar limbah peternakan sapi yang ada di Desa Sukarema. METODE KEGIATAN Kegiatan pengabdian pada masyarakat di Desa Sukarema Kecamatan Lenek Lombok Timur dilaksanakan dengan metode partisipatif dengan melibatkan masyarakat mitra secara langsung dari tahapan persiapan sampai monitoring dan evaluasi. Kegiatan yang ditawarkan kepada mitra berupa pelatihan pembuatan Pupuk Organik Cair (POC) dengan menggunakan limbah kotoran sapi sebagai bahan dasar. Pelatihan ini direncanakan berlangsung dalam 5 tahapan yakni (1) Tahapan pendataan potensi dan persiapan; (2) Tahapan penyuluhan atau pemberian materi; (3) Tahapan pendalaman materi (FGD); (4) Tahapan bimbingan praktek pembuatan POC; dan (5) Tahapan monitoring dan evaluasi. Tahapan pendataan potensi dan persiapan dilakukan agar mitra mengetahui potensi yang dimiliki seperti jumlah sapi yang ada, volume feses dan urin sapi yang dihasilkan tiap hari dan bagaimana cara menampungnya serta mendata bahan dan alat yang dimiliki untuk pelaksanaan pelatihan POC. Tahapan penyuluhan dilakukan dengan pemberian materi kepada mitra mengenai pentingnya mengelola limbah pertanian dan peternakan untuk menghasilkan produk yang bermanfaat dalam mendukung usaha pertanian secara terintegrasi, sekaligus menjaga kebersihan lingkungan dan kesehatan masyarakat di sekitar kandang. Selain itu akan disampaikan penyuluhan mengenai cara memanfaatkan limbah pertanian dan peternakan menjadi pupuk organik cair. Selanjutnya mitra diajak mendiskusikan materi penyuluhan yang telah disampaikan oleh tim pengabdian masyarakat sehingga mereka lebih memahami materi yang disampaikan dalam bentuk FGD. Setelah itu mitra akan dilibatkan secara langsung (partisipatif) dalam pelaksanaan praktek pembuatan POC dari bahan dan alat yang mereka siapkan sendiri dan sebagian disiapkan oleh tim pengabdian masyarakat. Tahapan terakhir berupa kegiatan monitoring dan evaluasi dimana mitra dilibatkan untuk memonitor dan mengevaluasi proses perubahan yang terjadi selama masa inkubasi sehingga mereka bisa mengenali kapan POC matang dan siap dilakukan penyaringan menjadi POC yang siap digunakan dalam pemupukan tanaman. Kegiatan penyuluhan dan FGD diharapkan dapat memberikan informasi dan bekal pengetahuan kepada mitra secara teoritis. Kegiatan bimbingan praktek pembuatan POC diharapkan akan membentuk keterampilan (skill) kepada mitra pelatihan, sehingga selepas kegiatan pengabdian ini akan dapat mempraktekkan secara mandiri maupun berkelompok dan menjadi bagian dari usaha pertanian dan peternakan yang mereka jalankan sehari-hari. HASIL DAN PEMBAHASAN Permasalahan yang dihadapi anggota kelompok ternak yang ada di Desa Sukarema Kecamatan Lenek Kabupaten Lombok Timur dipecahkan melalui beberapa kegiatan secara bertahap, meliputi pendataan potensi dan persiapan, pemberian materi (penyuluhan), FGD dan praktek pembuatan Pupuk organik cair berbasis urin dan feses sapi serta diakhiri dengan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

78 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat tahapan monitoring dan evaluasi. Kegiatan pengabdian masyarakat ini dimulai dengan tahapan pendataan potensi dan persiapan acara pelatihan. Tim pengabdian mengadakan pertemuan dua kelompok ternak yang ada di Dusun Lendang Katon sekaligus melihat lokasi kandang kelompok. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan disimpulkan bahwa kedua kandang kelompok belum menerapkan metode pengumpulan limbah kotoran sapi (urin dan feses) dengan baik, bahkan masih secara langsung membuangnya ke lingkungan di sekitar kandang. Hal ini lebih disebabkan pemahaman yang masih kurang mengenai dampak limbah kotoran sapi terhadap lingkungan dan belum memahami metode pengolahan limbah kotoran sapi menjadi produk poupuk organik. Setelah pertemuan ini kelompok ternak menjadi lebih paham dan bersemangat untuk mengubah limbah peternakan sapinya menjadi produk yang lebih bermanfaat yakni pupuk organik cair. Pada pertemuan ini juga disepakati tempat pelaksanaan kegiatan pelatihan yaitu di Kelompomk Ternak Tunggal harapan Dusun Lendang Kantong Desa Sukarema (Gambar 1.). Gambar 1. Lokasi kegiatan di Kelompok Ternak Tunggal Harapan, Dusun Lendang Kantong Desa Sukarema Kecamatan Lenek Lombok Timur. Kegiatan Pelatihan dilaksanakan pada hari Rabu, tanggal 21 Agustus Kegiatan pelatihan dibuka dengan pemnyampaian penyuluhan oleh tim pengabdian masyarakat. Materi penyuluhan yang diberikan meliputi: (1) Usaha pertanian dan peternakan terpadu; (2) Dampak limbah peternakan sapi terhadap lingkungan;(3) Dampak limbah peternakan sapi terhadap kesehatan manusia; dan (4) Metode pembuatan pupuk organik cair dengan bahan dasar limbah urin dan feses sapi. Pemberian materi penyuluhan ini dilanjutkan dengan FGD untuk memperdalam pemahaman peserta terhadap materi yang disampaikan. Pemberian materi penyuluhan dapat berjalan dengan baik dan mendapatkan dukungan serta partisipasi aktif dari mitra kegiatan, yaitu kelompok ternak yang ada di Desa Sukarema Kecamatan Lenek Kabupaten Lombok Timur. Jumlah peserta yang mengikuti kegiatan dari awal sampai akhir sebanyak 20 orang yang mewakili 9 kelompok tani yang ada di desa sukarema. Peserta sangat antusias mengikuti pemaparan yang dilakukan oleh tim pengabdian (Gambar 2). Hal itu terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang langsung dilontarkan ketika penyampaian materi sedang berlangsung dan selama FGD. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

79 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Gambar 2. Peserta sangat antusias mendengarkan pemaparan materi penyuluhan dan pendalaman materi (GD). Gambar 3. Praktek pembuatan pupuk organik cair (POC) dari kotoran sapi (penimbangan/ pengukuran bahan, pencampuran bahan, penutupan lakban, penyimpanan untuk proses fermentasi). Praktek yang diberikan meliputi: (1) Pembuatan pupuk organik cair berbasis urin sapi; dan (2) Pembuatan pupuk organik cair berbasis urin dan feses sapi. Melalui praktek ini diharapkan dapat membentuk keterampilan (skill) peserta pelatihan sehingga selepas kegiatan pengabdian ini dapat mempraktekkan secara mandiri maupun berkelompok dan dapat memproduksi pupuk organik cair secara berkelanjutan sebagai kegiatan sampingan dan menjadi bagian dari usaha produksi pertanian dan peternakan yang menjadi profesi utama bagi masyarakat Desa Sukarema. Kegiatan praktek berlangsung dengan baik, yang terlihat dari partisipasi aktif peserta dalam setiap tahapan pembuatan pupuk organik cair dari limbah urin dan feses sapi (Gambar 3). Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

80 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Evaluasi hasil kegiatan praktek pembuatan pupuk organik cair dilakukan selang 2 minggu setelah kegiatan penyuluhan, FGD dan praktek dilaksanakan sekaligus menunggu proses fermentasi berlangsung (Gambar 4). Pertimbangan waktu fermentasi 2 minggu adalah untuk memaksimalkan proses degradasi bahan organik pada urin dan feses menjadi senyawa atau unsur sederhana seperti N, P dan K yang penting bagi tanaman. Menurut penelitian Kurniadinata (2008), pupuk cair dari urin sapi harus melalui proses fermentasi terlebih dahulu, kurang lebih 7 hari pupuk cair urin sapi dapat digunakan dengan indikator pupuk cair terlihat bewarna kehitaman dan bau yang tidak terlalu menyengat. Dalam proses fermentasi urin sapi menggunakan 1% dekomposer yang bertujuan untuk mempercepat proses fermentasi. Pendapat berbeda dikemukanan Soleh (2012), bahwa pupuk cair dapat digunakan setelah melalui beberapa proses selama 14 hari dengan indikator bau ureum pada urin sudah berkurang atau hilang. Proses fermentasi yang dilakukan dengan menambahkan agens hayati sebanyak 2%. Penelitian yang lebih baru dilakukan oleh Susetyo (2013) dan menyimpulkan bahwa tidak ada pengaruh penambahan lama proses fermentasi terhadap jumlah kandungan N, P dan K. Selain dipengaruhi oleh waktu fermentasi, kualitas pupuk cair juga dapat ditingkatkan melalui penambahan bahan organik misalnya tetes tebu (molasses) (Huda dkk, 2013). Pada umumnya peserta pelatihan telah dapat membuat pupuk organik cair dan bersemangat untuk melanjutkan pembuatan pupuk ini secara mandiri. Pupuk organik cair yang dihasilkan dari pelatihan ini sudah cukup bagus kalau dilihat dari warna dan baunya. Warna berubah dari kondisi awal coklat menjadi coklat muda (krem) sedangkan baunya berubah dari awalnya berbau sangat menyengat khas urin menjadi berbau seperti tape bercampur dengan bau urin dengan intensitas yang sangat menurun. Menurut Indriani (2003) karakteristik fisik pupuk organik cair yang telah matang dengan sempurna adalah berwarna kuning kecoklatan dan bau bahan pembentuknya sudah membusuk serta adanya bercakbercak putih. Nilai ph yang baik untuk pupuk organik adalah berkisar antara 6,5 7,5. Nilai ph mengalami penurunan turun pada awal proses pengomposan karena aktivitas bakteri yang menghasilkan asam, dan akan mengalami kenaikan nilai ph dengan berperannya mikroba lain dalam dekomposisi bahan dalam medium fermentasi, sehingga berangsur-angsur nilai ph mendekati netral (Indriani, 2003). Gambar 4. Pemanenan hasil POC setelah proses fermentasi selama 2 minggu. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

81 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat KESIMPULAN DAN SARAN Peserta pelatihan telah mampu mengaplikasikan materi penyuluhan yang diberikan oleh tim pengabdian dalam bentuk praktek pembuatan pupuk organik cair berbasis limbah kotoran sapi. Praktek pembuatan pupuk organik cair telah menghasilkan pupuk dengan kualitas yang baik, tinggal mendorong masyarakat untuk menindaklanjuti secara mandiri. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Mataram yang telah membiayai kegiatan pengabdian masyarakat ini melalui dana PNBP tahun anggaran DAFTAR PUSTAKA Huda, M.K., Latifah dan Prasetya, A.T Pembuatan pupuk Organik Cair dari urin Sapi dengan Aditif Molasses Metode Fermentasi. Indonesian Journal of Chemical Science, 2 (3): Indriani Petunjuk Penggunaan Pupuk. Penebar Swadaya, Jakarta Kurniadinata, F Pemanfaatan feses dan Urine Sapi Sebagai Pupuk Organik dalam Perkebunan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacg.). Samarinda: Universitas Mulawarman Kalimantan Timur. Parnata, A.S Pupuk Organik Cair Aplikasi dan Manfaatnya. Jakarta: Agro Media Pustaka. Sholeh, M Pembuatan Pupuk Organik Urin Sapi. pembuatan-pupukorganik-urine-sapi-1.html. Diakses tanggal 14 April 2013 Susetyo, N, A Pemanfaatan Urin Sapi Sebagai Pupuk Organik Cair (POC) dengan Penambahan Akar Bambu Melalui Proses Fermentasi Dengan Waktu yang Berbeda. PUBLIKASI. pdf. Diunduh 17 September Yuanita, D Cara Pembuatan Pupuk Organik Cair. sites/default/files/pengabdian/dewi-yuanita-lestari-ssi-msc/carapembuatanpupukorganik-cair.pdf. diakses 2 Oktober Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

82 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat INOVASI DAN PENINGKATAN MUTU PRODUK JAMU PADA PERAJIN JAMU GENDONG DI KOTA MATARAM Handa Muliasari*, Agus Dwi Ananto, Yayuk Andayani Program Farmasi, Fakultas Kedokteran, Universitas Mataram, Indonesia Keywords: Obat tradisional, sharing informasi, khasiat, tanaman obat, pengalaman etnomedisin Abstract: Jamu adalah obat tradisional berbahan alami dan warisan budaya Indonesia yang telah diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi untuk kesehatan. Permasalahan yang sering ditemukan adalah kurangnya inovasi dan kualitas produk jamu yang dijual dari tahun ke tahun karena pembuatan jamu dilakukan mengikuti cara yang dilakukan pendahulunya yang dilakukan secara sederhana dan tradisional. Selain itu, strategi penjualan dengan menjelaskan kandungan dan khasiat jamu yang dijual kurang dipahami sehingga minat konsumen berkurang. Tujuan umum kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah transfer informasi dan pengetahuan mengenai inovasi dan peningkatan kualitas jamu yang dijual oleh perajin jamu gendong di Kota Mataram. Target luaran program pengabdian masyarakat adalah pengetahuan perajin jamu yang komprehensif mengenai produk jamu yang inovatif dan berkualitas. Pelaksanaan kegiatan meliputi pengisian kuisioner, sharing informasi, dan dilanjutkan dengan diskusi dan tanya jawab mengenai inovasi produk dan pembuatan jamu berdasarkan khasiat. Hasil pengabdian yaitu peserta dapat memahami dengan baik bahwa untuk meningkatkan usaha jamu, perlu dilakukan inovasi dan peningkatan kualitas jamu yang dijual agar lebih menarik minat masyarakat. Inovasi dan peningkatan kualitas jamu meliputi input, proses, output, dan nilai konsumen. Inovasi yang tidak kalah penting adalah menambah jenis ramuan jamu berdasarkan khasiat tanaman dan referensi jamu/obat tradisional yang bersumber dari kekayaan dan pengalaman etnomedisin seluruh Indonesia. Korespondensi: PENDAHULUAN Jamu (herbal medicine) sebagai salah satu bentuk pengobatan tradisional yang memegang peranan penting dalam pengobatan penduduk di negara berkembang khususnya Indonesia. Diperkirakan sekitar 70-80% populasi di negara berkembang memiliki ketergantungan pada obat tradisional (Wahyuningsih et al., 2017). Jamu adalah obat tradisional berbahan alami warisan budaya Indonesia yang telah diwariskan secara turuntemurun dari generasi ke generasi untuk kesehatan (Biofarmaka IPB, 2013). Di berbagai kota besar terdapat profesi penjual jamu gendong yang berkeliling menjajakan jamu sebagai minuman sehat dan menyegarkan. Secara umum jamu dianggap tidak beracun dan tidak menimbulkan efek samping. Khasiat jamu telah teruji oleh waktu, zaman dan sejarah, serta bukti empiris langsung pada manusia selama ratusan tahun (Wahyuningsih et al., 2017). Penjualan jenis dan jumlah jamu gendong sangat bervariasi untuk setiap penjaja. Hal tersebut tergantung pada kebiasaan yang mereka pelajari dari pengalaman tentang jamu apa yang diminati serta pesanan yang diminta oleh pelanggan (Javanessia). Sayangnya tidak semua penjual jamu memiliki pengetahuan yang baik dan menerapkan cara-cara membuat Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

83 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat jamu yang baik dan benar. Penjual secara hukum mempunyai tanggung jawab yang besar atas mutu, keamanan dan khasiat jamu yang diproduksi dan beredar di masyarakat (Lestari, 2007). Jamu gendong adalah obat tradisional berbentuk cair yang tidak diawetkan dan diedarkan tanpa penandaan. Jamu gendong termasuk sediaan obat tradisional berupa cairan yang sangat diminati masyarakat karena harganya terjangkau dan mudah diperoleh. Jamu gendong terbuat dari dedaunan dan akar-akaran yang direbus dengan air, disaring, dan dapat diminum selama beberapa waktu tertentu (Elfahmi et al., 2006). Jamu gendong merupakan industri rumah tangga yang dibuat dan diolah dengan peralatan sederhana, pembuatannya cukup mudah dan bahan baku banyak tersedia. Ketersediaan bahan baku dengan harga yang relatif murah dan proses pembuatan jamu gendong yang cukup mudah, mendorong berkembangnya industri kecil jamu gendong. Jamu gendong telah terbukti khasiatnya, bahkan tidak kalah dengan pengobatan modern saat ini (Djamaludin, 2009). Sebagai contoh, jamu gendong kunyit asam dapat dijadikan pilihan pengobatan alternatif yang dapat digunakan dalam pengobatan diabetes mellitus (Mohammad A, 2014). Jamu yang berasal dari sari kunyit dan sari asam ini mempunyai aktivitas antioksidan karena mengandung senyawa fenolik. Sari asam mengandung asam askorbat yang juga memiliki aktivitas antioksidan yang bertindak sebagai pelindung terhadap peroksidasi lipid dan terbukti memberikan perlindungan yang memadai terhadap kerusakan oksidatif pada diabetes. Oleh sebab itu, maka jamu gendong kunyit asam dapat digunakan dalam terapi diabetes mellitus (Bhutkar et al., 2011). Permasalahan yang sering ditemukan adalah kurangnya inovasi dan kualitas produk jamu yang dijual dari tahun ke tahun karena pembuatan jamu dilakukan mengikuti cara yang dilakukan pendahulunya yang dilakukan secara sederhana dan tradisional. Selain itu, strategi penjualan dengan menjelaskan kandungan dan khasiat jamu yang dijual kurang dipahami sehingga minat konsumen berkurang. Tujuan umum kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah transfer informasi dan pengetahuan mengenai inovasi dan peningkatan kualitas jamu yang dijual oleh perajin jamu gendong di Kota Mataram. Target luaran program pengabdian masyarakat adalah pengetahuan perajin jamu yang komprehensif mengenai produk jamu yang inovatif dan berkualitas. METODE KEGIATAN Pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat meliputi: 1. Pengisian kuisioner untuk menggali informasi dari perajin jamu mengenai identitas, lokasi berjualan, sudah berapa lama berjualan, produk jamu yang dijual, kebaruan produk jamu dan harapan setelah mengikuti kegiatan pengabdian. 2. Sharing informasi oleh narasumber mengenai inovasi dan peningkatan kualitas jamu Diskusi dan tanya jawab mengenai inovasi produk dan pembuatan jamu berdasarkan khasiat. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengabdian kepada masyarakat ini adalah bentuk sharing informasi dan pengetahuan kepada perajin jamu gendong di wilayah Kota Mataram. Peserta yang mengikuti kegiatan ini Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

84 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat sejumlah 10 orang, 2 orang diantaranya adalah perajin jamu yang sudah melakukan inovasi pada produk jamu untuk kaum milenial. Beberapa informasi yang dapat digali dari peserta perajin jamu berdasarkan isian kuisioner tercantum pada Tabel 1. Tabel 1. Informasi tentang perajin jamu di wilayah Kota Mataram No Data Informasi 1 Alasan berjualan jamu 80% karena tekanan ekonomi keluarga dan kurang pendidikan/tidak sekolah; 20% tertarik dengan pengolahan hasil pertanian/perkebunan dan ingin menciptakan lapangan pekerjaan2 2 Sudah berapa lama berjualan 80% menjawab lebih dari 10 tahun; jamu 3 Pengetahuan tentang membuat jamu diperoleh dari 4 Jenis produk jamu yang dijual 80% menjawab - Kunyit asam - Beras kencur - Temulawak - Meniran - Paitan - Kunyit putih, pinang 20% menjawab: - Kunyit asam - Beras kencur - Sereh telang - Bunga rosella - Wedang jahe - Kayu manis 5 Inovasi produk jamu yang pernah dilakukan 6 Materi pelatihan yang pernah diperoleh sebelumnya 7 Harapan setelah mengikuti kegiatan pengabdian ini 20% menjawab 2-3 tahun 80% menjawab turun-temurun dari kerabat/saudara 20% menjawab mendapat informasi dari pelatihan 80% menjawab belum pernah melakukan inovasi 20% menjawab sudah melakukan inovasi baik pada kualitas (bentuk, kemasan, rasa) maupun kuantitas produk 40% menjawab penah memperoleh pelatihan tentang bahaya penambahan/kandungan obat kimia dalam produk jamu; 10% menjawab pernah memperoleh pelatihan tentang cara produksi pangan yang baik; 50% menjawab belum pernah - Menambah pengetahuan - Inovasi jamu semakin bertambah - Pemasaran jamu semakin luas Berdasarkan informasi pada kuisioner dan diskusi awal dengan perajin jamu di wilayah kota Mataram yang hadir sebagai peserta pengabdian kepada masyarakat, sebagian besar perajin jamu belum pernah memberi inovasi pada produk jamunya. Pengetahuan tentang cara membuat jamu diperoleh secara turun-temurun dari keluarga dan kerabat, serta pembeli jamu mayoritas orang tua atau setengah baya. Hal ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu kurangnya inovasi dan peningkatan kualitas produk jamu sehingga kurang menarik minat pembeli; dan kurangnya pemahaman masyarakat tentang pentingnya menjaga Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

85 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat kesehatan dengan obat tradisional (jamu) sehingga trend untuk minum jamu untuk menjaga kesehatan belum terbentuk. Seiring dengan semakin mahalnya biaya pengobatan, maka menjaga kesehatan dengan menggunakan obat tradisional sangatlah penting. Bahan tanaman obat sangat mudah untuk tumbuh dan dikembangkan terutama di wilayah Lombok. Sehingga dengan usaha yang sungguh-sungguh ditambah dengan pengetahuan yang memadai, pengembangan jamu menjadi produk yang lebih inovatif dan berkualitas dapat dilakukan. Dengan demikian, usaha jamu dapat meningkatkan ketahanan ekonomi masyarakat serta menciptakan lapangan pekerjaan (Nuringsih, 2013) A B C Gambar 1. Kegiatan Pengabdian: (A) Pengisian kuisioner oleh peserta; (B) Dialog dan penyampaian materi; (C) Diskusi dan Tanya jawab; dan (D) Pengenalan etnogarden PS Farmasi D Setelah melakukan dialog, penyampaian materi dan diskusi, para peserta kegiatan memahami bahwa usaha jamu merupakan struktur usaha yang cukup kuat karena ditopang oleh ketersediaan berupa sumber bahan baku berupa rempah-rempah dan tanaman obat. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

86 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Ketersediaan tanaman obat sepanjang waktu dapat diupayakan dengan melakukan penanaman tanaman obat pada lahan pekarangan atau lahan kosong yang tidak termanfaatkan (Menperin, 2014). Untuk meningkatkan usaha jamu, perlu dilakukan inovasi dan peningkatan kualitas jamu yang dijual agar lebih menarik minat masyarakat. Inovasi dan peningkatan kualitas jamu meliputi input, proses, output, dan nilai konsumen. Pada tahap input, kualitas dan kesegaran bahan baku harus diperhatikan untuk mendapatkan rasa dan khasiat jamu yang baik. Tahap pengolahan/proses dimulai dengan pencucian bahan yang bersih, higienis, menjaga kebersihan peralatan dan wadah untuk jamu. Outputnya yaitu memasarkan jamu berkhasiat bagus, rasa dan aroma sesuai starndar higienis jamu. Selain itu, jamu dikemas dengan kemasan yang baik, higienis dan menarik. Bentuk sediaan jamu juga dapat dimodifikasi menjadi bentuk serbuk atau permen jelly. Nilai konsumen yaitu konsumen merasa puas/loyal dengan kualitas jamu dalam upaya meningkatkan kesehatan masyarakat dan melestarikan mudaya bangsa (Nuringsih, 2013; Rosidah, dkk., 2018). Inovasi yang tidak kalah penting adalah menambah jenis ramuan jamu berdasarkan khasiat tanaman dan referensi jamu/obat tradisional yang bersumber dari kekayaan dan pengalaman etnomedisin seluruh Indonesia. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah: 1. Pengrajin jamu gendong di Kota Mataram sebagian besar masih menjalani usaha yang monoton dengan pengetahuan terbatas dari keluarga/kerabat 2. Potensi pengembangan usaha jamu sangat besar mengingat sumber bahan baku yang melimpah 3. Inovasi dan peningkatan kualitas jamu meliputi tahap input, proses, output dan nilai konsumen. Selain itu dibutuhkan inovasi jamu yang bersumber dari kekayaan khasanah pengalaman etnomedisi dari seluruh Indonesia 4. Pengembangan usaha jamu sangat penting untuk meningkatkan pendapatan masyarakat, meningkatkan kesehatan, serta melestarikan budaya Indonesia. Saran Saran untuk pengabdian berikutnya yaitu dilakukan pembentukan UMKM dan diadakan pelatihan-pelatihan untuk meningkatkan inovasi dan kualitas produk jamu. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Mataram yang telah memberi dukungan financial terhadap pengabdian ini. DAFTAR PUSTAKA Bhutkar, M. A. dan Bhise, S. B., 2011, AntiOxidative Effect of Tamarindus indica in Alloxan Induced Diabetic Rats, International Journal of Research and Biomedical Science, 2 (3): Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

87 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Biofarmaka IPB Quality of Herbal Medicine Plants and Traditional Medicine. ac.id/brc-news/brc-article/587-quality-of-herbalmedicineplants-and-traditional-medicine Djamaludin, MD., U. Sumarwan dan G.N.A. Mahardikawati Analisis Kepuasan Dan Loyalitas Konsumen Jamu Gendong Di Kota Sukabumi. Institut Pertanian Bogor. Vol.2,No.2.P: Elfahmi, Ruslan K., Rein B., Oliver K., Herman J., dan Wim J. Quax. (2006). Jamu: The Indonesian traditional herbal medicine, chapter 2. Lestari, E.D Analisis Daya Saing, Strategi dan Prospek Indsutri Jamu di Indonesia. Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajeman Institut Pertanian Bogor. 40hal Mohamad Andrie, Wintari Taurina dan Rizqa Ayunda Uji Aktivitas Jamu Gendong Kunyit Asam (Curcuma domestica Val.;Tamarindus indica L.) Sebagai Antidiabetes Pada Tikus yang Diinduksi Streptozotocin. Trad. Med. J., May 2014 Vol. 19(2), p ISSN : Nuringsih, K Pemberdayaan Usaha Mikro berbasis jamu sebagai bentuk ketahanan ekonomi masyarakat. Semnas Fekom: Optimisme Ekonomi Indonesia 2013, Antara peluang dan tantangan. Rosidah; A, Kusumastuti; R.D. Widodo Pemberdayaan Perajin Jamu Tradisional Untuk Mendukung Program Desa Wisata Wonolopo Kecamatan Mijen Kota Semarang. Rekayasa Vol. 16 No. 1, Juli Wahyuningsih Safitri, Agnes Sri Harti, Rahajeng Putriningrum, Galih Priambodo Peningkatan Mutu Produk Dan Pemberdayaan Mitra Perajin Jamu Gendong Melalui Program Ibm. Seminar Nasional Hasil Pengabdian Kepada Masyarakat(Snhpkm)-Vii Lembaga Penelitian Dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Pgri Semarang Semarang,26 Oktober Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

88 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat PEMBERDAYAAN DAN PENGUATAN KAPASITAS KELEMBAGAAN KELOMPOK USAHA PENINGKATAN PENDAPATAN KELUARGA (UP2K) DI KECAMATAN WOJA KABUPATEN DOMPU Syarifuddin*, Siti Nurjannah, Akhmad Sauqi Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram, Indonesia Keywords: Pemberdayaan, UP2K, kelembagaan Abstract: Penanggulangan kemiskinan diupayahkan melalui pemberdayaan sebagai langkah strategis untuk menekan angka kemiskinan dan mendorong tumbuhnya ekonomi rumah tangga miskin. Pemerintah melalui Kementerian Sosial telah berupaya menanggulangi kemiskinan dengan mendorong tumbuhnya ekonomi kerakyatan dengan membentuk kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K). Kegiatan dengan judul Pemberdayaan dan Penguatan Kapasitas Kelembagaan Kelompok Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) Di Kecamatan Woja Kabupaten Dompu, bertujuan memfasilitasi kelompok UP2K dalam usaha memecahkan berbagai permasalahan kelembagaan dengan mengoptimalkan modal sosial, dan peningkatan kapasitas bagi anggota kelompok. Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu pertama, melakukan Focus Group Discussion (FGD), kedua, melakukan pelatihan dan ketiga, formulasi rencana tindak lanjut. Lokasi kegiatan di aula Kantor Camat Woja Kabupaten Dompu yang diikuti oleh 30 orang yang terdiri dari pengurus dan anggota kelompok UP2K di kecamatan Woja Kabupaten Dompu. pada Hari Sabtu, tanggal 8 Juni 2019 pukul Wita. Hasil yang diperoleh yaitu: (1) terbentuknya pemahaman tentang strategi dalam mengoptimalkan modal sosial dalam pengembangan kelembagaan UP2K, (2) terbentuknya pemahaman dan keterampilan pemanfaatan UP2K dalam organisasi yang berfokus pada pengembangan infrastruktur (sarana dan prasarana) baik kelembagaan dan ekonomi, pengembangan kapasitas personal dan kelompok, serta pentingnya pengembangan jaringan kemitraan dalam menopang permodalan dan pemasaran UP2K, (3) terbentuknya pemahaman dan keterampilan tentang teknik manajerial keuangan. Korespondensi: PENDAHULUAN Penanggulangan kemiskinan diupayahkan melalui pemberdayaan merupakan langkah strategis nasional dalam menekan angka kemiskinan. Melalui pemberdayaan tidak hanya kemiskinan yang dapat ditangani, namun turut mendorong tumbuhnya ekonomi rumah tangga miskin agar mampu memenuhi kebutuhan dasar secara mandiri. Pemerintah melalui Kementerian Sosial telah berupaya menanggulangi kemiskinan dengan mendorong tumbuhnya ekonomi kerakyatan melalui pemberdayaan kelompok masyarakat miskin. Salah satu program penuntasan kemiskinan yang dibentuk pemerintah adalah Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) bertujuan untuk menumbuhkan kesadaran dan kemampuan berwirausaha keluarga dan memperluas lapangan kerja. Dengan diterbitkannya Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 28 Tahun 1984 tentang: Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK). Serta Surat Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 53.B Tahun 1953 tentang: Pedoman Program Usaha Peningkatan Pendapatan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

89 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Keluarga PKK. Dimana perempuan sebagai penggerak dalam program Peningkatan Pendapatan Keluarga (Patria, 2015). Perempuan sebagai ibu rumah tangga sangat penting untuk merubah perekonomian rumah tangga. Keadaan ekonomi rumah tangga mempengaruhi kecenderungan perempuan untuk berpartisipasi di pasar kerja, sehingga dapat membantu meningkatkan perekonomian rumah tangga. Peran perempuan dalam pembangunan ekonomi erat kaitannya dengan kontribusi pendapatan yang diberikan perempuan itu sendiri terhadap pendapatan rumah tangga. Jika dilihat peranan perempuan dalam pembangunan, perempuan dapat berperan sebagai ibu rumah tangga yang dapat menjadi ibu untuk anak-anaknya dan istri bagi suaminya sekaligus sebagai salah satu tulang pungung untuk rumah tangga. Peningkatan yang dikaitkan dengan perempuan ini nyata membuktikan bahwa martabat perempuan dalam sosiologi kehidupan telah banyak berubah. Peranan perempuan kini tidak lagi bertumpu pada soal pengurusan keluarga sebalikya lebih meluas dalam pembangunan Negara (Prabandari, 2012). Salah satu upaya untuk memberdayakan perempuan yakni karena perempuan memiliki dua posisi atau status dalam kegiatan bekerja yaitu dalam pekerjaan rumah tangga dan pekerjaan yang menghasilkan pendapatan, maka dari itu terbentuklah program pemberdayaan perempuan, salah satunya yakni program UP2K (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga). Program UP2K merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan kesejahteraan dan ketahanan keluarga yang dicerminkan oleh meningkatnya kemampuan keluarga dalam memenuhi kebutuhan keluarga. Program ini dilakukan melalui peningkatan pemberdayaan keluarga dalam bidang usaha ekonomi produktif dan salah satu tujuan utama terbentuknya program UP2K adalah untuk mengurangi tingkat kemiskinan. Dengan banyaknya jumlah penduduk miskin yang ada di NTB terutama di Kabupaten Dompu maka dibentuklah sebuah program untuk meningkatkan pendapatan keluarga yaitu UP2K (Patri, 2015). Sasaran Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) adalah keluargakeluarga yang berpenghasilan rendah dan telah memiliki kegiatan usaha berdasarkan hasil pengamatan benar-benar membutuhkan penambahan dana usaha yang dilakukan hendaknya merupakan kebutuhan sehari-hari bagi masyarakat dapat dipasarkan dengan mudah dan merupakan usaha yang berkelanjutan. Dalam usaha memberdayakan usaha rumah tangga miskin secara ekonomi dan kelembagaan perlu ditopang oleh unsur-unsur penggerak aktivitas organisasi. Unsur-unsur penggerak tersebut berupa kapasitas manajerial organisasi, kepemimpinan, dan kapasitas komunitas sebagai komitmen-komitmen terhadap kelompok. Dalam upaya menghidupkan aktivitas organisasi diperlukan upaya peningkatan kapasitas kelompok tidak hanya dalam upaya menjalankan aktivitas ekonomi, namun juga berdaya dalam aktivitas keorganisasian. Tujuan kegiatan pengabdian ini adalah memfasilitasi kelompok UP2K dalam usaha memecahkan berbagai permasalahan kelembagaan dengan mengoptimalkan modal sosial, dan peningkatan kapasitas bagi anggota kelompok. METODE KEGIATAN Metode Pelaksanaan kegiatan dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu pertama, melakukan Focus Group Discussion (FGD), kedua, melakukan pelatihan dan ketiga, formulasi rencana Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

90 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat tindak lanjut. Lokasi kegiatan dilakukan di aula Kantor Camat Woja Kabupaten Dompu yang diikuti oleh 30 orang yang terdiri dari pengurus dan anggota kelompok UP2K di kecamatan Woja Kabupaten Dompu. pada Hari Sabtu, tanggal 8 Juni 2019 pukul Wita. HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat dilakukan dengan metode Focus Group Discussion dan pemaparan materi. Tujuan utama dari Focus Group Discussion adalah mengidentifikasi masalah dan potensi yang dihadapi oleh UP2K. Kegiatan tersebut didampingi oleh fasilitator. Sedangkan kegiatan pemaparan materi diharapkan memberikan berbagai bentuk pemahaman tentang pentingnya modal sosial dalam mengembangkan kelembagaan UP2K serta dalam mencapai tujuan ekonomi dan sosial. Materi kedua terkait peningkatan kapasitas kelompok usaha bersama melalui penguatan kelembagaan ekonomi bertujuan untuk memberikan pemahaman tentang pentingnya pemanfaatan UP2K dalam organisasi yang berfokus pada pengembangan infrastruktur (sarana dan prasarana) baik kelembagaan dan ekonomi, pengembangan kapasitas personal dan kelompok, serta pentingnya pengembangan jaringan kemitraan dalam menopang permodalan dan pemasaran UP2K. Untuk memaksimalkan pengetahuan pengurus dan anggota UP2K maka dilakukan pula kegiatan pelatihan pembuatan pembukuan sederhana seperti pembukuan keuangan UP2K, pembuatan buku keanggotaan, pembuatan buku tamu, pembuatan buku agenda kelompok, pembuatan buku kas dan keuangan, pembuatan buku tabunga, pembuatan buku inventaris dan penulisan notulensi rapat UP2K. Selain itu, peserta juga dibekali pelatihan manejerial khususnya dalam menyusun laporan keuangan. Kegiatan penyampaian materi dilaksanakan secara bergiliran oleh tim pengabdian. Adapun topik disesuaikan dengan konteks permasalahan baik yang didapat dalam proses observasi awal maupun saat Focus Group Discussion. Berdasarkan penilaian dan evaluasi dari proses kegiatan yang dilakukan melalui focus group discussion dan pelatihan diperoleh hasil sebagaimana berikut (1) terbentuknya pemahaman tentang strategi dalam mengoptimalkan modal sosial dalam pengembangan kelembagaan UP2K, (2) terbentuknya pemahaman dan keterampilan pemanfaatan UP2K dalam organisasi yang berfokus pada pengembangan infrastruktur (sarana dan prasarana) baik kelembagaan dan ekonomi, pengembangan kapasitas personal dan kelompok, serta pentingnya pengembangan jaringan kemitraan dalam menopang permodalan dan pemasaran UP2K, (3) terbentuknya pemahaman dan keterampilan tentang teknik manajerial keuangan dalam UP2K. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan hasil pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan: (1) terbentuknya pemahaman mengenai optimalisasi penggunaan modal sosial, (2) penguatan kelembagaan ekonomi yang dengan menjalankan struktur organisasi kelembabagaan UP2K yang berfokus pada pengembangan infrastruktur baik Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

91 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat kelembagaan dan ekonomi, pengembangan kapasitas personal dan kelompok, serta pentingnya pengembangan jaringan kemitraan dalam menopang permodalan dan pemasaran UP2K, dan (3) pelatihan teknik menyusun laporan keuangan keorganisaian UP2K dalam mengembangkan kapasitas UP2K. Saran (1) Diharapkan kepada pengurus dan anggota UP2K dapat berperan aktif dalam upaya melakukan penguatan kelompok melalui pemupukan modal, dan (2) diharapkan kepada lembaga Pembina melakukan pelatihan dan pembinaan yang lebih difokuskan pada peningkatan dan pemilihan jenis usaha yang bernilai ekonomi. Ucapan Terima Kasih Penulis menyampaikan terima kasih kepada Bapak Camat Woja Kabupaten Dompu yang mendukung kegiatan ini dengan meminjamkan Aula dan perlengkapan sehingga kegiatan dapat terlaksana. Dan ucapan terima kasih kepada Koordinator UP2K Kecamatan Woja yang telah mefasilitasi dan mengorganisir kelompok dan anggota UP2K sebagai peserta. DAFTAR PUSTAKA Anderson, A. R. & Sarah L. Jack, The articulation of social capital in enterpreneurial network glue or a lubricant? Insist Press. Badan Pusat Statistik (BPS) Nusa Tenggara Barat Dalam Angka. Badan Pusat Statistik NTB. Mataram. Budiartiningsih, R dan Gusfrianti R Peranan Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) Terhadap Peningkatan Pendapatn Keluarga Di Kecamatan Cerenti Kabupaten Kuantan Singingi. Kampus Bina Widya Km 12,5 Simpang Baru-Pekanbaru. Effendi, Noer. Efendi Sumber Daya Manusia, Peluang Kerja Dan Kemiskinan. Yogyakarta: Tiara Wacana. Hasbullah, Jousairi Social Capital, Menuju Keunggulan Budaya Manusia Indonesia. Jakarta: MR- United Press. Lawang, R. M. Z Modal sosial dalam Perspektif Sosiologik Suatu Pengantar. Depok: FISIP UI Press. Maskun, Sumitro Pembangunan Masyarakat Desa. Yogyakarta: Media Widya Mandala. Nandha, Novriyanthi Eka Kajian Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga (UP2K) Terhadap Usah Anggota UP2K Melati Indah Kelurahan Enok Kecamatan Enok Kabupaten Indragiri Hilir.Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Riau. Riau. Nugroho, Heru Kemiskinan, Ketimpangan, dan Kesenjangan. Yogyakarta: Aditya Media Patria, Panca Y.A Profil Kelompok UP2K Cendana. Kelurahan Montabaru Kecamatan Woja Kabupaten Dompu NTB. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

92 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Sedarmayanti Restrukturisasi dan Pemberdayaan Organisasi (Untuk Menghadapi Dinamika Perubahan Lingkungan). Bandung : Refika Aditama. Sherraden, Michael Aset untuk Orang Miskin. Jakarta: Raja Grafindo Sulistio, Edi Revizal Angkatan Kerja di Indonesia, Partisipasi, Kesempatan da Pengangguran.Cetakan pertama. CV Rajawali. Jakarta. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

93 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat PENDAMPINGAN CARA PENGOLAHAN DAN PENGEMASAN PRODUK EMPING JAGUNG UNTUK MENINGKATKAN MUTU DAN DAYA JUAL PRODUK Dody Handito*, Satrijo Saloko, I Wayan Swecayasa Department of Food and Nutrition, Faculty of Food Technology and AgroIndustry, Mataram University, Indonesia Keywords: Emping jagung, Pengolahan,Pengemasan Abstract: Latar Belakang: Emping jagung merupakan produk diversifikasi pangan yang dapat mendukung pengembangan agroindustri pedesaan dan meningkatkan nilai tambah. Pengolahan yang tepat diperlukan untuk mendapatkan emping bermutu. Tujuan: Meningkatkan ekonomi masyarakat melalui meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mengenai pengolahan dan pengemasan produk emping jagung agar mempunyai mutu yang baik dan berdaya jual tinggi. Metode : ceramah mengenai berbagai cara pengolahan emping jagung sehingga menjadi produk yang bermutu dan berkualitas, demonstrasi cara pengolahan yang diikuti dengan praktek oleh peserta pelatihan, dan pendampingan pembuatan design dan pemilihan kemasan yang baik dan menarik. Metode diskusi juga digunakan dalam kegiatan ini. Sebagai upaya untuk dapat lebih memahami permasalahan yang dihadapi mitra yang sifatnya mendukung maupun menghambat. Hasil : Kegiatan pelatihan Pengolahan hingga pengemasan produk ini dilakukan di Desa Dasan Geres, Kabupaten Lombok Barat. Pembuatan emping jagung dikerjakan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) dengan memanfaatkan hasil jagung dari penduduk setempat. Emping jagung dapat dibuat dengan dua cara, dimana perbedaannya adalah pada lamanya proses perendaman, perebusan,pemipihan dan pengeringan. Pembuatan desain kemasan serta pengadaan bahan pengemas dilakukan untuk perbaikan kemasan sebagai upaya peningkatan daya saing produk emping jagung.perbaikan mutu produk dilakukan dengan penyuluhan. Kesimpulan: Cara Produksi Pangan yang baik serta pendampingan untuk cara pengemasan produk diharapkan dapat meningkatkan mutu dan daya saing sehingga dapat meningkatkan minat beli masyarakat terhadap produk emping jagung. Korespondensi: PENDAHULUAN Jagung di Indonesia merupakan bahan pangan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Selain sebagai bahan makanan pokok, jagung merupakan bahan baku berbagai industri. Beberapa produk olahan dari jagung telah umum dikenal oleh masyarakat, terutama masyarakat pedesaan yang mengkonsumsi jagung sebagai makanan pokok. Jagung dapat dikonsumsi dalam tiga bentuk yaitu makanan pokok, laukpauk dan makanan kecil. Jagung dapat dijadikan berbagai macam olahan. Jagung dapat diolah menjadi berbagai produk olahan, sehingga mempunyai banyak pilihan produk olahan yang dapat dikembangkan. Salah satu jenis olahan jagung yang potensial untuk pengembangan industri pangan di perdesaan adalah emping jagung. Emping jagung atau marning gepeng adalah biji jagung rebus yang dipres tipis (dipipihkan) dan dikeringkan, bentuknya seperti emping dari biji belinjo. Di negara barat emping jagung ini disebut corn flake. Emping jagung mempunyai Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

94 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat rasa netral, untuk menambah variasi rasa dapat diberi tambahan rasa lain yaitu rasa manis atau diberi bumbu tabur yang banyak dijual di pasaran, seperti rasa keju, kaldu ayam, daging panggang, balado, dan lain-lain. Emping jagung ini juga dapat dimakan dengan menuangkan susu di atasnya dan biasanya digunakan untuk sarapan. Cara seperti ini di Indonesia belum membudaya. Meskipun demikian keberadaan emping jagung di Indonesia dewasa ini semakin berkembang dan berdampak positif dalam usaha diversifikasi menu makanan.(syarief et al, 2014) Teknologi pembuatan emping jagung dapat dikembangkan di perdesaan karena pada umumnya masyarakat perdesaan telah banyak mengenal pembuatan emping dari belinjo. Oleh karena itu adopsi teknologi ini tidak akan mengalami banyak kesulitan. Perkembangan dunia usaha saat ini telah diwarnai dengan berbagai persaingan di segala bidang. Termasuk persaingan bisnis yang semakin ketat yang mengakibatkan perubahan sikap konsumen dalam pengambilan keputusan untuk membeli dan mengkonsumsi suatu produk. Sikap konsumen merupakan salah satu konsep yang paling penting yang digunakan pemasar untuk memahami konsumen. Dengan mengetahui sikap konsumen, pemasar dapat mengembangkan produk baru dan memformulasikan serta melakukan evaluasi strategi promosional. Mengingat perkembangan teknologi yang semakin dinamis, manusia dituntut dengan cepat dan tepat untuk bertindak agar tidak kalah bersaing. Saat ini bila bicara mengenai produk, maka tidak terlepas dari atribut produk yang menyertainya. Atribut produk yang dimaksud adalah kemasan. (Shimp, 2003) Kemasan atau packaging, menjadi salah satu unsur yang sangat penting bagi produk. Pengemasan bukan hanya sekadar pembungkus makanan, tetapi lebih dari itu yaitu packaging is branding. Kemasan menjadi salah satu pemicu penjualan sebuah produk karena fungsinya langsung berhadapan dengan konsumen. (Shimp, 2003) Dalam dunia modern seperti sekarang ini, masalah kemasan menjadi bagian kehidupan masyarakat sehari-hari, terutama dalam hubungannya dengan produk pangan. Sejalan dengan itu pengemasan telah berkembang dengan pesat menjadi bidang ilmu dan teknologi yang makin canggih. Ruang lingkup bidang pengemasan saat ini juga sudah semakin luas, dari mulai bahan yang sangat bervariasi hingga model atau bentuk dan teknologi pengemasan yang semakin canggih dan menarik. Bahan kemasan yang digunakan bervariasi dari bahan kertas, plastik, gelas, logam, fiber hingga bahan-bahan yang dilaminasi. Namun demikian pemakaian bahan-bahan seperti papan kayu, karung goni, kain, kulit kayu, daun-daunan dan pelepah dan bahkan sampai barang-barang bekas seperti koran dan plastik bekas yang tidak etis dan hiegenis juga digunakan sebagai bahan pengemas produk pangan (Basriman, 2010). Pada saat ini sudah banyak sekali rumah produksi yang memproduksi emping jagung, dengan rasa dan harga yang rata-rata bersaing, maka perlu ada nilai tambah yang diusung pada produk emping jagung ini agar memiliki nilai lebih dari produk emping jagung lainnya. Salah satu elemen yang dapat ditingkatkan yaitu dalam hal kemasan. Bagi sebagian pelaku bisnis kecil, kemasan dinilai dan diposisikan sebagai hal yang tidak penting dan kadang luput dari perhatian. Hal itulah yang terjadi pada produk emping jagung yang diproduksi oleh masyarakat di Lombok Barat yang masih sangat sederhana dalam Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

95 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat pengemasannya. Sehingga perlu adanya suatu kegiatan penyuluhan mengenai pengolahan sampai pada pengemasan produk emping jagung didaerah tersebut. METODE KEGIATAN Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di desa Dasan Geres Kabupaten Lombok Barat. Adapun kelompok yang menjadi sasaran adalah Kelompok Wanita Tani atau KWT yang ada di desa tersebut. Pemilihan lokasi ini didasarkan pada analisis situasi yang menunjukkan bahwa wilayah ini merupakan penghasil jagung yang lumayan besar, dimana salah satu hasil olahannya adalah emping jagung. Namun pengolahan emping dan cara pengemasannya masih sangat sederhana, sehingga dibutuhkan suatu bimbingan dan tambahan pengetahuan agar pengolahan dan cara pengemasannya dapat menjadi lebih baik. Metode yang digunakan diantaranya adalah ceramah mengenai berbagai cara pengolahan emping jagung sehingga menjadi produk yang bermutu dan berkualitas, demonstrasi cara pengolahan yang diikuti dengan praktek oleh peserta pelatihan, dan pendampingan pembuatan design dan pemilihan kemasan yang baik dan menarik. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil observasi lapangan di awal kegiatan pengabdian masyarakat ini sangat tinggi dan adanya peningkatan wawasan terkait pentingnya merek dan kemasan bagi peningkatan kualitas produk usaha. Kegiatan yang telah digeluti ini kemudian telah berhasil memiliki pasar namun masih bersifat lokal dan hanya bersifat penjualan dari rumah ke rumah atau melalui penitipan. Kurangnya promosi dan kualitas label, merek dan kemasan menjadi salah satu faktor penting yang didapatkan setelah dilakukan observasi. Kegiatan yang dilakukan setelah dilakukan observasi adalah melakukan evaluasi kemasan produk, merek, dan label produk. Kegiatan ini diikuti oleh ibu-ibu yang tergabung dalam Kelompok Wanita Tani (KWT) di wilayah Dasan Geres Kabupaten Lombok Barat yang keseluruhan berjumlah 36 orang. Pada saat demonstrasi pembuatan emping jagung Ibu-ibu berpartisipasi membuat produk dan setelah produk matang, ibu ibu antusias mencicipi produk yang dihasilkan. Pada pelatihan/pendampingan dilakukan pengenalan cara pengolahan produk olahan jagung agar dapat dikembangkan sebagai produk unggulan daerah. Monitoring dilakukan setelah pelatihan, yaitu melakukan evaluasi hasil pelatihan/pendampingan, cara pengemasan dan pemasaran Pada pertemuan kedua dilakukan penyuluhan dan pengemasan produk yang baik. Cara membuat label yang menarik, memilih kemasan yang baik serta bagimana cara pemasaran yang baik. Pengemasan memiliki berbagai macam. fungsi tidak hanya sebatas pembungkus produk. Kemasan memiliki 5 fungsi utama yaitu Protection, Contaiment, Information, Utility of Use dan Promotion. Protection adalah fungsi kemasan sebagai pelindung produk, baik pelindung dari lingkungan, perlindungan fisik, dan juga keamanan produk. Fungsi Containment lebih kepada penahan produk mulai dari penggunaan bubble wrap, kayu, besi sampai dengan bahan-bahan pembungkus lainnya, Kemasan juga merupakan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

96 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat wadah informasi produk mulai dari nama merek, jenis produk, ukuran, sampai dengan label produk yang merupakan sumber informasi bagi konsumen untuk mengetahui informasi produk secara detail. Kemasan juga dirancang untuk utility of use atau kenyamanan dalam penggunaan misalkan saja sepatu menggunakan pembungkus kotak, paper bag untuk produk kosmetik, kemasan tertra pack untuk produk susu dan masih banyak lainnya. Yang tidak kalah penting kemasan juga merupakan media promosi dari produk itu sendiri, dengan penggunaan logo, warna, jenis huruf yang menarik juga akan mempengaruhi calon konsumen dalam membeli produk kita dibandingkan produk pesaing. Gambar 1. Produk Emping Jagung Gambar 2. Hasil Pengemasan Produk Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

97 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil kegiatan dan evaluasi yang telah dilakukan, dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu 1. Seluruh mitra kerja dapat membuat emping jagung yang renyah dan empuk serta melakukan pengemasan dengan baik. 2. Perlu dilakukan proses pembinaan sistem dan manajemen pemasaran agar produk emping jagung lebih variatif dan menarik 3. Kedepan diharapkan usaha ini lebih berkembang dan dapat memberikan hasil yang lebih signifikan kepada masyarakat sekitar terutama dibidang ekonomi. Ucapan Terima Kasih Terima Kasih kami sampaikan kepada Universitas Mataram yang telah memberikan dukungan finansial dalam kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini melalui dana DIPA BLU (PNBP). DAFTAR PUSTAKA Basriman, I Pengemasan dan Penyimpanan Pangan, Teori dan Aplikasinya Pada Industri. Jakarta. Shimp,T.A Periklanan Promosi, Edisi Kelima., Jilid I. Erlangga. Jakarta. Syarief, R., S. Santaus, Isyana Teknologi Pengemasan Pangan. Laboratorium Rekayasa Proses Pangan, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

98 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat PENGUATAN GOOD GOVERNMENT BADAN USAHA MILIK DESA: PERENCANAAN, PENGENDALIAN INTERNAL DAN ASPEK LEGALITAS Baiq Rosyida Dwi Astuti*, Intan Rakhmawati, Wirawan Suhaedi, D Tiarulla Della Nabila Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mataram, Indonesia Keywords: Good government, BUMDes, Desa Gumantar Abstract: Tujuan kegiatan ini adalah memberikan pengetahuan tentang konsep good government dan mengidentifikasi permasalahan BUMDes dari sisi tata kelola. Lokasi kegiatan di Desa Gelangsar Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat. Kegiatan ini melibatkan narasumber dari Fakultas Ekonomi dan Hukum Universitas Mataram. Kegiatan dilakukan dengan melakukan pemaparan tentang konsep good government dan diskusi antara tim dan audien. Terdapat empat permasalahan BUMDes dari sisi tata kelola yaitu (a) partisipasi pengurus yang rendah, (b) pengendalian internal yang lemah, (c) perencanaan yang tidak memadai dan (d) aspek legalitas. Saran yang diberikan adalah peningkatan partisipasi pengurus melalui perencanaan usaha yang sesuai kebutuhan pengurus; penyusunan pengendalian internal yang memadai dan penyusunan regulasi yang memadai. Korespondensi: PENDAHULUAN Pelaksanaan tata kelola yang baik atau Good Governance (GG) pada dasarnya merupakan sistem pengendalian dan pengaturan perusahaan yang dapat dilihat dari mekanisme hubungan antara berbagai pihak yang mengurus perusahaan. GG Dalam pengelolaan BUMDes, pihak-pihak tersebut adalah penasihat, pengurus dan pengawas BUMDes serta masyarakat. Prinsip-prinsip dalam GG diantaranya adalah prinsip partisipasi, transparansi, dan akuntabilitas (Mardiasmo, 2004 : 18). Prinsip partisipasi adalah bentuk keterlibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan BUMDes baik bersifat langsung maupun tidak langsung. Sedangkan prinsip transparansi di BUMDes dapat diaplikasikan dalam bentuk penyediaan informasi penting oleh BUMDes dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan baik itu penasihat dan pengawas BUMdes serta masyarakat. Sedangkan prinsip akuntabilitas adalah pertanggungjawaban kepada publik tentang setiap aktivitas yang dilakukan. Penerapan prinsip-prinsip GG dalam pengelolaan BUMDes belum sepenuhnya diterapkan. Hasil penelitian Annas (2018) pada beberapa BUMDes di Kabupaten Lombok Utara menunjukkan bahwa pengurus tidak secara aktif menginformasikan pengelolaan BUMDes kepada masyarakat dan masyarakat tidak dilibatkan dalam pengambilan keputusan BUMDes. Konsekuensi dari perilaku tersebut adalah tidak berkembangnya usaha BUMDes karena masyarakat tidak merasa ikut memiliki ataupun berkepentingan terhadap keberlangsungan usaha BUMDes. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian Wathaniah (2018) dan Cahyanti (2018). Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

99 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Namun, kondisi BUMDes pada ketiga hasil penelitian di atas berbanding terbalik dengan kondisi BUMDes Panggung Lestari di Desa Panggungharjo DIY. BUMDes tersebut menunjukkan kinerjanya dengan meraih keuntungan sebesar Rp. 53 Milyar pada tahun Usaha Bumdes Panggung Lestari dimulai dari jasa pengelolaan sampah di sekitar desa. Kemudian BUMDes mengembangkan unit usaha lainnya seperti jasa pengelolaan barang bekas, pengelolaan minyak jelantah dan kampung wisata Mataraman. 95% tenaga kerja BUMDes adalah warga Desa Panggungharjo. Pada sisi lain, website Desa, sangat informatif. Website Desa menyediakan berbagai macam informasi desa seperti informasi pembangunan desa, musyawarah desa, BUMdesa dan berbagai macam informasi lainnya. Dua prinsip GCG, prinsip partisipasi dan transparansi, telah dilakukan dengan baik oleh BUMDesa dan Pemerintah Desa Panggungharjo. Pemenuhan dua prinsip GCG tersebut juga sekaligus menjadi bagian dari pemenuhan prinsip akuntabilitas. BUMDes Sari Kencana di Desa Gelangsar Kabupaten Lombok Barat memiliki kondisi yang tidak jauh berbeda dengan kondisi sebagian besar BUMDes lainnya. BUMDes Sari Kencana dibentuk pada tahun 2016 dan memulai usaha pertamanya usaha penggemukan sapi. BUMDes Sari Kencana membeli sejumlah sapi dan menyerahkan pengembalaan dan pemeliharaannya kepada masyarakat. Namun usaha tersebut tidak berkembang, bahkan sapisapi yang dipelihara mati dan hilang. Selanjutnya, Pemerintah Desa Gelangsar dan Pengurus BUMDes beralih ke usaha dagang. Awal tahun 2019 Bumdes Sari Kencana mengoperasikan BUMDes Mart. BUMDesMart merupakan hasil kerja sama antara Pemerintah Desa dan salah satu pengurus BUMDes. Permodalan berasal dari masyarakat sedangkan toko dan tanah yang ditempati adalah milik Pemerintah Desa. Berdasarkan wawancara awal dengan Ketua BUMDes, hasil penjualan tidak cukup untuk menutupi biaya operasional BUMDesMart. Di sisi lain, BUMDes memiliki prospek lini usaha yang lain yaitu bisnis spot foto yang dijalankan oleh Kelompok Sadar Wisata (Darwis) Desa Gelangsar. Tujuan kegiatan pengabdian ini adalah (a) memberikan pengetahuan tentang konsep GG dan (b) mengidentifikasi permasalahan BUMDes dari sisi tata kelola. METODE KEGIATAN Kegiatan Pengabdian dilakukan di Kantor Desa Gelangsar Kec. Gunung Sari Kab Lombok Barat NTB tanggal 19 Agustus Peserta kegiatan adalah pengurus BUMDes, Pembina BUMDes dan Kelompok Darwis. Kegiatan pengabdian diawali dengan pemaparan materi tentang konsep GG. Selanjutnya dilakukan diskusi dan tanya jawab dengan peserta. Sesi tanya jawab dan diskusi dilakukan agar pengurus dan Pembina BUMDes dapat mengemukakan permasalahan mereka, mendiskusikannya dan mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Tim PPM menggandeng rekan dari Fakultas Hukum Universitas Mataram sebagai pemateri pendamping. Hal ini dilakukan untuk memenuhi permintaan Pembina BUMDes untuk menghadirkan ahli hukum. Tim juga menilai bahwa GG berhubungan erat dengan aspek legalitas BUMDes. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

100 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan diskusi dan tanya jawab dengan peserta PPM, berikut permasalahan BUMDes dari sisi tata kelola serta saran atas permasalahan tersebut. a) Partisipasi : Pengurus BUMDes yang telah dilantik terdiri dari Ketua, Sekretaris dan Bendahara. Mereka adalah pengurus BUMDes secara de yure, namun de facto hanya ketua BUMDes yang berperan aktif dalam operasional dan manajemen BUMDes. Partisipasi yang sangat rendah ini mengakibatkan Ketua BUMDes kewalahan mengelola BUMDes. Tim PPM menyampaikan materi tentang pentingnya peran serta masyarakat, khususnya pengurus dalam menjalankan operasional BUMDes. Hal ini sebagai bentuk komitmen dan tanggung jawab atas kesediaan sebagai pengurus. b) Pengendalian internal : BUMDes mempekerjakan beberapa orang karyawan menjadi pelayan BUMDesMart. Kelemahannya adalah BUMDes Mart belum melakukan pengendalian yang memadai untuk pengeluaran kas. Pelayan diberikan kewenangan untuk membeli barang dagangan tanpa diverifikasi terlebih dahulu. Begitupun setelah pembelian, tidak ada pengecekan tentang kesesuaian jumlah barang yang dibeli dengan bukti pembelian. BUMDes tidak melakukan stok opname persedaiaan barang dagang akhir periode untuk memverifikasi nilai penjualan dengan jumlah barang terjual. Walaupun BUMDesMart melakukan pencatatan menggunakan aplikasi dan manual, namun itu tidak akan banyak berguna bila tidak dilakukan pengendalian yang memadai. Tim menyarankan BUMDes untuk melakukan hal-hal berikut : - Stock opname barang dagang pada periode tertentu. - Hasil stock opname kemudian dibandingkan dengan rekapitulasi pencatatan, baik pencatatan penjualan harian, pembelian barang dagang, dan pencatatan atas pengeluaran-pengeluaran lain seperti biaya gaji dan biaya listrik. Berdasarkan perbandingan ini dapat diperoleh informasi tentang kesesuaian pencatatan dengan transaksi serta keuntungan atau kerugian riil BUMDesMart. - Pengeluaran dan pemasukan uang BUMDesMart hendaknya dilakukan melalui satu rekening dan disertai dengan pencatatan yang baik. - Ketua BUMDes atau yang bertanggung jawab atas opersional BUMDesMart hendaknya melakukan pemeriksaan secara periodik atas pencatatan dan persediaan barang BUMDesMart. c) Perencanaan : BUMDes tidak melakukan perencanaan usaha dengan baik. Tercatat ada tiga jenis usaha yang telah dan sedang dijalankan BUMDes namun usaha-usaha tersebut ada yang terpaksa harus dihentikan dan yang lainnya tidak berjalan dengan optimal. Ketua BUMDes saat ini juga merencanakan membangun sebuah bank desa. Perencanaan usaha yang akan dijalankan BUMDes hendaknya memperhatikan kondisi masyarakat sekitar atau trend yang sedang berkembang. Perlu dilakukan perencanaan usaha yang meliputi aspek keuangan, keberlangsungan usaha, analisis pasar, dan analisis SWOT. Perencanaan yang baik menjadi dasar dan cermin awal atas setiap tindakan yang dilakukan pada masa yang akan datang. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

101 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat d) Aspek legalitas : BUMDes belum memiliki payung hukum yang kuat. Pendirian BUMDes dilakukan tahun 2016 dan pengurus pun telah dilantik, namun tidak ada payung hukum yang mendasari pendirian dan pengelolaan BUMDes. Tidak ada perdes tentang pendirian BUMDes, begitupun dengan Anggaran Dasar (AD) dan Anggaran Rumah Tangga (ART) BUMDes. Penyusunan perdes adalah kewajiban pemerintah desa sedangkan penyusunan AD dan ART adalah tanggung jawab pengurus BUMDes. Penyusunan produk hukum membutuhkan diskusi mendalam yang relatif panjang untuk mengakomodasi maksud dan tujuan produk hukum tersebut. Narasumber dari FH Unram mengajukan diri untuk terlibat dalam penyusunan legalisasi BUMDes. Pihak Fakultas Hukum siap dihubungi untuk dating bersama-sama dengan aparat desa dan masyarakat menyusun peraturan desa dan produk hukum lainnya. Aspek legalitas terkait erat dengan konsep kerja dan operasional BUMDes. Sebagai contoh adalah hubungan kerja dan organisasi BUMDes dengan Kelompok Darwis (Sadar Wisata) Desa Gelangsar. Kelompok Darwis memiliki usaha spot foto yaitu Bukit Bintang Tiga Rasa yang menjadi destinasi baru favorit dan menghasilkan pendapatan jutaan rupiah setiap minggu. Tahun 2019 kelompok darwis memperoleh bantuan keuangan dari Kemendes PDTT bernilai ratusan rupiah. Kepengurusan dan kepemilikan usaha kelompok darwis berbeda dengan BUMDes. Kelompok Darwis memperoleh pendapatan yang menjanjikan, namun di sisi lain BUMDes masih kesulitan bahkan untuk membayar gaji pegawai. Kedua hal tersebut kontradiktif mengingat BUMDes dan kelompok darwis berada dalam satu desa dan sama-sama memperoleh sebagian modalnya dari pemerintah desa. Dibutuhkan kejelasan hukum tentang posisi kelompok darwis dalam tata organisasi pemerintahan desa. Jika kelompok darwis disatukan perorganisasiannya dengan BUMDes dengan menjadi salah satu unit usaha BUMDes, maka akan memberikan manfaat bagi BUMDes dan pemerintah desa. Pertanggungjawaban modal akan lebih mudah dilakukan karena BUMDes berkewajiban melakukan pelaporan dan pembukuan seperti yang dipersyaratkan Permendesa PDTT No 4/2015. Jika tidak, BUMDes dapat bekerja sama dengan kelompok darwis untuk mengelola usaha tersebut. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan, terdapat empat masalah BUMDes dari sisi tata kelola yaitu partisipasi pengurus yang rendah, pengendalian internal yang lemah, perencanaan yang tidak memadai dan tidak memiliki aspek legalitas yang memadai. Saran yang diberikan adalah peningkatan partisipasi pengurus melalui perencanaan usaha yang dapat mengakomodir kebutuhan pengurus; pembuatan dan pengembangan pengendalian internal yang memadai dan penyusunan produk hukum yang mendukung tata organisasi dan sistem kerja BUMDes. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

102 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat DAFTAR PUSTAKA Annas, Muhamad, 2018, Analisis Good Governance Dalam Pengelolaan Keuangan Badan usaha Milik Desa (BUMDes) di kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara, Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram Cahyanti, Eka Wiwik, 2018, Pengelolaan Keuangan BUMDes di Kabupaten Lombok Barat (Studi Empiris di Kecamatan Narmada, Lembar dan Sekotong), Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram Mardiasmo, 2004, Akuntansi Sektor Publik, Penerbit Andi Yogyakarta Peraturan Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Pendirian, Pengurusan dan pengelolaan, dan Pembubaran Badan usaha Milik Desa Wathoniah, Nurul, 2018, Analisis Pengelolaan Usaha, Keuangan dan Kompetensi Sumber Daya Manusia Badan Usaha Milik Desa (Studi empiris pada BUMDes di Kabupaten Dompu dan Kabupaten Bima), Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

103 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat MANAJEMEN PENGOLAHAN SAMPAH DI DUSUN PERENDEKAN SELATAN DESA GIRI SASAK Sulaeman Sarmo*, Imanuella Romaputri Andilolo, Mulyadi, Sri Darwini Program Studi Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mataram, Indonesia Keywords: Pelatihan, Manajemen, Pengolahan, sampah, kerajinan Abstract: Masayarakat Dusun perendekan selatan desa giri sasak kecamatan kuripan kabupaten Lombok Barat selama ini membuang sampah di sungai atau di pekarangan milik warga dan belum memanfaatkan sampah untuk dijadikan kerajinan tangan maupun kompos. Akibat dari pembuangan sampah yang sembarangan menyebabkan polusi bagi warga sendiri maupun masyarakata sekitarnya. Oleh karena itu tim pengabdian akan memberikan pelatihan manajemen sampah menjadi produk yang bernilai tambah sehingga akan dapat meningkatkan pendapatan masyarakat. Model pelatihan adalah memberikan penyuluhan kemudian melakukan pelatihan pengelolaan sampah organik maupun an-organik menjadi produk yang bernilai tambah seperti pupuk kompos dan kerajinan tangan misalnya ingke dari bekas gelas, tas dari bekas bungkus kopi dsb. Peserta pelatihan dibagi menjadi kelompok-kelompok yang beranggotakan lima sampai dengan sepuluh orang. Masing-masing kelompok diminta untuk mempraktikkan cara memilah sampah organik dan non organic serta membuat kerajinan tangan dari bahan sampah plastic. Peserta sudah dapat melakukan praktik pemilahan sampah rumah tangga secara mandiri dengan melakukan pemisahan sampah organik dan non organik ke dalam tempat sampah. Selain itu mampu memanfaatkan sampah plastik menjadi barang jadi atau daur ulang produk menjadi kerajinan tangan yang bernilai tambah, sehingga mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Korespondensi: PENDAHULUAN Pengabdian yang akan dilakksanakan di dusun perendekan selatan desa giri sasak akan memberikan dampak pada aktivitas masyarakat. Keberadaan sampah merupakan limbah yang mempunyai dampak pada manusia dan lingkungan sekitarnya. Manajemen pengelolaan sampah yang efektif dan efisien serta ramah lingkungan tidak dapat dilepaskan dari permasalahan tempat pembuangan sampah. Pengelolaan sampah rumah tangga hanya sebatas memindahkan sampah rumah tangga untuk di buang ke sungai atau ke sebuah kebun orang tertentu. Kebiasaan membuang sampah ke sungai maupun ke kebun orang telah menjadi suatu kebiasaan dikarenakan rendahnya keasadaran masyarakat dan belum tersentuhnya pengangkutan sampah oleh Dinas Kebersihan Kabupaten Lombok Barat, sehingga menimbulkan bau busuk dan lingkungan yang tidak sehat. Masyarakat juga belum melakukan pemilahan sampah secara mandiri, hal ini karena keterbatasan tempat sampah di setiap rumah dan tempat penampungan sampah. Oleh karena itu untuk meningkatkan kesadaran masyarakat agar mau mengelola sampah secara mandiri tidaklah mudah dan memakan waktu lama. Sehingga pelatihan yang akan dilaksanakan nanti tidak hanya memberikan pengetahuan melainkan menanamkan nilai Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

104 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat kkesadaran masyarakat akan nilai tambah ekonomis sampah. Proses pelatihan ini dilakukan mulai dari pemilahan sampah individu, pengumpulan sampai dengan pengolahan. Untuk mendukung keberlanjutan program ini, setiap rumah akan difasilitasi dengan penyediaan tempat sampah antara sampah organic dan non-organic untuk memudahkan pengelolaannya dilingkungan dusun perendekan selatan. METODE KEGIATAN Metode yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam pelatihan manajemen sampah di dusun perendekan adalah : a. Sosialisasi pentingnya pengelolaan sampah.dan penciptaan nilai tambah dari sampah b. Pelatihan manajemen sampah HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan di dusun perendekan selatan mengenai pengelolaan sampah. Adpun hasil dari pengabdian adalah sebagai berikurt : 1. Kegiatan Sosialisasi pengelolaan sampah dan penciptaan nilai tambah dari sampah Pada tahap pertama ini akan dilakukan penjelasan kepada masyarakat mengenai pengelolaan sampah dengan cara memberikan materi meliputi jenis sampah, dampak yang ditimbulkan dari sampah, dan memberikan kesadaran kepada masyarakat untuk meminimalisasi sampah dengan cara menggunakan produk-produk yang ramah lingkungan. penyadaran dan penciptaan nilai tambah dari sampah. Beberapa cara untuk melakukan daur ulang sampah organic misalnya untuk sayuran, daun-daun bekas dapat dijadikan makanan ternak, pembuatan pupuk kompos, biogas, sedangkan kertas dapat didaur ulang. Berikut kegitan dalam daur ulang sampah organic untuk penciptaan nilai tambah sampah. Pembuatan pupuk kompos bahan dari sampah rumah tangga dedaunan, sisa makanan, serta kotoran ternak. Pembuatan biogas yang diperoleh dari gas-gas proses pembusukan yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar. Daur ulang limbah anorganik meliputi sampah plastic, logam, kaca, plastic serta kaleng. Sampah anorganic ini dapat dikumpulkan kemudian di jual jika sudah mencapai ukuran tertentu. Limbah anorganik ini dapat juga di daur ulang dengan cara membuat kerajinan dengan bahan plastic maupun kaleng. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

105 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat 2. Pada pelatihan manajemen sampah dalam rumah tangga dapat dimulai dari perencanaan, yaitu bagaimana agar setiap rumah tangga sudah melakukan pengelolaan sampahnya dimulai dari misalnya ketika berbelanja ke pasar dengan membawa sendiri tas belanjaan yang terbuat dari bahan ramah lingkungan, kemudian dipakai kembali pada waktu yang lain sehingga mengurangi sampah yang berupa tas plastik. Pengorganisasian, yaitu bagaimana agar setiap rumah tangga mengorganisir kegiatan pengelolaan sampahnya, misalnya menyediakan tempat sampah tidak hanya satu buah, tetapi minimal dua buah yaitu untuk memilah sampah organik dan non organik. Penggerakkan, yaitu bagaimana agar ada kegiatan koordinasi pada tingkat tertentu agar masyarakat mempunyai komitmen untuk melakukan pemilahan sampah rumah tangganya, bisa pada tingkat Rukun Tetangga (RT) atau tingkat Rukun Warga (RW). Yang terakhir adalah evaluasi, yaitu ada kegiatan monitoring dan evaluasi dari kelompok masyarakat untuk memonitor pengelolaan sampah di tingkat RT atau RW. Setelah penyuluhan dan pelatihan pemilahan sampah mandiri, peserta memiliki pengetahuan tentang manajemen pemilahan sampah sehingga pemahaman peserta tentang manajemen pemilahan sampah yang sebelumnya sangat minim dan hanya sedikit warga yang mengetahui menjadi banyak warga yang mengetahui, sehingga terjadi peningkatan baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Metode workshop digunakan sebagai tahap akhir dari pelatihan pemilahan sampah mandiri yaitu berupa praktik langsung dengan pendampingan instruktur untuk melakukan pemilahan sampah secara mandiri oleh masyarakat dusun perendekan selatan, untuk lebih meningkatkan ketrampilan masyarakat dalam pemilahan sampah secara mandiri. peserta pelatihan dibagi menjadi kelompokkelompok yang beranggotakan lima sampai dengan sepuluh orang. Masing-masing kelompok diminta untuk mempraktikkan cara memilah sampah organik dan non organik. Dari praktik langsung yang dilakukan peserta dalam workshop pemilahan sampah mandiri terlihat bahwa peserta sudah mampu mengenali dan memiliki ketrampilan memilah sampah organik dan non organik. Para peserta sangat antusias untuk mengetahui lebih lanjut mengenai pengolahan atau pendaurulangan sampah organik dan sampah non organik. Pada tahap akhir pelatihan, dilakukan pembagian tempat sampah dari bambu untuk mendorong warga agar konsisten melakukan pemilahan sampah rumah tangganya secara mandiri dan menghentikan kebiasaan membuang sampah di sungai, maupun di sekitar tanah pekarangan.. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

106 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat KESIMPULAN DAN SARAN Secara keseluruhan kegiatan pengabdian sudah berjalan dengan lancar dan mendapatkan respon yang positif dari peserta. Seluruh peserta telah mengikuti program workshop secara lengkap. Meskipun tujuan akhir untuk pelestarian lingkungan belum serta merta dapat terlaksana, tetapi paling tidak tujuan dari pengabdian ini untuk menumbuhkan kesadaran, kepedulian dan memberikan bekal ketrampilan masyarakat dusun perendekan selatan untuk melakukan manajemen pemilahan sampah secara mandiri dapat terlaksana. Peserta sudah dapat melakukan praktik pemilahan sampah rumah tangga secara mandiri dengan melakukan pemisahan sampah organik dan non organik ke dalam tempat sampah bambu yang telah dibagikan. DAFTAR PUSTAKA Anonimus Kabupaten Lombok Barat Dalam Angka. Pusat Statistik Kabupaten Lombok Barat Blocher, Edward J, Kung H. Chen, Gary Cokins, dan Thomas W. Lin Manajemen Biaya Penekanan Strategis. Dialih bahasakan oleh David Wijaya. Jakarta: Penerbit Salemba Empat Hansen & Mowen Manajemen Biaya, Edisi Bahasa Indonesia. Buku Kedua. Jakarta: Salemba Empat Hansen dan Mowen Akuntansi Manajerial, Buku 1 Edisi 8. Jakarta: Salemba Empat. Lestari, Novi Puji dan Riyanto, Dicky Wisnu Usdek IbM Bank Sampah Desa Mojorejo Kota Batu.MATAPPA: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol 1 Nomor 1 Maret 2018 Mardhia,Dwi dan Wartiningsih,Alia.2018.Pelatihan Pengolahan Sampah Skala Rumah Tangga Di Desa Penyaring. Jurnal Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat Vol 1 No 1 Februari 2018 Marsigit, wuri Pengembangan Diversifikasi Produk Pangan Olahan Lokal Bengkulu Untuk Menunjang Ketahanan Pangan Berkelanjutan.Agritecch Vol 30 No4 November 2010 Robbins, Stephen, 2006, Perilaku Organisasi, Prentice Hall, edisi kesepuluh UU No 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

107 Manajemen Reproduksi Untuk Memperpendek Interval Kelahiran Pada Ternak Sapi I Wayan Lanus Sumadiasa, Chairussyuhur Arman, Adji Santoso Dradjat, Enny Yuliani Fakultas Peternakan, Universitas Mataram, Indonesia Kata Kunci: interval kelahiran, perkawinan, produktivitas, reproduktivitas, sapi Bali Abstrak: Sapi Bali merupakan primadona komoditas peternakan di Indonesia. Keunggulan sapi Bali adalah mampu beradaptasi pada berbagai kondisi lingkungan, pertumbuhan relatif cepat dan potensi produksi tinggi. Interval kelahiran pada sapi Bali berkisar 15 sampai 18 bulan, sehingga laju regenerasinya lambat. Oleh karena itu, diperlukan manajemen reproduksi yang benar agar perkawinan dan kelahiran anak lebih singkat dan produktivitas meningkat. Pengabdian pada masyarakat ini dilaksanakan di Desa Karang Bayan, Kecamatan Lingar, Lombok Barat. dengan khalayak sasaran para petani peternak sapi. Tujuannya agar peternak memperoleh pengetahuan tentang tatacara manajemen reproduksi yang benar agar perkawinan dan interval kelahiran menjadi lebih pendek, yaitu sekitar satu tahun. Metode kegiatan adalah penyuluhan dan pembinaan singkat dengan materi tentang tata-cara menginduksi atau penyerentakan birahi, deteksi birahi, perkawinan, deteksi kebuntingan, kelahiran, waktu penyapihan anak dan perkawinan kembali setelah kelahiran. Hasil pelaksanaan kegiatan menunjukkan, para peserta telah memperoleh pengetahuan dan keterampilan tentang manajemen reproduksi yang benar. Peserta tampak antusias untuk mencoba tata-cara memanajemen usaha tani ternaknya agar dapat melahirkan lebih cepat dan lebih banyak selama massa reproduksi. Antusiasme peserta tergambar dari banyaknya pertanyaan detail tentang cara mengatur birahi, cara perkawinan yang baik dan penyapihan anak. Sambutan dan motivasi peserta ini merupakan foktor pendukung keberhasilan pelaksanaan kegiatan. Faktor yang sedikit menghambat keleluasaan terlaksananya kegiatan adalah keterbatasan waktu yang sinkron antara pihak petani peternak dengan tim pelaksana. Kesimpulan, kegiatan pengabdian pada masyarakat ini cukup positif karena dapat menambah ilmu dan pengetahuan masyarakat tentang manajemen reproduksi untuk mempercepat interval kelahiran pada ternak sapi. Korespondensi: PENDAHULUAN Ternak sapi, khususnya sapi Bali merupakan primadona komoditas peternakan bagi Indonesia karena memilki berbagai keunggulan, yaitu kemampuannya beradaptasi pada berbagai kondisi lingkungan, pertumbuhan relatif cepat, potensi produksi dan reproduksi yang tinggi. Plasma nutfah asli Indonesia yang berasal dari Pulau Bali ini terdapat di seluruh pelosok tanah air Indonesia, termasuk di Nusa Tenggara Barat (NTB). Provinsi Nusa Tenggara Barat merupakan salah satu daerah penghasil ternak sapi terbesar untuk memenuhi kebutuhan daging nasional (Gunawan et al., 2017) dan kini menjadi salah atu sentra pengembangan sapi potong, Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

108 khususnya sapi Bali dengan populasi mencapai sekitar 3,5 persen dari populasi nasional pada tahun 2006 (Winarso, 2009). Salah satu wilayah yang memiliki populasi sapi cukup besar di Kabupaten Lombok Barat adalah Kecamatan Lingsar, yaitu lebih dari 5,5 ribu ekor. Karang Bayan adalah satu dari 15 desa di Kecamatan Lingsar dengan luas wilayah 5,7 km 2, jumlah penduduk sebanyak 5007 jiwa yang terdiri dari 2486 laki-laki dan 2581 perempuan (BPS, 2013). Sebagian besar masyarakat di Karang Bayan memelihatra sapi dengan sistem pemeliharaan semi-intensif. Pada pemeliharaan semi-intensif, ternak dilepas atau ditambatkan di suatu bidang lahan pada pagi hingga sore hari dan pada malam hari diikat di dalam kandang dan diberikan pakan sesuai kebutuhan (Sumadiasa et al., 2018). Sistem pemeliharaan merupakan salah satu faktor penting yang menentukan keberhasilan reproduksi pada ternak. Masalah reproduksi ternak belum mendapatkan perhatian yang berarti oleh para peternak, sehingga jarak beranak khususnya pada ternak sapi masih cukup lama, berkisar 1,5 sampai 2 tahun. Oleh karena itu, perlu diintroduksi kepada para peternak tentang pentingnya perhatian terhadap masalah reproduksi untuk meningkatkan laju regenerasi dan produksi ternak. Secara alamiah pola dan laju reproduksi pada ternak berlangsung sangat lambat, dimana ternak betina hanya mau menerima perkawinan dari seekor pejantan apabila dalam masa birahi (Partodihardjo, 1985). Akibatnya pertambahan jumlah ternak dari kelahiran alami (natural increasae) dalam suatu kurun waktu tertentu sangat rendah, sementara jumlah ternak yang disemblih (dikonsumsi) terus meningkat. Selain itu, adanya developmental block yang bersifat genetis dapat menghambat embrio muda berkembang ke tahap lebih lanjut baik secara in vivo maupun in vitro (Sumadiasa dan Yuliani, 2006), sehingga terjadi kegagalan reproduksi dan bertambah panjangnya interval kelahiran. Secara umum, faktor-faktor yang terkait dengan reproduktivitas ternak adalah umur dewasa kelamin atau pubertas, siklus hormonal, umur perkawinan pertama, service per conception (S/C), lama bunting, umur beranak pertama, bobot lahir, estrus post-partum, days open dan jarak beranak (calving interval). Pada sapi Bali, umur pubertas terjadi 16,80 ± 1,73 bulan pada yang jantan dan 20,45 ± 2,81 bulan pada betina (Bakhtiar et al., 2015). Siklus estrus terjadi hari dengan rata-rata 21 hari (Siswanto et al. (2013) dan perkawinan pertama rata-rata pada umur 20,15 ± 4,45 bulan dengan service per conception (S/C) sebesar 1,79 ± 1,03 (Haryanto et al., 2015); atau 23,80 ± 2,25 bulan (Bakhtiar et al., 2015). Menurut Gunawan et al. (2017), S/C dari hasil inseminasi buatan (IB) yaitu 1,39 1,46 pada sapi Bali di Techno Park Banyumulek, NTB; 1,65 ± 0,87 pada sapi Bali di Instalasi Pembibitan Pulukan, Bali (Siswanto et al., 2013); S1,49 2 di Jayapura sebesar (Koibur, 2005). Selain itu, yang penting diperhatikan adalah estrus dan perkawinan post-partum (setelah lahir ) atau postpartum ovarian activity dan days open (DO) atau hari-hari kosong. Secara umum sistem pemeliharaan terkait dengan pakan, kesehatan, keamanan fisik, psikis dan keselamatan ternak dan sisi reproduksinya. Namun demikan masih banyak terdapat kekurangan pada pemeliharaan ternak sapi di desa-desai, yaitu faktor reproduksi ternaknya. Kurangnya pengetahuan dan banyaknya aktivitas mencari nafkah membuat para peternak memelihara ternak dengan apa seadanya. Meski telah mengikuti progran inseminasi buatan (IB) untuk meningkatkan mutu dan jumlah produksi ternak sapi, tetapi umumnya peternak Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

109 tidak melakukan manajemen reproduksi dengan baik terutama penyapihan anak sapi secara terencana dan induksi estrus (birahi), sehingga jarak kelahiran anak sapi menjadi lama yaitu 1,5 sampai 2 tahun. Hal ini secara tidak disadari peternak telah mengalami banyak kerugian dari sisi waktu, biaya dan tenaga untuk pemeliharaan tetapi anak yang dihasilkan per fase reproduktif menjadi sangat sedikit. Oleh karena itu, perlu dilakukan efisiensi dengan menerapkan manajemen reproduksi yang baik dan tepat untuk memperpendek interval kelahiran (jarak beranak). Manajemen reproduksi merupakan salah satu faktor penting yang sangat menentukan keberhasilan reproduksi dan meningkatkan produksi pada ternak, tanpa reproduksi maka tidak akan ada produksi (Tomaszewska et al., 1991). METODE KEGIATAN Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dilaksanakan dengan metode partisipatif meliputi tiga tahaan, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi hasil kegiatan. Persiapan kegiatan dimulai dari penentuan waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan dikoordinasikan bersama antara tim pelaksana kegiatan dengan khalayak sasaran yaitu Kelompok Tani Ternak. Persiapan bahan dan materi, seperti ATK, alat transportasi dan keperluan lain yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan dilakukan setelah ada kepastian waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan metode ceramah dan diskusi tentang cara-cara manajemen reproduksi untuk memperpendek interval kelahiran pada ternak sapi. Materi penyuluhan yang disajikan adalah tentang ciri induk yang baik, sinkronisasi estrus atau menyerentakkan birahi, deteksi birahi, cara dan perkawinan yang tepat, penanganan kelahiran, penyapihan dan perkawinan kembali pasca kelahiran. Selanjutnya, dilakukan pembinaan praktis secara singkat contoh-contoh cara menentukan induk yang baik, cara perkawinan yang baik, deteksi kebuntingan dan penanganan kelahiran. Tahapan terakhir dalah melakukan evaluasi hasil kegiatan dengan cara melihat perubahan sikap yang dialami oleh para peserta penyuluhan. Hal ini dinilai dari antusiasme para peserta pada saat acara diskusi yang menggambarkan rasa ingin tahu dan daya serap terhadap materi yang telah disuluhkan. Melalui diskusi dapat dinilai bahwa para peserta memiliki keinginan untuk menerapkan tata-cara manajemen reproduksi, terutama untuk memperpendek interval kelahiran dari ternak mereka. Hasil evaluasi dapat mencerminkan adanya faktor-faktor yang mendukung dan menghambat pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini. HASIL DAN PEMBAHASAN Melalui acara diskusi dapat diketahui, bahwa sebagian besar masyarakat bermatapencaharian pada bidang pertanian, perkebunan dan peternakan, serta sebagian kecil lainnya bergerakdi bidang industri kecil, pedagang, buruh bangunan dan pegawai negeri. Sistem pemeliharaan ternak sapi di Desa Karang Bayan rata-rata bersifat semi-intensif. Sistem pemeliharaan merupakan salah satu faktor penting yang sangat menentukan keberhasilan reproduksi pada ternak. Pada pemeliharaan semi-intensif, ternak dilepas atau ditambatkan di suatu bidang lahan pada pagi hingga sore hari dan pada malam hari diikat di dalam kandang dan diberikan pakan sesuai kebutuhan (Sumadiasa et al., 2018). Sistem pemeliharaan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

110 merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan reproduksi pada ternak. Turut campur tangan peternak dalam proses reproduksi ternak, sehingga jarak beranak pada ternak sapi cukup lama yaitu berkisar 1,5 sampai 2 tahun. Oleh karena itu, melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat telah diintroduksi kepada para peternak tentang pentingnya perhatian terhadap manajemen reproduksi. Tanpa adanya reproduksi tidak akan ada regenerasi dan produksi ternak (Tomaszewska, 1991). Reproduksi tidak saja penting bagi kelangsungan suatu jenis atau bangsa ternak, tetapi juga penting untuk kebutuhan konsumsi manusia yang semakin bertambah. Ternak betina hanya mau menerima perkawinan dari seekor pejantan apabila dalam masa birahi, sehingga secara alamiah pola dan laju reproduksi pada ternak berlangsung lambat (Partodihardjo, 1985). Pertambahan jumlah ternak dari kelahiran alami (natural increasae) semakin menurun, sementara jumlah ternak yang disemblih (dikonsumsi) manusia terus meningkat. Selain itu, adanya developmental block yang bersifat genetis dapat menghambat berkembangnya embrio baik secara in vivo maupun in vitro (Sumadiasa dan Yuliani, 2006). Oleh karena itu, perlu suatu upaya untuk meningkatkan jumlah dan kualitas produksi ternak dengan menerapkan manajemen reproduksi yang benar guna mempersingkat jarak beranak. Keberhasilan reproduksi merupakan indikator produktivitas seekor ternak. Hal-hal yang perlu diketahui dalam pengaruhnya terhadap kemampuan reproduksi adalah umur dewasa kelamin atau pubertas, siklus hormonal, umur perkawinan pertama, service per conception (S/C), lama bunting, umur beranak pertama, bobot lahir, estrus post-partum, days open dan jarak beranak (calving interval). Umur pubertas merupakan salah satu faktor yang dapat memberikan informasi tentang kesehatan dan pertumbuhan normal dari seekor ternak. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pubertas pada ternak adalah bangsa, pakan, daerah tempat pemeliharaan, kesehatan, lingkungan sosial dan tatalaksana pemeliharaan. Pada sapi Bali, umur pubertas terjadi 16,80 ± 1,73 bulan pada yang jantan dan 20,45 ± 2,81 bulan pada betina (Bakhtiar et al., 2015). Siklus estrus adalah jarak waktu munculnya estrus yang satu dengan estrus berikutnya. Siklus estrus yang normal menandakan bahwa ternak betina memiliki organ, saluran dan hormon reproduksi yang normal. Penundaan terhadap siklus estrus dapat berdampak pada tertundanya atau tidak terjadinya perkawinan, kebuntingan dan kelahiran anak. Hal ini berarti terjadi kegagalan reproduksi yang menyebabkan banyak kerugian dari segi waktu, tenaga dan biaya pemeliharaan. Pada ternak sapi, siklus estrus terjadi hari dengan rata-rata 21 hari (Siswanto et al. (2013). Umur perkawinan pertama sangat penting untuk memulai atau awal produksi dari seekor ternak. Perkawinan pertama pada sapi betina dapat dilakukan pada munculnya birahi yang ketiga, dimana ternak betina dinyatakan telah mencapai dewasa tubuh untuk siap menerima dan menjaga kebuntingan, serta menjalani proses kelahiran normal. Pada sapi Bali perkawinan pertama dilakukan rata-rata pada umur 20,15 ± 4,45 bulan dengan service per conception (S/C) yaitu jumlah layanan perkawinan (konsepsi) untuk memperoleh satu kebuntingan sebesar 1,79 ± 1,03 (Haryanto et al., 2015); 23,80 ± 2,25 (Bakhtiar et al., 2015). Hal ini menggambarkan tingkat kesuburan sel telur dari betina mapun spermaozoa pejantan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

111 yang mengawini, dimana sekitar 48% betina memiliki S/C sebesar 1 dan 33% dengan S/C sebesar 2 (Lubis dan Sitepu, 1998), dan S/s yang normal rata-rata 1,3 dengan kisaran 1,6 2,1. Menurut Gunawan et al. (2017), S/C pada sapi Bali di Techno Park Banyumulek, NTB adalah 1,39 1,46 dengan conception rate (CR) atau persentase sapi yang berhasil bunting pada IB ke-1 sebesar 66,09 6,80%. Menurut Siswanto et al. (2013), S/C sebesar 1,65 ± 0,87 pada sapi Bali di Instalasi Pembibitan Pulukan, Bali, sedangkan di Jayapura sebesar 1,49 2 (Koibur, 2005). Sapi Bali yang ada di Kecamatan Pemayung, Batanghari memiliki nilai CR 45 48,88% (Hoesni, 2015). Lama bunting hari, terbanyak hari (49,3%); hari (38,6%) Lubis dan Sitepu (1998); 74,14 79,33% dengan calving rate sebesar 70,27 76,28% (Koibur, 2005). Lama bunting sapi-sapi di Aceh adalah ± 279 hari hari untuk anak jantan dan 274 hari untuk anak betina (Bakhtiar et al., 2015). Umur beranak pertama sapi Bali adalah 1104,61 ± 23,82 hari (Siswanto et al., 2013). Bobot lahir anak sebesar 18,4 ± 1,6 kg dengan kisaran pada pedet jantan antara 10,5 22 kg atau rata-rata 18,9±1,4 kg dan pedet betina antara kg atau rata-rata 17,9 ± 1,6 kg (Prasojo et al., 2010). Ternak sapi betina akan mengalami estrus post-partum (estrus setelah lahir ) atau postpartum ovarian activity antara hari atau hari sebesar 18,6%; hari (26,6%) dan hari (21,3%). Frekuensi yang tinggi yaitu 54,5% pada kisaran hari (Lubis dan Sitepu, 1998). Sementara menurut Haryanto et al. (2015), birahi pertama setelah melahirkan rata-rata 57,86 ± 55,23 hari dengan perkawinan postpartum rata-rata 66,44 ± 59,03 hari pada sapi Bali di Pringsewu; 127 ± 33,13 sapi di Aceh (Bakhtiar et al., 2015). Jarak beranak (calving interval = CI) pada ternak sapi rata-rata 350,46 ± 27,98 hari (Siswanto et al., 2013), dimana hal ini erat kaitannya dengan kondisi ternak, tatalaksana pcinelillaman dan waktu serta teknik perkawinan. Kisaran CI antara hari dengan frekuensi terbesar antara hari (26,68%), diikuti hari (21,38%) dan hari (18,68%) (Lubis dan Sitepu, 1998). Days open (DO) atau hari-hari kosong (periode hari sejak ternak melahirkan hingga bunting kembali) sangat menentukan angka CI ternak pada masing-masing sistem pemeliharaan. Pada pemeliharaan ekstensif tidak terjadi atau kurang adanya campur tangan manusia pada reproduksi, sehingga kemungkinan DO akan lebih panjang dibadingkan pada pemeliharaan semi-intensif. Periode DO pada sapi Bali berkisar 106 ± 25,01 130,24 ± 38,31 (Supriyantono et al., 2008). Secara umum sistem pemeliharaan terkait dengan pakan, kesehatan, keamanan fisik, psikis dan keselamatan ternak serta sisi reproduksinya. Masalah manajemen reproduksi merupakan kekurangan pada pemeliharaan ternak sapi di desa ini. Hal ini disebabkan kurangnya pengetahuan dan banyaknya aktivitas mencari nafkah sehingga para peternak memelihara ternak dengan apa seadanya. Meski telah mengikuti progran inseminasi buatan (IB) untuk meningkatkan mutu dan jumlah produksi ternak sapi, tetapi umumnya peternak tidak melakukan manajemen reproduksi dengan baik terutama penyapihan anak sapi secara terencana. Akibatnya adalah jarak kelahiran anak sapi menjadi lama, yaitu berkisar 1,5 sampai 2 tahun. Tanpa disadari oleh peternak, bahwa telah terjadi banyak kerugian dari sisi waktu, biaya dan tenaga untuk pemeliharaan, tetapi anak yang dihasilkan per fase reproduktif sangat sedikit. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

112 Fase reproduktif dari induk sapi berkisar 5 sampai 6 tahun yaitu mulai umur 2 sampai 8 tahun dan setelah itu reproduktivitasnya menurun. Apabila pada fase reproduktif ini tidak dimanfaatkan dengan baik, maka akan terjadi in-efisiensi. Keadaan ini juga terkait paradigma dimana memelihara ternak hanya sebagai pekerjaan sampingan atau tabungan. Oleh karena itu, perlu dilakukan efisiensi dengan menerapkan manajemen reproduksi yang baik dan tepat di antaranya dengan mengatur penyapihan anak, induksi birahi dan perkawinan pasca lahir untuk memperpendek interval kelahiran (jarak beranak). Manajemen reproduksi merupakan salah satu faktor penting yang sangat menentukan keberhasilan reproduksi dan meningkatkan produksi ternak. Permasalahan atau kendala yang dihadapi masyarakat peternak adalah kurangnya pengetahuan dan informasi tentang bagaimana mengelola reproduksi dengan baik dan benar agar diperoleh anak yang banyak dalam waktu yang cepat. Masalah lainnya adalah kurangnya minat para genersi muda untuk beternak, sehingga pengelolaan ternak hanya dilakukan oleh para orang tua dengan pengetahuan seadanya. Memilih sapi calon induk mungkin mereka sudah biasa, tetapi bagaimana memanfaatkan ternak betina tersebut secara maksimal mereka tidak tahu. Ternak hanya dipelihara, dierikan makan dan minum seadanya setiap hari, bahkan tanpa berharap ternaknya akan dikawin dan akan menjadi banyak dari kelahiran anaknya, yang penting mereka masih punya ternak untuk tabungan yang sewaktu-waktu dapat dijual. Pada sisi lain, para orang tua juga sibuk mencari nafkah untuk keluarga, sehingga ternak mereka yang penting dapat makan dan minum untuk mempertahankan hidup. Ketika musim kemarau panjang tiba juga terjadi kesulitan mencari pakan ternak, sehingga tidak jarang ternak kekurangan pakan. Hal ini akan berdampak pada siklus reproduksi ternak, termasuk siklus birahi, perkawinan dan kelahiran. Solusi yang ditawarkan adalah penerapan manajemen reproduksi yang terintegrasi meliputi sinkronisasi estrus, deteksi birahi, perkawinan tepat waktu, manajemen induk bunting, pemeliharaan dan penyapihan pedet (anak) tepat waktu, serta induksi birahi dan perkawinan pasca kelahiran. Penerapan teknologi sinkronisasi estrus dapat membantu melakukan deteksi birahi lebih tepat, sehingga perkawinan dapat dilakukan tepat waktu untuk mengasilkan angka kebuntingan. Sinkronisaasi estrus juga dapat digunakan mengatur perkawinan untuk memperpendek jarak beranak dari dua periode bernak yang berurutan (Sumadiasa et al., 2004). Setelah masyarakat mengetahui dan memahami tentang manajemen reproduksi ini, diharapkan akan terjadi pengaturan yang baik terhadap sistem reproduksi ternak mereka. Pada gilirannya, jumlah anak yang diperoleh dalam periode reproduktif akan maksimal, efisiensi reproduksi meningkat, menghemat waktu, biaya dan tenaga, serta meningkatkan pendapatan per satu satuan waktu dan per satuan unit ternak. Target luaran yang akan dihasilkan adalah publikasi ilmiah di jurnal Abdi Insani Unram, peningkatan pemahaman dan ketrampilan mitra dan brosur hasil pengabdian yang dapat dimanfaatkan oleh mahasiswa dan peternak. Selain itu, akan meningkatkan populasi, produksi, pendapatan dan kesejahteraan peternak. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

113 Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN 1. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini cukup positif karena dapat menambah ilmu dan pengetahuan masyarakat tentang manajemen reproduksi untuk mempercepat interval kelahiran pada ternak sapi. 2. Manajemen reproduksi untuk memperpendek jarak kelahiran pada ternak sapi berpotensi untuk diterapkan setelah masyarakat mengikuti kegiatan penyuluhan ini. Saran 1. Diperlukan pembinaan yang terus-menerus kepada masyarakat peternak agar dapat melaksanakan manajemen reproduksi dengan baik dan benar. 2. Perlu penerapan manajemen reproduksi yang terintegrasi mulai dari sinkronisasi estrus hingga perkawinan pasca kelahiran. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Mataram dan Ketua Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat yang telah memberi dukungan finansial untuk kegiatan pengabdian ini. DAFTAR PUSTAKA Bakhtiar, Yusmadi dan Jamaliah, Kajian performans reproduksi sapi Aceh sebagai informasi dasar dalam pelestarian plasma nutfah genetik ternak local. Jurnal Ilmiah Peternakan, 3(2) : BPS Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin di Kecamatan Lingsar. Badan Pusat Statistik Kabupaten Lomok Barat Gunawan M., E.M. Kaiin dan R. Ridwan, Peningkatan produktivitas sapi Bali melalui inseminasi buatan dengan sperma sexing di Techno Park Banyumulek, Nusa Tenggara Barat. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, 3(2) : Haryanto D., M. Hartono dan S. Suharyati, Beberapa faktor yang memengaruhi service per conception pada sapi Bali di Kabupaten Pringsewu. Jurnal Ilmiah Peternakan Terpadu, 3(3) : Hoesni F., Pengaruh keberhasilan inseminasi buatan (ib) antara sapi Bali dara dengan sapi Bali yang pernah beranak di Kecamatan Pemayung Kabupaten Batanghari. Jurnal Ilmiah Universitas Batanghari, Jambi, 15(4) : Koibur J.F., Evaluasi tingkat keberiiasilan pelaksanaan program inseminasi buatan pada sapi bali di kabtjpaten jayapura. Buletin Peternakan, 29 (3) : Lubis A.M. dan P. Sitepu, Performans reproduksi sapi bali dan potensinya sebagai Breeding stock di Kecamatan Lampung Utara. Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner Balai Penelitian Temak, Bogor. Partodihardjo, S., Fisiologi Reproduksi Ternak. Penerbit Mutira, Jakarta. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

114 Prasojo G., I. Arifiantini dan K. Mohamad, Korelasi Antara Lama Kebuntingan, Bobot Lahir dan Jenis Kelamin Pedet Hasil Inseminasi Buatan pada Sapi Bali. Jurnal Veteriner, 11(1) : Siswanto M., N.W. Patmawati, N.N. Trinayani, IN. Wandia dan IK. Puja, Penampilan Reproduksi Sapi Bali pada Peternakan Intensif di Instalasi Pembibitan Pulukan. Jurnal Ilmu dan Kesehatan Hewan, 1(1) : Sumadiasa IW.L., O. Januarianto dan HY. Lukman, Penerapan teknologi inseminasi buatan untuk meningkatkan mutu genetik kambing lokal dengan spermatozoa kambing peranakan Etawah (PE). Kerjasama Fakultas Peternakan Unram dengan Dinas Peternakan Kabupaten Sampang, Madura-Jawa Timur. Sumadiasa IWL. dan E. Yuliani, Kinerja jaringan maternal dan agen krioprotektan terhadap ekspresi protein spesifik embrio kambing hasil seksing sebagai sinyal kebuntingan dini. Laporan Penelitian. Unit Pelayanan Teknis Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (UPT-MIPA) Universitas Mataram. Sumadiasa IW.L., A. Aziz, I.P. Mantika, Burhan dan D. Supriadin, Performans reproduksi ternak sapi pada pemeliharaan ekstensif dan semi-intensif di Kecamatan Bolo kabupaten Bima. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Mataram. Supriyantono A., L. Hakim, Suyadi dan Ismudiono, Performansi sapi Bali pada tiga daerah di Provinsi Bali. Berk. Penel. Hayati, (13) : Tomaszewska M.W.; I K. Sutama; I G. Putu dan T.D. Chaniago, Reproduksi tingkah laku dan produksi ternak di Indonesia. P.T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Winarso B., Pengembangan ternak sapi potong dalam mendukung program pengembangan swasembada daging di Nusa Tenggara Barat. Pusat anaisis sosial ekonomi dan kebijakan pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. ICASEPS Working Paper No. 98. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

115 Sosialisasi dan Pelatihan Pemanfaatan Aplikasi E-Zakat untuk Pembayaran Zakat secara Online pada Staf Pengajar dan Pegawai di TK/PAUD Rinjani Universitas Mataram Indria Puspitasari Lenap, Elin Erlina Sasanti, Nina Karina Karim, Nungki Kartika Sari Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mataram, Indonesia Kata Kunci: Sosialisasi, Pelatihan, Aplikasi e-zakat, Pembayaran Zakat Online Abstrak: Zakat online adalah mekanisme pembayaran zakat yang dilakukan secara online seperti ATM, internet, website dan zakat provider yang memudahkan muzakki untuk menyalurkan zakatnya. Kegiatan ini bertujuan untuk memberikan edukasi dalam pemanfaatan aplikasi e-zakat dalam bentuk sosialisasi dan pelatihan sehingga mendorong pegawai dan staf pengajar di lingkungan TK/PAUD Rinjani Universitas Mataram untuk memanfaatkan e-zakat sebagai cara praktis dalam membayar zakat melalui sistem online, khususnya zakat penghasilan mereka, karena penggunaan media online jelas memberi kemudahan dari segi waktu dan biaya. Kegiatan sosialisasi dimulai dengan pencarian informasi tentang pengetahuan peserta akan sistem pembayaran zakat menggunakan aplikasi e-zakat. Hasil menunjukkan bahwa belum ada satupun dari peserta yang pernah memanfaatkan aplikasi e-zakat dalam membayar zakatnya.kegiatan pelatihan yang dilakukan mencakup penjelasan tentang zakat dan simulasi pembayaran zakat online melalui BAZNAS dan LAZISMU. Selain itu, diajarkan juga bagaimana cara menghitung zakat khususnya zakat penghasilan baik secara manual maupun dengan memanfaatkan menu kalkulator zakat pada aplikasi yang tersedia. Secara umum, tidak ditemukan masalah yang berarti dalam pengoperasian aplikasi.hal ini dikarenakan peserta sudah memiliki pengalaman dan pengetahuan memadai dalam pengoperasian sistem maupun aplikasi online.begitupun dengan perhitungan zakat, peserta sudah paham dengan cara perhitungan zakat menggunakan kalkulator zakat. Kemudahan akses dan pengetahuan peserta tentang langkah pembayaran zakat membuat proses menjadi lebih mudah. Kepastian pembayaran juga diperkuat dengan adanya kiriman konfirmasi secara otomatis baik berupa maupun sms dari lembaga ataupun organisasi pengelola zakat yang dijadikan sebagai media pembayaran zakat secara online. Korespondensi: PENDAHULUAN Zakat merupakan salah satu pilar dalam Islam yang hukumnya wajib bagi setiap muslim dan pembayarannya sesuai dengan ketentuan hukum syara.seluruh umat Islam tentunya sudah paham benar atas kewajiban membayar zakat. Data penghimpunan dan penyaluran zakat di provinsi Nusa Tenggara Barat selama tahun 2014 sampai dengan 2017 menunjukkan kenaikan setiap tahunnya. Di mana, pada tahun 2014 jumlah zakat terkumpul sebesar 4.8 miliar rupiah dan meningkat tajam di tahun 2017 menjadi 16.1 miliar rupiah. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

116 Sejalan dengan itu, penyaluran zakat di tahun 2014 sebesar 4.1 miliar rupiah dan di tahun 2017 menjadi 16.7 miliar rupiah. Hal ini tentunya menjadi prestasi tersendiri bagi BAZNAS NTB. Tabel 1.1. Data laporan penghimpunan dan penyaluran zakat BAZNAS NTB tahun Tahun Jumlah dana tersalurkan (dalam jutaan rupiah) Jumlah dana terkumpul (dalam jutaan rupiah) Dalam prakteknya, sebagian besar masyarakat melakukan pembayaran zakat dengan cara tradisional, tidak terkecuali para pegawai dan staf pengajar di TK/PAUD Rinjani Universitas Mataram. Pada kenyataannya, terdapat beberapa kelemahan dari cara menyerahkan zakat langsung kepada mustahiq yaitu, kegunaan zakat terbatas hanya untuk tujuan pemenuhan kebutuhan pokok konsumtif, pembayaran zakat oleh muzakki kurang terukur, dan kemungkinan tidak tuntas. Sebaliknya bagi mustahik, penggunaan atau pemakaiannya juga tidak terarah, karena jumlah zakat yang diterima tidak tentu setiap waktunya (Yuskar, 2013). Dari sisi keamanan, akan lebih riskan mengantarkan sejumlah uang untuk disetorkan kepada lembaga zakat. Untuk itu, akan lebih aman dan menghemat waktu serta biaya jika muzakki melakukan pembayaran secara online. Zakat online adalah mekanisme pembayaran zakat yang dilakukan secara online seperti ATM, internet, website dan zakat provider yang memudahkan muzakki untuk menyalurkan zakatnya. Di mana, cara penyerahan zakat tidak lagi melalui akad penyerahan (Aenimustafa, 2019). Akan tetapi, perlu menjadi perhatian bagi muslim yang ingin membayar zakat secara daring atau online adalah memilih lembaga amil zakat yang terpercaya. Hal yang patut dilakukan oleh jika melakukan pembayaran secara online adalah melakukan konfirmasi ke lembaga amil zakat yang bersangkutan dan disertai dengan konfirmasi dalam bentuk pernyataan secara tertulis setelah membayar zakat ke rekening yang telah ditentukan oleh lembaga amil zakat.konfirmasi ini dimaksudkan untuk memudahkan amil mendistribusikan zakat kepada mereka yang berhak menerima zakat ( Pemanfaatan aplikasi digital sebagai media membayar zakat masih kurang populer di masyarakat termasuk bagi para pegawai dan staf pengajar di TK/PAUD Rinjani Universitas Mataram, padahal penggunaan media online jelas memberi kemudahan dari segi waktu dan biaya.karena, tidak dapat dipungkiri bahwa dengan segala kesibukan dan aktivitas pekerjaan, masyarakat tentunya kurang memperhatikan masalah pembayaran zakat.terlebih lagi, banyak masyarakat yang masih belum paham tentang bagaimana menghitung dan ke mana mereka menyalurkan zakatnya.termasuk para pegawai dan staf pengajar di TK/PAUD Rinjani Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

117 Universitas Mataram.Untuk itu, perlu dilakukan sosialisasi aplikasi e-zakat disertai dengan praktek penggunaannya. Saat ini, cukup banyak aplikasi zakat yang bisa digunakan untuk membayar zakat secara online. Oleh karena itu, tim pengabdian berinisiatif untuk mendorong masyarakat untuk memanfaatkan aplikasi e-zakat dan mengajarkan simulasi perhitungan dan pembayaran zakat yang tersedia pada aplikasi e-zakat. Mengingat, hampir seluruh lapisan masyarakat sudah familiar dengan gadget sehingga tidak begitu sulit bagi mereka untuk menggunakan aplikasi online. Dengan diadakannya sosialisasi aplikasi e-zakat dan praktek penggunaannya, diharapkan para pegawai dan staf pengajar di TK/PAUD Rinjani Universitas Mataram dapat langsung menerapkan cara pembayaran zakat online dalam menyalurkan zakat. Lebih dari itu, mereka dapat mengajak kerabat dan lingkungannya untuk dapat menggunakan aplikasi e-zakat METODE KEGIATAN Metode dan pendekatan yang digunakan untuk mencapai kompetensi sosialisasi dan pelatihan adalah metode partisipatif berbasis teknologi informasi dengan pendekatan andragogi.pendekatan ini merupakan pendekatan pembelajaran untuk orang dewasa.komponen pembelajaran ini mencakup dua hal yaitu penyampaian materi secara searah (ceramah dan tutorial) sebesar 50% dan sesi praktik sebesar 50%. Adapun tahapan dan materi pelaksanaan kegiatan pengabdian ini dilakukan dengan metode ceramah, tutorial, praktik dan diskusi dengan langkah-langkah berikut ini : 1. Metode ceramah Peserta diberikan pengetahuan dan pemahaman melalui presentasi oleh pemateri serta motivasi agar memiliki kemauan untuk menggunakan aplikasi e-zakat dalam membayar zakat.metode ini dilakukan selama 1/2 jam. 2. Metode tutorial Peserta diberikan handbook yang berisi langkah-langkah perhitungan dan pembayaran zakat, serta diberikan pengarahan dan simulasi menggunakan aplikasi e-zakat dalam membayar zakat. Metode ini dilakukan selama 1/2 jam. 3. Sesi praktik Peserta mempraktikkan aplikasi e-zakat untuk menghitung dan membayar zakatnya sendiri.metode ini dilakukan selama 1 jam. 4. Metode diskusi Peserta diberikan kesempatan untuk mendiskusikan masalah yang dihadapi berkaitan dengan kesulitan dalam aspek pengoperasian aplikasi dan perhitungan zakat.metode ini dilakukan selama 1 jam. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk memberikan edukasi dalam pemanfaatan aplikasi e-zakat dalam bentuk sosialisasi dan pelatihan sehingga dapat mendorong para Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

118 pegawai dan staf pengajar di lingkungan TK/PAUD Rinjani Universitas Mataram untuk memanfaatkan aplikasi e-zakat sebagai cara praktis dalam membayar zakat melalui sistem online, khususnya zakat penghasilan mereka. Pembayaran zakat secara online tidaklah bertentangan dengan syariat Islam. Syaikh Yusuf Al-Qardhawi menyatakan bahwa seorang pemberi zakat tidak harus menyatakan secara langsung kepada mustahik bahwa dana yang diberikan adalah zakat. Selain itu, jika seorang pemberi zakat tidak menyatakan kepada penerima zakat bahwa yang ia berikan adalah zakat, maka zakatnya tetap sah. Dengan demikian, jika pemberi zakat menyalurkan zakat secara daring atau online melalui lembaga amil zakat terpercaya maka sah dan diperbolehkan hukumnya dalam Islam. Materi disampaikan mulai dari dari sesi ceramah yang berisi sosialisasi tentang zakat dan sistem pembayaran zakat online.sesi sosialisasi ini dimulai dengan pencarian informasi tentang pengetahuan peserta akan sistem pembayaran zakat menggunakan aplikasi e-zakat. Dari informasi yang diperoleh, diambil kesimpulan bahwa seluruh peserta belum pernah sama sekali memanfaatkan aplikasi e-zakat dalam menjalankan kewajiban zakatnya. Sistem pembayaran yang selama ini dilakukan adalah dengan mendatangi secara langsung outlet zakat yang terdapat di kantor lembaga atau organisasi pengelola zakat baik milik pemerintah maupun swasta yang tentunya akan memakan waktu dan tenaga yang lebih besar dibandingkan dengan memanfaatkan falisitas pembayaran zakat secara online. Pada sesi ini, seluruh peserta diberikan materi dalam bentuk power point yang mencakup penjelasan tentang zakat dan simulasi pembayaran zakat melalui lembaga zakat milik pemerintah yaitu BAZNAS dan organisasi pengelola zakat (OPZ) milik swasta yaitu LAZISMU.Kedua bentuk saluran pembayaran zakat secara online ini dipilih untuk memperkenalkan dan memberikan wawasan bagi peserta bahwa terdapat berbagai pilihan dalam pembayaran zakat secara online.secara khusus, BAZNAS memiliki beberapa platform yang dapat digunakan sebagai media pembayaran zakat.pertama, BAZNAS Platform, merupakan aplikasi digital pertama yang dikeluarkan oleh BAZNAS dan aplikasi ini dapat diunduh di App Store dan Google Play.Kedua, BAZNAS bekerjasama dengan berbagai aplikasi toko online besar di Indonesia.Kerjasama ini dilakukan dengan 18 e-commerce yang tentunya memiliki banyak konsumen.ketiga, melalui Social Media Platform. Gambar 1dan 2. Peserta mendengarkan penjelasan pemateri Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

119 Gambar 3. Salah satu slide mengenai zakat online Gambar 4. Sesi diskusi dan praktik Metode kedua yaitu berupa tutorial, di mana peserta diberikan materi yang berisi bagaimana cara menghitung zakat khususnya zakat penghasilan menggunakan kalkulator zakat baik secara manual maupun dengan memanfaatkan menu pada aplikasi yang tersedia, serta diberikan pengarahan dan simulasi menggunakan aplikasi e-zakat dalam membayar zakat. Simulasi dimulai dari langkah-langkah pembayaran zakat online menggunakan aplikasi BAZNAS dan berbagai media e-commerce yang bekerjasama dengan BAZNAS, dilanjutkan dengan aplikasi LAZISMU. Setelah itu, dilanjutkan dengan sesi praktik. Pada sesi ini, peserta memilih aplikasi e- zakat yang diinginkan baik melalui platform yang dimiliki BAZNAS maupun LAZISMU ataupun lembaga/organisasi pengelola zakat lain yang terpercaya untuk menghitung dan membayar zakatnya sendiri. Kemudahan akses dan pengetahuan peserta akan cara dan langkah pembayaran zakat membuat proses menjadi lebih mudah. Kepastian pembayaran juga diperkuat dengan adanya kiriman konfirmasi secara otomatis baik berupa maupun sms dari lembaga ataupun organisasi pengelola zakat yang dijadikan sebagai media pembayaran zakat secara online. Sesi terakhir yaitu diskusi, di mana para peserta diberikan kesempatan untuk mendiskusikan masalah yang dihadapi berkaitan dengan kesulitan dalam aspek pengoperasian aplikasi dan perhitungan zakat.namun dari pengamatan secara umum, tidak ditemukan masalah yang berarti dalam pengoperasian aplikasi.hal ini dikarenakan, para peserta sudah memiliki pengalaman dan pengetahuan memadai dalam pengoperasian sistem maupun aplikasi online.begitupun dengan perhitungan zakat, para peserta sudah paham dengan cara perhitungan zakat menggunakan kalkulator zakat karena sudah disosialisasikan pada sesi sebelumnya. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Seluruh peserta sosialisasi dan pelatihan belum pernah sama sekali memanfaatkan aplikasi e-zakat dalam menjalankan kewajiban zakatnya. Sistem pembayaran yang selama ini dilakukan adalah dengan mendatangi secara langsung outlet zakat yang terdapat di kantor lembaga atau organisasi pengelola zakat baik milik pemerintah maupun swasta. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

120 2. Sosialisasi dan simulasi di arahkan pada proses dan langkah-langkah pembayaran zakat melalui aplikasi e-zakat beserta kalkulator zakat melalui lembaga zakat milik pemerintah yaitu BAZNAS dan organisasi pengelola zakat (OPZ) milik swasta yaitu LAZISMU. Kedua bentuk saluran pembayaran zakat secara online ini dipilih untuk memperkenalkan dan memberikan wawasan bagi peserta bahwa terdapat berbagai pilihan dalam pembayaran zakat secara online. 3. Tidak ditemukan masalah yang berarti dalam hal aspek pengoperasian aplikasi. Kemudahan akses dan pengetahuan peserta akan cara dan langkah pembayaran zakat membuat proses menjadi lebih mudah. Kepastian pembayaran juga diperkuat dengan adanya kiriman konfirmasi secara otomatis baik berupa maupun sms dari lembaga ataupun organisasi pengelola zakat yang dijadikan sebagai media pembayaran zakat secara online. Saran Lembaga dan organisasi pengelola zakat baik milik pemerintah seperti BAZNAS maupun swasta seperti LAZISMU harus berinisiatif untuk lebih giat dalam menyelesaikan permasalahan minimnya pengetahuan tentang pembayaran zakat melalui aplikasi e-zakat melalui berbagai kegiatan sosialisasi dan pelatihan yang diadakan bagi seluruh lapisan masyarakat dalam rangka menyerap seluruh potensi zakat yang ada di masyarakat. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Mataram yang telah memberi dukungan financial terhadap pengabdian ini. Serta, kepada Pembina, Kepala Sekolah, Staf Pengajar dan Pegawai TK/PAUD Rinjani Universitas Mataram atas perkenannya mengijinkan tim kami untuk melaksanakan pengabdian. DAFTAR PUSTAKA Aenimustafa. L Manajemen PKPU (IZI) Dalam Pengelolaan Zakat Online. Putra, R.J.E., N. Nasution., Yummastian Aplikasi E-Zakat Penerimaan dan Penyaluran Menggunakan Fuzzy C Means (Studi Kasus : LAZISMU Pekanbaru). Jurnal Teknologi Informasi & Komunikasi Digital Zone, Volume 6, Nomor 2, November 2015: Yuskar Kajian Efektivitas Pengelolaan Zakat sebagai Suatu Usaha untuk Pemberdayaan Masyarakat dan Pengentasan Kemiskinan di Kota Padang.Jurnal Kajian Akuntansi dan Auditing Vol. 8, No 1, April www. baznas.go.id www. baznasntb.or.id Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

121 Analisis Informasi Ekonomi dan Penggunaan Teknologi Informasi Pada Industri Kreatif di Jawa, Bali Dan Nusra I Made Endra Kartika Yudha*, Ida Bagus Putu Purbadharmaja Faculty Of Economics and Business, Udayana University, Jimbaran, Badung, Indonesia Kata Kunci: ketidakpastian lingkungan, akuntabilitas, tekanan eksternal, pengendalian internal, dan komitmen manajemen Abstrak: Informasi dan cara mengakses informasi merupakan hal peting dalam menentukan keputusan ekonomi. Kepemilikan informasi keuangan seperti laporan keuangan dalam sebuah perusahaan akan memberikan pengaruh terhadap pembuatan keputusan dan kemampuan perusahaan dalam mendapatkan modal usaha. Semakin baik kualitas informasi keuangan dan ekonomi dari sebuah perusahaan maka dipastikan perkembangan perusahaan tersebut akan semakin baik. Apabila informasi keuangan dan ekonomi tidak lengkap maka akan terjadi masalah yang disebut asymetric information. Informasi yang tidak sempurna akan menyebabkan kesulitan bagi pemerintah untuk menentukan arah kebijakan khususnya dalam membuat kebijakan untuk mendukung perkembangan industri kreatif di Indonesia. Industri kreatif harus dikelola secara baik dan memiliki manajemen keuangan yang lengkap. Apabila perusahaan dan pelaku dalam industri kreatif tidak memiliki informasi yang sempurna maka tentu akan menyulitkan investor untuk menanamkan modalnya. Selain itu penggunaan teknologi informasi seperti internet akan menentukan kualitas informasi bagi pelaku dan perusahaan dalam industri kreatif dan konsumen barang hasil produksi dari industri kreatif. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik informasi laporan keuangan dan penggunaan teknologi informasi berupa internet dari setiap provinsi di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Data yang digunakan adalah data time series yang berasal dari Badan Ekonomi Kreatif Indonesia Tahun Data tersebut antara lain adalah data mengenai kepemilikan laporan keuangan dan data penggunaan internet oleh pelaku industri kreatif di setiap Provinsi Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Daerah Istimewa Jogjakarta memiliki karakteristik yang mirip dengan memiliki kualitas penggunaan internet yang baik dan kepemilikan laporan keuangan yang baik dibandingkan daerah lain, sehingga industri kreatif di daerah ini memiliki kinerja yang baik dalam mengakses pasar dan memiliki manajemen keuangan yang baik serta minim masalah adverse selection dan moral hazard. Korespondensi: PENDAHULUAN Informasi adalah representasi dari pengetahuan, informasi juga merupakan data di dalam lingkungan yang diperoleh dari jarak sebuah rangsangan lingkungan dan fenomena, selain itu informasi juga bagian dari proses komunikasi yang berisi mengenai huruf dan data, informasi juga merupakan sumber atau komoditas (Madden, 2000). Informasi digunakan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

122 dalam setiap lini kehidupan sebagai alat untuk membuat keputuan yang tepat. Kebutuhan akan informasi sangat tinggi untuk menentukan keputusan keputusan yang menghasilkan hasil yang efesien dan efektif. Informasi yang tidak sempurna akan menghasilkan kesalahan dalam pembuatan kebijakan atau kesalahan dalam menentukan pilihan sehingga menyebabkan kerugian yang dapat dialami baik itu pemerintah, perusahaan, dan konsumen. Informasi lengkap dan sempurna yang hanya dimiliki oleh satu pihak dan pihak lain tidak memiliki informasi disebut sebagai asymetric information. Asymetric information terjadi saat satu pihak terlibat pada proses transaksi menerima informasi yang lebih dapat dipercaya atau mendapatkan informasi yang lebih dibandingkan dengan pihak lain (Nurcholisah, 2016). Asymetric information yang menyebabkan kesalahan menentukan pilihan disebut sebagai adverse selection. Asymetric information juga menyebabkan terjadinya moral hazard, ini berarti salah satu pihak misalnya principle tidak dapat mengawasi tindakan pihak lain misalnya agent, sehingga akan terjadi kerugian pada pihak principle (Furboton and Ricther, 1998). Informasi penting dalam perekonomian dan kegiatan usaha serta bisnis adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan laporan yang menggambarkan kondisi keuangan sebuah lembaga baik lembaga yang bersifat profit dan non-profit. Fungsi utama dari laporan keuangan untuk menyediakan informasi mengenai keadaan keuangan, kinerja keuangan, dan dari bisnis yang akan membantu pengguna laporan untuk membuat keputusan (Salehi et al, 2014). Laporan keuangan dalam kegiatan usaha dan bisnis juga digunakan oleh bank dan investor untuk memberikan pinjaman untuk modal usaha, dan sebagai acuan bagi investor untuk menginvestasikan uang atau modalnya di sebuah usaha atau bisnis. Aktifitas publikasi informasi dari petugas investor relations (IR) dapat menurunkan masalah adverse selection yang berasal dari informasi yang tidak sempurna antara penjual dan pembeli di dalam pasar saham (Rodrigues and Galdi, 2017). Ini menunjukkan bahwa informasi keuangan menjadi sangat penting untuk menentukan keputusan. Kepemilikan informasi keuangan menjadi sangat penting saat ini, tanpa ada informasi keuangan dalam bentuk laporan maka tentu akan berpengaruh terhadap perkembangan usaha dan bisnis. Semakin besar sebuah usaha dan bisnis, maka kepemilikan laporan keuangan adalah wajib. Namun masih banyak juga usaha dan bisnis di dalam industri yang belum memiliki laporan keuangan. Ini berdampak kepada perkembangan industri tersebut. Semakin lengkap dan sempurna sebuah laporan keuangan, maka ini akan semakin baik bagi lembaga seperti bank dan non serta para investor yang akan memberikan dananya untuk dikelola oleh sebuah usaha dan bisnis. Asymetric information dalam perbankan dapat menyebabkan terjadinya adverse selection. Pada penelitian yang dilakukan oleh Crawford et al (2018), ditemukan bukti bahwa peningkatan masalah adverse selection akan menyebabkan peningkatan bunga dan standar serta menurunkan penawaran kredit. Penurunan penawaran kredit dari bank tentu akan memberikan dampak buruk terhadap perekonomian khsusunya pada sebuah industri. Informasi keuanga yang tidak lengkap dan tidak sempurna akan menyebabkan pihak bank atau investor akan kesulitan menentukan kebutuhan modal dan dana yang dibutukan untuk membuat sebuah usaha dan bisnis dapat tumbuh dengan baik. Informasi keuangan yang baik Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

123 akan memberikan gambaran kepada pihak bank atau investor mengenai keberlangsungan bisnis atau sebuah usaha di dalam industri di masa yang akan datang. Sehingga hal ini menjadi sangat penting dan urgent untuk mengembangkan sebuah industri khususnya seperti industri kreatif. Perkembangan penyebaran informasi telah semakin cepat dibandingkan beberapa dekade yang lalu. Informasi dapat tersebar dengan sangat cepat melalui teknologi informasi berupa internet. Teknologi informasi berupa internet telah menjadi sarana untuk memberikan dan mengakses informasi yang terkait dengan berbagai aspek kehidupan. Terdapat hubungan yang jelas antara kematangan ekosistem internt dan peningkatan standar hidup, bahwa kematangan internet pengalaman dari negara maju selama 15 tahun terakhir memiliki hubungan yang sangat kuat dengan peningkatan PDB dengan rata-rata $500 sepanjang periode ini, bila dibandingkan dengan masa revolusi industri, perlu 50 tahun untuk mencapai hasil yang sama di masa sama dengan pencapaian yang diakibatkan oleh internet (Maynika dan Roxburg, 2011). Penggunaan internet telah memberikan dampak positif terutama pertumbuhan bisnis dan berbagai jenis usaha. Menurut Apăvăloaie (2004) bahwa internet telah merubah berbagai aspek kehidupan, namun lingkungan bisnis yang paling dipengaruhi dari perubahan dan perubahan yang signifikan, dimana e-busines menjadi area didalam kekuatan dari teknologi informasi tradisional yang terintergrasi dengan internet dan juga bekerja dengan visi bisnis yang baru. Hal ini menyebablan internet sudah menjadi kebutuhan primer dan tentu menjadi faktor penting dalam pengembangan usaha kecil dan menengah dalam industri termasuk dalam industri kreatif. Internet dapat menyebabkan small and medium enterprises (SMEs) menghasilkan keuntungan dari internet dengan perusahaan memotong biaya dan meningkatkan keuntungan dari peningkatan dalam komunikasi dan mengakses informasi serta serta pemasaran (Guerriero, 2015). Internet dapat membuat SMEs merasakan dunia tanpa batas, dimana SMEs dapat berkompetisi dengan perusahaan multinasional dengan mengakses pasar yang berada di luar jangkuan (Dean et al, 2012). Perkembangan dalam penggunaan internet tidak berarti seluruh pelaku dalam industri dapat menggunakannya dengan baik dan maksimal, namun disisi lain masih banyak juga pelaku industri khususnya dalam industri kreatif tidak mempunyai kemampuan untuk mengakses dan menggunakan internet dengan baik. Untuk itu perlu diketahui menganai karakteristik industri kreatif di Jawa, Bali dan Nusra berdasarkan kepemilikan laporan keuangan dan penggunaan internet. Sehingga diketahui bahwa daerah mana yang memiliki kondisi karakteristik dengan kepemilikan laporan keuangan paling sedikit dan penggunaan internet terendah. Sehingga dapat dibuat kebijakan untuk meningkatkan kualitas tersebut, dan dapat diketahui juga daerah mana yang memiliki kinerja tinggi dan sudah memiliki manajemen keuangan yang rapi dan baik terukur dari kepemilikan laporan keuangan. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

124 METODE KEGIATAN Pada penelitian ini menggunakan data rasio penggunaan internet dan kepemilikan laporan keuangan terhadap total pelaku industri di setiap provinsi di Jawa, Bali dan Nusra pada tahun 2016, data bersumber dari Badan Ekonomi Kreatif Indonesia. Pada penelitian untuk menjelaskan karakteristik dari masing-masing daerah maka digunakan alat analisis multidimensional scaling (MDS). multidimensional scaling (MDS) merupakan model yang berhubungan dengan variasi dari model geometri yang mendefinisikan dari hubungan alami dari representasi spasial dan teknik yang berbeda untuk mencocokan beberapa model dari data, pada teknik MDS objek yang mirip akan didekatkan pada peta multidimensi ruang yang sama, semakin dekat objek tersebut dengan objek lain pada satu peta dimensi maka semakin mirp antara satu objek dengan objek lain (Weinberg, 1991). Ini berarti model ini berusa untuk mencari atau mengkelompokkan objek dengan karakteristik yang sama dalam satu ruang multidimensi. Model MDS yang baik adalah model yang memiliki nilai STRESS dibawah 2,5. Apabila nilai STRESS dibawah 2,5 maka model tersebut menunjukkan hubungan monoton yang terbentuk antara ketidaksamaan dengan jarak antara pasangan objek menjadi ukuran baru semakin baik dan kriteria peta persepsi yang terbentuk berarti sempurna, sehingga model layak digunakan (Putri et al, 2018). Alat analisis ini akan membagi setiap karakteristiknya dengan 4 kuardaran. Kuardran pertama (K.I) adalah daerah yang rasio kepemilikan dan rasio penggunaan internetnya sangat rendah dan kepemilikan laporan keuangan yang rendah. Kuardaran kedua (K.II) adalah daerah yang memiliki rasio kepemilikan laporan keuangan yang tinggi namun rasio penggunaan internetnya cukup rendah. Kuardran ketiga (K.III) adalah daerah yang memiliki penggunaan rasio internet yang tinggi namun memiliki rasio kepemilikan laporan keuangan yang rendah. Kuardran empat (K.IV) adalah daerah yang memiliki kepemilikan rasio keuangan yang tinggi dan penggunaan internet yang tinggi pula. Rasio keempat merupakan rasio yang utama dalam penelitian ini HASIL DAN PEMBAHASAN Kepemilikan laporan keuangan adalah gambaran kualitas mengenai kepemilikan informasi pada industri kreatif di Jawa, Bali, dan Nusra. Penggunaan internet adalah gambaran kemampuan industri dalam mengakses internet untuk mendapatkan informasi dan memberikan informasi kepada pembeli dan stakeholder yang berkepentingan. Kepemilikan laporan keuangan dan pengguaan internet menjadi dua indikator sebagai karakteristik industri kreatif di Jawa, Bali dan Nusra. Untuk daerah NTT dan Jatim merupakan daerah dengan karakteristik dimana daerah ini memiliki kemiripan yang samaa dengan kecenderungan kepemilikan laporan keuangan yang relatif rendah dan penggunaan internet yang rendah. NTT dan Jatim termasuk daerah yang masuk dalam kuadran satu (K.I). Pada kuardran satu ini berarti industri pada kuardran tersebut memiliki resiko adverse selection dan moral hazard dan kinerja yang rendah untuk masuk ke dalam pasar baru karena jumlah penggunaan internet paling sedikit dibandingkan daerah lain. Untuk Jawa Tengah, Banten, dan NTB merupakan provinsi yang memiliki karateristik yang sama berada di dalam kuardran II (K.II). Banten merupakan daerah yang memiliki laporan keuangan yang paling tinggi dibandingkan seluruh provinsi di Jawa, Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

125 Bali, dan Nusra. Ini berarti Banten memiliki resiko terjadinya moral hazard dan adverse selection yang terendah dibandingkan daerah lain, namun memiliki kelemahan berupa kekurangan penggunaan internet pada industri kreatifnya sehingga memiliki kekurangan kemampuan untuk mengakses pasar yang lebih luas dan meningkatkan ketungan. Berikut merupakan peta karakteristik industri kreatif pada masing-masing daerah. Kepemilikan Laporan Keuangan K.II K.I K.IV K.III Penggunaan Internet Gambar 1. Karakteristik Industri Kreatif pada Masing-masing Provinsi di Jawa, Bali, dan Nusra Bali merupakan wilayah yang masuk ke dalam kuardran 3. Pada kuardran ketiga (K.III), Provinsi Bali cenderung memiliki industri yang menggunakan internet lebih banyak dibandingkan Provinsi pada kuardran 1 dan 2. Namun Provinsi Bali memiliki karakeristik industri kreatif yang memiliki penggunaan internet yang tinggi namun disisi lain, jumlah laporan keuangan yang lebih sedikit dibandingkan provinsi di kuardran 2. Ini berarti pada Industri kreatif di Provinsi bali terdapat kemungkinan terjadinya masalah adverse selection dan moral hazard, dibandingkan provinsi lain di kuardran 2 dan 4. Pada industri kreati di Provinsi Bali memiliki kelebihan berupa kemampuan untuk mendapatkan pasar yang lebih besar dan luas serta mampu mengurangi biaya dan meningkatkan keuntungan seperti temuan Guerriero (2015) dan Dean et al (2012) pada kasus SMEs. Kelemahanya dari industri kreatif di Provinsi Bali adalah kurangnya informasi keuangan sehingga hal ini menyebabkan permasalahan kepercayaan terhadap industri kreatif di Provinsi Bali khususnya bagi investor dan bank. Semakin baik sebuah usaha memiliki laporan keuangan, maka hal ini dapat meningkatkan kepercayaan bagi investor atau pihak bank. Tentu dengan laporan keuangan yang baik akan menyebabkan akan memudahkan pihak terkait dalam mengambil keputusan. Provinsi Jawa Barat, Daerah Istimewa Jogjakarta (DIY), dan Jakarta merupakan daerah yang masuk dalam kuardran IV. Pada kuardaran IV merupakan kuardran yang dengan karakteristik yaitu memiliki kencenderungan penggunaan internet yang tinggi dan jumlah kepemilikan laporan keuangan yang lebih tinggi dibandingkan kuardran I, II, III. Pada kuardran ini, industri sudah tergolong lebih maju dan memiliki manajemen keuangan yang baik. Industri kreatif pada ketiga wilayah ini memiliki manajemen keuangan yang baik dan memiliki kualitas informasi keuangan yang tinggi dan penggunaan internet yang digunakan untuk mendapatkan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

126 informasi dan menyebarkan informasi. Pada wilayah ini, dapat dianggap yang sudah cukup maju dalam pengelolaan informasi dan keuangan. Pada wilayah ini, industri dapat dikatakan memiliki karakteristik informasi keuangan dan penggunaan internet yang baik sehingga akan mengurangi masalah advrese selection dan moral hazard. Pada wilayah ini berarti pihak bank dan investor dapat mendapatkan informasi yang baik sehingga menurunkan resiko dari masalah asymetric information. Berarti pada wilayah ini merupakan wilayah dengan kondisi industri yang maju, dimana industri kreatif dapat mengakses pasar yang lebih besar serta melakukan efesiensi biaya dan meningkatkan keutungan dan secara bersama sama mampu mengurangi masalah advrese selection dan moral hazard. Pada kurdaran empat ini industri memiliki informasi keuangan yang lengkap dan mampu mendapatkan pembiayaan dari bank atau investor secara mandiri dan profesional. Provinsi yang masih berada di Kuardran satu (I) merupakan dua provinsi yang memiliki penggunaan internet dan kepemilikan laporan keuangan yang rendah. Untuk Provinsi NTT dan Jawa Timur perlu ditingkatkan kualitas kepemilikan laporan keuangan dan penggunaan internet pada industri kreatif sehingga dapat memberikan dampak positif antara lain meningkatkan kepercayaan investor dan lembaga keuangan seperti bank atau lembaga keuangan kepada industri kreatif. Peningkatan kualitas dan jumlah laporan akan sangat berguna bagi pengambil kebijakan, investor, lembaga keuangan bank atau non-bank, atau pengguna laporan keuangan dalam peningkatan perkembangan industri kreatif. Model MDS yang baik adalah model yang memiliki beberapa kriteria tertentu yang baik antara lain memiliki nilai STRESS yang sesuai kriteria. Berikut merupakan nilai stress pada pada masing- masing kriteria. Pada tabel 1 dibawai ini merupakan nilai STRESS dari dua kreiteria yang digunakan. Tabel 1. Nilai STRESS Pada Kriteria yang Digunakan Pada Penelitian Kriteria STRESS Kepemilikan Laporan Keuangan Penggunaan Internet Sumber: Data Diolah (2019) Pada tabel 1 diatas diketahui bahwa nilai seluruh STRESS adalah Nilai ini berada lebih kecil dari 2,5. Ini berarti menunjukkan hubungan monoton yang terbentuk antara ketidaksamaan dengan jarak antara pasangan obyek menjadi ukuran baru semakin baik dan kriteria perta persepsi semakin terbentuk sempurna. Dengan kata lain model MDS sudah layak digunakan untuk mengestimasi dan menganalisa kondisi informasi keuangan dan penggeunaan teknologi informasi pada penelitian ini. Untuk lebih lanjut, maka perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai kualitas laporan keuangan seperti apa yang dibutuhkan untuk mendukung perkembangan industri kreatif dan kualitas penggunaan internet seperti apa yang harus digunakan untuk mendukung dan mendorong industri kreatifi di Pulau Jawa, Bali dan Nusa Tenggara. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

127 KESIMPULAN DAN SARAN Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Daerah Istimewa Jogjakarta memiliki karakteristik yang mirip dengan memiliki kualitas penggunaan internet yang baik dan kepemilikan laporan keuangan yang baik dibandingkan daerah lain. Ini berarti pada daerah ini merupakan daerah yang memiliki industri kreatif yang berkinerja tinggi karena memiliki penggunaan internet yang tingggi dan memiliki laporan keuangan yang lebih banyak dibandingkan daerah lain dan telah memiliki manajemen keuangan yang lebih baik dan rapi dibandingkan daerah yang lain. Dapat disimpulkan bahwa industri kreatif di Provinsi DKI Jakarta, Jawa Barat, Daerah Istimewa Jogjakarta memiliki kemampuan manajerial keuangan yang baik dan mampu secara mandiri dalam mendapatkan modal dari bank dan investor karena memiliki resiko kecil terkati masalah adverse selection dan moral hazard dibandingkan provinsi lain, ini berarti tidak perlu banyak campur tangan pemerintah untuk meningkatkan modal dari industri kreatif. Selanjutnya untuk daerah seperti Provinsi Jawa Timur dan NTT yang memiliki penggunaan internet yang rendah dan kepemilikan laporan keuangan yang rendah dibandingkan daerah lain, maka diharapkan untuk meningkatkan kualitas kecakapan penggunaan teknologi internet agar dapat mengakses pasar yang lebih luas dan meningkatkan jumlah kepemilikan laporan keuangan agar mengurangi resiko adverse selection dan moral hazard sehingga lebih memudahkan untuk mendapatkan modal baik dari lembaga keuangan atau investor, dan tentu ini harus mendaparkan perhatian khusus dari pemerintah agar memiliki kemampuan manajemen keuangan yang baik digambarkan dengan kepemilikan laporan keuangan. UCAPAN TERIMA KASIH Peneliti mengucapkan puji syukur kami ucapkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Waça/Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-nya, penelitian Analisis Informasi Ekonomi dan Penggunaan Teknologi Informasi Pada Industri Kreatif di Jawa, Bali Dan Nusra dapat diselesaikan. Analisis Informasi Ekonomi dan Penggunaan Teknologi Informasi Pada Industri Kreatif di Jawa, Bali Dan Nusra dimaksudkan dapat memberikan sumbangan dalam pengembangan industri kreatif di Indonesia dan khususnya di Jawa, Bali, dan Nusra. Penelitian ini masih jauh dari kata sempurna untuk itu perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai penggunaan teknologi informasi berupa internet dan kepemilikan laporan keuangan dalam industri kreatif di Indonesia. Akhir kata kami ucapkan banyak terima kasih atas dukungan Rektor, Dekan, Wakil Dekan 1, Wakli Dekan 2, Wakil Dekan 3, Senat, Kordinator Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Binis, Universitas Udayana. Tanpa dukungan finansial dan moral maka penelitian ini tidak akan selesai pada waktunya. DAFTAR PUSTAKA Apăvăloaie, E-I The Impact Of The Internet on The Business Environment. Procedia Economics and Finance. 15: : Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

128 Crawford, G. S., Pavanini, N., And Schivardi, F Asymmetric Information and Imperfect Competition in Lending Markets. American Economic Review 2018, 108(7): : Dean, D., et al The Internet Economy in the G-20. Report The Boston Consulting Group. : Furboton, E. G., and Richter, Rudolf Institutions and Economics Theory: The Contribution of The New Institional Economics. The University of Michigan Press. Guerriero, M The Impact of Internet Connectivity on Economic Development in Sub- Sahara Africa. EPS-PEAK Our Expertise Knowledge. 1(27).: of-internet-connectivity-on-economic-development-in-sub-saharan-africa.pdf. Madden A. D A Definition of Information. Aslib Proceedings : Maynika, J., and Roxburgh, C The Great Tranformer: The Impact of The Internet on Economics Growth and Properity. Mc Kinsey Global Institute. : tech/our-insights/the-great-transformer. Diakses pada tanggal 17 September Nurcholisah, K The Effects Of Financial Reporting Quality On Information Asymmetry And Its Impacts On Investment Efficiency. Internasional Journal Of Economics, Commerce and Management. Vol 5: : Putri, DS., Wahyunsih, S., Goejantoro, R Analisis Positioning dengan menggunakan Multidimensional Scaling Nonmetrik (Studi Kasus: Data Persepsi dan Perefensi Berdasarkan Jarak Merek Smartphone di Samarinda, Kalimantan Timur). Jurnal EKSPONENSIAL. 9(1): : Rodrigues, S. D. S., and Galdi, FC Investor Relation and Information Asymmetry. Revista Contabilidade & Finanças. 12 (74): Salehi, Mahdi., Rostami, Vahab., and Hesari, Hamid The Role of Information Asymetry in Financing Methods. Spring. Managing Gobal Transition. 12(1): : kp.si/zalozba/issn/ /12_ pdf. Weinberg, SL Methods, Plainly Speaking: An Introduction to Multidimensional Scaling. Measurment And Evaluation in Conseling and Developement. 24 (1) : ional_scaling. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

129 PELATIHAN MERANCANG MEDIA PERAGA DAN PEDOMAN OPERASIONALNYA KEPADA PARA GURU SD DI KECAMATAN GERUNG Ketut Sarjana, Maidowi, Arjudin, Hapipi FKIP, Universitas Mataram, Indonesia Kata Kunci: Merancang, media peraga, pedoman operasional Abstrak: Para guru SD di Kecamatan Gerung belum pernah merancang media peraga geometri yang disertai pedoman. Jadi masalah yang muncul adalah pengetahuan dan keterampilan para guru SD di Kecamatan Gerung untuk merancang media peraga geometri lengkap dengan pedoman operasionalnya masih kurang Disisi lain telah dilakukan penelitian tentang merancang media peraga lengkap dengan pedoman operasionalnya. Untuk itu hasil ini segera disebar luaskan guna membantu para guru khususnya di Kecamatan Gerung dalam mengatasi persoalan pembelajaran matematika. Tujuan dari kegiatan pengabdian ini 1) meningkatkan pengetahuan para guru SD di Kecamatan Gerung tentang konsep dan prinsip tentang pengukuran khususnya konsep luas daerah, 2) meningkatkan keterampilan merancang media peraga geometri tentang luas daerah serta pedoman operasionalnya. Sebelum melakukan kegiatan ini para peserta diberikan pre-tes untuk melihat perubahan yang terjadi setelah kegiatan dilakukan. Kegiatan diikuti oleh 18 orang guru yang berasal dari berbagai sekolah dasar di Gugus V Kecamatan Gerung. Kegiatan pengabdian diawali dengan 1) pendalaman tentang konsep dan prinsip luas daerah utamanya parameter penentu luas daerah dengan cara presentasi, demonstrasi 2) simulasi dan praktek merancang media peraga prinsip luas dan 3) diskusi dalam kelompok kerja dan presentasi tentang media dan pedoman yang telah dirancang dan demontrasi cara penggunaaannya. Media peraga tentang luas daerah ada 6 yakni prinsip luas daerah persegi panjang, Jajaran genjang, segitiga, trapesium, layang-layang dan prinsip luas daerah lingkaran. Para guru mengikuti sangat antausia dan serius, ditunjukkan dengan adanya tanya jawab dalam diskusi, bekerja dalam kelompok. Kemudian presentasi kelompok dan tukar pandangan sampai akhir kegiatan yang ditunjukan pula melalui rekaman dokumentasi. Setelah kegiatan pengabdian dilakukan para peserta diberikan postes. Hasil pelatihan sangat efektif, ini ditunjukkan adanya perbedaan rata-rata yang signifikan antara hasil pretes dan post-tes. Rata-rata hasil pretes sebesar 3,9 dan rata-rata postes sebesar 7,1. Hasil uji t menunjukkan bahwa t h = 8,74 > t tab = 2,03. Besaran ini memperlihatkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh berbeda sangat meyakinkan pada taraf signifikansi 5%. Hal ini juga berarti bahwa terjadi perubahan yang signifikan para guru Sekolah Dasar di Gugus V di Kecamatan Gerung setelah mengikuti kegiatan pengabdian ini. Melihat hasil yang telah diperoleh, maka kegiatan ini semestinya diperluas ke wilayah yang lain di Kecamatan yang sama atau ke wilayah yang lain di Kecamatan yang berbeda. Agar para guru SD memiliki pengetahuan dan ketrampilan yang sama dalam rangka menghadapi pendidikan abad 21. Korespondensi: Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

130 PENDAHULUAN Latar Belakang Topik geometri sangatlah abstrak, sehinga wajar saja siswa sekolah dasar dalam belajar geometri mengalami kesulitan. Hal ini disebabkan karena siswa sekolah dasar taraf berpikirnya masih konkret. Hal ini sejalan dengan Piaget yang dikutif Hudoyo menyebut bahwa siswa sekolah dasar berpikirnya masih pada taraf operasi kongkret (Herman Hudoyo, 2008:87). Itulah sebabnya siswa dalam belajarnya disamping mendengar harus melihat dan mengalami sendiri mengenai apa yang dipelajari agar ingatan siswa lebih lama mengendap. Berkenaan dengan hal ini jika siswa sekolah dasar belajar konsep atau prinsip geometri sebaiknya dihadapkan dengan obyek atau benda yang kongkrit yang cocok. Selanjutnya obyek kongkrit ini dimanipulasi oleh anak untuk membangun konsep atau prinsip geometri yang sedang dipelajari. Hal ini sesuai dengan pernyataannya Brunner dalam Nyimas Aisyah menyebut bahwa dalam proses belajar anak sebaiknya diberi kesempatan memanipulasi bendabenda yang dirancang secara khusus dan dapat diotak atik oleh siswa di dalam memahami konsep matematika (Nyimas Aisyah:2007). Siswa belajar dengan cara mengalami sesuai dengan motto cina yang dikutip oleh Ruseffendi yang mengatakan bahwa saya dengar maka saya lupa, saya lihat maka saya tahu, saya berbuat maka saya mengerti (Ruseffendi:1998). Inilah sebagai alasan mengapa pengajaran matematika khususnya pengajaran geometri di SD memerlukan media peraga dan bantu. Dengan media ini siswa merasa senang, termotivasi, tertarik dan bersikap positif terhadap pengajaran matematika. Disisi lain pembelajaran Geometri memaksakan harus menggunakan media, Hudoyo menyebut bahwa belajar matematika adalah proses membangun konsepkonsep dan prinsip-prinsip matematika tidak sekedar menyodorkan yang terkesan pasip dan statis, namun belajar itu harus aktif dan dinamis. Hal ini sesuai dengan pandangan kontruktivis adalah suatu pandangan yang menyatakan bahwa didalam belajar dan mengajar dimana peserta didik harus membangun sendiri arti dari pengalamannya dan interaksi dengan orang lain. Pembelajaran yang dikolaborasikan dengan pemanfaatan alat bantu pembe-lajaran akan menjadi strategi pembelajaran yang efektif dan dapat diterima oleh siswa. Disamping itu sudah banyak tulisan yang menyebut bahwa penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika menyebabkan pempelajaran menjadi efektif. Salah satu yang diungkap oleh Brown (1970) dalam Asra menyebut bahwa media yang digunakan siswa atau guru dengan baik dapat mempengaruhi efektifitas proses belajar dan mengajar. Namun pernyataan itu belum menyebut bagaimana tata cara penggunaan media itu dapat dilakukan supaya sampai kepada tujuannya. Penelitian telah dilakukan Oleh Ketut Sarjana dkk. tentang merancang media peraga geometri dilengkapi pedoman pengunaanya pada tahun 2018 dan hasil uji coba menunjukkan bahwa media yang dirancang efektif. Hasil penelitian ini perlu disebar luaskan agar para guru memperoleh pengetahuan keterampilan yang memadai dalam mengelola pembelajaran geometri. Hal ini dimaksudkan juga untuk menepis anggapan bahwa siswa sekolah dasar dalam belajar materi geometri cukup sulit, seperti terungkap hasil survei Program for Student Asseement 2000/2001 menyatakan bahwa siswa lemah dalam geometri khususnya dalam ruang dan bentuk ( Suwaji, 2008 : 1). Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

131 Hasil observasi menunjukkan bahwa para guru sekolah dasar di Kecamatan Gerung khususnya pada gugus V dalam mengajar untuk menemukan rumus luas daerah masih menggunakan metode ekspositori dan belum memanfaatkan media peraga. Pada hal siswa dalam belajar geometri sulit untuk mencapai ketuntasan klasikal. Para guru belum pernah merancang media peraga geometri yang disertai pedoman operasionalnya, karena pengetahuaan seperti itu sangat kurang didapatkan dan kesempatan untuk mempelajari juga sangat sedikit karena berkonsentrasi untuk menyelesaikan tugas rutin sekolah. Para guru sangat berharap pada kegiatan KKG akan membahas hal yang serupa, tapi kenyataannya belum pernah melakukan kegiatan merancang media peraga geometri. Untuk membuat siswa SD di Gugus V Kecamatan Gerung belajar lebih bermakna dan efektif para gurunya harus menggunakan alat bantu peraga. Untuk keperluan ini para guru harus memiliki keterampilan membuat alat peraga untuk mebantu siswa memahami materi geometri yang dipelajari. Berdasarkan uraian yang terungkap seperti di atas hasil penelitian yang diperoleh sangat perlu disebarluaskan guna membantu para guru khususnya di Gugus V Kecamatan Gerung dalam mengatasi persoalan pembelajaran Geometri. Salah satu cara penyebaran imformasi tersebut yaitu mengadakan pengabdian masyarakat tentang Pelatihan Merancang Media Peraga dan Pedoman Operasionalnya Kepada Paraguru SD di Kecamatan Gerung. Rumusan Masalah Dari uraian di atas masalah yang muncul adalah para guru di Kecamatan Gerung pengetahuan dan keterampilannya untuk merancang media peraga geometri lengkap dengan pedoman operasionalnya masih rendah. Tujuan Kegiatan Pengabdian pada masyarakat Tujuan yang ingin dicapai dalam kegiatan pengabdian ini adalah : 1. Meningkatkan pengetahuan para guru SD di Kecamatan Gerung tentang konsep dan prinsip tentang pengukuran khususnya konsep luas daerah. 2. Meningkatkan keterampilan merancang media peraga geometri tentang luas daerah serta pedoman operasionalnya Manfaat Kegiatan Kegiatan pengabdian ini dapat memberikan manfaat : 1. Para guru SD di Kecamatan Gerung memiliki pengetahuan yang memadai tentang konsep dan prinsip luas daerah dan volume bangun ruang. 2. Para guru SD di Kecamatan Gerung terampil merancang media peraga geometri tentang luas dan volume bangun ruang lengkap dengan pedoman operasionalnya METODE KEGIATAN Seperti apa yang terungkap pada bab sebelumnya bahwa tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan merancang media peraga geometri tentang luas daerah dan volume bangun ruang di ke las tinggi. Untuk mencapi tujuan ini ada berapa kegiatan yang harus dilakukan yakni : Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

132 1. Memberikan pendalaman materi. Sebelum pendalaman materi para guru diberikan pre-test yang berisikan tentang pengertian luas daerah dan volume bangun ruang dan bagaimana mengaktualisasikan kedalam daerah persegi panjang, jajaran genjang, segitiga, trapesium, layamg-layang, daerah lingkaran. Pendalaman materi disini dimulai dari pembahasan luas daerah bangun datar dan menyampaikan cara-cara mengkon-truksi medianya melalui pendekatan luas daerah persegi panjang.. 2. Praktek dan simulasi. Pada kegiatan praktek disini para guru membuat daerah bangun datar, seperti daerah persegi panjang, jajaran genjang, segitiga, trapezium, layang-layang, belah ketupat dan daerah lingkaran dari karton atau kertas manila yang telah disiapkan. Selanjutnya daerah bangun datar yang dibuat dipotong-potong menjadi beberapa daerah tertentu. Simulasi membuat potongan yang terjadi dirangkai menjadi daerah persegi panjang. Karena menentukan rumus luas daerah didekati dari luas darah persegi panjang dan hukum kekekalan luas. Dari rancangan yang sudah disepakati dibuatkan pedoman operasionalnya. 3. Diskusi dan Presentasi. Peserta berdiskusi tentang mendesain media dan membuat pedoman opersionalnya. Pekerjaan yag telah didiskusikan dipresentasikan dan ditanggapi oleh seluruh peserta. Untuk menguji efektivitas dari kegiatan yang dilakukan digunakan uji t dan membandingan setiap daya serap tiap persoalan. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Pengabdian Pada masyarakat Sebelum dilakukan pelatihan peserta diberikan pretes yang memeuat 9 butir soal yang terdiri dari pengetahuan tentang luas daerah dan keterampilan merancang media untuk mengembangan cara menetukan luas daerah bangun datar. Hasil pretes dituangkan pada table berikut. Tabel 1. Hasil Pre Tes peserta Pengabdian pada masyarakat.. Kunci b b d d a b d b d Nama Peserta Skor Pretes B. Seni Marhayu 5 A c d d b a d b D Munzir 5 a c d d a d d a D Denok Dwi Apriliana 4 B c d d a a a a A Muhamad Muzhari 5 B d d d a a d c C Sri Karyani 2 B c a c b a a a D Maryam 5 B a a d a a d b D Erni Riastuti 4 C b d d b b c b A Joni Hariyoto 5 A b a d a a c b D L. Saleh 2 A c d a d b c c C Saparwati 5 B b d d d a d c A Hakim Usman 3 A a c a a b b b B Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

133 Sadiman 4 B c d a c b a b C Ruslan 4 B c d c d a d a D Kurdi 5 B b a c d b c b D Wiranti 2 A b a c a a a a C Suharni 3 A b a b a b a a C Amyad 4 B c a c a b a d d Ni Made Sukri 4 b b c a a d d c A Total benar Daya serap ,6 38,9 50,0 44,4 55,6 38,9 38,9 38,9 38,9 Setelah diadakan pelatihan peserta diberikan postes. Mengenai hasil penilaian tersebut tertuang pada tabel berikut. Tabel 2. Hasil Pos tes Peserta pengabdian pada masyarakat. Skor b b d d a b d b d Nama Peserta Pretes Postes B. Seni Marhayu 5 7 b b d d B a D b d Munzir 5 8 b b d d A d D b d Denok Dwi Apriliana 4 8 b b d d A d D b d Muhamad Muzhari 5 7 a b d d A a D b d Sri Karyani 2 5 b b d d B b A a b Maryam 5 7 b a a d A b d b d Erni Riastuti 4 7 c b d d B b D b d Joni Hariyoto 5 8 b b d d A b D d d L. Saleh 2 5 b b d d D b C c c Saparwati 5 7 b b d d D a D b d Hakim Usman 3 5 b a d a A b B b b Sadiman 4 8 b b d d D b D b d Ruslan 4 7 b b d d D a D b d Kurdi 5 8 b a d d A b D b d Wiranti 2 8 b b d d A b A b d Suharni 3 7 b b a d A b A b d Amyad 4 7 b b a d A b A b d Ni Made Sukri 4 8 b b d d A d D b d Total Benar Post tes Daya Serap post tes 88,9 83,3 83,3 94,4 61,1 61,1 61,1 83,3 77,8 Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

134 Hasil uji t perbedaan rata-rata postes dan pretes tesaji pada table berikut. Tabel 3. Hasil Uji t perbedaan rata-rata Pre tes dan Postes. Rerata 3,9 7,1 P value = 0, Standart deviasi 1,11 1,06 α = 0,05 t-hitung = 8, t-tabel = 2, Pembahasan. Pelaksanaan kegiatan pada masyarakat dilaksanakan di pusat Gugus V di SD No.1. Beleke Kecamatan Gerung. Kegiatan dilaksanakan sebagai berikut : 1.1.Pendalaman materi. Sebelum pendalaman materi para guru diberikan pre-test yang berisikan tentang pengertian luas daerah dan bagaimana mengaktualisasikan kedalam daerah persegi panjang, jajaran genjang, segitiga, trapezium, layamg-layang, daerah ling-karan. Pendalaman materi disini dimulai dari pembahasan luas daerah, volume bangun ruang dan menyampaikan caracara mengkontruksi medianya melalui pendekatan luas daerah persegi panjang. Pemberian tes ini dimaksudkan untuk memperoleh pengetahuan dan terampilan awal yang dimiliki oleh para guru. Foto peserta mengikuti Pretes dan Post tes serta Pendalaman Materi. 1.2.Praktek dan simulasi. Pada kegiatan praktek disini para guru membuat daerah bangun datar dari karton atau kertas manila yang telah disiapkan. Para peserta disebar ke dalam 5 kelompok kerja yang Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

135 masing-masing bekerja menentukan rumus luas daerah. Ada 5 daerah bangun datar yang dimaksud adalah daerah persegi panjang, jajaran genjang, segitiga, trapesium, layang-layang, dan daerah lingkaran yang akan dicari rumus luasnya. Selanjutnya peserta melakukan simulasi memotong daerah bangun datar menjadi beberapa potongan daerah tertentu. Selanjutnya potongan-potongan yang terjadi dirangkai menjadi daerah persegi panjang. Karena menentukan rumus luas daerah didekati dari luas darah persegi panjang dan hukum kekekalan luas. Foto kegiatan Peserta Praktek dan Simulasi 1.3. Diskusi dan presentasi. Peserta pelatihan dibagi menjadi 5 kelompok kerja. Setiap kelompok mendapatkan tugas sesuai dengan 5 topik bahasan yaitu menentukan rumus luas daerah persegipanjang, Jajaran genjang, Segitiga, Trapesium, Layang-layang dan Luas daerah Lingkaran. Di dalam kelompok peserta berdiskusi, menemukan cara memotong yang paling efesien agar daeran bangun datar yang dipotong dengan mudah dapat dirangkai menjadi daerah persegi panjang. Dari rancangan yang sudah disepakati peserta berdiskusi untuk membuat pedoman operasionalnya. Pedoman operasional menyangkut tentang langkah-langkah pengunaan alat. Penggunaan alat dimulai dari menggali prasyarat, merangkai bangun datar, membuat perhitungan dan membuat hubungan antara besaran yang diperoleh dan membuat kesimpulan. Hasil diskusi dipresentasikan dengan cara menempel pada stereoform yang telah disediakan, sedangkan untuk pedoman operasional dibahas setiap langkah penggunaaan media. Selanjutnya pekerjaan tiap kelompok dipresentasikan pada kelompok besar untuk mendaptkan tanggapan dari peserta kelompok yang lain dan penegasan dari tim pengabdian. Foto Kegiatan Diskusi dan Presentasi Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

136 Para guru mengikuti sangat antausia dan serius, ditunjukkan dengan adanya tanya jawab dalam diskusi, bekerja dalam kelompok. Kemudian presentasi kelompok dan tukar pandangan secara klasikal sampai akhir kegiatan yang ditunjukan pula melalui rekaman dokumentasi. Setelah kegiatan pengabdian dilakukan para peserta diberikan postes. Foto Kegiatan Penguatan secara Klasikal Hasil pelatihan sangat efektif, ini ditunjukkan adanya perbedaan rata-rata yang signifikan antara hasil pretes dan post-tes. Rata-rata hasil pretes sebesar 3,9 dan rata-rata postes sebesar 7,1. Hasil uji t menunjukkan bahwa th = 8,74 > ttab = 2,03. Besaran ini memperlihatkan bahwa nilai rata-rata yang diperoleh berbeda sangat meyakinkan pada taraf signifikansi 5%. Disisi lain daya serap tiap persoalan meningkat secara tajam dari pretes dan postes. Seperti persoalan tentang konsep luas yaitu soal nomo1 daya serap pre tes 55, 6 % menjadi 88,9 % pada postes dan soal nomor 2 daya serapnya dari 38,9 % menjadi 88,3 %. Soal nomor 3 sampai nomor 9 merupakan keterampilan merancang model luas daerah juga meningkat secara tajam seperti terlihat pada table 1 dan table 2. Hal ini juga berarti bahwa terjadi perubahan yang signifikan para guru Sekolah Dasar di Gugus V di Kecamatan Gerung setelah mengikuti kegiatan pengabdian ini. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat yang telah dilakukan ternyata sangat efektif yakni terjadi perubahan kearah perbaikan yang signifikan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya perbedaan rerata pretes sebesar 3,9 dan rerata postes sebesar 7,1. Setelah diuji dengan uji t ternyata th = 8,74 > ttab = 2,03 pada taraf signifikasi 5 %. Ini berarti pula bahwa pengetahuan tentang luas daerah bangun datar dan keterampilan merancang media dan pedoman operasionalnya para guru di Gugus V kecamatan Gerung meningkat secara meyakinkan yang ditunjukkan oleh perubahan rerata tersebut. Saran 1. Hasil pengabdian ini memberikan kontribusi yang memadai bagi para guru SD di Gugud V Kecamatan Gerung. Disisi lain para guru SD di daerah Gerung dan di luar Gerung sangat berminat untuk mengikuti kegiatan serupa, untuk itu diharapkan pelatihan ini diperluas dalam rangka memperkuat pelaksanaan kurikulum Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

137 2. Para pemerhati pendidikan turut serta mengambil peran untuk mewujudkan kegiatan ini untuk mengantisipasi pembelajaran matematika abad 21. UCAPAN TERIMA KASIH Kegiatan ini terselenggara dengan baik dan dapat selesai sesuai dengan waktu yang dinginkan. Untuk itu pada kesempatan ini Tim Pengabdian pada masyarakat mengucapkan terima kasih kepada : 1. Bapak Rektor UNRAM yang telah mendanai kegiatan ini. 2. Bapak Ketua LPPM UNRAM atas segala bantuannya sehingga kegiatan ini dapat dilaksanakan. 3. Bapak-bapak guru SD di Gugus V atas partisipasinya, sehingga kegiatan ini dapat berjalan dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Aisyah, N, dkk Pengembangan Pembelajaran Matematika SD. Jakarta : Departemen Pendidikan Nasional. Asra, Deni Darmawan, Cepi Riana Komputer dan Media Pembelajaran di SD. Dirjen Dikti Departemen Pendidikan Nasioanal. Jakarta. Hudoyo, H (2008). Pengembangan Kurikulum Matematika di depan Kelas, Usaha Nasional Surabaya. Russefendi ET ( 1996). Pendidikan Matematika III Modul 1-9, Depdikbud, Proyek Tenaga Kependidikan, Jakarta. Sarjana Ketut, Sridana Nyoman, M. Turmuji (2018). Desain Media Peraga dan Bantu Pembelajaran Geometri bagi siswa Sekolah Dasar Kelas Tinggi, Hasil Penelitian yang dibiayai dari dana PNBP UNRAM Suwaji, Untung Trisna. (2008). Permasalahan Pembelajaran Geometri Ruang SMP dan Alternatif pemecahannya. Yogyakarta : P4TK Matematika. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

138 PENAMPILAN GENOTIPE JAGUNG UNGGUL DALAM BERBAGAI SISTEM PENGEMBANGAN AGROTEKNOLOGI DI PULAU LOMBOK NUSA TENGGARA BARAT I Wayan Sutresna Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram, Indonesia Kata Kunci: Paket teknologi, tanaman jagung Abstrak: Di NTB jagung merupakan komuditas unggulan yang sangat potensial untuk dikembangkan, dengan membuat terobosan pencanangan program satu juta ton jagung (Prosta Tanjung) sebagai penunjang program bumi sejuta sapi. Kendala utama yang dihadapi adalah penerapan teknologi budidaya yang masih terbatas dan kurang menggunakan benih yang bermutu serta adanya interaksi lingkungan dengan varietas yang sangat menentukan pertumbuhan dan hasil tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kemampuan beradaptasi genotipe/varietas tanaman pada berbagai lingkungan tumbuh (Paket teknologi) terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung. Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan percobaan di lapangan, dan pendekatan partisipasi aktif bersama petani (On farm). Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan 4 perakuan paket teknonologi dengan 6 ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: Penampilan genotipe jagung unggul pada t1 dan t4 menunjukan pertumbuhan dan daya hasil yang sama serta lebih tinggi dibandingkan dengan t2 dan t3. Secara berurutan yaitu (133, 16; 125,67; 90,97; dan 51,29) gr/tanaman. Korespondensi: PENDAHULUAN Pengertian ketahanan pangan berdasarkan UU 7/1996 tentang pangan adalah terpenuhinya pangan bagi setiap rumah tangga yang tercermin dari tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata dan terjangkau. Hal ini mengisyaratkan pentingnya teknologi dalam mengatasi kelaparan dan kemiskinan. Penemuan varietas unggul padi dan jagung yang berdaya hasil tinggi, umur genjah, respon pemupukan, tahan kekeringan dan toleran terhadap hama dan penyakit telah mampu meningkatkan produktivitas, efisiensi produksi, ketercukupan dan keterjangkauan pangan secara dramatis. Demi keberlanjutanya maka kajian terhadap paket teknologi selalu dikembangkan khususnya tanaman jagung. Propinsi Nusa Tenggara Barat yang terdiri atas dua pulau yaitu P. Lombok dan P. Sumbawa, memiliki lahan kritis/kering seluas ,47 hektar yang merupakan 23,79 % dari keseluruhan lahan di NTB, selain kawasan hutan (Bappeda Tk.I NTB,1990) Menurut Dinas Pertanian NTB (2008), bahwa selain beras ternyata jagung merupakan komuditas yang sangat potensial untuk dikembangkan di wilayah lahan kering. Untuk dapat memanfaatkan peluang ini maka pemerintah NTB telah membuat terobosan dengan mencanangkan program satu juta ton jagung ( PROSTA TANJUNG ). Hal ini juga dilakukan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

139 sejalan dengan program pemerintah untuk mengeksport 1,2 juta ton jagung sebagai penunjang program unggulan PIJAR (Sapi, Jagung dan Rumput Laut). Luas panen jagung di NTB pada tahun 2006 seluas ha dengan produktifitas 2,56 ton/ha (BPS, NTB, 2007). Masih lebih rendah dibanding produktifitas nasional rata-rata sebesar 3,47 ton/ha. Hasil penelitian Balai Penelitian Serealia yang memadukan varietas unggul bermutu, baik bersari bebas maupun hibrida dengan introduksi teknologi inovatif dapat mencapai produktifitas sebesar 7-9 ton/ha (Saenong dan Subandi, 2002). Sementara hasil yang diperoleh petani dengan penerapan paket teknologi rekomendasi dapat mencapai hasil 5-6 ton/ha (Wahid., dkk, 2001). Kesenjangan hasil yang relative tinggi ini disebabkan oleh penerapan teknologi budidaya yang masih terbatas, dan umumnya belum menggunakan benih bermutu dari varietas unggul, pemupukan tidak sesuai dengan kebutuhan tanaman, demikian juga dengan kerapatan populasi tanam serta penangan pasca panen yang masih sederhana. Dalam upaya untuk memenuhi permintaan jagung, sangat dibutuhkan teknologi usahatani yang dapat meningkatkan produktifitas dan produksi serta layak untuk direkomersilkan. Salah satu cara peningkatan produktivitas jagung adalah dengan menghasilkan varietas unggul yang berdaya hasil tinggi dan adaptif dengan lingkungan. Faktor lingkungan, varietas/genotype serta interaksinya menentukan pertumbuhan dan hasil tanaman. Hal ini menyebabkan suatu verietas menunjukkan hasil yang tinggi disuatu tempat, tetapi kurang baik ditempat yang lain. Oleh karena itu sertifikasi lingkungan berdasarkan factor lingkungan makro seperti kesuburan tanah, ketinggian tempat atau iklim dapat secara efektif mengurangi interaksi varietas dengan lingkungan. Dan usaha perakitan varietas lebih mudah dilakukan dari pada merubah factor lingkungan yang ada (Allard dan Bradshaw, 1984). Selain itu varietas hasil rakitan akan lebih mudah diadopsi oleh petani. Oleh karena itu pemuliaan tanaman atau lembaga yang terkait dituntut untuk selalu dapat menghasilkan varietas unggul baru agar dapat menambah bahan pemilihan bagi petani dan sekaligus menambah bahan keragaman genetic di lapangan. Varietas yang berdaya hasil tinggi, berumur genjah, tahan hama dan penyakit serta stabil terhadap keragaman lingkungan merupakan sasaran yang ingin dicapai. Sutresna (2007), melaporkan bahwa telah dihasilkan satu populasi baru tanaman jagung (C3) yang berdaya hasil dan brangkasan segar tinggi, umur genjah serta mampu beradaptasi pada lahan kering di Pulau Lombok, namun potensi hasil yang sesungguhnya belum maksimal karena belum mendapat sentuhan teknologi budidaya yang memadai. Dilain pihak penemuan beberapa jenis jagung hibrida masih banyak yang tidak toleran terhadap cekaman kekeringan. Oleh karena itu untuk mendapat varietas atau calon varietas unggul jagung yang adaptif dan berproduksi tinggi di lahan kering NTB perlu diadakan pengujian. Sampai saat ini telah banyak kultivar atau varietas baru hasil rakitan, hasil seleksi baik hibrida maupun bersari bebas atau hasil introduksi yang diharapkan mampu tumbuh dan berproduksi tinggi, baik dilingkungan yang menguntungkan maupun lingkungan yang mencekam. Dengan kata lain, varietas yang dihasilkan mempunyai daya adaptasi luas. Dilain pihak, pemulia tanaman mulai mengarahkan kegiatanya pada penemuan genotype spesifik lokasi atau agroekosistem. Hal ini dimaksudkan dengan genotype spesifik lokasi, Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

140 kehilangan hasil akibat ketidak sesuaian agroekosistem dapat dihindarkan (Harahap dan Silitonga, 1989) Tanaman jagung untuk dapat tumbuh dengan baik, disamping memerlukan syarat tumbuh yang baik juga memerlukan asupan teknologi yang memadai seperti: pegolahan tanah, pengaturan jarak tanam, pemupukan, pengairan serta pengendalian hama dan penyakit serta gulma. Kemampuan tanaman untuk menampilkan hasil biji yang maksimal pada kondisi lingkunangan yang berbeda menunjukkan bahwa tanaman tersebut mempunyai daya adaptasi yang baik. Adanya variasi hasil pada berbagai genotype tanaman pada berbagai lingkungan tertentu memerlukan pemahaman terhadap factor penyebabnya terutama pada fase vegetatif, fase reproduktif dan pengisian biji. Oleh karena itu penelitian kearah itu telah dilakukan di Pulau Lombok khususnya di Lombok Barat METODE KEGIATAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode eksperimental dengan percobaan di lapangan, dan pendekatan partisipasi aktif bersama petani (On farm) Rancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok yang terdiri atas Perlakuan Paket Teknologi (T) yaitu: Petak Terbagi (Split Plot Design) yang terdiri atas dua factor. Sebagai Petak Utama adalah Paket teknologi sebagai lingkungan tumbuh (T) yang terdiri atas 3 aras yaitu: t1: Paket teknologi yaitu: Pupuk Organik 15 t/ha + Pupuk Urea 200 kg/ha + Pupuk Posnka 250 kg/ha, Varietas Lamuru dengan Jarak tanam (35x35) x 100 cm t2: Paket teknologi yaitu: Pupuk Organik 15 t/ha + Pupuk Urea 200 kg/ha, Populasi C3 dengan Jarak tanam (70x20) cm t3: Paket teknologi yaitu: Pupuk Organik 15 t/ha + Pupuk Urea 200 kg/ha, Kultivar Lokal Bima dengan Jarak tanam (70x20) cm t4: Paket teknologi yaitu Pupuk Organik 15 t/ha + Pupuk Urea 200 kg/ha + Pupuk NPK ponska 250 kg/ha, Varietas Sukmaraga, Jarak tanam (40x30)x60) cm Percobaan ini dilaksanakan di Kecamatan Gerung, dilaksanakan pada lahan berpengaian setengah tekhnis (MK.II) sentral produksi jagung, mulai bulan Juli-Oktober 2018 Sebelum benih ditanam, terlebih dahulu diperlakukan dengan Saromyl 35 SD dengan dosis 5 g/kg benih. Perlakuanya dilakukan secara terpisah antar varietas agar tidak tercampur satu dengan yang lain. Lahan yang digunakan dibajak dan digaru sebanyak satu kali kemudian diratakan. Selanjutnya dibuat plot sebanyak 24 masing-masing ber ukuran (6 x 10) m. yang terbagi dalam 6 blok, jarak antar blok 1 m dan jarak antar plot 0,5 m. Pada masing-masing plot ditempatkan 4 paket teknologi secara acak.. Penanaman dilakukan dengan cara tugal sedalam kurang lebih 5 cm. Setiap lubang tugal diisi 3 biji dan pada umur hari dilakukan penjarangan dengan menyisakan 1 tanaman per lubang yang pertumbuhanya lebih baik. Pemupukan organik (pupuk kandang) sebelum diberikan terlebih dahulu dikomposkan dan diberikan sebagai penutup benih Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

141 pada saat tanam sesuai dengan dosis perlakuan dalam paket, demikian juga dengan pupuk anorganik Urea dan Ponska diberikan 7 hari setelah tanam. Pupuk Urea diberikan ½ bagian dan sisanya diberikan pada umur 21 hari setelah tanam. Penyiangan dan pembumbunnan dilakukan 21 hari setelah tanam, sedangkan pengairan bersumber pada sisa air yang tersedia pada penenaman sebelumnya. Panen jagung dilakukan apabila 85% dari tanaman jagung untuk setiap perlakuan telah memenuhi kriteria panen, yaitu daun dan kelobot telah kering dan apabila biji dipijit tidak berbekas. Jagung yang telah dipanen dikupas kelobotnya dan dikeringkan selanjutnya dipipil. Pengamatan dilakukan terhadap karakter pertumbuhan (karakter morfologi: kapasitas fofosintesis dan efisiensi fotosintesis); komponen hasil dan hasil tanaman Data hasil pengamatan dianalisis dengan analisis ragam pada taraf nyata 5%. Apabila perlakuan berbeda nyata dilakukan uji Beda Nyata Jujur pada taraf yang sama. Perhitungan menggunakan perangkat lunak program SAS. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Hasil analisis keragaman (Anova) dengan taraf nyata 5% pada Tabel 1 menunjukkan bahwa ada perbedaan antar pengaruh perlakuan paket teknologi budidaya terhadap karakter pertumbuhan dan hasil tanaman jagung. Untuk mengatahui perlakuan yang berbeda dilanjutkan dengan uji lanjut BNJ pada taraf nyata yang sama. Tabel 1. Rangkuman Kuadrat Tengah Seluruh Karakter yang diamati Berdasarkan Analisis Keragaman (Anova) No Karakter yang di amati Tinggi tanaman (cm) Jumlah daun (helai) Panjang daun (cm) Lebar daun (cm) Diameter batang (cm) Umur keluar malai (hst) Umur keluar rambut tongkol (hst) Umur panen (hst) Panjang tongkol (cm) Diameter tongkol (cm) Berat 100 biji kering pipil (g) Berat biji kering pipil (g/tan) Kuadrat Tengah Perlakuan Blok Galat 3069,65 ** 10,243 ** 37,315 ** 2,660 ** 0,146 ** 29,819 ** 0,253 ** 815,375 ** 5,629 * 1,729 ** 165,834 ** 26592,51 ** 171,334 ns 0,164 ns 5,234 ns 0,278 ns 0,013 * 0,342 ns 0,242 ns 0,543 ns 0,350 ns 0,031 ns 1,885 ns 115,851 ns Keterangan : ns = tidak berbeda nyata ; * = berbeda nyata ; ** = sangat berbeda nyata 138,245 0,233 1,983 0,180 0,003 0,253 0,219 0,208 0,608 0,028 1, ,861 Berdasarkan tersebut di atas (Tabel 1), dapat dilihat bahwa pengaruh blok atau kelompok hanya berbeda nyata pada diameter batang dan tidak berbeda nyata pada variabel lain yang diamati. Adapun pengaruh perlakuan berbeda nyata terhadap panjang tongkol dan sangat berbeda nyata terhadap tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar daun, diameter batang, umur keluar malai, umur keluar rambut tongkol, umur panen, diameter tongkol, berat Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

142 100 biji kering pipil, dan berat biji kering pipil per tanaman. Hal ini menunjukkan bahwa penerapan paket teknologi budidaya memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman jagung. Tabel 2. Hasil Analisis Uji Lanjut BNJ pada Taraf Nyata 5% Seluruh Karakter yang diamati No Karakter yang Perlakuan Nilai diamati T 1 T 2 T 3 T 4 BNJ 5% ,2ab 15,75bc 204,15ab 14,6ab 202,6a 13,783a 245,383b 16,767c 41,569 1, ,833b 92,792a 95,433ab 98,167b 4, ,192b 8,267ab 7,567a 8,383ab 1, ,113c 1,766a 1,821ab 1,972bc 0,204 54,67c 50,33ab 49,5a 53,33c 1, ,50c 53,3b 51,833a 54,67bc 1, Tinggi tanaman (cm) Jumlah daun (helai) Panjang daun (cm) Lebar daun (cm) Diameter batang (cm) Umur keluar malai (hst) Umur keluar rambut tongkol (hst) Umur panen (hst) Panjang tongkol (cm) Diameter tongkol (cm)berat 100 biji kering pipil (g) Berat biji kering pipil (g/tan) 102,50d 15,956a 7,682b 32,77c 133,163c 82,50b 15,144a 7,115b 27,295b 90,975b 80,333a 14,057a 6,392a 20,849a 51,290a 100,50c 16,206a 7,256b 30,921bc 125,665c 1,614 2,756 0,594 4,854 48,460 Keterangan ; Angka pada baris yang sama diikuti oleh huruf yang berbeda menunjukkan berbeda nyata, dan angka yang diikuti oleh huruf yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada uji BNJ dengan taraf nyata 5%. Analisis uji lanjut BNJ dengan taraf nyata 5% pada Tabel 2, menunjukkan bahwa perlakuan T3 dan T4 menunjukkan berbedaan nyata terhadap karakter tinggi tanaman, jumlah daun, umur keluar malai, umur keluar rambut tongkol, umur panen, diameter tingkol berat 100 biji kering pipil, dan berat biji kering pipil per tanaman. Selanjutnya pada karakter umur panen, semua perlakuan (T1, T2, T3 dan T4) menujukkan berbeda nyata, dan sebaliknya pada karakter panjang tongkol semua perlakuan (T1, T2, T3 dan T4) menunjukkan tidak berbeda nyata. Pada perlakuan paket teknologi budidaya T1 dan T4 secara statistik menunjukkan tidak berbeda nyata terhadap hasil tanaman jagung, namun menunjukkan berbeda nyata dengan perlakuan T 2 dan T 3. Dapat dilihat dari analisis uji lanjut BNJ taraf nyata 5% terhadap karakter berat kering pipil (g/tan). Hal ini didukung oleh nilai rata-rata yang diperoleh pada karakter jumlah daun, diameter batang, umur keluar malai, umur keluar rambut tongkol, dan berat 100 biji kering pipil. Dapat dilihat pada Grafik Histogram pengaruh perlakuan teknologi budidaya tanaman jagung terhadap hasil biji kering pipil (g/tan) disajikan pada Gambar 1, sebagai berikut: Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

143 Berat Biji Kering Pipil (gr/tan); Berat Biji Kering Pipil (gr/tan); 133,16 Berat Biji Kering Pipil (g/tan) Berat Biji Kering Pipil (gr/tan); ; 90,975 Berat Biji Kering Pipil (gr/tan); ; 125,665 Berat Biji Kering Pipil (gr/tan); ; 51,29 Gambar 1: Histogram Berat Biji Kering Pipil (gr/tan) Pembahasan Pengaruh perlakuan paket teknologi budidaya terhadap karakter pertumbuhan tanaman jagung dapat pada dilihat dari nilai rata-rata yang diperoleh dari beberapa karakter yang diamati seperti tinggi tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar daun dan diameter batang. Sementara komponen hasil dan hasil tanaman jagung dapat dilihat dari karakter panjang tongkol, diameter tongkol, berat 100 biji dan berat biji kering pipil per tanaman. Hasil analisis ragam (Anova) menunjukkan bahwa penerapan paket teknologi budidaya memberikan pengaruh yang berbeda nyata terhadap karakter pertumbuhan dan hasil tanaman jagung. Adanya perbedaan hasil dari setiap genotipe yang dicobakan disebabkan karena adanya perbedaan susunan genetik serta faktor lingkungan tumbuh. Perbedaan genetik ini mengakibatkan setiap varietas memiliki ciri dan sifat khusus yang berbeda satu sama lain sehingga menunjukkan keragaman penampilan. Begitupula dengan lingkungan tumbuh suatu tanaman akan mempengaruhi pertumbuhan maupun hasil produksi tanaman. Tanaman dengan lingkungan tumbuh yang baik seperti tercukupinya unsur hara yang tersedia di dalam tanah sebagai makanan bagi tanaman tersebut, maka akan memberikan hasil yang optimal pula bagi tanaman baik dari segi pertumbuhan dan hasil produksinya. Penambahan pupuk organik dan pengaturan jarak tanam juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan hasil produksi suatu tanaman. Sebagaimana pernyataan Sutresna (2016), dengan penambahan pupuk organik (15-20) ton/ha. disertai pengaturan serta variasi kerapatan tanam dari (20x70) cm menjadi (35x35) x70 cm (sistem jajar penganten) dapat memperbaiki tinggi tanaman, bobot brangkasan segar, bobot 100 butir biji kering, panjang tongkol, diameter tongkol dan bobot hasil biji kering pipil. Hal ini sejalan dengan hasil yang diperoleh pada percobaan yang telah dilakukan. Perlakuan T1 dan T4 dengan jarak tanam yang lebih rapat yaitu masing-masing berukuran (35 x 35) x 100) cm dan (40 x 30) x 60) cm, menunjukkan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan pengaturan jarak tanam biasa seperti pada perlakuan T2 (70 x 20) cm dan T3 (70 x 20). Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

144 Jarak tanam merupakan faktor penting untuk mendapatkan hasil yang tinggi pada tanaman jagung karena jagung dipengaruhi oleh jumlah tanaman pada kestuan luas. Dengan pengaturan sistem jarak tanam yang lebih sempit akan meningkatkan produksi per satuan luas lahan. Pada percobaan yang telah dilakukan, diperoleh jumlah populasi tanaman tertinggi yaitu pada perlakuan paket T4 sebayak 177 tanaman per plot. Sehingga jika dikonversikan berat biji kering pipil (g/tan) sebesar 125,665 g/tan setara dengan 17,4 ton/ha. Namun, kerapatan tanam harus diatur dengan jarak tanam optimal sehingga tidak terjadi persaingan antar tanaman, mudah dalam melakukan pemeliharaan serta mengurangi biaya. Kerapatan tanaman mempengaruhi penampilan dan produksi tanaman, terutama karena koefisien penggunaan cahaya. Jarak tanam yang terlalu rapat dapat mengurangi cahaya yang diterima oleh tanaman, sehingga dapat berpengaruh terhadap fotosintesis karena terjadi kompetisi dalam penggunaan cahaya dan dapat berpengaruh terhadap hasil produksi tanaman. Salisbury dan Ross (1991) menyatakan kapasitas fotosintesis meningkat dengan bertambahnya jumlah daun pada tanaman jagung. Terjadinya perbedaan hasil dari setiap genotipe yang diuji, selain dipengaruhi oleh varietas juga dipengaruhi oleh jarak tanam yang digunakan. Selain dipengaruhi oleh penambahan pupuk organik dan pengaturan jarak tanam, tinggi rendahnya biji yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh cocok tidaknya genotipe yang digunakan tersebut dengan kondisi penanaman. Mengingat masing-masing genotipe memiliki susunan gen yang berbeda dan memiliki sifat spesifik terhadap (lingkungan tumbuh). Oleh karena itu pemilihan genotipe merupakan salah satu faktor sangat penting dalam menentukan keberhasilan budidaya tanaman jagung. Varietas jagung komposit atau bersari bebas dapat memberikan hasil yang maksimal jika unsur hara yang diperlukan tanaman terpenuhi sesuai dengan kebutuhan tanaman. Pengelolaan hara spesifik lokasi dapat menyediakan hara untuk tanaman secara tepat baik jumlah, jenis, maupun waktu pemberiannya, dengan mempertimbangkan kebutuhan tanaman dan kapasitas lahan dalam menyediakan hara bagi tanaman (Sirrapa dan Razak, 2010). Pertumbuhan tanaman, komponen hasil dan hasil jagung yang lebih baik pada varietas unggul disebabkan oleh faktor genetik, dengan demikian proses fisiologis (fotosintesis) tanaman akan meningkat (Pesireron dan Senewe, 2011). Penggunaan varietas unggul, pemupukan dan pengelolaan budidaya yang tepat dapat meningkatkan produktivitas tanaman jagung. Hal ini dilaporkan dalam penelitian yang dilakukan Balai Penelitian Tanaman Serealia pada lahan kering dengan menerapkan komponen teknologi budidaya pada jagung, produksi Varietas Lamuru mencapai 6 6,5 ton/ha, Varietas Sukmaraga pada lahan kering masam mencapai 5,5-6 ton/ha, dan pada lahan sawah tadah hujan Varietas Lamuru dan Srikandi Kuning memberikan hasil sekitar 6-7 ton/ha.. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

145 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan data dan hasil pembahasan dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu sebagai berikut: Penampilan genotipe jagung unggul pada t1 dan t4 menunjukan pertumbuhan dan daya hasil yang sama serta lebih tinggi dibandingkan dengan t2 dan t3. Secara berurutan yaitu (133, 16; 125,67; 90,97; dan 51,29) gr/tanaman. Saran Penggunaan varietas jagung unggul Lamuru dapat dipertimbangkan untuk diterapakan pada penggunaan pupuk kandang 15 t/ha, pupuk urea 200 kg/ha, pupuk NPK Phonska 250 kg/ha, jarak tanam (40x30)x60) cm) dan Varietas Sukmaraga, dengan pupuk kandang 15 t/ha, pupuk urea 200 kg/ha, pupuk NPK Phonska 250 kg/ha, jarak tanam (35x35)x100) cm) di Lombok Barat pada MK. II. DAFTAR PUSTAKA Allard, R.W. and Bradshaw Implication of Genotipe x Enveroment Interaction in Applied Plant Beeding. Crop. Sci. 4 : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Data Pokok Pembangunan NTB Biro Pusat Statistik Nusa Tenggara Barat Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Propinsi NTB Pesireron M. dan Senewe R.E Varietas/Galur Jagung Komposit Dan Hibrida Pada Agroekosistem Lahan Kering Di Maluku. Agrotrip Vol 7(2) : Saenong dan Subandi Konsep PTT pada Tanaman Jagung. Makalah disampaikan pada Pembinaan Teknis dan Mangemen PTT Palawija di Balitkabi, Malang Sutresna, I W Seleksi Simultan pada Populasi Jagung untuk Mendapatkan Daya Hasil Tinggi dan Berumur Genjah pada Lahan Kering di NTB. Laporan Penelitian (KKP3T) Sutresna, I W. I Gusti Putu Muliartha Aryana, I Gde Eka Putra Gunartha Evaluasi Genotipe Jagung (Zea Mays L.) Unggul Pada Lingkungan Tumbuh Dengan Perbaikan Teknologi Budidaya. Jurnal Seminar Nasional. Hal Wahid, P. Irsal Las dan Kusomo Dwijanto Konsep Dasar Pengembangan Lahan Kering Berwawasan Lingkungan di Kawasan Timur Indonesia. Makalah disampaikan pada Lokakarya Status dan PengembangannLahan Kering di Indonesia, Mataram. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

146 PENDAMPINGAN PENYUSUNAN PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA SD BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH DAN CONTEXTUAL LEARNING DALAM K-13 I Nyoman Karma, Awal Nur Kholifatur Rosyidah*, Ida Ermiana, Nurul kemala Dewi, Siti Istiningsih, Abdul Kadir Jaelani Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP, Universitas Mataram, Indonesia Kata Kunci: perangkat pembelajaran, matematika, SD, saintific approach, contextual learning Abstrak: Perangkat pembelajaran penting untuk disusun berdasarkan analisis kebutuhan dengan mengedepankan aktivitas belajar siswa. Tujuan kegiatan ini adalah melakukan pendampingan bagi guru SD Gugus V kota Madya Mataram untuk merancang, menyusun perangkat pembelajaran (RPP dan LKS) matematika K-13 berbasis saintific approach dan contextual learning serta pelatihan praktik simulasi ke dalam proses pembelajaran. Untuk mencapai tujuan tersebut, kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan dalam beberapa tahapan, yaitu 1) Sosialisasi kegiatan; 2) Penjelasan perangkat pembelajaran matematika SD (RPP dan LKS) dalam K-13; 3) Penjelasan scientific approach dan contextual learning; 4) Pendampingan penyusunan RPP matematika SD K- 13 dan LKS berbasis scientific approach dan contextual learning; 5) Praktik simulasi perangkat pembelajaran matematika; 6) Diskusi dan evaluasi pelaksanaan kegiatan dengan cara memberikan refleksi atau pendapat guru terhadap sistematika komponen penyusun RPP K-13 serta berdasarkan portofolio perangkat RPP dan LKS yang telah disusun. Target dari kegiatan ini adalah guru dapat merancang serta menyusun RPP dan LKS matematika berbasis scientific approach dan contextual learning dengan menyesuaikan kebutuhan belajar siswa. Secara umum, semua rangkaian kegiatan pendampingan dapat terlaksana dengan optimal, diikuti dengan penuh antusias dari para guru. Korespondensi: PENDAHULUAN Kurikulum 2013 selalu mengalami revisi dalam hal pelaksanaannya, seperti pembelajaran matematika diputuskan sebagai mata pelajaran terpisah, tidak lagi sebagai bagian dari pembelajaran tematik terpadu (Permendikbud No. 24 Tahun 2016 tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar). Pemisahan mata pelajaran matematika diberlakukan pada kelas tinggi, yaitu kelas IV, V, dan VI. Alasan keputusan yang mendasari matematika diajarkan secara terpisah dari mata pelajaran lainnya adalah kedalaman materi matematika terasa dangkal jika ditematikkan dengan pelajaran lain. Pembelajaran matematika yang ditematikkan dengan tema mempunyai keterbatasan dalam mengakomodir struktur dan konten matematika secara utuh. Kebijakan baru tersebut mendapat perhatian dari guru. Guru sebagai tokoh yang berperan dalam implementasi K-13 mempunyai peran yang strategis. Guru dituntut mampu menyelenggarakan pembelajaran yang meliputi a) perancangan pembelajaran, b) pelaksanaan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

147 pembelajaran, c) penilaian proses dan hasil belajar (Endang Poerwanti, 2008). Kemampuan tersebut bermanfaat agar dapat melaksanakan proses pembelajaran sesuai dengan K-13. Proses pembelajaran yang ideal tidak bisa dipisahkan dengan perangkat pembelajaran. Perangkat pembelajaran diantaranya meliputi Rencana Pembelajaran (action plan) dan LKS menjadi suatu keharusan yang wajib dipersiapkan guru sebelum mengajar. Hal tersebut tidak semata-mata sebagai bentuk dari kelengkapan administrasi yang dipenuhi guru melainkan gambaran aktivitas nyata yang akan dilakukan oleh siswa dan guru selama proses belajar mengajar. Guru Sekolah Dasar di Gugus V Kota Madya Mataram pada umumnya sudah mempunyai RPP, tetapi faktanya RPP yang didapatkan bukan hasil dari analisis kebutuhan belajar siswa. Melainkan RPP yang diadaptasi dari internet dan hasil KKG (Kelompok Kerja Guru) yang selanjutnya tidak dikembangkan lagi. Sebagian besar guru SD Gugus V Kota Madya Mataram masih mengalami kesulitan dalam perencanaan pembelajaran 46,06% dan kesulitan pelaksanaan proses pembelajaran 41,5% (Karma, dkk, 2017). RPP yang ditawarkan selama ini memuat gambaran singkat kegiatan pembelajaran (pembukaan, inti, dan penutup), tidak memperhatikan kebutuhan, kesiapan, dan tahapan perkembangan berpikir siswa. Sementara objek kajian matematika bersifat abstrak, membutuhkan strategi dan pendekatan yang mampu membuat matematika menjadi lebih konkret. Hasil wawancara pada beberapa guru SD Gugus V Kota Madya Mataram mengenai cara membelajarkan matematika langsung kepada level abstrak. Hal ini jelas tidak sesuai dengan matematika yang harus diajarkan mulai dari konsep sesuai dengan konteks kehidupan yang dialami siswa sendiri. Kebanyakan guru mengajar tidak memperhatikan kemampuan berpikir siswa. Alasannya dikarenakan keterbatasan alokasi waktu yang diajarkan sementara ruang lingkup materi terlalu luas. Sehingga kedalaman membelajarkan materi kepada siswa dirasa tidak maksimal. Proses pembelajaran yang baik tentu memiliki kesiapan yang baik pula dalam mengajar. Tercermin dari kesiapan guru merancang perangkat pembelajarannya. Perangkat pembelajaran adalah sekumpulan sumber atau alat belajar yang memungkinkan siswa dan guru melakukan kegiatan belajar mengajar dengan efektif. Seperti perangkat pembelajaran yang digunakan guru matematika di salah satu SMP di Kota Mataram belum menggunakan pendekatan kontekstual sehingga di dalam proses pembelajaran masih hanya sekedar teori yang berisikan angka-angka dan operasi perhitungan saja bagi siswa (Juz an Affandi, 2017: 5). Idealnya, perangkat pembelajaran harus lebih bersifat kontekstual agar dapat membantu siswa untuk memahami materi matematika yang bersifat abstrak, serta dapat memotivasi siswa dalam belajar. Oleh karena itu, dibutuhkan pengembangan perangkat pembelajaran yang dibuat guru dan dianggap sesuai dengan implementasi K-13 yaitu pendekatan saintifik (scientific approach) dan pendekatan kontekstual (contextual learning). Pemerintah memang telah mengupayakan pemberdayaan guru melalui program dan berbagai macam kebijakannya terkait dengan kebebasan untuk berinovasi terhadap proses pembelajaran. Tetapi program pemberdayaan yang dilaksanakan belum mampu membekali guru akan kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam pembelajaran seperti kemampuan merancang dan menyusun perangkat pembelajaran matematika Kurikulum Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

148 Melihat permasalahan yang dihadapi guru SD Gugus V Kota Madya Mataram terkait dengan kesulitan merancang dan menyusun perangkat pembelajaran matematika (RPP dan LKS) dalam hal aktivitas siswa pada proses pembelajaran. Serta mempertimbangkan pentingnya kualitas pembelajaran berdasarkan Kurikulum 2013, maka perlu adanya langkah nyata melalui pendampingan penyusunan perangkat pembelajaran matematika berbasis scientific approach dan contextual learning bagi guru SD Gugus V Kota Madya Mataram METODE KEGIATAN Kegiatan ini dilaksanakan dengan pendampingan (coaching) yang menekankan hubungan kolaboratif antara tim pengabdian dengan guru sasaran. Tim pengabdian berperan sebagai fasilitator yang bertugas mendampingi guru merancang dan menyusun perangkat pembelajaran matematika. Partisipasi guru sasaran dalam kegiatan pendampingan ini adalah menyediakan tempat pelatihan dan mobilisasi anggota agar hadir dalam kegiatan pendampingan penyusunan perangkat pembelajaran matematika kurikulum 2013 berbasis scientific approach dan contextual learning. Metode pelaksanaan kegiatan PPM ini meliputi ceramah, tanya jawab, unjuk kerja, simulasi, diskusi dan evaluasi. Uraian metode pelaksanaan dijelaskan sebagai berikut: Penyajian materi terkait perancangan dan penyusunan perangkat pembelajaran dilaksanakan menggunakan metode ceramah dengan bantuan LCD. Guru telah dibekali dengan handout materi sebagai panduan dalam mengikuti penjelasan yang disampaikan. Kegiatan penjelasan materi diselingi dengan tanya jawab agar terjadi interaksi langsung antara guru sasaran dengan tim pengabdian. Unjuk kerja dilakukan oleh guru sasaran secara kelompok untuk merancang dan menyusun perangkat pembelajaran matematika K-13 berbasis scientific approach dan contextual learning. Penyusunan perangkat pembelajaran secara kelompok dapat memfasilitasi guru untuk menuangkan ide-ide solutif ke dalam rancangan pembelajaran (action plan) dan LKS (work sheet). Metode simulasi digunakan untuk mempraktikkan perangkat pembelajaran matematika K-13 yang telah disusun. Diskusi dan evaluasi digunakan untuk menstimulasi guru melakukan sharing atau tukar pikiran agar permasalahan yang ditemukan pada proses penyusunan maupun simulasi pelaksanaan dapat teridentifikasi. Selain itu, diskusi dan evaluasi juga digunakan untuk mengeksplorasi dan memilih alternatif solusi bagi permasalahan yang ditemukan guru pada praktik penyusunan perangkat pembelajaran matematika K-13 berbasis scientific approach dan contextual learning. Tim pengabdian pun mengevaluasi dengan memberikan saran atas RPP dan LKS yang telah disimulasikan. HASIL DAN PEMBAHASAN Tujuan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah memberikan pendampingan penyusunan perangkat pembelajaran meliputi RPP dan LKS matematika Kurikulum 2013 berbasis scientific approach dan contextual learning bagi guru SD Gugus V Kota Madya Mataram. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada hari Kamis, 8 Agustus 2019 pada pukul Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

149 14.00 WITA di SDN 4 Bajur yang dihadiri oleh 21 guru sekolah dasar khususnya kelas 4, 5, dan 6 beserta 4 kepala sekolah yang tergabung dalam Gugus V kota Madya Mataram. Kegiatan dapat terlaksana dengan baik karena adanya dukungan berbagai pihak diantaranya guru dan kepala sekolah sebagai mitra kegiatan dan tim pelaksana yang seluruhnya merupakan dosen PGSD sesuai dengan keahlian di bidangnya masing-masing. Pelaksanaan kegiatan terbagi menjadi beberapa tahapan, yang pertama adalah sosialisasi kegiatan. Tim pengabdian berkoordinasi dengan pihak terkait khususnya pihak pengelola gugus dan guru-guru sebagai peserta kegiatan. Berikutnya adalah pemberian angket untuk mengetahui seberapa sering pengalaman guru mengikuti kegiatan pelatihan penyusunan RPP dan mengetahui tentang format RPP yang selama ini digunakan pada proses pembelajaran. Hasilnya adalah guru menyatakan sudah pernah mengikuti pelatihan minimal satu kali. Tetapi masih belum memahami dengan benar tentang penyusunan RPP berdasarkan aturan terbaru. Sebagian besar guru masih merasa kesulitan merumuskan indikator pencapaian kompetensi. Guru belum terampil mengembangkan aktivitas belajar matematika siswa yang aktif dan kreatif yang mengarah pada kegiatan saintifik. Serta guru masih belum merasa terbiasa untuk mengembangkan LKS sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kegiatan dilanjutkan dengan penyampaian materi secara berurutan dalam 2 sesi. Sesi pertama adalah penjelasan perangkat pembelajaran matematika SD meliputi RPP dan LKS dalam Kurikulum 2013 dan sesi kedua berkaitan dengan pendekatan pembelajaran yang inovatif seperti pendekatan saintifik (scientific approach) dan pendekatan kontektual (contextual learning). Penyampaian materi disampaikan oleh tim dengan metode ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Dilengkapi dengan contoh konkret RPP, lengkap dengan sintaks pembelajarannya, LKS yang kontekstual, sehingga peserta mempunyai gambaran secara nyata. Adapun komponen RPP berdasarkan aturan Permendikbud No. 22 tahun 2016 terdiri dari (a) identitas sekolah; (b) identitas mata pelajaran; (c) kelas/ semester; (d) materi pokok; (e) alokasi waktu; (f) Kompetensi Inti (KI); (g) Kompetensi Dasar dan indikator pencapaian kompetensi; (h) tujuan pembelajaran; (i) materi pembelajaran yang memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur; (j) pendekatan dan metode pembelajaran; (k) alat, bahan, dan media pembelajaran; (l) sumber belajar; (m) langkah-langkah pembelajaran; (n) penilaian hasil pembelajaran (Permendikbud, No. 22 Tahun 2016, 2016: 6-7). Gambar 1 & 2. Penyampaian materi oleh Tim Kegiatan berikutnya adalah pendampingan dalam proses penyusunan perangkat pembelajaran matematika yang meliputi RPP dan LKS. Penyusunan RPP lebih dikembangkan pada Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

150 komponen tentang bagaimana guru mendesain aktivitas belajar siswa yang aktif dan kreatif. Jadi penekanannya berada pada langkah-langkah pembelajaran. Peserta dibagi menjadi 5 kelompok, dimana masing-masing kelompok mendapatkan tugas untuk merumuskan indikator dan tujuan pembelajaran berdasarkan Kompetensi Dasar (KD) yang telah ditentukan. Peserta harus menyusun indikator pembelajaran dengan menyesuaikan Kata Kerja Operasional (KKO) pada tingkatan aspek kognitif. Selanjutnya dari indikator tersebut, peserta (guru) mengembangkan aktivitas yang harus dilaksanakan siswa pada proses pembelajaran, dimulai dari kegiatan pembuka, inti, dan penutup. Sampai pada tahapan penyusunan LKS yang inovatif yang syarat akan kegiatan pembelajaran yang bermakna yaitu siswa aktif di dalam menemukan atau mengkonstruk pengetahuan melalui latihan soal yang bersifat pemecahan masalah. Gambar 3. Peserta merumuskan indikator pencapaian kompetensi dan tujuan pembelajaran berdasarkan Komepetensi Dasar (KD) matematika yang telah ditentukan Perangkat pembelajaran matematika berbasis scientific approach dan contextual learning memberikan kemudahan bagi guru dalam mengimplementasikan kegiatan belajar mengajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang efektif. Kurikulum 2013 erat kaitannya dengan pendekatan saintifik yang digunakan untuk memecahkan masalah ilmiah. Glazunov (2012: 9) menyatakan scientific method consist of the collection of data through observation and experimentation, and the formulation and testing of hypotheses. Pendekatan saintifik konsisten dengan pengumpulan data melalui observasi dan eksperimen, merumuskan, serta mencoba hipotesis. Di dalam Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013 (2014: 209), disebutkan bahwa pendekatan saintifik meliputi 5M, yaitu mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. Semantara konsep belajar kontekstual mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan kehidupan sehari-hari (Munawarah, 2017: 170). Selepas peserta kegiatan menyusun RPP dan LKS, dilanjutkan dengan simulasi oleh masingmasing kelompok. Inti kegiatan pada tahapan ini adalah melihat secara langsung proses pembelajaran yang sudah dirancang oleh guru. Simulasi praktik mengajar pada tahapan ini diwakili oleh 2 kelompok saja dengan alasan waktu yang terbatas. Hasilnya adalah peserta Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

151 sangat antusias ketika mensimulasikan pembelajaran divariasikan dengan kegiatan ice breaking seperti menyanyi dan bermain tepuk. Capaian pada tahapan ini adalah guru terbukti mampu menyajikan materi matematika secara kontekstual. Hal ini diperkuat dengan hasil penelitian Fiqih, Hobri, dan Suharto (2014: 119) menyatakan bahwa kelebihan dari perangkat pembelajaran matematika dengan pendekatan kontekstual dan saintifik antara lain: (a) dapat meng-aplikasikan pengetahuan yang diperoleh pada kehidupan sehari-hari karena disajikan secara kontekstual; (b) dapat meningkatkan pengerjaan prosedural yang mekanik menjadi pengerjaan yang memunculkan dugaan, penemuan, dan penyelesaian masalah; c) dapat melatih siswa mengemukakan ide dan mengembangkan ide secara matematika. Hal ini membuktikan apabila pendekatan saintifik divariasikan dengan pendekatan kontekstual maka hasilnya dirasa akan semakin efektif yaitu memfasilitasi siswa dalam belajar matematika. Gambar 4 & 5. Tim melakukan pendampingan terhadap proses penyusunan perangkat pembelajaran (RPP dan LKS) matematika dan tampak peserta mempresentasikan hasil diskusi kelompok Untuk mendapatkan feedback dari peserta mengenai rangkaian penyampaian materi, maka dilanjutkan dengan pelaksanaan diskusi melalui FGD (Focus Group Discussion). Banyak peserta memberikan respon positif berupa pertanyaan terkait dengan materi yang disampaikan maupun sekedar memberikan pendapat maupun saran. Hal ini menandakan bahwa peserta sangat antusias di dalam mengikuti kegiatan. Kegiatan workshop diakhiri dengan pelaksanaan evaluasi berupa angket terkait komponen dan sistematika penyusunan RPP. Hasilnya adalah guru sudah semakin bertambah pengetahuannya terkait dengan aktivitas belajar di dalam pendekatan saintifik dan kontektual. Melalui praktik secara langsung, guru sudah mampu untuk merumuskan tujuan pembelajaran yang benar disesuaikan dengan komponen A, B, C, D (Audience, Behaviour, Condition, dan Degree). Beberapa kendala yang ditemukan pada kegiatan ini antara lain, yaitu (1) waktu pelaksanaan kegiatan pendampingan dirasa sangat terbatas, sementara materi yang disampaikan cukup padat. Sehingga tidak semua kelompok dapat mempresentasikan atau mensimulasikan RPP dan LKS yang telah disusun; (2) peserta kegiatan dalam hal ini guru dan kepala sekolah sudah mempunyai pengetahuan terkait dengan sistematika penyusunan RPP berdasarkan aturan Permendikbud No. 22 Tahun Tetapi belum terampil untuk merumuskan langkah-langkah pembelajaran jika diintegrasikan dengan pendekatan pembelajaran yang inovatif seperti Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

152 pendekatan saintifik dan pendekatan kontekstual, serta keterampilan 4C (Communication, Collaboration, Chrtical Thinking, dan Creativity) di abad XXI. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Simpulan yang dapat dikemukakan dari pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah sebagai berikut: 1) Secara umum kegiatan ini telah berhasil memotivasi para guru dan kepala sekolah untuk merancang dan menyusun RPP serta LKS matematika berbasis scientific approach dan contextual learning dengan menyesuaikan kebutuhan belajar siswa. 2) Pengalaman dan pengetahuan guru bertambah terkait dengan aktivitas belajar siswa di dalam pendekatan saintifik dan kontektual. 3) Guru bertambah wawasan terkait dengan penyediaan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang tidak hanya sebatas kumpulan soal-soal terapan melainkan aktivitas belajar siswa untuk mengkonstruk pengetahuan melalui latihan soal pemecahan masalah. Guru antusias dan memberikan respon positif selama mengikuti rangkaian kegiatan. Saran Saran terkait dengan beberapa hal yang dapat ditindaklanjuti terutama kepada pihak pengelola gugus dan guru-guru sebagai peserta kegiatan adalah sebagai berikut: 1) Penyusunan perangkat pembelajaran (RPP dan LKS) matematika membutuhkan proses yang berkelanjutan, sehingga peserta kegiatan disarankan untuk mendiskusikan kembali materi yang sudah didapat bersamaan dengan rekan sejawat di sekolah masingmasing ataupun melalui kegiatan KKG. 2) Pendampingan yang intensif dari tim dosen pengabdian sebagai bentuk follow up sangat diperlukan agar kegiatan pendampingan penyusunan perangkat pembelajaran tidak hanya selesai saat kegiatan itu saja. Adanya kerjasama dengan berbagai pihak terkait, mengenai pengembangan penyusunan perangkat pembelajaran matematika (RPP dan LKS) yang bersifat inovatif. Ucapan Terima Kasih Tim pengabdian kepada masyarakat mengucapkan terima kasih kepada Universitas Mataram yang telah mendanai kegiatan Pendampingan Penyusunan Perangkat Pembelajaran Matematika SD Berbasis Scientific Approach dan Contextual Learning dalam K-13 melalui dana PNBP tahun 2019, serta kepada tim pengabdian yang telah meluangkan waktu dan tenaga hingga terselesaikannya artikel ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada peserta yaitu guru-guru serta kepala sekolah di Gugus V kota Madya Mataram yang telah terlibat aktif dan atas kerjasama dan partisipasi yang baik selama kegiatan pengabdian DAFTAR PUSTAKA Endang Poerwanti, dkk Asesmen Pembelajaran SD, Bahan Ajar Cetak, Jakarta : Dirjendikti Depdiknas. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

153 Fiqih Nur H, Hobri, dan Suharto Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Pada Model CORE Dengan Pendekatan Kontekstual Pokok Bahasan Peluang Untuk Siswa SMA Kelas XI. Kadikma, 5(2), Glazunov. N.M Foundation of Sscientific Method. National Aviation University. Juz an Afandi Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Kontekstual budaya Lombok. Beta Jurnal Tadris Matematika, 10(1), DOI: Karma, Nyoman., Siti Istiningsih., Nurhasanah., Intan Dwi Hastuti Penyuluhan Tentang Penerapan Penilaian Proses dan Hasil Belajar Berbasis Kurikulum 2013 Bagi Guru Sekolah Dasar Negeri Gugus 5 Kota Madya Mataram. Laporan Penelitian Hibah PNBP. Universitas Mataram. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Materi Pelatihan Guru, Implementasi Kurikulum Jakarta: Badan Pengembangan SDM Pendidikan dan Kebudayaan dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Munawarah Pengembangan Perangkat Pembelajaran Matematika Dengan Menggunakan Pendekatan Kontekstual. MaPan: Jurnal Matematika dan Pembelajaran, 5(2), DOI: Permendikbud. (2016). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah. Disdakmen. Jakarta. Permendikbud. (2016). Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI No. 24 Tahun 2016 Tentang Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar Pelajaran Pada Kurikulum Disdakmen. Jakarta. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

154 Pengenalan Paket Teknologi Tanaman Jagung Umur Super Genjah dan Stay-green Di Kabupaten Lombok Utara I Wayan Sudika*, I Wayan Suresna, Dwi Ratna Anugrahwati, I Gusti Putu Muliarta Aryana, A.A. Ketut Sudharmawan Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Mataram, Indonesia Kata Kunci: Lahan kering, tanaman jagung, super genjah petroganik dan staygreen Abstrak: Calon varietas unggul komposit tanaman jagung super genjah dan bersifat stay-green untuk lahan kering, telah dihasilkan melalui kegatan pemuliaan oleh Staf Fakultas Pertanian Unram. Calon varietas tersebut perlu diperkenalkan kepada petani di lahan kering; salah satunya di kabupaten Lombok Utara. Upaya untuk memperkenalkan calon varietas tersebut dapat dilakukan melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Oleh karena itu, tujuan pengabdian kepada masyarakat, yaitu menambah pengetahuan petani di bidang karakteristik tanaman jagung super genjah dan stay-green; pengetahuan tentang teknik pembuatan benih jagung komposit dan memperkenal paket teknologi penanaman jagung super genjah dan stay green di lahan kering. Metode yang digunakan dalam pengabdian kepada masyarakat adalah metode pendidikan orang dewasa (POD) dengan teknik partisipatif. Selain itu, dibuat pula demplot. Kegiatan dilakukan mulai pertengahan bulan Mei sampai dengan awal bulan September Hasil pengabdian bahwa terjadi peningkatan pengetahuan petani di bidang karakteristik tanaman jagung super genjah, teknik pembuatan benih jagung komposit dan peranan bahan organik dalam tanah akibat telah dilaksanakan pertemuan, diskusi dan pengamatan pada demplot. Keempat paket teknologi jagung Super genjah lebih awal panen dibandingkan paket cara petani yang menggunakan varietas hibrida NK212. Rata-rata bobot tongkol kering panen pada paket super genjah dengan pupuk kandang sapi pada kedua sistem tanam sebesar 22,515 kg/ubinan (10,051 t/ha) sama dengan penggunaan petroganik sebesar 22,935 kg/ubinan (10,239 t/ha). Petani disarankan untuk menggunakan paket jagung super genjah yang menggunakan pupuk petroganik sebanyak 600 kg per hektar dengan sistem tanam jajar legowo atau tunggal. Korespondensi: PENDAHULUAN Pada tahun 2013, kebutuhan pakan ternak mencapai 13,80 juta ton, dengan kebutuhan bahan baku jagung kuning sekitar 7.00 juta ton. Kebutuhan tersebut sebagian dipenuhi dari produksi jagung dalam negeri, yakni sekitar 3.8 juta ton dan 3,2 juta ton dari impor (Musta idah, 2013). Hal ini dapat terjadi karena produksi jagung dalam negeri hanya sekitar 22 persen dapat diterima oleh pabrik pakan ternak karena kualitas rendah, sehingga sebagian dari kebutuhan pabrik tersebut harus diimpor (Arifenie, 2013). Kebutuhan jagung kuning untuk bahan baku pakan ternak naik menjadi sekitar 7.7 juta ton pada tahun 2014 dan dipenuhi dari Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

155 impor sebesar 3,0 juta ton (Akbarwati, 2015); sedangkan 4.7 juta ton dipenuhi dari produksi jagung dalam negeri. Menurut ahli pakan dan nutrisi ternak, Balai Penelitian Ternak Ciawi Bogor; dalam lima tahun ke depan diprediksi kebutuhan pabrik pakan ternak mencapi dua kali lipat, sehingga produksi jagung perlu ditingkatkan (Anonymous, 2014). Peningkatan produksi jagung dapat dilakukan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. Intensifikasi memiliki peluang besar dilakukan karena produktivitas jagung masih jauh dari potensi hasil. Berdasarkan angka ramalan tetap, produktivitas jagung di Indonesia pada tahun 2012 sebesar ton per hektar (Badan Pusat Statistik, 2013); sedangkan potensi hasil jagung mencapai 8 ton atau lebih untuk varietas unggul komposit dan lebih dari 13 ton untuk varietas hibrida (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 2012). Intensifikasi selain dilakukan di lahan sawah irigasi teknis, juga dapat dilakukan di lahan kering mengingat sekitar 60 persen areal jagung di Indonesia berada di lahan kering (Indriani dan Mejaya, 2012); salah satunya di Nusa Tenggara Barat (NTB). NTB memiliki lahan kering sekitar 70 persen dari seluruh luas NTB dan beriklim kering dengan bulan basah sekitar 3-4 bulan. Lahan tersebut baru dimanfaatkan sekitar 31 persen untuk pertanian (Bappeda NTB, 2013) dan sisanya berpeluang besar untuk pengembangan tanaman jagung melalui program ekstensifikasi. Oleh karena itu, pengembangan tanaman jagung menjadi prioritas pemerintah NTB guna meningkatkan produksi dan pendapatan petani di lahan kering, melalui program PIJAR (sapi, jagung dan rumput laut) (Pemda NTB, 2008) dan dilanjutkan dengan program Pajale sejak tahun Karakterisitik varietas unggul jagung untuk lahan kering, yaitu tahan terhadap cekaman kekeringan, umur genjah ( 90 hari) dan hasilnya tinggi (Mejaya, et al., 2010). Varietas jagung yang ditanam di lahan kering memiliki syarat antara lain; daya tumbuh besar, mempunyai dedaunan yang rimbun, susunan perakarannya yang dalam dan kuat. Sistem perakaran yang meliputi penyebaran akar, tahanan dan permiabilitas akar serta kemampuan daun untuk menahan laju transpirasi, akan menentukan besarnya air yang diperlukan oleh tanaman untuk pertumbuhannya pada lahan kering (Soetrisno, 1989). Secara umum, ideotipe tanaman yang toleran cekaman kekeringan antara lain ukuran biji lebih besar, coleoptil lebih panjang, pertumbuhan penutupan tanah lebih cepat, biomass sebelum keluar bunga betina tinggi, konsentrasi ABA lebih tinggi, bersifat stay-green dan daun lebih tebal dan berlilin (Anonymous, 2012). Kecamatan Kayangan memiliki sebagian besar lahan kering dan petani umumnya menanam jagung pada musim hujan. Pada musim kemarau, sangat jarang petani yang menanam jagung karena pengairan yang cukup mahal. Saat ini, varietas yang ditanam oleh petani adalah hibrida melalui bantuan pemerintah dan swadaya seperti NK 212, Bisi 2 dan Pioneer 21. Umur panen varietas ini lebih dalam, sehingga frekuensi pemberian air akan lebih banyak untuk memperoleh hasil yang optimal. Apabila kekurangan air, maka pertumbuhan kurang baik dan hasil lebih rendah. Oleh karena itu, varietas hibrida nampaknya kurang cocok untuk lahan kering, sehingga perlu mencari varietas lain, yakni varietas komposit; Kegiatan pemuliaan Fakultas Pertanian telah menghasilkan populasi harapan, yakni P8IS. Populasi ini Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

156 memiliki umur super genjah (< 80 hari) dan bersifat stay-green (Sudika, et. al., 2018). Sifat umur super genjah dan stay green ini, memungkinkan frekuensi pemberian air lebih sedikit, sehingga pendapatan yang diperoleh petani lebih tinggi. Apabila populasi harapan ini menjadi varietas unggul, maka petani dapat memperbanyak sendiri, sehingga tidak perlu membeli benih setiap kali penanaman. Sifat stay-green sangat bermanfaat untuk pakan ternak terutama di musim kemarau akibat sulitnya memperoleh hijauan. Selain menggunakan varietas yang tahan terhadap kekeringan, upaya yang dapat dilakukan untuk mempertahankan air dalam tanah adalah dengan pemberian pupuk organik. Pemberian pupuk organik ini dapat mengurangi frekuensi pemberian air, sehingga usahatani jagung lebih menguntungkan. Salah satu pupuk organik tersebut adalah pupuk kandang sapi. Hasil penelitian Kusnarta dan Sudika (2017) menyatakan, bahwa hasil tertinggi tanaman jagung pada kondisi cekaman kekeringan di tanah pasiran Lombok Utara diperoleh dosis pupuk kandang sapi 20 t/ha. Selain itu, sekarang pemerintah telah memberikan subsidi terhadap pupuk organik Petroganik untuk digunakan pada penanaman berbagai jenis tanaman termasuk tanaman jagung. Menurut Petrokimia (2008) dan Petrokimia (2015), bahwa dosis pupuk petroganik untuk jagung hibrida adalah 500 kg/ha. Petani sasaran belum memiliki pengetahuan tentang tanaman jagung umur super genjah dan sifat stay green baik karakteristik dan keuntungannya. Pengetahuan tentang peranan pupuk organik pada lahan kering juga belum dimiliki oleh petani. Ketrampilan dalam penanaman jagung menggunakan populasi harapan umur super genjah dan stay green dengan menggunakan pupuk organik belum diyakini oleh petani. Oleh karena itu, petani perlu diberi kesempatan untuk melihat dan terlibat langsung dalam teknik budidaya sejak persiapan lahan hingga panen. Bertolak dari permasalahan di atas, maka dapat ditawarkan beberapa solusi sebagai berikut: 1) Perlu dilakukan kegiatan pengabdian berupa penyampaian materi dalam suatu pertemuan. Hal ini bertujuan untuk mentransfer ilmu pengetahuan dan teknologi kepada petani agar petani kenal dan paham tentang tanaman jagung yang memiliki umur super genjah dan bersifat stay green serta peranan bahan organik dalam tanah. Untuk lebih meyakinkan petani akan paket teknologi tersebut, maka perlu ada kegiatan demplot. Demplot ini menyajikan penanaman berbagai macam paket teknologi; yang menggunakan dua macam pupuk organik dan dua macam varietas jagung. Demplot ditempatkan pada tempat yang strategis agar petani dapat menyaksikan secara utuh pertanaman jagung tersebut. Petani dapat menilai sendiri tentang usahatani jagung menggunakan pupuk organik dan membandingkan dua varietas pada lahan kering. METODE KEGIATAN Metode yang digunakan dalam pengabdian kepada masyarakat adalah metode pendidikan orang dewasa (POD) dengan teknik partisipatif. Peserta pengabdian adalah Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

157 pengurus dan anggota kelompoktani Lembah Telaga yang ada di dusun Amor-Amor, kecamatan Kayangan, kabupaten Lombok Utara. Mula-mula disampaikan beberapa materi kemudian dilanjutkan dengan tanya jawab dan diskusi. Materi yang akan disampaikan dalam kegiatan ini, meliputi: a. Kebijakan dan prospek agribisnis jagung di NTB b. Teknik pembuatan benih jagung komposit c. Karakteristik tanaman jagung varietas komposit umur super genjah dan stay-green dan varietas hibrida. d. Peranan bahan organik dalam tanah di lahan kering Demonstrasi plot Demonstrasi plot dan praktek budidaya tanaman jagung di lahan kering dengan pengairan sumur pompa, dilakukan di lahan petani pada musim kemarau. Petani secara partisipatif ikut terlibat secara bersama-sama dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil panen. Areal demplot dilakukan pada tanah petani seluas 10 Are. Areal demplot dibagi 5 subpetak; masing-masing subpetak memuat satu paket teknologi. Paket teknologi yang didemonstrasikan sebanyak 5 paket termasuk satu paket cara petani. Paket-paket tersebut, sebagai berikut: Paket I (a) : Populasi P8IS, sistem tanam jajar legowo 2: 1 dan dosis pupuk kandang Sapi 20 t/ha Paket I (b) : Populasi P8IS, sistem tanam tunggal dan dosis pupuk kandang Sapi 20 t/ha Paket II (a): Populasi P8IS, sistem tanam jajar legowo 2:1 dan dosis pupuk organik Petroganik 600 kg/ha Paket II (b): Populasi P8IS, sistem tanam tunggal dan dosis pupuk organik Petroganik 600 kg/ha. Paket III : Cara petani, yakni varietas NK212 tanpa pupuk organik. Pengolahan tanah dilakukan dengan membajak dan menggaru masing-masing satu kali kemudian diratakan. Pupuk kandang sapi diberikan sebelum tanam dengan cara menyebarkan secara merata pada bedengan kemudian tanah diratakan. Pupuk petroganik seluruhnya diberikan pada saat tanam dengan cara mencampurkan 300 kg Ponska dan 100 kg Urea. Pupuk diberikan secara tugal sekitar 5-7 cm dari lubang benih pada saat tanam. Lubang pupuk dan benih selanjutnya ditutup dengan tanah. Pemupukan susulan, diberikan pada umur hari setelah tanam dengan 100 kg urea. Pemupukan dilakukan secara tugal dengan jarak sekitar 10 cm dari tanaman. Pengairan diberikan secara terbatas pada seluruh pertanaman dalam demplot, yakni 10 minggu sekali. Penyiangan dan pembumbunan dilakukan satu kali, yakni segera setelah pemupukan susulan. Tim Pengusul akan memberikan pelayanan teknis kepada petani dengan mengundang partisipatif petani mulai dari penyusunan/perencanaan program, pelaksanaan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

158 kegiatan (menanam, memelihara, panen, dan lain-lain), membandingkan, dan memutuskan apakah paket yang dilaksanakan lebih baik atau tidak dibandingkan dengan cara petani. HASIL DAN PEMBAHASAN Penyampaian Materi Pengabdian Kegiatan penyampaian materi pertama, dilakukan pada saat penanaman pada tanggal. Materi yang disampaikan berkaitan dengan penanaman, yaitu jumlah biji per lubang, sistem tanam jajar legowo, peran bahan organik dalam tanah dan cara pemberian pupuk organik dan pupuk anorganik. Penempatan paket-paket teknologi yang didemonstrasikan juga disampaikan pada saat penanaman. Beberapa anggota kelompok tani telah hadir pada saat tersebut dan petani secara langsung mengerjakan kegiatan demplot tersebut. Hal ini menyebabkan petani lebih paham tentang paket yang didemonstrasikan. Kegiataan penanaman jagung untuk pembuatan demplot disajikan pada Gambar 1 Gambar 1. Petani peserta pengabdian terlibat dalam penanaman untuk demplot disertai penyampaian beberapa mater Dalam pemeliharaan tanaman, diberikan air terbatas untuk menunjukkan ketahanan populasi jagung super genjah dibanding dengan varietas hibrida yang biasa ditanam petani. Pada saat pembungaan diperlukan air yang cukup agar hasil tidak mengalali penurunan. Pada paket yang didemonstrasikan nampak tanaman tidak layu; sedangkan cara petani mulai layu. Hal ini dapat disebabkan oleh penggunaan varietas super genjah yang lebih tahan terhadap kekeringan. Selain itu, pada paket super genjah diberikan pupuk organik, sehingga tanah lebih lama dapat menahan air. Perbedaan tingkat ketahanan super genajh dan hibrida NK212 seperti ditunjukkan pada Gambar 2. Pertemuan berikutnya, dilakukan pada saat panen bertempat di lahan dekat demplot di desa Gumantar kabupaten Lombok Utara. Pertemuan diikuti oleh 30 orang peserta yang terdiri dari ketua kelompoktani dan anggota beberapa kelompoktani. Kegiatan ini berlangsung dalam suasana kekeluargaan dan suasana desa yang sangat kental karena dilaksanakan di lahan. Materi yang disampaikan meliputi karakteristik tanaman jagung super genjah dan teknik pembuatan benih jagung komposit. Seluruh materi yang disampaikan sangat menarik perhatian petani. Suasana saat pertemuan, seperti terlihat pada Gambar 3. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

159 Gambar 2. Pertanaman cara petani mulai layu namun jagung super genjah masih segar pada saat pembungaan Gambar 3. Peserta sedang menyaksikan hasil demplot Demontrasi Plot Pelaksanaan Demplot dilakukan dengan melakukan penanaman sesuai paket teknologi yang direncanakan. Paket tersebut yaitu paket I (Super genjah P8IS, pupuk kandang sapi dan sistem tanam jajar legowo; paket II (Super genjah P8IS, pupuk organik petroganik dan sistem tanam jajar legowo) dan paket III (cara petani: varietas hibrida NK212, sistem tanam tunggal dan tanpa pupuk organik). Lahan yang digunakan seluas 10 are berupa lahan kering di Desa Gumantar. Penanaman dilakukan tanggal 23 Juni Sistem tanam jajar legowo 2: 1 menggunakan jarak tanam (20 x 35 cm) x 70 cm dan sistem tunggal oleh petani menggunakan jarak tanam 20 x 70 cm. Penanaman dilakukan dengan cara tugal dan tiap lubang tugal diisi 2 biji, dengan dokumentasi seperti disajikan pada Gambar 4. Dalam pelaksanaan demplot, tidak ada kendala yang berarti karena pompa dapat berfungsi selama pelaksanaan demplot. Serangan hama terjadi, yakni hama ulat penggerek bunga jantan, namun segera dapat diatasi dengan menyemprotkan insektisida Prevaton. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

160 Gambar 4. Teknik penanaman jagung dengan sistem tanam tugal Gambar 5. Keikut-sertaan petani saat panen pada petak demplot dan menyaksikan hasil panen Pada saat ini juga dilakukan panen pada petak demonstrasi oleh beberapa petani sendiri dan langsung menyaksikan hasil panen setiap paket. Pada saat bersamaan dipanen pula varietas hibrida NK212 (cara petani) walaupun masih muda. Hal ini untuk menunjukkan bahwa paket jagung super genjah jauh lebih cepat panen dibanding paket petani. yang menggunakan varietas NK212, seperti terlihat pada Gambar 5. Pada Gambar tersebut terlihat, bahwa pada saat panen jagung Super genjah umur 78 hari, varietas hibrida NK212 sedang fase pengsian biji dan dipanen pada umur 98 hari. Pengamatan terhadap beberapa variabel pada saat panen telah dilakukan, meliputi jumlah tongkol yang dipanen dan bobot tongkol kering panen per ubinan. Ukuran ubinan adalah 3 x 7,4 m (16 baris untuk jajar legowo dan 13 baris untuk sistem tanam tunggal. Setiap baris terdiri atas maksimal 15 tanaman), namun pada saat panen jumlah tongkol yang dipanen tidak maksimal. Data beberapa variabel pada demplot saat panen, disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Data umur panen, jumlah tongkol yang dipanen dan bobot tongkol kering panen setiap paket teknologi No. Paket teknologi Umur panen (hari) 1 Paket Ia (P8IS, jarwo dan pupuk kandang sapi) 2 Paket Ib (P8IS, sistem tanam tunggal dan pupuk kandang sapi) 3 Paket IIa (P8IS, jarwo dan pupuk petroganik) 4 Paket IIb (P8IS, sistem tanam tunggal dan pupuk petroganik) 5 Paket III (cara petani: NK212, sistem tanam tunggal dan tanpa pupuk organik) Jumlah tongkol maksimal (tongkol) Jumlah tongkol yang dipanen (tongkol) Bobot tongkol kering panen (kg) Rata-rata bobot per tongkol (g) (77,5 %) 23, , (91,4%) 21, , (75,8 %) 22, , (94,0 %) 23, , (92,4 %) 23, ,00 Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

161 Pada Tabel 1 terlihat, bahwa jumlah tongkol maksimal sistem tanam jajar legowo lebih banyak dibanding sistem tanam tunggal karena jumlah barisnya lebih banyak. Persentase jumlah tongkol yang dipanen jauh lebih banyak pada sistem tanam tunggal, yaitu rata-rata 92,6 persen untuk sistem tunggal termasuk cara petani dan 76,7 persen untuk sistem jajar legowo. Bobot tongkol kering panen sistem jarwo dengan pupuk kandang sapi lebih berat disbanding sistem tunggal; namun sebaliknya pada petroganik, justru sistem tunggal lebih berat tongkolnya. Rata-rata bobot per tongkol terberat pada sistem tunggal dengan petroganik untuk populasi super genjah. Umur panen super genjah rata-rata 78 hari untuk keempat paket teknologi; sedangkan untuk cara petani, varietas NK212 panennya umur 97 hari; lebih lambat 20 hari. KESIMPULAN DAN SARAN Bertolak dari uraian di atas maka dapat disimpulkan, sebagai berikut: 1. Terjadi peningkatan pengetahuan petani di bidang karakteristik tanaman jagung super genjah, teknik pembuatan benih jagung komposit dan peranan bahan organik dalam tanah akibat telah dilaksanakan pertemuan, diskusi dan pengamatan pada demplot. 2. Keempat paket teknologi jagung Super genjah lebih awal panen dibandingkan paket cara petani yang menggunakan varietas hibrida NK Rata-rata bobot tongkol kering panen pada paket super genjah dengan pupuk kandang sapi pada kedua sistem tanam sebesar 22,515 kg/ubinan (10,051 t/ha) sama dengan penggunaan petroganik sebesar 22,935 kg/ubinan (10,239 t/ha). 4. Petani disarankan untuk menggunakan paket jagung super genjah yang menggunakan pupuk petroganik sebanyak 600 kg per hektar dengan sistem tanam jajar legowo atau tunggal. Ucapan Terima Kasih Tim pengabdian kepada masyarakat mengucapkan terima kasih kepada Rektor Universitas Mataram atas dana yang telah diberikan, sehingga kegiatan ini dapat berlangsung sesuai rencana. Tim juga mengucapkan terima kasih kepada Ketua LPPM Universitas Mataram beserta staf; yang telah membantu dalam proses mulai dari pengajuan proposal, pencairan dana hingga diterimanya laporan akhir. DAFTAR PUSTAKA Akbarwati, I., Kualitas Jagung Indonesia Lebih Baik, Kenapa Impor? kenapa -impor (Diakses, 21 Nopember 2015). Anonymous, Breeding for Drought Stress Tolerance. org/wiki/breeding_for_drought_stress_tolerance. (Diakses, 9 Agustus 2015) Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

162 Anonymous, Kebutuhan Jagung untuk Pakan Ternak 14.7 Juta Ton. Antaranews.com/berita/450362/kebutuhan-jagung-untuk-pakan-ternak 14.7-jutaton/htm. (Diakses, 20 April 2015). Arifenie, F.N., Impor Jagung Pakan Ternak Akan Melonjak 86 % (Diakses, 20 April 2015). Badan Pusat Statistik, Produksi Padi, Jagung dan Kedelai (Angka Sementara Tahun 2012). Berita Resmi Statistik BPS No. 20/03/Th.XVI. Bappeda NTB, NTB Dalam Angka Mataram Indriani, F.C. dan Mejaya, Toleransi Genotipe Jagung Biji Putih terhadap Cekaman Kekeringan. Hal Prosiding Seminar Nasional Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Kusnarta dan Sudika, Kajian Daya Hasil Berbagai Umur Panen Tanaman Jagung Melalui Pengaturan Teknik Budidaya Guna Mendukung Pertanian Berkelanjutan Di Lahan Kering. (Laporan Hasil Penelitian Tahun I) Mejaya, M. J., Azrai dan R. N. Iriany, Pembentukan Varietas Unggul Jagung Bersari Bebas. Hal Dalam Jagung: Teknik Produksi dan Pengembangan. Litbang Deptan. Musta idah, A., Impor Jagung 2013 Capai 3,2 Juta Ton. (Diakses, 26 Januari 2014). Pemda NTB, Arah Kebijaksanaan Pemerintah Propinsi NTB. Bappeda NTB, Mataram. Petrokimia, Anjuran Penggunan Petroganik. penggunaan.html (Diakses 26 Maret 2018) Petrokimia, Pemupukan Berimbang pada Tanaman Jagung Hibrida. (Diakses 26 Maret 2018) Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Perkembangan Jagung Hibrida Badan Litbang Pertanian. Badan Penelitian dan Pngembangan Pertanian Departemen Pertanian. Soetrisno, Bimbingan Praktis Pola Tanam pada Lahan Kering. Armico, Bandung. 47. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

163 Public Sharing on Prevention and Impact of Bullying in Adolescents I Wahyu Sulistya Affarah*, Emmy Amalia, Lina Nurbaiti, Hamsu Kadriyan, Pujiarohman Faculty of Medicine, University of Mataram, Mataram, Indonesia Kata Kunci: bullying, remaja, pelajar Abstrak: Latar Belakang. Bullying telah dikenal sebagai masalah sosial yang terutama ditemukan di kalangan pelajar. Bullying dapat membawa dampak buruk yang berat pada korban termasuk gangguan belajar, gangguan mental, gangguan fisik, dan masalah kesehatan lain. Kebanyakan perilaku bullying terjadi secara tersembunyi (covert) dan sering tidak dilaporkan, sehingga kurang disadari oleh kebanyakan orang. Tujuan. Untuk memberikan gambaran dan meningkatkan pengetahuan masyarakat umumnya dan pelajar SMA khususnya tentang bullying Metode. Terdapat dua metode yang digunakan yakni diskusi partisipatif untuk menjangkau target sasaran masyarakat awam dan penyuluhan untuk target sasaran pelajar. Hasil: Kegiatan public sharing dilakukan pada bulan September 2018 di salah satu kafe di Mataram. Kegiatan ini diikuti oleh 20 orang peserta dengan latar belakang pendidikan, usia, dan profesi yang berbeda. Dari 20 orang peserta, sebagian besar berprofesi sebagai guru dan yang lain adalah dokter umum, mahasiswa, pelajar, dan ibu rumah tangga. Rentang usia peserta adalah tahun. Sedangkan untuk penyuluhan diikuti oleh 40 orang siswa kelas XI dan XII SMAN 3 Mataram. Narasumber berjumlah empat orang yangmana salah satunya adalah mahasiswa asal Jepang yang sedang menyelesaikan tesisnya di kota Mataram. Terdapat empat materi dari narasumber yang meliputi topik tentang: Bullying ditinjau dari sudut pandang psikiatri; Dampak bullying pada kesehatan masyarakat; Mencegah prilaku bullying dari rumah, serta prilaku bullying di sekolah-sekolah di Jepang sekaligus diseminasi hasil penelitian tentang bullying di sekolah menengah atas di Kota Mataram. Kesimpulan: Kegiatan pengabdian ini merupakan upaya untuk mendiseminasikan informasi terkait bullying pada remaja serta pencegahannya. Didapatkan beberapa kasus bullying kategori ringan berdasar pengalaman peserta. Secara umum, pengetahuan mengenai bullying, dampak maupun pencegahannya masih kurang, sehingga tidak terlaporkan. Korespondensi: PENDAHULUAN Bullying telah dikenal sebagai masalah sosial yang terutama ditemukan di kalangan pelajar. Dalam beberapa tahun terakhir, fenomena bullying semakin mendapat perhatian banyak pihak, baik peneliti, pendidik, organisasi perlindungan, dan tokoh masyarakat (Rudi, 2010). Kebanyakan perilaku bullying terjadi secara tersembunyi (covert) dan sering tidak Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

164 dilaporkan, sehingga kurang disadari oleh kebanyakan orang (Glew, Rivara, & Feudtner, 2000). Beberapa penelitian mengenai bullying yang dilakukan pada anak-anak usia sekolah menengah di beberapa negara dengan pendapatan yang tinggi menunjukkan prevalensi bullying yang cukup tinggi, yaitu antara 5-57%, sedangkan pada negara-negara dengan pendapatan menengah atau rendah prevalensi bullying didapatkan lebih tinggi lagi, yaitu sekitar % (Fleming, 2009). Nansel dan kawan-kawan di tahun 2001 melakukan penelitian terhadap siswa kelas 6 sampai kelas 10 di Amerika, dan hasilnya menunjukkan sekitar 10,6% dari mereka melaporkan menjadi korban bullying dengan frekuensi kadang-kadang dan sering selama masa sekolah, 13% mengaku melakukan bullying pada orang lain dengan frekuensi kadang-kadang dan sering, dan 6,3% dari seluruh sampel menjadi pelaku dan korban bullying (Khairiyah, 2015). Berdasarkan studi Ndetei dan kawan-kawan pada tahun 2007, perilaku bullying juga terjadi di sekolah menengah. Bentuk bullying yang banyak terjadi adalah dengan memukul, mengejek, memanggil nama panggilan, mengancam, dan mengambil barang milik korban. Perilaku tersebut dilakukan secara berulang-ulang dan berkelanjutan. Keadaan ini akan terus berlangsung karena korban tidak berani untuk melawan. Dampak dari perilaku bullying dapat menyebabkan korban merasa malu, tertekan, perasaan takut, sedih dan cemas. Jika kondisi ini berkepanjangan bisa mengarah ke depresi (Okoth, 2014). Selain dampak dari masalah psikologis juga dapat berpengaruh terhadap masalah kesehatan fisik seperti memar pada daerah yang dipukul, lecet, bengkak, sulit tidur, nafsu makan menurun. Gejala lain yang dimunculkan diantaranya merasa terancam, sulit berkonsentrasi, penurunan prestasi akademik dan merasa sendiri (Laeheem, 2013). Bullying juga dihubungkan dengan angka bunuh diri yang tinggi di kalangan remaja (Center for Desease Control and Prevention, 2016). Beberapa penelitian mengenai bullying melaporkan berbagai dampak negatif yang ditimbulkannya dengan tingkat keparahan yang bervariasi. Ketika terjadi peristiwa bullying, pelaku dan korban sama-sama merupakan elemen kunci yang perlu mendapatkan perhatian khusus. Pelaku bullying pada umumnya memiliki ciri khas, yaitu agresivitas yang tinggi dan kurang memiliki empati. Mereka cenderung menampilkan perilaku negatif dan antisosial (misalnya, membolos, nakal, penyalahgunaan zat) selama masa remaja dan berisiko untuk mengalami gangguan kejiwaan (Gini, 2008). Bagi korban bullying, sekolah dapat menjadi tempat yang tidak menyenangkan dan berbahaya. Ketakutan yang mereka alami dapat menimbulkan depresi, low self esteem (LSE), dan sering absen. Biasanya korban bullying akan mengalami perubahan perilaku, seperti: sering menyendiri, menarik diri dari pergaulan dengan teman sebayanya (peer group), dihantui perasaan takut jika berhadapan dengan guru, semangat dan motivasi belajar menurun, serta penurunan daya kreativitas. Semua ini tentu saja akan berpengaruh pada menurunnya prestasi belajar siswa. Korban bullying merasakan berbagai emosi negatif (marah, dendam, kesal, tertekan, takut, malu, sedih, tidak nyaman, terancam), namun mereka tidak berdaya menghadapinya. Dalam jangka panjang emosi-emosi ini dapat berujung pada munculnya Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

165 perasaan bahwa dirinya tidak berharga. Oleh karena itu, di sebagian besar negara barat, bullying dianggap sebagai hal yang serius karena cukup banyak penelitian yang menunjukkan bahwa dampak dari perilaku ini sangat negatif (Kyriakides, 2006; Huraerah, 2007). Bullying merupakan tindakan kekerasan yang dilakukan secara berulang dan melibatkan adanya kekuatan fisik antara korban dan pelaku. Di Indonesia, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) merilis data bahwa kasus bullying pernah dialami sekitar 87,6 % anak usia 12 tahun hingga 17 tahun dimana korban laki-laki lebih banyak dari perempuan dan perilaku bullying lebih rentan terjadi pada usia remaja awal (Desiree, 2013; Aisiyai, 2015; Yani et al, 2016). Bullying yang terjadi di Indonesia banyak ditemukan di lingkungan sekolah baik formal maupun non formal. Menurut penelitian terdahulu kasus bullying yang sering terjadi sekitar % dalam bentuk kekerasan, pemerasan, mengancam dan mengambil barang barang, selebihnya merupakan kasus bullying dalam bentuk yang lain seperti cyber bullying. Namun demikian, dari hasil penelitian dari beberapa negara, angka kejadian bullying di Indonesia termasuk rendah jika dibandingkan negara-negara lain. Persentase siswa sekolah berusia tahun yang mendapatkan bullying hanya sebesar 20,6%, sementara persentase di negara-negara Asia Tenggara lain berkisar 36,2% (Center for Desease Control and Prevention, 2015). Namun demikian masih sedikit informasi yang dapat digali terkait bullying di Indonesia sehingga perlu dilakukan public sharing pencegahan dan dampak perilaku bullying pada remaja di Kota Mataram, NTB. METODE KEGIATAN Pada tahap persiapan, tim pengabdian melakukan telusur pustaka tentang kondisi bullying di Indonesia pada umumnya dan di Mataram pada khususnya. Kemudian tim pengabdian memilih 5 (lima) SMA Negeri di Kota Mataram dengan karakteristik yang serupa yakni prestasi akademik, latar belakang tingkat ekonomi, dan latar belakang sosial budaya yang heterogen. Kelima SMA Negeri ini mendapat undangan khusus untuk menghadiri public sharing. Sedangkan untuk kegiatan edukasi, dipilih salah satu sekolah yakni SMA Negeri 3 Mataram. Selanjutnya tim menyiapkan materi, alat-alat dan bahan yang diperlukan untuk skrining bullying. Materi yang disiapkan meliputi: a. Mengenal A sampai Z bullying b. Tanda dan gejala perilaku bullying c. Pelaku, korban, dan pelaku-korban d. Pencegahan bullying dan apa yang bisa kita lakukan e. Penanganan bullying. Pada tahap intervensi, tim turun ke lapangan bersama-sama dan melakukan pemaparan materi yang telah disiapkan secara bersama-sama sebagai satu kesatuan, tidak membagi diri. Terdapat tiga orang mahasiswa yang akan terlibat dalam pelaksanaan kegiatan ini, yakni: Pada kegiatan public sharing anggota tim ada yang bertugas sebagai pemberi materi, moderator, notulen, dan observer. Kegiatan kemudian dilanjutkan dengan diskusi interaktif dengan peserta. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

166 Pada hari berikutnya yang telah ditetapkan, dilakukan edukasi kepada siswa pada khususnya, dan civitas akademik SMA pada umumnya mengenai bullying dalam bentuk penyuluhan dan diskusi aktif. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan public sharing dilaksanakan pada hari Minggu, 1 September 2019 pukul sampai selesai. Sedangkan kegiatan edukasi di SMAN 3 Mataram dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 2 September Hasil Kegiatan 1. Public Sharing Total sebanyak 20 orang (14 perempuan) mengikuti kegiatan public sharing ini. Rentang usia bervariasi dari usia 9-40 tahun. Profesi peserta sangat bervariasi, sebagian besar berprofesi sebagai guru, baik guru SD, SMP maupun SMA, sisanya adalah mahasiswa, pelajar, Ibu rumah tangga, dokter umum, dan pegawai swasta. Terdapat 4 sesi yang berisi 4 materi, diikuti diskusi pada tiap akhir sesi. Anggota tim memiliki tugas sebagai berikut: 1. dr. Wahyu Sulistya Affarah, MPH pembawa acara sekaligus moderator 2. dr. Emmy Amalia, Sp. KJ pemateri & notulen 3. dr. Lina Nurbaiti, M. Kes pemateri & notulen 4. Pujiarohman, M. Psi pemateri & publikasi 5. Dr. Hamsu Kadriyan, Sp. THT-KL, M. Kes publikasi & dokumentasi Gambar 1. Penyampaian empat materi oleh narasumber Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

167 Gambar 2. Suasana interaktif dalam public sharing serta pembagian hadiah bagi peserta yang aktif Edukasi di SMAN 3 Mataram Kegiatan edukasi tentang bullying ini diikuti oleh perwakilan siswa kelas 11 dan 12 SMAN 3 Mataram sebanyak 40 siswa. Diskusi berlangsung dinamis. Beberapa pertanyaan terkait batasan bullying, dampak, dan cara mengatasi muncul selama diskusi. Beberapa pengalaman yang pernah dialami dan termasuk dalam kategori bullying dipaparkan oleh beberapa siswa. Namun, tidak terdapat pengalaman kasus bullying dengan kategori berat. Kegiatan penyuluhan diawali dengan pemberian pretes dan diakhiri dengan pemberian postes kepada peserta setelah penyuluhan berakhir. Didapatkan perbaikan nilai pada postes dibandingkan dengan nilai pretes dimana nilai rata-rata pretes 5,92 dan nilai ratarata postes 8,13. Materi penyuluhan meliputi definisi bullying, faktor-faktor risiko yang membuat seseorang rentan mengalami bullying, individu yang terlibat (pelaku dan korban), patofisiologi terjadinya bullying, dampak bullying, bagaimana tata laksananya dan bagaimana strategi mencegah bullying. Penyuluhan dilakukan secara interaktif antara pemberi materi dengan peserta dengan media presentasi power point dan bersifat pemaparan materi yang diikuti dengan diskusi interaktif. Proses penyuluhan dimulai dari jam WITA ditandai dengan dimulainya pretes dan diakhiri pada jam WITA ditandai dengan selesai dilakukannya postes kepada peserta. Sebagian siswa menganggap terdapat faktor protektif di sekolah-sekolah di SMU Negeri di Kota Mataram yang dapat menghambat terjadinya bullying. Faktor-faktor tersebut meliputi adanya mata pelajaran PPKN dan pendidikan agama, dimana siswa diajarkan tentang bertoleransi terhadap perbedaan, berbuat baik dan tidak menyakiti terhadap sesama sebagai bagian ketakwaan terhadap Tuhan. Selain itu terdapat peran wali kelas yang diharapkan dapat mendeteksi sejak dini jika terdapat kasus bullying di kelas. Adanya UKS dan guru bimbingan dan konseling juga diharapkan menjadi pintu skrining untuk mendeteksi adanya kasus-kasus bullying dan dapat menyelesaikan kasus bullying yang terjadi sehingga tidak terjadi dampak jangka panjang. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

168 Gambar 4. Suasana Edukasi tentang bullying SMUN 3 Mataram Evaluasi kegiatan 1. Kegiatan public sharing ini berjalan lancar dan mendapatkan sambutan yang baik, meski perwakilan dari Sekolah Menengah Atas yang diundang tidak dapat hadir. Seluruh peserta mengikuti kegiatan dari awal hingga akhir acara. Sesi diskusi berlangsung dinamis di tiap akhir sesi. Partisipan yang cukup aktif terutama adalah yang berprofesi sebagai guru karena selama ini merasa kurang memiliki informasi mengenai bullying, baik dalam hal pengertian, dampak, maupun pencegahan serta cara penanganannya. Padahal, kasus bullying ini kerap ditemui diantara siswa, terutama yang termasuk dalam kasus ringan. 2. Kegiatan Edukasi di SMAN 3 Mataram Selain diskusi berlangsung dinamis, kegiatan ini diikuti oleh para siswa secara aktif dari awal hingga akhir acara. Didapatkan ketidaktahuan tentang perilaku bullying pada sebagian besar siswa yang hadir. Banyak dipaparkan pengalaman tentang perilaku bullying yang termasuk dalam kategori ringan, namun para siswa tidak menyadarinya. Oleh karenanya, dipandang perlu untuk dilakukan edukasi serupa ke depan dengan cakupan sasaran yang lebih luas. KESIMPULAN DAN SARAN Bullying merupakan masalah sosial yang sering ditemukan, terutama di kalangan pelajar. Bullying dapat memberikan dampak buruk yang berat pada korban berupa gangguan belajar, gangguan mental, gangguan fisik, dan masalah kesehatan serta psikososial lain. Di beberapa negara, bullying berkontribusi besar terhadap angka kejadian bunuh diri pada remaja. Dari kegiatan pengabdian masyarakat public sharing dan edukasi di SMUN 3 Mataram ini, didapatkan data bahwa sebagian besar masyarakat umum maupun siswa SMUN 3 Kota Mataram belum cukup mengenal bullying, mengetahui faktor-faktor risiko yang mungkin membuat siswa rentan mengalaminya, dapat mengenal tanda dan gejala korban bullying, dan sampai saat ini dapat mengatasi kasus-kasus bullying yang terjadi di sekolah. Sehingga, kewaspadaan dan deteksi dini terhadap kejadian bullying perlu ditingkatkan. Terdapat beberapa faktor protektif yang dapat mencegah terjadinya bullying di lingkungan sekolah di Indonesia. Faktor-faktor tersebut meliputi adanya mata pelajaran PPKN, Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

169 Pendidikan Agama, tersedianya layanan bimbingan dan konseling, serta layanan UKS yang dapat mendeteksi tanda dan gejala bullying pada siswa. Faktor-faktor ini perlu dipertahankan dan juga digunakan sebagai media untuk pencegahan dan penyelesaian kasus bullying yang sudah terlanjur terjadi. Dari hasil edukasi kepada siswa melalui penyuluhan, didapatkan nilai rata-rata pretes 5,92 dan nilai rata-rata postes 8,13 yang berarti terdapat peningkatan pengetahuan dasar siswa terhadap bullying. Berdasarkan hasil kegiatan ini, direkomendasikan kepada pihak sekolah dan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTB untuk menambah informasi dan pengetahuan terkait bullying kepada tenaga pendidik maupun siswa sejak awal masa sekolah. Informasi dan pengetahuan yang cukup tentang bullying akan mengurangi risiko gangguan fisik maupun mental sebagai dampak jangka panjang dari bullying. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Mataram yang telah memberi dukungan financial terhadap pengabdian ini melalui jalur PNBP. DAFTAR PUSTAKA Gini G, Pozzoli T, Association Between Bullying and Psychosomatic Problems: A Metaanalysis. Pediatrics ; 123: p Rudi T, Informasi Perihal Bullying. Indonesian Anti Bullying Glew G, Rivara F, & Feudtner C, Bullying: Children Hurting Children. Pediatrics in Review; 21; 183 : p Huraerah A, Child Abuse (kekerasan terhadap anak), Bandung: Nuansa. Kyriakides L, Kaloyirou C, Lindsay G, An analysis of the Revised Olweus Bully/Victim Questionnaire Using the Rasch Measurement Model. British Journal of Educational Psychology. 76, p Sejiwa Foundation, Penelitian mengenai kekerasan di sekolah, April Khairiyah S Korelasi antara Perilaku Bullying dan Tingkat Self-Esteem pada Pelajar SMPN di Surabaya. Centers for Disease Control and Prevention Understanding Bullying Factsheet Available from: Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

170 Edukasi dan Pemeriksaan Kesehatan Jiwa Pada Lansia Pensiunan Perum Bulog Cabang Mataram, NTB Emmy Amalia*, Dian Puspita Sari, Ni Nyoman Geri Putri, Sigit Kusdaryono Faculty of Medicine, University of Mataram, Mataram, Indonesia Kata Kunci: kesehatan jiwa, lansia Abstrak: Latar belakang: Di Indonesia, populasi penduduk lanjut usia (lansia) semakin bertambah. Pada tahun 2020 diperkirakan jumlah penduduk lansia mencapai 28,8 juta jiwa. Populasi pensiunan yang sebelumnya bekerja dan kemudian mengalami masa paripurna, termasuk salah satu populasi yang beresiko mengalami gangguan mental akibat kehilangan pekerjaan. Selain itu, perubahan yang terjadi pada lansia terkait dengan penurunan fungsi fisik dan mental, dapat memunculkan permasalahan kesehatan, salah satunya kesehatan mental. Tujuan: Meningkatkan pengetahuan lansia akan pentingnya kesehatan mental dan mendeteksi adanya gangguan jiwa pada lansia pensiunan Perum Bulog Cabang Mataram, NTB. Metode: Kegiatan ini terdiri atas dua aktivitas. Pertama pemberian materi edukasi tentang kesehatan jiwa pada lansia, yang dilanjutkan dengan sesi diskusi dengan peserta. Selanjutnya dibuka sesi skrining pemeriksaan kesehatan jiwa dengan menggunakan MINI-ICD X kepada setiap peserta. Seusai skrining, peserta diberi kesempatan melakukan konsultasi tertutup dengan psikiater. Hasil: Kegiatan diikuti oleh 60 peserta. Kegiatan pemberian materi edukasi meliputi memahami apa itu lansia; perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia; tanda dan gejala gangguan kesehatan pada lansia, khususnya gangguan kesehatan jiwa; penanganan yang dapat dilakukan; dan bagaimana menjalani hidup yang sehat di usia tua. Sebagian besar peserta merasa tidak mengetahui tentang masalah kesehatan jiwa pada lansia sebelum diberi edukasi. Selesai sesi edukasi, dilakukan skrining pemeriksaan kesehatan jiwa menggunakan alat ukur MINI-ICD X. Dari hasil skrining didapatkan 10 peserta (16,67%) mengalami tanda-tanda depresi, 8 peserta (13,33%) mengalami gangguan tidur, dan 11 peserta (18,33%) mengalami gejala cemas. Selanjutnya tim membuka layanan konsultasi jiwa secara privat. Terdapat 1 orang peserta (1,67%) yang dirujuk ke pelayanan kesehatan jiwa setempat karena membutuhkan penanganan lebih lanjut. Korespondensi: PENDAHULUAN Proses penuaan merupakan proses yang tidak dapat dihindari. Pada hakikatnya, proses penuaan akan menyebabkan terjadinya perubahan-perubahan pada orang lanjut usia. Perubahan pada lansia terkait dengan penurunan fungsi tubuh yang terjadi secara fisiologis sehingga pada lansia lebih berpotensi terjadi permasalahan kesehatan, baik fisik maupun Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

171 mental. Jika tidak ditangani dengan tepat, permasalahan kesehatan ini dapat menyebabkan berbagai komplikasi yang akan menyebabkan terjadinya penurunan kualitas hidup secara bermakna.. Selain itu, permasalahan kesehatan fisik maupun mental dapat saling mempengaruhi dan memperberat satu sama lain. Lansia yang mengalami permasalahan kesehatan juga akan mengalami beberapa perubahan. Menurut Damping (2013) dan Chalise (2014), perubahan-perubahan tersebut meliputi perubahan fisik, proses berpikir, perasaan, dan perilaku. Para pensiunan merupakan salah satu kelompok lansia, yang seperti lansia lain pada umumnya, rentan mengalami gangguan kesehatan terutama kesehatan mental. Menurut Chen, et al (2014) dan Fiske, et al (2010) dalam Varma (2012) disebutkan bahwa gejala depresi yang terlihat pada lanjut usia berhubungan dengan bertambahnya usia, berkurangnya partisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial, hidup sendiri, hilangnya tujuan hidup, masalah ekonomi, penggunaan alkohol dan rokok, penggunaan obat-obatan, penyakit fisik, perceraian, dan perubahan-perubahan status sosial lain karena menua. Faktor-faktor risiko ini didapatkan pada orang yang memasuki masa pensiun. Oleh karena itu penulis ingin melakukan kegiatan pengabdian kepada para pensiunan pegawai Perum Bulog Cabang Mataram, NTB. METODE KEGIATAN Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, dimana kaum lansia merupakan kelompok yang berpotensi mengalami masalah kesehatan baik fisik maupun mental, dan terutama kelompok pensiunan rentan mengalami gangguan mental akibat kehilangan pekerjaan, masalah finansial, berkurangnya partisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial, dan adanya perubahan status sosial dari kondisi sebelumnya, maka tim PPM akan melakukan edukasi mengenai kesehatan jiwa pada lansia sekaligus melakukan pemeriksaan kesehatan jiwa pada pensiunan pegawai di kantor Perum Bulog Cabang Mataram, NTB. Pada tahap persiapan, tim PPM melakukan studi pendahuluan dengan berkoordinasi dengan kantor Perum Bulog cabang Mataram untuk mendata jumlah pensiunan yang terdaftar di Perum Bulog Cabang Mataram, NTB. Selain itu tim PPM juga melakukan telusur pustaka untuk mengetahui kondisi lansia di NTB, apa jumlah penyakit terbanyak yang diderita, bagaimana status sosial ekonomi dan sosialnya, serta permasalahan kesehatan jiwa yang umumnya dihadapi. Selanjutnya tim melakukan sosialisasi rencana pelaksanaan pengabdian yang akan dilakukan dengan kantor Bulog Cabang Mataram agar kantor dapat mengorganisasi pertemuan dengan para pensiunan. Tim PPM juga menyiapkan materi yang akan disampaikan pada sesi edukasi. Selesai sesi edukasi, tim PPM akan membuka layanan pemeriksaan kesehatan jiwa konsultasi secara tertutup. Jadi para pensiunan yang ingin berkonsultasi terhadap masalah yang dihadapinya dapat menemui psikiater yang bertugas dan mendapatkan pemeriksaan dan penanganan. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

172 HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian dilakukan pada Hari Sabtu, 27 April 2019 di Kantor Bulog Cabang Mataram. Kegiatan dimulai pada pukul 9.00 WITA di masjid kantor Bulog. Kegiatan tersebut diikuti oleh 60 peserta, dengan karakteristik sebagai berikut: Tabel 1 Karakteristik Lansia Pensiunan Perum Bulog yang Mengikuti Sesi Edukasi Karakteristik Jumlah Prosentase Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Usia (tahun) Tingkat Pendidikan S1 Diploma SMA Tempat Tinggal Mataram Lombok Barat Lombok Tengah % 50% 8,33% 70% 21,66% 51,66% 38,33% 10% 71,66% 20% 8,33% Berdasarkan karakteristik di atas, tampak bahwa jumlah peserta laki-laki dan perempuan sama (50%). Sebagian besar peserta berada pada rentang usia tahun (70%). Sebagian besar peserta mempunyai latar belakang pendidikan S1 (%1,66%). Sebagian besar peserta bertempat tinggal di Mataram (71,66%). Kegiatan dimulai dengan pemberian edukasi oleh Tim PPM. Sebelum kegiatan, sebagian besar peserta merasa belum memahami apa itu kesehatan jiwa pada lansia. Adapun materi edukasi yang diberikan adalah sebagai berikut: 1. Pemahaman akan lansia dan perubahan fisiologis yang terjadi pada lansia 2. Tanda dan gejala gangguan-gangguan kesehatan pada lansia, khususnya gangguan kesehatan jiwa 3. Penanganan gangguan yang dapat dilakukan 4. Bagaimana menjalani hidup lebih sehat di usia tua Setelah pemaparan materi, kegiatan dilanjutkan dengan diskusi. Banyak peserta yang mengajukan pertanyaan dan pendapat terkait materi diskusi. Gambar 1. Sesi Edukasi Kesehatan Jiwa pada Lansia Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

173 jumlah Acara selanjutnya adalah dilakukan skrining kesehatan jiwa menggunakan kuisioner MINI ICD-X. Dari hasil skrining didapatkan 10 peserta (16,67%) mengalami tanda-tanda depresi, 8 peserta (13,33%) mengalami gangguan tidur, dan 11 peserta (18,33%) mengalami gejala cemas. Hasil ini sesuai dengan hasil beberapa penelitian dimana pada lansia memang rentan untuk mengalami gangguan mental tertentu, misalnya depresi (Aryawangsa, et al 2016). Beberapa faktor yang berpengaruh terhadap terjadinya gangguan mental pada lansia meliputi bertambahnya usia, berkurangnya partisipasi dalam kegiatan-kegiatan sosial, hidup sendiri, hilangnya tujuan hidup, masalah ekonomi, penggunaan alkohol dan rokok, penggunaan obatobatan, penyakit fisik, perceraian, dan perubahan-perubahan status sosial lain karena menua (Damping, 2013; Chipps, et al 2017) Tidak terdapat gangguan Hasil Skrining MINI ICD-X 11 Cemas Gangguan tidur Depresi gangguan 8 10 Gambar 1. Hasil Skrining Peserta Edukasi Selanjutnya tim PPM membuka layanan konsultasi jiwa secara tertutup dan bersifat personal. Layanan ini dilakukan oleh psikiater yang juga merupakan anggota tim PPM. Terdapat 22 orang yang mengikuti pelayanan ini. dari 22 orang yang berkonsultasi, terdapat 1 orang peserta (1,67%) yang dirujuk ke pelayanan kesehatan jiwa setempat karena membutuhkan penanganan lebih lanjut. KESIMPULAN DAN SARAN Dari hasil pengabdian edukasi dan pemeriksaan kesehatan jiwa pada lansia pensiunan Perum Bulog Cabang Mataram didapatkan: 1. Sebagian besar lansia belum memahami pentingnya kesehatan jiwa pada lansia. 2. Terdapat beberapa gangguan mental yang berpotensi terjadi pada lansia, yaitu gangguan tidur, gangguan depresi, dan kecemasan, akibat perubahan faktor fisik dan psikis. 3. Diperlukan skrining rutin dan penelitian lebih lanjut terhadap karakter lansia khususnya di Kota Mataram, NTB untuk mendapatkan data demografi lansia lokal yang dapat bermanfaat untuk strategi peningkatan kesehatan pada lansia setempat. Saran agar dapat dilakukan penelitian lebih mendalam terhadap lansia di Kota Mataram dan Provinsi NTB pada umumnya. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

174 Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Mataram yang telah memberi dukungan financial terhadap pengabdian ini melalui jalur PNBP. DAFTAR PUSTAKA Damping, C, E. (2013), Psikiatri Geriatri dalam Buku Ajar Psikiatri Edisi Kedua. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia: Jakarta. Aryawangsa, A, A, N., Ariastuti, L, N, P. (2016). Prevalensi dan Distribusi Faktor Risiko Depresi pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Tampaksiring 1 Kabupaten Gianyar Bali Intisari Sains Medis. Vol. 7(1), hal Chalise, H, N. (2014). Depression Among Elderly Living in Briddashram (Old Age Home). Advances in Aging Research. Vol. 3(1), hal Chen, Y., Feeley, T, H. (2014). Social Support, Social Strain, Loneliness, and Well Being Among Older Adults: An Analysis of The Health and Retirement Study. Journal of Social and Personal Relationships. Vol. 31(2), hal Chipps, J., Ramlall, S., Padayachey, U. (2017). Depression in Older Adults: Prevalence and Risk Factors in A Primary Health Care Sample. South African Family Practice. Vol. 59, hal Fardan, M, M. (2018). Hubungan antara Hipertensi terhadap Tingkat Depresi Lansia (Studi di Puskesmas Cisadea Kota Malang). Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah, Malang. Fiske, A., Wetherell, J, L., Gatz, M. (2009). Depression in Older Adults. Annual Review of Clinical Psychology. Vol. 5, hal Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

175 Skrining Anemia Pada Siswi SMA Negeri 1 Praya Ika Primayanti* 1, Ni Nyoman Geriputri 2, Marie Yuni A 2, Ario Danianto 3, M.Rizkinov J 3, Rika Hastuti S 1 1 Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 2 Bagian Ilmu Kesehatan Mata, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 3 Bagian Obstetri dan Ginekologi, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Kata Kunci: Skrining, anemia, siswi SMA Abstrak: Anemia adalah salah satu masalah kesehatan di masyarakat yang didefinisikan sebagai kondisi saat jumlah sel darah tidak memenuhi kebutuhan fisiologi tubuh manusia dan kadar hemoglobin kurang dari jumlah normal. Berdasarkan Riskesdas 2013, prevalensi anemia di Indonesia dilaporkan sebesar 22.7% pada remaja putri. Anemia adalah kondisi saat kadar hemoglobin <12g/dL pada remaja putri dan <13g/dL pada remaja putra yang berumur di atas 15 tahun. Usia, jenis kelamin, asupan gizi mempengaruhi kadar hemoglobin setiap individu. Defisiensi besi merupakan salah satu penyebab utama anemia selain aktivitas fisik, status nutrisi, status sosial dan ekonomi. Anemia pada remaja dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan fisik, gangguan perilaku dan emosional. Gangguan ini dapat berdampak pada pertumbuhan dan perkembangan sel otak, penurunan daya tahan tubuh, mudah lemas dan lapar, konsentrasi belajar terganggu, prestasi belajar menurun, dan pada akhirnya mengakibatkan produktifitas kerja yang rendah. Upaya pencegahan terhadap terjadinya penyakit anemia pada remaja putri dalam bentuk skrining sangat penting dilakukan untuk mengurangi angka kesakitan dan kematian. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk mendeteksi secara dini kejadian anemia khususnya pada remaja putri. Metode yang digunakan dengan pemeriksaan darah sederhana (rapid test) untuk mendeteksi anemia pada remaja putri di SMA Negeri 1 Praya yang didahului dengan wawancara dan informed consent. Berdasar hasil kegiatan skrining yang dilakukan pada siswi SMA Negeri 1 Praya didapatkan 5% dari 179 siswi mengalami anemia. Dianjurkan kepada guru agar menyampaikan hasil kegiatan kepada orang tua/wali murid yang mengalami anemia untuk selanjutnya memantau asupan gizi serta memastikan putrinya menjalani pengobatan dan memeriksakan kembali kadar Hb di puskesmas/laboratorium terdekat. Korespondensi: PENDAHULUAN Anemia merupakan suatu keadaan dimana komponen di dalam darah yaitu hemoglobin (Hb) dalam darah jumlahnya kurang dari normal. Remaja putri memiliki risiko sepuluh kali lebih besar untuk menderita anemia dibandingkan dengan remaja putra. Hal ini dikarenakan remaja putri mengalami menstruasi setiap bulannya dan sedang dalam masa pertumbuhan sehingga membutuhkan asupan zat besi yang lebih banyak. Batas kadar Hb remaja putri untuk Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

176 mendiagnosis anemia yaitu apabila kadar Hb kurang dari 12 gr/dl (WHO, 2001; Parmaesih & Herman, 2014). Anemia pada remaja dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan fisik, gangguan perilaku serta emosional. Hal ini dapat mempengaruhi proses pertumbuhan dan perkembangan sel otak sehingga dapat menimbulkan daya tahan tubuh menurun, mudah lemas dan lapar, konsentrasi belajar terganggu, prestasi belajar menurun serta dapat mengakibatkan produktifitas kerja yang rendah. Selain itu remaja putri yang yang menderita anemia yang tidak tertangani akan berdampak pada saat remaja putri tersebut kelak mengalami kehamilan. Ibu hamil dengan anemia berisiko mengalami komplikasi pada kehamilan serta berpengaruh pada janin yang dikandungnya. Mengingat dampak yang ditimbulkan maka usaha pencegahan sangat penting untuk dilakukan. Dengan demikian salah satu usaha yang dapat dilakukan adalah dengan skrining anemia pada remaja putri serta menggali faktor-faktor yang mempengaruhinya (Charles, 2013). Solusi dari permasalahan diatas adalah dengan melakukan sebuah upaya pencegahan terhadap terjadinya penyakit anemia pada siswa remaja putri dalam bentuk skrining (pemeriksaan) dan penyuluhan tentang penyakit anemia itu sendiri. Skrining adalah deteksi dini dari suatu penyakit atau usaha untuk mengidentifikasi penyakit atau kelainan secara klinis belum jelas menggunakan tes, pemeriksaan atau prosedur tertentu yang dapat digunakan secara cepat. Tujuan dari deteksi dini adalah mengurangi angka kesakitan dan kematian dari penyakit dengan pengobatan dini terhadap kasus yang ditemukan. METODE KEGIATAN Diagnosis anemia ditentukan dengan tes pemeriksaan untuk mengukur kadar Hb, Hematrokit (Ht), volume sel darah merah (MCV), konsentrasi Hb dalam sel darah merah (MCH) dengan batasan terendah 95% acuan (WHO, 2001). Dalam hal ini, skrining dilakukan dengan melakukan pemeriksaan Hb. Kegiatan ini diharapkan dapat menjadi kegiatan awal dari kegiatan promotif dan preventif mengenai deteksi dini anemia pada remaja putri, serta memberikan kesadaran kepada remaja putri dan stakeholder terkait (orang tua dan guru) mengenai anemia. Pelaksanaan kegiatan diawali dengan wawancara singkat untuk mengetahui gambaran umum mengenai pemahaman siswa perihal masalah kesehatan secara umum. Pada wawancara juga digali status kesehatan secara singkat, meliputi riwayat haid dan riwayat penyakit sebelumnya yang berisiko menyebabkan anemia. Melalui proses ini diharapkan tim akan mendapatkan data mengenai tingkat pengetahuan awal siswa perihal masalah kesehatan umum dan anemia pada khususnya. Kegiatan dilanjutkan dengan skrining kadar Hb melalui pemeriksaan darah sederhana menggunakan Hb stick. Pemeriksaan ini merupakan suatu tindakan yang invasif, yaitu menggunakan jarum, sehingga sebelumnya dilakukan pemberian informasi mengenai langkah langkah dan risiko yang dapat timbul pada proses pemeriksaan. Informasi diberikan secara lisan dan tertulis untuk kemudian dimintakan persetujuan dari orang tua siswa, yang Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

177 dilakukan dalam 1 minggu sebelum kegiatan dilaksanakan. Pada akhir kegiatan akan dilakukan penilaian terhadap hasil skrining. Kasus positif anemia akan diberikan intervensi dalam bentuk informasi pada orang tua siswa dan pemberian tablet tambah darah. Informasi akan disampaikan kepada orang tua melalui pihak sekolah. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan skrining anemia pada siswi SMA Negeri 1 Praya yang beralamatkan di Jalan Ki Hajar Dewantara No. 1 Praya dilaksanakan pada hari Sabtu, tanggal 20 Juli Pemeriksaan dilakukan pada siswi kelas XI dan XII yang total berjumlah 179 orang. Kegiatan diawali dengan sambutan dari pihak sekolah dan pemaparan secara singkat mengenai anemia dan faktor risikonya, serta gambaran kegiatan yang akan dilakukan oleh tim. Para peserta skrining kemudian dibagikan kuesioner untuk menilai status kesehatan mereka, yang meliputi informasi tentang riwayat haid, pola konsumsi makanan yang banyak mengandung zat besi dan tablet tambah darah, riwayat aktivitas fisik serta riwayat penyakit yang dapat menyebabkan anemia yang pernah diderita. Anggota tim memandu peserta dalam proses pengisian kuesioner dengan memberikan penjelasan mengenai maksud dari pertanyaan dan cara menjawabnya. Pemeriksaan yang dijalani adalah pengukuran berat dan tinggi badan yang dikonversi ke BMI (Body Mass Index) untuk menilai status gizi, kemudian diukur kadar Hb dalam darah dengan Hb stick. Rangkaian pemeriksaan hanya dilakukan pada siswi yang menyerahkan lembar persetujuan keikutsertaan dari orang tua yang sudah dibagikan sebelumnya. Gambar 1 Pengukuran berat badan dan tinggi badan untuk menentukan status gizi siswi Gambar 2 Pengukuran kadar hemoglobin menggunakan Hb stick Berdasar kegiatan skrining didapatkan 9 siswa dari total 179 siswi mengalami anemia. Kondisi anemia adalah kondisi dengan kadar Hb <12 mg/dl. Tiga dari 9 siswi yang mengalami anemia bahkan mempunyai kadar Hb <10 mg/dl, yaitu sebesar 9,0 9,2 mg/dl. Anemia merupakan suatu keadaan dimana komponen di dalam darah yaitu Hb dalam darah jumlahnya kurang dari normal. Pada kegiatan ini didapatkan 5% dari 179 siswi Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

178 mengalami anemia. Angka yang didapatkan lebih kecil dari hasil survei Riskesdas tahun Namun tetap harus menjadi perhatian karena hingga saat ini kesadaran masyarakat untuk memeriksakan diri masih rendah. Anemia dapat disebabkan oleh beberapa faktor seperti asupan zat besi yang kurang, aktivitas, jenis kelamin, status gizi, usia, sosial ekonomi dan wilayah. Remaja dalam masa pertumbuhannya memerlukan asupan gizi yang memadai, khususnya bagi remaja putri membutuhkan asupan zat besi yang lebih tinggi karena adanya kebutuhan ekstra zat besi yang hilang pada saat haid/menstruasi yang terjadi tiap bulannya. Asupan zat besi bisa didapat dari makanan dan suplemen. Makanan yang banyak mengandung zat besi antara lain telur, daging merah, sayuran hijau, hati ayam atau hati sapi, serta buah buahan yang kaya akan vitamin C. Kurangnya asupan dari makanan dapat juga disebabkan oleh adanya pantangan terhadap makanan tertentu baik karena alasan medis, seperti alergi atau penyakit, dan adanya pola diet tertentu yang dijalani untuk menurunkan atau menjaga berat badan. Beberapa kondisi juga dapat menyebabkan anemia, seperti malaria, batuk lama (tuberkulosis), kecacingan, perdarahan di luar siklus haid, penyakit ginjal, serta kanker (Parmaesih & Herman, 2014). Anemia dapat menyebabkan penurunan konsentrasi belajar yang akan menyebabkan menurunnya prestasi belajar serta berkurangnya produktivitas kerja. Remaja putri yang menderita anemia bila tidak tertangani akan mungkin mengalami komplikasi pada kehamilan dan janin yang dikandungnya nanti. Penemuan kasus dengan lebih cepat memungkinkan penanganan lebih segera sehingga diharapkan prestasi belajar dan produktivitas kerja tidak terganggu, serta kejadian komplikasi dapat terhindari (Charles, 2013). KESIMPULAN DAN SARAN Remaja putri merupakan salah satu populasi yang rentan mengalami anemia karena kebutuhan akan asupan gizi yang tinggi, termasuk kebutuhan zat besi. Hal ini disebabkan karena masa remaja adalah masa pertumbuhan dan asupan zat besi ekstra dibutuhkan untuk mengatasi kehilangan akibat haid. Pada kegiatan skrining ini didapatkan 5% siswi mengalami anemia dengan 30% diantaranya memiliki kadar Hb <10 mg/dl. Kelainan ini ditemukan pada siswi yang tidak memiliki perbedaan pola haid, pola makan, pola aktivitas maupun riwayat penyakit tertentu dengan siswi peserta skrining lainnya. Anemia pada remaja putri dapat menjadi masalah di kemudian hari bila diabaikan. Mengingat dampak yang ditimbulkan maka usaha pencegahan sangat penting untuk dilakukan. Berdasar hasil kegiatan ini, diberikan rekomendasi sebagai berikut: - Orang tua/wali murid memantau asupan makanan yang banyak mengandung zat gizi - Orang tua/wali murid memastikan putrinya mengkonsumsi obat penambah darah secara rutin - Orang tua/wali murid mengajak putrinya untuk memeriksakan kembali kadar Hb Pihak sekolah melalui UKS diharapkan dapat bekerja sama dengan puskesmas untuk melaporkan adanya kejadian anemia di sekolah. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

179 Ucapan Terima Kasih Tim penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak sekolah melalui Kepala Sekolah beserta Wakil Kepala Sekolah SMAN 1 Praya atas kesediaannya menjadi mitra kegiatan. Terima kasih kepada mahasiswa tingkat profesi Fakultas Kedokteran Unram Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat dan Bagian Ilmu Penyakit Kebidanan dan Kandungan atas bantuannya dalam pelaksanaan kegiatan ini. Terima kasih juga diucapkan kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Unram yang telah memberi dukungan finansial berupa dana PNBP terhadap kegiatan pengabdian ini. DAFTAR PUSTAKA Charles Guest, W. R., Oxford Handbook of Public Health Practice. Oxford: Oxford University Press. Parmaesih D, Herman S., Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Anemia Pada Remaja. Puslitbang Gizi Dan Makanan. Badan Litbangkes: Jakarta World Health Organization, Iron Deficiency Anaemia Assesment, Prevention And Control. A Guide For Programme Managers, df, diakses tgl 24 Maret 2019 Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

180 KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) LABORATORIUM SISWA SMPN 7 MATARAM IA Sri Adnyani, Ni Md Seniari, Supriyatna, Abdul Natsir, Sabar Nababan, Dwi Ratnasari Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Mataram Kata Kunci: Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Laboratorium, siswa Abstrak: Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan hal yang sangat penting dan sangat serius untuk dipahami bagi siswa pada saat praktikum. Namun masih banyak sekolah yang belum memberikan perhatian serius memperkenalkan materi pelajaran K3. Selain itu pelaksanaan K3 di sekolah masih belum sejalan dengan standar K3 yang berlaku. Berdasarkan hal tersebut di atas maka, kegiatan pengabdian pada masysrakat ini akan dilakukan di SMPN 7 Mataram. Penyuluhan K3 di SMPN 7 Mataram merupakan upaya untuk menjamin keselamatan dan kesehatan siswa dalam mengikuti pelajaran yang berhubungan dengan peralatan kelistrikan dan bahan-bahan kimia yang memiliki risiko berbahaya bagi keselamatan siswa. Metode yang dipergunakan dalam pengabdian ini adalah pendekatan ilmiah dan praktis secara sistimatis, dengan harapan siswa SMPN 7 memahami bahaya-bahaya yang dapat terjadi seperti cara pengamanannya, membaca gambar atau tanda-tanda bahaya dari peralatan listrik maupun bahan kimia dan mampu melakukan pencegahan secara preventif. Korespondensi: PENDAHULUAN Laboratorium adalah tempat di mana siswa dan guru melakukan eksperimen dengan zatzat kimia dan peralatan laboratoriumnya. Penggunaan zat-zat kimia dan peralatan laboratorium berpotensi menyebabkan terjadinya kecelakaan kerja. Pada umunya kecelakaan kerja di laboratorium terjadi karena kecerobohan dan kelalain. Sehingga perlu kiranya diberikan pengetahuan dan pemahaman akan pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dilaboratorium. Bekerja dengan selamat dan aman berarti menurunkan resiko kecelakaan. Pada umumnya laboratorium untuk SMP memiliki berbagai bahan kimia reagen, peralatan dan perlengkapan untuk praktikum. Laboratorium-laboratorium di sekolah sangat rentan akan terjadinya kecelakaan kerja jika tidak mengikuti standar operasional prosedur, sehingga untuk mengurangi hal-hal yang tidak diinginkan terjadi maka edukasi mengenai K3 sangat perlu dan penting dilakukan. Sosialisai K3 pernah dilakukan di SMAN 3 Mataram pada laboratorium Elektro yang bersentuhan dengan alat-alat kelistrikan. Hal ini sangat perlu disosialisasikan untuk memberikan pemahaman kepada siswa bahwa K3 seharusnya melekat pada pelaksanaan praktikum di laboratorium. Disiplin terhadap aturan yang berlaku merupakan parameter utama dalam pengimplemantasian K3 di laboratorium. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

181 Apabila pengetahuan tentang tata cara pengunaan bahan dan peralatan yang tersedia tidak ditaati dan dilakukan dengan baik dan benar kemungkinan akan terjadi kecelakaan kerja. Kecelakaan-kecelakaan yang pernah terjadi seperti: Luka bakar sebagai akibat kurang hati-hati dalam menangani pelarut-pelarut organik yang mudah terbakar seperti eter, aseton, alkohol. Keracunan sebagai akibat penyerapan bahan-bahan kimia beracun atau toksik, seperti ammonia, karbon monoksida, dan lain sebagainya. Hal tersebut di atas disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang proses-proses serta perlengkapan atau peralatan yang digunakan dalam melakukan kegiatan. Menurut Kepala Kantor Komunikasi UI, Rifelly Dewi Astuti, terjadi musibah ketika kegiatan praktikum telah berjalan karena mahasiswa terlambat mengangkat pemanas bunsen hingga larutan sampel dalam labu destilasi hampir kering, sehingga terjadi ledakan. Akibatnya 14 orang mahasiswa mengalami luka-luka (Marieska Harya Virdhani, 2015). Berdasarkan uraian permasalahan di atas penting kiranya diadakan sosialisasi mengenai K3 kesekolah-sekolah baik tingkat SMP maupun SMA, untuk itu melalui kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dilakukan penyuluhan keselamatan dan kesehatan kerja laboratorium di SMPN 7 Mataram, dengan materi bagaimana melakukan praktikum yang aman, bagaimana cara menggunakan peralatan yang aman dan penggunaan alat pelindung diri (APD) saat praktikum, hal ini dilakukan melalui metode pendekatan secara ilmiah, praktis dan sistimatis pada 33 orang siswa SMPN 7 Mataram. Dengan harapan para siswa mengetahui, memahami, dan dapat menerapkan pengetahuan tentang ilmu keselamatan dan kesehatan kerja secara teori dan praktis. Sehingga resiko-resiko bahaya yang mungkin bisa terjadi dapat diantisipasi lebih awal, dan pelaksanaan proses praktikum akan berjalan dengan aman dan nyaman. METODE KEGIATAN Metode kegiatannya melalui pendekatan ilmiah dan praktis: 1. Metode ceramah, yaitu mempresentasikan materi keselamatan dan kesehatan kerja melalui edukasi. 2. Metode praktek, melakukan demonstrasi dan latihan cara menggunakan APD. Evaluasi: pemberian kuesioner untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa ketika melakukan praktikum pelajaran IPA terhadap keselamatannya dilaboratorium. Kuesioner yang terdiri dari 14 pertanyaan tentang pemahaman pemeliharaan peralatan dan keselamatan kerja dilaboratorium, dianalisis dengan teknik statistik yaitu menggunakan persentase dengan 33 sampel siswa SMP. HASIL DAN PEMBAHASAN Bahaya adalah situasi atau tindakan yang memiliki potensi untuk terjadinya kecelakaan atau cidera pada manusia. Oleh sebab itu diperlukan upaya pengendalian atau pencegahan, upaya- upaya ini dapat dilakukan dengan edukasi bagi siswa khususnya siswa SMP yang berkaitan dengan bahaya atau resiko kecelakaan kerja di laboratorium. Edukasi yang diberikan adalah tentang bagaimana cara melakukan dan menggunakan peralatan-peralatan laboratorium Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

182 dengan aman dan bila menggunakan zat-zat berbahan kimia apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan sehingga dapat menghilangkan ataupun mengurangi resiki-resiko yang mungkin terjadi di laboratorium. Langkah-langkah yang dilakukan dalam pengabdian ini adalah sebagai berikut: melalui presentasi dengan materi keselamatan dan kesehatan kerja merupakan suatu cara yang digunakan untuk memberikan pengetahuan kepada siswa tentang bagaimana melaksanakan praktikum yang baik dan aman, menjelaskan tentang standar prosedur melakukan percobaan di laboratorium, menjelaskan petunjuk kegiatan laboratorium, memberikan pemahaman tentang bahan kimia dan proses-proses serta perlengkapan atau peralatan yang digunakan dalam melakukan kegiatan, menjelaskan perlengkapan keamanan dan perlengkapan perlindungan kegiatan laboratorium. Memberikan penjelasan cara membaca lambang atau tanda bahaya, pengenalan bahaya pada area kerja seperti terlihat pada Gambar 1. Pada Gambar 1 terlihat siswa-siswa dengan antusias mendengarkan dan melihat saat memperagakan alat pelindung diri (APD) seperti penggunaan jas laboratorium, slop tangan dan penggunaan masker. Gambar 1. Presentasi Materi K3 dan Penggunaan APD Evaluasi dilakukan setelah selesai memberikan ceramah dan peragaan cara penggunaan APD, dengan memberikan kuesioner untuk mengetahui sejauh mana para siswa memahami dan mengerti tentang pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja jika melakukan praktikum di laboratorium dapat dilihat pada gambar 2. Gambar 2. Evaluasi dengan kuesioner Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

183 Adapun hasil kuesioner dianalisis dengan menggunakan teknik statistik dalam persentase. Persentase untuk setiap kemungkinan jawaban diperoleh dari membagi frekuensi yang diperoleh dengan jumlah sampel, kemudian dikalikan 100%. Adapun rumusnya sebagai berikut: f P x100% n dengan kategori seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Kategori Persentase Persentase Kategori 0% - 1 % Tidak ada 2 % - 25 % Sebagian kecil 26 % - 49 % Kurang dari setengahnya 50 % Setengahnya 51% - 75 % Lebih dari setengahnya 76% - 99% Sebagian besar 100% Seluruhnya (Sumber: Munggaran, 2012) Dengan edukasi dan contoh bagaimana penerapan K3 di laboratorium, dapat diketahui seberapa jauh pemahaman siswa-siswa SMPN 7 Mataram. Melalui kuesioner yang diberikan setelah penyuluhan dilakukan, maka diperoleh hasil pada Tabel 2. Adapun jawaban yang disediakan pada kuesioner tersebut adalah ya dan tidak dimana nilai ya = 1 dan tidak = 0. Tabel 2. Pemeliharaan peralatan dan Keselamatan kerja Item Jawab Ya Jawab Tidak pertanyaan Total Rerata 32 2 Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

184 Dari 33 siswa yang hadir saat penyuluhan berlangsung dapat dihitung persentase tingkat pemahaman siswa tentang pemeliharaan dan keselamatan kerja dilaboratorium dapat diketahui persentase jawaban ya yang diperoleh dari jawaban kuesioner adalah: 32 x 100% 97% 33 Berdasarkan kategori Persentase tabel 1 dari kuesioner yang dijawab memiliki arti sebagian besar dari siswa SMPN 7 memahami tentang pemeliharaan peralatan dan keselamatan kerja di laboratorium (Munggaran, R.D.,2012). KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dengan memberikan edukasi tentang keselamatan kerja di laboratorium IPA maka dapat dibuat simpulan dan saran sebagai berikut: 1. Pemahaman siswa tentang arti pentingnya K3 setelah diberikan penyuluhan sebagian besar dari siswa tersebut telah memahami bagaimana menerapkan K3 di laboratorium. 2. Pihak sekolah sebaiknya menyediakan dan mulai menerapkan penggunaan alat pelindung diri seperti baju laboratorium, slop tangan dan masker. DAFTAR PUSTAKA Munggaran, R.D., Pemanfaatan Open Source Software Pendidikan Oleh Mahasiswa Dalam Rangka Implementasi Undang-Undang No.19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu. s_ktp_ _chapter3.pdf diakses 9 September 2019 Virdhani, M.H., Kecelakaan di Lab Kimia UI, 14 Mahasiswa Terluka. diakses 8 Agustus Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

185 Literasi Penggunaan Media Sosial Anak Sekolah Menengah Pertama (SMP) Secara Bijak Di Kota Mataram Eka Putri Paramita*, I Wayan Suadnya, Tenri Waru Program studi Ilmu Komunikasi Universitas Mataram, Indonesia Kata Kunci: literasi, media sosial, siswa sekolah menengah Pertama Abstrak: Rendahnya literasi media sosial dalam masyarakat digital menjadi salah satu pendorong maraknya dampak negatif penggunaan internet seperti informasi hoaks, pelanggaran privasi, cyberbullying, konten kekerasan dan pornografi, dan adiksi media digital. Kondisi tersebut mendorong negara negara maju seperti Jepang, negara-negara Asia Tenggara dan Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB (UNESCO) untuk memberikan perhatian khusus terhadap literasi media sosial bagi keluarga dan masyarakat. Hasil wawancara dengan 30 siswa SMP yang menjadi target pengabdian ini menunjukkan bahwa hampir semua siswa menyatakan belum bisa membedakan informasi bohong dan informasi yang benar. Bahkan kebanyakan dari mereka ikut membagikan berita yang mereka terima tanpa mengecek kebenarannya terlebih dahulu. Kondisi ini tentu sangat berbahaya baik dari segi psikologi anak, sosial dan hukum. Oleh karena itu literasi penggunaan media sosial secara cerdas dan bijak perlu diberikan kepada anak sekolah terutama tingkat SMP karena pada usia ini biasanya orang tua sudah memberikan handphone (HP) kepada putraputrinya untuk digunakan sendiri. Kegiatan ini dilakukan melalui penyuluhan kepada anak-anak SMP di Kota Mataram. Kegiatan yang dilaksanakan dalam pengabdian pada masyarakat ini menggunakan pendekatan pendidikan pedagogy dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa sekolah. Hasil yang diperoleh adalah tumbuhnya kesadaran siswa bahwa selama ini mereka tidak tahu kalau banyak informasi yang tidak benar juga beredar di media sosial. mereka sadar bahwa tindakan mereka menshare ataupun memposting berita menjadi subjek hukum yang bisa berdampak negatif bagi dirinya. Oleh karena itu mereka akan lebih berhati-hati dalam memilih dan membagikan informasi yang diterima dari media sosial. Korespondensi: PENDAHULUAN Ketergantungan manusia terhadap media massa yang tinggi dalam kehidupan manusia berimbas pada pengaruh media massa yang sangat besar dalam membentuk proses berfikir dan perilaku seseorang. Pembentukan terjadi karena terpaan terus menerus dari media massa pada audience.kondisi ini disebabkan oleh adanya Kebutuhan manusia akan informasi. Terlebih ketika masyarakat menjadikan Informasi sebagai acuan dalam pengambilan keputusan serta pemecahan berbagai persoalan yang semakin kompleks. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

186 Dalam era komunikasi dan informasi dewasa ini, salah satu sumber informasi yang dominan dan potensial dalam masyarakat adalah media sosial. Situasi ini dapat memunculkan berkembangnya kesalah pahaman terhadap informasi. Media sosial menjadi zona alternatif untuk melakukan segala jenis interaksi yang berdampak pada perubahan sosial. Indonesia adalah Negara dengan pengguna internet mencapai 69 juta orang (34%)pada Angka ini menunjukkan potensi penggunaan media sosial yang sangat besar dalam kehidupan bermasyarakat. Pesatnya perkembangan teknologi media sosial memudahkan akses siswa ke media. Potter (2008) menyatakan bahwa kemampuan melek media akan dapat memaksimalkan manfaat dari media karena audiens dapat mengontrol penggunaan media. Sehingga sangat perlu untuk memberikan pemahaman dan kesadaran mengenai Pengetahuan melek media bagi siswa. Melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat, siswa sekolah akan diberikan pemahaman agar dapat membedakan informasi yang harus dikonsumsi dari media. Karena kegiatan literasi media merupakan bagian dari gerakan membangun kekuatan masyarakat dalam berhadapan dengan media. Permasalahan yang Dihadapi Permasalahan yang dihadapi adalah tidak semua siswa sekolah memiliki keahlian yang cukup untuk dapat mengkonsumsi media. Terpaan informasi melalui media sosial yang overload membuat rasa ingin tahu anak siswa sekolah semakin besar. Hal ini didukung pula dengan adanya kemudahan dalam mengakses media sosial. sehingga sangat mungkin untuk anak siswa sekolah menyalahgunakan media sosial. kondisi saat ini menggambarkan bahwa masih banyak anak sekolah yang tidak mengetahui tujuan penggunaan serta cara pengelolaan isi akun media sosialnya. Apakah untuk hiburan, pekerjaan atau sekedar berkomunikasi dengan teman temannya.. selanjutnya berdasarkan kondisi tersebut, maka muncullah beberapa masalah antara lain: (1) kurangnya kemampuan generasi muda dalam mengakses serta memilih akun media sosial yang tepat (2) kurangnya kemampuan generasi muda agar lebih cerdas dan bijaksana dalam menggunakan media sosial (3) kurangnya kemampuan generasi muda dalam mengenali potensi dan bahaya penyalahgunaan media sosial Solusi yang Ditawarkan Dari permasalahan yang dihadapi oleh siswa sekolah tersebut di atas, maka beberapa solusi yang ditawarkan antara lain: 1) Mengadakan pertemuan untuk mengevaluasi dan membahas mengenai penggunaan media pada siswa sekolah. 2) Mengadakan pelatihan mengenai pendidikan literasi dalam menghadapi perkembangan penyalahgunaan media sosial pada siswa sekolah Menumbuhkan wawasan dan visi siswa sekolah di masa yang akan datang melalui diskusi. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

187 METODE KEGIATAN Kegiatan yang dilaksanakan dalam pengabdian pada masyarakat yang diusulkan menggunakan pendekatan pendidikan orang dewasa (Andragogy) dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa sekolah. Prinsip-prinsip action learning digunakan sehingga proses belajar dapat direncanakan dengan baik, kegiatan pelatihan terlaksana secara terstruktur dan sesuai kebutuhan siswa, hasilnya dapat diobservasi serta dilakukan refleksi terhadap hasil kegiatan sehingga dapat dilakukan perbaikan (replan) untuk perbaikan. HASIL DAN PEMBAHASAN Bentuk dari program pengabdian kepada masyarakat ini adalah kegiatan pelatihan yang diselenggarakan di sekolah yaitu SMP 6 Mataram. Setelah melaksanakan kegiatan pengabdian yang dilakukan selama dua hari, tim memperoleh beberapa hasil kegiatan yang diperoleh melalui evaluasi dan pengamatan kegiatan pelatihan, adapun hasil tersebut, antara lain sebagai berikut: Persiapan. Tahapan awal kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan oleh tim dari program studi universitas mataram dilaksanakan pada 9 Oktober Seluruh tim melakukan survey awal lokasi pengabdian guna mengetahui kondisi lokasi dan situasi tempat pengabdian. Setelah melaksanakan survey, tim menemukan beberapa temuan diantaranya yaitu jadawal kegiatan belajar mengajar yang bertabrakan dengan jadwal pelaksanaan kegiatan pengabdian.selanjutnya masalah lain yang umumnya dihadapi para siswa sekolah adalah terkait dengan cara mengakses media sosial. Berdasarkan temuan inilah yang menjadi dasar bagi tim untuk menentukan tema pengabdian dalam bentuk pelatihan. Merujuk pada dasar acuan yang tim temukan di lapangan, pada tanggal 12 Oktober 2018 kemudian tim melakukan penjajakan ke sekolah tujuan pengabdian yaitu SMP 6 mataram dan diterima oleh kepala humas SMP 6 mataram. pada penerimaan awal oleh kepala humas SMP 6 mataram, tim yang beranggotakan 3 orang diarahkan untuk bertemu langsung dengan kepala sekolah. Selama pertemuan berlangsung, dicapai beberapa kesepakatan antara lain waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan pelatihan Pendidikan Literasi Dalam Menghadapi Perkembangan Penyalahgunaan Media Sosial Pada Siswa Sekolah. Respon baik yang diberikan oleh kepala sekolah SMP 6 Mataram, merupakan suatu bentuk dukungan kepala sekolah terhadap seluruh kegiatan bersifat positif yang akan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan siswa. Dalam pertemuan yang dilaksanakan oleh tim dan kepala sekolah, selanjutnya ditindaklanjuti dengan pembicaraan yang lebih teknis. Tim berdiskusi dengan kepala sekolah dan didampingi oleh kepala humas untuk mempersiapkan segala macam kebutuhan yang diperlukan untuk kegiatan pelatihan. Berdasarkan hasil diskusi ini, tim dan kepala sekolah memperoleh beberapa kesepakatan yaitu: Pertama, pelaksanakan kegiatan pelatihan disepakati pada tanggal 16 Oktober 2018 dengan pertimbangan, bahwa pada hari tersebut tidak terdapat kegiatan belajar aktif siswa. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

188 sehingga siswa dapat memanfaatkan waktunya untuk memperoleh pengetahuan baru dan berbagi pengalaman. Kedua, peserta. Jumlah peserta yang dipilih untuk mengikuti kegiatan pengabdian adalah 30 orang. Peserta terdiri dari kelas X, XI, XII dan seluruh peserta berasal dari SMP 6 Mataram. jumlah peserta dibatasi, dengan tujuan untuk menciptakan suasana belajar yang efektif dan meningkatkan daya serap peserta terhadap keterampilan yang diberikan. Ketiga, peralatan atau kelengkapan teknis pelaksanaan. Seluruh peralatan atau kelengkapan teknis disiapkan oleh tim,yaitu: pemateri, moderator, materi pelatihan, spanduk, sertifikat, konsumsi dan alat penunjang pelaksanaan program lainnya. Sedangkan pihak sekolah bertugas menyiapkan ruangan pelaksanaan kegiatan. Seluruh kesepakatan yang dibuat antara tim dan pihak sekolah menjadi hal wajib untuk dipenuhi, sehingga kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Selain kesepakatan, pihak sekolah juga memberikan dukungan dengan cara melibatkan seluruh siswa yang memiliki keahlian dalam media peliputan untuk meliput secara langsung seluruh kegiatan pengabdian kepada masyarakat. kegiatan peliputan ini selanjutnya akan ditempel pada mading sekolah. Pelaksanaan. Sesuai dengan kesepakatan antara tim dan pihak sekolah, pelaksanaan kegiatan diadakan pada hari Senin, tanggal 16 oktober Kegiatan pelatihan yang berlangsung mulai pukul pagi hingga siang berjalan dengan lancar. Sebanyak 30 siswa yang diundang untuk menjadi peserta pelatihan hadir tanpa terkecuali. Besarnya antusias dan partisipasi ditunjukkan oleh para peserta (daftar nama peserta terlampir). Kegiatan pemaparan materi yang diisi oleh Ir. I Wayan Suadnya.P.h.D., Eka Putri Paramita.SP.MA dan Tenri Waru. S.Ikom.M.Ikom. ketiga pemateri secara bergantian menyampaikan materi mengenai Pendidikan Literasi Dalam Menghadapi Perkembangan Penyalahgunaan Media Sosial Pada Siswa Sekolah. Masing masing pemateri diberikan waktu selama 30 menit untuk memaparkan materinya. Pada sesi ceramah dan diskusi, para pemateri mempresentasikan seluruh materi dengan menggunakan sarana audio visual, karena tidak hanya dalam bentuk presentasi sederhana, tetapi juga dalam bentuk tayangan vidio pendek. Kemudian dilanjutkan dengan sesi dua, yaitu diskusi. Pada sesi ini, dipandu oleh Tenri Waru.S.Ikom.M.Ikom. tanya jawab berlangsung cukup lama yaitu sekitar ±2 jam, selama kegiatan pelatihan berlangsung, seluruh peserta terlihat sangat antusias dengan kegiatan yang dilaksanakan. hal ini dilihat dari tingkat partisipasi para peserta dalam mengikuti sesi diskusi dan tanya jawab. Pertanyaan yang paling banyak diberikan oleh peserta adalah mengenai bagaimana cara menggunakan sosial media secara baik dan benar sehingga dapat digunakan sebagai sarana penyajian informasi. Selanjutnya pada sesi terkahir yaitu praktek, pada sesi ini seluruh tim terlibat untuk memberikan pelatihan. Sebanyak 30 peserta dibagi menjadi 3 kelompok dan dibimbing oleh satu orang tim. setiap tim diberikan kesempatan untuk dapat mengakses akun media sosial yang telah disiapkan oleh tim. selanjutnya melalui sosial media ini, setiap anggota kelompok diminta untuk memposting sebuah status sesuai dengan tema yang telah dibagikan oleh tim. status yang dituliskan oleh masing masing anggota dalam kelompok kemudian dinilai oleh tim. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

189 Selama kegiatan berlangsung, para peserta terlihat sangat senang terlihat secara aktif untuk mengakses media sosial. Bahkan beberapa diantara peserta mencoba hingga lebih dari satu kali, hal ini karena rasa antusias mereka terhadap materi kegiatan pengabdian. Secara teknis tim panitia melibatkan 2 orang mahasiswa prodi ilmu komunikasi universitas mataram untuk membantu pelakasanaan kegiatan. Mereka adalah Robinson Girsang dan Wendy Purwansyah. Kedua mahasiswa ini bertugas untuk mengkoordinir para peserta pelatihan sebelum dan saat proses pelatihan. dan juga mereka bertugas untuk menyiapkan konsumsi dan mendokumentasikan kegiatan acara. 2. Hasil Yang Dicapai Berdasarkan pada kegiatan yang telah dilaksanakan pada hari Senin, 16 Oktober 2018 di mataram, bertempat pada sekolah SMP 6 mataram, beberapa capaian atau hasil kegiatan diantaranya: 1. Sebanyak 30 orang siswa SMP 6 Mataram telah mengikuti kegiatan pelatihan pengabdian dengan tema Pendidikan Literasi Dalam Menghadapi Perkembangan Penyalahgunaan Media Sosial Pada Siswa Sekolah dan seluruh peserta sangat antusias mengikuti hingga kegiatan selesai. 2. Melalui pelatihan tersebut, siswa yang awalnya tidak memiliki pengetahuan mengenai pendidikan Literasi media, namun setelah mengikuti pelaksanaan kegiatan pengabdian siswa memperoleh kemampuan untuk dapat menerapkan literasi media dalam mengelola akun personal. 3. Secara operasional siswa dapat dikategorikan, telah memiliki kemampuan yang baik untuk mengakses media sosial, khususnya facebook guna menunjang kegiatan belajar mereka di sekolah. 4. Siswa sudah bisa membedakan informasi yang valid dan benar dan sebaliknya 5. Siswa mampu menyajikan informasi yang benar 6. Siswa sadar bahwa dalam bermedia sosial mereka memerlukan kehati-hatian dan ketelitian. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Dari hasil kegiatan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan bahwa setelah mengikuti kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang dilaksanakan oleh tim Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Mataram siswa yang sebelumnya tidak sadar bahwa mereka menghadapi berbagai bahaya dalam media sosial menjadi tahu bahwa mereka harus berhatihati dan bijak dalam bermedia sosial. mereka bisa membedakan informasi yang benar dan valid dan yang bukan. Mereka siap untuk melaksanakan apa yang sudah mereka pelajari dalam pendidikan literasi yang diikuti. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

190 Saran Dari hasil pengabdian yang telah dilaksanakan disarankan agar kegiatan serupa pelaksanaannya diperbanyak dan menjangkau semua tingkatan sekolah yang ada di Kota mataram Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Mataram yang telah memberikan dukungan financial terhadap pengabdian ini. DAFTAR PUSTAKA Kaplan, Andreas M Users Of The World, Unite!The Challenges and Opportunities Of Social Media. Business Horizon. Suranto Komunikasi Interpersonal.Edisi Pertama, Yogyakarta: Graha Ilmu Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

191 Penyuluhan Isi Undang-Undang No. 22 Tahun 2009 Tentang Lalulintas Dan Angkutan Jala Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah Guru-Guru MTs/MA NW Boro Tumbuh Kecamatan Suralaga Lombok Timur Amrullah*, Nawawi, Lalu Thohir, Sahuddin, Rizki Kurniawan, H. Lalu Nurtaat FKIP, Universitas Mataram, Indonesia Kata Kunci: Penulisan Karya Ilmiah, Penelitian Tindakan Kelas Abstrak: Masih rendahnya kemampuan menulis karya ilmiah Guru-guru di tingkat pendidikan menengah menjadi masalah serius yang harus dicarikan solusinya. Padahal, membuat karya tulis bagi guru guru khususnya tulisan dalam penelitian tindakan kelas {PTK} menjadi salah satu syarat kenaikan pangkat. Banyak diantara guru guru telah memvonis dirinya tak sanggup untuk menulis karya ilmiah sebelum mencobanya. Banyak diantara mereka yang mengaku kalah sebelum bertempur. Melihat kenyataan itu, maka tujuan pengabdian pada masyarakat ini ialah membantu para guru dalam membuat karya tulis khususnya membuat proposal penelitian tindakan kelas [PTK}dengan menggunakan model/metode pendampingan. Peserta pelatihan berjumlah 30 orang guru MTs/MA NW Boro Tumbuh Kecamatan Suralaga Lombok Timur. Kegiatan pengabdian diawali dengan ceramah oleh Narasumber dengan materi pentingnya menulis karya ilmiah khususnya PTK bagi guru-guru dalam upaya meningkatkan kemampuan sumber daya manusia dalam membangun bangsa. Selanjutnya peserta secara berkelompok diminta untuk membuat proposal PTK yang berkaitan dengan mata pelajaran yang mereka ajarkan dengan didampingi oleh tim pengabdian pada masyarakat FKIP Universitas Mataram. Dari pelatihan penulisan karya ilmiah khususnya PTK dengan metode pendampingan ini didapatkan hasil bahwa motivasi guru-guru dalam mengikuti pelatihan ini sangat antusias. Hal ini ditunjukkan dengan seriusnya mereka dalam berdiskusi kelompok untuk membuat proposal PTK. Di akhir kegiatan pelatihan guru-guru berhasil menuntaskan tugas membuat proposal PTK. Korespondensi: PENDAHULUAN Hasil penelitian Chamberlin (2009) menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mendukung pembelajaran adalah adanya proses dan tindakan (processes and actions), faktor-faktor pembelajaran (instructional factors), dan karakteristik tugas (characteristics of the tasks). Disinyalir dari hasil penelitiannya bahwa keberhasilan pembelajaran karena; guru menggunakan model pembelajaran yang tepat {appropriate teaching models are used}, tugas bervariasi {various tasks}, mengajar dengan baik (good teaching) dan menggunakan pertanyaan yang baik (good question). Senada dengan hasil penelitian Chamberlin tentang tugas, Amrullah {2016} dan Sahuddin {2007} juga menekankan pentingnya pengajar Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

192 menyiapkan tugas bervariasi dalam meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam belajar mata kuliah Speaking. Berdasarkan hasil diskusi tim pengabdian dengan beberapa guru yang juga se bagai alumni Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendididkan {FKIP} Universitas Mataram dan kepala sekolah di jenjang Pendidikan Menengah (SMA/MA/SMK), disimpulakan bahwa para guru diharapkan meningkatkan keprofesionalannya saat ini dan yang akan datang untuk memenuhi kriteria penilaian kinerja guru, khususnya bagi guru guru yang telah memiliki sertifikat pendidik. Kinerja sekolah dan guru menjadi salah satu fokus pemikiran kepala sekolah dan guru guru di jenjang Pendidikan Menengah saat ini, terutama pada aspek peningkatan kualitas profesional guru dibidang penulisan karya ilmiah yang selama ini dirasa masih dalam kategori rendah. Berkaitan dengan penulisan karya ilmiah di jenjang Pendidikan Menengah; diperoleh informasi beberapa guru SMA telah melakukan penelitian tindakan kelas dan diikuti dengan penulisan artikel ilmiah yang dipublikasikan di jurnal ilmiah yang ber-issn tergolong sangat rendah. Upaya kepala sekolah mendatangkan nara sumber dalam acara pelatihan/workshop penulisan karya ilmiah, misalnya di MA NW Boro Tumbuh tahun 2015 telah melaksanakan pelatihan/workshop penyusunan proposal PTK, namun belum memberikan dampak yang signifikan. Salah satu guru yang mengikuti pelatihan mengatakan: pelatihan bersifat teoretis dan kurang berdampak praktis, dan akibatnya tidak menghasilkan karya ilmiah yang memadai. Bagi guru-guru MA NW Boro Tumbuh masalah penulisan karya ilmiah merupakan masalah yang sulit untuk segera dicari pemecahannya. Mereka kesulitan menyusun proposal PTK, dan ini disebabkan kekurangpahaman mereka terhadap bagaimana cara melakukan PTK, tata tulisnya, dan kode etik penulisan karya ilmiahnya. Mereka menyatakan telah mengikuti berbagai ceramah tentang PTK, tetapi selama ini bersifat teoretis bukan praktis. Mereka merasa perlu pelatihan/workshop dan pendampingan praktik menyusun proposal dan melaksanakan PTK, serta menulis artikel ilmiahnya. METODE KEGIATAN Dari hasil diskusi dengan mitra Kepala Sekolah dan beberapa guru MA NW NW Boro Tumbuh diperoleh simpulan bersama bahwa terdapat beberapa masalah utama yang ditemui pada peningkatan keprofesionalan guru-guru MA dalam penulisan karya ilmiah. Permasalahan utama mitra adalah: (1) bagaimana menyusun proposal PTK yang memadai? dan (2) bagaimana melaksanakan dan menyusun laporan PTK yang memadai? Solusi permasalahan kesepakatan dalam PKM ini dikemas dalam judul Pelatihan Penulisan Karya Ilmiah Guru-Guru MA NW Boro Tumbuh Kecamatan Suralaga Lombok Timur berupa kegiatan pelatihan/ workshop dan pendampingan dalam rangka meningkatkan keterampilan guru-guru sekolah menengah (mitra} dalam penyusunan proposal PTK, dan bagaimana melaksanakan dan menyususn laporan PTK? Menindak lanjuti keterbatasan dan kesulitan yang dialami guru-guru di MA NW Boro Tumbuh dalam menulis karya ilmiah khususnya penelitian Tindakan Kelas {PTK} maka Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

193 disusunlah kerangka pemecahan masalah yang terbagi menjadi beberapa tahapan,yaitu: tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi. Berdasarkan penegasan di atas, pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan: 1. Mendampingi guru bahasa Inggris di MA NW Boro Tumbuh dalam menulis karya ilmiah khususnya penelitian Tindakan Kelas {PTK}. 2. Meningkatkan kompetensi pedagogik guru Bahasa Inggris di MA NW Boro Tumbuh dalam menulis karya ilmiah khususnya penelitian Tindakan Kelas {PTK}. Berdasarkan tujuannya, pengabdian masyarakat ini telah mengadopsi pendekatan diskusi. Hal ini dipilih dengan pertimbangan kebermanfaatannya dalam perbaikan dan peningkatan kualitas pembelajaran guru-guru di madrasah dimana mereka sangat jarang mendapatkan kesempatan untuk meningkatkan kompetensi pedagogik melalui pelatihanpelatihan yang diselenggarakan oleh pihak terkait, seperti Departemen Agama. HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) ini berjalan lancar melalui beberapa tahapan, yaitu pra kegiatan, pelaksanaan, dan pasca kegiatan. Pada tahapan prakegiatan, beberapa kegiatan dilakukan untuk menyiapkan pelaksaan PKM, yaitu rapat koordinasi internal tim tentang instrument yang akan digunakan untuk memetakan profesionalisme guru dalam penulisan karya ilmiah khususnya penelitian tindakan kelas {PTK}. Berdasarkan hasil kesepakatan tim, instrument yang dapat digunakan untuk pemetaan profesionalisme guru tersebut yaitu kuesioner. Selanjutnya, tim menyiapkan materi yang digunakan dalam pelaksanaan PKM. Hasil pemetaan evaluasi kegiatan untuk guru guru pada sekolah/madrasah sasaran kegiatan pelatihan. Evalauasi Kegiatan Bapak/ibu peserta pelatihan dipersilahkan untuk mengisi evaluasi kegiatan pada form berikut sebagai feedback untuk tim pengabdian pada masyarakat {PPM}. JIka bapak/ibu setuju dengan pernyataan pada pada kolom sebelah kiri beri tanda { }pada kolom 1 {setuju}, pada kolom 2 {kurang setuju}, dan pada kolom 3 {tidak setuju}. NO PERNYATAAN Aspek materi dan penyajian materi: 1 Materi yang disampaiakan memenuhi harapan dan kebutuhan 100% 0% 0% 2 Materi yang disampaikan bermanfaat dalam pengembangan sekolah 100% 0% 0% 3 Materi yang disampaikan mudah untuk diterapkan 70% 30% 0% 4 Penyajian materi mudah untuk dimengerti 80% 20% 0% 5 Penayangan slide/multimedia memuaskan 100% 0% 0% 6 Sistematika penyajian materi runut dan logis 100% 0% 0% 7 Kecepatan penyajian materi sudah tepat 80% 20% 0% Aspek narasumber/pemateri: 0% Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

194 8 Narasumber menguasai materi yang disampaikan 100% 0% 0% 9 Jawaban narasumber memuaskan 100% 0% 0% Aspek pelaksanaan kegiatan: 0% 0% 10 Pelaksanaan kegiatan sesuai jadwal 100% 0% 0% 11 Pelayanan tim memuaskan 100% 0% 0% 12 Pelatihan kit untuk peserta sudah baik 100% 0% 0% 13 Fasilitas makan/konsumsi memuaskan 100% 0% 0% 14 Transport yang diberikan memuaskan 100% 0% 0% 15 Ruangan pelatihan cukup nyaman 90% 10% 0% Berdasarkan data tersebut di atas dapat dipahami bahwa Aspek materi dan penyajian materi, guru guru peserta pelatihan penulisan karya ilmiah khususnya penelitian tindakan kelas {PTK} rata ratra dari 6 pertanyaan dijawab 100%. Hanya 3 pertanyaan saja yaitu pertanyaan no 3 dan 4 peserta menjawab 70%, 80%, dan 80%. Ini berarti bahwa pada aspek materi penelitian tindakan kelas {PTK} sangat dibutuhkan dalam rangka mengembangkan kemampuan profesionalisme mereka. Terkait dengan aspek narasumber/pemateri, dari 2 pertanyaan yang ada, peserta menjawab 100%. Hal ini berarti bahwa tim pengabdian telah mampu dan cekatan dalam melaksanakan kewajibanya dalam membimbing guru guru untuk membuat karya tulis ilmiah khususnya penulisan proposal penelitian tindakan kelas {PTK}. Sedangkan pada aspek pelaksanaan kegiatan dari 6 pertanyaan yang ada hanya pertanyaan no. 15 yang hanya satu menulis kurang setuju sehingga frekuensinya 90%. Artrinya bahwa pada aspek pelaksanaan kegiatan an bahwa kegiatan ini sangat berjalan dengan lancar dan sangat memuaskan. Adapun bentuk keberhasilan dan kendala yang dihadapi oleh guru guru peserta pelatihan penulisan karya ilmiah khususnya penelitian tindakan kelas {PTK}antara lain sebagai berikut: 1. Guru guru dapat memahami prinsip dasar menulis karya ilmiah khususnya menulis proposal penelitian tindakan kelas {PTK}. 2. Guru guru dapat mengembangkan pemahaman mereka mengenai penelitian tindakan kelas {PTK}. Hal ini dapat diketahui dari tugas membuat proposal yang diminta oleh tim pengabdian dapat dikerjakan dengan baik. 3. Guru guru mamiliki kemampuan dalam membuat laporan penelitian tindakan kelas {PTK}. Hal ini dapat terlihat dari tugas diskusi yang dilaksanakamn saat pengabdian berlangsung, para peserta sangat aktif menyampaikan pendapat mereka mengenai tahapan tahapan dalam menyusun laporan sebuah penelitian khususunya penelitian tindakan kelas {PTK}. Sedangkan, kendala utama guru di sekolah atau madrasah sasaran yaitu rendahnya ketersediaan sumber belajar. Guru guru membutuhkan referensi berupa hasil hasil penelitian tindakan kelas {PTK} yang jumlahnya sangat terbatas mereka miliki. Untuk mengatasi ini, disarankan kepada seluruh peserta pelatihan agar menjalin komunikasi dengan baik terhadap lembaga terkait {perpustakaan daerah, sekolah sekolah lain, LPTK, para peneliti, dll}. Ada Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

195 beberapa alternative yang bisa dilakukan yaitu kerjasama dengan perpustakaan daerah agar mereka menyediakan perpustakaan keliling datang ke sekolah atau madrasah secara periodic KESIMPULAN DAN SARAN Atas dasar kesuksesan pelaksanaan pengabdian masyarakat ini, ada beberapa hal yang menjadi simpulan dan saran, antara lain: 1. Pihak yayasan merespon dengan baik adanya keberpihakan pihak Universitas Mataram atas kesediannya memberikan siraman ilmu dan pengalaman sebagai upaya peningkatan mutu Pendidikan. Pihak yayasan sangat berkeinginan agar hal hal seperti ini dapat dilaksanakan pada waktu mendatang tidak hanya melibatkan guru mata MA tetapi semua guru di lingkungan pondok pesantren Darul Mujahidin NW Boro Tumbuh. Karena itu saran pada pengabdian selanjutnya hendaknya pengabdian lebih memperbanyak jumlah peserta dan jenjang pendidikan. 2. Karena jumlah guru pemula yang masa kerjanya rata rata rendah dibutuhkan model pendampingan yang lebih intensif dalam penyesuaian tuntutan kurikulum dalam bentuk tidak hanya terkait dengan model pembelajaran tetapi juga apa yang diajarkan (how and what to teach) 3. Universitas Mataram, khususnya FKIP sebagai perguruan tinggi yang menyediakan Pendidikan dan tenaga kependidikan harus berupaya membangun sinergi dengan pihak pengguna terkait dengan kondisi lulusan dan perkembangan kebutuhan di lapangan. DAFTAR PUSTAKA Amrullah Improving Students Speaking Ability Through Task Based Learning Approach. Page: in The Asian EFL Journal Professional Teaching Articles Indonesian International Conference Edition December 2016 Volume1. Jeremy Harmer, The Practice of English Language Teaching. England: Pearson Education Limited. Melvin L. Silberman Active Learning; 101 Strategi Pembelajaran Aktif: Yogyakarta: Allyn and Bacon Boston. Modjiono Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Nunan, David. Designing Tasks for the Communicative Classroom, USA: Cambridge University Press, Penny Ur, A Course in Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press. Sahuddin, The Effectiveness of Presentation Technique in Teaching Speaking. Mataram: Jurnal Gema Rinjani. Syafaruddin Dkk Ilmu Pendidikan Islam Melejitkan potensi budaaya Ummat. Jakarta: Hijri Pustaka Utama Ur, Penny A. Course in Language Teaching. Cambridge: Cambridge University Press, 1996 Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

196 Vol. 1 No Penguatan Peran Dan Strategi Calon Aparatur Pemerintah Daerah NTB Melalui Analisis Dinamika Politik Luar Negeri Indonesia Pasca Reformasi Bagi Pengembangan Pembangunan Daerah Mala Mardialina, Ahmad Mubarak Munir* Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Mataram Kata Kunci: Aparatur sipil negara, kerjasama, otonomi, politik luar negeri, sister city Abstrak: Reformasi 1998 mengubah pola interaksi antar pemerintah pusat dan daerah, otonomi menjadi tuntutan daerah sebagai langkah strategis untuk memajukan dan mensejahterakan masyarakat. Otonomi daerah setidaknya memberikan ruang yang luas dalam mengatur dan memetakan potensi daerah, namun tidak dengan keleluasaan daerah dalam membangun kerjasama luar negeri. Membangun hubungan luar negeri harus atas sepengetahuan dan koordinasi dengan Kementerian Luar Negeri sebagai pemangku tugas hubungan luar negeri. Dengan demikian aparatur negara harus memiliki pengetahuan mendasar mengenai dinamika politik luar negeri Indonesia, dengan harapan untuk memahami ruang yang dapat dimanfaatkan untuk membangun kerjasama dan bahkan menyelaraskan kebijakan daerah untuk memanfaatkan kebijakan besar Politik Luar Negeri Indonesia. Penguatan peran strategis aparatur negara di daerah mengenai peluang yang dapat dimanfaatkan dari kebijakan besar Politik Luar Negeri Indonesia menjadi sebuah keharusan di era revolusi industri 4.0, konsep sister city, kerjasama pendidikan dan kerjasama strategis menjadi pengetahuan mendasar yang harus dipahami para calon aparatur negara. Korespondensi: PENDAHULUAN Reformasi 1998 menjadi titik awal perubahan signifikan dalam kehidupan sosial dan bernegara, tuntutan perubahan juga digaungkan bagi lembaga-lembaga pemerintahan. Transparansi dalam pelaksanaan pemerintahan, akuntabilitas, responsibilitas dan efektivitas dalam menjalankan pemerintahan dirasa sangat mendesak untuk dilakukan. Reformasi birokrasi dilakukan seiring dengan perubahan besar reformasi 1998, perubahan-perubahan yang kemudian menjadi tuntutan untuk dilakukan perubahan antara lain seperti, korupsi akibat ketidak profesionalnya penyelenggara negara, tidak transparan dan netralnya penyelenggara negara, gemuk struktur dan miskin fungsi (zuhroh, 2010). Ini menjadi tantangan besar bagi penyelenggara negara seiring dengan tuntutan reformasi. Perkembangan teknologi atau yang kita kenal dengan istilah globalisasi mendorong transformasi dalam kehidupan masyarakat dan bernegara. Hal ini menjadi tantangan baru dalam proses penyelenggaraan negara, yaitu mendorong efektivitas dan transparansi dalam proses penyelenggaraan negara untuk tujuan kesejahteraan masyarakat. Globalisasi setidaknya Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

197 Vol. 1 No mempersempit ruang bagi penduduk dunia (world citizen), sehingga terbentuklah interaksi masyarakat dunia semakin masif dan intens. Bertukar informasi dan pikiran mengenai tantangan, inovasi dan tentu bentuk interaksi di negara masing-masing menjadi salah satu pemicu lahirnya perubahan-perubahan masif dan signifikan dalam masyarakat. Globalisasi memberikan ruang lebih bagi masyarakat untuk berinteraksi dalam ruang dan waktu yang berbeda, setidaknya globalisasi mempermudah pekerjaan manusia yang tadinya terpisah oleh ruang dan waktu. Globalisasi mendatangkan manfaat besar bagi dunia, untuk merancang pembangunan dunia yang mensejahterakan kehidupan masyarakat dunia. Sehingga secara sederhana globalisasi dapat dipahami sebagai akumulasi interaksi penduduk dunia dengan berbagi macam aktivitas dalam ruang dan waktu (Held et.al., 1999). Interaksi masyarakat dunia yang semakin intens tentu mendorong pertukaran informasi secara cepat dan transparan, ruang yang semakin menyempit ini tentu akan mendatangkan manfaat yang besar bagi pembangunan daerah di Indonesia, terlebih lagi dengan wewenang yang diberikan pusat kepada daerah. Kepala daerah dan para aparatur daerah memiliki peranan penting dalam mengambil manfaat dari menyempitnya ruang dan waktu dalam interaksi dunia. Aparatur negara di daerah dapat membangun interaksi dan merancang sebuah kerjasama yang menguntungkan dengan daerah lain di berbagai belahan dunia. Pemanfaatan akses teknologi dan transparansi informasi menjadi modal awal bagi ASN dalam merancang skema kerjasama dengan pihak luar tanpa kemudian melanggar aturan-aturan yang ditetapkan pemerintah pusat sebagai pengendali pembangunan. Dengan kata lain, daerah memiliki kesempatan besar dalam menginisiasi kerjasama luar negeri dalam berbagai bidang, sebagai langkah mendorong kemakmuran dan kemajuan daerah. METODE KEGIATAN Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah penyuluhan. Materi yang diberikan telah diatur sedemikian rupa agar dapat menunjang keberhasilkan/ketercapaian target pelaksanaan kegiatan pengabdian kepada masyarakat. Materi yang diberikan selama penyuluhan berlangsung adalah sebagai berikut: 1. Politik luar negeri indonesia dan pembangunan daerah 2. Sister city konsep dan citizen diplomacy 3. Kota kembar provinsi nusa tenggara barat HASIL DAN PEMBAHASAN Politik Luar Negeri Indonesia Dan Pembangunan Daerah Konsekuensi dari pemberlakuan Otonomi Daerah yang sangat terasa adalah kewenangan daerah dalam merancang pembangunan sesuai dengan potensi dan nilai-nilai yang berkembang. Kewenangan ini juga berlaku dalam merancang kerjasama dengan pihak asing, baik negara, organisasi internasional, Non geverment organizations (NGO), kelompok masyarakat, pemerintah daerah sebuah negara dan bahkan individu (Rumengan, 2009). Meskipun kemudian harus dikomunikasikan dengan pemerintah pusat yaitu Kementerian Luar Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

198 Vol. 1 No Negeri. Pemerintah memiliki skema yang jelas dalam mendorong terbentuknya kerjasama daerah dengan luar negeri. Otonomi daerah yang diatur dalam UU No 23 Tahun 2014 mendefinisikan Otonomi sebagai hak, wewenang, dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus secara mandiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia dimana asas otonomi merupakan prinsip dasar penyelenggaraan Pemerintah Daerah berdasarkan Otonomi Daerah (UU RI Nomor ). Dalam UU dijelaskan dengan terperinci mengenai urusan pemerintah pusat dan daerah, di mana dalam hal ini urusan tersebut dapat dibagi dalam dua yaitu urusan pemerintahan absolut dan urusan pemerintahan konkuren. Adapun urusan pemerintahan absolut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2) meliputi: politik luar negeri; pertahanan; keamanan; yustisi; moneter dan fiskal nasional; dan agama. Sehingga tentu dalam merancang kerjasama dengan luar negeri harus seizin dan koordinasi pemerintah pusat. Inisiasi kerjasama dengan luar negeri kemudian dapat dikoordinasikan dengan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia atau Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) dan Kementerian Luar Negeri sabagai steakholder terkait urusan luar negeri. Direktorat Politik Luar Negeri dan Kerjasama Pembangunan Internasional mempunyai tugas melaksanakan pengkoordinasian, perumusan dan pelaksanaan kebijakan, serta pemantauan, evaluasi, dan pengendalian perencanaan pembangunan nasional di bidang politik luar negeri dan kerjasama pembangunan internasional (Bappenas RI, 2014). Bappenas melalui direktorat luar negeri menjadi salah satu corong dalam menghubungkan rencana daerah dalam membangun kerjasama luar negeri. Langkah pertama yang dapat diambil daerah dalam memanfaatkan atau mengambil peluang besar dalam politik luar negeri adalah dengan memetakan prioritas politik luar negeri Indonesia yang biasanya disampaikan oleh Presiden atau Menteri Luar Negeri, prioritas ini disampaikan secara ekspilisit maupun implisit, jika kemudian implisit bukan berarti tidak bisa disarikan atau dicari bidang apa yang menjadi prioritas politik luar negeri. Hal ini bisa dilihat dari pidato kenegaraan seorang presiden atau kemudian pidato tahunan Menteri Luar Negeri atau dikenal juga dengan istilah pidato pers tahunan menteri. Sebagai salah satu contoh prioritas politik luar negeri indonesia di masa Presiden Jokowi misalnya, menjadi Poros Maritim Dunia. Kebijakan poros maritim dunia kemudian dijelaskan lebih jauh oleh Menteri Luar Negeri, yaitu mencakup lima pilar utama yaitu; 1. Membangun budaya maritim; 2. Penjagaan dan pengelolaan sumber daya laut; 3. Membangun infrastruktur dan konektivitas maritim; 4. Kerjasama maritim melalui diplomasi; dan 5. Pembangunan kekuatan pertahanan maritim (Setkab RI, 2019). Daerah dalam hal ini dapat mengambil manfaat atau kemudian merancang peluang kerjasama dengan menyesuaikan dengan prioritas politik luar negeri. Daerah bisa kemudian merancang kerjasama dalam tema kemaritiman misalnya, bagi daerah dengan potensi maritim yang kuat bisa mendorong kerjasama dengan membangun indsutri maritim dengan perusahaan atau bahkan negara. Tentunya semuanya harus disesuaikan dan dikoordinasikan dengan pemerintah pusat. Dalam membangun kerjasama dengan luar negeri, terdapat konsep yang dapat dkembangkan di daerah, konsep ini telah diterapkan dibeberapa daerah di Indonesia yaitu sister city. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

199 Vol. 1 No Sister City Konsep Dan Citizen Diplomacy Konsep sister city sangat erat kaitannya dengan diplomasi publik dan keterlibatan masyarakat menjadi bagian dari aspek aktor diplomasi itu sendiri. Sister City atau kota kembar adalah konsep penggandengan dua kota yang berbeda lokasi dan administrasi politik dengan tujuan menjalin hubungan budaya dan kontrak sosial antar penduduk. Sister city merupakan sebuah istilah yang digunakan untuk menyebut kerja sama antar-kota di Indonesia dengan kotakota di negara lain. lstilah ini sesungguhnya dalam bahasa Indonesia disebut kota kembar atau twin city, kerja sama ini dilakukan baik berupa antar-kota luar negeri maupun dalam negeri di mana kerja sama tersebut berslfat luas, disepakatisecara resmi, dan bersifat jangka panjang (Novianti, 2013). Sister city dikenal juga dengan istilah twin city, sister province atau kota kembar, Presiden Amerika Serikat President Dwight D. Eisenhower memperkenalkan dan mengembangkan konsep ini pada tahun Melalui konferensi di Gedung Putih, Presiden Eisenhower mengajak masyarakat Amerika Serikat untuk memperkuat dan mempromosikan penguatan kerjasama antara masyarakat people to people program dalam berbagai bidang (Cremer et.al., 2001). Sejak dikenalnya konsep ini, setidaknya telah terbentuk lebih dari sister city yang melibatkan lebih dari 159 negara di dunia (Zelinsky, 1991). Presiden Eisenhower mencoba mendorong interaksi antar masyarakat dalam setiap tingkatan dengan masyarakat di daerah lain yang kemudian dikenal dengan istilah citizen diplomacy, interaksi yang intens antar masyarakat dalam ruang dan waktu yang berbeda setidaknya mempersempit ruang untuk terjadinya konflik atau bahkan perang. Interaksi mendorong pertukaran informasi yang mendalam antar masyarakat, afiliasi antar masyarakat dalam sebuah daerah dengan daerah lain akan mengurangi bibit konflik di masa depan. Contoh sister city yang paling tua di dunia dibentuk tahun 1931 adalah Toledo, Ohio dan Toledo, Spanyol. Amerika Serikat dan Spanyol merancang kerjasama lebih komprehensif antar dua wilayah yang memiliki kesamaan dengan tujuan untuk memperkuat interaksi masyarakat. Pasal 5 Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) No. 03 Tahun 2008 tentang pembentukan sister city mensyaratkan beberapa ketentuan atau syarat dalam menjajaki kerjasama sister city. Syarat tersebut antara lain : kesetaraan status administrasi; kesamaan karakteristik; kesamaan permasalahan; upaya saling melengkapi; peningkatan hubungan kerjasama. Adapun bidang-bidang kerjasama dalam sister city setidaknya meliputi empat bidang: 1) Budaya, dalam konteks kerjasama budaya ditujukan untuk memahami keanekaragaman budaya yang berbeda sehingga dapat terjalinnya pemahaman mengenai latar belakang budaya, sehingga dapat meningkarkan kerjasama yang lebih mendalam antar Kota dalam Hubungan Intenasional, yang biasanya melibatkan unsur seni musik, pertunjukan budaya, dan hal lainnya yang menyangkut kebudayaan 2) Akademik, dalam bidang akademik biasanya melibatkan pengiriman duta/delegasi dari suatu kota/provinsi terhadap kota/provinsi lainnya yang ditunjuk untuk mempromosikan dan mempelajari budaya lain, untuk mempeerat hubungan yang lebih mendalam. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

200 Vol. 1 No ) Pertukaran informasi, dalam hal ini ditujukan untuk menanggulangi suatu kesamaaan permasalahan yang dihadapi, sehingga dapat terselesaikam dengan pengembangan yang dalam hal ini dapat ditujukan pembangunan kota/provinsi yang lebih baik. 4) Ekonomi, merupakan bidang yang sangat penting dalam kerjasama Sister City/Sister Province, dimana hal ini berlandaskan pada tujuan peningkatan perdagangan antar kota maupun provinsi sehingga konteks kerjasama tejalin lebih harmonis. Kota Kembar Provinsi Nusa Tenggara Barat Kerjasama kota kembar telah banyak dilakukan oleh beberapa daerah di Indonesia, salah satu contoh misalnya yogyakarta dan Kyoto, Jepang. Kerjasama Yogyakarta dengan Kyoto, Jepang terbentuk sejak tahun 1985 masih berlangsung dan eksis hingga saat ini. Jogja Japan Week merupakan even dua tahunan yang diselenggarakan untuk mengapresiasi kerjasama sister city kedua daerah. Pusat kebudayaan Jepang di Jakarta mencatat setidaknya lebih dari 1000 orang Indonesia belajar bahasa Jepang, minat masyarakat Indonesia terhadapa budaya Jepang masih tinggi, baik dari bahasa, film dan manga. Kegiatan ini merupakan bentuk nyata bagaimana masyarakat menjadi agen diplomasi dan mendorong terjadinya interaksi yang saling menguntungkan antar masyarakat di kedua daerah. Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) membangun kerjasama sister city dengan Provinsi Zhejiang, dibentuk tahun 2014 dengan misi untuk meningkatkan interaksi masyarakat kedua daerah dan memperkuat kerjasama dan meningkatkan ekonomi daerah dan potensi daerah. Manfaat yang dapat diperoleh dari adanya kerjasama Sister Province antara Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan Pemerintah Provinsi Zhejiang RRT adalah terbukanya hubungan transnasional Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) dan terjalinnya tukar menukar indormasi, ide, pengetahuan dan budaya. Pemerintah provinsi Zhejiang sendiri berharap dalam kerjasama ini pihak provinsi Zhejiang mampu memberikan manfaat dari kerjasama yang terjalin. KESIMPULAN Pemerintah daerah baik provinsi, kabupaten/kota dapat memanfaatkan kebijakan besar politik luar negeri Indonesia. Memetakan prioritas politik luar negeri Indonesia menjadi langkah utama dalam mengambil manfaat dengan sinkronisasi prioritas kebijakan luar negeri. Kebijakan poros maritim dunia misalnya dapat kemudian diambil manfaat oleh pemerintah daerah misalnya dalam hal penguatan dan mendorong industri lokal untuk masuk dan menjadi pemain dalam perdagangan global. Kolaborasi antara pemerintah daerah dengan kementerian luar negeri akan menjadi langkah awal memajukan potensi-potensi yang dimiliki daerah agar bersaing dengan pasar regional dan global. DAFTAR PUSTAKA BAPPENAS RI, Direktorat Politik Luar Negeri dan Kerjasama Pembangunan Internasional, 4 November 2014, < /id/profil-bappenas/unit-kerja/deputi-bidang-politik-hukum-pertahanan-dan keamanan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

201 Vol. 1 No /direktorat-politik-luar-negeri-dan-kerjasama-pembangunan-internasional/> diakses tanggal 2 september Cremer, R.D., De Bruin, A., & Dupuis, A., International Sister-Cities: Bridging the Global- Local Divide, The American Journal of Economics and Sociology, Vol. 60, No. 1, Special Issue: City and Country: An Interdisciplinary Collection (Jan., 2001), p. 380 Held, D., McGrey, A., Goldblatt, D., & Perraton, J., Globalizaztion, Global Governance, Vol. 5. No. 4, (Oct.-Dec. 1999), p Humas Setkab Inilah Prioritas Politik Luar Negeri Indonesia 5 Tahun Ke Depan Sekretariat Kabinet RI, < diakses tanggal 2 September Novianti, Pembuatan Perjanjian Kerjasama Sister City Oleh Pemerintah Daerah: Studi Perjanjian Sister City di Kota Surabaya dan Kota Bukit Tinggi, Jurnal DRP RI, Vol. 18. No. 2, Juni 2013, pp Rumengan, J., Perspektif Hukum dan Ekonomi atas Kerjasama Luar Negeri oleh Pemerintah Daerah, Indonesian Journal of International Law, Vol. 6. No. 2, Januari 2009, p Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah. Zelinsky, W., The Twinning of The World: Sister Cities in Geographic and Historical Perspective, Annals of the Association of American Geographers, Vol. 81, No. 1 (Mar., 1991), pp. 1-2 Zuhroh, R.S,. Good Governance dan Reformasi Birokrasi di Indonesia, Jurnal Penelitian Politik, Vol. 7. No. 1, 2010, p. 3 Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

202 Vol. 1 No Pelatihan Skrining Intoksikasi Merkuri Pada Bidan Desa Puskesmas Kecamatan Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat Ardiana Ekawanti*, Deasy Irawati, Seto Priyambodo, Ima Arum Lestarini Fakultas Kedokteran, Universitas Mataram, Indonesia Kata Kunci: pertambangan emas skala kecil, merkuri, intoksikasi, pelatihan, bidan desa Abstrak: NTB adalah salah satu propinsi yang menjadi daerah pertambangan emas skala kecil dan menjadi sumber emisi merkuri di dunia, salah satu kecamatan yang aktif melakukan penambangan emas dengan menggunakan merkuri. Merkuri adalah bahan kimia yang digunakan dalam proses pengolahan emas. Merkuri memberikan dampak pada kesehatan masyarakat di daerah pertambangan. Bidan desa dan kader posyandu adalah petugas kesehatan yang merupakan ujung tombak dalam menemukan masalah kesehatan di masyarakat. Pengabdian ini bermaksud membekali bidan desa dan kader posyandu tentang dampak intoksikasi merkuri terhadap tubuh dan cara pencegahan terhadap paparan merkuri dari lingkungan, dan cara mendeteksi keracunan merkuri di masyarakat. Metode yang akan digunakan adalah pemutaran video tantang cara skrining intoksikasi, demonstrasi dan latihan terstruktur cara skrining keracunan merkuri. Pelaksanaan kegiatan pengabdian dilakukan pada tanggal 20 Juni 2019 bertempat di aula Puskesmas Brang Rea. Kegiatan diikuti oleh lima belas peserta yang terdiri dari sembilan bidan desa dan tiga bidan Puskesmas serta dua orang dari bagian kesehatan lingkungan Puskesmas. Hasil lainnya dari pelatihan ini adalah peningkatan pengetahuan ditandai dengan nilai sebelum pelatihan dilakukan pre-test dan didapatkan rerata 64 dan di akhir pelatihan dilakukan post-test dan didapatkan nilai 98,3. Korespondensi: PENDAHULUAN Pertambangan Emas Skala Kecil adalah pertambangan rakyat yang memproses pemisahan emas dari bebatuan dengan menggunakan senyawa yang mempengaruhi metabolism dalam berbagai organ tubuh. Salah satu senyawa yang digunakan yaitu air raksa yang digunakan dalam proses pengolahan emas. Penelitian yang dilakukan oleh Krisnayanti, dkk pada tahun 2012, menemukan bahwa padi yang ditanam di tanah yang merupakan limbah baik tong dan gelondong (Krisnayanti, 2011) yang dikonsumsi masyarakat sekitar pertambangan mengandung raksa. Raksa ditemukan dalam tubuh penduduk Sekotong dalam kadar yang melebihi batas yang diperbolehkan (Krisnayanti, 2015). Priyambodo, dkk (2015) mendapatkan prevalensi stunting pada siswa SD di Telaga Lebur Sekotong sebesar 44,5 % dan underweight 27,78 %. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

203 Vol. 1 No Merkuri yang masuk ke dalam tubuh manusia terdapat dalam beberapa bentuk : 1. Inorganik, ada beberapa jenis merkuri dalam bentuk inorganic, yaitu : a. Metalik: b. gas elemental (Hg 0 ) c. Merkuri ionic (Hg2 2+ ) d. Garam merkuri (Hg 2+ ) 2. Organik; yaitu merkuri yang terikat pada senyawa yang mengandung atom karbon. (Bernhoft, 2012) Jenis merkuri di atas masuk ke dalam tubuh melalui beberapa rute, sebagai berikut: 1. Inhalasi. Inhalasi adalah rute masuk merkuri dalam bentuk gas elemental. Inhalasi merupakan rute terbanyak didapatkan pada para pekerja pertambangan dan pengolahan emas, dari alam seperti dari asap yang dilepaskan oleh gunung berapi dan aktivitas amalgam. Elemental merkuri yang terinhalasi dengan cepat akan diserap oleh membrane mukosa dan paru dan dengan cepat akan diubah menjadi merkuri bentuk yang lain. 2. Ingesti Bentuk merkuri yang masuk ke dalam tubuh melalui rute ini adalah bentuk organic merkuri (metal merkuri) yang terakumulasi terlebih dahulu di dalam makanan yang diasup oleh manusia terutama dari ikan. Bentuk merkuri lainnya yang masuk melalui rute ini adalah bentuk metalik yang dipakai dalam dental amalgam. 3. Absorpsi langsung melalui kulit yang terpapar Pekerja yang bersentuhan langsung dengan merkuri akan menyerap langsung merkuri tersebut. Penelitian tentang kemampuan kulit untuk menyerap merkuri masih sedikit. Krim pemutih yang mengandung merkuri merupakan sumber paparan merkuri yang masuk melalui kulit dan ingesti. Faktor risiko yang potensial menyebabkan seseorang terpapar merkuri: 1. Pekerjaan Beberapa pekerjaan mempunyai risiko untuk terpapar merkuri, diantaranya adalah aktivitas penambangan merkuri dan emas. Pedagang emas yang melakukan aktivitas pengecoran emas. Dokter dan perawat gigi juga merupakan kelompok yang rentan terpapar merkuri dari aktivitas tumpat gigi dengan bahan yang mengandung merkuri. Pekerja pabrik yang menggunakan bahan merkuri dalam produknya seperti pekerja pabrik spigmomanometer air raksa dan thermometer. 2. Upacara keagamaan Beberapa upacara keagaamaan atau ritual tertentu melakukan aktivitas pembakaran merkuri yang memberikan paparan metallic gaseous. 3. Makanan Makanan yang mengandung merkuri menjadi sumber paparan. Jenis makanan yang banyak menjadi sumber merkuri adalah ikan. Atau produk makanan lain yang terpapar merkuri dari tanah yang dijadikan tempat menanam atau air yang digunakan tercemar merkuri. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

204 Vol. 1 No Bidan Desa dan kader posyandu adalah petugas kesehatan dan masyarakat yang bertugas di tengah masyarakat harus mampu untuk mengidentifikasi masalah kesehatan di daerahnya yang merupakan daerah dengan pencemaran merkuri. Pengabdian ini bermaksud membekali bidan dan kader posyandu dengan keterampilan mendeteksi dini keracunan merkuri. METODE KEGIATAN Metode kegiatan yang dilakukan adalah pelatihan. Sebelum pelatihan dilakukan, terlebih dahulu dilakukan pengukuran tingkat pengetahuan peserta untuk itu dilakukan pre test dan pada akhir kegiatan dilakukan post test untuk mengetahui ketercapaian tingkat pengetahuan peserta. Pelatihan diberikan dalam bentuk penjelasan, demonstrasi dan pemutaran video singkat pemeriksaan keracunan merkuri HASIL DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan kegiatan adalah tanggal 20 Juni 2019 bertempat di aula Puskesmas Brang Rea Kabupaten Sumbawa Barat. Kegiatan diikuti oleh 15 orang peserta terdiri dari 9 orang bidan desa, 3 orang bidan Puskesmas dan 3 orang dari kesehatan lingkungan. Setelah diberikan pre test dan diberikan dasar-dasar tentang peraturan pemerintah terkait penggunaan merkuri, gejala keracunan merkuri dan pemeriksaan sederhana untuk mendeteksi keracunan merkuri. Pemutaran video untuk menvisualisasi tehnik pemeriksaan dan diperkuat dengan demonstrasi. Hasil pre test didapatkan rerata 64 dan setelah diberikan pemaparan dan dilakukan post test didapatkan hasil 98,3. Tidak ada hambatan yang berarti untuk pelaksanaan tersebut, hanya saja beberapa bidan desa dating terlambat karena baru selesai memberi pelayanan di posyandu. Gambar 1. Peserta mengerjakan pre test Gambar 2. Penjelasan tentang dasar-dasar pemeriksaan keracunan merkuri Gambar 3. Demonstrasi pemeriksaan oleh seorang dokter dari Jepang KESIMPULAN Pelatihan skrining intoksikasi merkuri dilaksanakan pada tanggal 20 Juni 2019 dengan hasil berupa peningkatan pengetahuan bidan yang ada di wilayah puskesmas Brang Rea Kabupaten Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

205 Vol. 1 No Sumbawa Barat. Kegiatan ini sangat penting dilakukan secara berkala pada petugas kesehatan di daerah terdampak polusi dari PESK untuk menjaring kasus baru keracunan merkuri. Ucapan Terima Kasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Mataram khususnya Fakultas Kedokteran yang telah membiayai pengabdian ini. Ucapan terima kasih juga kami haturkan kepala kepala Puskesmas Brang Rea dan kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat yang telah menfasilitasi kegiatan ini. DAFTAR PUSTAKA Krisnayanti BD, Anderson C, Ekawanti A, Sukartono, 2015, Alternative Livelihood in ASGM in Sekotong West Nusa Tenggara, KLN Report. Priyambodo S, Ekawanti A, Nurbaiti L, C Rifana, Lestarini IA, 2015, Nutritional Status of School Aged Children in Telaga Lebur Elementary Public School, Sekotong West Nusa Tenggara Barat in Proceeding of ISSC Mataram. Mataram University Press United Nations Environment Progamme, Guidance Document: Developing a national strategic plan for artisanal and small scale gold mining. UNEP Version 1.0, 7 May United Nations Environment Programme, Report of the Governing Council, Twenty-fifth Session (16-20 February 2009). General Assembly, Official Records, Sixty-fourth Session, Supplement No. 25. Retrieved from 12 March UNDP, Millennium Development Goals. Retrieved from 10 May 2010 Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

206 Penyuluhan dan Pelatihan Tentang Pembuatan Sistem Irigasi Leb Pipa Pada Jaringan Irigasi Air Tanah Dalam Di Dusun Arungan Bali Desa Akar Akar Kabupaten Lombok Utara I Dewa Gede Jaya Negara 1*, Anid Supriyadi 1, Atas Pracoyo 1 1 Program Studi Teknik Sipil, Universitas Mataram Kata Kunci: efisiensi, irigasi, leb pipa Abstrak: Pengembangan jaringan irigasi di lahan kering Nusa Tenggara Barat (NTB), telah dilakukan pemerintah. Dan sejak tahun 1990 telah dibangun lebih dari 471 buah sumur pompa air tanah dalam tersebar di 7 kabupaten se Provinsi NTB untuk mendukung pertanian di lahan kering. Dusun Arungan Bali Desa Akar Akar termasuk salah satu lokasi lahan kering yang potensial pasiran, telah memanfaatkan sumur tersebut dilapangan. Dalam aplikasi irigasi tersebut ternyata masih mengadapi kendala lapangan yaitu penggunaan air oleh petani yang kurang efisien sehingga usahatani kurang menguntungkan. Untuk itu mengatasi masalah tersebut, perlu dilakukan penyuluhan dan pelatihan ditingkat lapang agar masyarakat dapat meningkatkan efisiensi air irigasi. Sistem irigasi leb pipa, dapat dijadikan alternatif untuk meningkatkan efisiensi air ditingkat lahan tersebut. Metode yang digunakan untuk mengatasi hal di atas adalah dengan penyuluhan dan pelatihan pembuatan irigasi Leb pipa di lapangan yang terdiri dari 1) identifikasi masalah, 2)penyuluhan, 3) pelatihan pembuatan jaringan irigasi leb pipa dan uji pengaliran, 3) tanya jawab dan diskusi, dan 4) evaluasi. Hasil pengabdian menunjukkan, masyarakat sangat antosias dalam kegiatan ini terutama dalam pelatihan irigasi leb pipa dan peserta dapat melihat pola aliran irigasi yang terjadi, dapat mengerti tingkat ke manfaatan air di lahan. Masyarakat tani Arungan Bali, tertarik dengan cara irigasi ini dan dapat mencek efisiensi irigasi baik kedalaman irigasi dan penyebarannya dipermukaan lahan yang lebih cepat dan merata. Waktu irigasi dapat dilakukan 1 jam lebih cepat dari cara yang biasa dilakukan masyarakat tani. Dengan penyuluhan dan pelatihan ini masyarakat tani memperoleh pengetahuan tentang cara irigasi yang lebih efisien dan mudah dikerjakan. Korespondensi: PENDAHULUAN Dusun Arungan Bali berlokasi di desa Akar Akar Kabupaten Lombok Utara, merupakan lokasi pertanian lahan kering tanah pasiran potesial yang telah mendapatkan sumur pompa air tanah dalam dari pemerintah pusat (PAT-NTB) termasuk jaringan irigasi air tanah pada lahan petani. Sejak 1990, pemerintah Provinsi NTB telah membangun lebih dari 471 sumur pompa air tanah dalam yang tersebar di 7 kabupaten se Provinsi NTB. Hasil survai optimalisasi pemanfaatan sumur pompa air tanah dalam menunjukkan bahwa hanya sekitar persen dari jumlah sumur pompa air tanah dalam yang dibangun pemerintah yang Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

207 dimanfaatkan oleh petani sedangkan sisanya tidak dimanfaatkan secara optimal karena mahalnya biaya operasional (Eterna dan Suwardji, 2003). Irigasi pompa air tanah dalam pada lahan kering pasiran ternyata masih boros air dan kurang efisien, karena pengalian air dengan sistem irigasi yang ada untuk lahan 1 hektar dilakukan sekitar 6 jam sampai 8 jam. Untuk sekali irigasi dengan pompa di lokasi Arungan Bali diperlukan 5 liter solar per jam dan dengan harga solar sekitar Rp.8000 per liter di lokasi, dan untuk irigasi lahan pertanian sampai panen sekitar 12 kali irigasi maka diperlukan biaya sekitar Rp ,- sampai Rp ,- termasuk mahal. Memperhatikan banyaknya kendala yang ditemui dalam penerapan JIAT di lapangan, maka perlu dilakukan peningkatkan efisiensi dan efektifitas penggunaan air tanah ditingkat lahan. Memperhatikan untuk Akar Akar saat ini terdapat tidak kurang dari 22 buah sumur pompa air tanah dalam yang telah dibangun pemerintah, tetapi pemanfaatannya yang masih sangat rendah sehingga penyuluhan dan diberi contoh teknik-teknik irigasi efisien untuk dapat ditiru oleh masyarakat tani. Untuk itu perlu dilakukan penyuluhan dan pelatihan irigasi hemat air ditingkat lapang untuk mendorongn percepatan efisiensi air irigasi di lahan oleh masyarakat tani. Dengan penyuluhan tersebut masyarakat dapat meniru cara pembuatan jaringan yang lebih efisien untuk mempercepatan perbaikan tata kelola air ditingkat lahan oleh masyarakat lahan kering pasiran, sehingga pemanfaatan air tanah dapat lebih efisien dan menguntungkan disetiap musim panen. Menurut hasil penelitian, (Jaya Negara, dkk., 2016,) pengujian sistem irigasi leb pipa pada lahan bergradasi halus sekitar 5 are menunjukkan dalam waktu 20 menit mampu memberi irigasi hingga kedalaman sekitar 30 cm, sedangkan pada uji sistem irigasi leb JIAT (jaringan irigasi air tanah) yang telah ada dilapangan dapat mencapai kedalaman 30 cm dalam waktu irigasi 38 menit, jadi sistem Leb pipa lebih cepat 18 menit dari pada sistem JIAT dalam melakukan irigasi. Memperhatikan karakterisik tanah dilokasi pengabdian berupa pasiran dimana terdiri dari 62% pasir, 35% debu dan 3% porsi liat (Suwardji,2010) maka, pelatihan sisitem irigasi leb pipa, sangat perlu dilakukan dilahan masyarakat sekitar sumur pompa sebagai uji-uji ditingkat lapang dengan masyarakat khususnya di Arungan Bali, agar dapat meningkatkan efisiensi air ditingkat lahan petani dan menguntungkan. Pemberian air irigasi pada lahan kering pasiran yang mengikuti cara-cara irigasi pada sawah lahan basah, sangatlah tidak sesuai dengan karakteristik lahan kering yang ada sangat boros air. Penerapan cara-cara irigasi yang kurang sesuai perlu diredukasi agar dampak yang merugikan bagi petani khususnya masyarakat awam yang belum mengenal teknik-teknik penghematan air, dapat ditekan sekecil mungkin. Potensi lahan kering pasiran sangat boros air dan perlu dilakukan percepatan pembasahan lahan oleh air irigasi yang lebih efisien dalam waktu yang relatif pendek. Perlu memanfaatkan bahan-bahan yang dapat dimanfaatkan sebagai saluran air yang mudah di dapat saat ini seperti pipa pvc yang harganya masih terjangkau ditingkat lapangan. Perlu memanfaatan lahan sekitar sumur pompa sebagai lahan uji dan contoh untuk masyarakat sebagai media komunikasi teknik irigasi yang sederhana ditingkat lapang. Melalui penyuluhan dan pelatihan irigasi leb pipa dan rancangan sederhana ditingkat lapang, Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

208 akan diperoleh peningkatan pengetahuan dan keterampilan pola irigasi dilahan kering tanah pasiran sebagai contoh bagi masyarakat tani Arungan Bali Desa Akar Akar dan sekitarnya METODOLOGI Di awal kegiatan dilakukan tinjauan lapangan terkait dengan lokasi sumur pompa dan pemanfaatan air yang dilakukan petani, mendata pemanfaatan air sumur pompa oleh petani, mengidentifikasi pola irigasi yang dilakukan petani. Merangkum masalah dan membuat rancangan pola penyuluhan dan pelatihan teknik irigasi. Alternatif pemecahan masalah awal akan dilakukan penyuluhan sistem irigasi leb pipa dan pentingnya air bagi tanaman di lapangan. Pada tahap ke dua adalah pelatihan dimana masyarakat diberikan contoh cara membuat irigasi leb pipa di lahan seperti : pengukuran petak lahan, penggalian jalur pipa, pembuatan jaringan pipa dan pemasangan, pengujian aliran dilapangan. Melalui pelatihan ini akan diperoleh manfaat yang lebih besar bagi petani dan berdampak positip dalam perbaikan cara irigasi yang kurang efisiensi dalam kegiatan pertanian lahan kering. HASIL KEGIATAN Masih banyak lokasi jaringn irigasi air tanah dimanfaatkan masyarakat tapi belum dikembangkan. Evaluasi tentang kegiatan ini, akan dilakukan dengan pengamatan langsung ke lokasi Arungan Bali setelah beberapa waktu dan dilakukan kegiatan penyuluhan dan pelatihan dengan masyarakat. Hasil evaluasi kegiatan yang diperoleh, akan digunakan sebagai bahan penyempurnaan metode pengabdian dilokasi sekitarnya dimasa mendatang yang memiliki Penyuluhan dan penyampaian materi Penyuluhan dilakukan di lahan petani yang telah ada tempat untuk kumpul seperti pada Gambar 1. Materi diberikan berupa lembaran-lembaran yang telah berisikan tentang masalah irigasi dan manfaat irigasi di lahan kering, yang perlu difahami masyarakat. Gambar 1.Penyuluhan dengan petani Selama penyuluhan juga dilakukan tanya jawab tentang teknik irigasi air tanah yang dulu terbangun dan pemanfaatannya oleh masyarakat. Penyuluhan memberikan contoh pola irigasi dipermukaan tanah dan ke dalam tanah yang perlu diperhatikan peserta, agar irigasi tidak boros. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

209 Gambar 2. Diskusi dan tanya jawab Jadi petani jarang memperhatikan dalam capaian irigasi, sehingga irigasi dilakukan hanya menunggu air penuh dan hal inilah menyebabkan penggunaan air menjadi boros. Skema jaringan yang dicontohkan seperti pada Gambar 3. Berdasarkan jaringan pada gambar berikut petani ditunjukkan cara membuat dan hingga pengujiannya. Gambar 3 skema jaringan irigasi leb pipa Kegiatan penyiapan jaringan irigasi leb ditunjukkan pada Gambar 4. Jarak pipa lubang leb menyesuaikan bentuk petak lahan dan panjang pipa yang ada dipasaran. Pipa dipasang 60 cm dibawah tanah agar tidak kena bajak, jaringanan dipasang selama lahan digunakan untuk usaha tani. Gambar 4. Penyiapan jaringan leb pipa Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

210 Selanjutnya setelah dilakukan penimbunan, perataan dan pemadatan maka tahap selanjutnya penyiapan dilakukannya pengujian aliran mengikuti jadwal irigasi lokasi setempat. Contoh pengujian yang dilakukan pada lokasi pengadian ditunjukkan pada Gambar 4 Gambar 5. Pengujian irigasi Leb pipa Berdasarkan pengujian yang dilakukan diperoleh hasil berupa debit keluar pipa leb seperti pada Tabel 1. Berdasarkan hasil tersebut diketahui debit aliran dan jumlah lubang pipa yang dapat dibuat pada lahan. Tabel 1.Hasil uji pengaliran irigasi Leb Pipa (Sumber: hasil uji mandiri) No Juml Outlet Debit Luaran (lt/dt) Luas Lahan (m 2 ) 1 9 0, , , , , , Data hasil uji pengaliran menunjukkan debit rata-rata keluaran outlet sebesar 0,17 liter/dt dengan keseragaman aliran 94%. Pengaliran dengan sistem irigasi leb pipa mampu memberi kebasahan pemukaan lahan dalam waktu 20 menit dan dengan kedalaman capaian 30 cm. KESIMPULAN Beberapa poin yang dapat dijadika kesimpulan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah; 1. Warga Arungan Bali telah memiliki pengetahuan tambahan tentang pembuatan jaringan irigasi leb pipa dipetak lahan. 2. Pesert dapat membuat jaringan irigasi leb pipa secara swadaya, karena bahannya mudah diperoleh dipasaran terdekat. 3. Peserta telah memiliki model irigasi leb pipa dilapangan sekitarnya dan bila sewaktuwaktu punya dana untuk membuat dapat mencotoh lokasi yang dicontohkan saat ini. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

211 DAFTAR PUSTAKA Jaya Negara, Anid Supriyadi,2016, Analisis Rancang Bangun Sistem irigasi Hemat Air Terpadu Berbasis jaringan Irigasi Air Tanah (JIAT) Pada Tanah Lahan kering Bergradasi Halus di Pringgabaya Kabupaten Lombok Timur, Laporan Akhir Hibah Swardji,dkk. 2010, Penerapan Teknologi Irigasi Sprinkle big gun Untuk Pengembangan Sentra Produksi Hortikultura Unggulan Lahan Kering Provinsi Nusa Tenggara Barat, Laporan Akhir Program Percepatan Difusi dan Pemanfaatan Iptek,Mataram. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

212 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Penyuluhan Masyarakat Tentang Galian C pada Sungai dan Lahan di Desa Sesaot Kabupaten Lombok Barat Ida Bagus Giri Putra*, Yusron Saadi, Anid Supriyadi, Salehudin, I Dewa Jaya Negara Fakultas Teknik, Universitas Mataram, Indonesia Kata Kunci: galian C, penambangan, sedimen Abstrak: Penambangan bahan galian merupakan kegiatan yang selalu ada di setiap wilayah di bumi ini. Besarnya penambangan yang dilakukan tergantung dari banyaknya sumber bahan galian yang tersedia. Hasil dari penambangan tersebut selain dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia juga untuk menjaga kestabilan dari lokasi penambangan yang ada. Dengan demikian proses penambangan bahan galian sendiri akan tetap dilakukan karena itu adalah kebutuhan, namun akan menjadi masalah, ketika eksploitasi itu tidak memperhatikan unsur-unsur penunjang yang ada dan pada akhirnya akan memberikan kerugian pada manusia itu sendiri. Unsur-unsur penunjang yang dimaksud disini berupa karakteristik lingkungan, ketersedian sumber daya alam, serta pengaruhnya terhadap kelangsungan ekosistem di lokasi penambangan tersebut. Dalam usaha mengendalikan daya rusak air, diperlukan langkah-langkah penanganan non-fisik melalui usaha konservasi, memelihara keberadaan, keberlanjutan, sifat, dan fungsi sungai agar alirannya tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai. Hal mendesak dan sangat perlu dilakukan adalah melakukan identifikasi kondisi tangkapan sedimen galian C dan memetakannya dalam sungai. Peta ini berisi informasi galian sedimen yang dituangkan dalam peraturan sebagai pedoman untuk menentukan penanganan sesuai urgensi dan kondisi setiap sungai. Apabila pengabdian ini dapat dilaksananakan, maka hasilnya akan sangat berguna bagi masyarakat sekitarnya dalam Rangka Penetepan Galian C. Dengan diketahuinya tingkat sedimen yang ada, maka prioritas penanganan pendangkalan sungai akibat sedimen dapat disusun penanganan awal untuk penetapan Galian C. Selanjutnya pengabdian yang sama dapat dilakukan pada sungai lain sehingga penanganan masalah sedimen dan galian C dapat diketahui. Korespondensi: PENDAHULUAN Penambangan bahan galian merupakan kegiatan yang selalu ada di setiap wilayah di bumi ini. Besarnya penambangan yang dilakukan tergantung dari banyaknya sumber bahan galian yang tersedia. Hasil dari penambangan tersebut selain dimanfaatkan untuk kebutuhan manusia juga untuk menjaga kestabilan dari lokasi penambangan yang ada. Dengan demikian proses penambangan bahan galian sendiri akan tetap dilakukan karena itu adalah kebutuhan, namun akan menjadi masalah, ketika eksploitasi itu tidak memperhatikan unsur-unsur penunjang yang ada dan pada akhirnya akan memberikan kerugian pada manusia itu sendiri. Unsur-unsur penunjang yang dimaksud disini berupa karakteristik lingkungan, ketersedian Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

213 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat sumber daya alam, serta pengaruhnya terhadap kelangsungan ekosistem di lokasi penambangan tersebut. Salah satu lokasi penambangan bahan galian yang sering jumpai pada setiap wilayah adalah sungai. Selain berfungsi sebagai irigasi, sungai juga merupakan salah satu lokasi penambangan potensial untuk bahan galian tipe c seperti pasir, kerikil, dan lain-lain. DAS Jangkok yang terdiri dari beberapa sungai besar dengan luas 563,13 km 2 dengan panjang sungai utama 41,25 km merupakan salah satu lokasi penambangan bahan galian tipe C yang ada di Pulau Lombok. Proses penambangan yang sederhana tanpa memerlukan teknologi yang tinggi merupakan alasan utama mengapa penambangan galian tipe C ini banyak dilakukan oleh masyarakat yang ada di sekitar bantaran sungai. Belum adanya peraturan dari dinas terkait tentang batasan pengambilan galian tipe C pada daerah yang dijadikan lokasi penambangan, menyebabkan eksploitasi terhadap galian tipe C ini tidak teratur. Kenyataan yang terjadi di lapangan, sebagian besar dari penambang kurang memperhatikan eksistensi dari sungai itu sendiri, yaitu ketersedian dari sedimen dasar (bed load) sebagai sumber utama dari bahan galian tipe C itu sendiri. Ketersedian sedimen harus seimbang (balance), dalam arti bahwa jumlah sedimen yang masuk di sungai tersebut sama dengan jumlah sedimen yang keluar ( yang diekploitasi). Hal ini sangat penting untuk diketahui, karena akan menyebabkan agradasi dan degradasi sungai, yang tentunya akan menggangu rezim sungai tersebut, apalagi didekatnya ada bangunan jembatan utama yang menjadi sarana utama perokonomian Nusa Tenggara Barat. Berdasarkan informasi dan survey yang dilakukan, permasalahan yang ditemui bahwa galian C pada masyarakat Desa Sesaot masih kurang akan kondisi lingkungan di sekitarnya seperti masih banyak terlihat galian yang sembarangan serta hasil material berserakan baik di lingkungan desa maupun di selokan dan saluran irigasi. Kesadaran masyarakat yang masih rendah akan pentingnya pedoman galian C lingkungan khususnya tentang pengelolaan galian disebabkan oleh karena masih kurangnya informasi dan rendahnya tingkat pendidikan masyarakat. Disamping itu juga masyarakat belum pernah diberikan bimbingan dan penyuluhan oleh pemerintah setempat maupun dinas/instansi terkait tentang pentingnya melakukan pengelolaan galian C secara baik dan benar. Berdasarkan uraian di atas, maka perlu kiranya dilakukan suatu penelitian guna mengestimasi Sedimentasi Sungai Jangkok terhadap pengaruhnya pada galian tipe C. Tujuan penyuluhan pengelolaan galian C yang berwawasan lingkungan ini adalah sebagai berikut: 1. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat Desa Sesaot dan sekitarnya tentang pentingnya pengelolaan galian C yang berwawasan lingkungan; 2. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat Desa Sesaot dan sekitarnya tentang cara penggalian galian C. Persiapan Kegiatan METODE KEGIATAN Untuk merealisasikan pemecahan masalah yang ada, Tim Penyuluh dari Fakultas Teknik, Universitas Mataram mempersiapkan beberapa materi yang akan diberikan dan juga mempersiapkan bahan dan peralatan yang dibutuhkan dalam kegiatan ini. Dalam hal ini, yang bertanggungjawab terhadap persiapan kegiatan adalah Ida Bagus Giri Putra, ST., MT., Yusron Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

214 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Saadi, ST., M.Sc, Ph.D, Ir. Anid Supryadi, MT, I Dewa Gede Jaya Negara, ST., MT dan Salehudin, ST., MT Selain itu juga Tim Penyuluh melakukan koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait dalam hal ini dengan Kepala Dusun setempat yang berada di wilayah Desa Buwun Sejati Sesaot untuk menentukan waktu dan tempat pelaksanaan kegiatan. Anggota Tim yang bertugas melakukan koordinasi adalah Ida Bagus Giri Putra, ST., MT dan I Dewa Gede Jaya Negara, ST., MT. Pelaksanaan Kegiatan Kegiatan penyuluhan diadakan pada hari Sabtu, 24 Agustus 2019 memberikan sambutan sekaligus memberitahukan maksud dan tujuan Tim Penyuluh Pengadian Kepada Masyarakat dari Fakultas Teknik Universitas Mataram kepada seluruh warga yang hadir pada pertemuan ini. Selanjutnya Tim Penyuluh memulai kegiatan penyuluhan dengan terlebih dahulu memperkenalkan anggota tim oleh Ketua kegiatan pengadian kepada masyarakat dari Fakultas Teknik Universitas Mataram. Pemberian materi penyuluhan dilakukan dalam dua tahap yaitu (1). Ceramah oleh Tim penyuluh; (2). Tanya jawab. Penyampaian materi ceramah tentang Pengelolaan Sampah disampaikan secara bergantian oleh Ketua kegiatan pengadian kepada masyarakat dalam hal ini oleh Ida Bagus Giri Putra, ST., MT berupa pengertian dan sumber-sumber Galian C, dan dilanjutkan oleh I Dewa Gede Jaya Negara, ST., MT menyampaikan materi tentang dampak Galian C pada sungai dan lahan. Dalam penyampaian materi ini, warga Desa Buwun Sejati Sesaot menyimak dengan seksama dari awal sampai akhir. Penyampaian materi kurang lebih selama 60 menit. Setelah selesai penyampaian materi, dilanjutkan dengan tanya jawab. Dalam tanya jawab ini, dipandu oleh bapak Kadus dimana tanya jawab ini dibagi dalam dua sesi dan masing-masing sesi terdiri dari tiga pertanyaan. Pembatasan atas pertanyaan dilakukan karena keterbatasan waktu yang tersedia. Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang muncul dijawab oleh anggota Tim secara bergiliran dan saling melengkapi satu sama lain. Pertanyaanpertanyaan yang belum terjawab maupun permintaan saran dan konsultasi, atas kesepakatan bersama dapat dilakukan setelah acara ini baik secara pribadi maupun lewat institusi, seperti disajikan pada Gambar 1 di bawah ini. Gambar 1. Pelaksanaan Kegiatan di Desa Buwun Sejati Sesaot Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

215 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil pengamatan dan evaluasi yang dilakukan Tim Penyuluh pada saat dan setelah pelaksanaan penyuluhan, dapat dilihat adanya tanda-tanda keberhasilan kegiatan penyuluhan ini. Bagi Tim Penyuluh kegiatan ini telah dapat mencapai sasaran dan tujuan yang ditetapkan. Sedangkan bagi peserta penyuluhan, kegiatan ini telah dapat memberikan informasi dan pengetahuan tentang Galian C yang berwawasan lingkungan khususnya tentang dampak pada sungai dan lahan. Selain itu melalui kegiatan ini semakin terjalin komunikasi yang baik antara Perguruan Tinggi khususnya Fakultas Teknik, Universitas Mataram dengan warga Desa Buwun Sejati Sesaot Kabupaten Lombok Barat. Faktor Penghambat Selama melaksanakan kegiatan ini, mulai dari persiapan sampai dengan pelaksanaannya, Tim Penyuluh tidak mengalami hambatan yang berarti. Semua kegiatan yang telah direncanakan dapat berjalan dengan baik dan lancar. Faktor yang menjadi penghambat adalah minimnya dana kegiatan sehingga Tim Penyuluh tidak dapat memenuhi keinginan para peserta terutama penggandaan materi penyuluhan untuk setiap peserta maupun penyediaan konsumsi yang memadai. Disamping itu juga praktek langsung tentang dampak Galian C pada sungai dan lahan. Secara maksimal karena keterbatasan tim penyuluh untuk mengadakan bahan baku, peralatan, dan mendatangkan tenaga ahli. Faktor Pendukung Keberhasilan pelaksanaan kegiatan ini karena didukung oleh beberapa faktor antara lain: 1. Dukungan dari pihak Fakultas Teknik, Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat Universitas Mataram, Kepala Desa Buwun Sejati, Kadus beserta Staf, dan partisipasi masyarakat Desa Buwun Sejati 2. Semangat yang tinggi dari peserta penyuluhan untuk mengikuti ceramah, diskusi, dan tanya jawab yang disampaikan dan dibimbing oleh Tim Penyuluh, 3. Dukungan waktu, peralatan dan dana dari Tim Penyuluh. Evaluasi Sistem evaluasi yang dilaksanakan adalah dengan melihat peran serta warga Desa Buwun Sejati dalam kegiatan penyuluhan ini. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pertanyaan yang muncul ketika acara tanya jawab berlangsung. Demikian juga antusias yang tinggi dari para peserta untuk ingin melakukan pengelolaan sampah khususnya dimulai dari lingkungan rumah tangga masing-masing dan akan mempraktekkan cara pembuatan pupuk kompos. Ini berarti kegiatan penyuluhan ini cukup efektif dan berhasil, namun demikian masih perlu perbaikan-perbaikan terutama dalam hal dukungan dana dan waktu yang disediakan sehingga praktek langsung khususnya tentang dampak Galian C pada sungai dan lahan. Setelah dilaksanakannya kegiatan penyuluhan ini, dapat memberikan pengetahuan, informasi dan keterampilan kepada para warga desa Buwun Sejati tentang pegelolaan galian C yang berwawasan lingkungan. Disamping itu juga, dengan pengetahuan yang dimiliki dapat Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

216 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat ditularkan kepada keluarga dekat dan masyarakat disekitarnya sehingga tercipta lingkungan yang bersih, indah, dan sehat. Adapun kegiatan penyuluhan yang dilakukan dapat disajikan pada gambar dibawah ini. Kesimpulan Gambar 2. Pelaksanaan dan Evaluasi Kegiatan KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan evaluasi yang dilakukan oleh Tim Penyuluh, menyangkut pelaksanaan kegiatan penyuluhan ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Secara umum pelaksanaan kegiatan penyuluhan dalam rangka pengabdian pada Masyarakat ini telah berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana yang ditetapkan, 2. Kegiatan penyuluhan ini telah dapat memberikan informasi dan pengetahuan kepada masyarakat terutama para warga di Desa Buwun Sejati Kecamatan Narmada Kabupaten Lombok Barat tentang cara mengelola sampah yang berwawasan lngkungan. Saran Berbagai hal yang perlu disarankan dalam kaitannya dengan hasil penyuluhan ini adalah sebagai berikut: 1. Kegiatan ini perlu ditindaklanjuti dengan memberikan penyuluhan secara berkesinambungan terutama kepada masyarakat yang tinggal di sepanjang Galian C. 2. Diperlukan dukungan dana dari pihak terkait sehingga secara bersama-sama dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang cara penambangan Galian C yang berwawasan lingkungan disamping itu juga memberikan ketrampilan tentang cara mengolah limbah galian C menjadi produk-produk yang bernilai ekonomis. DAFTAR PUSTAKA Arya, W., 1995, Dampak Pencemaran Lingkungan, Andi Offset, Yogyakarta Budiharjo, E., Sudanti, 1997, Kota Berwawasan Lingkungan, Penerbit Alumni, Bandung. Soemirat, J., 1996, Kesehatan Lingkungan, Gadjah Mada University Press, Yoyakarta Soemarwoto O Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

217 Penguatan Kesadaran Penggunaan Energi Baru dan Terbarukan di Kalangan Generasi Muda I GNK Yudhyadi *, Made Wirawan, Rudy Sutanto, I Gede Bawa Susana, Ahmad Zainuri Program Studi Teknik Mesin, Universitas Mataram Kata Kunci: ceramah, EBT, siswa, penyuluhan Abstrak: Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan memberikan penyuluhan dan pengenalan energi baru dan terbarukan sebagai sumber energi alternatif di lingkungan siswa-siswa sekolah menengah atas. Adapun secara khusus kegiatan ini bertujuan untuk penguatan kesadaran, pengetahuan dan konsep tentang energi baru dan terbarukan bagi siswa-siawa sekolah menengah atas. Metode yang digunakan dalam kegiatan PPM ini meliputi ceramah atau penyuluhan yang berisi penyampaian informasi untuk materi yang bersifat umum dan teoritis, dalam hal ini adalah materi energi baru dan terbarukan; metode dialogis yang bersifat tanya jawab dan diskusi tentang apa dan bagaimana energi baru dan terbarukan; dan memberikan gambaran konkrit di lapangan tentang pengelolaan energi baru dan terbarukan. Kegiatan Program pengabddian masyarakat bertempat di SMAN Ganga, Gangga Kabupaten Lombok Utara dan di lakukan oleh tenaga-tenaga pengajar dari Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Mataram. Para nara sumber melakukan sharing pengetahuan tentang bagaimana dan apa energi baru dan terbarukan kepada siswa-siawa sekolah menengah tingkat atas di kabupaten Lombok Utara. Penyuluhan pengenalan energi baru dan terbarukan sangat bermanfaat untuk menambah wawasan dan menggugah semangat siswa menerapkannya saat mereka terjun kembali ke masyarakat. Korespondensi: PENDAHULUAN Energi yang sering digunakan untuk menunjang kehidupan pada saat ini adalah energi fosil. Energi fosil tersebut meliputi bahan bakar minyak, batu bara maupun gas bumi. Energi fosil ini termasuk sebagai sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui serta memiliki kapasitas yang terbatas untuk memenuhi tingkat kebutuhan yang semakin hari semakin bertambah. Selain itu jika penggunaan energi fosil secara terus menerus dan tanpa memikirkan kebijakan lebih lanjut tidak dapat dipungkiri lagi energi fosil yang ada tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Ketersediaan energi termasuk listrik merupakan elemen yang sangat penting dalam berbagai aspek kehidupan manusia, sekaligus sebagai kebutuhan mutlak untuk menunjang pembangunan nasional yang berkelanjutan. Hal ini menjadi tantangan besar bagi Indonesia Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

218 Vol. 1 No ketika dihadapkan pada kondisi dimana sebagian besar penyediaannya masih bergantung pada energi fosil dan pengembangan sumber sumber energi terbarukan masih sangat terbatas. Sementara permintaan energi semakin meningkat seiring dengan peningkatan jumlah penduduk dan pembangunan yang terus berkembang. Disamping itu ketidaksesuaian antara lokasi sumberdaya energi dengan daerah pengguna energi serta infrastruktur di berbagai tempat yang minim telah menyebabkan keterbatasan akses masyarakat terhadap energi. Selain itu, kesenjangan pendapatan masyarakat yang cukup tinggi semakin menambah kompleksitas permasalahan di sector energi. Ketergantungan Indonesia terhadap energi fosil terutama minyak bumi menimbulkan kekhawatiran mengingat energi tersebut bukan energi yang terbarukan. Dengan tingkat eksploitasi yang dilakukan saat ini tanpa penemuan cadangan baru yang signifikan serta kapasitas kilang yang cenderung stagnan, akan menyebabkan jumlah cadangannya di dalam negeri semakin menipis. Sumber energi alterntif yang bersifat renewable atau dapat di perbaharui ada berbagai jenis misalnya energi angin yang dapat di gunakan untuk menghasilkan energi listrik yang dikombinasikan dengan turbin angin, energi air digunakan untuk mengerakkan turbin air akan menghasilkan energi listrik. Disamping energi air dan angin, energi matahari juga dapat digunakan untuk menghasilkan energi lisrik dengan menggunakan solar cell, dan juga untuk memanakan air maupun udara dengan menggunakan solar kolektor. Di sisi lain, potensi energi terbarukan seperti biomasa, panas bumi, energi surya, energi air, dan energi angin cukup besar. Hanya saja sampai saat ini pemanfaatannya masih sangat terbatas. Hal ini antara lain disebabkan oleh harga energi terbarukan yang belum kompetitif bila dibandingkan dengan harga energi fosil yang masih disubsidi, penguasaan teknologi yang rendah sehingga nilai impornya tinggi, keterbatasan dana untuk penelitian, pengembangan, maupun investasi dalam pemanfaatan energi terbarukan serta infrastruktur yang kurang memadai. Selama ini energi terbarukan lebih banyak dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik mengingat listrik merupakan kebutuhan yang sangat penting baik sebagai penerangan dirumahrumah maupun untuk menggerakkan industri. Namun demikian, ada juga beberapa jenis energi terbarukan yang dikonsumsi secara langsung walaupun jumlahnya masih sangat sedikit. Padahal pengembangan energi terbarukan merupakan salah satu solusi penting bagi keberlanjutan pembangunan khususnya sektor energy. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan memberikan peningkatan pengetahuan energi baru dan terbarukan sebagai sumber energi alternatif untuk siswa-siswa sekolah menengah tingkat atas di kabupaten Lombok Utara. Adapun tujuan khusus dari kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah: a. Meningkatkan pengetahuan dan konsep tentang energi baru dan terbarukan bagi para siswa. b. Menanamkan kemandirian energi bagi siswa-siswa sekolah. c. Memberikan wawasan tentang sumber sumber enegi alternative yang ada disekitar lingkungannya yang dapat dimamfaatkan Manfaat yang diharapkan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah : Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

219 a. Siswa dapat membuat pompa hydram sederhana yang berguna untuk memenuhi kebutuhan akan air irigasi. b. Siswa dapat membuat biogas untuk memenuhi kebutuhan memasak dan penerangan. c. Siswa dapat membuat kolektor surya untuk memenuhi kebutuhan air hangat. Pemanfaatan energi alternatif atau terbaharukan belum dimasyarakatkan dan digalakan secara intensif, belum banyak dipraktekan secara nyata, sehingga masyarakat kurang tertarik untuk memanfaatakan, mengolah dan menggunakan sumber energi alternatif tersebut. Oleh sebab itu, penyuluhan ini diharapkan akan menjadi momen penting untuk siswa SMAN 1 Alas, Sumbawa Barat untuk berkreasi menyumbangkan pikiran dan ilmunya untuk diabdikan kepada masyarakat (minimal untuk desanya sendiri) guna mengatasi masalah kurangnya energi baik itu energi untuk keperluan memasak ataupun energi untuk keperluan penerangan sehingga kualitas hidup/ kesejahteraan mereka dapat ditingkatkan. Sesuai dengan masalah tersebut, maka program pengabdian pada masyarakat ini dilakukan dengan beberapa faktor pendukung yaitu diantaranya adalah kompetensi dari tim penyuluh yang sudah semuanya memiliki gelar S2 dan S3, dan semuanya tahu tentang energi terbaharukan, tersedia proyektor dan modul bahan penyuluhan atau power point, tempat yang sudah disediakan oleh pihak SMAA 1 Alas, Sumbawa Barat dan beberapa foto serta video pemanfaatan energi terbaharukan. Oleh sebab itulah energi ini perlu disosialisasi, ditunjukan dan diperlihatkan cara-cara pemanfatannya. Tujuan dari kegiatan ini adalah mensosialisasikan, mempromosikan dan meningkatkan semangat masyarakat untuk memanfaatan energi alternatif guna memenuhi keperluan energinya seperti untuk memanaskan air mandi atau udara pengering, menghasilkan listrik, menghasilkan gas dan sebagainya di salah satu SLTA/SMK di Nusa Tenggara Barat yaitu di SMAN 1 Gangga, Lombok Utara. Indikator keberhasilannya dapat ditunjukan dengan hal-hal berikut: a) Terlaksananya penyuluhan di depan salah satu kelas di SMAN 1 Gangga, Lombok Utara. b) Terwujudnya kegiatan memberi penjelasan kepada siswa tentang manfaatan energi alternatif seperti energi surya, energi angin, energi air, energi laut, energi biomassa dan biogas untuk berbagai keperluan hidup. c) Siswa antusias mengikuti penyuluhan ini dan tertarik untuk menanfaatkan dan menggunakan energi alternatif. d) Banyak pertanyaan yang diajukan oleh peserta penyuluhan dan keinginan para peserta untuk mempraktekan energi alternatif. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini diharapkan mampu memberikan manfaat sebagai berikut: a) Siswa mendapat tambahan pengetahuan manfaat energi alternatif dan bagaimana cara memanfaatkan atau menggunakan energi tersebut. b) Siswa tergugah untuk berkreasi mempraktekan ilmu yang diperoleh di bangku sekolah untuk membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan energinya. c) Siswa tertarik untuk mencari sumber energi alternatif yang berguna di masa depan. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

220 Vol. 1 No d) Ikut mensosialisasikan program pemerintah dalam menggalakan pemanfaatan energi alternatif. METODE Potensi sumber daya manusia di Nusa Tenggara Barat ini sebenarnya mampu memberikan sumbangan pikiran dan ilmunya untuk memecahkan persoalan di masyarakat terutama yang berkaitan dengan penyediaan energi baik yang bersifat sosial maupun bisnis. Oleh karena itu, dipandang sangat perlu untuk memberikan penyuluhan di beberapa ke sekolah-sekolah menengah tingkat atas (SMA) dan PT ataupun kelompok organisasi kemasyarakatan guna membangkitkan sumber daya manusia untuk berkreasi dan kreatif memanfaatkan energi alternatif. Jika hal ini terus menerus dilakukan maka akan banyak masyarakat yang tertarik untuk memanfaatkan energi gratis ini. Alhasil masyarakat akan mampu mengurangi ketergantungan terhadap energi fosil yang semakin menipis keberadaanya dan harganya semakin mahal. Oleh sebab itulah pengabdian ini berupaya membantu pemerintah untuk mensosialisasikan, mempromosikan dan memasyarakatkan tentang energi baru dan terbarukan. Adapun pelaksanaan kegiatan dapat dibagi menjadi dua tahap kegiatan yaitu tahap persiapan dan penyuluhan serta tahap pengenalan. Tahap Persiapan dan penyuluhan Pada tahap persiapan ini dilakukan pemilihan lokasi yang tepat, waktu pelaksanaan serta penentuan jumlah yang hadir, rencana penyuluhan energi baru dan terbarukan dan pengurusan perijinan dari lingkungan sekolah, jadwal dan tempat pelaksanaan kegiatan dapat ditentukan kemudian setelah dimusyawarakan dengan guru sekolah setempat. Dalam penyuluhan energi baru dan terbarukan, akan diperkenalkan manfaat serta kegunaan dari energi baru dan terbarukan yang meliputi pompa hydram, biogas dan kolektor surya dalam kehidupan sehari-hari dan menjelaskan pentingnya penggunaan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan (green tecnology) kepada siswa-siswa sekolah menengah tingkat atas. Tahap Pengenalan Pada tahap pengenalan energi baru dan terbarukan, penyampaian materi dilakukan oleh instruktur dari tim pengabdian pada masyarakat untuk menyampaikan dasar-dasar pengertian pompa hydram (apa itu pompa hydram, mengapa bisa pompa hydram dapat menaikan air tanpa menggunakan bahan bakar ataupun listrik, menjelaskan bagian-bagian pompa hydram), biogas (bagaimana biogas dapat dihasilkan, bahan baku biogas) dan kolektor surya (menjelaskan sistem konversi dari sinar matahari menjadi panas yang mampu diserap oleh absorber, kriteria absorber yang digunakan). Bahan: 1. Materi penyuluhan, beberapa informasi dan teori/macam-macam sumber energi baru terbarukan. 2. Gambar-gambar dan video pemanfaatan energi terbarukan. 3. Modul pembelajaran tentang energi alternatif. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

221 Peralatan: 1. Gambar-gambar dan video pemanfaatan energi alternatif. 2. Komputer dan LCD. 3. Alat-alat tulis dan kertas. Energi matahari HASIL DAN PEMBAHASAN Energi ini melimpah dan gratis sebab matahari di Indonesia terutama di Lombok Nusa Tenggara Barat bersinar sepanjang tahun dari jam 6 pagi hingga jam 6 sore. Lebih-lebih daerah Nusa Tenggara Barat terdiri dari wilayah yang berupa pantai, dimana daerah pantai sebagian besar adalah terbuka dan energi matahari dapat dimanfaatkan secara maksimal. Rata-rata Nusa Tenggara Barat menerima radiasi matahari antara 600 W/m² hingga 1000 W/m² dan merupakan suatu wilayah yang berada pada jalur katulistiwa 6 LU sampai 11 LS, Utami [1], Mirmanto dkk. [2]. Pada posisi ini, Indonesia memiliki iklim tropis dan matahari bersinar sepanjang tahun secara merata. Oleh sebab itu, intensitas radiasi matahari di Indonesia rata-rata sekitar 4.8 kwh/m 2 per hari di seluruh wilayah Indonesia. Salah satu peralatan yang sederhana dan dapat digunakan untuk memanen energi surya adalah kolektor surya plat datar, Gambar 1(c). (a) (b) (c) (d) Gambar 1. Beberapa contoh pemanfaatan energi surya; (a) kolektor tipe concentrating (CSP) untuk pendidihan, (b) kolektor pipa-pipa vacum untuk pemanasan air, (c) kolektor plat datar untuk pemanasan air dan (d) solar cell untuk menghasilkan listrik Pemanfaatan dengan peralatan ini telah banyak dilakukan di Jurusan Teknik Mesin Universitas Mataram seperti penelitian yang dilakukan oleh Saputra [3], Purnadi [4], Hamzanwadi [5], Wirawan dkk. [6]. Mereka meneliti energi matahari untuk memanaskan air panas yang dapat dipergunakan untuk campuran air mandi. Dengan peralatan prototipe yang mereka gunakan, air dengan suhu 27 C saat masuk kolektor dapat dipanaskan hingga mencapai Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

222 Vol. 1 No suhu C saat keluar dari kolektor. Suhu tersebut sudah sangat memadahi untuk dijadikan air mandi dicampur dengan air dingin. Disamping itu energi ini juga dapat dimanfaatkan untuk memasak, lihat Gambar 2. (a) (b) (c) (d) Gambar 2. Pemanfaatan energi matahari untuk memasak; (a) kolektor parabola, (b) kompor tenaga surya kotak, (c) kompor surya dengan reflector, (d) kompor surya kaca fresnel. Energi angin Potensi angin di Nusa Tenggara Barat cukup menjanjikan untuk dimanfaatkan/ dikonversi menjadi energi yang dapat digunakan untuk kesejahteraan masyarakat karena Nusa Tenggara Barat wilayahnya terdiri-dari pulau-pulau kecil yang dikelilingi lautan/ pantai yang mana banyak angin yang berhembus baik dari laut ke darat atau dari darat ke lalut. Angin di Nusa Tenggara Barat berhembus sepanjang tahun dengan kecepatan rata-rata 3,5-7 m/s bahkan lebih bisa lebih tinggi dari 7 m/s pada bulan-bulan tertentu, Kecepatan angin sebesar 7 m/s saja, berdasarkan teori, mampu membangkitkan energi listrik sebesar 206 W untuk kincir angin dengan luasan frontal sekitar 1 m 2 bila tidak ada kerugian. Daya 206 W untuk sekedar penerangan sebuah rumah tangga sudah sangat memadahi. Mengingat demikian besar potensi angin di Nusa Tenggara Barat, LAPAN telah memberikan proyek percontohan sebesar 7000 W di Lombok Timur. Namun sosialisasi, pemasyarakatan dan usaha peningkatan pemanfaatan energi angin dirasakan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

223 masih belum mencukupi atau masih perlu ditingkatkan. Beberapa peralatan yang dapai digunakan untuk menkonversi energi angin menjadi energi guna dapat dilihat pada Gambar 3. Kalkulasi data angin dapat dilihat di Gerdes (2005). Gambar 3. Beberapa model kincir atau turbin angin yang dapat dimanfaatkan untuk mengubah energi angin menjadi energi yang berguna untuk masyarakat. Energi air Energi air, air tawar ataupun air laut juga melimpah keberadaannya. Energi air tawar misalnya tersedia seperti di bendungan Batu Jae dan beberapa air terjun yang belum dimanfaatkan atau belum diubah menjadi energi listrik atau energi lainya. Sedangkan pemanfaatan energi air tawar cukup sederhana sebab dapat digunakan kincir air yang dapat dibuat dari bahan kayu, fiber ataupun plat besi. Lihatlah Gambar 4 yang menunjukan contoh kincir angin yang sangat sederhana dan mudah ditiru oleh semua kalangan masyarakat. Gambar 4. Contoh-contoh kincir air untuk mengkonversi energi air menjadi energi guna atau listrik atau untuk menaikan air dari sungai. Sedangkan energi laut yang sangat luas juga belum dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup kita di Nusa Tenggara Barat. Sumber-sumber tersebutlah yang perlu digali, dikembangkan dan dimanfaatkan tentu dengan menggunakan peralatan teknologi. Teknologi untuk memanfaatkan energi laut atau gelombang memang cukup rumit, tetapi apabila diusahakan dan dipelajari maka kitapun akan dapat membuatnya dan akhirnya dapat digunakan untuk mengkonversi energi tersebut menjadi energi yang berguna. Contoh pemanfaatan, pengolahan dan sumber energi laut dapat ditunjukan pada Gambar 5. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

224 Vol. 1 No Energi biomassa dan biogas Gambar 5. Sumber dan pemanfaatan energi laut Energi ini juga sangat melimpah keberadaannya di Indonesia sebab sebagian besar masyarakat Indonesia adalah petani yang mana dari kegiatan-kegiatan pengolahan lahan, tanam dan panen akan menghasilkan sumber-sumber energi biomassa. Disamping itu, masyarakat juga banyak yang berternak baik itu sapi, kambing maupun kuda dan ayam. Kotoran-kotoran ternak ini dapat dimanfaatkan dengan bijaksana untuk menghasilkan energi atau sebagai bahan bakar. Sebagai contoh kotoran sapi dapat dirubah menjadi biogas dengan cara membuat digester maka dalam waktu beberapa hari gas metan dapat dihasilkan yang dapat dialirkan menuju kompor dan dibakar untuk masak. Teknik-teknik pembuatan biogas dari kotoran ternak juga sudah banyak dikembangkan dan digunakan. Peralatan sederhana dan perawatannyapun mudah. Oleh sebab itu sumber energi sangat cocok untuk dikembangkan di pedesaan ataupun diperkotaan dimana terdapat ternak. Sampah rumah tanggapun seperti sisa-sisa makanan atau bahkan feses dapat digunakan sebagai bahan penghasil energi yaitu biogas. Contoh pengolahan dan pemanfaatan energi biomassa dapat dilihat pada Gambar 6. Sedangkan contoh pengolahan energi biogas ditunjukan pada Gambar 7. Biomassa dan biogas ini telah diteliti oleh Universitas Mataram, salah satu penelitia adalah Tira [9] melalui program MP3EI. Biogas ini dapat digunakan untuk memasak, penerangan dan sebagainya. Karena sumber biogass ini gratis maka energi ini menjadi murah dan sangat cocok diterapkan di daerah-daerah pedesaan sehingga desa-desa tersebut menjadi mandiri energi. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

225 Gambar 6. Contoh sumber dan pemanfaatan energi biomassa Gambar 7. Pengolahan dan pemanfaatan energi biogas kotoran ternak Secara umum pelaksanaan kegiatan penyuluhan dapat berlangsung dengan lancar, aman, meriah sebab pada kegiatan ini siswa yang datang merupakan perwakilan dari semua kelas di SMAN1 Gangga termasuk yang hadir wakil guru yaitu guru BK, guru pengajar matematika. Antusiasme peserta penyuluhan dalam mengikuti, mendengarkan, memperagakan maupun bertanya mengenai materi penyuluhan mengindikasikan bahwa tujuan kegiatan penyuluhan ini berhasil. Pada kegiatan ini siswa diberi pemahaman mengenai sumber energi baru dan terbarukan serta jenis peralatan yang sudah digunakan dan dihasilkan oleh tim pengabdian masyarakat dari jurusan teknik mesin Unram. Program pengabdian masyarakat ini tidak hanya bersifat ceramah monolog, melainkan pemateri turut memberikan contoh langsung kepada siswa tentang alat yang menggunakan energi baru dan terbarukan dengan memutar video agar siswa lebih paham. Peserta penyuluhan tentang energi baru dan terbarukan, hal ini terlihat dari pertanyaan yang dilontarkan peserta yang hadir pada waktu diadakan penyuluhan. Beberapa pertanyaan pada penyuluhan ini adalah: 1. Apakah perempuan bisa masuk teknik mesin dan apa kelebihan teknik mesin Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

226 Vol. 1 No Bagaimana prinsip kerja pompa hidram kok bisa tidak menggunakan listrik 3. Berapa tinggi minimal terjunan air dan dapat menaikkan air sampai berapa meter. 4. Apa itu biogas dan kenapa bisa menjadi listrik. 5. Bahan apa saja yang bisa digunakan untuk menjadi biogas dan cara pembuatannya 6. Kenapa matahari, air dan angin disebut energi terbarukan. 7. Kenapa air bisa panas ketika melewati kolektor surya. 8. Apa beda kolektor surya dan solar cell. Faktor pendukung Pelaksanaan pengabdian pada masyarakat ini didukung oleh beberapa ha lyang sangat membantu, memperlancar dan memudahkan dalam pelaksaannya. Faktor-faktor pendukung tersebut diantaranya adalah: 1. Guru dan pengurus sekolah SMAN 1 Gangga memfasilitasi ruangan dan perlengkapan persentasi. 2. Perwakilan siswa berasal dari kelas 12 sehingga mereka sudah mendapat pelajaran lebih banyak 3. Kepala Sekolah dan Guru mendampingi siswa saat kegiatan dilakukan sehingga proses kegiatan lebih terarah dan siswa mematuhi arahan guru beserta pemateri. 4. Tim penyuluh terdiri dari dosen yang kompeten sesuai dengan bidang ilmunya di bidang Energi dan produksi dengan kualifikasi S2 dan S3. 5. Bantuan tenaga dan pemikiran mahasiswa Teknik Mesin Universitas Mataram ikut melancarkan proses perencanaan dan pelaksanaan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini. Gambar 8. Foto Kegiatan Penyuluhan Gambar 8 menunjukkan antusiasme dari para peserta penyuluhan untuk mendengarkan dan mengikuti penyuluhan yang telah dilakukan. Terlihat para siswa meyimak dengan seksama penjelasan yang diberikan dan sesekali memberikan tanggapan dan pertanyaan ke para narasumber. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

227 KESIMPULAN Dari kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan, antusiasme dari para siswa dan guru serta peran aktif mereka, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan kegiatan pengabdian pada masyarakat berjalan dengan baik dan lancar. 2. Penyuluhan telah berhasil yaitu ditandai dengan antusiasme peserta dan sambutan hangat dari siswa, guru dan pengurus sekolah. 3. Siswa memberikan pertanyaan atas materi yang disampaikan 4. Penyuluhan pengenalan energi baru dan terbarukan sangat bermanfaat untuk menambah wawasan dan menggugah semangat siswa menerapkannya saat mereka terjun kembali ke masyarakat. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terimakasih kepada LPPM Universitas Mataram yang telah mendanai kegiatan ini dengan sumber dana PNBP Disamping itu, penulis juga menyampaikan banyak terimakasih kepada masyarakat dan jajaran pengelola SMAN 1 Gangga, Lombok Utara yang telah mengijinkan dan menerima kami untuk memberikan penyuluhan kepada mereka. DAFTAR PUSTAKA Gerdes, G.J., 2005, Wind energy basic principle, Workshop on renewable energies, Nadi, Republic of Fiji Island. Hamzanwadi, 2015, Pengaruh jumlah pipa terhadap laju pelepasan kalor pada kolektor surya absorber batu granit, Skripsi Jurusan Teknik Mesin, Universitas Mataram, Purnadi, R., 2015, Pengaruh variasi susunan pipa terhadap laju pelepasan kalor pada kolektor surya absorber batu granit, Skripsi Jurusan Teknik Mesin, Universitas Mataram. Tira, H.S., 2014, Pemanfaatan limbah ternak sapi menjadi biogas berkualitas tinggi dalam menunjang ekonomi peternak sapi serta menuju NUSA TENGGARA BARAT lumbung biogas digester, MP3EI Universitas Mataram, DIKTI. Wirawan, I. M., Mirmanto, Kurniawan, 2016, Pengaruh jumlah haluan pipa paralel pada kolektor surya plat datar absorber batu kerikil terhadap laju perpindahan panas, Dinamika Teknik Mesin, 6(2), pp Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

228 Sinergisitas Pariwisata Dan Pelestarian Lingkungan Melalui Tata Kelola Persampahan Di Kawasan Wisata Sesaot Luluk Fadliyanti, Diswandi *, Mansur Afifi, Tuti Handayani Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mataram Kata Kunci: pariwisata berkelanjutan, pengelolaan sampah, mcsto, sesaot Abstrak: Kawasan wisata Sesaot merupakan bagian dari kawasan wisata unggulan di Kabupaten Lombok Barat dan telah menjadi salah satu obyek Monitoring Centre for Sustainable Tourism Observatories (MCSTO). Disamping berdampak positif bagi perekonomian daerah (desa) setempat, ironisnya, kegiatan wisata di kawasan ini juga berdampak negatif bagi kelestarian lingkungan hidup yaitu terjadinya pencemaran oleh sampah yang tidak terkelola dengan baik. Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat ini dilakukan sebagai upaya untuk mengidentifikasi permasalahan tata kelola persampahan di kawasan wisata Sesaot dan merumuskan solusinya secara partisipatif. Dengan menggunakan metode Focus Group Discussion (FGD), kegiatan pengabdian ini menghasilkan rumusan berbagai permasalahan mengenai tata kelola persampahan yaitu; kurangnya sosialisasi berupa edukasi dan kampanye kebersihan kepada mayarakat dan wisatawan, kurang memadainya tempat sampah, belum adanya petugas khusus yang menangani tata kelola sampah dan belum adanya metode penanganan sampah plastik yang ramah lingkungan di kawasan wisata Sesaot. Dari permasalahan tersebut, maka dirumuskan pula solusi penyelesaian masalah yaitu akan dibentuk tim pelaksana tata kelola persampahan yang akan bertugas khusus untuk memberikan edukasi dan kampanye kebersihan kepada masyarakat dan wisatawan, melakukan pengontrolan bak sampah dan mengolah sampah organik dan non-organik dengan metode yang lebih ramah lingkungan di kawasan wisata Sesaot. Korespondensi: PENDAHULUAN Kawasan wisata Sesaot merupakan salah satu bagian dari kawasan wisata unggulan di Kabupaten Lombok Barat yang telah menjadi salah satu obyek Monitoring Centre for Sustainable Tourism Observatories (MCSTO) atau pengawasan wisata berkelanjutan. MCSTO merupakan proyek pengembangan pariwisata berkelanjutan di bawah proyek United Nation World Tourism Organization (WTO). Dalam periode empat tahun terakhir ini, kawasan Sesaot semakin ramai dikunjungi oleh wisatawan (khususnya wisatawan domestik). Dengan adanya sumber mata air yang terletak di desa ini menjadi daya tarik bagi para wisatawan yang datang berkunjung, hal tersebut tentunya memberikan pengaruh besar terhadap perkembangan pariwisata di desa Sesaot. Seiring berkembangnya desa ini menjadi kawasan wisata tentunya diikuti pula dengan berkembangnya sarana dan prasarana sebagai fasilitas penunjang yang tersedia di desa ini. Namun demikian, ketika terjadi pembangunan sarana prasarana pariwisata, disamping Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

229 berdampak positif bagi perekonomian daerah (desa) setempat juga bisa berdampak negatif bagi kelestarian lingkungan hidup (Swarbrooke, 1999). Dampak negatif yang timbul adalah terjadinya pencemaran air sungai yang sumber mata airnya berada di kawasan Sesaot. Air sungai ini tercemar oleh sabun mandi yang digunakan oleh para wisatawan dan juga oleh sampah plastik akibat aktivitas wisatawan. Padahal, air sungai ini juga digunakan untuk mengairi sawah di daerah sekitarnya bahkan menjadi sumber irigasi yang dialirkan sampai ke kabupaten Lombok Tengah dan Lombok Timur. Hal ini tentu saja dapat memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dalam jangka panjang, jika tidak segera diatasi. Selain permasalahan pada air sungai yang tercemar, terjadi pula pencemaran tanah yang disebabkan oleh sampah yang tidak dikelola dengan baik. Motivasi wisatawan untuk datang ke kawasan Sesaot adalah untuk menikmati keindahan hutan dan kesejukan udaranya serta menikmati mandi di sungai dan kolam renang dengan sumber air alami. Namun jika terjadi pencemaran sampah, tidak menutup kemungkinan bahwa jumlah wisatawan yang datang akan berkurang secara signifikan (Ovidiu and Bogdan, 2009). Industri pariwisata ibarat pisau bermata dua dimana pada satu sisi bisa menguntungkan, namun bisa juga menyebabkan kerugian pada sisi lainnya. Keuntungan yang nyata, tentu saja yang paling jelas adalah keuntungan secara ekonomi baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Sementara itu potensi kerugian yang ada adalah kerugian dari dampak kerusakan lingkungan seperti yang dijelaskan di atas, dan kerugian secara ekonomi. Dengan demikian, tantangannya adalah bagaimana mengelola pariwisata di Sesaot sehingga dampak positif (keuntungan ekonomi) bisa diraih setinggi mungkin dan dampak negatif (pencemaran lingkungan) bisa ditekan serendah mungkin (Richards and Hall, 2003). Pengelolaan sebuah obyek wisata (berbasis masyarakat) tidak bisa terlepas dari peran serta semua pihak yang terlibat di dalamnya, mulai dari pemerintah desa setempat, kelompok masyarakat, lembaga pengelola obyek wisata serta instansi terkait. Dalam pengelolaan kawasan wisata Sesaot yang merupakan sebuah obyek wisata berbasis masyarakat, diperlukan sinergi dan dukungan penuh dari masyarakat yang berperan langsung di dalamnya, dalam hal ini adalah para pelaku usaha (pedagang) makanan tradisional dan organisasi pengelola kawasan wisata Sesaot. Untuk mengidentifikasi permasalahan dan solusi dalam tata kelola Kawasan wisata Sesaot, diperlukan pendekatan partisipatif sebagai metode identifikasi langsung oleh para pelaku tata kelola kawasan wisata Sesaot. Dengan demikian, kebijakan penataan kawasan yang akan diterapkan akan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan dari para pelaku di lapangan (Eagles et al, 2002). Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat ini dilakukan sebagai upaya untuk mengidentifikasi permasalahan tata kelola persampahan di kawasan wisata Sesaot dan merumuskan solusinya secara partisipatif. Target dari kegiatan ini adalah teridentifikasinya permasalahan-permasalahan dalam tata kelola persampahan di Kawasan Wisata Sesaot dan terumuskannya solusi untuk pemecahan masalah-masalah tersebut. METODE KEGIATAN Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat ini dilakukan dalam bentuk Diskusi kelompok terpusat atau Focus Group Discussion (FGD). Anggota diskusi terdiri dari kelompok Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

230 pedagang, Pokdarwis, tokoh masyarakat, dan pemerintah desa. Sebelum diskusi dimulai, peserta akan diberikan ceramah terkait kepariwisataan dan tata kelola kawasan wisata berbasis lingkungan yang dilakukan oleh tim Pengabdian Pada Masyarakat Universitas Mataram. Dalam FGD yang dilakukan, setiap kelompok diminta untuk mengidentifikasi permasalahan apa saja yang ditemukan selama mereka terlibat dalam tata kelola Kawasan Wisata Sesaot khususnya terkait tata kelola sampah. Setelah permasalahan teridentifikasi, selanjutnya kelompok diminta untuk merumuskan solusi apa yang perlu dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut. Setelah diskusi kelompok selesai, dilakukan pemaparan hasil diskusi kelompok untuk kemudian dikompilasi dan disimpulkan dalam sebuah dokumen identifikasi permasalahan dan solusi penataan persampahan di kawasan wisata Sesaot. Dokumen ini kemudian akan dijadikan sebagai pedoman oleh para pihak, dalam perumusan kebijakan tata kelola persampahan di Kawasan Wisata Sesaot. Identifikasi Permasalahan Persampahan HASIL DAN PEMBAHASAN Dampak negatif yang timbul akibat kegiatan pariwisata di sekitar obyek wisata tersebut adalah berupa sampah yang bersumber dari aktifitas wisatawan, khususnya aktifitas makan dan minum. Dampak selanjutnya adalah jika sampah ini tidak dikelola dengan baik, maka akan menimbulkan pencemaran lingkungan yang tentunya dapat memberikan pengaruh yang buruk terhadap masyarakat yang berada di sekitarnya obyek wisata serta dapat mengganggu kinerja usaha jasa wisata di Kawasan Wisata Sesaot. Beberapa tempat sampah sudah tersedia di sekitar obyek wisata ini, namun belum optimal karena sebagian besar dalam kondisi rusak. Selain itu, jika tempat sampah sudah penuh, tidak ada petugas khusus yang bertanggung jawab untuk mengosongkan tempat sampah tersebut. Kesadaran masyarakat (wisatawan) juga masih kurang karena sebagian besar wisatawan membuang sampahnya dengan sembarangan dan tidak pada tempat sampah yang tersedia. Hal ini juga dipicu oleh masih minimnya upaya kampanye, himbauan ataupun sosialisasi dari pengelola wisata agar pengunjung tidak membuang sampah dengan sembarangan. Permasalahan lainnya adalah, belum ada solusi untuk pengelolaan sampah plastik yang terkumpul yang merupakan jenis sampah plastic yang tidak bisa diurai secara alamiah oleh tanah. Selama ini sampah-sampah plastik dan bahkan juga sampah organik dimusnahkan dengan cara dibakar. Hal ini berdampak pada timbulnya asap yang akan mengganggu kualitas udara di sekitar obyek wisata, dan juga berdampak negative terhadap penciptaan karbon monoksida yang berbahaya bagi kesehatan dan juga menimbulkan dampak semakin tebalnya efek gas rumah kaca. Pencemaran lainnya yang timbul adalah pencemaran air sungai akibat sampah kiriman dari kampung yang berlokasi di hulu sungai. Hal tersebut dipicu oleh kurangnya kesadaran masyarakat dan kebiasaan mereka membuang sampah ke sungai. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

231 Solusi Penyelesaian Permasalahan Persampahan Dari kegiatan FGD yang telah dilakukan, maka dapat dirumuskan beberapa solusi untuk mengatasi permasalahan persampahan di Kawasan Wisata Sesaot. 1. Penyediaan tempat sampah dengan jumlah yang lebih banyak dan penggantian tempat sampah yg kondisinya sudah tidak baik. 2. Perlu dilakukan sosialisasi berupa edukasi dan kampanye kepada masyarakat sekitar dan wisatawan untuk selalu menjaga kebersihan dan membuang sampah pada tempat sampah yang telah disediakan. Kampanye dilakukan secara langsung dengan memberikan pengarahan pada saat pengunjung masuk ke obyek wisata, dan juga pendekatan langsung ke pengunjung saat mereka menikmati obyek wisata. Kampanye lainnya adalah melalui pemasangan plakat yang berisi arahan untuk menjaga kebersihan dan membuang sampah pada tempat yang disediakan. 3. Pembentukan tim pengelola sampah yang akan bertanggung jawab untuk mengontrol kebersihan, melakukan edukasi kepada pengunjung dan juga mengosongkan tempat sampah yang sudah penuh. Tim ini akan berada di bawah koordinasi Pokdarwis. 4. Solusi untuk sampah plastik, sampah plastik yang memungkinkan untuk didaur ulang akan diolah menjadi berbagai kerajinan tangan seperti bunga plastik dan tas belanja. 5. Untuk menghindari polusi asap supaya tidak mengganggu pengunjung, pembakaran akan dilakukan di lokasi lain yang terpisah dan jauh dari lokasi wisata. 6. Solusi lain adalah akan dibentuk master plan pengelolaan pariwisata berkelanjutan yang melibatkan tiga desa yang berada di Kawasan Sesaot yaitu Desa Sesaot, Pakuan dan Buwun Sejati. KESIMPULAN DAN SARAN Setelah pelaksanaan kegiatan FGD tata kelola sampah di Kawasan wisata Sesaot, dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Sampah yang tidak terkelola dengan baik di Kawasan wisata Sesaot telah menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan keberlangsungan usaha wisata di lokasi tersebut. 2. Pengelolaan sampah di Kawasan wisata Sesaot akan ditangani secara professional melalui pembentukan tim pengelola persampahan di bawah koordinasi Pokdarwis Gatari Mas Sesaot. 3. Akan diberikan sosialisasi berupa ddukasi dan kampanye kepada masyarakat dan pengunjung agar selalu menjaga kebersihan di lokasi wisata akan dilakukan oleh tim pengelola persampahan. Dari kegiatan ini bisa dirumuskan saran kepada Pokdarwis dan pengelola Kawasan wisata Sesaot untuk terus menjalankan sistem pengelolaan kebersihan secara terpadu dengan dukungan teknologi pengolahan sampah berbasis Osamtu yang pada saat kegiatan ini dilaksanakan, sedang dalam proses pembangunan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis menyampaiakan terima kasih kepada LPPM Universitas Mataram, Pemerintah Desa Sesaot, Bumdes Gatari Mas Sesaot dan Pokdarwis dan pengelola wisata Sesaot atas Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

232 dukungan material dan immaterial untuk terlaksananya kegiatan pengabdian pada masyarakat ini. DAFTAR PUSTAKA Eagles, P. F., McCool, S. F., Haynes, C. D., & Phillips, A. (2002). Sustainable tourism in protected areas: Guidelines for planning and management (Vol. 8). Gland: IUCN. Ovidiu, T. M., & Bogdan. (2009). Integrated Tourism Development. Ovidius University Annals Economic Sciences Series, 13, Richards, G., & Hall, D. (Eds.). (2003). Tourism and sustainable community development (Vol. 7). Psychology Press. Swarbrooke, J. (1999). Sustainable tourism management. Cabi. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

233 Penetasan Tukik Secara Intensif Menggunakan Media Buatan (Inkubator) Di Desa Kuranji Kabupaten Lombok Barat Maiser Syaputra, Andi Chairil Ichsan, Kornelia Webliana, Diah Permatasari, Febriana Tri Wulandari Fakultas Pertanian, Universitas Mataram, Indonesia Kata Kunci: Inkubator, Penyu, Penangkaran Abstrak: Dalam kegiatan penangkaran penyu, faktor suhu merupakan penentu dalam keberhasilan penetasan telur. Kondisi suhu berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan penetasan dan lama hari penetasan tukik. Dalam perkembangannya saat ini fakor suhu belum mampu dikendalikan oleh pengelola penangkaran penyu Kerabat Penyu Lombok Desa Kuranji, karena penempatan telur masih di alam, penangkar hanya memberikan pengaman berupa pagar (kawat besi) dan atap agar predator tidak masuk. Kegiatan pengabdian ini bertujuan untuk (1) menawarkan alternatif pemeliharaan telur penyu pada media buatan dalam lingkungan terkendali berupa inkubator, sehingga suhu dapat dimonitoring dan dikendalikan oleh pengelola. (2) Memberikan penyuluhan mengenai metode pemeliharaan telur penyu pada media buatan (inkubator). Kegiatan pengabdian dilakukan melalui beberapa tahapan yaitu kegiatan pra, penyuluhan dan praktik. Hasil pelaksanaan kegiatan menunjukan (1) Peserta mendapatkan alternatif pilihan teknik pemeliharaan telur penyu menggunakan media buatan dalam lingkungan terkendali (inkubator). (2) Pengelola memiliki motivasi untuk menerapkan teknik pemeliharaan telur penyu menggunakan inkubator untuk meningkatkan peluang keberhasilan penetasan. Korespondensi: PENDAHULUAN Dari 7 jenis Penyu yang ada di dunia, 4 jenis diantaranya dapat ditemukan di Indonesia yaitu penyu hijau (Chelonia mydas), penyu pipih (Natator depressus), penyu abu-abu (Lepidochelys olivacea), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), penyu belimbing (Dermochelys coriacea) dan penyu tempayan (Caretta caretta) (Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut, 2009). Jumlah ini sebenarnya masih menjadi perdebatan karena Nuitja (1992) menyebutkan hanya lima jenis yang ditemukan, dimana Caretta caretta dinyatakan tidak ada. Perairan tempat hidup penyu adalah laut dalam terutama samudera di perairan tropis, sedangkan tempat kediaman penyu adalah daerah yang relatif dangkal, tidak lebih dari 200 meter dimana kehidupan lamun dan rumput laut masih terdapa. Lebih kurang 143 lokasi peneluran penyu yang tersebar di seluruh Indonesia (Dahuri, 2003). Salah satu wilayah yang teridentifikasi sebagai habitat peneluran penyu adalah pantai Desa Kuranji yang terletak di Kecamatan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat. Kawasan ini ditetapkan oleh Gubernur NTB sebagai kawasan ekosistem esensial karena potensi keanekaragaman hayati yang dimiliknya. Pada tahun 2015 secara swadaya masyarakat dan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

234 Balai konservasi sumberdaya alam setempat melakukan upaya konservasi penyu melalui program Kerabat Penyu Lombok meliputi pemeliharaan telur dan tukik secara semi alami. Karena sifatnya yang semi alami maka keberhasilan penetasan tukik separuhnya bergantung pada kondisi alam tanpa adanya penanganan atau perlakuan dari pengelola. Dalam kegiatan penangkaran penyu, faktor suhu merupakan penentu dalam keberhasilan penetasan telur. Kondisi suhu berpengaruh terhadap tingkat penetasan dan juga lama hari penetasan tukik (Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut, 2009). Dalam perkembangannya saat ini faktor suhu belum mampu dikendalikan oleh pengelola penangkaran penyu desa kuranji, karena penempatan telur masih di alam, penangkar hanya memberikan pengaman berupa pagar (kawat besi) agar predator tidak masuk. Kegiatan pengabdian ini mencoba menawarkan alternatif pemeliharaan telur penyu pada media buatan dalam lingkungan terkendali berupa inkubator, sehingga suhu dapat dimonitoring dan dikendalikan oleh pengelola. Melalui transfer pengetahuan dan teknologi ini diharapkan bertambahnya pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki pengelola penangkaran penyu. METODE KEGIATAN Pada tahun 2015 melalui inisiasi masyarakat dan Balai konservasi setempat terbentuklah kelompok masyarakat pelestari penyu dengan nama Kerabat Penyu Lombok di Desa Kuranji dalang, yang bergerak dalam bidang konservasi dan pelestarian Penyu dengan program seperti pengumpulan telur dan pemeliharaan tukik (anakan Penyu). Karena sifatnya yang semi alami maka keberhasilan penetasan tukik separuhnya bergantung pada kondisi alam tanpa adanya penanganan atau perlakuan dari pengelola. Solusi yang ditawarkan atas permasalahan di atas adalah pemeliharaan telur penyu pada kondisi terkendali pada habitat buatan, sehingga faktor suhu dapat dimonitoring dan dijaga oleh pengelola. Teknik penetasan telur penyu secara buatan menggunakan inkubator dijelaskan sebagai berikut: 1. Siapkan kotak dari gabus berukuran besar. 2. Masukkan 2 (dua) wadah kecil yang terbuat dari fiber glass, kaca atau plastik ke dalam kotak gabus tadi. 3. Wadah fiber glass, kaca atau plastik pertama diisi telur penyu, lalu timbun dengan pasir. Bila tidak ada pasir dapat menggunakan kompos atau gambut. Kompos atau gambut baik digunakan karena memiliki kelembaban sedang 4. Wadah fiber glass, kaca atau plastik kedua diisi dengan air. Untuk menjaga kestabilan suhu air, masukkan heater.uap yang timbul di dalam kotak berfungsi untuk menjaga kelebaban 5. Wadah berisi telur penyu harus memiliki lubang pembuangan air. Telur penyu yang tergenang air akan mati karena udara tidak dapat diserap oleh telur penyu. Adapun ilustrasi pemeliharaan telur penyu dalam media buatan (inkubator dapat dilihat pada Gambar 1. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

235 Gambar 1. Ilustrasi media penetasan tukik. Kegiatan pengabdian dilaksanakan pada bulan Mei-Juli 2019, berlokasi di penangkaran Penyu Desa Kuranji Kecamatan Labuapi Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Peserta dalam kegiatan pelatihan ini adalah pengelola penangkaran penyu Kerabat Penyu Lombok, pihak desa, pihak BKSDA NTB, maupun masyarakat yang sekitar penagkaran penyu. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini yaitu: A. Pra Kegiatan a. Persiapan Persiapan yang dimaksud meliputi : penyelesain urusan administrasi, komunikasi awal dengan kelompok sasaran, diskusi rencana kegiatan bersama kelompok sasaran yang bertujuan untuk mendapatkan saran serta masukan mengenai teknis pelaksanaan kegiatan, serta finalisasi instrument untuk penyuluhan. b. Konsolisdasi Tim Memastikan kesiapan tim terhadap tugas dan perannya masing-masing, menyepakati jadwal pelaksanaan kegiatan. c. Observasi Lapangan Melakukan pengamatan dan eksplorasi informasi di lapangan secara langsung oleh tim bersama pengelola dan aktor kunci. Mengumpulkan informasi mengenai kondisi penangkaran penyu, permasalahan dan hambatan yang dihadapi. B. Penyuluhan Melakukan pertemuan bersama penerima manfaat untuk menyampaikan materi penyuluhan dalam hal ini mengenai teknik penetasan tukik secara intensif menggunakan media buatan (inkubator). Pendekatan kegiatan menggunakan metode partisipasi aktif, yaitu melibatkan anggota kelompok yang menjadi penerima manfaat, dalam proses-proses kegiatan baik dalam penyampaian materi maupun implementasi kegiatan. Materi yang disajikan sesuai dengan urgensi kegiatan dan dilakukan oleh tim sesuai dengan bidang ilmu/keahliannya. C. Praktik Kegiatan praktik bertujuan memberikan pengalaman nyata kepada peserta penyuluhan dalam hal ini mengenai teknik penetasan tukik secara intensif menggunakan media buatan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

236 (inkubator). Penyuluh mempersiapkan alat peraga yang dibutuhkan sekaligus mendemonstrasikan cara kerja alat inkubator. Peserta memperhatikan dan diberikan kesempatan untuk mencoba cara kerja alat yang di sampaikan. D. Penyusunan laporan akhir Menyusun laporan akhir dan menganalisa secara deskriptif hasil kegiatan dengan cara menyederhanakan, meringkas, dan menggolongkan data yang bertujuan untuk menajamkan dan mengorganisasi data sedemikian rupa sehingga didapat kesimpulan akhir (Sugiyono, 2010) HASIL DAN PEMBAHASAN Penyu merupakan jenis satwaliar dari kelas reptilia yang sebagian besar hidupnya dihabiskan di dalam laut. Penyu (betina) naik ke darat hanya untuk bertelur. Penyu meletakkan telur di pasir pantai dengan cara menggali lalu menimbun kembali telur tersebut dan meninggalkannya hingga menetas. Penyu termasuk satwa yang tidak mengerami atau merawat telurnya, sehingga pemeliharaan telur diserahkan sepenuhnya pada kondisi alam. Kondisi alam yang tidak menentu dan gangguan dari predator mengakibatkan tidak semua dari telur yang dihasilkan tersebut dapat menetas. Upaya pelestarian penyu di pantai Kuranji Desa kuranji dalang telah dimulai sejak tahun 2015, dengan ditetapkannya pantai kuranji sebagai Kawasan Ekosistem Esensial (KEE) koridor penyu Kabupaten Lombok barat melalui Surat Keputusan (SK) Bupati Lombok Barat Nomor 345/6/DLH/2017. Penetapan status kawasan ini diikuti dengan dibentuknya kelompok masyarakat pelestari penyu dengan nama Kerabat Penyu Lombok dengan tujuan menjaga kelestarian penyu yang ada di kawasan tersebut. Kelompok Kerabat Penyu Lombok aktif dalam upaya-upaya penyelamatan dan kampanye pelestarian penyu. Kegiatan yang dilakukan oleh kelompok Kerabat Penyu Lombok diantaranya melakukan patroli (monitoring) pantai bersama masyarakat dan stakeholder terkait, melakukan relokasi telur ke tempat aman, aksi bersih pantai, sosialisasi, membangun unit pengelolaan populasi berupa penangkaran (sunctuary), melakukan penandaan, pelepasliaran, program adopsi telur dan berbagai kegiatan wisata edukasi. Dalam perkembangannya saat ini, telur yang diperoleh dari kegiatan patroli (monitoring) maupun penyerahan oleh masyarakat dikelola melalui kegiatan penangkaran intensif dengan teknik pemeliharaan semi alami. Telur direlokasi menuju tempat penyimpanan berupa bak pemeliharaan buatan yang dilengkapi atap dan pagar (kawat) pengaman serta diberi papan keterangan. Telur akan berada di tempat ini hingga tukik menetas. Adapun tempat pemeliharaan telur penyu dapat dilihat pada Gambar 2. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

237 (a) (b) Gambar 2. Pemeliharaan telur tukik dengan teknik semi alami. (a) proses pemindahan telur, (b) telur yang sudah dipindahkan. Tingkat keberhasilan penetasan telur penyu dipengaruhi oleh beragam faktor. Salah satu faktor yang berpengaruh besar dalam keberhasilan penetasan tersebut adalah faktor suhu. Karena sifat pemeliharaannya yang masih semi alami maka faktor lingkungan belum sepenuhnya dapat dikendalikan oleh pengelola, sehingga masih terdapat peluang telur rusak atau tidak menetas. Faktor suhu memiliki peran yang besar dalam pemeliharaan telur diantaranya mempengaruhi lama penetasan dan persentase penetasan. Berdasarkan Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut (2009), keberhasilan penetasan telur penyu sangat dipengaruhi oleh kondisi suhu. Embrio akan tumbuh optimal pada kisaran suhu antara ºC dan akan mati apabila di luar kisaran suhu tersebut. Semakin tinggi suhu pasir, maka telur akan lebih cepat menetas. Penelitian terhadap telur penyu hijau yang ditempatkan pada suhu pasir berbeda menunjukkan bahwa telur yang terdapat pada suhu pasir 32 ºC menetas dalam waktu 50 hari, sedangkan telur pada suhu pasir 24 ºC menetas dalam waktu lebih dari 80 hari. Pengabdian ini menawarkan alternatif pemeliharaan telur penyu dalam media inkubator, yaitu suatu alat penyimpanan telur berupa box dimana faktor suhu dapat diatur dan dikendalikan serta dimonitoring oleh pengelola. Inkubator terbuat dari bahan yang cukup sederhana dengan bagian-bagian utama berupa kotak penyimpanan telur dan kotak pemanas dari bahan kaca yang ditempatkan bersebelahan. Sumber panas dihasilkan oleh elemen pemanas atau heater yang memanaskan air. Inkubator dilengkapi dengan timer sehingga alat bekerja secara otomatis. Untuk memastikan akurasi pembacaan suhu, inkubator dilengkapi dengan tiga buah termometer. Satu termometer utama (digital) mampu merekam suhu minimum dan maksimum serta fluktuasi-fluktuasi yang terjadi di dalam inkubator. Adapun inkubator penetasan telur penyu dapat dilihat pada Gambar 3. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

238 (a) (b) (c) (d) Gambar 3. Inkubator telur penyu. (a) Komponen utama inkubator, (b) Inkubator yang telah dirakit, (c) Proses pengisian pasir, (d) Proses pengisian telur. Pemeliharaan dengan inkubator juga mampu mempertahankan kelembaban telur melalui uap air yang dihasilkan elemen pemanas. Berdasarkan Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut (2009), diameter telur sangat dipengaruhi oleh kandungan air dalam pasir. Makin banyak penyerapan air oleh telur dari pasir menyebabkan pertumbuhan embrio makin besar yang berakibat diameter telur menjadi bertambah besar. Sebaliknya, pasir yang kering akan menyerap air dari telur karena kandungan garam dalam pasir lebih tinggi. Akibatnya embrio dalam telur tidak akan berkembang dan mati. Pemeliharaan dalam inkubator juga mampu mencegah rusaknya telur akibat air hujan. Bendasarkan Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut (2009), oksigen sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan embrio. Air hujan yang menyerap ke dalam sarang ternyata dapat menghalangi penyerapan oksigen oleh telur, akibatnya embrio akan mati. Pelaksanaan Kegiatan Pengabdian Kegiatan pengabdian terbagi menjadi beberapa tahap. Tahapan pra kegiatan bertujuan untuk mempersiapkan segala hal terkait pelaksanaan kegiatan pengabdian, dalam tahap pra kegiatan dilakukan proses observasi awal untuk melihat kondisi dan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok masyarakat sasaran dalam hal ini kelompok Kerabat Penyu Lombok, termasuk memperkenalkan secara formal kegiatan yang akan dilaksanakan, proses penyamaan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

239 pendapat dan kesepakatan mengenai tujuan kegiatan. Kegiatan Pra dapat dilihat pada Gambar 4. Adapun hal yang dibahas dalam tahapan pra kegiatan ini antara lain: 1. Wawancara awal, mengupas dan mengenali berbagai permasalahan yang dihadapi oleh kelompok Kerabat Penyu Lombok. 2. Peninjauan lokasi, melakukan observasi lapangan, analisa dan orientasi lokasi pengabdian. 3. Pertemuan dengan berbagai pihak terkait yang berhubungan dengan upaya pelestarian penyu diantaranya kelompok Kerabat Penyu Lombok, pihak pemerintahan Desa Kuranji dalang, BKSDA NTB dan perwakilan masyarakat. Mendengar permasalahan dari berbagai sisi. 4. Melakukan diskusi terfokus bersama kelompok Kerabat Penyu Lombok. (a) (b) Gambar 4. Rangkaian pra kegiatan. (a) Penyampaian materi, (b) Diskusi. Hasil dan output dari tahapan pra kegiatan diformulasikan kedalam materi penyuluhan, materi terfokus pada pembangunan media inkubator untuk penetasan telur penyu. Penyampaian materi penyuluhan diawali dengan pembukaan dan pengantar oleh pihak kelompok Kerabat Penyu Lombok. Selanjutnya diikuti dengan pengantar dan perkenalan dari pihak penyuluh. Guna menunjang pencapaian tujuan penyuluhan yang efektif dan efesien, maka penyampaian materi penyuluhan dipilih metode partisipasi aktif dan dipadukan dengan diskusi terfokus dan tanya jawab. Adapun isi materi penyuluhan terdiri dari : 1. Upaya pelestarian penyu oleh masyarakat melalui penguatan tiga pilar konservasi (perlindungan, pengawetan dan pemanfaatan). 2. Pengembangan wisata edukasi konservasi penyu. 3. Identifikasi peran kelompok Kerabat Penyu Lombok dalam kegiatan pelestarian penyu. 4. Pengaruh suhu dalam penetasan telur tukik. 5. Teknik penetasan tukik menggunakan media buatan inkubator. Setelah semua materi disampaikan oleh penyuluh, maka selanjutnya masuk pada sesi diskusi/tanya jawab dengan peserta penyuluhan. Dalam sesi ini penyuluh mencatat dan menampung pertanyaan maupun pengalaman yang dikemukan oleh peserta dan berusaha memberikan jawaban dan tanggapan sehingga peserta mampu memahami solusi dari permasalahan yang diungkapkan. Pada kegiatan ini dikembangkan komunikasi dua arah dalam Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

240 bentuk diskusi (tanya jawab) mengenai materi penyuluhan. Sesi diskusi yang juga merupakan inti dari kegiatan penyuluhan. Beberapa masalah yang berkembang adalah sebagai berikut : Tabel 1. Hasil kegiatan diskusi No Materi Diskusi Hasil Diskusi 1 Minimnya dana operasional pengelolaan penangkaran dan kesulitan pengadaan inkubator 2 Rendahnya kesadaran dan partisipasi anggota kelompok dalam pengelolaan penangkaran 3 Penempatan media inkubator 4 Perawatan media inkubator 5 Peran inkubator sebagai alat peraga wisata edukasi Kelompok Kerabat Penyu Lombok perlu jeli melihat peluang pendanaan yang ada, salah satunya melalui skema kerjasama CSR. Melalui skema kerjasama CSR pengelola bisa mendapatkan donasi dari berbagai perusahaan maupun badan usaha. Dari dana yang diperoleh nantinya dapat dilakukan pemenuhan kebutuhan teknis operasional di lapangan termasuk menambah jumlah inkubator. Saat ini kelompok Kerabat Penyu Lombok terdiri dari 13 anggota, namun pada kenyataannya hanya beberapa anggota saja yang aktif. Hal ini dikarenakan keanggotaan kelompok yang bersifat sukarela. Solusi yang ditawarkan oleh penyuluh diantaranya melakukan kegiatan penguatan kelompok dapat berupa penegasan tugas dan tanggung jawab, pemetaan kerja, maupun mekanisme reward and punishment dalam kelompok. Inkubator terdiri dari berbagai komponen yang sensitif, sehingga diharapkan untuk tidak dipindah-pindahkan. Selain itu keberadaan telur di dalamnya juga dikawatirkan terganggu apabila terlalu banyak gerakan. Inkubator idealnya ditempatkan di daerah tertutup, dengan sirkulasi udara dan pencahayaan yang baik. Faktor yang mempengaruhi usia pemakaian inkubator adalah cara penempatan, cara penggunaan, faktor keamanan lingkungan, keberadaan pengunjung dan lain-lain yang dapat mengakibatkan kerusakan pada inkubator. Untuk itu pengelola kelompok Kerabat Penyu Lombok perlu menyiapkan SOP penggunaan yang jelas yang dapat mengatur seluruh hal tersebut. Keberadaan media inkubator dapat dijadikan alat peraga dalam kegiatan wisata edukasi, sehingga menambah atraksi yang sudah ada. Selain itu inkubator juga dapat dimanfaatkan untuk kegiatan penelitian. Kegitan kemudian dilanjutkan dengan praktik, bertujuan memberikan pengalaman nyata kepada peserta penyuluhan dalam hal ini kelompok Kerabat Penyu Lombok mengenai teknik penetasan tukik secara intensif menggunakan media buatan (inkubator). Penyuluh mempersiapkan alat peraga yang dibutuhkan sekaligus mendemonstrasikan cara kerja alat inkubator. Peserta memperhatikan dan diberikan kesempatan untuk mencoba cara kerja alat yang di sampaikan. Adapun kegiatan praktik dapat dilihat pada Gambar 5. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

241 (a) (b) (c) (d) Gambar 5. Demonstrasi dan praktik. (a) Mempersiapkan media, (b) Mengisi pasir (c) Demonstarasi cara kerja alat, (d) Praktik penggunaan alat. Berdasarkan hasil pemantauan dan pengamatan yang dilaksanakan pada saat pelaksanaan kegiatan penyuluhan dapat dikatakan bahwa penyuluhan ini berhasil, ini tercermin dari kesungguhan dan keseriusan peserta penyuluhan dalam mengikuti dan menanggapi setiap meteri yang diberikan penyuluh. Beberapa hasil yang diperoleh peserta dari kegiatan penyuluhan ini sekaligus parameter keberhasilan kegiatan ini antara lain: 1. Bertambahnya pengetahuan dan keterampilan peserta dalam memahami peran media inkubator dalam pemeliharaan telur penyu. 2. Tumbuhnya motivasi dari peserta untuk meningkatkan kemampuan kerja. 3. Transfer ilmu pengatahuan dan teknologi dari penyuluh kepada peserta sehingga ilmu yang dimiliki tersebut dapat bermanfaat bagi peserta khususnya dalam memberikan alternatif pemeliharaan telur penyu. Kondisi ini memberikan indikator adanya hubungan antara pokok materi yang diberikan dengan kebutuhan atau masalah yang dihadapi oleh peserta penyuluhan. Fenomena yang ditunjukan oleh peserta penyuluh seperti dikemukan diatas, hanya dapat digunakan sebagai petunjuk adanya kemampuan peserta dalam aspek kognitif dan aspek afektif, akan tetapi belum dapat dijadikan tolak ukur untuk mengetahui apakah materi ataupun alat yang diberikan (inkubator) benar-benar telah diterapkan oleh peserta penyuluhan, oleh karena itu sangat diperlukan pemantauan lebih lanjut pada waktu yang akan datang. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

242 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan yang diperoleh dari kegiatan penyuluhan ini adalah peserta mendapatkan alternatif pilihan teknik pemeliharaan telur penyu menggunakan media buatan dalam lingkungan terkendali (inkubator) dengan keunggulan yang dimiliki oleh alat tersebut diharapkan dapat meningkatkan keberhasilan penetasan tukik dan pengelola memiliki motivasi untuk menerapkan teknik pemeliharaan telur penyu menggunakan inkubator untuk meningkatkan peluang keberhasilan penetasan. Dari segi kegiaan penyuluhan, keberhasilan kegiatan dapat dilihat dari antusiasme dan respon positif peserta selama kegiatan berlangsung, selain itu ditunjukkan pula dengan komitmen peserta yang ingin menjalin komunikasi jangka panjang dengan penyuluh. Adapun saran dari kegiatan penyuluhan ini antaralain perlu diadakannya kegiatan pemantauan pada masa mendatang, untuk dapat melihat konsistensi tindakan peserta penyuluhan dan faktor-faktor yang mempengaruhinya khususnya dalam penggunaan teknologi yang diberikan (inkubator). Selain itu peserta perlu pula diajak untuk studi kunjungan ke penangkaran penyu lainnya yang lebih maju untuk memberi gambaran dan pemahaman lebih mendalam mengenai teknik pemeliharaan penyu secara intensif. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Mataram yang telah memberi dukungan financial terhadap pengabdian ini. DAFTAR PUSTAKA Dahuri R Keanekaragaman hayati laut. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta Direktorat Konservasi dan Taman Nasional Laut Pedoman Teknis Pengelolaan Konservasi Penyu. Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia. Jakarta. Nuitja INS Biologi dan Ekologi Pelestarian Penyu Laut. IPB Press. Bogor. Sugiyono Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

243 Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU Upaya Meningkatkan Kualitas Kopi Dengan Menggunakan Mesin Roasting Kopi Bersama Petani Kopi di Desa Aik Berik Kecamatan Batukliang Utara I Made sudantha* 1, Muhammad Sahlan 2, Baiq Dewi Surya Winanti 3 1 Program Studi Agroekoteknologi, Universitas Mataram 2 Program Studi Teknik Mesin, Universitas Mataram 3 Program Studi lmu Hukum, Universitas Mataram Kata Kunci: desa aik berik, kopi, roasting kopi Abstrak: Desa Aik Berik, Kecamatan Batukliang Utara, merupakan salah satu desa penghasilkopi di Kabupaten Lombok Tengah. Besarnya potensi kopi ini di dukung oleh ketinggian, suhu, curah hujan, serta lahan yang luas. Desa Aik Berik memiliki HKM (Hutan Kemasyrakatan) seluas842 Ha. Potensi kopi yang dapat dihasilkancukup banyak yaitu dengan luas lahan 1.5 Ha dapat menghasikan sekitar 35 ton kopi pertahunnya. Masalah pertama yang terdapat di Desa Aik Berik yaitu kebun kopi tersebut masih ditanami tanaman lain selain kopi seperti pohon pisang, sehingga nantinya akan mempengaruhi cita rasa tumbuhan kopi yang dipanen. Masalah kedua yaitu kurangnya pemahaman petani kopi tentang pemilihan buah kopi yang baik untuk di petik. Petani kopi di Desa Aik Berik biasanya langsung memetik buah kopi tersebut secara pemetikan serentak yaitu buah kopi diambil secara keseluruhan dalam satu tangkai sehingga biji kopi tercampur antara yang sudah matang dan belum matang. Danmasalah ketiga adalah kurangnya pemahaman petani kopi tentang proses pengolahan biji kopi yang baik dan benar, dan kurangnya pemamfaatan penggunaan teknologi pengolahan kopi yang sudah tersedia. Korespondensi: PENDAHULUAN Tanaman kopi (Coffea.sp) merupakan salah satu komoditas perkebunan andalan sebagai penghasil devisa bagi Indonesia. Jenis kopi arabika (Coffea arabica) dan kopi robusta (Coffea robusta) adalah spesies yang paling banyak dibudidaya (Villanueva, et al., 2011; Dollemore & Giuliucci, 2001). Di Indonesia, perkebunan kopi mulai berkembang pesat sehingga potensial bagi pengembangan kopi domestik. Areal perkebunan kopi di Indonesia mencapai lebih dari 1,291 juta hektar dimana 96% diantaranya adalah areal perkebunan kopi rakyat. Kopi khas yang dihasilkan dari perkebunan kopi rakyat antara lain kopi Gayo, kopi Mandheling, kopi Flores, kopi Toraja, kopi Lampung dan kopi Luwak (Kusdriana, 2011). Buah kopi harus ditangani secara tepat menjadi bentuk yang lebih stabil agar aman untuk disimpan dalam jangka waktu tertentu. Kriteria mutu biji yang meliputi aspek fisik, cita rasa dan kebersihan serta aspek keseragaman dan konsistensi sangat ditentukan oleh perlakuan pada setiap tahapan proses produksinya. Oleh karena itu, tahapan proses dan spesifikasi peralatan pengolahan kopi yang menjamin mutu harus ditentukan secara jelas. Pengamatan perubahan mutu yang terjadi selama pengolahan harus dilakukan secara rutin agar apabila terjadi penyimpangan mutu dapat dikoreksi secara cepat dan tepat. Upaya perbaikan mutu harus Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

244 Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU diiringi dengan mekanisme pemasaran yang berorientasi pada mutu sehingga hasil yang optimal dapat dicapai. Pentingnya teknologi sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas kopi harus diimbangi juga oleh SDM yang mampu menggunakan teknologi tersebut. Coffee roasting mungkin adalah sebuah proses penting dalam dunia kopi yang masih kurang dikenal oleh kebanyakan penikmat kopi. Banyak hal menarik dari proses penyangraian biji kopi ini, seperti level pemanggangan yang akan berujung pada rasa kopi yang bervariasi. Roasting Coffee merupakan memasak kopi, pada dasarnya roasting adalah proses mengeluarkan air dalam kopi, mengeringkan dan mengembangkan bijinya, mengurangi beratnya memberikan aroma pada kopi tersebut. Ketika kopi dimasak ada suatu reaksi kimia yang menyertai sehingga karakter biji kopi pun berubah.lebih lama biji kopi itu dimasak, semakin banyak pula bahan kimia yang berubah karakteristiknya.ketika kopi di- roasting, kopi berubah menjadi berwarna coklat.oleh karena itu, apabila biji kopi berwarna lebih gelap berarti di-roasting lebih lama.namun bagaimanapun, me- roasting biji kopi bukanlah suatu hal yang sederhana, sesederhana memasukkannya ke alat pemanggang dan kemudian me- roastingnya. Biji kopi sesungguhnya akan menghasilkan kopi yang berbeda apabila di-roasting dalam suhu yang berbeda meskipun hasil akhirnya berwarna sama, karena teknik me-roasting kopi merupakan suatu seni.(soetanto, 2003) Waktu dan Tempat METODE PELAKSANAAN Kegiatan dilakukan selama 1 minggu di mulai sejak tanggal 5 Agustus sampai dengan 12 Agusus di Desa Aik Berik Kecamatan Batukliang Utara Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalan Program ini adalah mesin roasting kopi, baskom, nampan. Sedangkan bahan yang diguna- kan adalah kopi. Prosedur Kerja Roasting Kopi Prosedur kerja roasting kopi adalah : 1) Mempersiapkan alat dan bahan, 2) Pemilahan biji kopi, 3) Menimbang jumlah kopi yang akan di roasting, 4) Memanaskan mesin roasting, 5) Meroasting kopi, 6) Mengecek kematangan biji kopi setiap menit, 7) Memindahkan biji kopi yang sudah di roasting ke nampan. Bentuk Kegiatan Bentuk kegiatan secara keseluruhan ini adalah 1) Persiapan program, 2) Sosialisasi tentang kopi, Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

245 Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU 3) Proses roasting, 4) Monitoring dan evaluasi. Metode Pengumpulan dan Analisis Data Metode pengumpulan data pada program ini adalah dengan survei UKM yang ada di Desa Aik Berik yang memiliki alat roasting dan jumlah anggota UKM. Analisis data menggunakan deskriptif kualitatif HASIL DAN PEMBAHASAN Program pemberdayaan masyarakat desa Aik Berik dilakukan secara tersetruktur dan melibatkan masyarakat khususnya kelompok UKM secara langsung Pelaksanaan Program Pemberdyaan Masyarakat Kegiatan pembedayaan masyarakat ini dimulai dengan persiapan progran yang meliputi survei lokasi. Hasil survei menujukan bahwa kendala yang dihadapi pemilik UKM 1) mahalnya alat roasting, 2) Skill yang tidak memadai. Tahap selaanjutnya adalah persiapan instrumen monitoring dan evaluasi yaitu pengetahuan masyarakat, selanjutnya perijinan dan pembahasan program bersama masyarakat desa Aik Berik, Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah. Pelatihan Penggunaan Alat Roasting Kopi Gambar 1 Mesin Roasting Pelatihan penggunaanalat roasting di desa Aik Berik dilakukan di Dusun Pemotoh Tengah, di KUB Benang Stokel (UKM)Batukliang Utara. Pelatihan Pertama terkait dengan pemilihan biji kopi yang baik. Pelatihan ini diadakan agar petani kopi bisa membedakan biji kopi yang baik dan yang tidak baik. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

246 Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU Gambar 2 Sosialisasi Pasca panen Pelatihan kedua yaitu sosialisasi tentang level roasting kopi yang benar. Karena selama ini masyarakat masih meroasting (sangrai) kopi secara tradisional dan levelnya pun sudah mencapai dark roast.sosialisasi ini juga dilakukan di Dusun Pemotoh Tengah, di KUB Benang Stokel (UKM)Batukliang Utarayang dimana dihadiri oleh petani kopi yang tergabung dalam KUB Benang Stokel dan UKM Suli Asli. Kegiatan ini dilaksanakan dengan alat roasting yang di miliki oleh KUB Benang Stokel.(Rohana, A ) Monitoring dan Evaluasi Monitoring dan evaluasi kontinu dilakukan bersamaan dengan pedampingan program. Hasil monitoring berkelanjutan evaluasi program secara umum menunjukan bahwa masyarakat dan kelompok petani desa Aik Berik berkomitmen untuk meningkatkan kualitas biji kopi dengan cara pemilihan biji kopi yang baik dan memanfaatkan mesih roasting.( Sumono 2014) KESIMPULAN Simpulan dari program pelatihan roasting kopi kepada petani kopi adalah petani kopi dapat meningkatkan kualitas kopi dan juga memanfaatkan teknologi yang ada. DAFTAR PUSTAKA Zaenudin dan Soetanto, A Program Pengembangan Teknologi dalam Rangka Mendukung Perkopian Nasional yang Tangguh. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, No. 1, Vol. 19. Jember. Ismayadi, C dan Zaenudin, Pola Produksi, Infestasi Jamur dan Upaya Pencegahan Kontaminasi Ochratoxin-A pada Kopi Indonesia. Warta Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, No. 1, Vol. 19. Jember Kementerian Pertanian Sembiring, T. P., Munir, A. P., Sumono, S., dan Rohana, A Roasting Temperature Test On The Device Type Rotary Mechanical Coffee Roasters To Quality Arabica Coffee Types. Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian, 2(1). Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

247 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Sosialisasi Pengukuran Obsevatorium Rembitan Dan Nurul Bayan Untuk Anomali Magnet Bumi Prediksi Gempa Bumi Pulau Lombok Made Sutha Yadnya *, Teti Zubaidah, Abdullah Zainuddin, Bulkis Kanata, Paniran Fakultas Teknik, Universitas Mataram, Indonesia Kata Kunci: fluxgate magnetometer, gempa bumi, obsevatorium, proton magnetometer Abstrak: Sejak 2014 Universitas Mataram memiliki obsevatorium (OBS) Rembitan dan Nurul Bayan merupakan stasiun pematauan anomali magnet bumi terpasang berguna sebagai salah satu prediksi (precursor) gempa bumi. Alat ukur yang terpasang adalah Proton Magnetometer dan Fluxgate Magnetometer. Pengoperasian stasiun tersebut memerlukan skilled persons dari seluruh komponen masyarakat untuk menjaga OBS tetap berjalan serta membantu mengelola fasilitas terrsebut sehari-hari. Di sisi lain diharapkan masyarakat mengetahui apa itu gempa dan penyebabnya. Pemaparan data dan kejadian gempa khusus 4 gempa besar melanda Pulau Lombok, terukur dan tercatat dapat terbukti memprediksi precursor gempa secara global terjadi penurunan magnet bumi yang mengakibatkan gempa. Informasi dan komunikasi yang tepat dapat membuat kerberlangsungan OBS. Data OBS juga dapat diakses secara global menggunakan website. Korespondensi: PENDAHULUAN Nusa Tenggara Barat pada pertengahan tahun 2018 mengalami empat(4) kali gempa bumi berkekuatan magnitodo 7 Skala Richter (SR). Gempa bumi ini memporakporandakan serta menghancurkan materi dan mental. Skala magnitudo gempa adalah sebuah besaran yang berupa besaran vektor besar dan arahnya berupa energi elektomagnetik dikenal dengan seismik yang dipancarkan oleh sumber gempa. Besaran ini akan bernilai sama dalam ruang lingkup (jangkauan/coverage), meskipun dihitung dari tempat yang berbeda. Skala yang kerap digunakan untuk menyatakan magnitudo gempa ini adalah skala richter (Richter Scale). METODE KEGIATAN Dalam melaksanakan pengabdian pada masyarakat, tim yang terdiri dari 5 orang dosen Jurusan Teknik Elektro dan dibantu mahasiswa 5 orang mengadakan sosialisasi dan penyuluhan di Desa Sade Lombok Tengah. Pengabdian diikuri oleh 62 warga dengan variasi umur yang berbeda dari anak anak sampai orang tua. Sosialisasi dengan memberikan informasi tentang adaya OBS di Rembitan dan Nurul Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

248 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Bayan sebagai stasiun pengambil data kemagnetan bumi. Pengukuran kemagnetan bumi diambil untuk membandingkan dengan magnet bumi di tempat lain yang jarak radius mencapai 300 km jarak udara. HASIL DAN PEMBAHASAN Dampak signifikan untuk menyelesaikan mitigasi bencana akan bisa diatasi sesuai kondisi di lapangan. Masyarakat Lombok secara lokal dan bisa berdampak Nasional atau Internasional dengan adanya sistem ini. Pemerintah dapat mengacu dari penelitaian ini sesuai dengan program kerja yang ada. Dengan kearifan lokal yang ada mitigasi bencana disosialisasikan dengan mengajak masyarakat supaya tahu secara ilmu pengetahuan dari mana asal usul gempa. Lempeng bumi dibagi menjadi dua: lempeng samudera dan lempeng benua. Lempeng benua lebih tipis dari lempeng samudera sehingga saat keduanya bertumbukan Gempa megathrust berasal dari apa yang disebut zona megathrust dengan pergerakan antar zona menimbulkan tumbukan-tumbukan antara lempeng Indo-Australia dan Eurasia. Lempeng samudera bisa masuk ke dalam lempeng benua begitu juga sebaliknya ini menyebabkan guncang besar. Gambar 1 Persiapan Pemantapan di OBS dengan Tim Pengabdi Pengelola OBS senantiasa melakukan diskusi untuk membahas isu isu terbaru mengenai gempa yang terjadi disekitar pulau Lombok. Hal yang sering dimantapkan adalah cara pendekatan yang terbaik kepada masyarakat agar dapat tepat sasaran. Dapat dilihat pada gambar 1 diskusi dilakukan setiap minggu di hari Rabu. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

249 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Gambar 2 Persiapan di Lokasi Pengabdian oleh Tim Pengabdi Pada saat pengabdian Tim Pengabdi mempersiapkan materi presentasi serta menyuguhkan konsumsi seadanya. Saat pengabdian ternyata ada beberapa peserta tidak diundang juga datang karena keingitahuannya mengenai gempa dan hubungannya dengan OBS yang ada. Peserta membludak sampai ke luar ruangan dapat dilihat pada gambar 3. Peserta yang antusias sampai menayakan bagaimana cara mendapatkan data, serta alat ukur yang digunakan. Data yang didapatkan dalam mode txt sesuai dangan gambar 4. Alat ukur yang digunakan adalah seri proton. Gambar 3 Peserta Pengabdian Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

250 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Gambar 4 Model Pengambilan data dari OBS Lokasi Pengabdian Gambar 5 Presentasi interpretasi Anomali Magnetik dan Grafitasi di Lokasi Pengabdian Pada gambar 5 ditampilkan daerah yang bergerak menekan daerah patahan lain, ini menyebabkan gempa. Gempa bumi terjadi di lapisan litosfer yang dihuni lempeng-lempeng tektonik, lempeng-lempeng ini mempunyai energi yang dapat menekan patahanatau lempeng yang lainya. Gempa dapat terjadi ini pada lempeng samudera mendesak turun ke mantel bumi dari batas lempeng konvergen, dan lempeng samudera yang padat bertabrakan dengan lempeng benua yang kurang padat. Untuk daerah Nusa Tenggara Barat (NTB) terdapat dua daerah patahan yaitu mega trust dan back trust terus mengancam secara periodik dengan jangka waktu yang tidak dapat dipastikan. Dari penelitian diperoleh siklus 40 tahunan akan terjadi gempa berskala di atas 7 SR. Hasil pengukuran terus dilakukan sebelum den sesudah gempa diadakan analisa dan sintesis dari kejadian untuk precursor gempa. Precursor membutuhkan waktu hingga 40 tahun siklus data berkorelasi, data kajian dinyatakan nyaris lengkap. Sebab periode gempa berulang puluhan tahun, sehingga butuh waktu lama untuk pengamatannya. Medan magnet bumi Pulau Lombok dapat dilihat dari hasil pengukuran pada gambar 6. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

251 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Gambar 6 Presentasi Pengukuran Anomali Magnetik dan Grafitasi di Lokasi Pengabdian Gambar 7. Tempat Pelaksanaan Pengabdian Kepada Masyarakat di Desa Sade KESIMPULAN DAN SARAN Pengukuran yang dilaksanakan oleh PUI Geomagnetik telah mendapatkan hasil untuk disosialisasi kepada masyarakat. Utamanaya pada masyarakat disekitar OBS dikarenakan penetingnya keberadaan OBS untuk kepentingan bersama. Hal terpenting adalah untuk mendapatkan precursor dari anomali magnet bumi. Disarankan untuk masyarakan untuk ikut bersama menjaga dan memanfaatkan keberadaan OBS. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada DPP/SPP tahun 2019 Universitas Mataram yang telah memberi dukungan terhadap pengabdian ini. Serta kepada masyarakat Desa Sade yang telah bersatu padu untuk tetap ikut menjaga OBS. Foto Desa Sade pada gambar 7. DAFTAR PUSTAKA Riza Rahardiawan dan Catur Purwanto Struktur Geologi Laut Flores, Nusa Tenggara Timur. Jurnal Geologi Kelautan Volume 12 edisi April Sarmili Lili, Troa Rainer Arief.2014 Keberadaan Sesar Dan Hubunga Dengan Pembentukan Gunung Bawah Laut Di Busur Belakang Perairan Komba Nusa Tenggara.. Jurnal Geologi Kelautan Volume 12 edisi April Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

252 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Suhardjo, D. dan Nugraheni, F Sustainable Livelihood Commu-nity Development as the Respond of the Earthquake Disaster.En-hancing Disaster Prevention and Mitigation. 1stInternational Confe-rence on Sustainable Built Environ-ment. ISBN Zubaidah T (2010) Spatio-temporal characteristics of the geomagnetic field over the Lombok Island, the Lesser Sunda Islands region : New geological, tectonic, and seismoelectromagnetic insights along the Sunda-Banda Arcs transition. Zubaidah T, Misbahuddin, Kanata B, Paniran, Rosmaliati, Yadnya MS, Riskia S (2018) Earth Magnetic Fields Evolution over Nusa Tenggara Region from Declination and Inclination Changes on Lombok Geomagnetic Observatory, The 2nd International Conference on Applied Electromagnetic Technology (AEMT) 2018, Engineering Faculty of University of Mataram, Lombok. (IEEE Xplore Indexed. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

253 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Pelatihan Identifikasi Tingkat Kerusakan dan Upaya Perbaikan Infrastruktur Pasca Gempa di Desa Sambik Bangkol Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara Suryawan Murtiadi *, Didi S. Agustawijaya, Mudji Wahyudi, Akmaluddin, I Wayan Yasa Program Studi Magister Teknik Sipil, Universitas Mataram, Indonesia Kata Kunci: gempa, pelatihan, identifikasi, perkuatan, infrastruktur Abstrak: Kabupaten Lombok Utara merupakan salah satu wilayah yang memiliki tingkat kegempaan relatif tinggi. Dampak utama dari terjadinya gempa tektonik adalah kerusakan bangunan dan jatuhnya korban jiwa. Pengaruh gempa pada infrastruktur dapat diukur intensitasnya menggunakan skala MMI (Modified Mercalli Intensity) yang terbagi dari skala 1 hingga 12. Skala ini sangat subjektif tergantung jarak pusat gempa terhadap setiap lokasi yang ditinjau. Semakin dekat dengan sumber gempa, skala MMI akan semakin besar yang berarti potensi bahaya akibat gempa akan semakin besar pula. Infrastruktur yang terdampak gempa perlu dievaluasi untuk mengetahui tingkat kerusakannya sehingga metode perbaikan atau perkuatan struktur dapat segera dilaksanakan paska gempa. Program Pengabdian Kepada Masyarakat ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat terhadap tingkat kerusakan infrastruktur akibat gempa. Solusi yang ditawarkan adalah pelatihan bagi masyarakat pedesaan untuk melakukan identifikasi kerusakan infrastruktur bangunan termasuk rumah tinggal, jalan, bangunan keairan, dan bangunan lainnya. Cara-cara perbaikan khususnya kerusakan dengan kriteria ringan sampai sedang diberikan dalam pelatihan ini. Pelatihan juga difokuskan pada pembuatan pasangan dinding, pemasangan kolom praktis serta sloof bangunan. Pengetahuan tentang teknologi rumah tahan gempa juga diperkenalkan dalam forum penyuluhan. Hasil yang diperoleh adalah peningkatan pengetahuan masyarakat Desa Sambik Bangkol terhadap mitigasi bencana termasuk karakteristik gempa, kerusakan bangunan yang ditimbulkan, dan tatacara penyelamatan diri. Pemahaman pengetahuan tentang perbaikan kerusakan infrastruktur akibat gempa juga meningkat, terutama bangunan rumah tinggal sederhana. Pemahaman ini berfokus pada pentingnya ikatan antar komponen struktur bangunan mulai dari fondasi, sloof, kolom, dinding sampai pada konstruksi atap bangunan. Program ini menghasilkan masyarakat yang lebih siap beradaptasi dan lebih tangguh menghadapi bencana gempa. Korespondensi: PENDAHULUAN Kabupaten Lombok Utara berada di Pulau Lombok yang merupakan salah satu wilayah di Indonesia yang memiliki tingkat kegempaan relatif tinggi. Puja (2005) menyampaikan gempa sering terjadi di Pulau Lombok baik yang terekam maupun yang tidak terasa dan tidak terekam. Secara tektonik, Pulau Lombok yang terletak di NTB berada pada wilayah Busur Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

254 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Sunda bagian timur, membentang dari Selat Sunda ke timur hingga Pulau Sumba. Tingginya aktifitas seismik wilayah Pulau Lombok disebabkan karena kawasan ini diapit oleh dua sumber gempa, yaitu mega-thrust di Selatan dan back arc thrust di Utara pulau. Megathrust terbentuk sebagai sesar naik besar akibat tumbukan lempeng Indo-Australia dengan lempeng Erasia; sedangkan di utara Pulau Lombok terbentuk sesar naik di busur belakang. Dampak dari gempa tektonik tersebut adalah kerusakan infrastruktur dan korban jiwa. Dampak kegempaan diukur dengan menggunakan skala Modified Mercalli Intensity (MMI), dengan nilai 1 hingga 12. Lebih lanjut, secara praktis risiko kegempaan bisa ditentukan menggunakan jarak gempa atau kedalaman gempa. Semakin dekat dengan sumber gempa, potensi bahaya gempa akan semakin besar (Guntoro, 2004). Purwono, dkk. (2005) menyampaikan permasalahan gempa bumi dalam bidang konstruksi sangat menekankan pembangunan yang tahan akan beban gempa tersebut. SNI (2002) merujuk pada suatu filosofi konstruksi bangunan tahan gempa yakni apabila gempa kecil bangunan tidak mengalami kerusakan apapun, dan jika gempa sedang komponen non struktur boleh mengalami kerusakan, tetapi komponen strukturnya tidak boleh mengalami kerusakan dan apabila gempa kuat, komponen non struktur maupun komponen strukturnya boleh mengalami kerusakan namun masih sempat memberi kesempatan pada penghuninya untuk menyelamatkan diri. Untuk infrastruktur, dampak bencana gempa tidak memandang fasilitas umum maupun fasilitas milik pribadi (Agustawijaya, 2018). Pada jenis bangunan tertentu misal rumah sakit, kampus, bandara, atau rumah hunian, yang akan menentukan kemampuan bangunan untuk tahan terhadap gempa atau tidak adalah ketahanan strukturnya. Maka, para praktisi konstruksi teknik sipil harus memahami kondisi kegempaan dimana bangunan tersebut akan dibangun, dan jenis bangunan apa yang akan dibangun. Biasanya praktisi muda belum mempunyai pengalaman dan pengetahuan yang memadai akan rekayasa kegempaan dalam pekerjaannya di bidang teknik sipil. Asrurifak, dkk. (2010) menyatakan diperlukannya induksi untuk mempercepat pemahaman tentang rekayasa gempa dalam bidang teknik sipil. Infrastruktur yang telah mengalami kerusakan pasca gempa perlu segera dievaluasi untuk mengetahui penyebab kerusakan, elemen-elemen struktur yang mengalami kegagalan dan metode perbaikan atau perkuatan struktur. Metode perkuatan struktur seperti penyelubungan (jacketing) dengan bahan baja, baja spiral, beton atau komposit. Penambahan tulangan luar dilakukan dengan bahan steel strap/plate dan tulangan sengkang, Penulangan luar berupa pelat baja, injeksi epoksi, dan metode perkuatan dengan menggunakan Fiber Reinforced Polymer. Pawirodikromo (2012) menyatakan koefisien gempa sangat dipengaruhi oleh kondisi geologi setempat. Rambatan gempa bergetar secara horizontal pada batuan keras pada jarak yang jauh dari pusat gempa, kemudian merambat secara vertikal ke tanah lunak yang ada di atasnya untuk disampaikan ke permukaan. Rambatan ini dipengaruhi oleh ketebalan batuan dan struktur geologinya. Kerusakan yang ditimbulkan oleh adanya gempa, misalnya pada bangunan, diantaranya terjadi kerusakan pada sambungan dan retakan pada dinding (Gambar 1). Besarnya kerusakan ini tergantung pada percepatan rambatan, lamanya pergerakan, frekuensi pergerakan dan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

255 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat karakteristik struktur (Daniel dan Ada, 1995). Penyebab kerusakan ini adalah momen inersia oleh pergetaran permukaan, tenaga induksi dari gempa, perubahan sifat fisik tanah pondasi, pergeseran langsung dari sesar yang terjadi, longsor, tsunami, dan perubahan elevasi akibat tektonik. Kerusakan paling parah yang menyebabkan banyak korban adalah kerusakan akibat pergetaran pemukaan (Natawijaya, 2005). Gambar 1. Kerusakan pada gedung akibat gempa Aceh tahun 2004 METODE KEGIATAN Dalam melaksanakan pelatihan identifikasi ini, dan untuk mendapatkan hasil yang sesuai dengan target yang diinginkan, penetapan metode pelaksanaan menjadi sangat penting sehingga pelaksanaan kegiatan menjadi mudah dan tepat sasaran. Kegiatan yang dilakukan yaitu: 1. Pengenalan kegempaan di Pulau Lombok 2. Pengenalan tingkat-tingkat keruskan infrastruktur akibat gempa 3. Tata cara perbaikan kerusakan infrastruktur 4. Pengenalan bangunan tahan gempa 5. Tinjauan dan identifikasi kerusakan infrastruktur akibat gempa 6. Metode perbaikan infrastruktur akibat gempa. Lokasi pelaksanaan pelatihan identifikasi kerusakan infrastruktur akan dilaksanakan di Desa Sambik Bangkol Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Barat. Pelaksanaan pelatihan dilakukan di Kantor Kepala Desa Sambik Bangkol dan beberapa dusun untuk identifikasi kerusakaan bangunan pasca gempa. Peta lokasi kegiatan pelaksanaan penelitian dapat dilihat pada Gambar 2. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

256 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Introduksi Gambaran Iptek Gambar 2. Peta lokasi pelaksanaan pelatihan HASIL DAN PEMBAHASAN Gempa menyebabkan terjadinya kerusakan infrastruktur. Infrastruktur yang terdampak gempa berupa rumah tinggal, bangunan pemerintah, fasilitas umum, jalan, jembatan dan bangunan keairan. Kriteria tingkat kerusakan infrastruktur dapat dikelompokkan menjadi tiga kondisi, yaitu: rusak ringan, sedang dan berat. Pada saat ini, kemampuan masyarakat dalam melakukan identifikasi kerusakan infrastruktur rata-rata masih sangat rendah. Oleh sebab itu, upaya perbaikan yang sudah dilakukan masyarakat juga sangatlah terbatas. Dalam upaya meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap kerusakan bangunan infrastruktur pada kegiatan ini dilakukan transfer pengetahuan dan teknologi kepada masyarakat. Transfer pengetahuan ini mengenai tingkat-tingkat kerusakan infrastruktur dan upaya perbaikan khususnya bangunan dengan tingkat kerusakan ringan dan sedang. Gambaran rencana iptek yang telah diperkenalkan kepada masyarakat pada program ini adalah: 1. Pengenalan tingkat kerusakan bangunan 2. Metode identifikasi kerusakan bangunan 3. Langkah perbaikan kerusakan bangunan Melalui program Pengabdian Kepada Masyarakat ini, identifikasi tingkat kerusakan bangunan dan tindakan yang harus dilakukan oleh masyarakat disajikan pada Gambar 3 (a) dan (b) di bawah ini (Boen, 2016). Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

257 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat (a) (b) Gambar 10 (a) dan (b) Identifikasi tingkat kerusakan bangunan dan tindakan yang dilakukan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

258 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Evaluasi Kegiatan Berdasarkan catatan dari hasil diskusi dan tanya jawab pada kegiatan ini, beberapa hal penting yang diperlukan untuk pemahaman masyarakat terkait perbaikan infrastruktur dapat disarikan sebagai berikut: 1. Kualitas suatu bangunan secara internal sangat dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: ketrampilan tukang, mutu bahan dan kelengkapan peralatan. Ketiga faktor ini harus diperhatikan karena saling berkaitan. Pengabaian salah satu faktor saja akan mengakibatkan turunnya kekokohan bangunan secara signifikan. 2. Penambahan perkuatan pada elemen struktur tahan gempa akan menambah biaya sekitar 15% dari biaya pembangunan biasa. Dari hasil diskusi juga diperoleh saran dari beberapa tokoh masyarakat yang sangat tertarik dengan kegiatan ini. Saran mereka adalah agar kegiatan penyuluhan dan pelatihan seperti ini lebih sering dilakukan karena bermanfaat bagi warga yang terdampak gempa. Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Dari pelaksanaan program Pengabdian Kepada Masyarakat di Desa Sambik Bangkol ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan kegiatan, baik penyuluhan maupun pelatihan identifikasi tingkat kerusakan dan upaya perbaikan infrastruktur pasca gempa di Desa Sambik Bangkol Kecamatan Gangga Kabupaten Lombok Utara, berjalan dengan lancar sesuai harapan. 2. Terjadi dialog interaktif antara peserta dan pelaksana penyuluhan dan pelatihan. Peserta sangat bersemangat untuk segera mempraktekkan cara perbaikan bangunan pasca gempa. Realisasi perbaikan infrastruktur pasca gempa mampu memberikan manfaat kepada masyarakat Desa Sambik Bangkol dan diharapkan pengetahuan ini dapat ditularkan pada masyarakat di lokasi lain yang terdampak gempa. Saran Saran yang dapat disampaikan setelah berhasilnya pelaksanaan pengabdian ini adalah sebagai berikut: 1. Dengan memberikan penjelasan selama kegiatan dan pada saat tanya jawab, dapat diketahui bahwa masih diperlukan penjelasan kepada masyarakat lebih luas/menyeluruh untuk mengantisipasi hal-hal yang berhubungan dengan perbaikan infrastruktur pasca gempa. 2. Disarankan agar kegiatan yang serupa lebih sering dilakukan karena sangat bermanfaat bagi warga terutama di kawasan permukiman yang berpotensi terdampak gempa. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM) Universitas Mataram atas dukungan finansial terhadap kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

259 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat DAFTAR PUSTAKA Agustawijaya, D.S., Geologi Teknik, Penerbit Andi, Yogyakarta. Asrurifak, M., Irsyam, M., Budiono, B., Triyoso, W., Hendriyawan, Development of Spectral Hazard Map for Indonesia with a Return Period of 2500 Years using Probabilistic Method, Civil Engineering Dimension, Vol. 12, No. 1, March 2010, Boen, T., Belajar dari Kerusakan Akibat Gempa Bumi: Bangunan Tembokan Nir- Rekayasa di Indonesia, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Daniel, F., Ada, L., Earthquake Engineering and Earthquake-Resistant Design, Department of Civil Engineering, Illinois Institute of Technology. Guntoro, A., The relationship between tectonic development of Central Indonesian region and collision of Banggai Sula microcontinent to the East Sulawesi, Jurnal Teknologi Mineral (JTM), Vol. XI No. 1/2004, pp Hoek, E., Bray, J.A., Rock Slope Engineering, Chapman & Hall, London. Natawidjaja, D.H., Gempabumi dan tsunami Aceh-Sumut, 26 Desember 2004: Memahami proses alam, mengatasi dampak, dan mengantisipasi bencana alam di masa depan, Seminar Nasional Gempabumi dan Tsunami (Potensi dan Mitigasi), IAGI, Mataram, 19 Februari Pawirodikromo, W., Seismologi Teknik & Rekayasa Kegempaan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta. Puja, I.P., Informasi monitoring gempabumi dan tsunami, Seminar Nasional Gempabumi dan Tsunami (Potensi dan Mitigasi), IAGI, Mataram, 19 Februari Purwono, R., Subakti, A., Wimbadi, I., Irmawan, M., Perencanaan Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa, ITS Press, Surabaya. SNI, Standar Nasional Indonesia SNI , Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Bangunan Gedung. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

260 Penyuluhan Hukum Tentang Perbandingan Sistem Kredit Pada Bank Konvensional Dengan Pembiayaan Bank Syariah Muhaimin*, Sumiati, M. Sood Program Studi Hukum Bisnis, Universitas Mataram Kata Kunci: bank syari ah, kredit, pembiayaan Abstrak: Keberadaan perbankan syariah sebagai bagian dari dual banking system, memiliki makna yang penting dalam menunjang kegiatan bisnis perbankan. Perkembangan perbankan syariah cukup pesat dan diminati oleh masyarakat, namun belum banyak dipahami secara baik dan benar, terlebih setelah adanya UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Hal ini berimplikasi terhadap eksistensi perbankan syari ah di masyarakat. Tujuan kegiatan ini untuk mensosialisasikan keberadaan Perbankan Syariah khususnya dalam kegiatan pembiayaan sebagai bagian dari penerapan prinsip syariah dalam perbankan. Metode yang digunakan dalam kegiatan ini adalah metode penyuluhan dalam bentuk ceramah dan diskusi terfokus serta konsultasi langsung dengan masyarakat di Kecamatan Jonggat. Pelaksanaan kegiatan pengabdian dilakukan pada tanggal 14 Agustus 2019 bertempat di Aula Desa Puyung Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah. Kegiatan ini diikuti oleh 50 orang peserta yang terdiri dari aparat pemerintah, tokoh masyarakat, para pedagang, ibu rumah tangga, tokoh pemuda dan remaja serta masyarakat. Adapun hasil kegiatan ini sangat bermanfaat untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang pentingnya pembiayaan bagi hasil dan keuntungan yang diperoleh dengan menggunakan pembiayaan bagi hasil dibandingkan dengan sistem pinjaman kredit berbunga yang berlaku dalam bank konvensional. Dan secara umum keberadaan perbankan syariah belum banyak diketahui dan diminati oleh masyarakat di Kecamatan Jonggat karena ketidaktahuan masyarakat dan terbatasnya sosialisasi oleh pemerintah, perguruan tinggi dan dunia usaha tentang perbankan syariah. Korespondensi: PENDAHULUAN Secara umum permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat di lokasi penyuluhan hukum yang akan dilakukan di Kecamatan Jonggat diantaranya; masih banyak masyarakat yang belum mengetahui, memahami dan mengerti tentang aspek hukum yang terkait dengan perbankan khususnya perbankan syariah, terlebih lagi dengan berlakunya Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan dan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, masih ada masyarakat yang belum mengetahui keberadaan bank syariah. Di samping itu, masyarakat belum mengetahui cara mendapatkan pembiayaan di Bank Syariah, masyarakat masih menyamakan antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional. Hal inilah yang menjadi urgensi Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

261 dilaksanakan penyuluhan hukum ini dilakukan sebagai bentuk pelaksanaan tridharma perguruan tinggi yakni pengabdian kepada masyarakat. Sistem hukum perbankan yang dijalankan di Indonesia dewasa ini menggunakan dual banking system, yaitu perbankan konvensional dan perbankan syari ah. Fakta ini menunjukkan bahwa sistem perbankan yang menjalankan bisnis di Indonesia tidak hanya perbankan konvensional tetapi juga perbankan syari ah sebagai akibat dari adanya kebutuhan akan pentingnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan nasional khususnya dalam bidang ekonomi dan perbankan. Keberadaan perbankan syari ah sebagai bagian dari dual insurance system masih banyak permasalahan hukum yang terjadi yang dapat berimplikasi secara hukum terhadap keberadaan bisnis perbankan syari ah dan masih banyak masyarakat yang belum mengetahui dan memahami kegiatan dan prinsip operasional dan jenis pembiayaan di perbankan syariah. Kegiatan penyuluhan ini sangat penting untuk dilakukan mengingat masyarakat lombok khususnya di Kecamatan Jonggat mayoritas beragama Islam, sehingga dalam aktifitasnya harus sesuai dengan prinsip syariah, termasuk dalam hal pinjam-meminjam. Kehadiran perbankan syariah menjadi salah satu alternatif solusi untuk membantu masyarakat terbebas dari sistem ribawi dan rentenir yang beredar di masyarakat. Secara umum, kondisi masyarakat di Kecamatan Jonggat hampir semuanya meminjam dengan menggunakan kredit di perbankan konvensional atau lembaga finance lainnya, di samping itu dengan peminjaman uang pada orang-perorang yang ada di sekitar rumahnya, yang kesemuanya menggunakan sistem kredit berbunga. Padahal sistem bunga tidak sesuai dengan Prinsip Syariah yang dianut oleh mayoritas masyarakat di Kecamatan Jonggat. Oleh karenanya keberadaan perbankan syariah menjadi angin segar bagi masyarakat untuk menggunakan sistem perbankan syariah dengan sistem pembiayaan bagi hasil (mudharabah) atau profit and loss sharing, kerjasama kemitraan (musyarakah), jual beli (murabahah), pinjaman kebajikan (qardh), dan lain-lain, yang diharapkan dengan hadirnya perbankan syariah ini akan membawa keadilan dan kedamaian yang akan membawa kesejahteraan serta kebaikan masyarakat baik di dunia maupun di akhirat dengan rejeki yang halalan thoiyiban. Kegiatan penyuluhan hukum ini merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat terutama aparat kecamatan dan kepala desa serta stafnya, kepala dusun, tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh pemuda, ibu PKK agar mampu menyampaikan dan melakukan upaya pemahaman hukum sehingga mampu menjadi sumber informasi yang baik dan akurat bagi masyarakat. Dengan demikian, maka aparat kecamatan dan desa sangat menentukan dalam memberikan pemahaman kepada anggota masyarakat tentang pembiayaan yang ada di Perbankan Syari ah sebagai instrumen untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Adapun tujuan dari kegiatan penyuluhan hukum ini yakni: melakukan sosialisasi/diseminasi terhadap Peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang perbankan syari ah, khususnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun Dan secara khusus untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman ummat Islam terhadap hukum yaitu Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

262 khususnya hukum tentang pembiayaan di perbankan syari ah dan perbedaannya dengan kredit bank konvensional, agar masyarakat di Kecamatan Jonggat dapat menjadi nasabah perbankan syari ah. Kegiatan ini diharapkan bermanfaat bagi ummat Islam di Kecamatan Jonggat sebagai sasaran kegiatan penyuluhan hukum, sehingga dengan meningkatnya pengetahuan masyarakat terhadap hukum dan pembiayaan perbankan syariah, maka akan mempengaruhi peningkatan kesadaran hukum masyarakat terhadap hukum terutama hukum perbankan syari ah. Di samping itu, masyarakat dapat melakukan peminjaman (pembiayaan) yang sesuai dengan prinsip syariat yang dianut oleh masyarakat. Oleh karena itu, manfaat kegiatan ini diharapkan untuk dapat: a. Mendiseminasikan hasil penelitian tentang Perbankan syari ah dan pengaturannya menurut hukum positif Indonesia. b. Memperkaya bahan ajar dalam pengajaran Hukum Lembaga Keuangan, Hukum Ekonomi Syariah, Hukum Perbankan dan Lembaga Pembiayaan. c. Membantu masyarakat khususnya di Kecamatan Jonggat untuk memahami pembiayaan di perbankan syariah. METODE KEGIATAN Berdasarkan karakteristik masyarakat sasaran penyuluhan hukum, pemecahan masalah/solusi yang dapat dilakukan yakni melalui pendekatan kultural dan struktural. Pendekatan kulturan yakni melakukan kerjasama dengan pemimpin informal masyarakat, melakukan tatap muka dengan anggota masayarakat. Pendekatan struktural, yakni melakukan kerjasama dengan dengan aparat pemimpin formal ditingkat dusun, desa dan kecamatan untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang prinsip, kegiatan dan pembiayaan di perbankan syariah. Metode pendekatan pelaksanaan kegiatan dalam penyuluhan hukum adalah ceramah atau diskusi terfokus yang disampaikan oleh tim penyuluh dihadapan masyarakat sebagai peserta penyuluhan yang bertempat di Aula Kantor Desa Puyung. Setelah ceramah dilanjutkan dengan diskusi terfokus (tanya jawab). Apabila dalam diskusi terfokus (tanya jawab) ini terdapat kasus-kasus yang tidak dapat dijawab dalam forum tersebut, maka terhadap kasus tertentu dapat dilanjutkan dengan kegiatan klinik (konsultasi) langsung pada hari kegiatan atau pada hari lain melalui telepon atau sarana lainnya. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dan penguasaan materi hukum dari para peserta yang mengikuti kegiatan penyuluhan hukum ini akan digunakan kegiatan tanya jawab secara lisan diajukan kepada peserta. Apabila para peserta dapat menjawab dari setiap pertanyaan yang diajukan oleh tim, maka tingkat penguasaan peserta dapat dianggap telah menguasai materi yang telah disampaikan dalam acara penyuluhan hukum, dan apabila ada sebagian dari peserta yang tidak dapat menjawab dengan baik, maka tiem penyuluh akan menjelaskan kembali hingga peserta tersebut dapat mengerti semua materi penyuluhan. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

263 HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil evaluasi kegiatan penyuluhan hukum yang dilakukan oleh tim penyuluh setelah kegiatan penyuluhan selesai dilaksanakan diperoleh hasil sebagai berikut: a. Pada awalnya masyarakat di Kecamatan Jonggat belum banyak yang mengetahui tentang kegiatan perbankan syariah terutama jenis pembiayaan yang ada di perbankan syariah, dan masyarakat masih menyamakan antara kredit di bank konvensional dengan pembiayaan di perbankan syariah. b. Setelah kegiatan penyuluhan hukum dilakukan, dengan penyampaian materi dan dilanjutkan dengan diskusi atau tanya jawab dengan peserta, maka diperoleh hasil secara umum masyarakat dapat mengerti, memahami serta mampu membedakan antara kredit pada bank konvensional dengan pembiayaan di perbankan syariah. c. Masyarakat di Kecamatan Jonggat ingin mendapatkan pembiayaan dengan pola bagi hasil (mudharabah dan musyarakah), pembiayaan jual beli (murabahah), pembiayaan sewa (ijarah) dan pembiayaan pinjaman sosial (qardh) dari perbakan syariah. d. Kegiatan ini dilaksanakan pada saat sedang berlangsungnya renovasi Kantor Kecamatan Jonggat, sehingga kegiatan penyuluhan tidak dapat dilaksanakan di Kantor Kecamatan, tetapi dipindah ke Aula Kantor Desa Puyung, di samping itu adanya keterbatasan waktu dalam kegiatan penyuluhan, maka secara teknis perlu dilakukan kegiatan pendampingan dan klinik hukum secara khusus kepada aparat kecamatan dan desa, pengelola usaha, Ibu PKK, Pengurus Koperasi dan kelompok masyarakat masyarakat yang membutuhkan pembiayaan di perbankan syariah. Faktor Pendorong dan Penghambat Kegiatan adalah sebagai berikut: a. Faktor Pendorong Faktor pendorong dalam kegiatan penyuluhan hukum tentang pembiayaan bagi hasil perbankan syariah ini dapat berjalan dengan lancar tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, terutama pihak Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Mataram, Program Studi Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Mataram, aparatur pemerintah Kecamatan Jonggat, aparat Desa Puyung, yang telah menyediakan fasilitas yang memadai dalam kegiatan penyuluhan termasuk mengundang kepala dusun, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, pedagang, ibu PKK dan kelompok masyarakat serta masyarakat untuk hadir dalam kegiatan penyuluhan hukum yang dilakukan oleh tim penyuluhan hukum dari Fakultas Hukum Universitas Mataram. b. Faktor Penghambat. Adapun faktor penghambat dalam kegiatan penyuluhan hukum ini adalah masih terbatasnya kemampuan peserta dalam mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan pembiayaan pembiayaan di perbankan syariah, tetapi yang banyak ditanyakan adalah permasalahan hukum bunga bank dan perbedaan bank syariah dengan bank konvensional serta kelebihan atau keuntungan kalau mendapatkan pembiayaan dari bank syariah. Di samping itu, adanya kesulitan dalam melakukan penyesuaian waktu dengan masyarakat, karena kesibukan masyarakat dalam bekerja dan mencari penghasilan pencaharian sehari-hari. Beberapa Gambar dan Foto Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan diantaranya: Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

264 (a) (b) (c) Gambar 1. Dokumentasi kegiatan pengabdian kepada masyarakat; (a) Penyampaian Materi Oleh Tim Penyuluh; (b) Suasana Peserta pada saat Penyampaian Materi oleh Tim Penyuluh; (c) Suasana Peserta pada Saat Penyampaian Materi oleh Tim Penyuluh; KESIMPULAN DAN SARAN Bank Syariah memiliki jenis pembiayaan yang beragam dibandingkan kredit di bank konvensional diantaranya pembiayaan bagi hasil (mudharabah dan musyarakah), pembiayaan jual beli (murabahah), pembiayaan sewa (ijarah) dan pembiayaan pinjaman sosial (qardh). Keberadaan pembiayaan bank syariah belum banyak diketahui oleh masyarakat di Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah, padahal masyarakat sangat senang dan menerima dengan baik sistem pembiayaan perbankan syariah karena sesuai dengan keyakinan masyarakat yang sebagian besar beragama Islam, sehingga masyarakat di Kecamatan Jonggat ingin menerapkan pembiayaan kegiatan usahanya dari Bank Syariah. Diharapkan kedepan kegiatan sosialisasi dan konsultasi tentang pembiayaan perbankan syariah harus terus dilakukan agar masyarakat dapat memahami dan melaksanakan kegiatan pembiayaan perbankan syariah sebagai alternatif pembiayaan dan dapat menjadi pengganti sistem kredit yang selama ini diterapkan dalam masyarakat di Kecamatan Jonggat. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

265 UCAPAN TERIMA KASIH Terima kasih disampaikan kepada Universitas Mataram yang telah mendanai kegiatan ini, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat Universitas Mataram, Program Studi Magister Keotariatan Fakultas Hukum Universitas Mataram. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Camat Jonggat dan Kepala Desa Puyung beserta stafnya serta masyarakat di Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah yang telah memfasilitasi kegiatan ini dan bersedia hadir dalam kegiatan penyuluhan hokum sehingga terlaksana dengan baik dan lancar. DAFTAR PUSTAKA Dewan Syariah Nasional. Himpunan Fatwa Dewan Syariah Nasional. Edisi Kedua. Jakarta: DSN-MUI, Dewi, Gemala, 2004, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syari ah Di Indonesia, Kencana, Jakarta. Indonesia, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan, LN Nomor 182 Tahun TLN Nomor Indonesia, Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, LN Nomor 94 Tahun 2008.TLN Nomor Indonesia, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/24/PBI/2004 tentang Bank Umum Yang Melaksanakan Kegiatan Usaha Berdasarkan Prinsip Syariah. Remy Syahdeini, Sutan, 1999, Perbankan Islam Dan Kedudukannya Dalam Tata Hukum Perbankan Indonesia, Pustaka Utama Grafiti, Jakarta. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

266 Pelatihan Pemanfaatan Sampah Anorganik Menjadi Produk Daur Ulang Bagi Ibu Rumah Tangga Di Desa Sokong Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara Siti Nurmayanti*, Dwi Putra Buana Sakti, Junaidi Sagir Program Studi Manajemen, Universias Mataram Kata Kunci: 3R, anorganik, pelatihan, pengelolaan sampah Abstrak: Seiring berkembangnya sebuah kota, maka berdampak pada bertambanhnya timbunan sampah terutama sampah yang berasal dari kegiatan rumah tangga. Masalah sampah adalah masalah yang tidak akan habis. Sampah sering dianggap sebagai sesuatu yang menjengkelkan, kotor, bau, sulit terurai, mengganggu pemandangan, mengganggu kesehatan dan bahkan menyebabkan banjir. Peran masyarakat terutama ibu rumah tangga masih terbatas pada pengumpulan dan pembuangan sampah saja. Diperlukan usaha yang lebih intensif dan berkelanjutan untuk menggugah kesadaran dan kepedulian ibu rumah tangga terhadap pengelolaan sampah di lingkungannya. Pengenalan dan penerapan prinsip 3R (Reduce, Reuse, Recycle) atau pengurangan, penggunaan kembali dan mendaur ulang sampah, merupakan salah satu cara pendekatan sumber dalam pengelolaan sampah. Dengan konsep ini ibu rumah tangga tidak hanya membuang sampah tapi sekaligus memanfaatkannya dan dapat mempunyai nilai tambah secara ekonomi. Tujuan yang ingin dicapai dari kegiatan ini adalah memberikan pemahaman yang baik tentang konsep 3R disertai dengan pelatihan untuk memberikan ketrampilan berupa kemampuan membuat produk daur ulang bernilai ekonomis dari bahan sampah anorganik bagi ibu rumah tangga di Desa Sokong Kecamatan Tanjung. Metode yang diterapkan dalam kegiatan ini adalah pelatihan dan praktik langsung. Dalam pelatihan ini diberikan beberapa kegiatan yang meliputi presentasi materi dan praktik membuat produk daur ulang dari sampah anorganik oleh instruktur yang berpengalaman di bidangnya. Output dari kegiatan pengabdian masyarakat ini ibu rumah tangga di desa Sokong Kecamatan Tanjung mendapatkan ketrampilan untuk memanfaatkan sampah anorganik untuk dijadikan produk daur ulang yang bernilai ekonomis. Korespondensi: PENDAHULUAN Sampah merupakan salah satu permasalahan lingkungan yang memerlukan perhatian serius. Sampah adalah bahan yang terbuang atau dibuang dari sumber hasil aktivitas manusia maupun proses alam yang belum memiliki nilai ekonomis. Sampah yang dibuang ke lingkungan dapat menjadi beban bagi lingkungan. Dampak sampah terhadap manusia dan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

267 lingkungan dapat dikategorikan dalam tiga aspek yaitu dampak terhadap kesehatan, lingkungan, dan dampak secara sosial ekonomi (Gelbert, Prihanto, Suprihatin, 1996). Dampak pada sosial ekonomi akan memberikan efek positif terhadap pendapatan masyarakat, maka perlu penanganan dan keseriusan terkait dengan masalah tersebut. Pengolahan sampah anorganik yang dihasilkan akibat aktivitas rumah tangga seperti bahan plastik akan diolah menjadi kerajinaan tangan yang dapat menghasilkan pendapatan ekonomi masyarakat. Pengolahan sampah anorganik menjadi kerajinan tangan, dapat dikelola menjadi bahan yang bermanfaat seperti tas, bunga, piring, tempat tissue dan lain sebagainya. Hal ini akan lebih bernilai ekonomis dan lebih menguntungkan. Terdapat beberapa jenis sampah anorganik atau sampah yang dapat digunakan sebagai kerajinan tangan diantaranya adalah plastik, botol plastik, gelas plastik, pembungkus deterjen cair, pembungkus permen dan bahan plastik lainnya. Bila sampah plastik ini diolah menjadi kerajinan, sampah tersebut dapat menghasilkan berbagai macam kerajinan. Dengan demikian nilai tambah yang diperoleh akan lebih tinggi sekaligus dapat memecahkan masalah pengangguran, pencemaran lingkungan dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Peran serta ibu rumah tangga cukup besar dan penting artinya dalam peningkatan efisiensi pengelolaan persampahan, mengingat peran perempuan yang mempunyai tugas domestik (Suparmini, Setyawati, Sumunar, Khotimah, 2014). Ibu rumah tangga di Desa Sokong Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara juga merupakan bagian dari masyarakat yang menghasilkan sampah rumah tangga setiap hari. Sampah rumah tangga sebagian besar merupakan bahan organik di samping sampah anorganik. Sampah organik misalnya sampah yang dihasilkan dari kegiatan dapur rumah tangga seperti sisa sayuran, kulit telur, dan kulit buah. Sementara sampah anorganik rumah tangga berupa gelas plastik, botol plastik, tas plastik (keresek), bungkus deterjen, bungkus kopi dan lain-lain. Adanya kepedulian dari ibu rumah tangga untuk meminimalkan sampah rumah tangga tentunya sangat membantu mengurangi timbunan sampah keseluruhan yang masuk di lingkungan (Suparmini, at al, 2014). Upaya meminimalkan sampah dapat dilakukan dengan 3R, meliputi reduce (mengurangi), reuse (memakai ulang), dan recycle (daur ulang). Upaya tersebut dilandasi pemikiran bahwa setiap orang berhak atas lingkungan yang layak dan nyaman, sehingga setiap orang wajib menjaga kenyamanan lingkungan, tanpa kecuali. Pelatihan pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang bagi ibu rumah tangga dalam rangka meminimalkan sampah rumah tangga tentunya akan sangat bermanfaat, apalagi jika sampah yang telah didaur ulang menjadi aneka kreasi unik dan cantik dapat memiliki manfaat tertentu dan bernilai ekonomi sehingga dapat menambah penghasilan keluarga (Suparmini, at al, 2014). Pelatihan mengenai pengelolaan sampah anorganik menjadi produk daur ulang yang bernilai ekonomis telah banyak dilakukan oleh tim pengabdi. Seperti yang dilakukan oleh Fatoni et.al., (2017) yang melakukan pengabdian pada masyarakat Kelurahan Wonosari Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang mengenai pendayagunaan sampah menjadi produk kerajinan. Demikian juga Suparmi, et al (2014) melakukan pengabdian masyarakat pada ibu rumah tangga dan remaja putri di desa Trimulyo Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul mengenai pelatihan pengelolaan sampah anorganik menjadi aneka kreasi daur ulang yang dapat menambah penghasilan keluarga. Sementara Henuhili, Aminatun, Suhartini, Arisuciati, Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

268 Marlina dan Asmoro (2009) melakukan pengabdian terkait pemberdayaan ibu-ibu rumah tangga dalam memanfaatkan sampah anorganik menjadi barang kerajinan yang bernilai ekonomi untuk menambah pendapatan keluarga. Usaha untuk memanfaatkan sampah anorganik sebagai produk daur ulang yang dihasilkan oleh ibu rumah tangga kurang diketahui di Kabupaten Lombok Utara khususnya di Desa Sokong Kecamatan Tanjung. Analisis permasalahan yang dijumpai di Desa Sokong adalah: (1) ibu rumah tangga di Desa Sokong belum memahami cara memilah sampah organik dan anorganik sebagai kunci pengolahan sampah berdasarkan konsep 3R; (2) ibu rumah tangga di Desa Sokong belum mengetahui pemanfaatan sampah bahan plastik untuk membuat produk daur ulang yang bernilai ekonomis. Melihat permasalahan di atas maka yang harus dilakukan adalah memberikan sentuhan ilmu atau teknologi untuk pemanfaatan sampah anorganik seperti sampah plastik, kepada masyarakat khususnya ibu rumah yang berada di desa Sokong Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara. Berdasarkan rumusan masalah tersebut di atas, tujuan yang akan dicapai dari kegiatan pelatihan ini adalah: 1. Untuk mengetahui konsep 3R bagi ibu rumah tangga di desa Sokong Kecamatan Tanjung dalam memilah sampah organik dan anorganik. 2. Untuk memberikan pelatihan pemanfaatan sampah anorganik (plastik) menjadi produk daur ulang yang berguna bernilai ekonomis. Manfaat kegiatan pelatihan pemanfaatan sampah anorganik menjadi produk daur ulang bagi ibu rumah tangga di Desa Sokong Kecamatan Tanjung adalah sebagai berikut: a. Bagi Peserta Pelatihan Adanya kegiatan pelatihan ini diharapkan bermanfaat dalam mewujudkan tujuan pengabdian masyarakat yakni ibu rumah tangga di desa Sokong Kecamatan Tanjung memahami konsep 3R dalam memilah sampah organik dan anorganik, serta mampu memanfaatkan sampah anorganik (plastik) menjadi produk-produk daur ulang yang bernilai ekonomis b. Bagi pelaksana kegiatan Sejalan dengan salah satu tri darma perguruan tinggi, memberikan sumbangan pengetahuan sebagai langkah nyata dalam rangka pengabdian masyarakat di desa. Sasaran kegiatan ini adalah ibu-ibu rumah tangga di desa Sokong Kecamatan Tanjung khususnya ibu-ibu rumah tangga di Dusun Prawira Desa Sokong Kecamatan Tanjung sebanyak 19 orang. Alasan dipilihnya ibu-ibu rumah tangga di wilayah ini sebagai objek pelatihan karena berdasarkan observasi dan wawancara sebelumnya diperoleh informasi bahwa ibu-ibu rumah tangga ini tidak pernah memperoleh pelatihan terkait daur ulang sampah serta di siang hari hingga sore hari mereka masih memiliki waktu luang, sehingga hal ini dirasa oleh tim pengabdian adalah tepat sasaran sebagai objek dan peserta pelatihan. METODE KEGIATAN Metode yang diterapkan dalam kegiatan ini adalah pelatihan dan praktek langsung. Beberapa kegiatan yang diberikan meliputi penyajian materi dan praktek pembuatan produk Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

269 daur ulang sampah oleh instruktur yang berpengalaman di bidang ini. Adapun langkah-langkah dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini mencakup beberapa tahapan berikut: 1. Persiapan Beberapa hal dilakukan oleh tim pelaksana dalam tahap persiapan ini yaitu mempersiapkan tenaga instruktur. Instruktur yang dipilih adalah instruktur yang memiliki keahlian di bidang produk daur ulang sampah plastik sebanyak satu orang. Kemudian menentukan tempat pelaksanaan pengabdian masyarakat, yakni bertempat di salah satu rumah warga di Dusun Prawira Desa Sokong dengan mengetahui ketua RT setempat. Selanjutnya menentukan dan merekrut peserta pelatihan. Terkumpul 19 ibu rumah tangga dan remaja putri yang terlibat dalam kegiatan pelatihan ini. Tahap persiapan juga dilakukan dengan mempersiapkan lembar absensi sebagai bukti kehadiran peserta, persiapan konsumsi, persiapan alat dan bahan serta dokumentasi. 2. Pelaksanaan Pelatihan Kemudian pelaksanaan pelatihan dilakukan dengan metode ceramah yang dimulai dengan menyampaikan materi secara lisan tentang pengelolaan sampah yang dimulai dari penyuluhan tentang pemilahan sampah organik dan anorganik, dilanjutkan dengan materi tentang konsep 3R untuk mengunggah kesadaran ibu rumah tangga untuk berpartisipasi dalam pengelolaan sampah secara mandiri. Kemudian disajikan materi terkait pemanfaatan sampah plastik menjadi produk daur ulang yang bernilai ekonomis, pengenalan alat yang digunakan berupa gunting, jarum dan benang jahit, tali pancing, korek api, limbah plastik seperti gelas plastik, bungkus rinso, bungkus molto, bungkus kopi dan lain-lain. Selanjutnya praktek pembuatan produk daur ulang sampah. Pada saat praktek, ibu-ibu peserta pelatihan di latih untuk membuat piring inke berbahan dasar plastik dari sampah gelas minuman air dalam kemasan. Diskusi juga dilakukan agar ibu rumah tangga lebih memahami materi yang diberikan serta memberikan kesempatan kepada mereka untuk lebih aktif terlibat. 3. Penutupan Pelatihan Saat akhir kegiatan pelatihan, peserta dan tim pelaksana melakukan penilaian hasil pelatihan dan para peserta juga memberikan evaluasi akan pelatihan ini. Setelah semua kegiatan yang telah direncanakan terlaksana, ketua tim Pengabdian menutup program dan memberikan pesan kepada segenap peserta pelatihan untuk menerapkan apa yang telah didapatkan untuk memperkaya pembelajaran terkait pengelolaan sampah. HASIL DAN PEMBAHASAN Target yang ingin dicapai melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah (i) ibu rumah tangga di Desa Sokong mampu menerapkan konsep 3R dalam mengelola sampah, dan (ii) ibu rumah tangga di Desa Sokong mampu menghasilkan produk daur ulang yang bernilai ekonomis berbahan baku sampah anorganik. Sehingga luaran kegiatan yang diharapkan adalah dihasilkannya produk daur ulang berbahan baku sampah anorganik yang bernilai ekonomis. Selanjutnya hasil pengabdian masyarakat ini dapat di muat dalam jurnal internal kampus atau pada jurnal lainnya. Evaluasi kegiatan pengabdian masyarakat ini dilakukan dengan melihat proses yang berlangsung. Peserta pelatihan sangat antusias mengikuti tahapan-tahapan pelatihan dari awal Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

270 sampai akhir acara pelatihan. Hal ini ditunjukkan dengan antusiasme dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada instruktur, ketika peserta pelatihan belum memahami contoh yang diberikan oleh instruktur. Peserta pelatihan juga dengan serius mengerjakan tugas praktik yang diberikan dalam hal ini membuat piring inke berbahan dasar plastik dari sampah gelas minuman air dalam kemasan. Selanjutnya dilakukan evaluasi terhadap hasil praktik dari peserta, dengan cara memeriksa hasil pembuatan piring inke. Hasilnya menunjukkan bahwa peserta harus lebih giat lagi berlatih. Hal ini wajar karena baru tahap permulaan dalam pelatihan. Di akhir kegiatan, tim pengabdian meminta masukan dari peserta pelatihan. Sebagian besar peserta menginginkan program pelatihan ini berlanjut karena selain untuk mengisi waktu kosong di sela-sela kegiatan mengurus keluarga, juga membuka peluang untuk menambah pendapatan keluarga. Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini telah terlaksana dengan baik berkat dukungan berbagai faktor, diantaranya, yaitu: Komunikasi antar anggota tim dan instruktur berlangsung lancar dan efektif sehingga koordinasi tim pada seluruh proses persiapan, pelaksanaan pelatihan berlangsung dengan baik dan tepat waktu. Instruktur yang terlibat adalah instruktur yang sangat ahli di bidang daur ulang sampah anorganik yang sangat berkomitmen dalam memberikan pelatihan; Ibu-ibu rumah tangga peserta pelatihan sangat antusias dan semangat dalam mengikuti pelatihan dari awal hingga akhir. Hal ini terlihat juga ketika mereka di minta praktek membuat piring inke sebagai salah satu bentuk olahan sampah anorganik, mereka bersemangat untuk berlatih dan bertanya tentang hal-hal yang berkaitan tentang apa yang sedang mereka kerjakan; Harapan peserta pelatihan bahwa kegiatan ini dapat terus berlanjut di masa yang akan datang dengan menawarkan tempat kegiatan pelatihan di dusun mereka; dan Dukungan dari peserta sangat besar dan berharap dapat terus dilibatkan dalam kegiatan pelatihan-pelatihan lainnya. Sementara faktor penghambat kegiatan pengabdian pada masyarakat ini adalah terkait dengan waktu yang terbatas. Antusiasme peserta menjadikan waktu terasa singkat karena harus berakhir, disaat mereka telah memahami tentang sampah organik dan anorganik dan mulai lancar dalam praktek pembuatan produk daur ulang. Namun hampir semua berhasil menyelesaikan karya mereka dari sampah plastik tersebut. Gambar 1. Suasana Pelatihan Pemanfaatan Sampah Anorganik Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

271 KESIMPULAN DAN SARAN Kegiatan pengabdian masyarakat dalam bentuk memberikan pelatihan pemanfaatan sampah anorganik menjadi produk daur ulang bagi ibu-ibu rumah tangga di Desa Sokong Kecamatan Tanjung Kabupaten Lombok Utara dapat dikemukakan kesimpulan sebagai berikut: pertama, Tahap awal pelaksanaan pelatihan di awali dengan menyampaikan materi mengenai penyuluhan tentang pemilahan sampah organik dan anorganik, dilanjutkan dengan materi tentang konsep 3R. Kemudian disajikan materi terkait pemanfaatan sampah plastik menjadi produk daur ulang yang bernilai ekonomis; kedua, Instruktur memberikan materi kepada peserta pelatihan mengenai teknik pembuatan produk daur ulang, kemudian mengenalkan bahan-bahan sampah plastik yang dapat digunakan untuk membuat produk daur ulang seperti gelas plastik, bungkus permen, bungkus kopi, serta alat-alat yang digunakan seperti gunting, jarum dan benang, dan tali pancing, Selanjutnya dilakukan praktek langsung pembuatan produk daur ulang dari sampah plastik berupa pembuatan piring inke. Saran yang dapat diberikan terkait pelaksanaan pelatihan ini adalah peserta pelatihan dapat terus berlatih membuat aneka kerajinan berbahan sampah anorganik hingga menjadi mahir sehingga membuka peluang meningkatkan pendapatan keluarga. UCAPAN TERIMAKASIH Tim pengabdian mengucapkan terimaksih kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram serta Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Mataram yang telah mendanai kegiatan pengabdian masyarakat ini sesuai surat perjanjian nomer 2287/UN18?LPPM/2019. DAFTAR PUSTAKA Fatoni, Nur Imanuddin, Rinaldy, Darmawan, Ahmad Ridho, 2017, Pendayagunaan Sampah Menjadi Produk Kerajinan, DIMAS Volume 17, Nomor 1, Mei 2017 Gelbert M., Prihanto D., dan Suprihatin A, (1996), Konsep Pendidikan Lingkungan Hidup dan Wall Chart. Buku Panduan Pendidikan Lingkungan Hidup. PPPGT/VEDC.Malang Henuhili,Victoria, Aminatun, Tien, Suhartini, Arisuciati, Intan, Marlina, Ana, Asmoro, Dedy Setyo, 2009, Perberdayaan Ibu-Ibu Rumah Tangga Dalam Memanfaatkan SAmpah Anorganik Menjadi Barang-Barang Kerajinan Yang Bernilai Ekonomi Untuk Menambah Income Keluarga, Laporan Kegiatan PPM, Lembaga Pengabdian Masyarakat Universitas Negeri Yogyakarta Kementrian Lingkungan Hidup, (2012), Profil Bank Sampah. Rapat Kerja Nasional Bank Sampah. Malang. Suparmini, Setyawati, Sriadi, Sumunar, Dyah Respati Suryo, Khotimah, Nurul, 2014, Pelatihan Pengelolaan Sampah Anorganik Menjadi Aneka Kreasi Daur Ulang Bagi Ibu Rumah Tangga Dan Remaja Putri Di Desa Trimulyo Kecamatan Jetis Kabupaten Bantul, Laporan Pengabdian Masyarakat (PPM) Dosen, Jurusan Pendidikan Geografi FAkultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

272 Penyuluhan Mengenai Jenis, Manfaat, Status dan Ancaman Ekosistem Lamun Di Perairan Pantai Sire, Kabupaten Lombok Utara Ibadur Rahman*, Saptono Waspodo, Ayu Adhita Damayanti, Mahardika Rizki Himawan, Soraya Gigentika Jurusan Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mataram Kata Kunci: lamun, Pantai Sire, masyarakat, penyuluhan Abstrak: Ekosistem lamun merupakan salah satu ekosistem laut yang berperan penting sebagai tempat mencari makan, tempat pemijahan dan daerah asuhan berbagai jenis biota. Dewasa ini ekosistem lamun terus menerus mendapatkan tekanan yang mengancam kelestariannya (Bengen, 2004), baik diakibatkan fenomena alam atau karena aktivitas manusia. Mengingat peranan vital yang dimiliki ekosistem lamun, maka diperlukan berbagai upaya untuk menjaga kelestariannya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan melakukan penyuluhan kepada masyarakat mengenai jenis-jenis, manfaat, status dan ancaman terhadap ekosistem lamun. Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian ini yaitu berupa penyuluhan dan diskusi, menghadirkan nara sumber yang memiliki kepakaran di bidang lamun, serta simulasi pengamatan tutupan lamun dan identifikasi jenis lamun. Masyarakat juga diminta untuk mengindentifikasi kegiatan-kegiatan apa saja yang berpotensi merusak ekosistem lamun yang mereka jumpai di kawasan Pantai Sire. Hasil dari kegiatan pengabdian ini menunjukkan bahwa masyarakat memiliki antusias yang tinggi untuk terlibat aktif dalam upaya pelestarian ekosistem lamun, mengingat kondisi lamun yang terus mengalami degradasi dari hari ke hari. Korespondensi: PENDAHULUAN Masyarakat awam umumnya menganggap ekosistem lamun sama halnya seperti tumbuhan rumput liar yang hidup di daratan. Dikarenakan anggapan dan pemahaman tersebut, lamun umumnya dianggap sebagai tanaman pengganggu yang dapat mengurangi keindahan pemandangan bawah laut yang menjadi komoditi pariwisata, layaknya ekosistem terumbu karang dengan populasi ikan-ikan karang yang beraneka ragam dan warnanya. Namun, ekosistem lamun sejatinya merupakan bagian penting dari ekosistem perairan yang berperan terhadap produktivitas perairan, mengingat fungsinya sebagai daerah asuhan (nursery ground), tempat mencari makan (feeding ground), dan daerah pemijahan (spawning ground)berbagai jenis biota termasuk ikan. Rendahnya pemahaman masyarakat terhadap keberadaan dan kebermanfaatan ekosistem lamun menjadikannya hanya dipandang sebelah mata, bahkan banyak dijumpai kegiatan-kegiatan masyarakat yang berpotensi mengancam kelestarian ekosistem lamun, Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

273 misalnya: penangkapan ikan menggunakan pukat dasar (trawl) yang tidak spesifik menangkap ikan, namun turut menjaring tumbuhan lamun, kegiatan pengerukan dan pengurugan pantai, ramainya lalu lintas kapal, serta polusi dan limbah baik domestik maupun limbah pabrik yang dibuang ke laut sehingga dapat mencemari perairan. Maka dari itu, kegiatan pengabdian ini berupaya memberikan pemahaman yang lebih baik melalui kegiatan penyuluhan kepada masyarakat mengenai jenis-jenis, manfaat, status dan ancaman ekosistem lamun. Setelah diselenggarakannya kegiatan pengabdian ini, masyarakat diharapkan dapat berperan aktif dalam upaya pelestarian ekosistem lamun dan mencegah upaya-upaya yang dapat merusak ekosistem lamun, baik yang disadari maupun tidak. METODE KEGIATAN Kegiatan pengabdian ini dilakukan pada tanggal 14 September 2019, di kawasan ekosistem lamun Pantai Sire, Desa Sigar Penjalin, Kabupaten Lombok Utara, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kegiatan penyuluhan ini terdiri dari beberapa tahapan, yaitu: 1) Survey Lokasi Survey lokasi meliputi kegiatan peninjauan ke lokasi pengabdian, menggali informasi hasil wawancara dengan masyarakat, dan studi literatur terhadap kegiatan penelitian atau pengabdian yang pernah dilakukan sebelumnya. 2) Pembuatan Modul Penyuluhan Pembuatan modul penyuluhan meliputi studi literatur dari berbagai sumber pustaka, disesuaikan dengan tingkat pendidikan peserta pengabdian sehingga mudah dipahami. 3) Sosialisai dan Pendampingan Masyarakat Kegiatan sosialisasi meliputi perizinan ke Kepala Desa, penginformasian kepada masyarakat mengenai jadwal sosialisasi, penyampaian sosialisasi kepada masyarakat mengenai manfaat lamun, ancaman terhadap kerusakan lamun, dan bentuk-bentuk upaya pelestarian ekosistem lamun, serta simulasi pengamatan tutupan lamun yang benar sesuai pedoman yang terstandarisasi. Adapun metode pengamatan tutupan lamun yang digunakan mengacu pada standar Seagrass Watch, menggunakan kuadran transek berukuran 50x50 cm 2 (Gambar 1). Dari kuadran tersebut kemudian dapat ditentukan berapa persentase penutupan lamun dan jenis apa saja yang ditemukan di kawasan Pantai Sire. Gambar 1. (a) pengamatan tutupan dan jenis lamun menggunakan kuadran transek 50x50 cm 2, (b) Standar Perhitungan Persentase Penutupan Lamun Watch (Short et al., 2004). Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

274 4) Evaluasi Kegiatan evaluasi diperlukan untuk mengetahui seberapa efektif kegiatan penyuluhan terhadap pemahaman dan kesadaran masyarakat dalam upaya melestarikan ekosistem lamun. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari kegiatan pengabdian ini adalah masyarakat menjadi paham bahwa lamun bukanlah tumbuhan rumput liar yang mengurangi keindahan pesona bawah laut, namun ekosistem lamun justru merupakan rumah (habitat) bagi beranekaragam jenis biota, seperti : ikan, teripang, bulu babi, udang, kepiting, lobster, bahkan biota perenang jarak jauh seperti penyu dan dugong (duyung). Dari 60 jenis lamun yang tersebar di seluruh dunia (Kuo & McComb, 1989), dan 15 jenis lamun yang ditemukan di perairan wilayah Indonesia (Syafrie et al., 2018), peserta pengabdian berhasil mengkoleksi dan mengidentifikasi 8 (delapan) jenis lamun yang berada di kawasan padang lamun Pantai Sire, Kabupaten Lombok Utara, yaitu: Enhalus acoroides, Syringodium isoetifolium, Halodule pinifolia, Cymodocea rotundata, Thalassia hemprichii, Halodule uninervis, Cymodocea serrulata dan Halophila ovalis. Gambar 1. Kegiatan penyuluhan mengenai jenis, manfaat, status dan ancaman ekosistem lamun di kawasan Pantai Sire. Berdasarkan pengamatan di lapangan, ditemukan pula berbagai jenis biota yang berada di area padang lamun, antara lain: bulu babi, teripang, kekerangan, dan beranekaragam jenis ikan. Beragamnya jenis biota yang ditemukan di padang lamun tersebut dikarenakan padang lamun merupakan habitat bagi berbagai jenis biota, ditambah fungsi lainnya baik sebagai daerah asuhan, padang penggembalaan dan tempat mencari makan (Syafrie et al., 2018). Hasil simulasi pengamatan tutupan tumbuhan lamun menggunakan transek kuadran 50x50 cm 2 menunjukkan bahwa rerata tutupan lamun di kawasan Pantai Sire yaitu sebesar 71% (Tabel 1). Berdasarkan Keputusan Menteri Kependudukan dan Lingkungan Hidup nomor 200/ 2004 (Syafrie et al., 2018) kondisi kondisi kesehatan lamun di kawasan Pantai Sire termasuk dalam kategori sehat (di atas 60%). Dengan mengetahui status ekosistem lamun yang masih dalam kategori sehat tersebut, masyarakat diharapkan dapat berperan aktif dalam upaya Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

275 menjaga dan mempertahankan kondisi ekosistem lamun di kawasan Pantai Sire agar selalu berada dalam kondisi sehat, serta mencegah upaya-upaya yang dapat menyebabkan kerusakan (degradasi) ekosistem lamun. Tabel 1. Hasil simulasi pengamatan tutupan lamun Pantai Sire Pengamatan ke- 1 Pengamatan ke-2 Pengamatan ke-3 Rerata 68 % 84 % 60 % 71 % Adapun kegiatan-kegiatan yang berpotensi merusak (mendegradasi) ekosistem lamun yang berhasil diidentifikasi oleh masyarakat dan terjadi di kawasan Pantai Sire antara lain: 1. Lalu lintas kapal, dimana baling-baling dan jangkar kapal dapat merusak/mencabut tumbuhan lamun sampai ke akarnya. Di samping itu, tumpahan minyak kapal dapat mengakibatkan pencemaran perairan yang dapat menghalangi penetrasi sinar matahari ke dalam laut serta mengganggu proses penyerapan nutrien sehingga pertumbuhan lamun menjadi terganggu. 2. Penangkapan ikan menggunakan pukat dasar (trawl) yang tidak secara spesifik menjaring ikan target, namun ikut menjaring tumbuhan lamun. 3. Penggunaan potassium sianida untuk meracuni ikan agar mudah ditangkap, ternyata juga berpengaruh pada lamun. Adanya senyawa racun seperti potassium sianida tersebut diduga berpengaruh juga terhadap tumbuhan lamun. 4. Pengerukan dan pengurugan area pantai untuk pengembangan tempat wisata. 5. Limbah (sampah) domestik, berupa plastik, sisa-sisa makanan, diapers, dan lain sebagainya. Upaya pelestarian ekosistem lamun akan menjadi lebih optimal ketika masyarakat ikut terlibat bahkan menjadi garda terdepan, terutama masyarakat sekitar yang setiap harinya berinteraksi dengan ekosistem lamun. Hal termudah yang dapat dilakukan oleh masyarakat, setelah mendapat penyuluhan dan simulasi mengenai jenis, manfaat, status dan ancaman ekosistem lamun ini, adalah dengan tidak menjadikan dirinya terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang dapat merusak ekosistem lamun. Kemudian secara perlahan mulai mengajak karibkerabat dan keluarga mereka untuk turut andil dalam upaya pelestarian ekosistem lamun dan menentang upaya-upaya yang berpotensi merusak ekosistem lamun. Karena mereka sadar, bahwa lestarinya ekosistem lamun akan mendatangkan manfaat bagi mereka sendiri, di antaranya yaitu terjaminnya kelangsungan hidup hewan-hewan laut yang biasa mereka konsumsi sehari-hari. KESIMPULAN DAN SARAN Kegiatan pengabdian berupa penyuluhan mengenai jenis, manfaat, status dan acaman ekosistem lamun ini sangat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat, dan membuat masyarakat sadar bahwa kegiatan yang biasa dilakukan ternyata berpotensi merusak ekosistem lamun. Selain itu, masyarakat tampak sangat bersemangat dalam upaya pelestarian lamun, dikarenakan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

276 dengan melestarikan lamun mereka dapat merasakan manfaat langsung yaitu terjaminnya kelangsungan hidup hewan-hewan laut yang biasa mereka konsumsi sehari-hari. Sebaiknya kegiatan pengamatan ekosistem lamun dilakukan dengan mempertimbangkan kondisi pasang-surut air laut. Kondisi air pasang yang terlalu tinggi cukup menyulitkan masyarakat, terutama yang tidak memiliki keahlian berenang, untuk mengamati dengan baik penutupan dan jenis lamun yang diamati. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Mataram, sehingga kegiatan pengabdian ini dapat diselenggarakan dengan baik. Penulis mengucapkan terima kasih kepada mahasiswa Program Vokasi KLU Unram, dan mahasiswa Jurusan Perikanan dan Ilmu Kelautan Unram : Kak Abdurrahman, Kak Pandu AP, Kak M. Supiandi, Kak Agustina R, Kak Faradilla A, Kak Sultan HMT, Kak Hardiawan, Azilia R, Idrus, Yuni PA, dan Hardi A. DAFTAR PUSTAKA Bengen Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut serta Prinsip Pengelolaannya. Pusat kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Kuo, J., McComb, A.J Seagrass Taxonomy, Structure and Development. In: Larkum, A.W.D., McComb, A.J., Shephard, S.A. (eds.). Biology of Seagrasses. A treatise on the biology of seagrasses with special reference to the Australian region. Amsterdam: Elsevier. Short F.T., L.J Mc Kenzie, R.G. Coles and J.L. Gaeckle Seagrass Net Manual for Scientific Monitoring of Seagrass Habitat-Western Pacific Edition. USA. University of New Hampshire, QDPI, Northern Fisheries Center, Australia. Syafrie N.D.M, U.E. Hernawan, B. Prayudha, I.H. Supriyadi, M.Y. Iswari, Rahmat, K. Anggraini, S. Rahmawati, Suyarso Status Padang Lamun Indonesia 2018 Ver.02. Pusat Penelitian Oseanografi - LIPI : Jakarta Utara. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

277 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Sosialisasi Pengelolaan Sampah Rumah Tangga Rahmi Sri Ramadhani*, Siti Atikah Fakultas Ekonomi dan Bsnis, Universitas Mataram Kata Kunci: Sampah rumah tangga, Metode Komposting, FELITA Abstrak: Sampah merupakan masalah yang masih dihadapi Indonesia saat ini. Menurut UU No 18 Tahun 2008 tentang pengelolan sampah, sampah didefinisikan sebagai sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang terbentuk padat. Hasil penelitian menunjukkan potensi reduksi sampah oleh perumahan permanen sebesar 53% sampah mudah busuk yang berpotensi untuk pengomposan, dan 17 % sampah anorganik untuk daur ulang. Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini mensosialisasi metode komposting yang bisa dilakukan dirumah oleh anggota keluarga, sehingga jumlah sampah rumah tangga yang diangkut ketps dan TPA bisa berkurang. Metode komposting yang disosialisasi pada kegiatan pengabdian ini adalah Metode TAKAKURA dan Metode FELITA. Sosialisasi dilakukan pada mahasiswa dan ibu rumah tangga yang tergabung dalam Dharma Wanita Persatuan (DWP). Kegiatan sosialisasi berjalan lancar sesuai rencana, peserta sosialisasi sangat antusias menerima dan mempraktekan metode komposting yang disosialisasikan. Korespondensi: PENDAHULUAN Sampah merupakan salah satu masalah yang menyebabkan kerusakan lingkungan.. Menurut UU No 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang terbentuk padat. Sampah dapat dikelompokkan menurut sumber yang menghasilkan sampah yaitu : Sampah rumah tangga, sampah sejenis sampah rumah tangga dan sampah spesifik. Menurut PP RI No 81 tahun 2012 tentang pengelolaan sampah rumah tangga dan sampah sejenis sampah rumah tangga, sampah rumah tangga adalah sampah yang berasal dari kegiatan sehari-hari dalam rumah tangga yang tidak termasuk tinja dan sampah spesifik. Penelitian Windraswara dkk ( ) berjudul Analisis Potensi Reduksi Sampah Rumah Tangga Untuk Peningkatan Kualitas Kesehatan Lingkungan di kota Semarang, dijelaskan bahwa pengelolaan sampah perkotaan merupakan salah satu tantangan besar yang dihadapi daerah perkotaan di negara-negara berkembang. Lebih lanjut, hasil penelitian menunjukkan bahwa potensi reduksi sampah oleh perumahan permanen sebesar 53% sampah mudah busuk yang berpotensi untuk pengomposan, dan 17% sampah anorganik untuk daur ulang. Potensi reduksi sampah untuk perumahan kos permanen adalah 16% sampah organik untuk pengomposan dan 47% sampah anorganik untuk daur ulang., sementara rumah makan/warung potensi reduksi 53% dapat diolah menjadi kompos dan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

278 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat 17% akan di daur ulang. Zulkifli (2014:104) menjelaskan di Indonesia sebagian besar sampah di kota yang dihasilkan tergolong sampah hayati. Rata-rata sampah yang tergolong hayati di atas 65% dari total sampah. sampah hayati sendiri berasal dari sisa-sisa makanan dan sampah dapur yang cepat membusuk dan berpotensi sebagai penahsil kompos, metan dan energi. Pola pengelolaan sampah yang yang bertumpu pada pendekatan akhir (end of pipe) sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan pola baru pengelolaan sampah. pola baru ini memandang sampah sebagai sumber daya yang memiliki nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan. Pengelolaan sampah dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. kegiatan pengurangan sampah dilakukan dengan pendekatan 3R atau pembatasan, penggunaan kembali dan pendaur ulang. Sedangkan penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan pemrosesan akhir (Zulkifli, 2014 :99). Dalam pengelolan sampah perkotaan dibutuhkan peran serta masyarakat. Pengelolaan sampah terpadu, memberikan peluang bagi masyarakat berpartisipasi aktif dalam kegiatan penangan sampah. Zulkifli (2014:108) menjelaskan solusi dalam mengatasi masalah sampah dapat dilakukan dengan meningkatkan efisiensi terhadap semua program pengelolaan sampah mulai dari skala kecil sampai skala yang lebih luas lagi. Suwahyono (2014:9) menjelaskan aktivitas manusia dalam rumah tangga menghasilkan limbah dalam bentuk sampah rumah tangga, yang terdiri atas dua macam yaitu sampah organik dan sampah non organik. Umumnya pola pengelolaan sampah dilakukan dengan. cara dikumpulkan, diangkut dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah. Kegiatan pengabdian ini bertujuan memberikan pengetahuan bahwa penganan sampah bisa dilakukan oleh masyarakat dengan melakukan pemilahan sampah, kemudian sampah organik diolah menjadi kompos. Kompos adalah hasil proses pelapukan bahan-bahan organik akibat adanya interaksi antara mikroorganisme pengurai yang bekerja didalamnya ( Suwahyono, 2014: 21). Kegiatan pengabdian ini akan memperkenalkan pembuatan kompos untuk mengurangi sampah organik yang diangkut petugas sampah, sehingga timbulan sampah di TPS dan TPA berkurang. Metode komposting untuk sampah organik dapat dilakukan menggunakan beberapa cara, yang akan dikenalkan dalam kegiatan pengabdian ini adalah Metode FELITA DAN TAKAKURA. Metode yang pertama yang akan disosialisasikan adalah Metode Takakura. Metode Takakura diperkenalkan tahun 2004 di Surabaya oleh seorang berkewarganegaran Jepang yaitu Mr Takakura. Metode ini memberikan solusi penumpukan sampah organik di Surabaya. Dengan metode ini sampah organik yang dihasilkan oleh rumah tangga,dapat dijadikan kompos di rumah. Metode kedua yang disosialisasikan adalah metode yang biasa disebut FELITA, FELITA adalah kependekan dari Fermentasi Limbah Rumah Tangga. Perbedaan metode Takakura dan FELITA diantaranya adalah metode takakura hanya menghasilkan kompos padat sementara dengan metode FELITA selain menghasilkan kompos padat juga akan dimenghasilkan POC (Pupuk Organic cair). METODE KEGIATAN Sosialisasi pengelolan sampah ini diberikan kepada mahasiswa dan ibu rumah tangga yang tergabung dalam organisasi Dharma Wanita Persatuan (DWP). Kedua Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

279 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat kelompok masyarakat ini merupakan pelaku yang kesehariannya lebih dominan melakukan kegiatan di rumah. Metode dan pendekatan yang digunakan dalam sosialisasi adalah metode partisipatif. Sosialisasi dilakukan dengan beberapa tahap yaitu pertama, peserta akan mendapatkan penjelasan mengenai pengelolaan sampah dan beberapa metode composting yang bisa dilakukan. Kedua, peserta akan melihat beberapa metode composting yang bisa dilakukan dalam skala menengah dan skala kecil, tahap terakhir peserta akan mempraktekan pembuat kompos dari salah satu metode yang disosialisasikan. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan sosialisasi Metode Takakura dan Metode Felita untuk mahasiswa pelaksanaannya di Kampus dan di Bank Sampah Mandiri. Bank Sampah Mandiri, adalah salah satu Bank sampah yang berhasil mengolah sampah rumah tangga (RT) menjadi pupuk kompos, ecobrik, kerajinan tangan dari limbah plastik kemasan dan ban bekas. Lokasi ini dipilih karena mahasiswa bisa melihat langsung hasil dari pengolahan sampah dan manfaat dari pengolahan sampah bagi lingkungan sekitar. Sosialisasi dimulai dengan Penyampaian materi gambaran umum mengenai sampah dan masalah timbul karena sampah. Kemudian memperkenalkan metode Takakura dan Metode FELITA. Setelah penyampaian materi dilanjutkan dengan praktek membuat activator untuk metode Takakura, dan dilanjutkan dengan membuat sampah organik dengan Metode Takakura dan Metode FELITA. Setelah praktek, mahasiswa diajak berkeliling Bank Sampah Mandiri melihat hasil pengolahan sampah yang telah dilakukan oleh Bank Sampah Mandiri. Gambar 1. Penyampaian Materi pengelolaan sampah rumah tangga Gambar 2. Mahasiswa Praktek Membuat aktivator untuk pembuatan kompos Gambar 3. Hasil Komposter dengan metode Takakura di Bank Sampah Mandiri Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

280 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Kegiatan Pengabdian untuk ibu rumah tangga yang tergabung dalam Dharma Wanita Persatuan (DWP), dilakukan pada saat kegiatan Arisan DWP berlangsung. Dikarenakan lokasi kantor yang berbeda maka kegiatan ini dilakukan 2 kali, yaitu di jadwal pertemuan arisan DWP KPP Praya pada dan DWP KPP Mataram Timur. Berikut hasil sosialisasi Metode FELITA di DWP KPP Pratama Praya dan Mataram Timur. Gambar 4. Pemberian Materi di DWP KPP Pratama Mataram Timur (DWP KPP Pratama Matim) Gambar 4. Memperagakan komposting dengan Metode FELITA Gambar 4. Hasil Komposting Metode FELITA Kegiatan pengabdian dilakukan berjalan sangat lancar. Kedua metode yang sosialisasikan secara umum mendapatkan perhatian dan respon yang positif. Informasi yang diperoleh dari hasil diskusi, beberapa peserta sudah menerapkan pengolahan sampah metode Takakura, namun masih menghadapi kendala karena komposting yang tidak berhasil. Ketidakberhasilan disebabkan karena aktivator yang digunakan tidak berhasil melakukan pembusukan, sehingga kompos menjadi sangat lembab/basah, berair dan berulat. Selain itu Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

281 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat pula diperoleh informasi, belum ada peserta yang mengolah sampah menggunakan metode FELITA. Peserta sosialisasi sangat antusias menerima informasi pengolahan sampah dengan kedua metode. Peserta, menyarankan agar kegiatan serupa bisa dilakukan pada sekolahsekolah tempat putra putri beliau belajar agar seluruh keluarga memilki pengetahuan yang sama dan memiliki motivasi yang sama untuk mengolah sendiri sampah yang dihasilkan oleh rumah tangga. Selama Kegiatan sosialisasi dilakukan tidak ditemui kendala atau kesulitan yang berarti. Kegiatan ini bisa berjalan lancar karena dukungan dari founder Bank Sampah Mandiri Ibu Aisyah dan ketua DWP KPP Pratama Mataram Timur dan Praya. Metode yang disosialisasikan juga realtif tidak membutuhkan peralatan yang banyak dan berat sehingga bisa dilakukan dimanapun dan kapanpun. Evaluasi dari hasil kegiatan pengabdian ini adalah dari respon yang positif dan antusiasnya peserta, tim pengabdian merasa perlu dilakukan kegiatan serupa di lingkungan sekolah dan perumahan-perumahan sehingga kegiatan memilah sampah bisa dilakukan oleh seluruh anggota keluarga dan terpadu dilingkungan tempat tinggal. Sosialisasi ini diharapkan, dapat membantu meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai pengelolaan sampah rumah tangga untuk membantu pemerintah dalam mengurangi jumlah sampah yang dibawa ke TPS atau TPA KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari kegiatan sosialisasi pengelolaan sampah rumah tangga adalah : 1. Sasaran sosialisasi ini adalah mahasiswa dan IRT yang bergabung dalam organisasi Dharma Wanita KPP Pratama. Kedua sasaran telah menerima sosialisasi dengan repon yang positif dan antusias menerapkan metode yang diberikan. 2. Dua metode yang disosialisasikan mudah diterapkan untuk pemilahan sampah organik yang dihasilkan oleh rumah tangga. Sehingga selama kegiatan belangsung tidak ada hambatan berarti yang terjadi. Dan, menindaklanjuti masukan dari peserta, tim pengabdian akan mengadakan sosialisasi pengelolaan sampah kepada komponen masyarakat lain seperti di sekolah-sekolah dan Perumahan-perumahan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Mataram Melalui Lembaga Penelitan dan Pengabdian Masyarakat (LPPM), memberikan kesempatan untuk melakukan kegiatan ini. Dan, Ucapan Terimakasih Kami sampaikan juga kepada : 1. Founder Bank Sampah Mandiri, atas kesediannya berbagi ilmu dan menyediakan tempat belajar bagi kami. 2. Ketua DWP KPP Pratama Mataram Timur, atas waktu dan fasilitas yang diberikan. 3. Ketua DWP KPP Pratama Praya, atas waktu dan fasilitas yang diberikan. 4. DPM, BEM, HMJ Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram yang telah berpartisipasi aktif dalam kegiatan ini. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

282 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat DAFTAR PUSTAKA Suwahyono, Untung dan tim penulis PS Cara Cepat Buat Kompos Dari Limbah. Penerbit Penebar Swadaya. Jakarta Timur Wardani, DK Belajar Zero Waste : Menuju rumah Minim Sampah. Pustaka RMA. Tangerang Windraswara, Rudiatin dan Prihastuti, Dyah A.B. 2017, Analisis Potensi Reduksi Sampah Rumah Tangga Untuk Peningkatan Kualitas Kesehatan Lingkungan. Unnes Journal of Public Health 6(2) : : Zulkifli, Arif Dasar-Dasar Ilmu Lingkungan. Penerbit Salemba Teknika. Jakarta Selatan. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

283 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Kesiapsiagaan Bencana Gempabumi di SMP Negeri 2 Mataram Syahrial A*, Muhammad Makhrus, Jannatin Arduha, Ni Nyoman Sri Putu Verawati, Kosim 1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Mataram Kata Kunci: bencana, gempabumi, kesiapsiagaan, mitigasi, smp negeri 2 mataram Abstrak: Lombok merupakan salah satu pulau di wilayah Indonesia yang sangat rentan terjadinya gempabumi. Tahun 2018 antara bulan Juli sampai Agustus pulau Lombok diguncang 4 kali gempa bumi berkekuatan besar, yaitu 29 Juli 2018 kekuatan 6,4 SR, 5 Agustus 2018 kekuatan 7 SR, 9 Agustus 2018 kekuatan 6,2 SR dan 19 Agustus 2018 berkekuatan 7 SR ditambah dengan rentetan gempa susulan yang mencapai 2500 kali. Hal ini terdampak luar biasa pada masyarakat di pulau Lombok. Bangunan, infrastruktur hancur dan korban ratusan korban jiwa pada rentetan gempa Lombok. Studi pendahuluan menunjukkan bahwa kesadaran masyarakat terhadap gempa bumi dan mitigasi gempa bumi sangat kurang. Maka dari itu mereka sangat perlu dibekali kesiapsiagaan gempa bumi supaya kerugian material dan jiwa dapat diminimalisir. Kegiatan ini merupakan implementasi model pembelajaran mitigasi bencana alam gempabumi yang dikembangkan oleh tim pengabdian. Kegiatan melibatkan 38 orang siswa kelas VIII/a, 1 orang guru SMP Negeri 2 Mataram. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa siswa dan guru mengikuti kegiatan dengan sungguh-sungguh, baik dalam bentuk mendengarkan informasi yang diberikan, pemutaran video, latihan-latihan dan simulasi kesiapsiagaan bencana gempabumi. Langkah-langkah penyelamatan diri yang harus dilakukan peserta didik adalah (1) lindungi kepala, (2) Jauhi kaca, (3) masuk kolong meja, (4) lari ke tempat terbuka. Namun demikian, mereka mengalami hambatan dalam memahami teknik penyelamatan diri dari gempa bumi dan pertolongan pertama pada korban bencana gempa bumi. Berdasarkan temuan tersebut, disarankan agar peserta didik dan guru melatih diri secara kontinu dan berkelanjutan supaya kesiapsiagaan bencana gempabumi di sekolah betul-betul melekat pada diri mereka, sehingga kesadaran siswa, guru terhadap bencana gempa bumi meningkat. Korespondensi: PENDAHULUAN Berdasarkan letak geografis, wilayah kepulauan Indonesia di tempat pertemuan 3 lempeng besar dunia, yaitu lempeng India-Australia (bagian Selatan), lempeng Eurasia (bagian Barat dan Utara), dan lempeng Pasifik (bagian Timur) (Anton,2012), olehkarena itu Indonesia merupakan wilayah yang sangat rawan terjadinya gempa bumi. Menurut data rekaman sebaran Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

284 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat episentrum gempa bumi dengan magnitudo 5 dari tahun dan menurut peta daerah gempa bumi di Indonesia, propinsi NTB berada di wilayah 4. Wilayah tersebut merupakan wilayah yang rawan terhadap terjadinya gempa bumi. Selain, NTB berada di dekat pertemuan dua lempeng dunia, NTB juga berada di atas jalur gunung berapi yang aktif di dunia. Posisi ini menjadikan Mataram rentan terhadap bencana alam gempa bumi tektonik maupun volkanik. Gempa bumi dapat menimbulkan kerusakan harta benda, sarana prasarana, dan bahkan korban manusia yang terluka dan meninggal dunia. Bencana alam tersebut telah membuka mata semua elemen masyarakat secara nasional. Semuanya itu terjadi secara tiba-tiba tanpa bisa diprediksi oleh manusia. Dengan mengetahui bahwa gempa bumi belum bisa diduga secara ilmiah, perlu dilakukan usaha mengurangi resiko akibat yang ditimbulkan gempa bumi. Usaha-usaha yang dilakukan untuk mengurangi resiko gempa bumi disebut Mitigasi Bencana Alam Gempa Bumi (Brahmantyo,2005). Kegiatan ini dilakukan pelatihan bagi siswa dan guru SMP Negeri 2 Mataram dengan tujuan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka dalam menghadapi ancaman bahaya gempa bumi serta memahami prosedur dan alat pertolongan pertama pada korban. Dalam kegiatan ini, implementasi kurikulum pendidikan mitigasi bencana alam gempa bumi yang diformulasikan dengan pengetahuan dan pengalaman masyarakat NTB yang disusun oleh tim, dalam menghadapi kejadian gempa bumi. Pengetahuan dan pengalaman masyarakat NTB yang telah diwariskan secara turun menurun untuk mengurangi resiko kejadian gempa bumi didefenisikan sebagai kearifan lokal masyarakat NTB dalam mitigasi bencana alam gempa bumi. Ada berbagai bentuk kearifan lokal masyarakat NTB yang relevan dengan kajian gempa bumi yang berhasil diidentifikasi dan diformulasikan dalam kegiatan ini yang dikelompokkan menjadi dua, yaitu pemberitahuan kejadian gempa kepada orang lain dan pemberitahuan keadaan diri sendiri pada saat gempa terjadi. Ketika terjadi gempa masyarakat NTB umumnya berteriak lindur, lindur, lindur yang artinya terjadi gempa (Hidayati, 2005). Teriakan tersebut disampaikan ke orang lain yang ada disekitarnya untuk mengingatkan bahwa telah terjadi gempa. Diharapkan setiap orang menyadari telah terjadi gempa segera melakukan tindakan penyelamatan sesuai dengan keadaan setempat. Disamping berteriak, masyarakat juga memukul benda-benda yang mengeluarkan bunyi, umumnya kentongan, untuk mengingatkan bahwa telah terjadi gempa kepada masyarakat lain yang ada dikejauhan atau yang sedang ada di dalam rumah (Istiyanto, 2009). Untuk memberitahukan keadaan dirinya masyarakat umumnya berteriak supaya didengar oleh orang lain sehingga bisa secepatnya mendapatkan bantuan. Penggunaan kearifan lokal dalam mitigasi bencana alam telah banyak digunakan oleh masyarakat. Joko martono (2011) menyatakan bahwa memahami budaya lokal didaerah rawan bencana merupakan alternatif yang sangat masuk akal untuk mengurangi resiko bencana. Salah satu kebiasaan masyarakat yang bisa dirujuk adalah kebiasaan masyarakat di pulau Semeulue. Masyarakat di kepulauan Semeuleue terbiasa berteriak smong ketika air laut surut secara tibatiba karena hjal itu dipahami sebagai pertanda akan terjadi ombak besar yang dikenal dengan tsunami. Pada saat terjadi tsunami Aceh tahun 2004, yang menelan ratusan ribu korban nyawa manusia, masyarakat kepulauan Semeulue gampir tidak ada yang menjadi korban karena ketika air laut surut secara tiba-tiba masyarakat berteriak smong diikuti dengan berlari ke daerah yang lebih tinggi. Untuk memberikan pemahaman dan pelatihan kepada masyarakat khususnya Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

285 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat siswa SMP tentang gempa bumi, akibatnya dan cara penyelamatan diri maka diberikan kegiatan mitigasi bencana alam gempa bumi. Kegiatan ini tertuang dalam tanggap bencana gempa bumi. Dalam pemberian materi tanggap bencana gempa bumi pada siswa SMP digunakan kurikulum pendidikan mitigasi bencana alam gempa bumi yang pernah dikembangkan oleh proyek DAPS bekerja sama dengan kementerian pendidikan nasional. Secara garis besar pengembangan kurikulum tersebut berisikan rumusan Standar Kompetensi (SK), kompetensi dasar (KD), Indikator Pencapaian Kompetensi (IPK) yang dapat dijadikan panduan pembelajaran atau pelatihan. Rumusan SK, KD dan IPK adalah sebagai berikut: Tabel 1 : SK, KD, dan IPK Kurikulum Pendidikan Mitigasi Bencana Alam Gempa Bumi Standar Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi Kompetensi 1. Memahami hakekat gempa bumi 2. Memahami akibat yang ditimbulkan gempa bumi 3. Memahami cara cara mitigasi bencana alam gempa bumi 1.1 mendeskripsikan hakekat gempa bumi 2.1 mendeskripsikan akibat yang ditimbulkan gempa bumi 3.1 mendeskripsikan cara cara penyelamatan diri pada saat gempa bumi 3.2 mendeskripsikan cara-cara mengantisipasi bencana alam gempa bumi Mendefenisikan gempa bumi Menggambarkan peristiwa akibat gempa bumi Menjelaskan peristiwa gempa bumi Mengidentifikasi akibat gempa bumi Mengelompokkan akibat gempa bumi Menjelaskan akibat gempa bumi Mengidentifikasi cara penyelamatan diri ketika terjadi gempa bumi Menjelaskan cara-cara penyelamatan diri ketika gempa bumi Melakukan latihan menyelamatkan diri ketika gempa bumi Mengidentifikasi cara-cara mengantisipasi bencana alam gempa bumi Mengambarkan peta evakuasi Membuat model antisipasi penyelamatan diri pada saat gempa bumi Selain dalam bentuk deskripsi SK, KD, dan IPK, kurikulum pendidikan mitigasi bencana alam gempa bumi juga dilengkapi dengan uraian materi pelatihan. Cara pelaksanaan pelatihan terdiri atas materi teoritis berupa pemahaman siswa terhadap hakekat gempa bumi, cara melakukan mitigasi, dan prosedur pertolongan pertama korban gempa bumi, serta materi Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

286 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat praktek berupa cara melakukan mitigasi diri dan orang lain. Berdasarkan analisis situasi pada pendahuluan ini, maka rumusan masalah dalam pengabdian kepada masyarakat ini adalah : 1. Bagaimana menyampaikan materi teori tentang gempa bumi pada siswa dan guru SMP N 2 Mataram? 2. Bagaimana langkah-langkah penyelamatan diri dari bencana gempa bumi pada siswa dan guru SMP N 2 Mataram bila terjadi saat pembelajaran di kelas? Solusi dan Target Keluaran Permasalahan yang dihadapi mitra dapat diselesaikan dengan mengadakan kegiatan pengabdian masyarakat di tempat itu. Langkah-langkah kegiatan pengabdian yang akan dilaksanakan adalah: (1) Observasi ke sekolah mitra untuk menggali kebutuhan siswa, guru dan perangkat sekolah lainnya tentang tanggap bencana gempabumi. (2) Menyusun modul pelatihan penerapan iptek untuk meningkatkan tanggap bencana gempa bumi yang berisi : (a) materi tentang konsep gempabumi dan langkah-langkah pembelajarannya di kelas dengan integrasi kurikulum 2013, (b) materi tentang teknik penyelamatan diri bila terjadi gempabumi jika siswa sedang berada di sekolah atau lagi belajar, (c) materi tentang prosedur dan alat pertolongan pertama pada korban gempabumi, (d) Rekomendasi integrasi materi tanggap bencana gempabumi pada kurikulum (3) Melakukan kegiatan pelatihan bagi siswa, guru dan perangkat sekolah lainnya sesuai dengan modul yang sudah disusun. Materi pelatihan mencakup teori dan praktek yang diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan, sikap dan keterampilan terhadap tanggap bencana gempabumi. (4) Melakukan evaluasi kegiatan yang telah dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kelemahan dan keunggulan kegiatan. (5) Refleksi terhadap evaluasi yang telah dilakukan sehingga indikator pencapaian yang ditentukan tim tercapai. Apabila siswa dan guru diberi perlakuan seperti langkah-langkah solusi permasalahan di atas diharapkan siswa dan guru dapat bersahabat dengan gempa bukan takut atau menyalahkan gempa itu sendiri. Pengabdian ini juga diharapkan mampu menghasilkankan buku tentang kesiapsiagaan bencana gempa bumi bagi masyarakat sekolah dan hasilnya akan diterbitkan pada jurnal pengabdian. Berikut adalah target keluaran yang akan dicapai pada kegiatan pengabdian ini: (1) Tertanamnya kesadaran yang mendalam tentang tanggap bencana gempabumi pada siswa, guru dan perangkat sekolah lainnya serta imbasnya pada masyarakat sekitar. (2) Modul pelatihan tanggap bencana gempabumi yang baku sesuai dengan kebutuhan siswa, guru dan perangkat sekolah. (3) Rekomendasi pada pemegang kebijakan pendidikan tentang integrasi tanggap bencana pada kurikulum sekolah dasar. (4) Memperkenalkan kearifan lokal masyarakat NTB dalam tanggap bencana gempabumi pada masyarakat sekolah. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

287 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat (5) Menghasilkan alat-alat sederhana dari lingkungan yang dapat dimanfaatkan untuk tanggap bencana gempabumi dan pertolongan pertama pada korban. METODE PELAKSANAAN Secara keseluruhan, kegiatan ini dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut: 1) melakukan pembelajaran tentang pengetahuan gempa bumi, mitigasi gempa bumi dan prosedur pertolongan pertama pada korban gempa bumi, 2) Simulasi penyelamatan diri dari gempa bumi bila berada di dalam kelas, 3) Pemutaran video tentang tanggap bencana gempa bumi. Kegiatan ini dilibatkan siswa dan guru SMP Negeri 2 Mataram dengan perincian kegiatan sebagai berikut. Pertama, siswa diajak berdiskusi tentang kejadian gempa bumi, dilanjutkan dengan kegiatan menggambar peristiwa yang terjadi saat terjadi gempa bumi, dan diakhiri dengan kegiatan menjelaskan gambar yang dibuat di depan kelas. Kedua, siswa diajak berdiskusi tentang akibat dari gempa bumi, dilanjutkan dengan kegiatan menggambar berbagai peristiwa akibat gempa bumi, dan diakhiri dengan kegiatan menjelaskan gambar yang dibuat di depan kelas. Ketiga, siswa diajak untuk berdiskusi tentang cara mengamankan diri ketika terjadi gempa bumi disertai dengan latihan penyelamatan diri dan melakukan pertolongan pertama kepada penderita korban. Keempat, siswa diajak berdiskusi tentang tempat-tempat yang aman untuk melindungi ketika terjadi gempa bumi dan diakhiri dengan membuat peta evaluasi yang dibuat di depan kelas. Terakhir, setelah semua kegiatan selesai, siswa diberikan tes tertulis dalam bentuk isian singkat. Seluruh kegiatan pelatihan dipandu dengan unit-unit pembelajaran. Ada lima unit pembelajaran yang disiapkan pelatihan mitigasi bencana alam gempa bumi, yaitu: 1) Hakikat Gempa Bumi, 2) Akibat Gempa Bumi, 3) Cara penyelamatan Diri Saat Terjadi Gempa Bumi, 4) Cara Mengantisipasi Gempa Bumi, dan 5) Model Antisipasi Gempa Bumi. Kearifan lokal masyarakat NTB dalam mitigasi bencana alam gempa bumi menjadi bagian isi dari unit-unit pembelajaran yang diberikan. Pada pelatihan ini, hanya empat unit yang disampaikan. Unit terakhir, yaitu Model Antisipasi Gempa Bumi belum didiskusikan karena masalah teknik di lapangan. Salah satu contoh unit pembelajaran yang digunakan adalah sebagai berikut. Unit 1: Hakikat Gempa Bumi Identitas Materi Pelatihan a. Nama materi : Mitigasi Bencana Alam Gempa Bumi b. Topik : Hakikat Gempa Bumi c. Sasaran : Siswa SMP kelas VIII Tujuan Pelatihan a. Siswa mampu mendefinisikan peristiwa gempa bumi melalui pemutaran video gempabumi. b. Siswa mampu mengklasifikasikan dampak gempabumi dari gambar gambar yang diberikan. c. Siswa mampu mengklasifikasikan prosedur penyelamatan diri dari gempabumi bila terjadi saat siswa sedang belajar di dalam kelas. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

288 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Uraian Materi Pelatihan Pengertian gempa bumi: gempa bumi adalah getaran yang berasal dari dalam bumi yang disebabkan oleh peristiwa yang terjadi di dalam perut bumi. Contohnya adalah aktivitas gunung api, runtuhkan dalam rongga perut bumi, dan pergeseran lempengan bumi (Lilik Kurniawan, 2011). Gempa bumi dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu gempa vulkanik yang disebabkan oleh aktivitas gunung api dan gempa tektonik yang disebabkan oleh runtuhan dalam rongga bumi atau pergeseran lempengan bumi. Peristiwa gempa bumi dapat diwujudkan melalui gambar, antara lain: gambar rumah roboh, tanah longsor, bendungan jebol, jalan putus, banjir, pohon tumbang, lampu padam, masyarakat panik, dan lain-lain yang relevan (subagia, 2013). Peristiwa gempa gempa bumi: terjadi tanpa ada peringatan dini, dapat terjadi pada siang atau malam hari, dapat terjadi di darat maupun di laut, dan menimbulkan kerugian materi hingga korban jiwa. Tahap Kegiatan Pelatihan Alat dan bahan yang diperlukan 1. Buku gambar 2. Pensil 3. Pensil warna (krayon) 4. Dobel tips 5. Media gambar Pendekatan/metode Kegiatan pelatihan menggunakan pendekatan partisipatif yang mengajak siswa secara aktif berpartisipasi dalam pelatihan melalui mendengarkan informasi, memberi tanggapan (respon), menggambarkan peristiwa, dan mempersentasikan ide atau pemahamannya melalui gambar. Tabel 2. Langkah-Langkah Kegiatan Pembelajaran Tanggap Bencana Gempabumi (Syahrial 2019) Tahapan Kegiatan pelatihan waktu Kegiatan awal Kegiatan inti Tim memutar video tentang proses terjadinya gempa bumi. Tim mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk menggiring siswa pada permasalahan. Siswa diharapkan terpancing bertanya: 1) Dampak-dampak apa saja yang ditimbulkan oleh bencana gempabumi? 2) Langkah-langkah apa yang harus ditempuh oleh siswa dan guru bila terjadi gempa saat pembelajaran di kelas? Tim meminta jawaban-jawaban sementara siswa terhadap permasalahan yang ditemukan? Tim kemudian mengajak siswa melakukan kegiatan berikut: 10 menit Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

289 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Kegiatan Akhir 1. Tim membagikan gambar-gambar kepada siswa, dimana gambar-gambar itu berisi 2 konsep yaitu: dampak gempa bumi dan langkah langkah penyelamatan diri dari gempabumi bila terjadi gempabumi saat mereka sedang belajar di sekolah. 2. Tim meminta siswa membentuk kelompok (3-5 orang ) dan setiap anggota kelompok diminta untuk menjelaskan gambarnya kepada teman-temannya. 3. Tim meminta kelompok untuk memilih gambar terbaik dalam kelompoknya dan wakil kelompok untuk menjelaskan gambar tersebut didepan kelas. 4. Tim meminta siswa untuk menempelkan gambarnya di depan kelas dan meminta semua siswa untuk memilih tiga gambar terbaik dari gambar yang ada. 5. Tim menyiapkan apresiasi kepada siswa atas pertisipasinya dan memberikan penghargaan terhadap semua gambar terpilih yang ditempelkan di depan kelas sebagai bentuk penilaian. 6. Tim meminta masing-masing kelompok mempresentasikan hasil diskusi kelompok mereka 7. Tim bersama siswa dan guru menyanyikan lagu penyelamatan diri dari gempabumi. 8. Tim bersama siswa dan guru mensimulasikan langkah-langkah penyelamatan diri bila terjadi gempabumi saat pembelajaran di kelas Tim menutup pelajaran dengan mengajak semua siswa untuk merangkum hasil kegiatan belajar yang terdiri atas: dampak gempabumi dan langkah langkah penyelamatan diri bila terjadi saat pembelajaran di kelas. Tim mengajak siswa, guru bernyanyi tentang siaga bencana. 10 menit 15 menit 5 menit 5 menit 5 menit 15 menit 5 menit 10 menit 10 menit Penilaian hasil kegiatan pelatihan dilakukan dalam dua bentuk yaitu penilaian partisipasi selama kegiatan dan penilaian penguasaan materi di akhir pelatihan. Penilaian partisipasi dilakukan melalui pengamatan, sedangkan penilaian penguasaan materi dilakukan melalui tes tertulis. Pedoman pengamatan partisipasi dan tes penguasaan materi disediakan secara terpisah. Hasil penilaian partisipasi dalam kegiatan dituliskan dalam bentuk deskripsi deng kategori sebagai berikut: Berpartisipasi cukup, apabila peserta pelatihan mengikuti pelatihan secara penuh (dengan simbol +). Berpatisipasi baik, apabila peserta pelatihan mengikuti pelatihan secara penuh dan sesekali memberi tanggapan (bertanya atau menjawab) terhadap materi yang disampaikan (dengan simbol ++). Berpatisipasi sangat baik, apabila perserta mengikuti pelatihan secara penuh dan beberpa kali memberi tanggapan (bertanya atau menjawab) terhadap materi pelatihan (dengan simbol +++). Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

290 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian masyarakat tentang kesiapsiagaan gempabumi di SMP Negeri 2 Mataram menghasilkan tanggap bencana gempabumi pada siswa dan guru meningkat. Hal ini sangat terlihat pada respon mereka pada saat simulasi dilakukan. Simulasi ini dilakukan saat penerapan model pembelajaran mitigasi bencana di sekolah pada siswa dan guru. Video kegiatan pembelajaran ini dapat dilihat di youtube dengan link Pada video ini terlihat bahwa siswa dan guru mendapatkan informasi, gambaran dan simulasi penyelamatan diri dari gempabumi bila terjadi saat pembelajaran di kelas. Pada kerja kelompok di dapat 2 konsep (1) dampak bencana gempabumi yaitu bangunan runtuh, korban luka dan jiwa, tanah retak dan tsunami, (2) langkah-langkah penyelamatan diri bila terjadi gempabumi saat pembelajaran di kelas, yaitu lindungi kepala, jauhi kaca atau benda benda berat lainnya, masuk ke kolong meja, bersiap dan lari ke ruang terbuka. Berdasarkan pengamatan langsung dan wawancara yang dilakukan terungkap bahwa kegiatan ini sangat bermanfaat karena telah memberikan pengetahuan dan contoh nyata tentang gempa bumi, langkah-langkah penyelamatan diri dari gempabumi bila terjadi saat pembelajaran di kelas. Peserta berharap kegiatan ini dapat dilanjutkan secara kontinu dan lebih optimal lagi. Siswa yang 38 orang dan 2 orang guru mengikuti pelaksanaan pelatihan secara sungguh-sungguh, baik dalam mendengarkan informasi maupun dalam melakukan praktik-praktik yang diberikan. Materi pendidikan dan pelatihan yang disampaikan ada empat, yaitu hakikat gempa bumi, akibat yang timbulkan, cara penyelamatannya diri saat terjadi gempa bumi, dan cara mengantisipasi kejadian gempa bumi. Informasi disampaikan dengan metode diskusi kelas dan tanya jawab. Praktik-praktik yang dilakukan selama pelatihan terdiri atas pelatihan menggambar berbagai peristiwa yang terkait dengan gempa bumi, ke luar kelas, dan di luar kelas, serta praktik memberikan pertolongan pertama kepada penderita korban. Di awal kegiatan, siswa terlihat sedikit tegang kerna berhadapan dengan orang baru (pelatih) sehingga pelatih perlu beberapa saat untuk melakukan penyesuaian diri. Siswa tidak mau menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan walaupun yang sederhana. Keadaan tersebutn lalu dipecahkan dengan memberikan motivasi berupa hadiah kepada siswa yang mau menjawab pertanyaan yang disamapikan pelatih. Hadiah-hadiah yang diberikan berupa alat-alat pelajaran sederhana, seperti penggaris, penghapus, pensil, dan pulpen yang disampaikan sebagai bahan-bahan pelatihan. Hal tersebut ternyata mampu mencairkan suasana dan siswa mulai mau berprestasi dalam merespon pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan dengan cara yang sama untuk tiga materi pendidikan dan pelatihan lainnya, yaitu akibat gempa bumi, cara penyelamatan diri saat gempa bumi. Tampak bahwa sebagian besar siswa sudah memiliki pengetahuan untuk penyelamatan diri ketika terjadi gempa. Hal tersbut dapat dilihat dari kecepatan mereka menerima dan mengikuti petunjuk yang diberikan. Misalnya, ketika mereka dilatih untuk berlindung di bawah meja saat terjadi gempa, dalam waktu singkat mereka bisa melakukannya dengan baik. Dalam praktik pemberikan pertolongan kepada korban yang dilakukan dalam bentuk pemberian obat merah dan membalut luka, terlihat beberapa siswa masih menunjukan keraguan untuk melakukannya. Namun dengan bimbingan pelatih, mereka mampu melakukannya dengan baik. Berdasarkan wawancara dan pengamatan langsung di Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

291 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat lapangan pada akhir kegiatan, diperoleh informasi sebagai berikut (1) materi yang disampaikan menarik, terdapat ilmu yang sangat berarti tentang gempa bumi, mitigasi gempa bumi dan prosedur pertolongan pertama terhadap korban gempa bumi, (2) menambah pengetahuan dan keterampilan dalam penyelamatan diri bila terjadi gempa dan menolong orang lain yang menjadi korban gempa bumi, (3) melatih reflek dalam melakukan langkah-langkah penyelamatan diri dan orang lain bila tiba-tiba terjadi gempa bumi, (4) meningkatkan kesadaran akan bencana gempa bumi bagi siswa dan guru. KESIMPULAN DAN SARAN Kegiatan pengabdian pada masyarakat berupa kesiapsiagaan bencana gempa bumi bagi siswa dan guru SMP Negeri 2 Mataram sangat bermanfaat bagi peserta karena memberikan pengetahuan teoritis dan praktek tentang gempa bumi, mitigasi gempa bumi dan prosedur pertolongan pertama terhadap korban gempa bumi. Hal ini akan meningkatkan kesadaran dan tanggap terhadap bencana alam terutama gempa bumi di sekolah, sehingga diharapkan mampu meminimalkan dampak negatif dari gempa bumi. Kegiatan ini sebaiknya lebih sering dilakukan dan melibatkan komunitas sekolah yang lebih banyak. Komunitas sekolah terdiri dari kepala sekolah, pegawai di sekolah, guru dan siswa (Tim DAPS, 2011). DAFTAR PUSTAKA Anton, W Pakar: Mitigasi Bencana Masuk Kurikulum Pendidikan. Diunduh 16 juni 2013 Brahmantyo, B., D.J. (2005). Mengenal dan Mengantisipasi Alam Geologis. Pustaka Setia : Bandung. Hidayati. (2005). Panduan Merintis Siaga Bencana Berbasis Masyarakat. Jakarta:LIPI Istiyanto, Dinar Catur. Sutikno, Pramono, Hadi (Ed.) Panduan Mitigasi Bencana Alam Tsunami. Badan Koordinasi Survey dan Pemetaan Nasional. Projek Penelitian dan Pengembangan Teknologi Survei danpemetaan danpusat Studi Bencana Universitas Gadjah mada: Yogyakarta Joko Martono Mitigasi Bencana dalam Perspektif Komunikasi Berkearifan Lokal. Artikel kompasiana Lilik Kurniawan, Ridawan Yunus, Mohd.Robi Amri, dan Narwawi Pramudiarta Indek Rawan Bencana Indonesia. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Subagia, I Wayan dan I G.L Wiratma Mitigasi Becana Alam Gempa Bumi Makalah. Disampaikan dalam Seminar Nasional Research Inovatif (Seminar-1) yang dilaksanakan oleh Lembaga Pengabdian UNDIKSHA. Syahrial A,.(2019). Bencana Alam Gempabumi (Di Lengkapi dengan RPP). Duta Pustaka Ilmu: Mataram. Tim DAPS. (2011). Materi Pelatihan Gempa Bumi. Departemen Pendidikan Nasional: Jakarta. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

292 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Aplikasi Pupuk Hayati Mikoriza Pada Jagung Manis Di Desa Sesait Kecamatan Kayangan Terdammpak Gempa Lombok Utara Wahyu Astiko *, Sudirman, Mery Windarningsih, Irwan Muthahanas Program Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Mataram Kata Kunci: Jagung manis, mikoriza Abstrak: Kelompok tani jagung manis yang ada di Desa Sesait, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara saat ini masih melakukan budidaya jagung manis dengan teknologi budidaya yang masih konvensional. Hal ini terlihat dari input sarana produksi yang diterapkan tergolong tinggi. Petani biasa memberikan pupuk kimia Ponska dengan takaran 400 kg/ha dan Urea 450 kg/ha. Tentu ini jika ditinjau dari segi ekonomi merupakan pemborosan dan dari segi lingkungan tidak ramah lingkungan. Selain itu penggunaan pestisida yang kurang bijaksana yang biasa diterapkan petani setempat per satuan luas cenderung selalu meningkat. Hal tersebut mempunyai dampak negatif terhadap lingkungan yaitu dapat mengganggu keseimbangan lingkungan seperti matinya musuh-musuh alami dan jasad bukan sasaran lainnya, resurgensi dan resistensi hama dan patogen, juga menyebabkan pencemaran lingkungan karena adanya residu pestisida di dalam tanah, air, tanaman dan kemungkinan dalam tubuh manusia. Berdasarkan situasi tersebut, maka telah dilakukan pengabdian pada masyarakat tentang aplikasi pupuk hayati mikoriza pada jagung manis di Desa Sesait Kecamatan Kayangan Terdampak gempa Lombok Utara. Metode yang digunakan dalam melaksanakan pengabdian kepada masyarakat ini adalah metode pelatihan yang dilanjutkan dengan kerja praktek di lapangan dengan melakukan demonstrasi dan kaji tindak partisipatif aktif (active partisipatory action research). Hasil demplot jagung manis dengan aplikasi pupuk hayati mikoriza dan penambahan bahan organik memberikan hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan teknologi konvensional petani. Kehadiran dan partisipasi petani selama pengabdian kepada masyarakat sangat antusias terhadap penyampaian materi penyuluhan. Pemahaman peserta terhadap materi yang diberikan sangat baik, terlihat dari banyaknya peserta yang bertanya dan relevansi pertanyaan yang diajukan peserta sesuai dengan materi penyuluhan yang disampaikan. Korespondensi: PENDAHULUAN Kabupaten Lombok Utara merupakan salah satu dari 10 (sepuluh) Kabupaten/Kota di Propinsi Nusa Tenggara Barat, yang posisinya terletak dibagian utara Pulau Lombok dengan posisi antara 08 o Lintang Selatan dan 116 o Bujur Timur. Kabupaten Lombok Utara beribukota di Tanjung yang sekaligus sebagai pusat Pemerintahan. Kabupaten Lombok Utara mempunyai luas wilayah daratan Km 2 yang terdiri dari wilayah khusus (hutan lindung, kawasan margasatwa, dll) seluas 361,86 Km 2 (44,30%) dan sisanya daratan rata untuk Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

293 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat lahan pertanian dll seluas 447,67 Km 2 (55,30%). Luas wilayah perairan Lombok Utara adalah 594,71 Km 2 dengan panjang pantai 127 Km. Kabupaten Lombok Utara mempunyai iklim dengan tipe D3- D4 dengam 3 atau 4 bulan basah (200 mm) dan 7-9 bulan kering. Bulan basah dengan curah hujan rata-rata di atas 200 mm terjadi pada bulan Desember sampai dengan bulan Maret, Sedangkan bulan Novembter dan bulan April termasuk bulan lembab (CH >100 mm) yang juga merupakan awal dan akhir masim hujan. Curah hujan tahunan berkisar antara 678 mm sampai dengan 2123 mm dengan rata-rata 1337 mm dengan distribusi yang tidak merata pada setiap bulannya. Selama musim penghujan (November - April) curah hujan bervariasi dari 679 mm sampai dengan 2020 mm dengan nilai rata-rata 1337 mm per musim. Pada musim kemarau (Mei - Oktober) curah hujan bervariasi dari 9 mm per bulan sampai dengan 301 mm selama musim kemarau. Dari keadaan curah hujan rata-rata di atas maka dapat ditentukan awal jatuhnya musim hujan, yaitu bulan November dengan ciri bahwa paling tidak terdapat hujan 60 mm selama dasarian (10 harian) yang ditetapkan sebagai awal musim tanam dan diikuti dengan curah hujan minimum 60 mm pada dasarian berikutnya. Curah hujan 60 mm per dasarian itu diperlukan untuk menopang kebutuhan evapotranspirasi pada periode pertumbuhan awal tanaman di lahan kering. Pada sistem pertanaman lahan kering di Lombok Utara awal tanam dilakukan pada pertengahan bulan November sampai akhir bulan Desember. Sedang yang menanam padi dilakukan pada bulan Januari (Mirza, 1995). Kendala teknis lainnya rendahnya produksi jagung manis adalah tekstur tanahnya yang kasar, yaitu pasir berlempung (loamy sand), sehingga daya menahan airnya relatif rendah dan porositasnya tinggi (Soil Survey Staff, 1998). Pupuk N yang diberikan pada tanah tersebut (umumnya dalam bentuk urea) banyak yang hilang bersama air perkolasi. Hal tersebut ditandai dengan kadar N-total yang sangat rendah (< 0,01 %). Reaksi tanah (ph) agak netral, kadar P- tersedia tinggi, K-tersedia sedang, Ca-tersedia sedang, dan C-organik rendah (Astiko, 2015). Kadar unsur mikro, terutama Zn dan Cu pada tanah berpasir di Lombok Utara tersebut sangat rendah. Berdasarkan data tersebut, tingkat kesuburan tanah di lokasi ini termasuk agak rendah atau sedang (Priyono, 2005). Masalah lain yang menjadi kendala produksi jagung manis adalah faktor pembatas biofisik lahan yaitu rendahnya kualitas kesuburan tanah terutama dicirikan oleh rendahnya ketersediaan hara, miskinnya kandungan bahan organik tanah (BOT), serta keterbatasan ketersediaan air (water availability) bagi tanaman (Suzuki. dan Noble, 2007). Faktor tersebutlah yang kerap kali disinyalir sebagai penyumbang terbesar terhadap fenomena gagal panen dan rendahnya produktivitas tanaman di lahan kering serta makin merosotnya kualitas kesuburan tanah pertanian dan makin rentannya (fragile) tanah terhadap proses degradasi (Bastida et al., 2010). Untuk mengatasi permasalah biofisik lahan tersebut, perlu pemilihan tanaman yang sesuai dengan kondisi ekosistem lahan kering di Lombok Utara. Oleh karena itu pemilihan tanaman jagung pada kegiatan ini adalah sangat tepat. Hal ini beralasan karena tanaman jagung manis sangat cocok ditanam di lahan kering, banyak permintaan untuk diolah menjadi aneka makanan dan harga juga menguntungkan. Selain itu tanaman jagung merupakan tanaman inang Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

294 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat yang disukai oleh MA yang dapat memacu sporulasi mikoriza. Hal ini menyebabkan terjadinya pengkayaan kandungan MA di dalam tanah yang sangat menguntungkan tanaman (Astiko et al., 2018). Selain itu jagung manis ditanam dengan alasan banyak permintaan untuk dikonsumsi sebagai jagung bakar yang banyak disukai konsumen, mendapatkan uang tunai dalam waktu singkat dengan harga jualnya yang cukup mahal. Disisi lain, efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan pemilihan sumber hara yang tepat, cara pemberian atau penempatan yang tepat sesuai dengan sifat reaksi pupuk dan tanah dan saat pemberian yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan tingkat pertumbuhan tanaman. Selain itu, telah pula dibuktikan bahwa masukan bahan organik dapat membantu meningkatkan efisiensi pemupukan melalui perannya dalam memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah. Sekalipun demikian, efisiensi pemupukan masih mempunyai prospek untuk ditingkatkan ialah melalui aplikasi mikoriza arbuskular (MA) sebagai pupuk hayati pada tanaman jagung manis untuk meningkatkan efisiensi pemupukan dan meningkatkan hasil tanaman di lahan kering (Satrahidayat, 2010). Penentuan lokasi dan target petani METODE KEGIATAN Kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan di Desa Sesait, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara. Target kelompok tani adalah kelompok tani Jami Nambar sebagai Kelompok Tani andalan yang berorientasi agribisnis, memiliki lahan garapan, bersedia mengikuti petunjuk dan bimbingan dari penyelenggara kegiatan dan mau menyebarluaskan ilmu yang diperoleh kepada petani lainnya disekitar lokasi kegiatan. Metode Kegiatan Metode yang digunakan dalam melaksanakan pengabdian pada masyarakat ini adalah metode pelatihan yang dilanjutkan dengan kerja praktek di lapangan dengan melakukan demonstrasi dan kaji tindak partisipatif aktif (active partisipatory action research) melalui aplikasi pupuk hayati mikoriza pada budidaya jagung manis di lahan kering. Untuk meningkatkan produksi jagung manis diperlukan penerapan ilmu dan teknologi yang dimiliki oleh Tim Pengusul berupa kegiatan pelatihan dan demonstrasi plot. Metode yang digunakan dalam pelatihan adalah metode pendidikan orang dewasa (POD) dengan teknik partisipatif. Peserta pelatihan teknis yaitu pengurus Kelompok Tani dan Anggota Kelompok Jami Nambar. Tahap kegiatan ini meliputi: a. Penyuluhan budidaya jagung manis dengan pupuk hayati mikoriza Penyuluhan dilakukan dengan memberikan materi tentang budidaya tanaman jagung manis yang ramah lingkungan dan peranan pupuk hayati mikoriza dalam upaya meningkatkan produksi tanaman. b. Demplot tentang budidaya jagung manis dengan aplikasi pupuk hayati mikoriza Pembuatan pupuk hayati mikoriza Pupuk kandang sapi steril, tanah inokulum mikoriza, bokasi, batuan rock fosfat dan EM4 dicampur hingga merata. Campuran ini lalu dikering-udarakan dibawah sinar matahari sampa kadar airnya mencapai 10-15%. Campuran formulasi ini kemudian diayak untuk Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

295 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat memisahkan kotoran dan batu kerikil yang ada. Hasil ayakan yang telah bersih, halus dan berbentuk tepung, kemudian ditimbang, lalu dimasukkan ke dalam kantong plastik kemasan 10 kg yang lebih dahulu telah diberi label produk. Demonstrasi plot Demonstrasi plot dan praktek Aplikasi Pupuk Hayati Mikoriza pada Budidaya Jagung Manis di Lahan Kering Terdampak Gempa Desa Sesait Kecamatan Kayangan Lombok Utara dilakukan di lahan petani. Petani secara partisipatif ikut terlibat secara bersama-sama dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil panen. Areal demplot dilakukan pada tanah petani seluas 7 are. Setelah melakukan pelatihan teknis secara teoritis di kelas, kelompok tani akan mendapatkan praktek tentang aplikasi pemupukan pupuk hayati mikoriza terhadap produksi jagung manis. Tim Pengusul akan memberikan pelayanan teknis kepada petani dengan mengundang partisipatif petani mulai dari penyusunan/perencanaan program, pelaksanaan kegiatan (aplikasi pupuk hayati mikoriza, menanam, memelihara, panen), membandingkan, dan memutuskan apakah program yang dilaksanakan memberi keuntungan atau tidak. Kegiatan budidaya jagung manis tanah diawali dengan pengolahan tanah dan pemberian pupuk organik 12 ton per ha dan dilanjutkan dengan pemberian pupuk anorganik untuk jagung dengan pupuk urea dan phonska dengan dosis 350 kg/ha dan 250 kg/ha. Pupuk kandang diberikan 3 hari sebelum tanam dan pupuk anorganik diberikan 1/3 dosis pada umur 10 hst dan 2/3 sisanya diberikan pada 28 hst. Inokulasi pupuk hayati mikoriza diberikan dengan dosis 20 g per tanaman yang diletakkan dibawah benih dengan membentuk suatu lapisan pada waktu tanam. Jarak tanam untuk jagung manis 60 x 40 cm. HASIL DAN PEMBAHASAN Kesungguhan peserta dalam mengikuti penjelasan materi penyuluhan Petani peserta kegiatan terlihat sangat antusias terhadap penyampaian materi penyuluhan dan kemampuan peserta sangat baik dalam memahami materi penyuluhan (Gambar 1). Pemahaman peserta terhadap materi yang diberikan dapat dilihat dari banyaknya peserta yang bertanya dan relevansi pertanyaan yang diajukan peserta dengan materi yang disampaikan. Hal ini tercermin dari kegiatan diskusi pada saat penyuluhan. Beberapa pertanyaan yang diajukan petani yang terkait dengan materi yang disampaikan oleh masingmasing tim penyuluh. Pertanyaan tersebut diantaranya : 1) Bapak H. Abdul Muas, apakah mikoriza bisa kita peroleh dari tempat kita ini dan apa saja tanda-tanda tanaman yang bermikoriza. 2) Bapak Saufi Hamdani, bagaimana memanfaatkan kotoran sapi yang menumpuk untuk dijadikan pupuk. 3) Bapak H. Jumaidi, mengemukakan pengalaman tentang pemanfaatan kotoran sapi menjadi kompos sluri. 4) Bapak Badrus Salam, Kapan dilakukan pemupukan pupuk hayati mikoriza, berapa dosis pupuk kimia yang diberikan dan bagaimana pembuatan pupuk hayati mikoriza dengan memanfaatkan pupuk kandang sapi. Jawaban pertanyaan pertama adalah bahwa mikoriza dapat diperoleh di daerah setempat yang dikenal dengan istilah mikoriza indegenous atau mikoriza asli dari daerah Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

296 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat setempat. Adapun tanda visual yang dapat dilihat pada tanaman adalah pada kondisi ektrim, kekeringan dan kurang air, nampak pertumbuhannya jauh lebih baik dari tanaman lainnya ditempat tersebut, selain itu untuk akar tanaman yang mengandung mikoriza, nampak akarnya berwarna kekuningan, sangat berbeda dibandingkan dengan akar tanaman yang tidak terinfeksi mikoriza. Adapun tanaman yang dapat menjadi tanaman inang mikoriza sangat beragam, namun dari hasil pengamatan tim penyuluh, tanaman inang yang disukai mikoriza antara lain tanaman jagung, sorgum dan kacang tunggak. Jawaban pertanyaan kedua, kotoran sapi dapat dimanfaatkan sebagai pencampur pupuk hayati mikoriza. Namun sebelum digunakan sebagai karier/campuran pupuk hayati mikoriza, kotoran sapi harus sudah matang dan sempurna dekomposisinya. Ini ditandai dengan warna pupuk kandang yang hitam, tidak berbau dan remah/ lapuk sempurna. Pupuk kandang ini harus terlebih dahulu dikeringkan dibawah terik sinar matahari sampai kadar airnya mencapai 10-15%. Pupuk kandang yang telah kering kemudian diayak untuk menyisihkan dari kotoran dan untuk mendapatkan partikel pupuk kandang yang lebih halus. Kemudian pupuk kandang ini diformulasikan dengan berbagai bahan campuran, selain pupuk kandang yang sudah steril, cairan EM4, inokulum mikoriza, bokasi dan batuan rock fosfat. Jawaban pertanyaa ketiga, kompos sluri dari hasil ampas pembuatan biogas dapat digunakan sebagai pupuk organik. Menurut pengalaman H. Junaidi, dengan luasan hanya 7 are tanaman bawang merah dengan dipupuk dengan kompos sluri dapat menghasilkan pendapatan sebesar Rp 6,2 juta hanya dalam waktu kurang dari 3 bulan. Dan ini mempunyai prospek yang baik untuk dikembangkan pada skala luasan tanaman yang lebih luas, sehingga pendapatan yang diperolehpun akan menjadi lebih banyak. Jawaban pertanyaan keempat, aplikasi pupuk hayati mikoriza dilakukan bersama-sama saat tanam, yaitu dengan menaburkan inokulum mikoriza sebanyak 20 g per lubang tanam dengan membentuk suatu lapisan di bawah bibit yang ditanam. Jadi bibit berada persisi diatas lapisan inokulum mikoriza yang telah ditaburkan pada lubang tanam yang dibuat. Adapun pupuk kimia tetap diberikan untuk melengkapi asupan unsur hara bagi tanaman. Hanya saja dosis pupuk anorganik yang diberikan hanya 60% dari jumlah pupuk rekomendasi. Hal ini merupakan hasil dari penelitian-penelitian sebelumnya, bahwa respon pertumbuhan, hasil dan peranan mikoriza memberikan hasil terbaik pada dosis pupuk anorganik 60% dari jumlah dosis rekomendasi. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

297 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Gambar 1. Petani peserta penyuluhan saat mengikuti penjelasan materi penyuluhan dan praktek pembuatan pupuk hayati mikoriza oleh tim penyuluh dari Fakultas Pertanian Unram Hasil demplot tentang budidaya bawang merah dengan aplikasi pupuk mikoriza Kegiatan demplot budidaya tanaman jagung manis dengan aplikasi pupuk hayati mikoriza, mulai dari persiapan lahan, penanaman, pertumbuhan tanaman dan panen dapat dilihat pada Gambar 2. Demplot ini dilakukan oleh Kelompok Tani Jami Nambar dibawah bimbingan dan arahan Tim Penyuluhan dari Fakultas Pertanian Universitas Mataram tentang teknis budidaya jagung manis dengan menggunakan pupuk hayati mikoriza, dan penambahan bahan organik. Kegiatan demplot ini juga dibantu oleh adik-adik mahasiswa yang sedang melakukan kegiatan Kuliah Kerja Nyata Tematik, sehingga ada proses transfer teknologi baik kepada adik-adik mahasiswa maupun kepada kelompok tani secara bersama-sama. Gambar 2. Demplot budidaya tanaman jagung manis dengan aplikasi pupuk hayati mikoriza Hasil pengamatan komponen hasil dan aktivitas mikoriza dalam upaya peningkatan produksi jagung dengan memanfaatkan pupuk hayati mikoriza meliputi: tinggi tanaman bobot basah per tanaman, bobot tongkol per tanaman, derajat infeksi pada akar, bobot segar biomassa pucuk, bobot segar akar, bobot tongkol segar, jumlah spora dari sekitar rizosfer tanaman yang diperoleh dari petak dengan aplikasi pupuk hayati mikoriza dan tanpa aplikasi pupuk hayati mikoriza (milik petani) di lapangan dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil pengamatan komponen hasil jagung manis dan aktivitas mikoriza pada aplikasi teknologi pupuk hayati mikoriza dan tanpa aplikasi pupuk hayati mikoriza (petani) Parameter + Mikoriza* - Mikoriza* Bobot basah (kg/petak) 39,72 15,85 Bobot tongkol (kg/petak) 27,45 10,76 Derajat infeksi (%) Jumlah spora (100 g -1 tanah) tinggi tanaman bobot segar biomassa pucuk (g/tan.) 87,23 43,67 bobot segar akar (g/tan) 6,89 3,3 bobot tongkol segar (kg/tan.) 108,16 73,2 Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

298 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Keterangan: (+)= dengan mikoriza, (-)= tanpa mikoriza, *= nyata pada uji t P 0,05 Dari Tabel 1 nampak upaya peningkatan produksi jagung manis dengan memanfaatkan pupuk hayati mikoriza arbuskular pada tanaman jagung manis memberi hasil yang jauh lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan aplikasi teknologi konvensional yang tidak menggunakan pupuk hayati mikoriza milik petani. Hal ini dapat dilihat dari semua parameter hasil yang diamati yang menunjukkan perbedaan yang nyata menurut uji t P 0,05. Upaya peningkatan produksi jagung dan aktivitas mikoriza dengan aplikasi pupuk hayati mikoriza arbuskular mampu meningkatkan bobot basah berangkasan per petak, bobot tongkol per petak, derajat infeksi, tinggi tanaman, bobot segar biomassa pucuk, bobot segar akar, bobo tongkol dan jumlah spora per 100 g tanah berturut-turut mencapai 150%, 155%, 188% dan 225% dibandingkan dengan tanpa aplikasi pupuk hayati mikoriza milik petani. Hal ini beralasan karena tanaman jagung merupakan tanaman inang yang disukai oleh mikoriza sehingga dapat memicu infeksi dan sporulasi mikoriza. Dengan meningkatnya sporulasi maka juga akan terjadi pengkayaan populasi mikoriza di dalam tanah. Fakta diatas sesuai dengan hasil penelitian Astiko (2009) yang melakukan evaluasi kontribusi MA indigenus yang dikombinasikan dengan pupuk kandang untuk meningkatkan hasil jagung di tanah berpasir Lombok Utara. Paket pemupukan MA yang dikombinasikan dengan pupuk kandang pada tanaman jagung juga memberikan kontribusi yang nyata terhadap konsentrasi hara tanah terutama N, P, K dan C-organik. Selain itu tanaman jagung merupakan tanaman yang memiliki perakaran yang kasar dengan rambut akar yang sedikit, tipe perakaran magnoloid (kasar dan berbulu akar sedikit atau bahkan tidak berbulu akar) sehingga lebih peka dan tanggap terhadap infeksi mikoriza yang mengakibatkan kepada meningkatnya populasi mikoriza. Hal ini mengakibatkan peranan mikoriza dalam membantu tanaman dalam penyerapan unsur hara dan air menjadi lebih baik. Akibatnya terlihat pada bobot basah, bobot kering dan bobot tongkol tanaman jagung yang diinokulasi MA lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman tanpa inokulasi MA milik petani. Inokulum MA yang digunakan dalam demplot ini adalah MA indigenus yang merupakan MA asli pribumi dan sudah lama beradaptasi dengan kondisi in situ sehingga mudah menyesuaikan diri dengan kondisi lingkungan setempat sehingga mempunya efektivitas yang baik. Lebih lanjut, Astiko, (2012) yang memfokuskan kajiannya pada pemanfaatan pupuk hayati berbasis MA untuk meningkatkan hasil kedelai di daerah semi arid tropis Lombok Utara juga memberikan hasil serupa, aplikasi pupuk hayati MA indigenus plus pupuk kandang mampu meningkatkan kinerja biologis MA yang pada ahirnya dapat meningkatkan hasil tanaman kedelai. Status kesuburan tanah dan penampilan tanaman kedelai juga lebih baik pada aplikasai pupuk hayati MA plus pupuk kandang. Sebaliknya paket teknologi yang diterapkan petani dengan masukan pupuk yang tinggi dan aplikasi penyemprotan pestisida yang intensif menyebabkan peranan mikoriza menjadi tidak maksimal. Indikasi ini terlihat dara parameter derajat infeksi dan jumlah spora yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan aplikasi teknologi ramah lingkungan dengan memanfaatkan pupuk hayati mikoriza. Fakta ini juga dikemukakan oleh Smith dan Read (2008), bahwa peningkatan jumlah spora dan persentase infeksi MA dipengaruhi oleh faktor pemupukan dan aplikasi pestisida. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

299 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat dikemukaan beberapa kesimpulan sebagai berikut : 1. Kegiatan penyuluhan dan demplot pertanian dalam upaya memasyarakatkan pemanfaatan pupuk hayati mikoriza arbuskular dalam upaya meningkatkan produksi jagung manis sangat berhasil dan disambut dengan antusias oleh petani di Dusun Sesait Desa Sesait Kecamatan Kayangan Kabupaten Lombok Utara. Hal ini ditunjang dengan adanya peningkatan produksi jagung dan aktivitas mikoriza arbuskular yang mampu meningkatkan bobot basah berangkasan per petak, bobot tongkol per petak, derajat infeksi tinggi tanaman, bobot segar biomassa pucuk, bobot segar akar, bobo tongkol dan jumlah spora per 100 g tanah berturutturut mencapai 150%, 155%, 188% dan 225% dibandingkan dengan tanpa aplikasi pupuk hayati mikoriza milik petani. 2. Menyimak respon yang positif dari semua petani peserta kegiatan ini, maka tim penyuluh yakin bahwa pola ini dapat dijadikan contoh model usaha tani berkelanjutan di Desa Sesait Kecamatan Kayangan yang berorientasi pada azas manfaat ekonomi dan kelestarian sumberdaya alam dalam upaya meningkatkan produksi jagung manis. DAFTAR PUSTAKA Astiko, W Pengaruh paket pemupukan terhadap pertumbuhan dan hasil tanaman kedelai di lahan kering. Jurnal CropAgro 2 (1): Astiko, W., I.R. Sastrahidayat, S. Djauhari dan A. Muhibuddin Aplikasi pupuk organik berbasis mikoriza untuk meningkatkan hasil kedelai di daerah semi arid tropis Lombok Utara. Buana Sains 12 (1): Astiko, W Peranan Mikoriza Indigenus pada Pola Tanam Berbeda dalam Meningkatkan Hasil Kedelai di Tanah Berpasir. Arga Puji Press. pp Astiko, W., Sudantha, I.M, Isnaini, M dan Ernawati, N.M.L Aplikasi pupuk hayati mikoriza untuk meningkatkan hasil tanaman bawang merah. Jurnal Abdi Insani Universitas Mataram. 5 (1): 1-8 Bastida, F., T. Hernández dan C. Garcia Soil degradation and rehabilitation: microorganisms and functionality. In: Insan H., I. Franke-Whittle, M. Goberna (editor). Microbes at Work From Wastes to Resources Heidelberg: Springer Verlag. p Mirza, M Kemungkinan penggunaan curah hujan untuk penentuan saat tanam padi di sawah tadah hujan. (hal 24-35). Prosiding dalam Seminar Sehari Pemanfaatan Sumberdaya Iklim Dalam Pengembangan Pertanian Yang Efisien Perhimpunan Meteorologi Pertanian Indonesia (PERHIMPI) NTB dan Fakultas Pertanian Univeresitas Mataram Priyono, J Kimia tanah. Mataram University Press. pp. 103 Soil Survey Staff Keys to soil taxonomy. United States Departement of Agriculture. Natural Resources Conservation Service. 8th Ed., Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

300 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Suzuki, S. dan A.D. Noble Improvement in water-holding capacity and structural stability of a sandy soil in Northeast Thailand. Arid Land Research and Management. 21:37 49 Smith, S..E. dan D.J. Read Mycorrhizal symbiosis, 3rd edn. Elsevier and Academic, New York, London, Burlington, San Diego. p Satrahidayat, I. R Rekayasa pupuk hayati mikoriza dalam meningkatkan produksi pertanian. UB Press. Malang Indonesia. pp. 226 Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

301 Pelatihan Bekam Sebagai Pembinaan Keterampilan Bermuatan Sosial, Ekonomi Dan Keagamaan Bagi Pria Usia Produktif Taufiq Ramdani 1, Muhammad Arwan Rosyadi 2, Azhari Evendi 3 Anisa Puspa Rani 4 Program Studi Sosiologi, Universitas Mataram Kata Kunci: bekam, bewirausaha, difusi, inovasi, pelatihan, peserta, usia produktif Abstrak: Berdaya tidaknya individu menghadapi situasi ekonomi yang menghimpitnya sangat dipengaruhi oleh seberapa strategis kempetensi yang dimilikinya, seberapa signifikan kompetensi tersebut menjawab kebutuhan masyarakat sekitarnya, seberapa murah dan mudah untuk diakses serta dirasakan langsung manfaatnya. Suatu kompetensi yang terkadang bisa jadi merupakan inovasi baru bagi suatu komunitas tertentu maka akan lebih baik bila mengandung sifat keinovasian yang membuatnya mudah terdifusi, seperti azas keuntungan relatif, kompatibilitas, kompleksitas serta trabilitasnya (Rogers.1995). Di desa Seteluk Tengah terdapat banyak remaja usia produktif yang membutuhkan pemberdayaan, dimana agar pemberdayaan tersebut menarik antusiasme mereka maka bentuk pemberdayaan haruslah prosfek untuk income keluarga, dan agar mudah tersosialisasi dan diterima masyarakat haruslah memilki muatan yang kesesuaian dengan prinsip sosial-keagamaan masayarakat setempat. Bagaimanakah bentuk dan strategi pemberdayaan yang sesuai dengan asumsi tersebut? Maka tujuan kegiatan ini adalah menjawab rumusan masalah tersebut yaitu terselenggaranya pelatihan praktek membekam yang nantinya prosfek bagi income keluarga, serta berkesesuaian dengan nilai sosial-keagamaan masyarakat setempat. Kegiatan pemberdayaan ini menggunakan metode pelatihan yang memadukan teori dan praktek 25% - 75%, melibatkan 30 peserta dan 2 orang pemateri, bertempat di Masjid Desa Seteluk Tengah. Setelah serangkaian kegiatan dilaksanakan diperoleh hasil bahwa mayoritas peserta telah menguasai prosedur pra-bekam, membekam, paca-bekam yang berkesesuaian dengan kaidah dan prosedur keselamatan medis sehingga mereka lebih percaya diri dalam meyakinkan masyarakat tentang keunggulan dibekam. Setelah mengikuti kegiatan pelatihan mayoritas peserta mengaku telah memiliki kompetensi dan semangat berwirausaha secara mandiri yaitu dengan membuka praktek layanan bekam. Mayoritas peserta yang juga berlatarbelakang aktivis masjid dan telah mengikuti kegiatan pelatihan menyatakan kesiapannya untuk segera menerima layanan bekam. Korespondensi: Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

302 PENDAHULUAN Kemampuan individu dalam menghadapi situasi ekonomi yang sulit akan sangat ditentukan oleh keahlian yang dimilikinya, yaitu seberapa signifikan keahlian tersebut bisa menjawab kebutuhan masyarakat sekitarnya, seberapa murah dan mudah untuk diakses serta dirasakan langsung manfaatnya oleh masyarakat luas. Suatu keahlian yang terkadang bisa jadi adalah inovasi baru bagi suatu komunitas tertentu maka akan lebih baik kalau mengandung sifat keinovasian yang membuatnya mudah terdifusi, seperti keuntungan yang langsung dapat dirasakan, kompatibilitasnya yang tinggi, tingkat kompleksitasnya yang rendah, serta relatif mudah dicoba/ azas trabilitas. (Rogers.1995). Di desa Seteluk Tengah Kecamatan Seteluk Kabupaten Sumbawa Barat terdapat banyak pria usia produktif yang membutuhkan kegiatan pemberdayaan, dimana agar pemberdayaan tersebut menarik semangat dan partisipasi mereka maka bentuk pemberdayaan sebaiknya cukup menjanjikan untuk income keluarga, dan agar mudah tersosialisasi dan diterima masyarakat sebaiknya memilki muatan yang sesuai dengan prinsip sosial-keagamaan masayarakat setempat (azas kompatibilitas). Pada era sekarang ini, peluang mempertahankan kesejahteraan seseorang sangat terkait erat dengan seberapa compatibel kompetensi tersebut terhadap perubahan dan perkembangan kebutuhan masyarakat. Berdaya atau tidaknya seseorang di dalam menghadapi situasi ekonomi dan lapangan kerja yang terus berubah sangat berkaitan erat dengan seberapa baik atau bahkan seberapa handal dia di dalam penguasaan keterampilan tersebut. Semakin baik penguasaan keterampilan yang dimiliki oleh seseorang maka semakin menjadi pilihan konsumen nantinya, dan tentunya semakin terbuka peluang menuju kesejahterannya. Tanpa penguasaan keterampilan yang terus di-upgrade, maka keterampilan seseorang yang semula bisa jadi adalah primadona konsumen bisa jadi ke depannya tidak lagi memiliki daya jual, karena dia tidak lagi memiliki sesuatu yang lebih untuk dijual sebagai sumber pendapatannya, karena keterampilan tersebut akan tenggelam bersama munculnya alternative-alternatif lain yang terus bermunculan. Pada era abad ini, seseorang yang tidak memiliki ijazah tidak akan memiliki kesempatan pada sector formal, ada batasan waktu dan usia untuk mencapai hal tersebut (ijazah sekolah), sehingga ada istilah terlambat dal hal ini, namun tidak ada istilah terlembat dalam hal belajar untuk tujuan kepemilikan kompetensi. Orang yang tidak memiliki kompetensi dan keterampilan tidak akan mendapat peluang dan kesempatan di semua lini, baik di sektor informal terlebih di sektor formal. Akhir-akhir ini layanan kesehatan yang berlabel alternative-herbal adalah trend yang lebih banyak diminati masyarakat menyaingi layanan kesehatan konvensional dan berbasis produk pabrik farmasi. Bersamaan dengan tema yang mengusung produk herbal turut pula tema-tema pengobatan non-konvensional berbasis ajaran Islam yang disebut Thibbunnbawi kian populer dan diminati masyarakat. Salah satu bentuk pengobatan berkonsep thibbunnabawi yang kian populuer dan diminati masayarakat adalah layanan BEKAM. Layanan ini menjadi kian populer selain didukung oleh kian meningkatnya pengetahuan dan kesadaran beragama masyarakat juga disebabkan biayanya yang sangat terjangkau, bahkan tidak sedikit penyedia layanan bekam yang tidak menentukan tarif layanan (seikhlasnya). Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

303 Sebagaimana umum kita ketahui, bahwa nilai ekonomi suatu keterampilan sangat terkait erat dengan kedudukan keterampilan tersebut dalam Herarkhi Need masyarakat, yaitu seberapa vital keterampian tersebut bagi hajat hidup terlebih bagi keberlangsungan hidup masyarakat. Tidak harus formal, bahkan terkadang pekerjaan sektor informal menjadi bamper di banyak negara berkembang di tengah sempitnya lapangan kerja. (Rachbini & Hamid, 1994). Sehat dan sakit adalah dikotomi antara bahagia dan menderita seseorang, atau bahkan terkait dengan hidup-mati seseorang, maka dalam hal ini keterampilan bidang kesehatan akan sangat vital sehinga sangat penting dan mahal harganya, terlepas bahwa keterampilan bidang kesehatan tersebut alternatif sifatnya seperti keterampilan membekam ataukah keterampilan formal-mainstream seperti profesi dokter. Mahalnya layanan kesehatan modern yang berbasis pada penangangan medis oleh tenaga bersertifikat profesi membuat sebagian masyarakat harus mencari alternatif lain, terlebih di tengah antusias masyarakat yang semakin tinggi terhadap metode dan layanan kesehatan alternative dan herbalistik. Namun sayangnya tidak banyak orang yang mau dan mampu memanfaatkan peluang sosial ekonomi di balik situasi di atas. Di Desa Seteluk Tengah Kecamata Seteluk Kabupaten Sumbawa Barat terdapat sejumlah orang yang belum mempunyai pekerjaan tetap atau belum terikat dengan lembaga dan instansi tertentu. Sebagian dari mereka ada yang sarjana, namun tidak sedikit pula yang hanya mengenyam pendidikan sampai sekolah menengah atas (SMA). Sebahagian dari mereka ada yang setelah menamatkan pendidikan SMA tidak melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dan hanya menunggu tawaran-tawaran pekerjaan musiman dan seadanya dengan jenis pekerjaan yang memanfaatkan kekuatan fisik (non-kompetensi). Seiring waktu dengan menggeliatnya aktivitas keagamaan serta meningkatnya kesadaran beragama masyarakat Desa Seteluk Tengah maka meningkat pula atensi dan minat mereka terhadap hal-hal yang bersifat keagamaan, termasuk dalam hal pengobatan, masyarakat terlihat mulai lebih gandrung kepada pengobatan berdimensi Islami (Thibbunnabawi), namun sayangnya di sisi lain hanya satu orang yang mampu member layanan kesehatan dimaksud. Kompleksitas ketiadaan kompetensi dan keterampilan para pria usia produktif yang selaras dengan kebutuhan masyarakat kekinian di satu sisi, kemudian menurunnya tingkat kesehatan masyarakat dengan varians penyakit yang terus bertambah membutuhkan penanganan yang mudah, murah dan cepat di sisi lainnya, menuntut kreatifitas berbagai pihak untuk menangkap peluang yang muncul dari kompleksitas tersebut, salah satunya mungkin melalui pelatihan bidang kesehatan yang selaras. Tibbun Nabawi dalam hal ini praktek membekam adalah metode pengobatan yang berbasis pada ajaran Islam yaitu Sunnah Nabi Muhammad SAW. Maka tidaklah mengherankan jika kemudian praktek layanan kesehatan ini (termasuk yang berlangsung di desa Seteluk Tengah) dipelopori oleh orang yang berpredikat ustadz atau pegiat keagamaan, dan corak keterampilan inipun identik dengan nilai-nilai keislaman. Oleh karena praktek kesehatan Tibbun Nabawi seperti bekam adalah metode pengobatan yang berbasis pada ajaran Islam yaitu Sunnah Nabi Muhammad SAW atau tindakan Rasulullah dalam hal pengobatan (Ar-Rayyis, 2003) maka tidaklah mengherankan bahwa penyedia jasa pengobatan Tibbun Nabawi yang ada di Sumbawa Barat adalah orang Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

304 yang sangat lekat dengan predikat ustadz atau santri. Di sisi lain, karena mereka yang menjalani praktek layanan kesehatan Tibbun Nabawi ini merupakan orang yang memiliki predikat Ustadz atau santri maka banyak dari mereka ini menjalankan layanan tersebut dengan system imbal jasa seikhlasnya, dan nuansa social-spiritualnya lebih mereka kedepankan. Di desa seteluk Tengah Kecamatan Seteluk Kabupaten Sumbawa Barat terdapat cukup banyak pria dengan usia produktif yang tetap menetap di desa mereka, tidak keluar desa untuk keperluan studi maupun bekerja, tidak sedikit dari mereka ini adalah kalangan remaja atau bahkan kalangan dewasa dengan usia produktif, tidak sedikit yang harus atau mungkin memilih tetap tinggal di desanya disebabkan berbagai faktor, mulai dari faktor ekonomi sampai dengan alasan yang apatis yaitu sudah menjadi nasib. Sementara di sisi lain kesadaran dan daya minat masyarakat akan nilai-nilai dan tradisi keislaman akhir-akhir ini mulai meningkat, termasuk dalam hal pengobatan yang berbasis pada praktek thibbunnbawi seperti membekam, pengobatan herbal, pasduk, dll. Akhir-akhir ini seiring dengan peningkatan kesadaran beragama masyarakat di satu sisi, ditambah bahwa pelayanan medis tindak-lanjut memperlukan persyaratan administrasi yang tidak sederhana (prosedur rujuk untuk pengobatan tindak-lanjut), diperparah dengan jarak pusat kesehatan tindak-lanjut yang cukup jauh, maka tidak sedikit masyarakat yang merasa lebih mudah serta lebih yakin bila penyakitnya ditangani melalui praktek thibbunnabawi seperti bekam, pasduk, dll. Meningkatnya varian dan kuantitas penyakit yang menjangkiti masyarakat akhir-akhir ini, termasuk pada masyarakat desa Seteluk Tengah di satu sisi, sementara layanan kesehatan masih terbatas serta sulit diakses di sisi lain, baik karena jumlah maupun karena jarak, telah memunculkan kompleksitas yang perlu penanganan dan solusi jalan keluar. Beberapa orang remaja sebenarnya sudah mengetahui teknik membekam pada level kerumitan tertentu, namun karena perkara penanganan medis terasuk membekam bukan sesuatu yang tanpa resiko bila terjadi kesalahan penindakan maka kebanyakan dari mereka yang sebenarnya bisa ini tidak berani membuka layanan medis membekam, terlebih bila harus menarik biaya. Beberapa dari mereka mengungkapkan bahwa mereka perlu belajar dan dilatih secara khusus untuk bisa yakin dan percaya diri guna membuka praktek/ layanan membekam. Berdasarkan prinsip kesesuaian antara sasaran (remaja desa Seteluk Tengah) dengan metode pendekatan, maka kegiatan pemberdayaan yang paling relevan untuk menjangkau mereka ini yaitu pelatihan membekam haruslah memperhatikan prinsip-prinsip inovasi agar mudah terdifusi dengan baik, mulai dari sifat inovasi itu sendiri yang memuat azas triabilitas, kompleksitas, kompatibilitas, serta azas keuntungan relative. Di samping itu agar difusi inovasi membekam ini dapat tersosialisasikan dan terdifusi dengan baik maka membutuhkan media sosialisasi dan pemberdayaan yang tepat serta relefan, meliputi instruktur, lokasi, waktu, serta bentuk kegiatan. Sebagaimana pendapat Rogers tentang sifat inovasi agar dapat terdifusi dengan baik maka pelatihan keterampilan membekam sebagai salah satu bentuk upaya mendifusikan inovasi bekam memuat azas difusi-inovasi yang mendukung keterlaksanaan dan kesuksesannya, khususnya pada aspek triabilitas yaitu dapat dicoba dan diakses dengan mudah, kemudian azas kompleksitas yaitu memiliki tingkat kesulitan yang rendah, di samping Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

305 azas keuntungan relatif yang terukur dan kompatibilitas yang sudah ssuai tentunya. Di sisi lain untuk menunjang kehandalan peserta pelatihan maka kegiatan ini akan menghadirkan instruktur pelatihan bekam yang handal yang berdomisili di lokasi kegiatan yang tentunya akan sangat memahami azas kompatibilitas inovasi dengan budaya dan keyakinan setempat (kecataman Seteluk Kab.Sumbawa Barat). Di samping itu, keberadaan pengurus Masjid di lokasi kegiatan turut dijadikan sebagai mitra kegiatan, dengan harapan akan memaksimalkan proses sosialisasi serta legitimasi kegiatan pelatihan benar-benar sesuai dengan prinsip keyakinan masyarakat setempat. Keterampilan membekam sama halnya dengan upaya untuk memperkenalkan inovasi baru bagi komunitas remaja seteluk tengah yang memang baru mengenal hal tersebut. Melalui kegiatan pelatihan praktek membekam diharapkan inovasi dan keterampilannya tersebut perlahan-lahan terdifusi dan dapat dikembangkan melalui sebuah proses konstruksi individu hingga ke konstruksi sosial. Lebih lanjut melalui kegiatan ini diharapkan praktek membekam nantinya dapat meningkatkan pendapatan dan taraf hidup pesertau yaitu para remaja usia produktif desa Seteluk Tengah Kecamatan Seteluk Kabupaten Sumbawa Barat. Berdasarkan uraian di atas maka isu strategis yang perlu diselesaikan adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana pemahaman pria usia produktif desa Seteluk Tengah tentang strategi berwirausaha dan menciptakan sumber pendapatan tambahan bagi keluarga? 2. Bagaimana tingkat ketertarikan, kompetensi, serta partisipasi pria usia produktif desa Seteluk Tengah terhadap peluang dan strategi menciptakan sumber pendapatan tambahan bagi keluarga (entrepreneurship) melalui layanan kesehatan yaitu membekam? 3. Bagaimana tingkat pertumbuhan semangat entrepreneurship pria usia produktif desa Seteluk Tengah setelah mengikuti pelatihan praktek membekam sebagai media pemberdayaan bermuatan sosial, ekonomi, serta keagamaan bagi Remaja Usia Produktif? METODE PELAKSANAAN Prosedur dan materi kegiatan pengabdian kepada masyarakat berbentuk penyampaian motivasi kewirausahaan dan pelatihan praktek bekam ini diselenggarakan sebagai berikut: 1. Didahului dengan pemaparan materi, ceramah monolog yang diselingi dengan tanya jawab terkait peluang-peluang berwirausaha yang menjanjikan sekarang ini dan ke depan sekaligus memotivasi peserta agat memanfatkan peluang pelatihan membekam ini sebagai sarana berwirausaha. 2. Kegiatan secara keseluruhan melibatkan peserta sebanyak 30 orang yang dibantu oleh beberapa orang aktivis Masjid dan mitra kegiatan. 3. Kegiatan berbentuk pelatihan yaitu penyampaian materi melalui ceramah dan tanya-jawab selama beberapa kesempatan yang kemudian diselingi dengan kegiatan praktek secara langsung dengan menggunakan beberapa alat kesehatan dengan formasi 30% teori dan 70% praktek membekam secara langsung. 4. Kegiatan dilangsungkan pada hari Sabtu dan Ahad, guna mengoptimalisasi kesempatan hadir peserta dan instruktur. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

306 5. Kegiatan pelatihan dipandu oleh seorang instruktur bekam yang sudah terampil dan berpengalaman didampingi oleh beberapa orang yang merupakan mitra kegiatan yaitu aktivis Masjid setempat. 6. Setiap peserta dituntun untuk praktek dan mencoba secara langsung, setiap kesalahan akan dievaluasi secara langsung oleh instruktur. 7. Kegiatan diselenggarakan di lokasi terdekat dengan komunitas sasaran yaitu di Masjid Desa Seteluk Tengah, Kecamatan Seteluk Kabupaten Sumbawa Barat. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pelatihan praktek bekam ini meliputi sesi ceramah dan tanya-jawab seputar teori membekam dan prosedur-prosedurnya yang kemudian dipraktekkan oleh instruktur dan diperhatikan oleh peserta, untuk tahapan-tahapan tertentu yang penting dan memungkinkan maka peserta dapat mengikutinya secara praktek. Adapun materi ceramah, tanya jawab serta praktek dimaksud adalah sebagai berikut: Tindakan Pra-bekam: 1. Mendata Pasien dan melakukan anamnesis (wawancara) Catatan data pasien sangat penting untuk merekam identitas, diagnosis penyakit, terapi yang sudah diberikan serta mengetahui perkembangan penyakitnya. Data yang perlu dicatat antara lain: a. Identitas pasien, meliputi: Nama lengkap, umur, jenis kelamin, alamat, status perkawinan. b. Identitas keluarga, meliputi: kedudukan dalam keluarga, pekerjaan dan alamat tinggal. Karena beberapa penyakit berkaitan erat dengan jenis pekerjaan serta lokasi permukiman. Anamnesis yang benar dan lengkap sudah dapat mendiagnosis penyakit hampir 75%. Adapun hal-hal yang perlu ditanyakan: a. Keluhan utama, yakni keluhan yang menyebabkan seseorang berobat untuk dibekam. Sebagai contoh dalam hal ini adalah Sakit Perut. b. Keluhan tambahan (keluhan penyerta), yakni keluhan lain yang mengiringi keluhan utama tersebut, seperti sakit di pinggan dan ulu hati. c. Riwayat penyakit terdahulu, yakni penyakit yang masih berkaitan dengan keluhan sekarang, sperti 2 tahun yang lalu pernah konsumsi obat kedaluarsa berkepanjangan, dll. Serta wijayat alergi dan penyakit-penyakit yang berkaitan sperti diabetes, gagal ginjal, dan lain sebagainya. 2. Melakukan pemeriksaan dan menentukan diagnose penyakit. Pemeriksaan ini bertujuan untuk membuktikan bahwa apa yang dikeluhkan pasiten tersebut sesuai dengan kelainan fisik yang ada. Adalakalanya pasien mengeluhkan sesuatu tetapi tidak ditemukan kelainan fisik apapun dan begitu juga sebaliknya. Pemeriksaan fisik tersebut adalah sebagai berikut: a. Pemeriksaan umum, meliputi tekanan darah, nadi, temperature tubuh, pernafasan, lidah iris (iridology), telapak tangan (Palmistry) dan lain-lain. Yang terpenting adalah bisa Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

307 mengetahui penyakitnya, boleh dengan cara diagnosa medis maupun secara tradisional ataupun gabungan dari kedunya. b. Inspeksi (Pengamatan), pendengaran dan penciuman dari organ yang dikeluhkan pasien. Perhatikan perubahan warna kulit, bentuk, tekstruk atau perubahan lainnya yang kasat mata. Amati pula ekspresi wajah, bentuk dan sikap serta cara berjalan pasien. c. Palpasi (Perabahan, penekanan) atau perkusi (pengetukan) di sekitar tubuh yang mengalami keluhan. Periksalah apakah terdapat benjolan keras/lunak, atau dengan penekanan apabila terasa sakit maka menunjukkan penyakitnya termasuk hiper (kelebihan fungsi) dan jika dengan penekanan pasien merasa enak berarti penyakitnya termasuk hipo (kekurangan fungi). Begitu juga dengan pengetukan pada organ apakah terjadi perubahan, seperti paru-paru yang sharusnya berbunyi sonor, pada kondisi tertentu berubah menjadi pekak karena terdapat tumor paru-paru. Terkadang kita perlu menggerakkan bagian tubuh yang sakit, apakah terdapat keterbatasan gerak pada tangan/kaki, kekakuan, nyerti ketika digerakkan dan lain-lain. d. Auskultasi, yakni pemeriksaan dengan menggunakan stestoskop untuk mengetahui danya kelainan pada rongga dada (jantung dan paru-paru) serta rongga perut (Lambung, usus, dll). e. Jika diperlukan lakukanlah pemeriksaan penunjang seperti laboratorium darah, urin, tinja, rontgen (radiologi), EKG CT-Scan, MRI, dan sebagainya. Setelah diketahui keluhannya melalui anamnesis dan telah dilakukan pemeriksaan maka dapat diambil kesimpulan mengenai penyakit yang dialami oleh pasien (diagnose). Diagnosa penyakit ini sebagai modal dasar untuk menentukan langkah selanjutnya mengenai jenis terapi apa yang dilakukan, titik bekam mana yang akan dipilih serta herbal penunjang apa yang memang perlu direkomendasikan. 3. Materi Menentukan Titik Bekam Dalam menentukan titik bekam terdapat beberapa versi (Madzhab), ada yang berdasarkan lokasi keluhan, ada yang berdasarkan titik akupuntur, dan ada yang berdasarkan pada anatomi dan patofisiologi organ yang bermasalah. Sampai sekarang belum ditemukan kata sepakat diantara beberapa mazhab tersebut, namun pada pelatihan ini titik bekam ditentukan berdasarkan lokasi keluhan. a. Dalam memilih titk bekam ini, maka tidak perlu memakai banyak titik. Sebab titik bekam yang banyak belum tentu lebih efektif dibandingkan satu titik. Selain itu banyak titik akan menimbulkan rasa sakit yang lebih banyak. Disarankan dibatasi hanya sampai 7 titik bekam saja. b. Ada sekitar 12 titik utama yang disebutkan dalam hadits (disebut titik bekam nabi), selebihnya merupakan pengembangan dari itu. Diantaranya di kepala (Ummu Mughits, Qomahduwah, Yafukhs Hammah, Dzuqn, Uzun), Leher dan punggung (Kaahil, Al- Akhda ain, Alkatifain, Naqroh, Munkib), Kaki (Wirk, Fakhd, Zhohrul Qodam, Iltiwa ) dan lain sebagainya. c. Beberapa titik yang terlarang unuk dibekam adalah: Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

308 - Pusat Kelenjar Limfa atau getah bening di leher samping bawah telinga kanan dan kiri (limfonodi servikalis), di ketiak kanan dan kiri (limfonodi axillaris), dan di lipatan selangkangan kanan dan kiri (limfonodi inguinalis). - Otak kecil bagian bawah (akhir tengkorak belakang bagian bawah - Leher depan di bagian tenggorokan - Ulu hati - Lubang alami seperti pusar, dubur, putting payudara, telinga, dll - Lutut belakang, depan dan samping - Terlalu dekat dengan mata - Perut dan pinggang wanita hamil - Tepat pada varises, tumor, kanker, dan bagian yang bengkak pada kasus gout/asam urat. 4. Materi Mempersiapkan Peralatan Bekam dan Pasien a. Mempersiapkan peralatan bekam dan ruangan. Yang paling utama adalah menyiapkan agar alat-alat yang digunakan bisa steril mengingat banyak penyakit yang dimungkinkan menular melalui alat-alat bekam seperti pasien hepatitis dan HIV-AIDS. b. Alat yang digunakan adalah: Kop/Gelas bekam dan Handpump (pompa), pisau bedah, bisturi, skapel, klem, kain duk, sarung tangan, masker wajah, mangkok/cawan, nampan, tempat sampah, meja, kursi dan bed periksa. Jika dimungkinkan diusahkan memiliki tabung oksigen untuk mengantisipasi bila terjadi pingsan/ syok. c. Bahan yang digunakan adalah: Kassa Steril, iodine, disinfektan, larutan H2O2, minyak zaitun dan minyak habbatussuda. d. Untuk mensterilkan alat-alat yang diunakan tersebut maka perlu dicuci dan setelahnya dibersihkan lalu dimasukkan ke dalam sterilisator. Yang umum digunakan adalah dengan teknolog pemanasan dan ozone. e. Pisau bedah, sarung tangan, masker wajah dan hanya boleh digunakan sekali pakai langsung dibuang. f. Ruangan harus besih, cukup penerangam, cukup ventilasin dan aliran udara serta tidak pengap. Dilarang menggunakan kipas angin di ruangan pada saat dilakukan bekam. Jangan melakukan bekamn di ruang terbuka, tempat yang berdebu, atau persis di bawah blower AC g. Tidak boleh menggunakan jarum, silet, gelas minum, bekas botol, tanduk, tissue dan kain lap untuk melakukan bekam. Walaupun tampk bersih namun peralatan tersebut bukan merupakan perlatan standar medis atau suatu tidnakan bedah minor seperti bekam. h. Disarankan setiap pasien memiliki kop bekam sendiri. Bagi penderita HIV-AIDS (ODHA), hepatitis (Sakit Kuning), pecandu narkoba dan penyakit menular lainnya wajib memiliki peralatan bekam sendiri dan tidak boleh digunakan pasien lain walaupun sudah disterilkan. 5. Mempersiapkan Pasien Pasien dipersiapkan terlebih dahulu secara mental dan fisik. Pasien perlu mendapatkan penjelasan mengenai dasar pengobatan bekam (hijamah) sebagai teknik pengobatan yang Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

309 dicontohkan oleh Rasululllah Sallallahu Alaihi Wasallam, cara membekam, manfaat membek, efek samping yang mungkin terjadi sesat setelah bekam, serta pantangan-pantangan yang tidak boleh dilakukan sesaat setelah bekam. a. Pasien diberi pengertian dan dukungan agar tidak gelisah dan takut, khususnya bagi mereka yang baru pertamakali dibekam. Beri pengertian bahwa dibekam itu tidak sakit, anjurkan untuk berdoa dan mengikuti sunnah-sunnah sebelum dan saat dibekam. b. Bagian tubuh yang akan dibekam sebaiknya ditutup dengan kain steril yang berlubang di bagian tengahnya sehingga memudahkan tindakan membekam. c. Menyiapkan minuman air putih, madu atau sari kurma untuk pasien, karena terkadang ketika sedang dibekam pasien merasa haus sekaligus untuk mengantisipasi bila saja pasien lemas. d. Bagi pasien yang baru pertama kali dibekam cukup 1 sampai 2 titik bekam saja. e. Pasien wanita harus ditangani oleh ahli bekam wanita dan pasien laki-laki oleh laki-laki. Untuk menjaga aurat maka hindari membuka bagian tubuh yang tidak perlu dibuka. f. Posisi berbaring miring, untuk membekam pada titik bagian samping kaki atau tungkai. g. Posisi terlentang; untuk membekam pada titik daerah muka, leher, dada, perut, serta tungkai depan. h. Posisi telungkup; untuk membekam titik di tengkuk, punggung, pinggang dan tungkai bagian belakang. i. Posisi duduk di kursi dengan kepala menengadah dan kepala bagian belakang bersandar pada sandaran kursi; untuk membekam wajah, kepala, dagu, serta leher bagian depan. j. Posisi duduk di kursi dan meletakkan tangan di meja sambil menopang dagu; untuk membekam kepaa dan wajah.\ k. Posisi duduk di kursi dengan kedua lengan lurus ke depan dan diletakkan di atas meja; untuk membekam daerah tangan dan lengan, tengkuk, leher samping, bahu, punggung dan pinggang. l. Posisi duduk di kursi dengan kepala telungkup miring di atas meja; untuk membekam titik di samping kepaa dan wajah serta leher bagian samping. 6. Materi dan Praktek Melakukan Bekam Berikut ini adalah teknik bekam yang menggunakan sayatan (syatroh): a. Mulai dengan berdoa dan mensterilkan bagian tubuh yang akan dibekam dengan disinfektan. b. Dilanjutkan dengan penghisapan kulit menggunakan kop/gelas bekam, kekuatan penghisapan disesuaikan pada kondisi pasien sehingga dapat berbeda-beda. Lama penghisapan selama 5 menit, tindakan ini sekaligus berfungsi sebagai Anestesi (pembiusan) lokal. Diutamakan mendahulukan bagian tubuh sebelah kanan dan jangan melakukan menghisapan lebih dari 4 titik bekam sekaligus. c. Dengan menggunakan pisau bdah standar kemudian dilakukan syartoh/penyayatan (jumlah sayatan 5 15 untuk satu titik tergantung diameter kop yang digunakan, panjang sayatan 0,3 0,5 cm, tipis dan tidak boleh terlalu dalam, dilakukan sejajar dengan garis Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

310 tubuh. Salah satu tanda bahwa sayatannya baik adalah sesaat setelah disayat, kulit tidak mengeluarkan darah akan tetapi setelah disedot dengan alat maka darahnya baru keluar. d. Lakukan penghisapan lagi dan biarkan darah kotor mengalir ke dalam kop selama 5 menit. e. Bersihkan dan buang darah yang tertampung dalam kop dan jika perlu bisa dilakukan penghisapan ulang seperti tadi. Tidak boleh dilakukan pengualangan sayatan. f. Bersihkan bekas luka dan oleskan minyak habbatussauda yang steril. Umumnya bekas luka akan hilang setelah 2 5 hari. g. Ucapkan Alhamdulillah dan rasakan kenikmatan tindakan medis dibekam. Istirahatlah secukupnya setelah dibekam, lebih baik lagi kalau tidur. Minumlah air putih, madu, sari kurma atau the manis untuk mempercepat pemulihan. Jika ingin makan usahakan satu jam setelah dibekam dan hindari makan asam, pedas, mie dan minuman bersoda. Hindari pula melakukan jimak setelah bekam. Boleh makan bahkan dianjurkan mandi seeah 2 jam dibekam, sebaiknya menggunakan air hangat untuk mempercepat proses pemulihan. Hindari untuk menggosok-gosok bagian bekas sayatan bekam dengan sabun secara berlebihan. Berikut adalah foto terkait dengan praktek membekam secara langsung oleh instruktur dan peserta: Gambar 1. Tahapan Praktek Membekam oleh Instruktur dan Peserta Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

311 Kesimpulan Gambar 2. Praktek sekaligus pemaparan Terkait Teknik Membekam KESIMPULAN DAN SARAN Setelah serangkaian kegiatan dilaksanakan, yatu dari awal hingga akhir kegiatan pelatihan maka dihasilkan output sebagai berikut: 1. Peserta sebanyak 30 oarng telah mengikuti kegiatan pelatihan yang mana di dalamnya menerima materi tentang peluang-peluang berwirausaha serta materi penyemangat berwirausaha guna mencetak sumber baru bagi pendapatan keluarga. Setelah itu seluruh peserta jaga menerima materi tindaklanjut yaitu peluang berwirausaha melalui pelatihan praktek membekam yang diselenggarakan dengan praktek secara langsung (praktek membekam). 2. Beberapa peserta mengungkapkan bahwa setelah mengikuti pelatihan, mereka baru mengetahui bahwa ternyata praktek membekam mulai dari tahapan Pra-bekam, tahapan Sedang Membekam, sampai dengan tahapan Paca-bekam sangat memperhatikan kaidahkaidah dan prosedur keselamatan medis sehingga pengetahuan itu membuat mereka semakin percaya diri untuk memperkenalkan layanan praktek bekam kepada masyarakat nantinya. 3. Beberapa peserta yang berlatarbelakang aktivitas masjid dan telah mengikuti kegiatan pelatihan menyatakan kesiapannya untuk segera membuka praktek bekam di rumahnya. 4. Setelah mengikuti kegiatan pelatihan peserta mengaku merasa memiliki semangat berwirausaha secara mandiri yaitu membuka praktek bekam dan mereka akan terus berupaya meningkatkan pengetahuan dan kemampuan membekam mereka. 5. Peserta mengungkapkan merasa memiliki prospek income yang pasti dan berkelanjutan karena setelah pelatihan akhirnya mereka percaya diri untuk membuka praktek dan menerima layanan bekam, baik dengan menerima panggilan ke rumah-rumah atau membuka praktek di kediaman mereka masing-masing sendiri sebagaimana disampaikan instruktur pelatihan. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

312 6. Dengan tanpa mengeluarkan biaya sedikitpun peserta sudah menguasai keterampilan membekam secara cepat 7. Beberapa peserta yang sebelumnya memang sudah memiliki kemampuan dasar membekam, namun belum cukup handal, maka setelah kegiatan ini mengaku bahwa mereka sudah merasa percaya diri untuk mengorbitkan diri sebagai pembekam yang handal. 8. Masyarakat memiliki pilihan layanan pengobatan/ kesehatan yang sangat terjangkau, bermuatan sosial dan spiritual. 9. Terbentuknya pranata kesehatan dan ekonomi yang sesuai dengan taraf kemampuan masyarakat, compatible dengan corak interaksi serta dimensi keyakinan masyarakat setempat. Saran 1. Ke depan perlu diselenggarakan dalam kegiatan kampus seperti seminar, pelatihan, serta program-program kreativitas kemahasiswaan yang terkait dengan pengenalan pengobatan bekam serta kegiatan yang mengarah kepada peningkatan kapabilitas penguasaan keterampilannya. 2. Saat program KKN diselenggaran mahasiswa dapat diprogram untuk menjadi fasilitator kegiatan pelayanan kesehatan yang berbasis Thibbunnabawi lainnya seperti Pasduk, termasuk salah satunya bekam. UCAPAN TERIMA KASIH Sehubungan dengan terselesaikannya seluruh tahapan kegiatan ini dan tersusunnya artikel yang dibuat maka disampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Rektor Universitas Mataram 2. Kaprodi Sosiologi Universitas Mataram 3. Kepala Desa Seteluk Tengah Kecamatan Seteluk Kabupaten Sumbawa Barat 4. Imam Masjid dan segenap pengurus Masjid Desa Seteluk Tengah 5. Segenap mitra dan remaja masjid setempat yang telah membantu terlaksananya kegiatan DAFTAR PUSTAKA Ar-Rayyis. Amr Panduan Bekam. Zam-Zam Press. Bandung. Rogers. E.M Diffusion of innovations. 3rd ed. Free Press, New York Diffusions of Innovations, Forth Edition. Free Press. New York. Rogers. E.M. and F.Shoemaker Communication of Innovation: A Cross-Cultural Approach. The Free Press. New York. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

313 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Menjadi Produk Nata De Soya Berbasis Rumput Laut Rina Kurnianingsih 1*, Nurrijawati 1, Sonia Ardilla Pebdiani 1, Suparman 2, Nurul Zulfa Fitriana 1, Mursal Ghazali 1, Eka S Prasedya 1, Sri Puji Astuti 1, Sunarpi 1 1 Program Studi Biologi FMIPA Universitas Mataram, Mataram, Indonesia; 2 Pusat Unggulan Biosains dan Bioteknologi FMIPA Universitas Mataram, Mataram, Indonesia Kata Kunci: limbah cair tahu, nata de soya, rumput laut Abstrak: Industri tahu tempe merupakan salah satu sumber ekonomi penting masyarakat di Pulau Lombok disamping bidang pertanian dan pariwisata. Desa Puyung merupakan salah satu pusat industri tahu tempe yang ada di Lombok. Salah satu persoalan yang dihadapi oleh pengrajin tahu tempe adalah persoalan limbah cair. Limbah cair ini menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan kesehatan. Pengrajin tahu dan masyarakat sekitar belum dapat mengolah limbah cair secara optimal. Kandungan bahan organik limbah cair tahu umumnya terdiri atas protein, lemak, karbohidrat, dan kalsium, sehingga limbah cair tahu ini masih bisa dimanfaatkan menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi, diantaranya menjadi Nata de Soya. Produk pangan Nata de Soya kaya serat, dapat memberikan peluang usaha kepada masyarakat sekitar dan dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan. Penambahan rumput laut (Eucheuma spinosum) dalam proses pembuatan Nata de Soya bertujuan untuk meningkatkan nilai gizi dari produk nata. Kegiatan pengabdian telah dilaksanakan di Desa Puyung Kabupaten Lombok Tengah dengan melibatkan masyarakat pengrajin tahu tempe, guru dan siswa dari Yayasan Generasi Muslim Cendekia. Peserta diberikan penyuluhan tentang 1) dampak limbah cair tahu terhadap kesehatan dan lingkungan, 2) potensi limbah cair tahu sebagai bahan baku pembuatan produk pangan, 3) pengolahan limbah cair tahu menjadi produk Nata de Soya dan manfaat penambahan rumput laut pada produk nata, serta 4) pengemasan produk Nata de Soya. Korespondensi: PENDAHULUAN Diversifikasi pangan merupakan salah satu cara untuk meningkatkan ketahanan pangan dan pendapatan masyarakat. Industri tahu tempe merupakan salah satu sumber ekonomi penting masyarakat di Pulau Lombok disamping bidang pertanian dan pariwisata. Beberapa pusat industri tahu tempe yang ada di Lombok antara lain di Kekalik dan Abian Tubuh (Kota Mataram) dan di Desa Puyung (Kabupaten Lombok Tengah). Salah satu persoalan yang dihadapi oleh pengrajin tahu tempe adalah persoalan limbah baik limbah cair maupun limbah padat. Limbah cair ini sangat menggangu kenyamanan lingkungan karena menimbulkan bau yang tidak sedap dan jika dibuang ke sungai akan menimbulkan dampak negatif bagi sungai Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

314 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat dan lingkungan. Pengrajin tahu dan masyarakat sekitar belum dapat mengolah limbah cair secara optimal. Kandungan bahan organik limbah cair tahu umumnya terdiri atas protein (± 65%), lemak (± 25%), dan karbohidrat (± 25%), dan kalsium (Azhari et.al., 2015 dan Hidayat, 2015), sehingga limbah cair tahu ini masih bisa dimanfaatkan menjadi produk yang memiliki nilai ekonomi, diantaranya menjadi Nata de Soya. Nata de Soya kaya serat yang baik untuk dikonsumsi masyarakat. Selain itu, pengolahan limbah cair tahu menjadi Nata de Soya dapat memberikan peluang usaha kepada masyarakat sekitar dan dapat mengurangi dampak pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh limbah cair tahu tersebut. Penambahan rumput laut (Eucheuma spinosum) dalam proses pembuatan Nata de Soya bertujuan untuk meningkatkan nilai gizi dari produk nata tersebut. Menurut Diharmi (2016), kandungan dari rumput laut kering Eucheuma spinosum adalah abu (24.3%), protein (6.03%), lemak (0.0012%), karbohidrat (69.66%) dan serat kasar (15.44%), selain itu jenis alga ini merupakan sumber Iota Karagenan. Dalam bidang industri, karagenan berfungsi sebagai stabilisator (pengatur keseimbangan), thickener (bahan pengental), pembentuk gel dan lainlain (Winarno, 1996). Tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat desa Puyung terntang pemanfaatan limbah cair tahu dari hasil samping pengolahan tahu dan tempe menjadi produk nata de soya berbasis rumput laut yang bernilai bergizi dan dapat dikonsumsi, serta mendemonstrasikan pengolahan limbah cair tahu menjadi nata de soya. Peserta yang mengikuti kegiatan pengabdian ini adalah masyarakat Desa Puyung khusus pengrajin tahu tempe, guru serta siswa dari Yayasan Muslim Cendikia. Keterlibatan guru dan siswa dalam kegiatan ini diharapkan agar terdapat transfer ilmu dan teknologi dari sekolah ke masyarakat sekitar. METODE KEGIATAN Tahapan pelaksanaan dalam kegiatan pengabdian ini meliputi survei potensi untuk mengetahui ketersediaan bahan baku dan sumber daya manusia di Desa Puyung. Pengumpulan data dilakukan untuk menentukan kelompok sasaran yang akan telibat dalam kegiatan ini. Kegiatan selanjutnya adalah optimasi dan penyiapan sampel produk Nata de Soya di Laboratorium Pusat Unggulan Biosains dan Bioteknologi FMIPA Universitas Mataram dilanjutkan dengan pelatihan kepada khalayak sasaran. Kegiatan sosialisasi dilakukan dengan metode ceramah, diskusi dan dilanjutkan praktik pengolahan nata de soya. Materi pelatihan meliputi Potensi Limbah Cair sebagai Bahan baku Pembuatan Produk Pangan, Teknik Pembuatan Nata de Soya Berbasis Rumput Laut dan Pengemasan Produk Nata de Soya. Evaluasi kegiatan dilakukan dengan melihat respon peserta dan kemampuan penguasaan materi yang telah disampaikan. Respon peserta dapat dlihat dari jumlah peserta yang hadir dan pertanyaan yang diajukan kepada tim pengabdian HASIL DAN PEMBAHASAN Tahapan awal dari kegiatan pengabdian ini adalah optimasi dan penyiapan sampel produk nata de soya alga di Laboratorium Pusat Unggulan Biosains dan Bioteknologi. Adapun Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

315 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat tahapan pada kegiatan ini adalah penyiapan starter bakteri Gluconacetobacter xylinus. Isolat bakteri merupakan koleksi dari Dr. Sarkono (PS. Biologi FMIPA). Medium perbanyakan starter yang digunakan adalah air kelapa, gula pasir 5% (b/v), sumber nitrogen 0,5% (b/v), yeast extract 0,5% (b/v), dan penambahan asam asetat untuk mengkondisikan ph medium hingga ph 5 (Gambar 1). Gambar 1. Bakteri starter untuk produksi nata de soya Jenis medium utama yang digunakan untuk produksi nata adalah limbah cair tahu yang ditambahkan dengan alga (rumput laut). Jenis rumput laut yang digunakan adalah Eucheuma spinosum kering. Sebanyak 1 gram rumput laut kering direbus dengan 50 ml air sampai hancur sehingga didapatkan bubur rumput laut. Proses produksi nata dengan memanfaatkan limbah cair tahu sebagai berikut disiapkan air sisa pembuatan tahu (Gambar 2), selanjutnya dimasukan sumber karbon (gula pasir) sebanyak 5%, sumber nitrogen 0,5% (ammonium sulfat), ZA, dan asam asetat untuk mengatur ph. Larutan tersebut direbus selama menit sampai mendidih. Setelah mendidih, selanjutnya medium didinginkan sampai suhu sekitar ± o C, bubur rumput laut dimasukkan ke dalam medium, bakteri starter ditambahkan sebanyak 10% lalu diinkubasi selama hari. A B Gambar 2. Proses pengambilan limbah cair tahu (A), limbah cair tahu yang siap digunakan untuk produksi nata (B) Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

316 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Nata dipanen dengan cara dikeluarkan dari wadah kemudian dicuci dengan air untuk membersihkan sisa medium, lalu ditiriskan selanjutnya dipotong dan direbus dalam air mendidih selama ± menit. Setelah direbus kemudian dicuci dengan air mengalir, direndam selama 3-4 hari dan selanjutnya dikemas serta pemberian label pada kemasan (Gambar 3). A B C Gambar 3. Nata dalam wadah fermentasi (A), perebusan produk nata (B), produk nata dalam kemasan (C) Produk nata de soya alga dari limbah cair tahu dengan penambahan rumput laut dalam kemasan tersebut selanjutnya dibawa dalam kegiatan sosialisasi di lokasi pengabdian. Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang pemanfaatan limbah cair tahu dan rumput laut menjadi produk nata yang bernilai bergizi dan dapat dikonsumsi, maka dilakukan sosialisasi dan diskusi dengan masyarakat di Desa Puyung Kabupaten Lombok Tengah (Gambar 4). Materi sosialisasi dan diskusi meliputi potensi limbah cair tahu dan rumput laut sebagai bahan baku pembuatan produk pangan, teknik pembuatan nata de soya berbasis rumput laut dan pengemasan produk nata de soya. Gambar 4. Kegiatan sosialisasi pemanfaatan limbah cair tahu dan rumput laut menjadi produk nata Peserta pengabdian sangat antusias menerima materi dan kegiatan berjalan dengan baik. Hal ini dapat dilihat dari jumlah peserta yang hadir dan banyak pertanyaan dari peserta diantaranya tentang bakteri starter yang digunakan, karakteristik jenis limbah cair tahu yang Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

317 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat dapat digunakan dan tempat mendapatkan bakteri starter. Harapan peserta dari kegiatan ini adalah selanjutnya mereka dapat membuat produk nata secara mandiri dan permasalahan limbah cair tahu dapat diatasi. KESIMPULAN Kegiatan Pengabdian pada Masyarakat telah berjalan dengan baik, lancar dan efektif, serta peserta memahami materi yang disampaikan. Pada kegiatan PPM ini juga telah dihasilkan produk nata dengan memanfaatkan limbah cair tahu yang diperkaya nutrisinya dengan penambahan rumput laut (E. spinosum). UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Mataram yang telah memberi dukungan dana untuk pelaksanaan pengabdian dalam bentuk Dana DIPA PNBP Universitas Mataram Tahun Anggaran DAFTAR PUSTAKA Azhari, M., Sunarto, Wiryanto Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Menjadi Nata De Soya dengan Menggunakan Air Rebusan Kecambah Kacang Tanah dan Bakteri Acetobacter xylinum. Jurnal EKOSAINS, 7 (1): Hidayat, R Pemanfaatan Limbah Cair Tahu Menjadi Produk Nata De Soya Menggunakan Metode Fermentasi. Skrispi. UIN Sunan Gunung Djati, Bandung. Diharmi, A Karakteristik Fisiko-Kimia Karagenan Rumput Laut Merah Eucheuma spinosum dari Perairan Nusa Penida, Sumenep, dan Takalar. Disertasi. Sekolah Pascasarjana, IPB, Bogor. Winarno, F.G., Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Pustaka Sinar Harapan: Jakarta. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

318 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Penyuluhan Tentang Kesehatan Telinga Pada Siswa Sekolah Dasar Eka Arie Yuliyani* 1, Didit Yudhanto 1, Rika Hastuti Setyorini 2, Eva Triani 3, Indana Eva Ajmala 4 1 Ilmu Kesehatan THT-KL, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 2 Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 3 Parasitologi, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram 4 Paru-paru, Fakultas Kedokteran Universitas Mataram Kata Kunci: anak sekolah dasar, kebersihan telinga, penyuluhan telinga Abstrak: Menjaga kebersihan anggota tubuh sangatlah penting bagi setiap orang karena selain akan membuat badan menjadi sehat dan bersih, dapat juga meningkatkan rasa percaya diri bila berinteraksi dengan orang lain disekitar kita. Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan kepada siswa sekolah dasar tentang kesehatan telinga dan cara menjaga kebersihan telinga yang baik dan benar. Selain itu memberikan edukasi terkait perilaku yang boleh dan tidak boleh dilakukan secara perorangan dalam rangka pencegahan penyakit pada telinga dan menjaga kebersihan serta kesehatan telinga. Kegiatan pengabdian ini dilakukan pada siswa SDN 16 Mataram kelas 4 dan 5. Pelaksanaan kegiatan pengabdian ini, dihadiri oleh 83 orang siswa kelas 4 dan 5 SDN 16 Mataram dengan distribusi siswa perempuan sebanyak 39 orang (46,9%) dan siswa laki-laki sebanyak 44 orang (53,01%), dimana para siswa antusias mengikuti kegiatan ini dan diakhiri dengan sesi tanya jawab seputar kesehatan telinga sehingga pemahaman siswa tentang kebersihan telinga menjadi lebih baik. Secara umum pengetahuan tentang kesehatan telinga di kalangan masyarakat terutama siswa sekolah dasar masih rendah sehingga sangat perlu dilakukan kegiatan penyuluhan untuk siswa sekolah dasar dan juga masyarakat luas. Korespondensi: PENDAHULUAN Menjaga kebersihan anggota tubuh sangatlah penting salah satunya adalah kebersihan telinga. Membersihkan telinga haruslah dilakukan dengan baik dan benar karena kecerobohan dalam membersihkan telinga dapat menyebabkan iritasi pada liang telinga, tertinggalnya kapas di liang telinga, tertimbunnya kotoran telinga hingga robeknya gendang telinga. 1 Penumpukan serumen di liang telinga dalam jumlah banyak sehingga berakibat pada timbulnya gangguan dengar yang disebut dengan serumen obturan. 2 Gangguan dengar pada anak sekolah yang dapat disebabkan oleh serumen ini tentunya akan memberikan dampak yang sangat penting terhadap tingkat prestasi belajar anak di sekolah karena anak akan sulit untuk menerima pelajaran. 3 Dengan demikian sangat perlu untuk dapat dilakukan upaya preventif dan promotif kepada anak-anak sekolah mengenai pentingnya menjaga kebersihan dan kesehatan telinga Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

319 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat yang benar sehingga terdapat upaya perubahan perilaku perorangan pada anak-anak usia sekolah. METODE KEGIATAN Kegiatan pengabdian ini dilakukan selama satu hari dimana pada kegiatan tersebut dilakukan penyuluhan pada siswa SDN 16 Mataram kelas 4 dan 5 tentang kesehatan telinga dan diakhiri sesi tanya jawab dan games pada siswa seputar materi yang diberikan. Pada materi penyuluhan dipaparkan materi tentang cara menjaga kebersihan telinga dan dampak penumpukan kotoran telinga kepada anak-anak sekolah. Selain itu dijelaskan pula mengenai hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan pada saat membersihkan telinga. Kegiatan penyuluhan ini juga dilakukan agar anak-anak sekolah dasar dapat mengetahui pentingnya menjaga kebersihan telinga dan dampak yang ditimbulkan apabila membersihkan telinga dengan cara yang tidak benar. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian ini dilakukan pada seluruh siswa kelas 4 dan 5 di SDN 16 Mataram yang secara keseluruhan berjumlah 90 orang siswa. Pada hari pelaksanaan kegiatan, siswa yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan berjumlah 83 orang siswa dengan distribusi siswa perempuan sebanyak 39 orang (46,9%) dan siswa laki-laki sebanyak 44 orang (53,01%). Jenis Kelamin 54,00% 52,00% 50,00% 48,00% Persentase 46,00% 44,00% 42,00% PEREMPUAN LAKI-LAKI Gambar 1. Grafik Karakteristik Peserta Pengabdian Kegiatan dilakukan di halaman sekolah dimana penyuluhan dilakukan oleh pelaksana kegiatan pengabdian dibantu mahasiswa fakultas kedokteran dengan tema menjaga kebersihan telinga dan serumen. Para guru dan siswa sangat antusias mendengarkan penjelasan dari penyuluh dan sangat gembira karena penyuluhan dibuat dengan suasana yang sangat santai dan dengan bahasa yang mudah dipahami anak-anak sekolah dasar. Para siswa sangat riang gembira dan di akhir penyuluhan diadakan beberapa tanya jawab serta games Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

320 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat pada para siswa dan juga pemberian hadiah kepada siswa yang berhasil menjawab pertanyaan sehingga para siswa merasa tidak bosan dengan kegiatan tersebut. Selain itu juga dilakukan pembagian souvenir kepada seluruh siswa yang hadir saat kegiatan. Berdasarkan kegiatan yang telah dilakukan, secara umum masyarakat, terutama anak sekolah masih banyak yang kurang peduli terhadap kebersihan dan kesehatan telinga, yang berakibat pada penumpukan serumen di liang telinga. Telinga merupakan salah satu organ penting dalam tubuh manusia yang berfungsi sebagai alat pendengaran dan membersihkan telinga harus dapat dilakukan dengan baik dan benar. 1,2 Penumpukan serumen di dalam liang telinga ini dapat terjadi pada semua usia baik dewasa maupun anak-anak dengan prevalensi yang cukup tinggi dan menjadi penyebab utama dari masalah kesehatan berupa gangguan dengar. 4,5 Gangguan dengar pada anak sekolah tentunya akan memberikan dampak yang sangat penting terhadap tingkat prestasi belajar anak di sekolah karena anak akan sulit untuk menerima pelajaran. 3 Selain itu, cara membersihkan telinga sebenarnya cukup sebatas daun telinga saja, untuk menghindari terjadinya hal-hal yang membahayakan bagi telinga kita. Hindari memasukkan cotton bud terlalu dalam ke liang telinga anda apalagi sampai menyentuh organ yang berada di bagian dalam telinga. Untuk kondisi dimana kotoran telinga yang menumpuk banyak di liang telinga maka dapat dilakukan upaya membersihkannya di dokter THT dengan menggunakan alat khusus dan cara yang benar untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan. Gambar 2. Dokumentasi kegiatan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

321 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat KESIMPULAN DAN SARAN Secara umum pengetahuan tentang kesehatan telinga di kalangan masyarakat terutama siswa sekolah dasar cukup rendah sehingga sangat perlu dilakukan kegiatan penyuluhan untuk siswa sekolah dasar dan juga masyarakat luas. Penyampaian informasi mengenai pentingnya menjaga kesehatan telinga serta dampaknya kepada anak-anak sekolah dan masyarakat luas masih sangat perlu untuk terus dilakukan. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kepala sekolah, para guru dan siswa SDN 16 Mataram yang telah memberikan ijin dan dukungan pada kegiatan pengabdian ini. Terima kasih kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Mayarakat (LPPM) Universitas Mataram yang telah memberikan dukungan terhadap pengabdian ini. Terima kasih pula kepada Teman Sejawat, mahasiswa kedokteran, dan Bagian Keterampilan Medik di Fakultas Kedokteran Universitas Mataram serta seluruh pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian ini. DAFTAR PUSTAKA 1. Melinda, N.M Analisis Faktor Yang Mempengaruhi Pembentukan Serumen Obsturan Pada Pasien Rawat Jalan Di Poliklinik THT RSUD DR. Soeroto Ngawi Tahun Surakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2. Jung, T.T.K. dan Tae, H.J Diseases of The External Ear. Dalam: Snow, J.B. dan Ballenger, J.J., penyunting. Ballenger s Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery. Edisi ke-16. Ontaroi: BC Decker Inch. h Martini, E., Ari, P., Dewi, P. dan Sumardiyono Skrining dan Edukasi Gangguan Pendengaran pada Anak Sekolah. Indonesian Journal On Medical Science. 4(1): Sutji, P., Riskiana, D. dan Syahrijuita Perbandingan efektitifitas beberapa pelarut terhadap kelarutan cerumen obsturan secara in vitro. Ina J-Otolaryngol-Head and Neck Surg. 42: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Telinga Sehat Pendengaran Baik. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

322 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Peningkatan Pemahaman Tentang Mutu dan Jajanan Bergizi Bagi Siswa SD di Kota Mataram Dewa Nyoman Adi Paramartha *, Zainuri, Rini Nofrida, Yeni Sulastri, M. Abbas Zaini, Rucitra Widyasari Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Mataram Kata Kunci: gizi, mutu, pangan, PJAS, siswa Sekolah Dasar Abstrak: Siswa Sekolah Dasar (SD) yang kuat, sehat dan cerdas merupakan penentu keberlangsungan bangsa Indonesia. Salah satu faktor penting untuk menentukan hal tersebut adalah jumlah asupan gizi yang mampu memenuhi kecukupan gizi. Asupan gizi dapat berasal dari pangan yang disediakan di rumah tangga, pangan olahan terkemas yang diperdagangkan secara komersial, pangan siap saji, termasuk pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) dan pangan jajanan yang dijual untuk langsung dikonsumsi. Banyaknya siswa yang mengakses maupun mengkonsumsi jajanan yang tidak jarang kurang memenuhi persyaratan pangan yang berkualitas, hal ini disebabkan pemahamam anak-anak tentang pangan yang bermutu sangat rendah. Tujuan kegiatan meliputi 1) memberikan informasi mengenai kebutuhan gizi seimbang anak sekolah, 2) mengenalkan siswa sekolah dasar mengenai pesan gizi seimbang, 3) memberikan informasi mengenai cara memilih PJAS yang sesuai, 4) menanamkan pentingnya peran orang tua, guru dan pengelola kantin sekolah dalam menyediakan PJAS yang sesuai untuk pemenuhan gizi seimbang pada anak sekolah. Metode pendekatan yang akan dikembangkan dalam pelaksanaan pengabdian ini adalah dengan menerapkan metode Roll Playing yakni metode pemberian materi dengan belajar sambil bermain sehingga tercipta suasana belajar yang ceria dan gembira. Kegiatan yang telah dilakukan berjalan dengan lancar. Siswa SDN 25 Ampenan sangat antusias dalam mengikuti kegiatan dan bersemangat untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini perlu dilakukan karena dibutuhkan oleh siswa maupun masyarakat sebagai informasi dalam memilih pangan yang aman sehingga dapat terhindar dari berbagai penyakit. Dalam jangka panjang, pengetahuan yang diberikan dalam kegiatan pembelajaran interaktif ini diharapkan mampu menghasilkan generasi yang sehat, dan bergizi cukup. Korespondensi: PENDAHULUAN Pangan merupakan kebutuhan hidup yang mendasar bagi manusia. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut maka perlu penyediaan bahan pangan yang cukup baik dari aspek jumlah atau kuantitas maupun kualitasnya. Pangan yang berkualitas sangat dibutuhkan oleh setiap orang. Pangan berkualitas yaitu pangan yang bermutu dan bergizi menjadi sangat krusial Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

323 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat terutama sekali bagi anak-anak usia muda atau anak-anak kecil sebagai generasi penerus bangsa. Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan telah mengamanatkan upaya perbaikan gizi untuk meningkatkan mutu gizi perorangan dan masyarakat, antara lain melalui perbaikan pola konsumsi makanan; perbaikan perilaku sadar gizi, aktivitas fisik, dan kesehatan; serta peningkatan akses dan mutu pelayanan gizi sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Disamping itu berdasarkan Undang-undang No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan dinyatakan bahwa penyelenggaraan pangan bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan kesadaran masyarakat tentang pangan yang aman, bermutu, dan bergizi bagi konsumsi masyarakat. Kondisi saat ini di Indonesia, khususnya pada anak-anak, masih mengalami masalah gizi ganda (double burden), yaitu kekurangan gizi dan kelebihan gizi. Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 prevalensi status gizi (Indikator IMT/U) anak usia 6-12 tahun dengan kategori sangat kurus 4,6%, kurus 7,6%, normal 78,6% dan gemuk 9,2%. Prevalensi status gizi (indikator TB/U) anak dengan kategori stunting (sangat pendek 15,1%, pendek 20%) dan normal 64,5%. Prevalensi anemia, berdasarkan data Depkes (2008) bahwa prevalensi anemia pada anak usia sekolah sebesar 47,2 %. Anak sekolah masih mengalami masa pertumbuhan dan perkembangan, sehingga membutuhkan konsumsi pangan yang cukup dengan gizi seimbang. Penelitian menunjukkan bahwa tingkat kecukupan energi dan protein untuk anak umur 7 12 tahun berkisar antara 71,6 89,1% dan antara 85,1 137,4%. Namun data menunjukkan bahwa 44,4% dan 30,6% anak mengonsumsi energi dan protein di bawah angka kecukupan minimal (Riskesdas, 2010). Untuk memenuhi kebutuhan energi dan protein anak sekolah, Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) dibutuhkan bagi anak yang tidak atau kurang sarapan dan tidak membawa bekal. Kontribusi zat gizi PJAS terhadap pemenuhan kecukupan gizi harian sebaiknya berkisar antara 15-20% (Tanziha, dkk, 2012). Jajanan yang banyak tersedia dan yang mudah diakses saat ini oleh anak-anak sekolahan termasuk anak-anak siswa Sekolah Dasar (SD) adalah jajanan yang tidak jarang kurang memenuhi persyaratan pangan yang berkualitas, bahkan kadang bisa termasuk dalam kategori makanan dan minuman yang kurang kandungan gizinya. Sebagain besar anak-anak senang dengan jajan dan minuman yang menarik bentuknya dan tampilannya berwarna warni serta mempunyai rasa yang kuat. Dalam memproduksi pangan termasuk pangan yang diolah secara tradisional produsen pangan seharusnya menggunakan bahan baku yang sesuai dengan standar namun hasil pantauan di lapangan dan berdasarkan beberapa laporan kasus yang telah terjadi bahwa produsen produk pangan kadang kurang memperhatikan persyaratan mutu bahan baku yang digunakan. Makanan seperti camilan yang membidik segmen pasar anak-anak seperti gulali, cilok, minuman, es atau lainnya ada yang terindikasi tidak memenuhi standar mutu dan gizi yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Kedudukan jajanan sekolah menjadi strategis serta keberadaannya merupakan suatau yang diharapkan. Tingginya proporsi anak sekolah yang tidak sarapan dapat disebabkan antara lain telat bangun dan ketidaktersediaan makanan sarapan dirumah. Berdasarkan beberapa hasil Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

324 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat penelitian menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan gizi jajanan sekolah anak tegolong dalam kategori tinggi, namun dalam prakteknya hal ini tidak mendasari pemilihan jajanan yang sesuai oleh anak sekolah. Salah satu penyebabnya adalah keterbatasan ketersediaan jajanan yang sesuai dilingkungan sekolah. Mengkonsumsi makanan bukan hanya mempertimbangkan tujuan utama utama untuk mengatasi rasa lapar tetapi makanan tersebut harus dapat mensuplai energy dan beberapa komponen nutrisi yang dibutuhkan anak-anak untuk perkembangannya. Oleh karena itu perlu pembelajaran bagi anak anak siswa sekolah dasar terkait dengan pentingnya membeli dan mengkonsumsi pangan (makanan dan minuman) yang sehat yaitu aman dan bergizi. Pembelajaran yang dilakukan bagi usia siswa SD harus didisain sedemikian rupa agar dapat menarik perhatian mereka sehingga pesan yang disampaikan dapat diserap dengan baik dan tujuan pembelajarannya terkait dengan pangan bermutu dan bergizi dapat tercapai. METODE KEGIATAN Metode yang akan dikembangkan dalam pelaksanaan pengabdian ini adalah dengan merapkan metode Roll Playing yakni metode pemberian materi dengan belajar sambil bermain. Siswa sekolah dasar yang menjadi sasaran program akan dilatih bagaimana memproduksi pangan yang baik, memilih pangan yang aman dipasaran dengan cara yang dapat membuat suasana belajar yang ceria dan gembira, dan uji keamana pangan (boraks dan formalin) pada beberapa jajanan dipasaran. Hal ini penting dilakukan guna menambah semangat dan minat dalam menerima materi yang disampaikan. Metode Roll Playing sangat cocok dikembangkan bagi anak dengan usia di bawah 15 tahun. Metode ini sangat efektif dalam memberikan pemahaman kepada peserta didik tanpa membebani dengan target penguasaan materi, namun metode ini terbukti ampuh dalam menanamkan pemahaman kepada siswa untuk mengerti materi yang disampaikan. Sosialisasi ini meliputi: 1. Membuat kuis Kuis dilakukan diawal dan diakhir acara, kuis dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak ada nuansa serius didalamnya dan disertakan pemberian reward sederhana bagi peserta dengan jawaban terbaik yang juga ditujukan unutk memancing minat mengikuti kegiatan. Bagi pemateri, kuis ini ditujukan untuk mengetahui peningkatan kecakapan peserta setelah mengikuti kegiatan. 2. Proses pemberian Materi Proses pemberian materi dilakukan dengan cara semenarik mungkin. Peserta kan diajak menikmati makanan (jajan) yang sudah dibagikan sambil diberikan pemahaman tentang pangan yang bermutu serta bergizi. Dengan demikian, peserta akan sangat antusias mengikuti pelatihan. 3. Pelatihan Pelatihan yang dilakukan yakni dengan cara sederhana memilih bahan dan membuat jajanan sekolah yang bermutu serta bergizi serta diadakan pembelajaran interaktif mengenai pangan yang sehat dan bergizi. 4. Evaluasi dan Pelaporan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

325 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Evaluasi bertujuan untuk mengetahui sejauh mana program dapat diterima oleh peserta. Evaluasi dilakukan dengan post test menggunakan soal yang sama pada saat pre test, sehingga akan diketahui peningkatan kemampuan peserta dalam menyerap kegiatan yang dilakukan. Tahapan akhir dari kegiatan pengabdian yakni dengan pembuatan laporan akhir kegiatan. Laporan akhir disusun sesuai dengan kondisi riil yang terjadi di lapangan dan menentukan hambatan yang terjadi serta mencari solusi pemecahannya. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan Program Pengabdian Masyarakat dengan tema Peningkatan Pemahaman Tentang Mutu Dan Jajanan Bergizi Bagi Siswa SD di Mataram telah dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 2019 yang bertempat di SDN 25 Ampenan, Kekalik Jaya. Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya pembelajaran pada siswa sekolah dasar agar menambah pemahaman dan memperkaya pengetahuan siswa SD tentang pangan yang bermutu dan jajanan yang bergizi. a. Penyampaian Materi Pangan Aman dan Bermutu Program pengabdian ini diawali dengan penyampaian materi mengenai pangan yang aman dan bermutu untuk dikonsumsi yaitu pangan yang sehat. Pangan yang sehat adalah pangan yang mengandung zat-zat yang diperlukan oleh tubuh seperti karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin, serta bebas dari kuman, bahan berbahaya, bahan cemaran dan bahan tambahan makanan yang tidak diperbolehkan seperti formalin, boraks, dan lain-lain. Siswa diajak untuk lebih peduli terhadap mutu pangan yang mereka konsumsi, terutama Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) yang hampir setiap hari mereka beli di sekolah. Pada materi ini siswa diberikan informasi mengenai cara memilih PJAS yang sesuai, memperkenalkan kepada siswa mengenai label pada kemasan makanan dan lebih peduli terhadap mutu makanan tersebut seperti kandungan gizi, masa kadaluarsa dan label halal bagi siswa yang beragama islam. Dalam materi ini juga disampaikan pemahaman mengenai pentingnya peran orang tua, guru dan pengelola kantin sekolah dalam menyediakan PJAS yang sesuai untuk pemenuhan gizi seimbang (bermutu) dan aman bagi anak sekolah. Dalam materi ini siswa juga ditingkatkan pemahaman mengenai jenis-jenis bahan pangan yang memiliki kandungan gizi yang baik untuk tubuh, menganjurkan siswa untuk makan makanan yang bermutu seperti makanan empat sehat lima sempurna. Penyampaian materi pangan yang aman dan bermutu dapat dilihat pada Gambar 1 Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

326 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Gambar 1. Penyampaian materi pangan yang aman dan bermutu b. Penyampaian Materi Pangan yang Bergizi Penyampaian materi ini diawali dengan memeparkan jenis-jenis makanan yang mengandung gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Siswa diperkenalkan dengan kandungan gizi yang terdapat dalam makanan seperti pengenalan jenis makanan yang mengandung karbohidrat yaitu beras, umbi-umbian dan jagung yang brfungsi sebagai sumber energy, pengenalan makanan yang mengandung protein seperti ikan dan daging, dan makanan lain sesuai dengan kandungan gizinya masing-masing serta manfaatnya bagi tubuh.. Makanan yang bergizi sangat diperlukan agar siswa dapat tumbuh dengan sempurna dan mendapatkan kecukupaan gizi untuk pertumbuhannya. Pada materi ini siswa diberikan informasi mengenai kebutuhan gizi seimbang anak sekolah, dan mengenalkan siswa sekolah dasar mengenai pesan gizi seimbang. Siswa dijelaskan mengenai ragam makanan sehat untuk mencukupi zat gizi yang dibutuhkan dalam pertumbuhan. Selain untuk pertumbuhan, makanan sehat yang seimbang dibutuhkan untuk regenerasi sel dan menyembuhkan luka, memproduksi energi untuk aktivitas tubuh dan lain sebagainya. Ragam makanan instan juga semakin banyak beredar dan semakin diminati siswa maupun masyarakat luas seiring dengan perkembangan zaman dan perubahan gaya hidup masyarakat. Perubahan ini menimbulkan kecenderungan masyarakat mengkonsumsi makanan kandungan gizinya tidak seimbang. Gizi terdiri dari karbohidrat, protein, lemak, vitamin dan mineral. Makanan yang baik yang bergizi tinggi, namun juga harus disesuaikan dengan konsumennya. Makanan dikatakan bergizi seimbang jika mengandung karbohidrat, protein, lemak, mineral, dan vitamin dalam jumlah tertentu. Kebutuhan untuk tiap kelompok bahan makanan dapat digambarkan dalam piramida, dalam piramida tampak bahwa karbohidrat sebaiknya dikonsumsi dalam jumlah yang banyak. Setelah itu, berturut-turut protein, lemak, mineral, dan vitamin. Dengan komposisi demikian, dapat memenuhi kebutuhan makanan bergizi seimbang. Menu makanan bergizi seimbang disajikan dalam menu 4 (empat) sehat 5 (lima) sempurna (Irawan, 2016). Penyampaian materi pangan yang bergizi dapat dilihat pada Gambar 2. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

327 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Gambar 2. Penyampaian Materi Pangan yang Bergizi c. Diskusi Kegiatan diakhiri dengan diskusi dan menguji kembali ingatan siswa tentang penguasaan materi mengenai pangan bermutu dan jajanan bergizi. Antusiasme siswa dalam kegiatan ini sangat tinggi yang ditandai dengan keaktifan dalam diskusi maupun menjawab pertanyaan yang diberikan. Bagi siswa yang berhasil menjawab pertanyaan dengan benar diberikan hadiah. KESIMPULAN DAN SARAN Kegiatan pengabdian untuk pembelajaran interaktif tentang pangan yang bermutu dan jajanan bergizi yang telah dilakukan berjalan dengan lancar. Siswa SDN 25 Ampenan Mataram sangat antusias dalam mengikuti kegiatan dan bersemangat untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini perlu dilakukan karena dibutuhkan oleh siswa maupun masyarakat sebagai informasi dalam memilih pangan yang bermutu, aman dan bergizi sehingga dapat memenuhi kecukupan gizi dan terhindar dari berbagai penyakit. Dalam jangka panjang, pengetahuan yang diberikan dalam kegiatan pembelajaran interaktif ini diharapkan mampu menghasilkan generasi yang sehat, bergizi cukup dan peduli tentang keamanan dan kehalalan pangan yang dikosumsi. Kegiatan pengabdian pembelajaran interaktif semacam ini perlu dilakukan disekolah lain bagi siswa-siswa lainnya. Secara khusus pemerintah, melalui dinas-dinas terkait, diharapkan lebih banyak berperan dalam kaitan ini, untuk menertibkan pedagang-pedagang yang masih menambahkan bahan berbahaya kedalam produk olahannya UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Mataram yang telah memberi dukungan financial terhadap pengabdian ini. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

328 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat DAFTAR PUSTAKA Departemen Kesehatan Gizi Dalam Angka. Departemen Kesehatan. Jakarta Tanziha, I dan Prasojo G Pemberian Makanan Tambahan Anak Sekolah dalam Upaya Perbaikan Gizi dan Kesehatan. Kerjasama Nurani Dunia dan Departemen Gizi Masyarakat. Fakultas Ekologi Manusia, IPB. Bogor. Thobib Al-Asyhar Bahaya Makanan Haram Bagi Kesehatan Jasmani dan Rohani. Jakarta: Al-Mawadi Prima Yuliarti, N Awas! Bahaya di Balik Lezatnya Makanan. Yogyakarta. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

329 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Edukasi Pangan Aman Bebas Boraks dan Formalin Kepada Siswa Sekolah Dasar 03 Mataram Mutia Devi Ariyana*, Moegiratul Amaro, Wiharyani Werdiningsih, Baiq Rien Handayani, Nazaruddin, Sri Widyastuti Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram Kata Kunci: boraks, formalin, bahan tambahan makanan, siswa sekolah dasar, keamanan pangan Abstrak: Boraks dan formalin merupakan bahan berbahaya yang seringkali disalahgunakan sebagai bahan tambahan pada makanan. Penggunaan boraks dan formalin terutama pada jenis makanan yang umum dikonsumsi oleh siswa sekolah dasar tentu saja dapat menimbulkan resiko keracunan. Permasalahan utama yang ditangani dalam kegiatan pengabdian ini yaitu minimnya pengetahuan para siswa terkait boraks dan formalin serta bahaya yang ditimbulkan akibat mengkonsumsi makanan yang mengandung boraks dan formalin. Solusi yang diberikan antara lain melalui edukasi terhadap siswa sebagai konsumen terkait jenis, ciri dan bahaya makanan yang mengandung boraks dan formalin serta metode deteksinya. Kegiatan dilakukan dengan metode ceramah, tanya jawab dan praktek langsung. Indikator capaian menunjukkan 94.12% siswa telah mengetahui jenis makanan yang mengandung boraks dan formalin, 88.23% siswa telah mengetahui ciri makanan yang mengandung boraks dan formalin, 94.12% siswa telah mengetahui bahaya konsumsi makanan yang mengandung boraks dan formalin serta 82.35% siswa telah memahami prosedur deteksi boraks dan formalin pada makanan. Korespondensi: PENDAHULUAN Makanan merupakan kebutuhan pokok setiap orang sehingga tidak hanya dicukupi dari nilai gizinya namun harus aman dikonsumsi. Keamanan pangan sangat penting karena berkaitan erat dengan kesehatan masyarakat. Munculnya cemaran mikrobiologis dan kimiawi terhadap bahan pangan yang dapat terjadi pada rantai penanganan pangan mulai saat pra-panen hingga dikonsumsi merupakan permasalahan keamanan pangan yang umum terjadi di masyarakat (Seto, 2001). Permasalahan keamanan pangan muncul sebagai sesuatu masalah yang dinamis seiring dengan berkembangnya kebutuhan dan gaya hidup masyarakat. Tuntutan masyarakat akan makanan yang memiliki bentuk dan aroma yang lebih menarik, rasa yang lezat, warna dan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

330 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat konsistensi yang baik serta memiliki daya simpan yang lebih panjang mengakibatkan maraknya penggunaan Bahan Tambahan Makanan (BTM) oleh produsen makanan (Widyaningsih, 2006). Beberapa produsen makanan bahkan menambahkan BTM berbahaya seperti boraks dan formalin yang berdasarkan pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 Tahun 2012 merupakan jenis BTM golongan pengawet yang dilarang penggunaannya dalam produk pangan karena berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa kedua bahan ini selain bersifat karsinogenik juga dapat mengakibatkan kerusakan organ tubuh dan bahkan kematian. Bahaya penggunan boraks dan formalin tidak mengurangi niat produsen untuk menggunakan kedua jenis bahan tersebut pada proses pengolahan pangan. Berdasarkan data hasil pengawasan pangan oleh Kementerian Kesehatan RI tahun 2011, khususnya pangan jajanan anak sekolah (PJAS) dan pangan industri rumah tangga (P-IRT) dari Balai Besar/Balai POM seluruh Indonesia, penyalahgunaan bahan berbahaya seperti boraks dan formalin dalam pangan masih terus berlangsung. Hasil pengujian terhadap parameter uji bahan tambahan pangan yang dilarang yaitu boraks dan formalin yang dilakukan oleh BPOM pada terhadap sampel jajanan yang terdiri dari mie basah, bakso, kudapan dan makanan ringan, diketahui bahwa 94 (2,93%) sampel mengandung boraks dan 43 (1,34%) sampel mengandung formalin. Penyalahgunaan boraks dan formalin terutama pada Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) berpotensi memunculkan keracunan pangan. Hasil pemantauan yang dilakukan BPOM RI mengenai Kejadian Luar Biasa (KLB) keracunan pangan di Indonesia yang terjadi selama tahun 2010 menunjukkan bahwa kasus keracunan pangan di sekolah merupakan kasus tertinggi kedua setelah keracunan pangan di tempat tinggal yaitu sebesar 21.4%. Fakta ini menunjukkan masih perlunya dilakukan upaya pencegahan untuk memperkecil resiko terjadinya KLB keracunan pangan yang membahayakan masyakat di lingkungan sekolah khususnya para siswa. Pembinaan terhadap produsen sebagai pelaku utama merupakan langkah yang dinilai sangat perlu untuk dilakukan, akan tetapi faktor ekonomi mengakibatkan rendahnya tingkat perubahan perilaku setelah pembinaan dilakukan. Oleh karena itu, edukasi terhadap konsumen yaitu siswa-siswi di lingkungan sekolah dapat menjadi metode alternatif untuk mencegah timbulnya potensi bahaya keracunan pangan. Peningkatan pengetahuan para siswa sebagai konsumen terkait jenis-jenis BTM yang berbahaya, resiko penggunaan BTM berbahaya terhadap kesehatan serta ciri-ciri makanan yang mengandung BTM berbahaya diharapkan akan menjadikan mereka lebih selektif dalam memilih jajanan yang akan dikonsumsi di sekolah. METODE KEGIATAN Kegiatan penyuluhan ini difokuskan pada kegiatan edukasi konsumen terkait keamanan pangan bebas boraks dan formalin. Peserta penyuluhan dikhususkan bagi para siswa khususnya siswa kelas VI yang dianggap sudah dapat menyerap informasi yang diberikan selama kegiatan penyuluhan dengan baik. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

331 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Metode sosialisasi yang digunakan pada kegiatan ini fokus kepada kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi konsumen. Selain itu, dilakukan juga praktik deteksi keberadaan cemaran boraks dan formalin pada makanan baik dengan menggunakan test kit boraks dan formalin ataupun dengan metode sederhana salah satunya adalah penggunaan kunyit. Tahapan pemberian materi penyuluhan adalah sebagai berikut : No. Materi Penyaji 1. Keamanan Pangan Prof. Ir. Sri Widyastuti, M.App.Sc., Ph.D 2. Bahan Tambahan Makanan Ir. Nazaruddin, MP 3. Jenis-Jenis Bahan Tambahan Makanan Berbahaya Baiq Rien Handayani, SP., M.Si., Ph.D 4. Bahaya Boraks dan Formalin Wiharyani Werdiningsih, SP., M.Si. 5. Ciri-ciri makanan mengandung boraks dan formalin Moegiratul Amaro, S.TP., M.P., M.Sc. 6. Praktik deteksi boraks dan formalin Mutia Devi Ariyana, S.Si., M.P. Evalusi kegiatan edukasi konsumen ini dilakukan secara langsung pada saat kegiatan berlangsung. Tahap evaluasi dilakukan setelah penyampaian materi serta praktik penggunaan easy test kit borak dan formalin. Prosedur evaluasi meliputi kemampuan penguasaan materi dan tanggapan terhadap materi yang telah diberikan. Kedua kriteria tersebut diamati dengan keaktifan peserta dalam bertanya dan menanggapi materi yang diberikan, keaktifan peserta selama praktek penggunaan easy test kit dan kemampuan menjawab soal pre-test dan post-test. Selain itu, kehadiran peserta dalam setiap sesi penyuluhan juga menjadi parameter tingkat antusiasme peserta terhadap kegiatan penyuluhan yang dilakukan. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengabdian masyarakat ini dilakukan sebagai upaya memberikan edukasi terhadap siswa-siswi di lingkungan sekolah dasar tentang pangan aman yang bebas boraks dan formalin. Kegiatan ini juga merupakan metode alternatif untuk mencegah timbulnya potensi bahaya keracunan pangan pada siswa sebagai konsumen. Kegiatan pengabdian masyarakat dilakukan di SD Negeri 03 yang berlokasi di Kelurahan Rembiga, Kecamatan Pejanggik, Kota Mataram pada tanggal 2 Agustus Kegiatan pengabdian masyarakat ini dihadiri oleh seluruh siswa yang menjadi target kegiatan. Secara umum kegiatan pengabdian masyarakat ini dibagi dalam 3 tahapan yaitu (1) kegiatan sosialisasi, (2) praktik deteksi boraks dan formalin, dan (3) evaluasi. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

332 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Gambar 1. Kegiatan Penyampaian Materi Kegiatan sosialisasi menitikberatkan pada komunikasi, informasi dan edukasi konsumen. Siswa sebagai konsumen diberikan dasar-dasar pengetahuan terkait bahaya boraks dan formalin. Penyampaian materi diusahakan dengan bahasa yang sederhana dan menarik agar mudah dimengerti oleh para siswa. Selain itu, ditampilkan contoh-contoh yang disertai dengan gambar atau foto untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan. Adapun materi yang disampaikan meliputi (1) Keamanan pangan, (2) Bahan Tambahan Makanan, (3) Jenis-jenis bahan tambahan makanan berbahaya, (4) Bahaya boraks dan formalin, dan (5) Ciri-ciri makanan mengandung boraks dan formalin. Melalui materi-materi yang disampaikan, para siswa mendapatkan pengetahuan baru yang belum pernah mereka ketahui sebelumnya. Beberapa diantaranya adalah (1) siswa memahami bahwa keamanan pangan merupakan faktor terpenting dalam memilih jajanan yang akan dikonsumsi, karena pangan yang tidak aman dapat menimbulkan keracunan, (2) siswa memahami bahwa untuk menghasilkan makanan dengan karakteristik yang disukai oleh banyak orang, umumnya umumnya pedagang menambahkan bahan tambahan makanan seperti pengenyal, pewarna dan pengawet, (3) siswa memahami bahwa tidak seluruh bahan yang ditambahkan ke dalam makanan adalah bahan yang aman karena beberapa pedagang menambahkan bahan-bahan yang tidak diperuntukkan untuk makanan diantaranya boraks dan formalin, (4) siswa memahami apa yang dimaksud dengan boraks dan formalin serta bahaya yang ditimbulkan dari penggunaan boraks dan formalin dalam makanan bagi kesehatan, dan (5) siswa memahami bahwa untuk dapat menghindari makanan yang mengandung boraks dan formalin dapat dilakukan dengan mengamati ciri-ciri makanan yang mengandung boraks dan formalin. Setelah penyampaian materi kegiatan dilanjutkan dengan deteksi keberadaan cemaran boraks dan formalin pada makanan baik dengan menggunakan test kit boraks dan formalin ataupun dengan metode sederhana salah satunya adalah penggunaan kunyit. Kegiatan praktik melibatkan perwakilan siswa secara langsung dalam seluruh tahapan mulai dari penyiapan sampel, pemberian reagen hingga pembacaan hasil. Melalui praktik secara langsung diharapkan siswa lebih memahami metode-metode yang dapat dilakukan untuk mendeteksi keberadaan boraks dan formalin pada makanan yang ada dilingkungan sekitar mereka terutama jajanan disekitar lingkungan sekolah. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

333 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Gambar 2. Praktik Deteksi Boraks dan Formalin Secara keseluruhan kegiatan berjalan dengan baik sesuai dengan yang telah direncanakan, dimana kegiatan dihadiri oleh seluruh peserta yang menjadi target dan seluruh peserta juga menunjukkan antusiasme yang tinggi terhadap kegiatan yang dilakukan dengan aktif bertanya dan menanggapi materi yang diberikan. Evaluasi juga meliputi kemampuan penguasaan materi yang dinilai dari kemampuan menjawab soal pre-test dan post-test. Hasil analisa dari jawaban pre-test dan post-test menunjukkan 94.12% siswa telah mengetahui jenis makanan yang mengandung boraks dan formalin, 88.23% siswa telah mengetahui ciri makanan yang mengandung boraks dan formalin, 94.12% siswa telah mengetahui bahaya konsumsi makanan yang mengandung boraks dan formalin serta 82.35% siswa telah memahami prosedur deteksi boraks dan formalin pada makanan. Keberhasilan pelasanaan kegiatan ditunjang oleh beberapa faktor, diantaranya (1) Keterbukaan pihak sekolah dalam menerima tim pelaksana untuk menyelenggarakan kegiatan pengabdian, (2) Dukungan kepala sekolah dan guru baik dari segi moril maupun kelengkapan fasilitas pelaksanaan kegiatan pengabdian dan (3) Antusiasme para siswa dalam menerima materi yang disampaikan. KESIMPULAN DAN SARAN Kegiatan sosialisasi pangan aman bebas boraks dan formalin kepada siswa SD Negeri 03 Mataram mendapatakan respon positif dari pihak sekolah baik guru dan juga siswa. Kegiatan ini meningkatkan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap pentingnya pangan yang aman terutama bebas boraks dan formalin. Peningkatan pengetahuan dan pemahaman siswa ditunjukkan dengan 94.12% siswa telah mengetahui jenis makanan yang mengandung boraks dan formalin, 88.23% siswa telah mengetahui ciri makanan yang mengandung boraks dan formalin, 94.12% siswa telah mengetahui bahaya konsumsi makanan yang mengandung boraks dan formalin serta 82.35% siswa telah memahami prosedur deteksi boraks dan formalin pada makanan. Berdasarkan hasil kegiatan pengabdian kali ini perlu dilakukan pengujian terhadap kandungan boraks dan formalin pada seluruh jajanan yang berada di sekitar lokasi pengabdian sebagai data penunjang. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

334 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada PNBP Universitas Mataram yang telah memberi dukungan financial terhadap pengabdian ini. DAFTAR PUSTAKA BPOM, Amankan Jajanan Anak, Perketat Peredaran Bahan Kimia. (Diakses 28 April 2013). Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Pedoman Keamanan Pangan di Sekolah Dasar. Jakarta Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 033 Tahun 2012 Tentang Bahan Tambahan Pangan Seto, S Pangan dan Gizi Ilmu Teknologi Industri dan Perdagangan Internasional. Bogor: Fakultas Teknologi Pertanian Widyaningsih, T.D. dan Murtini, ES Alternatif Pengganti Formalin Pada Produk Pangan. Jakarta: Trubus Agrisarana Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

335 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Introduksi Metoda Penanggulangan Parasit Pada Benih Kerang Mutiara Pinctada maxima di Dusun Siung, Desa Batu Putih, Kabupaten Lombok Barat Alis Mukhlis, Muhammad Marzuki, Ibadur Rahman Program Studi Budidaya Perairan Universitas Mataram Kata Kunci: Mutiara, parasit, penyuluhan, siung, lombok barat Abstrak: Budidaya kerang mutiara merupakan salah satu mata pencaharian masyarakat pesisir di Dusun Siung, Desa Batu Putih,Kecamatan Sekotong, Kabupaten Lombok Barat, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Kegiatan ini dilaksanakan dalam skala rumah tangga dengan modal usaha sekitar juta per unit usaha. Tingginya kematian benih yang disebabkan oleh serangan parasit menjadi salah satu masalah yang sering terjadi oleh kelompok pembudidaya. Dan hingga saat ini belum ada solusi yang tepat dalam menanggulangi penyakit parasit ini. Oleh karena itu dilakukan kegiatan penyuluhan tentang metoda penanggulangan Parasit Pada Benih Kerang Mutiara Pinctada maxima dengan tujuan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat pembudidaya kerang mutiara agar dapat melakukan tindakan yang tepat dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi. Kegiatan penyuluhan dilaksanakan dengan teknik presentasi, tanya jawab dan diskusi. Mitra yang diundang adalah kelompok pembudidaya kerang mutiara yang ada di Dusun Siung dan aparat Desa setempat. Berdasarkan hasil diskusi bahwa tingkat keberhasilan produksi benih kerang mutiara oleh kelompok masyarakat masih sangat rendah dan masyarakat membutuhkan bantuan modal operasional dan pendampingan teknis selama proses budidaya sehingga penanganan masalah yang ditemukan selamam budidaya dapat ditanggulangi dengan segera. Korespondensi: PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu negara penghasil biji mutiara kualitas ekspor yang sudah dikenal di pasar internasional dengan kualitas mutiara berada pada peringkat ke-tiga setelah Australia dan Myanmar (Wardana et al., 2014). Jenis kerang mutiara unggulan produksi Indonesia adalah Pinctada maxima yang di pasar internasional dikenal sebagai south sea pearl penghasil biji mutiara berwarna gold, kuning, dan putih. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

336 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Budidaya kerang mutiara Indonesia sudah ada sejak tahun 1918 dikembangkan oleh pihak swasta namun produksi benih yang rendah masih menjadi permasalahan utama yang dihadapi oleh pembudidaya kerang mutiara saat ini (Wardana et al., 2013). Terdapat dua masa kritis selama proses budidaya kerang mutiara, yang pertama adalah masa kritis pada fase larva yaitu pada umur 8 19 hari dengan tingkat sintasan (SR) berkisar 1% 3% (Supii et al., 2009), dan yang ke-dua adalah masa kritis pada saat pemeliharaan benih di laut (Wardana et al., 2013). Masa kritis pada saat pemeliharaan benih di laut merupakan masalah yang sulit ditangani hingga saat ini sebab kerang mutiara sangat tergantung pada kondisi lingkungan alamiah yang berfluktuatif dan sulit dikendalikan seperti suhu perairan, kecerahan air laut, adanya bahan pencemar (Susilowati et al., 2009), dan serangan parasit. Mitra merupakan kelompok masyarakat pesisir yang aktif bekerja dalam usaha pendederan kerang mutiara di Dusun Siung, Kecamatan Batu Putih, Kabupaten Lombok Barat, NTB. Kegiatan usaha mitra dimulai dari kegiatan penebaran spat (setelah pemeliharaan di laboratorium) hingga produksi benih yang mencapai ukuran panjang 7-10 cm. Kualitas sumberdaya manusia (SDM) mitra sangat beragam. Sebagian besar sudah mampu membaca dan menulis dengan tingkat pendidikan terakhir adalah SMA dengan baik. Namun beberapa di antaranya masih belum lancar belajar dan menulis. Masing-masing kelompok mitra beranggotakan 3 orang terdiri atas 1 ketua dan 2 anggota. Beberapa anggota mitra telah memahami beberapa hal terkait dengan teknik budidaya kerang mutiara karena rata-rata pernah bekerja sebagai karyawan pada perusahan besar. Namun demikian pemahaman tentang kualitas lingkungan yang terkait dengan serangan parasit dan cara penanggulangannya masih sangat terbatas. Berbagai permasalahan selama pemeliharaan benih kerang mutiara masih ditemukan di lapangan. Permasalahan ini mengakibatkan ukuran benih tidak seragam, pertumbuhan lambat, dan tingkat kematian yang tinggi. Menurut Supii et al. (2011), kecepatan pertumbuhan benih kerang mutiara sangat beragam. Dalam satu populasi hanya 20% yang menunjukkan pertumbuhan yang cepat. Selain itu, tingkat kematian benih muda pada masa pendederan sangat tinggi dapat mencapai 95%-100% (Adrian Agus-PT. BGHM, komunikasi pribadi). Efisiensi proses produksi dan keberhasilan perbaikan kualitas teknologi budidaya mutiara akan dapat meningkatkan nilai keuntungan yang diperoleh oleh industri mutiara itu sendiri. Oleh karena itu, upaya peningkatan pemahaman mitra melalui kegiatan penyuluhan tentang kualitas lingkungan dan metode-metode penanggulangan parasit pada benih kerang mutiara sangat penting dilakukan. METODE KEGIATAN Kegiatan penyuluhan dilaksanakan di Dusun Siung, Desa Batu Putih, Kecamatan Sekotong Barat, Kabupaten Lombok Barat. Penyuluhan dilaksanakan dengan metoda presentasi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara diskusi, wawancara dan tanya jawab. Mitra yang terlibat dalam kegiatan ini adalah kelompok masyarakat nelayan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

337 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat pembudidaya kerang mutiara. Materi yang disampaikan yaitu jenis parasit pada kerang mutiara dan metoda penanggulangannya. Pelaksanaan Penyuluhan HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan penyuluhan telah dilaksanakan pada tanggal 4 November 2018 yang dihadiri oleh sekitar 25 orang masyarakat sasaran dan aparat desa setempat. Kegiatan penyuluhan dilaksanakan di halaman rumah kepala Dusun Siung yaitu di sebuah tenda darurat yang dibangun sebagai tempat pertemuan pasca gempa (Gambar 1). Gambar 1. Pelaksanaan penyuluhan jenis parasit pada benih kerang mutiara dan penanggulangannya. Ketua tim penyuluh sedang menyampaikan materi (kiri); Peserta yang hadir saat kegiatan penyuluhan (kanan) Materi Penyuluhan Materi yang disampaikan dalam kegiatan penyuluhan ini yaitu : 1) Penyakit Infeksi pada Kerang Mutiara Virus Pass et al. (1988) melaporkan ditemukan adanya badan inklusi dalam epitel kelenjar pencernaan kerang Pinctada maxima. Badan inklusi merupakan tanda adanya infeksi virus pada suatu jaringan. Badan inklusi ini merupakan partikel virus berukuran besar dengan bentuk ikosahedral, dan memiliki pembungkus. Hiperplasia dan degenerasi kelenjar pencernaan dengan tingkat ringan sampai sedang menunjukkan bahwa mikroba tersebut berpotensi menjadi patogen (Humphrey et al., 1998). Bakteri Beberapa peneliti telah mengidentifikasi adanya sejumlah bakteri, khususnya spesies dari genus Vibrio, yang menjadi pemicu munculnya stress pada kerang mutiara. Infeksi bakteri Vibrio lebih mudah terjadi pada pelaksanaan metode budidaya yang buruk atau oleh adanya gangguan lingkungan yang memicu terjadinya infeksi. Infeksi bakteri biasanya memicu adanya lesi inflamasi haemocytic (Suzuki, 1995). Pembentukan deposit Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

338 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat konsiolin berwarna hitam kecoklatan yang terlihat jelas pada permukaan nakre P. maxima juga telah dikaitkan dengan infeksi bakteri (Humphrey et al., 1998). Hal ini juga telah dilaporkan oleh Cuif dan Dauphin (1996) pada P. margaratifera di Polinesia Prancis. 2) Penyakit Parasit Biofouling dan dampak kerugiannya Jenis Biofouling Moluska dari spesies Lithophaga spp. merupakan fouling yang umum ditemukan di Australia. Adanya moluska ini dapat menyebabkan munculnya lubang besar dengan diameter 1-2 cm yang dapat menembus lapisan nakre. Cacing polychaeta juga termasuk yang sering merusak cangkang hingga meninggalkan mud blisters (Humphrey et al., 1998). Spons pembuat lubang dari keluarga Clionidae, termasuk Cliona sp. yang berwarna merah terang menimbulkan masalah yang cukup besar bagi industri budidaya mutiara di Australia. Parasit ini menyebabkan pengikisan matriks cangkang yang cukup serius dan menyebabkan kehilangan cangkang secara prematur (Taylor at al., 1997). Metode Pencegahan Perawatan dan pencegahan munculnya parasit pada kerang mutiara dapat dilakukan dengan cara : 1) Pembersihan cangkang secara teratur, baik secara manual atau dengan selang tekanan tinggi. 2) Direndam dalam air tawar selama menit. 3) Pengecatan bahan antifouling. Penerapan manajemen budidaya yang baik untuk pencegahan penyakit pada kerang mutiara Ada dua faktor yang dapat mengurangi kerentanan kerang mutiara terhadap serangan penyakit yang diinduksi oleh kematian massal bivalva lainnya yaitu : 1) Budidaya yang berbasis sistem panel. Sistem ini memudahkan dilakukannya pemantauan cangkang individu kerang mutiara; 2) Sistem budidaya yang didesain untuk mudah dilakukan pengangkatan dan pembersihan cangkang dari biofouling setiap empat minggu atau lebih, yang berarti bahwa cangkang secara teratur diperiksa untuk memastikan kelangsungan hidupnya. Sebagian besar penyakit pada moluska yang telah diketahui menyebar oleh aktivitas manusia yang sangat terkait dengan kegiatan budidaya yang dilakukan. Pengontrolan distribusi kerang mutiara antar daerah, antar wilayah, dan antar negara yang dapat mencegah perpindahan kerang mutiara yang membawa penyakit merupakan langkah pertama yang dilakukan dalam manajemen penyakit. Di Australia, distribusi beberapa organisme penyebab penyakit seperti Papovavirus yang diidentifikasi oleh Humphrey et al. (1998) dari suatu daerah menjadi dasar dalam mengambil tindakan pengendalian penyakit secara regional Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

339 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat termasuk dilakukannya tindakan pengujian pada sekelompok hewan terhadap status suatu penyakit sebelum kerang mutiara tersebut didistribusikan. Tindakan karantina kerang mutiara yang dibudidaya sebelum didistribusikan ke wilayah yang lain dapat mencegah penyebaran penyakit dari suatu area budidaya ke area budidaya lainnya. Hasil Diskusi dan Tanya Jawab Masyarakat dusun Siung sebagai mitra dalam kegiatan ini sebagian besarnya adalah petani ladang penanam jagung dan sebagian kecil merupakan penambang emas, pemancing dan/atau penangkap ikan. Budidaya kerang mutiara merupakan kegiatan yang tidak asing bagi masyarakat Dusun Siung karena sebagian besar kaum laki-laki pernah bekerja pada perusahaan-perusahaan budidaya mutiara di sekitar wilayah Lombok Barat. Namun demikian dengan banyaknya perusahaan yang tutup maka sebagian besar mantan karyawan telah beralih profesi diantaranya menjadi buruh tani, atau pengusaha budidaya kerang mutiara dalam skala kecil menggunakan metode karamba apung dengan ukuran rakit sekitar 8 m x 15 m dan metode longline (Gambar 2). Gambar 2. Metode pemeliharaan benih kerang mutiara menggunakan karamba apung dan longline milik kelompok mitra di perairan Teluk Siung Kecamatan Sekotong Barat (kiri), dan benih kerang mutiara muda ukuran 6-7 cm yang siap dijual (kanan). Jumlah keberhasilan produksi benih kerang mutiara kelompok mitra masih sangat rendah dan bahkan seringkali benih yang dipelihara mengalami kematian total. Produksi benih ukuran 7 cm yang pernah dicapai baru sekitar 200 hingga ekor. Untuk mencapai ukuran ini membutuhkan waktu sekitar 7-9 bulan. Bagi masyarakat, jangka waktu pemeliharaan seperti ini dirasa cukup lama sehingga masyarakat tidak fokus menjalankan kegiatan budidaya. Permasalah lain yang pernah dialami oleh pembudidaya adalah keterbatasan mendapatkan bibit yang berkualitas. Selain itu, adanya serangan parasit seperti siput, cacing policaeta, dan teritip penempel (biofouling) pada cangkang juga memberi pengaruh besar pada rendahnya keberhasilan pembudidaya. Hasil pengamatan di lapangan bahwa ketika dilakukan kegiatan penyuluhan bahwa jenis-jenis parasit ini masih ditemukan pada kerang yang dibudidaya (Gambar 3). Untuk membantu meningkatkan produksi benih serta memudahkan kegiatan operasional selama budidaya maka tim penyuluh telah Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

340 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat memberikan bantuan berupa bak fiberglass berukuran 1,2 m x 0,8 m x 0,45 m (p x l x t) sebagai sarana untuk penampungan benih ketika handling parasit sekaligus sebagai bak perendaman saat penerapan tritmen salinitas rendah (Gambar 4).. Gambar 3. Cacing polikaeta yang dapat membuat lubang pada cangkang benih kerang mutiara P. maxima (A); Teritip sebagai biofouling pada kerang mutiara muda (B); dan Gastropoda sebagai predator kerang mutiara muda (C). Ketiga jenis organisme ini ditemukan pada lingkungan budidaya kerang mutiara di teluk Siung Kecamatan Sekotong Barat, Lombok Barat. Gambar 4. Bak fiberglass berukuran 1,2 m x 0,8 m x 0,45 m (p x l x t) untuk kelompok mitra yang digunakan saat tritmen salinitas rendah (air tawar) dan juga sebagai wadah penampungan benih sementara selama handling berlangsung. Semua permasalahan yang disampaikan di atas telah menurunkan minat masyarakat untuk menjalankan usaha pembesaran benih kerang mutiara. Hal ini terlihat dari menurunnya jumlah kelompok pembudidaya aktif yang awalnya berjumlah 5 kelompok kini jumlahnya hanya tersisa 1 (satu) kelompok. Agar penanggulangan permasalahan penyakit dapat ditangani dengan cepat, masyarakat mitra sangat mengharapkan adannya pendampingan teknis budidaya dari instansi terkait selama masa pemeliharaan. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

341 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat KESIMPULAN DAN SARAN Penyuluhan metoda penanggulangan parasit pada benih kerang mutiara Pinctada maxima telah meningkatkan pemahaman masyarakat pesisir Dusun Siung Kecamatan Sekotong Barat tentang metode penanggulangan parasit pada kerang mutiara muda. Serangan parasit berupa teritip dan cacing polikaeta dapat ditanggulangi dengan perendaman pada salinitas rendah (air tawar). Perlu adanya bantuan bibit kerang mutiara berkualitas unggul dan bantuan pinjaman modal operasional bagi masyarakat pembudidaya kerang mutiara mengingat masa pembesaran yang cukup lama agar kegiatan budidaya dapat keberlanjutan. Perlu dilakukan pendampingan teknis selama masa operasioanl agar permasalahan yang menurunkan tingkat produksi benih dapat tekan. UCAPAN TERIMA KASIH Tim pelaksana penyuluhan menyampaikan ucapan terima kasih kepada Universitas Mataram atas dana yang diberikan melalui dana DIPA Bantuan Operasional Perguruan Tinggi Negeri (BOPTN) Universitas Mataram Tahun Anggaran 2018, dengan surat perjanjian nomor: 1619/UN.18.Ll/PP/20l8 tanggal 2 Juli Semoga kegiatan yang telah dilaksanakan dapat memberi manfaat bagi masyarakat sasaran yang terlibat. DAFTAR PUSTAKA Cuif, J-P. dan Y. Dauphin Occurrence of mineralization disturbances in nacreous layers of cultivated pearls produced by Pinctada margaritifera var. cumingi from French Polynesia. Comparison with reported shell alterations. Aquatic Living Resources. Vol. 9 : Humphrey, J.D., J.H. Norton, J.B. Jones, M.A. Barton, M.T. Connell, C.C. Shelley dan J.H. & Creeper Pearl oyster (Pinctada maxima) aquaculture: Health survey of Northern Territory, Western Australia and Queensland pearl oyster beds and farms. Fisheries Research Development Corporation Final Report. Vol. 94 (079) : 108 hlm. Pass, D.A., F.O. Perkins dan R. Dybdahl Virus-like particles in the digestive gland of the pearl oyster Pinctada maxima. Journal of Invertebrate Pathology. Vol. 51 : Supii, A. I., Sudewi dan I. Rusdi Penelitian pembenihan Tiram Mutiara (Pinctada maxima) dengan menegemen pergantian air dan perbedaan ukuran tebar awal benih Tiram Mutiara di laut. Laporan Teknis. BBRPBL. Gondol Bali. Supii, A.I., I.K. Wardana, Sudewi, A. Priono dan Haryanti Pematangan gonad induk dan seleksi benih tiram mutiara (Pinctada maxima) dengan warna cangkang dalam putih. Laporanhasil penelitian. Laporan Hasil Penelitian. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Budidaya Laut. Gondol Bali. : Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

342 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Susilowati, R., K. Sumantadinata, D. Soelistyowati dan A. Sudradjat Karakteristik genetik populasi Tiram mutiara (Pinctada margaritifera) terkait dengan distribusi geografisnya diperairan Indonesia. Jurnal Riset akuakultur. Vol. 4 (1) : Suzuki, T Accumulation of injected proteins in the auricles of the pearl oyster Pinctada fucata. Bulletin of the National Research Institute for Aquaculture Japan Yoshokukenho. Vol. 24 : Taylor, J., R.A. Rose, P.C. Southgate Fouling animals and their effect on the growth of silverlip pearl oysters, Pinctada maxima (Jameson) in suspended culture. Aquaculture. Vol. 153 : Wardana, I.K., Sudewi, A.I. Supii dan S.B.M. Sembiring Seleksi benih tiram mutiara (Pinctada maxima) dari hasil pemijahan induk alam dengan karakter nacre putih. Jurnal Oseanologi Indonesia. Vol. 9 (1). Wardana. I.K., Sudewi, A. Muzaki dan M.S. Budi Profil Benih Kerang Mutiara (Pinctada maxima) Dari Hasil Pemijahan Yang Terkontrol. Jurnal Oseanologi Indonesia. 1 (1): 6-11 Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

343 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Program Pendampingan Aparat Desa dalam Mencetak Desa Melek Akuntansi Herlina Pusparini, Nurabiah, Yusli Mariadi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Mataram, Indonesia Kata Kunci: pendampingan, aparatur desa, penatausahaan, pelaporan Abstrak: UU No. 6 Tahun 2014 tentang desa memunculkan harapan baru untuk terciptanya kemajuan pembangunan di pedesaan, dana milyaran itu juga menjadi tanggung jawab besar yang akan dipikul pemerintah daerah, khususnya perangkat desa yang bernaung di bawahnya. Tetapi akan ada banyak masalah yang harus dituntaskan, yaitu minimnya pengetahuan aparatur desa dalam tata kelola pengelolaan dan pelaporan keuangan. Desa Pemenang Barat yang ada di kabupaten Lombok Utara NTB merupakan salah satu contoh desa yang mengalami hal serupa. Dimana minimnya pengetahuan aparatur desa dan apalagi ditunjang mereka hanya tamat SD, SMP dan SMA. Kegiatan pengabdian ini akan memberikan pelatihan dan pendampingan dalam hal penatausahaan dan pelaporan keuangan desa. Setelah dilakukan pelatihan dan pendampingan ditargetkan aparat desa dapat mengelola dan melaporkan laporan keuangan desa dengan tepat waktu dan sesuai dengan standar pelaporan keuangan desa yang berlaku sehingga akan terbentuk desa yang melek akuntansi. Metode yang digunakan dalam pengabdian ini yaitu tim pengabdian mendampingi mitra dalam hal penatausahaan dan pelaporan keuangan desa dan selain itu memberikan buku saku pengelolaan keuangan desa. Pendampingan ini dilaksanakan selama 1 kali dengan 7 orang peserta yang berasal dari aparatur desa Pemenang Barat. Adapun pelaksanaan kegiatan pendampingan ini dilakukan dengan menggunakan metode ceramah, tutorial, dan diskusi. Kegiatan pendampingan ini berjalan dengan lancar. Semua peserta antusias mengikuti acara hingga selesai dan merasakan manfaat pelatihan bagi penatausahaan dan kemajuan desa. Peserta pelatihan juga menilai bahwa pendampingan ini penting dan sangat diperlukan bagi perangkat desa. Peserta berharap pendampingan serupa dapat dilaksanakan kembali dengan peserta (audience) yang lebih banyak/luas, dan dengan topik lainnya. Korespondensi: PENDAHULUAN Uforia pengesahan UU Desa menggema di seantero negeri. Penetapan UU No. 6 Tahun 2014 tentang desa ini menandai era baru dan meneguhkan eksistensi desa dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Pengaturan desa dalam undang-undang ini merupakan upaya untuk melindungi dan memberdayakan desa agar semakin kuat, maju mandiri dan sejahtera. Untuk mencapai hal tersebut, beberapa hak dan wewenang diberikan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

344 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat kepada desa. Salah satunya adalah sumber pendanaan baru bagi desa dari APBN. (Ikatan Akuntan Indonesia, 2014) Triliunan rupiah dana desa menuntut pengelolaan yang baik dari seluruh perangkat desa. Kemampuan untuk membuat sebuah laporan sebagai bentuk pertanggungjawaban menjadi sebuah keharusan. Tetapi ada banyak masalah yang harus dituntaskan, yaitu minimnya pengetahuan para petugas desa dalam tata kelola pengelolaan dan pelaporan keuangan. Padahal mereka diwajibkan menjaga transparansi dan akuntanbilitas penggunaan dana tersebut. Berdasarkan data RPJMN ditetapkan jumlah daerah tertinggal ada 183 kabupaten. Dengan dikeluarkannya 70 kabupaten dari daftar daerah tertinggal pada September 2014 maka saat ini tersisa 113 Daerah Tertinggal. Salah satu daerah tertinggal adalah kabupaten Lombok Utara, lebih spesifiknya adalah daerah sangat tertinggal. Dua desa yang merupakan bagian dari kabupaten Lombok Utara adalah desa Pemenang Barat dan desa Pemenang Timur merupakan dua contoh desa yang mengalami hal serupa dengan desa-desa yang ada di Indonesia. Dari hasil studi pendahuluan tim pengabdian salah satu penyebabnya adalah rendahnya sumber daya manusia yang ada disana. Rata-rata aparatnya hanya lulus SD, SMP, dan sebagian kecil lulus SMA. Rendahnya tingkat pendidikan aparat desa ini menyebabkan minimnya pengetahuan tentang pengelolaan keuangan desa khususnya penatausahaan dan pelaporan keuangannya. Sampai saat ini aparat desanya masih bingung dalam hal pengelolaan keuangan khususnya penatausahaan dan pelaporan keuangan desa tersebut. Kegiatan pengabdian bagi Masyarakat ini akan memberikan pelatihan dan pendampingan dalam hal penatausahaan dan pelaporan keuangan desa. Setelah dilakukan pelatihan dan pendampingan ditargetkan aparat desa dapat mengelola dan melaporkan laporan keuangan desa dengan tepat waktu dan sesuai dengan standar pelaporan keuangan desa yang berlaku sehingga akan terbentuk desa yang melek akuntansi. Persoalannya buka semata lemahnya SDM, melainkan juga ketidaksiapan mental aparat desa. Tanpa siatem yang baik, kucuran dana yang begitu besar akan menambah kekagetan sekaligus mengundang godaan tersendiri untuk menyalahgunakannya. Mengahadapi mentalitas koruptif aparat desa itu, selain memberikan pelatihan-pelatihan, tidak kalah penting juga pengawasan yang akan mempersempit ruang bagi tindak penyalahgunaan dan melakukan hal itu tiada lain kecuali dengan memperkuat pendampingan dan pengawalan pengelolaan dana desa secara sistemik. Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu dilakukan pendampingan yang bertujuan untuk (1) jasa, dapat memberikan pelatihan dan pendampingan untuk aparat desa dalam hal peñatausahan dan pelaporan keuangan desa (2) metode, yaitu memberikan metode untuk penyusunan penatausahaan dan pelaporan keuangan desa yang sesuai dengan PP No 60 Tahun 2014 (3) program ini diharapkan dapat meningkatkan produktivitas aparat desa dalam menghasilkan laporan keuangan desa yang tepat waktu dan sesuia dengan standar METODE KEGIATAN Metode pelaksanaan kegiatan pengabdian ini adalah pelatihan dan pendampingan dalam hal penatausahaan dan pelaporan keuangan desa. Pelatihan dan pendampingan ini dilakukan selama 6 bulan yaitu 3 bulan sebelum laporan semester pertama yaitu bulan Mei, Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

345 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Juni, dan Juli dan 3 bulan sebelum laporan akhir semester yaitu bulan September, Oktober, dan November. Kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan pada kegiatan ini antara lain : Tahap pertama : membekali mitra dengan pengetahuan dan pelatihan (workshop) penatausahaan dan penyusunan laporan keuangan desa. Tahap kedua : Setelah mitra memiliki pengetahuan dasar yang cukup, kegiatan dilanjutkan dengan pendampingan dalam menyusun penatausahaan dan pelaoran keuangan desa sampai mitra bisa membuat sendiri. Tahap terakhir : selama beberapa bulan, tim pengabdian akan terus memonitoring aktivitas aparat desa kedua mitra untuk mengetahui kelemahan serta permasalahan yang dihadapi mitra. Apabila muncul permasalahan baru, maka tim akan mencari solusi bersama-sama dengan mitra. HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum membahas hasil yang sudah dicapai dalam rangkaian kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini, beberapa hal konsep yang sudah dibahas antara lain : 1. Pengelolaan Alokasi Dana Desa Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 113 tahun 2014 Dana Desa adalah dana yang bersumber dari anggaran pendapatan dan belanja negara yang diperuntukkan bagi desa yang ditransfer melalui anggaran pendapatan dan belanja daerah kabupaten/kota dan digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan, pembinaan kemasyarakatan dan pemberdayaan masyarakat. Dana desa setiap kabupaten/kota dihitung berdasarkan jumlah desa, alokasi yang dihitung dengan memperhatikan jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan tingkat kesulitan geografis desa setiap kabupaten/kota. Data jumlah penduduk, angka kemiskinan, luas wilayah, dan indeks kemahalan konstruksi sebagaimana dimaksud tersebut bersumber dari kementrian yang berwenang dan/atau lembaga yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang statistik. Untuk mewujudkan pengelolaan Alokasi Dana Desa yang baik Pemerintah Desa harus menganut prinsip yang telah ditetapkan dalam Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa sebagai berikut: a. Pengelolaan keuangan ADD merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pengelolaan keuangan desa yang dituangkan dalam Peraturan Desa tentang APBDesa. b. Pengelolaan keuangan harus direncanakan, dilaksanakan, diawasi dan dievaluasi secara terbuka dengan melibatkan seluruh unsur masyarakat di desa. c. Pengelolaan keuangan harus menggunakan prinsip hemat, terarah, mempunyai dampak pada masyarakat, terukur dan terkendali. d. Pengelolaan keuangan harus dapat dipertanggungjawabkan dan dilaksanakan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. 2. Tahap-Tahap Pengelolaan Keuangan Desa Siklus pengelolaan keuangan desa berdasarkan Permendagri Nomor 113 Tahun 2014 tentang pengelolaan keuangan desa meliputi proses perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban sebagai berikut: 1) Perencanaan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

346 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat a. Sekretaris Desa menyusun Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa berdasarkan RKPDesa tahun berkenaan. b. Sekretaris Desa menyampaikan Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa kepada Kepala Desa. c. Rancangan peraturan Desa tentang APBDesa disampaikan oleh Kepala Desa kepada Badan Permusyawaratan Desa untuk dibahas dan disepakati bersama. d. Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa disepakati bersama paling lambat bulan Oktober tahun berjalan. 2) Pelaksanaan a. Semua penerimaan dan pengeluaran desa dalam rangka pelaksanaan kewenangan desa dilaksanakan melalui rekening kas desa. b. Khusus bagi desa yang belum memiliki pelayanan perbankan di wilayahnya maka pengaturannya ditetapkan oleh Pemerintah Kabupaten/Kota. c. Semua penerimaan dan pengeluaran desa harus didukung oleh bukti yang lengkap dan sah. d. Pemerintah desa dilarang melakukan pungutan sebagai penerimaan desa selain yang ditetapkan dalam peraturan desa. e. Bendahara dapat menyimpan uang dalam kas desa pada jumlah tertentu dalam rangka memenuhi kebutuhan operasional pemerintah desa. f. Pengaturan jumlah uang dalam kas desa ditetapkan dalam peraturan Bupati/Walikota. g. Pengeluaran desa yang mengakibatkan beban pada APBDesa tidak dapat dilakukan sebelum Rancangan Peraturan Desa tentang APBDesa ditetapkan menjadi Peraturan Desa. h. Pengeluaran desa tidak termasuk untuk belanja pegawai yang bersifat mengikat dan operasional perkantoran yang ditetapkan dalam peraturan Kepala Desa. i. Penggunaan biaya tak terduga terlebih dahulu harus dibuat Rincian Anggaran Biaya yang telah disahkan oleh Kepala Desa. j. Pengadaan kegiatan yang mengajukan pendanaan untuk melaksanakan kegiatan harus disertai dengan dokumen antara lain Rencana Anggaran Biaya. k. Rencana Anggaran Biaya diverifikasi oleh sekretaris Desa dan disahkan oleh Kepala Desa. l. Pelaksana kegiatan bertanggungjawab terhadap tindakan pengeluaran yang menyebabkan atas beban anggaran belanja kegiatan dengan mempergunakan buku pembantu kas kegiatan sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan kegiatan desa. m. Pelaksana kegiatan mengajukan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) kepada Kepala Desa. Surat Permintaan Pembayaran (SPP) tidak boleh dilakukan sebelum barang dan atau jasa diterima. Pengajuan SPP terdiri atas Surat Permintaan Pembayaran (SPP), Pernyataan tanggungjawab belanja; dan lampiran bukti transaksi. n. Berdasarkan SPP yang diverifikasi Sekretaris Kepala Desa kemudian Kepala Desa menyetujui permintaan pembayaran dan bendahara melakukan pembayaran. o. Pembayaran yang telah dilakukan akan dicatat bendahara. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

347 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat p. Bendahara desa sebagai wajib pungut Pajak Penghasilan (PPh) dan pajak lainnya, wajib menyetorkan seluruh penerimaan potongan dan pajak yang dipungutnya ke rekening kas Negara sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 3) Penatausahaan a. Penatausahaan dilakukan oleh Bendahara Desa. b. Bendahara Desa wajib melakukan pencatatan setiap penerimaan dan pengeluaran serta melakukan tutup buku setiap akhir bulan secara tertib. c. Bendahara Desa wajib mempertanggungjawabkan uang melalui laporan pertanggungjawaban. d. Laporan pertanggungjawaban disampaikan setiap bulan kepada Kepala Desa dan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya. 4) Pelaporan a. Kepala Desa menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota berupa: 1. Laporan semester pertama; dan 2. Laporan semester akhir tahun. b. Laporan semester pertama berupa laporan realisasi APBDes c. Laporan realisasi pelaksanaan APBDesa disampaikan paling lambat pada akhir bulan Juli tahun berjalan. d. Laporan semester akhir tahun disampaikan paling lambat pada akhir bulan Januari tahun berikutnya. 5) Pertanggungjawaban a. Kepala Desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa kepada Bupati/Walikota setiap akhir tahun anggaran. b. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa terdiri dari pendapatan, belanja, dan pembiayaan. c. Laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa ditetapkan dengan Peraturan Desa. d. Peraturan Desa tentang laporan pertanggungjawaban realisasi pelaksanaan APBDesa dilampiri: 1. Format Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APBDesa Tahun Anggaran berkenaan 2. Format Laporan Kekayaan Milik Desa per 31 Desember Tahun Anggaran berkenaan; dan 3. Format Laporan Program Pemerintah dan Pemerintah Daerah yang masuk ke desa. Sistem Keuangan Desa (SISKEUDES) merupakan aplikasi yang dikembangkan Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dalam rangka meningkatkan kualitas tata kelola keuangan desa. Dengan proses penginputan sekali sesuai dengan transaksi yang ada, dapat menghasilkan output berupa dokumen penatausahaan dan laporan-laporan yang sesuai dengan ketentuan perundangundangan, antara lain: Dokumen Penatausahaan, Bukti Penerimaan; Surat Permintaan Pembayaran (SPP); Surat Setoran Pajak (SSP); Dan dokumendokumen lainnya, Laporan-laporan: Laporan Penganggaran (Perdes APB Desa, RAB, APB Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

348 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Desa per sumber dana); Laporan Penatausahaan (Buku Kas Umum, Buku Bank, Buku Pajak, Buku Pembantu, dan Register. ( Adapun tahapan yang telah dilakukan dalam pelatihan ini adalah sebagai berikut : 1. Tahap Observasi Hasil observasi awal menunjukkan bahwa desa Pemenang Barat Lombok Utara merupakan salah satu desa paling terdampak gempa Lombok pada pertengahan 2018 kemarin, sehingga hal-hal yang berhubungan dengan pengelolaan keuangan desa belum bisa baik sepenuhnya. Selain itu desa Pemenang barat merupakan salah satu desa yang memilki banyak dusun, dimana sebanyak 18 dusun. Sehingga dengan banyaknya dusun pengalokasi dana desanya juga semakin banyak dibandingkan dengan desa-desa yang lain. Selain itu desa dalam melaksanakan hak, kewenangan, dan kewajibannya dalam mengelola kemampuan dan potensi yang dimiliki, dituntut untuk dilakukan secara transparansi dalam memberikan informasi, partisipatif untuk terlibat, dan memiliki akuntabiltas yang tinggi. Menurut Astuty dan Fanida (2012) akuntabilitas meliputi pemberian informasi keuangan kepada masyarakat dan pengguna lainnya sehingga memungkinkan bagi mereka untuk menilai pertanggungjawaban pemerintah atas semua aktifitas yang dilakukan, bukan hanya laporan keuangan saja namun harus memberikan informasi dalam pembuatan keputusan ekonomi, sosial dan politik. 2. Tahap Pelaksanaan Pengabdian ini menfokuskan pendampingan dalam hal penatausahaan dan pelaporan. Dari hasil pengamatan dan wawancara bahwa pada tahap penatausahaan bendahara desa telah melakukan menjalankan tugasnya dimana sudah menerima, menyimpan, menyetor/membayar, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan penerimaan dan pengeluaran desa, selain itu dokumen-dokumen yang dibutuhkan sudah terpenuhi yaitu buku kas umum, buku kas pembantu pajak, dan buku bank. Begitu juga pada tahap pelaporan, dimana kepala desa telah menyampaikan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa kepada bupati, selain itu dokumendokumen yang dibutuhkan sudah terpenuhi yaitu laporan semester pertama dan laporan semester akhir tahun. Apalagi dengan adanya penggunaan siskeudes, itu bisa meminimalisir kesalahan-kesalahan dalam pengelolaan keuangan desa. Dengan melihat kondisi di desa Pemenang Barat selain didampingi, tim pengabdian telah menyiapkan 2 buku saku antara lain : (1) buku saku pengelolaan keuangan desa yang diterbitkan oleh BPKP dimana isinya berupa pedoman setiap tahapan pengelolaan keuangan desa, dari tahap perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban. (2) buku saku yang dikeluarkan oleh Kementerian Keuangan Republik Indonesia dimana isinya tentang konsep dana desa, evaluasi dana desa, mekanisme penyaluran dana desa, penggunaan dana desa, pengelolaan keuangan desa, pengadaan barang dan jasa, mekanisme pengawasan dan pemantauan dana desa, badan usaha milik desa, kisah sukses desa-desa, dan data alokasi desa. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

349 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat 3. Tahap Evaluasi Kegiatan Adapun pada tahap evaluasi kegiatan belum dilakukan dan akan dilakukan sekitar bulan Oktober-November Hal-hal yang jadi tolak ukur pada tahap ini adalah sebagai berikut : Tabel 1. Tolak Ukur Pelaksanaan Tujuan Indikator Capaian Tolak Ukur Peserta memiliki kemampuan dalam penatausahaan keuangan desa dalam hal dokumendokumen apa saja yang digunakan yang sesuai dalam pengelolaan keuangan desa dan bukubuku yang dikelola oleh bendahara serta pelaksana kegiatan berupa Buku Kas Pembantu Kegiatan, Buku Kas Umum, Buku Kas Pembantu Pajak, dan Buku Bank Desa Peserta memiliki kemampuan dalam pelaporan keuangan desa yang sesuai dengan PP Nomor 60 Tahun 2014, yang terdiri dari Laporan Semesteran Realiasasi Pelaksanaan APB Desa; Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa kepada Bupati/Walikota setiap akhir tahun anggaran, dan Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa. Peserta mampu menyiapkan bukti transaksi untuk pengeluaran dan dicatat dalam buku kas umum, belanja yang bersifat transfer langsung ke pihak ketiga, Bendahara Desa melakukan pencatatan ke dalam Buku Bank Pencatatan penerimaan baik kas maupun transfer harus disertai dengan bukti yang lengkap dan sah serta dicatat secara benar dan tertib. Ketika Bendahara Desa melakukan penyetoran ke Kas Negara dengan batasan waktu yang diatur dalam ketentuan perpajakan melalui form Surat Setoran Pajak (SSP) maka Bendahara Desa mencatat dalam Buku Pembantu Pajak pada kolom Pengeluaran. Peserta mampu menyiapkan Laporan Semester Pertama, disampaikan paling lambat pada akhir bulan Juli tahun berjalan; dan Laporan Semester Akhir Tahun, disampaikan paling lambat pada akhir bulan Januari tahun berikutnya, Laporan Pertanggungjawaban Realisasi Pelaksanaan APB Desa Setiap Akhir Tahun Anggaran, Laporan Realisasi Penggunaan Dana Desa disampaikan kepada bupati/walikota setiap semester. Peserta menyadari pentingnya tahaptahap atau prosedur dalam pengelolaan keuangan agar semuanya bisa berjalan dengan benar dan tertib Peserta menyadari pentingnya ketapatwaktuan dalam menyampaikan laporan karena itu merupakan bentuk pertanggungjwaban terhadap atasan (khususnya) dan masyarakat (umumnya) Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

350 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN 1. Melalui pendampingan ini diharapkan para aparatur desa sudah bisa melakukan hal-hal yang dituntut di setiap tahap khususnya pada tahap penatausahaan dan pelaporan. 2. Ada beberapa faktor-faktor pendorong dan penghambat pelaksanaan pendampingan pengelolaan keuangan desa di desa Pemenang Barat, yaitu : (a) Faktor Pendorong terdiri dari terjalinnya kerjasama antara tim pengabdian dengan bapak/ibu aparatur desa dan selama pelaksanaan kegiatan pendampingan di Pemenang Barat ini seluruh peserta memberikan apresiasi yang baik. Peserta secara aktif mengikuti kegiatan pendampingan dari awal hingga akhir. (b) Faktor penghambat yaitu jauhnya jarak dari lokasi tim pengabdian, sulitnya menentukan jadwal pertemuan antara tim pengabdian dengan bapak/ibu aparatur desa karena kesibukan dalam menjalankan tugas masing-masing. Tetapi secara keseluruhan tidak ada hambatan yang terlalu teknis maupun administratif. Saran Mengingat peserta yang mendapat kesempatan mengikuti pendampingan terbatas dan hanya satu desa disarankan dilakukan pendampingan untuk desa-desa yang lain juga. Oleh karena butuh komitmen antar tim pengabdian dan mitra tempat pengabdian. Dan adanya upaya untuk melanjutkan kegiatan pendapingan serta perlu adanya pembimbingan secara berkelanjutan untuk mendapatkan hasil yang optimal. Disamping itu untuk kegiatan selanjutnya diperlukan dana yang lebih besar. UCAPAN TERIMA KASIH Tim pengabdian mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak-pihak yang membantu yaitu FEB Unram, tim pengabdian dan para aparatur desa Desa Pemenang Barat Lombok Utara yang telah memberi dukungan financial dan moril sehingga bisa terlaksana pengabdian ini. DAFTAR PUSTAKA Astuty E, Fanida EH Akuntabilitas Pemerintah Desa dalam Pengelolaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDES) (Studi pada Alokasi Dana Desa Tahun Anggaran 2011 di Desa Sareng Kecamatan Geger Kabupaten Madiun). Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi. Universitas Negeri Surabaya. Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) Buku Saku Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa. Sumatera Selatan. Ikatan Akuntan Indonesia Majalah Akuntan Indonesia Oktober November. Jakarta. Kementerian Keuangan Republik Indonesia Buku Saku Dana Desa. Jakarta. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

351 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Pengelolaan Limbah Sampah Plastik Dengan Menggunakan Metode Ecobrick Di Desa Pesanggrahan Ahmad Jupri, Anang Juaniardi Prabowo, Baiq Ria Aprilianti, Diya Unnida* Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Mataram Kata Kunci: desa pesanggrahan, limbah sampah, ecobrick Abstrak: Desa Pesanggrahan adalah salah satu desa yang berada di Kabupaten Lombok Timur, yang terdiri dari 11 dusun. Di desa ini belum tersedia tempat pembuangan sampah akhir sehingga limbah sampah yang sulit terurai banyak menumpuk, terutama pada selokan, di sekitar waduk dan di pinggir jalan desa. Sedangkan untuk jenis sampah organik dikumpulkan lalu dibakar, namun untuk jenis sampah anorganik dibiarkan dan dibuang begitu saja tanpa ada tindakan lebih lanjut. Penumpukan sampah plastik menjadi sumber utama penumpukan bobot sampah di desa ini, terlebih sampah plastik diuraikan dalam waktu 1 millenium atau sekitar 1000 tahun. Belum lagi pemusnahan plastik dengan cara dibakar hanya akan memperburuk kesehatan karena zat dioksi yang dihasilkan. Dengan adanya kegiatan pengabdian kepada masyarakat melalui KKN yang dilakukan di Desa Pesanggrahan telah membantu masyarakat untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan dari limbah sampah plastik melalui sosialisasi mengenai pengelolaan sampah dengan metode Ecobrick. Sehingga, masyarakat di desa dapat meminimalisir sampah dengan mengolahnya menjadi sesuatu yang lebih bermanfaat dan dapat digunakan sehari-hari. Korespondensi: PENDAHULUAN Pesanggrahan merupakan sebuah desa yang terletak di Kecamatan Montong Gading, Kabupaten Lombok Timur. Desa ini berada di sebelah selatan Hutan tutupan (Montong Gading), sebelah utara Desa Montong Betok (Montong Gading), sebelah barat Desa Pringga Jurang (Montong Gading), sebelah timur Desa Prian (Montong Gading), berpenduduk jiwa. Luas wilayah Desa Pesanggrahan, Kecamatan Montong Gading, Kabupaten Lombok Timur secara keseluruhan adalah 547 ha. Pesanggrahan memiliki sebelas dusun yaitu Embuk, Solong lauk, Solong Tengak, Solong Deye, Pesanggrahan, Kanjol Jawa, Camek, Bangle, Bangle Utara, Lunggu dan Joben. Desa Pesanggrahan merupakan salah satu desa wisata karena memiliki banyak potensi wisata. Pembangunan desa wisata sudah diresmikan pada tanggal 1 November 2010 dimana ini merupakan langkah untuk mengembangkan potensi wisata yang ada di Desa Pesanggrahan. Sehingga dengan berkembangnya wisata diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

352 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Seiring berkembangnya desa wisata, ada beberapa kendala yang masih menjadi titik lemah dari desa ini. Masalah utama yaitu pada limbah sampah, karena masih kurangnya kesadaran dari masyarakat dan belum tersedia tempat pembuangan sampah akhir. Petugas kebersihan juga belum ada, sehingga masyarakat membuang sampah sembarangan atau tidak pada tempatnya. Sampah di desa ini dapat ditemukan di selokan, pinggir jalan desa dan di sekitar waduk. Terutama di Dusun Bangle, Pesanggrahan dan Solong Tengak. Volume sampah di dusun tersebut dapat dikatakan cukup banyak. Mulai dari sampah yang mengalir dari dusun yang berada di dataran tinggi seperti Joben dan Lunggu sehingga mengendap di selokan karena kurangnya air mengalir di dusun Bangle yang berada di bawah kedua dusun tersebut, ditambah lagi dengan dibuangnya sampah oleh masyarakat ke selokan disekitar dusun tersebut. Hal yang sama juga terjadi di dusun Pesanggrahan, banyak sampah-sampah menumpuk di selokan dan ketika hujan akan meluap hingga sampah naik ke permukaan jalan raya. Di Dusun Solong Tengak terdapat banyak sampah plastik yang disebabkan oleh masyarakat yang membuang sampah di kali dan bermuara di sekitar waduk. Sampah-sampah tersebut tidak ditangani lebih lanjut oleh pihak desa. Gambar 2: Tumpukan sampah di sekitar waduk dikawasan Solong Tengak Gambar 3: Tumpukan sampah di selokan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

353 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Sampah adalah barang yang dianggap sudah tidak terpakai dan dibuang oleh pemilik/pemakai sebelumnya, tetapi bagi sebagian orang masih bisa dipakai jika dikelola dengan prosedur yang benar (Nugroho 2013). Sampah yang ada di desa ini terdiri dari sampah organik dan sampah anorganik, dimana sampah organik yaitu jenis sampah yang mudah terurai sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang sulit terurai. Plastik adalah bahan yang melekat erat dengan kehidupan manusia. Mulai dari hal-hal kecil seperti pembungkus makanan hingga peralatan rumah tangga. Plastik berasal dari residu pengolahan minyak bumi yang kemudian diolah kembali dengan mencampurkan bahan-bahan kimia tertentu sehingga menghasilkan biji plastik yang siap digunakan sebagai bahan baku pembuatan plastik. Sampah plastik tidak akan hilang meskipun dibakar melainkan berubah bentuk menjadi lebih kecil yang disebut micro plastick, bahan ini dapat berbahaya jika tercampur pada tanah dan air karena akan menjadi racun jika tercampur di air dan masuk kedalam tubuh manusia. Selain itu penumpukan sampah plastik juga merusak mekanisme tanah. Susahnya penguraian sampah plastik tersebut menyebabkan penumpukan sampah di lingkungan Desa Pesanggrahan. Salah satu cara menanggulangi sampah plastik yaitu melalui metode ecobrick atau pemanfaatan sampah dengan media botol plastik. Ecobrick berasal dari kata eco dan brick yang artinya bata ramah lingkungan yang menjadi alternatif bagi bata konvensional dalam mendirikan bangunan. Ecobrick merupakan salah satu upaya kreatif untuk mengelola sampah plastik menjadi benda-benda yang berguna, mengurangi pencemaran dan racun yang ditimbulkan oleh sampah plastik. Ecobrick adalah salah satu usaha kreatif bagi penanganan sampah plastik. Fungsinya bukan untuk menghancurkan sampah plastik, melainkan untuk memperpanjang usia plastikplastik tersebut dan mengolahnya menjadi sesuatu yang berguna, yang bisa dipergunakan bagi kepentingan manusia pada umumnya. Ecobrick adalah teknologi berbasis kolaborasi yang menyediakan solusi limbah padat tanpa biaya untuk individu, rumah tangga, sekolah, dan masyarkat. Ecobrick menjadi cara lain untuk utilisasi sampah-sampah tersebut selain mengirimnya ke pembuangan akhir. Metode tersebut dapat dimanfaatkan di desa Pesanggrahan. Dengan ecobrick sampah-sampah plastik akan tersimpan terjaga di dalam botol, sehingga tidak perlu dibakar, menggunung dan tertimbun. Teknologi ecobrick memungkinkan kita untuk tidak menjadikan plastik di salah satu industrial recycle system, dengan begitu akan menjauhi biosfer dan menghemat energy. METODE PELAKSANAAN Tempat pengabdian masyarakat ini dilaksanakan di Desa Pesanggrahan, Kecamatan Montong Gading, Kabupaten Lombok Timur. Adapun pelaksanaan aktivitas pengabdian kepada masyarakat melalui tahap-tahap sebagai berikut: menjalankan aksi pungut sampah dan mensosialisasikan metode ecobrick. Untuk mengukur keberhasilan penerapannya, adapun indikator tujuan terukur dalam jangka panjang yaitu: menghasilkan hasil karya berupa kursi, meja, pagar taman sekolah dan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

354 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat lain-lainnya, dimana karya yang dihasilkan dapat dimanfaatkan bersama. Hasil karya seni tersebut juga dapat meningkatkan perekonomian masyrakat desa karna memiliki nilai jual. Permasalahan yang ditemui di Desa Pesanggrahan: 1. Tidak terdapat tempat pembuangan sampah akhir di Desa Pesanggrahan 2. Kurangnya kesadaran masyarakat akan bahayanya membuang limbah sampah plastik sembarangan 3. Belum adanya sosialisasi kepada masyarakat tentang bagaimana cara pengelolaan limbah sampah plastik sehingga menjadi sesuatu yang berguna Solusi yang ditawarkan adalah: 1. Sosialisasi mengenai penanggulangan sampah dengan metode ecobrick dikalangan siswasiswi SD/SMP/SMA 2. Menjalankan program kerja aksi pungut sampah dengan mengerahkan seluruh lapisan masyarakat Target luaran yang ingin dicapai secara umum adalah: 1. Mengurangi limbah sampah plastik. 2. Memanfaatkan hasil ecobrick untuk menjadi produk yang lebih berguna. 3. Masyarakat menjadi peduli akan lingkungan sekitar. HASIL DAN PEMBAHASAN Plastik terbuat dari petro-kimia. Bahan kimia ini tidak cocok bagi ekologi. Studi ilmiah menunjukkan bahwa bahan kimia ini beracun untuk manusia, kita tahu ini ketika kita mencium plastik terbakar. Seiring waktu, ketika bahan kimia ini larut ke dalam tanah, air dan udara, mereka diserap oleh tanaman dan hewan yang pada akhirnya akan diserap juga oleh manusia, menyebabkan cacat lahir, ketidakseimbangan hormon, dan kanker. Sampah plastik yang berserakan, dibakar atau dibuang akan menghasilkan bahan kimia beracun. Bahkan rekayasa TPST (Tempat Pembuangan Sampah Terakhir) juga tidak bisa menjadi solusi yang baik. Dalam waktu sepuluh tahun, atau bahkan seratus tahun, bahan kimia ini pada akhirnya akan meresap ke dalam biosfer, yang mempengaruhi peternakan dan kehidupan manusia. Ecobrick, memberikan langkah perantara yang berharga dalam transisi ini. Sesuatu telah bergeser di sini. Sampah plastik yang digunakan sebelumnya hanya dirawat atau ditangani oleh orang-orang tertentu. Namun kini melalui ecobrick, lebih banyak orang, kelompok, menjadi tertarik untuk mengolah sampah plastik, terutama yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Lokakarya ini telah dilakukan dalam hasil seni berupa kursi, pagar taman, meja, dan lain-lain. Selain itu, yang paling penting adalah orang-orang mulai memahami mengapa kita perlu menerapkan ecobrick. Apa dasar dan filosofi di balik melakukan kerja keras ini? pengetahuan yang lebih komprehensif tentang plastik, fakta-fakta dari produksi plastik, masalah daur ulang, bahaya saat melakukan hal yang salah dengan plastik, dampak ke lingkungan jika tidak sadar apa yang akan terjadi dalam kurun waktu tertentu, bagaimana kita Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

355 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat perlu mengubah gaya hidup kita dan perilaku konsumsi kita, dan apa yang bisa kita lakukan dengan plastik atau sampah yang digunakan dan bahkan membuat mereka sebagai bagian dari solusi. Bukan hanya bagaimana mengelola plastik yang selama ini terus dikonsumsi, bukan hanya bercita-cita membangun atau membentuk sesuatu dengan ecobrick, tapi tentang mengurangi konsumsi plastik dan sebisa mungkin tak memakainya. Dan bagaimana membangun kesadaran secara massal, menjadi gerakan masyarakat di segala lini dan jalur, karena membuat ecobrick tidak membutuhkan keterampilan khusus, dapat dilakukan kapan saja, dan dikerjakan bersama-sama maupun sendiri sambil melakukan kegiatan sehari-hari lainnya, sembari mengisi waktu. Munculnya suatu kesadaran bahwa ada beberapa kemasan yang sangat susah dikerjakan, dan susah untuk menjadi bahan ecobrick, sedangkan ecobrick sejauh ini menjadi satu-satunya solusi menjebak plastik agar tak berkeliaran di lingkungan. Benar, hanya dengan membuat ecobrick sebagai kebiasaan, kesadaran akan konsumsi plastik dan kebutuhan untuk melindungi lingkungan dari racun plastik. Sedangkan, mempercayakan tempat sampah, truk sampah, bak sampah, tak akan mempengaruhi apa pun, bahkan akan berakhir lebih mengerikan. Membuat ecobrick tidak sulit, hanya memerlukan ketelatenan dan sedikit usaha. Secara umum langkah-langkah membuat ecobrick adalah sebagai berikut : 1. Mengumpulkan botol-botol plastik bekas, seperti botol bekas kemasan minuman (misalnya air mineral), botol bekas kemasan minyak goreng dan lain sebagainya. Kemudian mencucinya hingga bersih, lalu dikeringkan. 2. Mengumpulkan berbagai macam kemasan plastik, seperti kemasan mie instan, minuman kemasan, plastik pembungkus, tas plastik dan sebagainya. Harus dipastikan plastik-plastik tersebut bebas dari segala jenis makanan (yang tersisa didalamnya), dalam keadaan kering dan tidak tercampur oleh bahan lain (klip, benang, kertas dan sebagainya). 3. Memasukkan segala jenis plastik yang ada di poin ke 2 ke dalam botol-botol plastik pada poin ke Tidak boleh tercampur dengan kertas, kaca, logam, benda-benda yang tajam dan bahanbahan lain selain plastik. 5. Bahan-bahan plastik yang dimasukkan ke dalam botol plastik harus dipadatkan hingga sangat padat dan mengisi seluruh ruangan dalam botol plastik. 6. Cara memadatkannya bisa dengan menggunakan alat yang terbuat dari bambu atau kayu (seperti tongkat bambu atau kayu). 7. Jika ingin membuat sesuatu dengan hasil ecobrick ini, misalnya membuat meja, kursi, atau benda-benda lain, maka bisa menggunakan botol yang berukuran sama, atau bahkan dari jenis dan merk yang sama, sehingga memudahkan penyusunan. Untuk merekatkan satu botol dengan botol yang lainnya bisa menggunakan lem kaca/lem silikon. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

356 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Gambar 4. Teknik Pembuatan Ecobrick Gambar 5. Tahapan Pembuatan Ecobrick KESIMPULAN Plastik merupakan sampah yang sangat sulit untuk diuraikan secara alami, sehingga menjadi dilema selama bertahun-tahun. Para ilmuwan, pakar ekologi dan pemerhati lingkungan hidup telah berupaya dengan berbagai cara untuk menanggulangi persoalan sampah plastik. Ecobrick adalah salah satu usaha kreatif bagi penanganan sampah plastik. Fungsinya bukan untuk menghancurkan sampah plastik, melainkan untuk memperpanjang usia plastik tersebut dan mengolahnya menjadi sesuatu yang berguna, yang bisa dipergunakan bagi kepentingan manusia pada umumnya. Pembuatan ecobrick masih belum begitu populer di kalangan masyarakat luas. Sebagian besar masyarakat masih memperlakukan plastik bekas sebagai sampah plastik rumah tangga, mengotori lingkungan, sungai dan mencemari kehidupan seharihari tanpa adanya kesadaran diri. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

357 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Untuk itu perlu adanya sosialisasi terutama di kalangan siswa-siswi sekolah ataupun masyarakat luas yang lebih intensif mengenai upaya pengolahan kreatif sampah plastik. Dimulai dari sampah plastik rumah tangga. Dengan sedikit usaha, satu masalah penting akan terurai sedikit demi sedikit. DAFTAR PUSTAKA Nugroho P Panduan Membuat Kompos Cair. Jakarta: Pustaka baru Press. Widodo Sarno, Nepi Marleni Ni Nyoman, Aruning Fidaus Niting. (2018). Pelatihan Pembuatan Paving Block dan Ecobrick dari Limbah Sampah Plastik di Kampung Tulung, Kota Magelang. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

358 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Sosialisasi Personal Hygiene, Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Anak- Anak Tingkat Sekolah Dasar Di Kelurahan Rembiga Kota Mataram Moegiratul Amaro *, Mutia Devi Ariyana, Wiharyani Werdiningsih, Baiq Rien Handayani, Nazaruddin, Sri widyastuti Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram Kata Kunci: personal hygiene, cuci tangan, bersih, sehat Abstrak: Permasalahan perilaku kesehatan pada anak usia sekolah dasar berkaitan dengan kebersihan perorangan (personal hygiene), lingkungan dan munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah berkaitan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Penyakit yang sering dihadapi anak sekolah dasar biasanya berkaitan dengan kebiasaan hidup bersih dan sehat, seperti kebiasaan cuci tangan pakai sabun, potong kuku, gosok gigi, dan membuang sampah sembarangan. Penerapan PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6-12 tahun) seperti cacingan, diare, sakit gigi, sakit kulit, gizi buruk dan lain sebagainya. Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga.oleh karena itu dalam pengabdian masyarakat ini sangat perlu sekali dilakukan sosialisasi tentang PHBS terutama pada anak-anak, dimana dalam hal ini yang menjadi fokus pengabdian adalah membentuk kebiasaan mencuci tangan yang benar menggunakan sabun. Metode yang digunakan dalam kegiatan pengabdian ini adalah ceramah dan diskusi, demonstrasi, praktek dan evaluasi. Ada 2 jenis evaluasi yang digunakan, pretest dan post test. Pre test dilakukan sebelum kegiatan dimulai dan post test dilakukan setelah kegiatan selesai dilaksanakan. Berdasarkan hasil evaluasi terdapat pengaruh yang signifikan terhadap pengetahuan dan keterampilan siswa-siswa SDN 03 mataram dalam mencuci tangan yang baik dan benar menggunakan sabun. Korespondensi: PENDAHULUAN Permasalahan perilaku kesehatan pada anak usia sekolah dasar biasanya berkaitan dengan kebersihan perorangan (personal hygiene) dan lingkungan. Munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah berkaitan erat dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

359 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat (PHBS). Masalah-masalah yang terjadi pada usia anak sekolah dasar semakin memperjelas bahwa nilai-nilai PHBS di sekolah masih minim dan belum mencapai tingkat yang diharapkan (Wowor, 2013). Usia sekolah merupakan usia penting dalam pertumbuhan dan perkembangan fisik anak. Periode ini juga disebut sebagai periode kritis karena pada masa ini anak mulai mengembangkan kebiasaan yang cenderung menetap sampai dewasa (Hariyanti, 2008). Beban untuk menanggulangi masalah kesehatan anak usia sekolah juga terus meningkat dikarenakan permasalahan kesehatan yang masih banyak terjadi di kalangan anak usia sekolah. Penyakit yang sering dihadapi anak sekolah dasar biasanya berkaitan dengan kebiasaan hidup bersih dan sehat, seperti kebiasaan cuci tangan pakai sabun, potong kuku, gosok gigi, dan membuang sampah sembarangan (Depkes, 2007). Masa sekolah dasar adalah masa keemasan untuk menanamkan nilai-nilai PHBS dan berpotensi sebagai agen of change untuk mempromosikan PHBS baik di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat sehingga tercipta sumber daya manusia yang berkualitas nantinya. Penerapan PHBS di sekolah merupakan kebutuhan mutlak seiring munculnya berbagai penyakit yang sering menyerang anak usia sekolah (6-12 tahun) seperti cacingan, diare, sakit gigi, sakit kulit, gizi buruk dan lain sebagainya yang ternyata umumnya berkaitan dengan PHBS. Tingkat keefektifan mencuci tangan dengan sabun dalam penurunan angka penderita diare dalam persen menurut tipe inovasi pencegahan adalah mencuci tangan dengan sabun (44%), penggunaan air olahan (39%). Menurut Departemen Kesehatan R.I (2001) usaha pencegahan penyakit cacingan antara lain: menjaga kebersihan badan, kebersihan lingkungan dengan baik, makanan dan minuman yang baik dan bersih, memakai alas kaki, membuang air besar dijamban (kakus), memelihara kebersihan diri dengan baik seperti memotong kuku dan mencuci tangan sebelum makan. Kebersihan perorangan penting untuk pencegahan. Personal hygiene adalah kebersihan dan kesehatan perorangan yang bertujuan untuk mencegah timbulnya penyakit pada diri sendiri maupun orang lain (Tarwoto dan Wartonah, 2006). Personal hygiene menjadi penting karena personal hygiene yang baik akan meminimalkan pintu masuk (portal of entry) mikroorganisme yang ada dimana-mana dan pada akhirnya mencegah seseorang terkena penyakit (Saryono, 2010). Personal hygiene yang tidak baik akan mempermudah tubuh terserang berbagai penyakit, seperti penyakit infeksi (misalnya cacingan), penyakit saluran cerna dan penyakit kulit (Nurjannah, 2012) Dasar PHBS Sekolah berada dalam 8 indikator yaitu : mencuci tangan dengan air yang mengalir dan sabun, menggunakan jamban yang bersih dan sehat, olahraga yang teratur dan terukur, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok di sekolah, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan setiap 6 bulan, membuang sampah pada tempatnya (Mufidah, 2012). Kondisi sehat dapat dicapai dengan mengubah perilaku dari yang tidak sehat menjadi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan menciptakan lingkungan sehat di rumah tangga. Oleh karena itu dalam pengabdian masyarakat ini sangat perlu sekali dilakukan sosialisasi tentang PHBS terutama pada anak-anak, dimana dalam hal ini yang menjadi fokus pengabdian adalah Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

360 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat membentuk kebiasaan mencuci tangan dengan sabun yang benar dan membuang sampah pada tempatnya sesuai jenis sampah. METODE KEGIATAN Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini berupa sosialisasi khususnya sosialisasi personal hygiene dan perilaku hidup bersih dan sehat. Pelaksanaan kegiatan mencakup beberapa tahapan seperti, (1) penetapan siswa sekolah dasar sasaran yang sesuai dengan profil yang telah ditentukan. Peserta dikhususkan bagi para siswa sekolah dasar di SDN 03 Mataram yang berlokasi di Kelurahan Rembiga, Kecamatan Selaparang, Kota Mataram serta guru yang mengajar di Sekolah tersebut, (2) penyuluhan tentang aspek personal hygiene dan perilaku hidup bersih dan sehat meliputi mulai dari cara mencuci tangan yang baik dengan sabun dan air mengalir, menyikat gigi yang baik dan benar, menjaga kebersihan badan, menjaga kebersihan lingkungan dengan baik, makanan dan minuman yang baik dan bersih, memakai alas kaki, membuang air besar dijamban (kakus), memelihara kebersihan diri dengan baik, serta (3) diskusi yang dilakukan oleh tim dosen, guru dan masyarakat tentang masalah dan kendala yang dihadapi peserta saat pelaksanaan kegiatan berlangsung. Metode pelatihan yang digunakan pada kegiatan ini fokus kepada kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi kepada para siswa sekolah dasar. Evalusi kegiatan ini dilakukan secara langsung pada saat kegiatan berlangsung. Tahap evaluasi dilakukan setelah penyampaian materi. Prosedur evaluasi meliputi kemampuan penguasaan materi dan tanggapan terhadap materi yang telah diberikan. Kedua kriteria tersebut diamati dengan keaktifan peserta dalam bertanya dan menanggapi materi yang diberikan, keaktifan peserta selama sosialisasi. Selain itu, kehadiran peserta dalam setiap sesi sosialisasi juga menjadi parameter tingkat antusiasme peserta terhadap kegiatan sosialisasi yang dilakukan. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian kepada masyarakat dengan tema Sosialisasi Personal Higiene, Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Pada Anak-Anak Tingkat Sekolah Dasar Di Kelurahan Rembiga Kecamatan Selaparang, Mataram, dilaksanakan sebagai upaya peningkatan kebersihan dan kesehatan anak-anak tingkat sekolah dasar dengan menerapkan prinsip-prinsip sanitasi pada diri sendiri (personal hygiene) melalui kebiasaan mencuci tangan yang baik dan benar memakai sabun, mengkonsumsi makanan yang sehat dan bergizi serta kebiasaan membuang sampah pada tempatnya. Masa sekolah dasar adalah masa keemasan untuk menanamkan nilai-nilai prilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) dan berpotensi sebagai agen of change untuk mempromosikan PHBS baik di lingkungan sekolah, keluarga maupun masyarakat sehingga tercipta sumber daya manusia yang berkualitas nantinya. Kegiatan pengabdian sosialisasi personal hygiene dan PHBS ini telah dilaksanakan pada SDN 03 Mataram yang terletak di kelurahan Rembiga, Kecamatan Selaparang, Kota Mataram. Kegiatan ini telah dilaksanakan sesuai dengan rencana dan memperoleh hasil yaitu anak-anak SDN 03 Mataram khususnya kelas 6 mengerti dan memahami pentingnya personal hygiene dan perilaku Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

361 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat hidup bersih dan sehat untuk meningkatkan kebersihan dan kesehatan. Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan pada hari Jumat, 2 Agustus 2019 di SDN 03 Mataram. Kegiatan ini dihadiri 20 orang peserta yang merupakan siswa kelas 6 SDN 03 Mataram. Pelaksanaan kegiatan ini dilakukan dengan teknis penyuluhan singkat dalam hal penerapan sanitasi pada diri sendiri (personal hygiene) dan prinsip-prinsip hidup bersih dan sehat. Kegiatan diawali dengan acara pembukaan, penyampaian materi/penyuluhan, praktek cara mencuci tangan yang baik dan benar dengan sabun dan diskusi. Penyampaian materi meliputi pemahaman tentang sanitasi dan perilaku hidup bersih dan sehat, personal hygiene, 8 indikator PHBS (mencuci tangan dengan sabun, mengkonsumsi jajanan sehat dan bersih di kantin sekolah, menggunakan jamban yang bersih dan sehat, olah raga yang teratur, memberantas nyamuk, tidak merokok, menimbang berat badan dan mengukur tinggi badan secara teratur, dan membuang sampah pada tempatnya). Gambar 1. Penyampaian Materi Sosialisasi Dan Penyerahan Souvenir Sabun Cuci Tangan dan Tempat Sampah di SDN 03 Mataram Kegiatan diakhiri dengan diskusi dan menguji kembali ingatan siswa siswi tentang materi yang telah disampaikan. Selain itu juga diskusi tentang kendala yang dihadapi dalam mengaplikasikan teknologi yang ditawarkan sehingga tim pelaksana bisa melakukan evaluasi dan monitoring kegiatan selanjutnya. Kegiatan ini telah berhasil meningkatkan motivasi, pengetahuan dan keterampilan siswa siswi sekolah dasar dalam meningkatkan kebersihan dan kesehatan melalui peningkatan personal hygiene dan perilaku hidup bersih dan sehat. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil kegiatan sosialisasi personal hygiene dan prilaku hidup bersih dan sehat di SDN 03 Mataram, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, antara lain: Kegiatan sosialisasi Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

362 Prosiding PEPADU Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat personal hygiene dan prilaku hidup bersih dan sehat di SDN 03 Mataram dapat dilaksanakan secara baik dan berjalan lancar dengan dihadiri oleh sebagian besar peserta yang ditargetkan. Peserta sosialisasi mengikuti kegiatan dengan antusias pada setiap tahapan materi sosialisasi yang terlihat dari adanya tanya jawab dan diskusi antara peserta dengan pemberi materi. Peserta memperoleh pemahaman mengenai pentingnya sanitasi dan personal hygiene serta pentingnya perilaku hidup bersih dan sehat untuk meningkatkan taraf kebersihan dan kesehatan. Sosialisasi yang dilakukan dinilai efektif dan para siswa SDN 03 Mataram tergerak untuk mengaplikasikan pengetahuan yang telah diperoleh mengenai cara mencuci tangan yang baik dan benar menggunakan sabun dan prilaku hidup bersih dan sehat. Saran untuk kegiatan ini adalah kegiatan pengabdian untuk mensosialisasikan tentang sanitasi dan kesehatan seperti ini perlu diperluas bagi siswa-siswa sekolah dasar lainnya agar informasi tentang personal hygiene dan PHBS ini dapat tersebar merata dan anak-anak sekolah dasar dapat mengaplikasikannya tidak hanya di sekolah tetapi juga di lingkungan rumah agar dapat meningkatkan kesehatan dan kebersihan secara merata di seluruh kota Mataram UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Mataram yang telah memberi dukungan financial terhadap pengabdian ini. DAFTAR PUSTAKA Hariyanti, N, dkk Mengatasi Kegagalan Penyuluhan Kesehatan Gigi pada Anak dengan Pendekatan Psikologi. Dentika Dental Journal. Vol 13. No 1. Mufidah, Fatchul Cermat Penyakit-penyakit Yang Rentan Diderita Anak Usia Sekolah. Jogjakarta: Flashbooks. Nurjannah, Anna Gambaran Personal Hygiene Siswa Sekolah Dasar Negeri Jatinangor. 27.pdf (Diakses 25 Mei 2013). Saryono Catatan Kuliah Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: Nuha Medika. Tarwoto & Wartonah. (2006). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses Keperawatan.Edisi Ke-3. Jakarta: Salemba Medika. Wowor, V.E., Hubungan antara Status Kebersihan Mulut dengan Karies Siswa Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Manado. Jurnal e-gigi Vol 1, No 2. DOI: Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

363 Pemanfaatan Limbah Kotoran Unggas Sebagai Biobriket Di Desa Teruwai Kabupaten Lombok Tengah Ida Ayu Widhiantari, Guyup Mahardhian Dwi Putra, Agriananta Fahmi Hidayat, Surya Abdul Muttalib, Zulhan Widya Baskara, Wahyudi Zulfikar Program Studi Teknik Pertanian, Universitas Mataram Kata Kunci: alat pengepres biobriket, biobriket, pembuatan biobriket Abstrak: Masyarakat di Kecamatan Pujut tepatnya di Desa Teruwai sebagian besar bermatapencaharian sebagai peternak unggas dan petani. Jumlah unggas yang cukup banyak di Desa Teruwari tidak hanya memberikan keuntungan semata bagi masyarakat setempat yang membudidayakannya, tetapi juga menimbulkan adanya masalah. yakni terkait dengan limbah yang dihasilkan dari kotoran ternak unggas. Minimnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat setempat untuk memanfaatkan hasil samping dari budidaya ternak unggas menjadikan kotoran dari unggas yang dipelihara hanya ditumpuk dan dibakar begitu saja sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dari proses pembakaran yang dihasilkan. Melalui kegiatan pengabdian ini, tim pengabdian memberikan penyuluhan, dan pendampingan pelatihan dalam mengolah limbah kotoran unggas tersebut menjadi produk bahan bakar alternatif yang berupa biobriket. Untuk dapat membantu proses produksi biobriket, dalam pengabdian ini juga dikenalkan suatu alat pendukung yang dapat membantu mempercepat dalam menghasilkan biobriket yaitu berupa alat pengepres biobriket. Melalui kegiatan pengolahan limbah kotoran unggas menjadi produk biobriket dirasakan dapat membantu mengatasi masalah yang dialami oleh kelompok peternak unggas di Desa Teruwai Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah. Peserta memiliki keterampilan dalam mengolah kotoran unggas menjadi produk biobriket yang bermanfaat. Selain itu peserta memperoleh wawasan yang lebih dengan adanya pengenalan teknologi alat pengepres biobriket yang dapat menghemat waktu pengepresan sehingga lebih efektif dan efisien. Korespondensi: PENDAHULUAN Jumlah unggas yang cukup banyak di Desa Teruwai tidak hanya memberikan keuntungan semata bagi masyarakat setempat yang membudidayakannya, tetapi juga menimbulkan adanya masalah. terkait dengan limbah yang dihasilkan dari kotoran ternak unggas tersebut. Minimnya pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat setempat untuk memanfaatkan hasil samping dari budidaya ternak unggas menjadikan kotoran dari unggas yang dipelihara hanya ditumpuk dan dibakar begitu saja sehingga dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dari proses pembakaran yang dihasilkan. Keberadaan limbah berupa kotoran unggas yang Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

364 cukup melimpah ini memiliki potensi yang besar untuk diolah menjadi produk yang memiliki nilai guna. Limbah biomassa hasil pertanian maupun hasil ternak merupakan bahan yang seringkali dianggap kurang atau bahkan tidak bernilai ekonomis, sehingga murah dan bahkan pada taraf tertentu keberadaannya menjadi sumber pencemaran bagi lingkungan (Afrizal dan Didin, 2013), padahal limbah biomassa dapat dijadikan sebagai sumber energi alternatif yang ramah lingkungan. Adanya penggunaan limbah biomassa memiliki peranan dalam melindungi lingkungan dan dapat memperkecil biaya tempat pembuangan akhir (Panwar, et al dalam Chasri 2018). Berdasarkan kondisi tersebut, tim pengabdian kepada masyarakat tergerak untuk melakukan kegiatan yang dapat mengatasi permasalahan limbah kotoran unggas tersebut sekaligus menjadikannya sebagai hasil samping yang bermanfaat. Salah satu bentuk pemanfaatan limbah biomassa dari kotoran ternak unggas ini adalah dengan mengolah limbah biomassa tersebut menjadi produk bahan bakar alternatif yang berupa biobriket. Biobriket merupakan suatu produk yang dihasilkan dari pengolahan limbah biomassa yang dipadatkan dan dengan menggunakan perekat, mengandung senyawa karbon dan memiliki nilai kalor yang cukup tinggi tergantung dari bahan baku yang digunakan serta dapat menyala dalam waktu yang cukup lama (Amanda JG dalam Petrus Petandung, 2014). Proses pemadatan atau pengempaan pada pembuatan biobriket bertujuan agar menghasilkan bara yang tahan lama pada saat dibakar dan suhu panas serta tidak menghasilkan asap (Wahyuni dan Martini, 2016). Masyarakat di Desa Teruwai Kecamatan Pujut belum memanfaatkan adanya limbah biomassa yang ada di sekitar untuk dimanfaatkan menjadi briket yang memiliki nilai kalor yang cukup tinggi. Dalam proses pembuatan biobriket, diperlukan suatu alat pengepres atau alat kempa untuk mencetak briket sehingga dapat mempercepat dan mempermudah dalam proses pembuatannya. Gambar 1. Alat Pengepress Biobriket pada Kegiatan Pengabdian di Desa Teruwai Alat pengepres ini terdiri dari empat tabung atau silinder cetak, dimana bahan atau adonan biobriket dimasukkan ke dalamnya hingga terisi penuh. Tujuan dari pengempaan agar Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

365 dihasilkan biobriket yang padat dan kompak sehingga tidak mudah hancur dan mudah dibakar. Tujuan dari kegiatan pengabdian ini adalah : 1. Memberikan pemahaman dan pengetahuan mengenai pemanfaatan limbah dari kotoran ternak unggas yang belum termanfaatkan sehingga memiliki nilai guna 2. Meningkatkan pemahaman peserta terhadap pengolahan limbah kotoran unggas menjadi energi alternatif yang ramah lingkungan dalam bentuk biobriket 3. Mengenalkan suatu teknologi berupa alat pengepres biobriket yang mampu mempercepat proses pencetakan Waktu, Tempat, Alat, dan Bahan METODE KEGIATAN Kegiatan ini telah dilaksanakan pada tanggal 29 Juli 2019 yang berlokasi di Balai Desa Teruwai Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah dengan menjadikan para peternak unggas di desa tersebut sebagai sasarannya. Alat yang digunakan meliputi alat pengepres biobriket, kompor gas, tabung gas, pengaduk, baskom, wajan, sarung tangan, masker, saringan, dan nampan. Sedangkan bahan yang digunakan meliputi kotoran unggas dan tepung kanji. Prosedur Kegiatan Pelaksanaan kegiatan pengabdian ini akan dilaksanakan dalam beberapa tahapan, yaitu melakukan survey, penyuluhan, pendampingan pelatihan, dan evaluasi. Sebelum melaksanakan kegiatan dilakukan persiapan terlebih dahulu agar kegiatan dapat berjalan dengan lancar. Persiapan yang dilakukan mulai dari melakukan survey untuk dapat melakukan koordinasi dengan kepala desa dalam hal menentukan dan menyepakati jadwal penyuluhan di lokasi tersebut sesuai dengan kondisi peserta. Persiapan selanjutnya yaitu menyiapkan materi untuk penyuluhan dan pelatihan, menyiapkan daftar hadir peserta penyuluhan, menyiapkan susunan acara, dan menyiapkan alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pelatihan pembuatan biobriket. Materi yang disampaikan meliputi pemanfaatan dan pengolahan limbah menjadi biobriket, pengoperasian alat pengepres biobriket, penggunaan produk biobriket, serta perawatan alat pengepres biobriket. Dalam penyampaian materi pemanfaatan limbah kotoran unggas, warga desa tersebut memang belum memahami manfaat yang diperoleh dari pengolahan limbah unggas tersebut, yang mereka biasa lakukan adalah hanya membuang atau membakar limbah unggas tersebut tanpa adanya pengolahan tertentu yang dapat meningkatkan nilai ekonomi. Dengan pemaparan materi ini majadikan warga Desa Teruwai mendapatkan ilmu yang luas untuk dapat memanfaatkan limbah unggas tersebut manjadi produk baru yang memiliki manfaat. Peserta juga mendapatkan pemahaman bagaimana sistem kerja dan cara mengoperasikan alat pengpres biobriket yang dapat digunakan untuk mempercepat proses pemadatan biobriket. Tidak hanya itu, peserta juga dibekali dengan informasi cara perawatan dari alat pengepres biobriket agar mampu meminimalisir kerusakan dan alat memiliki umur pemakaian yang lama. Peserta sangat antusias untuk mempraktekkan proses pembuatan biobriket mulai dari penyangraian, hingga pencetakan biobriket. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

366 Gambar 2. Proses Penyangraian Kotoran Unggas Penyangraian dilakukan dengan tujuan agar diperoleh kotoran unggas dalam bentuk arang sehingga nantinya akan memudahkan proses pembakaran. Sambil melakukan poses penyangraian, juga dilakukan proses pembuatan lem dari tepung kanji yang nantinya akan digunakan sebagai bahan perekat dari biobriket. Hasil sangrai kemudian digiling dengan cara manual menggunakan balok kayu dan diayak dengan menggunakan saringan untuk mendapatkan hasil yang seragam Gambar 3. Proses Pembuatan Lem Sebagai Bahan Perekat Setelah itu kemudian dilakukan pencampuran lem dengan arang halus oleh peserta hingga diperoleh adonan yang kalis atau hingga adonan bisa dibentuk. Peserta yang sebagian besar adalah bapak-bapak ini juga dilatih mengoperasikan alat pengepres biobriket. Peserta dengan semangat mempraktekan proses pengepresan biobriket, peserta yang hadir secara bergantian mencoba melakukan pencetakan biobriket dengan memasukan adonan yang sudah dibuat ke dalam silinder cetak hingga penuh. Kemudian setelah silinder cetak terisi penuh dilakukan penekanan dengan menurunkan tuas pada alat pres dan mengencangkannya dengan tekanan yang mencukupi sehingga nantinya didapatkan briket yang padat dan tidak mudah hancur. Setelah itu cetakan dikeluarkan dari tabung silinder dengan menggerakan tuas dengan gerakan naik turun atau seperti gerakan memompa hingga briket perlahan keluar dari silinder cetak. Setelah sampai ke permukaan briket diambil secara perlahan agar briket tidak hancur Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

367 dan diletakkan pada nampan. Karena briket yang telah dicetak masih mengandung kadar air yang cukup tinggi, maka selanjutnya dilakukan proses pengeringan di bawah sinar matahari hingga diperoleh briket yang kering untuk dapat digunakan sebagai bahan bakar. Dengan menggunakan alat pengepres briket, dirasakan oleh peserta hasilnya sangat rapih, seragam, dan membutuhkan waktu yang singkat dibandingkan dengan jika memadatkan adonan briket dengan cara manual menggunakan tangan. Gambar 4. Proses Pencetakan Briket dengan Alat Pres Tahap akhir dari kegiatan ini adalah diskusi dan evalusi yang diikuti oleh seluruh anggota tim pengabdian. Pada kegiatan diskusi, peserta sangat antusias untuk menanyakan beberapa hal terkait dengan proses pembuatan biobriket. Berdasarkan pemantauan selama kegiatan pengabdian berlangsung, terlihat bahwa peserta pelatihan mampu memahami dan menguasi cara pengolahan limbah kotoran unggas menjadi biobriket yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar alternatif dan sekaligus membantu mengatasi ketersedian limbah yang jumlahnya cukup banyak. Selain pemanfaatan limbah, peserta juga mampu mengoperasikan alat pengepres biobriket dengan baik. Para peserta pelatihan merasa sangat terbantu dengan adanya alat pengepres biobriket ini, karena dirasa sangat efektif dan efisien. Peserta juga termotivasi untuk dapat mengembangkan alat pengepres biobriket tersebut. (a) (b) Gambar 5. (a) Hasil Cetakan Biobriket; (b) Foto Bersama Peserta Pelatihan Pembuatan Biobriket dan Mahasiswa KKN Tematik Universitas Mataram Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

368 Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Dari kegiatan pengabdian yang dilakukan oleh tim, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pemanfaatan limbah kotoran unggas menjadi biobriket yang diadakan di balai Desa Teruwai kabupaten Lombok Tengah berjalan dengan baik, dimana peserta sangat antusias dalam mengikuti seluruh rangkainan kegiatan 2. Peserta yang hadir merasa sangat terbantu dalam hal penanggulangan limbah dengan adanya informasi dan pelatihan mengenai pemanfaatan limbah kotoran unggas menjadi biobriket 3. Penggunaan alat pengepres biobriket dirasakan peserta mampu mempercepat proses pencetakan biobriket sehingga lebih efektif dan efisien Saran Adapun saran yang dapat diberikan untuk perbaikan kegiatan pengabdian ini yaitu diharapkan adanya pengembangan dari adanya pengolahan limbah kotoran unggas menjadi produk lainnya yang memiliki nilai ekonomi dengan menggunakan metode pengolahan lainnya. UCAPAN TERIMA KASIH Tim Pengabdian Kepada Masyarakat mengucapkan terimakasih kepada Universitas Mataram yang telah memberikan bantuan melalui Dana PNBP sehingga kegiatan pengabdian dapat berjalan dengan lancar. Ucapan kami sampaikan juga kepada pihak yang terlibat dari kepala desa dan wakil kepala Desa Teruwai hingga peserta yang hadir dalam kegiatan pengabdian sehingga kegiatan dapat terselenggara dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Afrizal, V., dan Didin, S Penggunaan Biobriket Sebagai Bahan Bakar Alternatif Dalam Pengeringan Karet Alam. Jurnal Warta Perkaretan. Vol. 32 No.2: Chasri Nurhayati Pengaruh Temperatur Karbonisasi, Komposisi Campuran Arang Kayu Karet dan Lumpur Batubara Terhadap Kualitas Biobriket. Prosiding Seminar Nasional I Hasil Litbangyasa Industri. ISSN Dewi, Wahyuni. B., dan Marini, S.H Pemanfaatan Sekam Padi Sebagai Bahan Bakar Alternatif dan Pupuk Organik yang Ramah Lingkungan Di Desa Lakeya Kecamatan Tolangohula Kabupatemn Gorontalo. Program Studi Biologi. Fakultas MIPA. Universitas Gorontalo. Petrus P Pengaruh Jumlah Tepung Kanji Pada Pembuatan Briket Arang Tempurung Pala. Jurnal Penelitian Teknologi Industri Vol. 6 No. 2: Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

369 Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU Pemanfaatan Limbah Kotoran Unggas Sebagai Pupuk Kompos Di Desa Teruwai Kabupaten Lombok Tengah Diah Ajeng Setiawati, Joko Sumarsono, Sirajuddin H. Abdullah, Asih Priyati, Fakhrul Irfan Khalil Program Studi Teknik Pertanian, Universitas Mataram, Kata Kunci: KKN Tematik; kompos; ternak unggas; pelatihan komunitas Abstrak: Desa Teruwai, salah satu lokasi KKN Tematik UNRAM di Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah merupakan desa yang dikenal sebagai Desa Unggas. Selama ini, para peternak unggas di Desa Teruwai masih mengalami kesulitan dalam mengolah limbah kotoran unggas secara ekonomis. Selain mahal, proses pembakaran kotoran ternak unggas yang selama ini dilakukan warga menimbulkan masalah kesehatan. Oleh karena itu, diperlukan alternatif solusi dalam mengelola limbah kotoran ternak yang lebih ekonomis dan ramah lingkungan. Pada kegiatan pengabdian pada masyarakat yang dilaksanakan di Desa Teruwai bersama mahasiswa KKN Tematik UNRAM, para peternak unggas diberikan pelatihan bagaimana memanfaatkan limbah kotoran unggas sebagai pupuk kompos. Proses pengomposan dilakukan menggunakan teknologi komposter anaerob sederhana. Dalam kegiatan pengabdian ini, warga tidak hanya diperkenalkan, tetapi juga dilatih dalam melakukan proses pengomposan menggunakan teknologi yang diperkenalkan. Selain itu, warga dibekali tatacara perawatan komposter dan manajemen pengolahan limbah yang terintegrasi dan berkesinambungan. Warga memperlihatkan antusiame yang tinggi dalam mengikuti kegiatan pelatihan dan termotivasi untuk melakukan pengelolaan limbah kotoran unggasnya dengan metode yang disosialisasikan. Korespondensi: PENDAHULUAN Desa Teruwai merupakan salah satu desa di Kec. Pujut, Lombok Tengah. Desa Teruwai merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Desa ini terletak 100 meter di atas permukaan laut dengan luas wilayah sebesar 2932 Ha pada koordinat Bujur Timur dan Lintang Selatan. Desa ini merupakan salah satu lokasi penempatan mahasiswa yang melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik UNRAM yang dimulai sejak awal Februari Berdasarkan data desa tahun 2014 yang didapatkan oleh mahasiswa KKN yang ditempatkan di desa tersebut, penduduk Desa Teruwai berjumlah kurang lebih jiwa berjenis kelamin laki-laki dan jiwa berjenis kelamin perempuan. Selain itu, diketahui Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

370 Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU bahwa jumlah penduduk usia produktifnya mendominasi dengan jumlah 3293 jiwa (18-55 tahun). Sedangkan jumlah penduduk berumur 0 17 tahun kurang lebih berjumlah jiwa dan penduduk berumur di atas 55 tahun berjumlah kurang lebih 732 jiwa. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat di desa ini adalah beternak dan bertani. Di bidang peternakan, terdapat 19 komunitas peternak unggas yang tersebar di setiap dusun. Dikarenakan jumlah unggas di desa ini mencapai ± ekor, desa ini mendapat julukan Kampung Unggas. Gambar 1 memperlihatkan salah satu peternakan unggas di Desa Teruwai. Dengan jumlah unggas sebanyak ini, muncul permasalahan berupa banyaknya kotoran unggas dihasilkan setiap harinya. Limbah peternakan dan pertanian, pada umumnya, bila tidak dimanfaatkan akan menimbulkan dampak bagi lingkungan berupa pencemaran udara, air dan tanah, menjadi sumber penyakit, dapat memacu peningkatan gas metan dan juga gangguan pada estetika dan kenyamanan (Nenobesia, dkk., 2017). Saat ini peternak di Desa Teruwai hanya mengelola limbah kotoran unggas dengan melakukan proses pembakaran. Untuk membakar kotoran unggas diperlukan biaya sebesar Rp /kandang. Proses ini dirasakan cukup berat karena menghabiskan biaya yang cukup besar. Oleh karena itu, komunitas peternak Desa Teruwai mengharapkan adanya sosialiasasi teknologi alternatif yang lebih ekonomis untuk mengolah limbah kotoran unggas yang dihasilkan. Selain kurang ekonomis, proses pembakaran berdampak negatif bagi lingkungan karena menimbulkan pencemaran udara. Proses pembakaran selama ini dilakukan di ruang terbuka, sehingga asap yang dihasilkan menyebabkan gangguan pernafasan bagi warga, khususnya yang tinggal di sekitar lokasi pembakaran. Oleh karena itu, kegiatan pelatihan yang dilaksanakan oleh tim pengabdian bertujuan memperkenalkan teknologi alternatif untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh komunitas peternak unggas di Desa Teruwai yang terjangkau dari sisi ekonomi dan ramah lingkungan dalam proses penerapannya, berupa pengomposan menggunakan bioreaktor anaerob sederhana. METODE KEGIATAN Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan dengan cara memberikan pelatihan pada komunitas peternak unggas di Desa Teruwai. Tim pengabdian memberikan penjelasan terlebih dahulu tentang tata cara pengolahan kotoran unggas selama 45 menit yang dilanjutkan dengan sesi tanya jawab selama 30 menit. Kegiatan dilanjutkan dengan memberikan pendampingan pada perwakilan komunitas peternak unggas untuk mencoba mempraktikkan tata cara pengomposan yang telah diajarkan sebelumnya. Untuk mengevaluasi ketersampaian materi, tim pengabdian memberikan pertanyaan kepada peserta pelatihan. Selain itu, tim pengabdian juga melakukan kegiatan pendampingan setelah kegiatan pelatihan, untuk memastikan peternak unggas dapat melakukan pengomposan dengan baik dan kompos yang digunakan dapat dimanfaatkan untuk mengolah lahan pertanian warga. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan di Desa Teruwai yang berjarak kurang lebih 45,3 km yang dapat ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam dari Mataram (Gambar 1). Untuk Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

371 Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU menempuh lokasi, tim pengabdian berangkat dari Mataram menggunakan dua buah mobil. Satu mobil digunakan untuk mengangkut alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan pengabdian, sedangkan satu mobil lainnya digunakan untuk membawa angota tim ke lokasi pengabdian yang dipusatkan di Aula Pertemuan Kantor Desa Teruwai. Sesampainya di tempat kegiatan, meskipun telah menunggu cukup lama dikarenakan perjalanan tim sempat mengalami beberapa hambatan, peserta masih sangat antusias untuk mengikuti kegiatan pelatihan pengolahan limbah unggas yang merupakan kolaborasi antara Dosen Program Studi Teknik Pertanian dan 10 orang mahasiswa KKN Tematik Unram (Tabel 1). Mahasiswa KKN dalam kegiatan ini sangat berperan aktif mulai dari mengajukan ide untuk mengadakan kegiatan pelatihan ke pejabat desa, mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan, hingga melakukan survey dan mengundang perwakilan kelompok peternak unggas untuk menghadiri kegiatan pengbdian ini. Tidak beberapa lama setelah tim pengabdian sampai di lokasi, acara segera dibuka oleh pembawa acara yang dibawakan oleh salah seorang panitia dari mahasiswa KKN. Peserta yang menghadiri kegiatan ini berjumlah sekitar 25 orang yang merupakan perwakilan dari kelompok peternak unggas di setiap dusun yang ada di Desa Teruwai, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah (Gambar 2). Dengan mengundang perwakilan dari tiap dusun, diharapkan peserta pelatihan dapat mensosialisasikan materi yang didapatkan kepada peternak unggas lain di dusun masing-masing. Peserta didominasi oleh laki-laki, dikarenakan peternak unggas di Desa Unggas sebagian besar adalah lelaki usia dewasa. Gambar 2. Peserta pelatihan dan tim pengabdian program studi Teknik Pertanian Setelah acara dibuka secara singkat oleh pembawa acara, acara dilanjutkan dengan pemberian sambutan oleh perwakilan perangkat desa (Gambar 3). Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa kegiatan pelatihan seperti ini sudah lama diharapkan dapat diadakan di Desa Teruwai, mengingat permasalahan kotoran ternak unggas menjadi salah satu pekerjaan rumah yang belum ditemukan solusinya hingga saat ini. Warga yang memiliki ternak unggas masih melakukan penanganan kotoran ternak dengan cara yang dirasakan kurang ramah, baik dari segi lingkungan maupun dari segi biaya. Dengan adanya kegiatan pelatihan yang diberikan bagi para peternak unggas oleh tim pengabdian dari Teknik Pertanian, diharapkan warga mendapatkan solusi yang tepat guna untuk mengatasi permasalahan yang muncul akibat Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

372 Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU berlimpahnya kotoran ternak di desa ini. Kehadiran mahasiswa KKN Tematik Unram di Desa Teruwai dirasakan beliau sangat bermanfaat dalam pengembangan desa, salah satunya karena mampu menjembatani warga dan tim pengabdian dari Teknik Pertanian Unram untuk mengadakan kegiatan pelatihan ini. Gambar 3. Sambutan dari perwakilan perangkat Desa Teruwai Setelah sambutan dari perwakilan desa, acara kemudian dilanjutkan dengan pemberian materi oleh tim pengabdian. Pemateri pertama menyampaikan tentang teknologi pengomposan untuk mengolah kotoran ternak unggas berupa biokomposter sederhana (Gambar 4). Biokomposter ini dirancang menggunakan wadah (container) berbahan plastik, dimana bagian atasnya dapat dibuka untuk memasukkan kotoran ternak yang telah dicampur dengan bahan organik tambahan (seperti daun-daun kering) serta cairan starter mikroorganisme (EM4) dan mencegah masuknya oksigen tambahan ke dalam biokomposter. Pada bagian penutup komposter terdapat pipa yang dihubungkan dengan selang transparan ke plastik penampung biogas dan pada bagian bawah komposter terdapat pipa pengurasan yang selanjutnya dipasangkan keran air. Gambar 4. Desain komposter/biodigester limbah kotoran ungags Pada bagian dalam komposter perlu ditambahkan pipa PVC yang telah dilubangi pada beberapa bagian. Fungsi lubang-lubang berukuran kurang lebih 5 mm tersebut adalah sebagai jalan masuk gas metan yang terbentuk dari proses penguraian kotoran unggas dan bahan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

373 Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU organik lain oleh mikroorganisme dalam kondisi anerob. Selain itu, pada bagian dalam komposter terdapat saringan yang diletakkan sekitar 10 cm dari dasar kontainer. Saringan ini berfungsi untuk memisahkan antara cairan dengan padatan, sehingga memudahkan untuk pengeluaran pupuk cair melalui keran air yang dipasang pada bagian bawah komposter (Kurniawan dan Saputra, 2013). Desain komposter ini sangat sederhana, sehingga para peternak dapat mencoba untuk merakit sendiri dengan bahan-bahan yang mudah didapat dan harga yang terjangkau. Gambar 5. Bagian dalam komposter sederhana untuk pengolahan kotoran ternak unggas Tim pengabdian menjelaskan kepada peserta pelatihan bahwa proses yang terjadi dalam komposter adalah penguraian senyawa organik oleh mikroorganisme dalam kondisi anaerob (kurang oksigen), sehingga para peternak tidak perlu melakukan penambahan udara ke dalam komposter ataupun melakukan pengadukan. Peternak cukup menunggu dalam waktu sekitar 1-2 bulan agar kotoran unggas diuraikan sempurna menjadi senyawa organik yang lebih sederhana berupa kompos dan biogas (metana, H2O, SO2, dll) (referensi, tahun). Kompos dihasilkan dari slurry (lumpur) proses anaerob perlu dikeringkan terlebih dahulu sebelum dapat langsung digunakan. Sedangkan cairan yang dihasilkan pada bagian bawah komposter dapat langsung dimanfaatkan sebagai pupuk cair dengan melakukan pengenceran (menambahkan air) terlebih dahulu. Adapun biogas yang terbentuk dapat ditampung dalam plastik penampungan biogas untuk kemudian dimanfaatkan sebagai sumber energi alternatif, misalnya untuk memasak di kompor gas (Sulistiyanto, dkk., 2016). Setelah materi pengenalan teknologi disampaikan oleh salah seorang anggota tim pengabdian, peserta pelatihan mendapat penjelasan mengenai prosedur pengolahan kotoran ternak unggas menggunakan komposter oleh anggota tim pengabdian yang lain. Langkah pertama adalah mencampurkan kotoran ternak unggas dengan daun-daun kering atau bahan organik lain dari sampah dapur. Tujuan dari penambahan bahan organik ini adalah untuk menambahkan nutrisi yang dibutuhkan oleh mikroorganisme agar dapat bekerja lebih optimal, karena daun kering merupakan sumber karbon (C) sementara kotoran ternak sebagian besar mengandung nitrogen (N) (Widiyaningrum dan Lisdiana, 2015). Keseimabangan rasio C dan N ini akan sangat mempengaruhi kecepatan proses pengomposan. Selain itu, peternak perlu melarutkan sejumlah gula dalam 1 liter air yang telah ditambahkan larutan EM4 seukuran 1 tutup botol (Gambar 6). Tujuan penambahan gula adalah untuk mengaktifkan bakteri yang telah Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

374 Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU ada pada larutan EM4, sehingga dapat bekerja lebih cepat. Penambahan EM4 sendiri diketahui terbukti mempercepat proses kematangan pupuk organik pada hari ke-28 (Kusuma, dkk., 2017). Larutan gula dan EM4 ini selanjutnya dituangkan ke atas kotoran ternak yang telah dicampurkan dengan bahan organik tambahan pada biokomposter yang telah disiapkan. Kemudian peternak perlu melakukan pengadukan, yang bertujuan untuk meratakan kotoran unggas dan bahan organik dengan larutan gula dan EM4. Terakhir, penutup komposter harus dipasang rapat agar tidak ada oksigen masuk ke dalam reaktor dan komposter dibiarkan selama 1-2 bulan hingga menghasilkan produk yang diharapkan. Peternak disarankan untuk tidak terlalu sering membuka tutup komposter dan perlu memastikan setiap bahan organik yang dimasukkan pada komposter tidak mengandung bahan organik keras seperti tulang atau bahan dengan kandungan protein tinggi seperti daging, karena dapat menghambat proses penguraian. Sementara itu, penambahan bahan organik, misalnya dari sampah dapur, masih diperbolehkan sepanjang isinya tidak meluap dari komposter. Gambar 6. Tim pengabdian memperlihatkan langkah pembuatan biang mikroorganisme dari larutan gula dan EM4 Setelah memahami tahapan proses yang dijelaskan oleh tim pengabdian, para peternak peserta pelatihan diarahkan untuk melakukan praktek menggunakan bahan-bahan yang telah disiapkan dengan didampingi juga oleh mahasiswa dari tim KKN Tematik Unram. Para peserta tampak antusias untuk mencoba dan tidak merasa risih saat harus mengaduk-aduk kotoran unggas di dalam komposter. Peserta juga telah mampu membuat sendiri biang mikroorganisme dari larutan gula dan EM4 dengan mudah. Dengan proses yang mudah dan hasil yang menjanjikan, para peternak merasa yakin teknologi komposter sederhana yang diperkenalkan oleh tim pengabdian Teknik Pertanian Unram ini dapat menjadi solusi dalam mengolah limbah kotoran unggas di Desa Teruwai. Setelah sesi penyampaian materi dan praktek dilaksanakan, peserta pelatihan diberi kesempatan untuk menanyakan materi-materi yang dianggap belum jelas kepada tim pengabdian. Pertanyaan yang diajukan memperlihatkan ketertarikan yang tinggi dari peternak untuk memahami lebih lanjut bagaimana prinsip kerja dari teknologi yang diperkenalkan. Selain itu, peserta juga tertarik untuk mengetahui langkah-langkah membuat biokomposter sederhana seperti yang diperkenalkan dalam kegiatan pelatihan ini. Peserta pelatihan juga berharap, tim pengabdian dapat melakukan pendampingan pada warga untuk mengevaluasi Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

375 Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU keberhasilan pemanfaatan teknologi ini, salah satunya untuk mengetahui efektivitas penerapan pupuk kompos yang dihasilkan dari komposter pada lahan budidaya tanaman warga desa. Menanggapi pertanyaan dari peserta, tim pengabdian menjawab bahwa penggunaan kompos sebagai bahan pembenah tanah (soil conditioner) dapat meningkatkan kandungan bahan organik tanah sehingga mempertahankan dan menambah kesuburan tanah pertanian (Setyorini, dkk., tt), sehingga penggunaan pupuk dari komposter akan berdampak positif bagi perbaikan lahan pertanian. Tim pengabdian juga menegaskan bahwa kegiatan ini telah direncanakan berlanjut dengan pendampingan (Gambar 7). Selain itu, jika warga berkeinginan mengadakan kegiatan pelatihan tambahan maka tim akan mengupayakan kegiatan tersebut secara berkala. Materi pelatihan yang diberikan juga dapat menyesuaikan kebutuhan warga desa, sepanjang masih dalam kapabilitas tim pengabdian. Gambar 7. Tim pengabdian menjawab pertanyaan peserta dalam sesi tanya jawab KESIMPULAN Kegiatan pelatihan yang dilaksanakan oleh tim dari Program Studi Teknik Pertanian telah berhasil memperkenalkan teknologi komposter anaerob kepada warga Desa Teruwai Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Teknologi ini dirasakan warga dapat menjadi alternatif solusi sederhana yang ramah lingkungan untuk mengatasi masalah yang timbul selama ini akibat melimpahnya kotoran ternak unggas. Desain komposter yang sederhana dan langkah pengolahan yang mudah menjadikan warga antusias untuk mencoba teknologi yang diperkenalkan oleh tim pengabdian. Para peternak juga berharap, kegiatan pengabdian dapat berlanjut sehingga hasil pengolahan berupa kompos dapat dievaluasi efektivitasnya pada lahan budidaya warga. UCAPAN TERIMA KASIH Kegiatan pengabdian ini dapat terlaksana dengan dana PNBP Universitas Mataram. Oleh karena itu, tim pengabdian menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang memungkinkan dana tersebut dapat dipergunakan untuk kesuksesan pelaksanaan kegiatan ini. Selain itu, ucapan terimakasih juga disampaikan untuk Bapak H. M. Artha selaku Kepala Desa Teruwai dan Bapak Syahbudin selaku Sekretaris Desa Teruwai yang telah memberikan kesempatan kepada tim pengabdian untuk melaksanakan kegiatan di Desa Teruwai, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah. Terimakasih juga kami sampaikan untuk adik-adik mahasiswa KKN Tematik Unram 2019 atas kerjasama yang baik, sehingga kegiatan pengabdian ini dapat terlaksana. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

376 Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU DAFTAR PUSTAKA Kusuma, A.P.M, Biyantoro, D., dan Margono Pengaruh Penambahan EM-4 dan Molasses terhadap Proses Composting Campuran Daun Angsana (Pterocarpus indicun) dan Akasia (Acasia auriculiformis). Jurnal Rekayasa Proses, Vol. 11, No. 1, hal Kurniawan, B., dan Saputra, Y. Rancang Bangun dan Uji Kinerja Reaktor Kompos Skala Rumah Tangga Jurnal Pertanian Terpadu Vol. 1 No. 2, November Setyorini, D., Saraswati, R., dan Anwar, E.K. tt. Diakses dari pada Sulistiyanto, Y., Sustiyah, Zubaidah, S., dan Satata, B Pemanfaatan Kotoran Sapi Sebagai Sumber Biogas Rumah Tangga Di Kabupaten Pulang Pisau Provinsi Kalimantan Tengah. Jurnal Udayana Mengabdi, Vol. 15 No. 2, Mei Widiyaningrum, P., dan Lisdiana Efektivitas Proses Pengomposan Sampah Daun Dengan Tiga Sumber Aktivator Berbeda. Jurnal Rekayasa, Vol. 13 No. 2, Desember Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

377 Pelatihan dan Sosialisasi Teknologi Pengolahan Jamur Tiram di Desa Selagalas Kecamatan Sandubaya Kota Mataram Ahmad Alamsyah, Eko Basuki, Agustono Prarudiyanto, Siska Cicilia Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Universitas Mataram Kata Kunci: crispy, jamur tiram, nugget, sate Abstrak: Jamur adalah salah satu bahan makanan yang banyak disukai oleh masyarakat. Salah satu jenis jamur yang bisa dimakan adalah jamur tiram putih. Jamur ini mempunyai rasa yang lezat menyerupai daging ayam sehingga banyak disukai oleh masyarakat. Sebagian besar petani jamur belum bisa mengolah jamur tiram dengan optimal. Umur simpan jamur tiram segar hanya 1-2 hari. Oleh karena itu diperlukan pengolahan yang tepat agar bisa memperpanjang umur simpan. Jamur tiram dapat diolah menjadi beberapa produk seperti sate, jamur crispy, dan nugget. Kegiatan ini melibatkan petani jamur dan ibu-ibu rumah tangga yang terdapat di Selagalas. Kegiatan ini meliputi penyuluhan jenis olahan jamur dan praktik pembutan olahan jamur. Kegiatan berlansung dengan baik dimana peserta serius mengikuti pelatihan dan bisa mempraktikkan pembuatan sate, jamur crispy, dan nugget. Pelatihan pengolahan jamur diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dalam mengolah jamur dan meningkatkan ekonomi petani dan masyarakat. Korespondensi: PENDAHULUAN Jamur adalah salah satu bahan makanan yang banyak disukai oleh masyarakat. Jenisjenis jamur yang dapat dimakan adalah jamur tiram putih (Pleurotus ostreatus), jamur shitake (Lentinus edodes), jamur kuping (Auricularia sp), jamur merang (Volvariella volvacea), jamur kancing/champignon (Agaricus bisporus), dan jamur lingzhi (Genoderma lucidum). Jamur tiram (Gambar 1) mempunyai rasa yang lezat menyerupai daging ayam, dapat dengan mudah diterima di lidah siapapun yang mengkonsumsinya. Di Indonesia jamur tiram putih merupakan salah satu jenis jamur yang banyak dibudidayakan. Bentuk yang membulat, lonjong, dan agak melengkung serupa cakra tiram maka jamur kayu ini disebut jamur tiram. Jamur tiram atau yang dikenal juga dengan jamur mutiara memiliki bagian tubuh yang terdiri dari akar semu, tangkai, insang, dan tudung (Achmad dkk, 2011). Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

378 Gambar 1. Jamur Tiram Putih Sebagai bahan pangan, jamur tiram putih mempunyai tekstur dan cita rasa yang spesifik. Selain itu terkandung pula asam amino yang cukup lengkap di dalamnya. Protein yang terkandung dalam jamur tergolong tinggi dibandingkan dengan kandungan protein pada bahan makanan lainnya yaitu berkisar antara 15-20% dari berat keringnya. Terdapat asam amino esensial yang terkandung pada protein dalam jamur tiram. Asam amino esensial adalah asam yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah cukup, tetapi tubuh tidak dapat menghasilkan asam amino. Pada jamur terdapat 9 asam amino esensial dan bahkan beberapa diantaranya memiliki kadar nilai lebih tinggi dibandingkan yang terkandung dalam protein telur ayam. Lemak yang terkandung dalam jamur berada pada kisaran 1,08-9,4% (berat kering) dan terdiri dari asam lemak bebas monoditrigliserida. Mengkonsumsi jamur tiram dapat membantu menurunkan kadar kolesterol, antioksidan, mempercepat penyembuhan luka, perbaikan sel darah merah, perawatan kulit, dan lain-lainnya (Gemalasari, 2002). Salah satu daerah yang membudidayakan jamur tiram di Lombok adalah Desa Selagalas Kecamatan Sandubaya Mataram Di Desa Selagalas terdapat 2 petani jamur tiram dan setiap petani memiliki satu kumbung jamur (Gambar 2). Jamur tiram yang dihasilkan dipasarkan dalam bentuk segar di pasar-pasar terdekat (Gambar 3). Hal ini menyebabkan umur simpan jamur tiram sangat singkat yaitu sekitar dua hari. Untuk meningkatkan umur simpan jamur tiram maka perlu dilakukan pengolahan menjadi berbagai produk. Diversifikasi produk olahan jamur tiram memiliki prospek pasar yang cukup bagus karena jamur mudah diolah menjadi makanan yang mampu meningkatkan nilai jualnya serta dapat memperluas pemasaran untuk menjaring lebih banyak konsumen. Diversifikasi pengolahan jamur tiram dan pengembangan teknologi olahan jamur tiram sangat diperlukan bagi petani dan pengusaha jamur timur dalam meningkatkan nilai tambah jamur segar. Beberapa contoh divesifikasi olahan jamur tiram adalah sate jamur tiram, jamur crispy, dan nugget jamur. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

379 Gambar 2. Petani Jamur Tiram Gambar 3. Jamur Tiram dalam Bentuk Segar Beberapa kegiatan pengabdian tentang pengolahan jamur tiram sudah pernah dilakukan. Menurut Susi, dkk ( 2017), jamur tiram dapat diolah menjadi nugget, rendang, abon dan krispy jamur tiram. Selain diberikan pelatihan pembuatan produk olahan jamur tiram, diberikan pengetahuan tentang peluang pasar produk tersebut. Kegiatan pengabdian yang dilakukan oleh Retnaningsih, dkk (2011) melakukan pelatihan pembuatan cah/ tumis jamur tiram, bakso jamur tiram, kaloke jamur tiram, maupun kripik/ krispi jamur tiram. METODE KEGIATAN Kegiatan pengabdian ini akan dilakukan di Selagalas dengan melibatkan petani jamur tiram dan dan ibu-ibu rumah tangga yang terdapat di desa tersebut. Kegiatan ini dilakukan melalui pelatihan kepada masyarakat dengan metode ceramah, diskusi, dan praktik. Survey potensi dilakukan untuk mengetahui keberadaan dan perkembangan potensi bahan baku dan sumber daya manusia di Selagalas untuk pelaksanaan kegiatan ini. Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui kelompok sasaran di tempat tersebut yang dilibatkan dalam Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

380 kegiatan ini. Dalam kegiatan ini akan melibatkan melibatkan petani jamur tiram dan dan ibuibu rumah tangga. Penyuluhan dilakukan untuk menyampaikan berbagai informasi umum mengenai jamur tiram seperti kandungan gizi, umur simpan, kondisi petani jamur di Selagalas, teknologi pengolahan jamur, dan sanitasi pengolahan. Harga jual jamur tiram yaitu Rp Rp /kg dan djual dalam keadaan segar. Pada kegiatan ini akan dilakukan dua tahap evaluasi. Evaluasi tahap pertama dilakukan dengan menyebarkan kuisoner kepada peserta pelatihan. Kuisioner berisi pertanyaan tentang materi pelatihan. Penyebaran kuisioner ini bertujuan untuk mengetahui kesiapan peserta dalam menerima materi yang diberikan. Evaluasi tahap kedua dilakukan setelah penyampaian materi dan praktik. Evaluasi dilakukan dengan melihat kemampuan peserta dalam memahami materi dan kemampuan peserta dalam mempraktikkan pembuatan sate, crispy, dan nugget jamur. HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan program pengabdian masyarakat dengan tema Teknologi Pengolahan Jamur Tiram di Desa Selagalas merupakan salah satu upaya peningkatan pengetahuan dan keterampilan petani jamur dan ibu-ibu rumah tangga di desa tersebut dalam mengolah jamur tiram. Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengolah jamur tiram menjadi berbagai produk turunan seperti sate, nugget, dan crispy jamur. Kegiatan pelatihan telah dilaksanakan pada tanggal 31 Agustus 2019 di Desa Selagalas dihadiri oleh 20 orang yang merupakan petani jamur dan ibu-ibu rumah tangga. Kegiatan diawali dengan acara pembukaan, penyampaian materi/penyuluhan, praktik pembuatan sate, nugget, dan crispy jamur, serta diskusi. Materi penyuluhan berupa informasi umum mengenai jamur tiram seperti kandungan gizi, umur simpan, pengolahan jamur tiram yang biasa dilakukan masyarakat, jenis produk turunan, dan teknologi yang tepat dalam pembuatan produk turunan tersebut (Gambar 5). Pada saat pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat para peserta sangat respons dan bersemangat sekali, karena keingintahuan mereka akan manfaat dan kandungan gizi jamur tiram serta pengetahuan macam-macam masakan yang dapat dibuat dari bahan jamur tiram. Peserta juga ikut aktif memasak dalam demonstrasi membuat aneka masakan jamur tiram. Praktik pembuatan olahan jamur diawali dengan sortasi, pencucian, dan penyuwiran jamur. Pada pembuatan sate, jamur yang sudah disuwir direbus sampai jamur menjadi layu kemudian dilakukan perendaman dalam bumbu sate yang sudah disiapkan sebelumnya. Langkah terakhir yaitu pemanggangan sate jamur. Pada praktik pembuatan nugget, jamur yang sudah direbus kemudian dihaluskan. Bubur jamur dicampur dengan tepung terigu, telur, dan bumbu-bumbu. Adonan ditempatkan di loyang yang sudah dilumuri minyak goreng kemudian dilanjutkan dengan pengukusan selama 15 menit. Adonan dipotong-potong sesuai selera, dicelupkan ke dalam kocokan telur, dan dibalur dengan tepung roti. Langkah selanjutnya adalah penggorengan nugget sampai berwarna kuning kecoklatan. Praktik terakhir yaitu pembuatan jamur crispy. Jamur yang sudah disuwir dicelupkan ke dalam adonan tepung terigu, maizena, bumbu-bumbu, dan air es. Tahap terakhir adalah penggorengan sampai jamur crispy terlihat mengambang di permukaan minyak goreng. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

381 Gambar 5. Sosialisasi Tentang Jamur Tiram Gambar 6. Praktik Pembuatan Sate, Nugget, dan Jamur Crispy Gambar 7. Sate, Nugget, dan Jamur Crispy Hasil Pelatihan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

382 Gambar 8. Peserta Pelatihan Antusias Mencicipi Produk Olahan Jamur Hasil Pelatihan Tahapan terakhir kegiatan ini adalah diskusi dan evaluasi. Berdasarkan pemantauan selama kegiatan berlansung diketahui para peserta pelatihan menguasai teknik pembuatan sate, nugget, dan jamur crispy. Kegiatan ini secara keseluruhan berjalan dengan baik.. KESIMPULAN DAN SARAN Kegiatan pelaksanaan Pengabdian Pada Masyarakat Teknologi Pengolahan Jamur Tiram dilaksanakan di Desa Selagalas. Kegiatan ini melibatkan petani jamur dan ibu-ibu rumah tangga yang terdapat di desa tersebut yang berjumlah 20 orang. Kegiatan pengabdian diawali dengan survey potensi daerah, pengumpulan data, penyuluhan produk turunan dan teknik pengolahannya, serta praktik pembutan sate, nugget, dan jamur crispy. Kegiatan berlansung dengan baik dimana peserta serius mengikuti pelatihan dan bisa mempraktikkan pembuatan sate, nugget, dan jamur crispy. Pelatihan ini diharapkan mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani jamur dan ibu-ibu rumah tangga dan masyarakat secara umum. Pelatihan tersebut diharapkan mampu meningkatkan motivasi mereka untuk merintis usaha produk pangan berbasis nugget jamur sehingga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Retnaningsih, N., Rini, C. S., Sudarmi, dan Wahyu, Y.H., Pelatihan Pengolahan Aneka Masakan dari Bahan Jamur Tiram Segar. Widyatama, 20, 1, Susi, N., Rizal, M., dan Mutryarny, E Pelatihan pengolahan jamur tiram di Kelurahan Tangkerang Tengah Kecamatan Marpoyan Damai Kota Pekanbaru. Dinamisia : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 1, 1, Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

383 Optimalisasi Lahan Sempit Melalui Budidaya Tumpangsari Genotipe Kacang Tanah Dengan Jagung A. Farid Hemon, Sumarjan, Hanafi Abdurachman Program Studi Agroekoteknologi Universitas Mataram Kata Kunci: tumpangsari, genotipe kacang tanah, Land equivalen ratio (LER) Abstrak: Penerapan IPTEK ini dilakukan untuk membantu mitra Kelompok Tani Sumber Hidup Desa Sigerongan Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat untuk memanfaatkan lahan sempit melalui penerapkan teknologi pola tumpangsari jagung dengan beberapa genotipe kacang tanah. Untuk mencapai tujuan tersebut maka telah dilakukan kegiatan pelatihan dan demonstrasi plot. Metode yang digunakan dalam pelatihan ini adalah metode pendidikan orang dewasa (POD) dengan teknik partisipatif. Peserta pelatihan yaitu pengurus dan anggota Kelompok Tani Sumber Hidup. Demonstrasi plot dilakukan di lahan petani. Pola tumpangsari yang dipelajari oleh petani yaitu : kacang tanah ditanam diantara barisan jagung, kacang tanah ditanam pada semua hamparan di bawah tegakan jagung, kacang tanah ditanam secara monokultur. Genotipe kacang tanah yang diuji adalah genotipe Singa, Lokal Bima, Biawak, Bison, dan G300-II. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa petani peserta program pengabdian pada masyarakat sangat respons terhadap kegiatan peningkatan produktivitas lahan sempit melalui pengaturan pola tumpangsari antara jagung dan beberapa genotipe kacang tanah. Hasil demplot menunjukkan bahwa pola tumpangsari penanaman kacang tanah genotipe G300-II diantara barisan jagung menghasilkan daya hasil kacang tanah dan jagung yang paling tinggi dengan nilai Land Equivalen Rasio 2,5. Daya hasil kacang tanah genotipe G300-II yang ditanam secara tumpangsari diantara barisan jagung menghasilkan 3,4 ton/ha. Ini menunjukkan bahwa penanaman tumpangsari genotipe G300-II yang ditanaman diantara barisan jagung mampu meningkatkan optimalisasi pemanfaatan lahan. Korespondensi: PENDAHULUAN Penanaman tanaman pangan di lahan kering (kacang tanah dan jagung) sering mendapat masalah terutama cekaman kekeringan air pada fase-fase awal pertumbuhan dan fase pengisian biji. Kondisi ini yang menyebabkan tanaman menjadi gagal panen (Hemon et al., 2013). Usaha tani di lahan kering, umumnya dilakukan oleh petani-petani kecil dengan permodalan dan penerapan teknologi yang sangat rendah. Pengembangan kacang tanah di lahan kering akan dihadapkan kepada kondisi tanah yang kurang subur, kandungan bahan organik rendah, kesediaan N,P,K,Ca dan Mg rendah (Arsyad, 1985). Desa mitra dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah desa Sigerongan Kecamatan Lingsar. Kecamatan ini mempunyai luas wilayah 74,5 km 2 dan merupakan salah satu areal pertanian yang mendapat irigasi teknis, bentuk lahan datar dan berbukit namun Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

384 sebagian besar petani adalah petani penggarap dan buruh tani dengan tingkat pendapatan petani yang rendah. Petani mitra sangat familiar dalam usaha tani kacang tanah namun penanaman masih dilakukan secara konvensional tanpa penerapan teknologi peningkatan produksi. Usaha tani kacang tanah biasa dilakukan pada areal sempit (rata-rata 0,2 Ha) sehingga akan sulit untuk berkembang jika penanaman dilakukan secara monokultur. Contoh pada penanaman kacang tanah di lahan kering sering mengalami hambatan karena ketersediaan air tanah yang sangat terbatas dan rendahnya penerapan teknologi usaha tani. Hasil pengamatan awal di lokasi mitra menunjukkan bahwa rata-rata produksi kacang tanah adalah sekitar ± 1,1 ton polong kering dan masih sangat rendah dari produksi nasional 3-4 ton polong kering. Produksi yang rendah menyebabkan pendapatan petani kacang tanah menjadi rendah. Salah satu alternatif pengembangan usaha tani kacang tanah di lahan sempit adalah dengan teknologi tumpangsari. Tumpangsari merupakan suatu usaha menanam beberapa jenis tanaman pada lahan dan waktu yang sama, yang diatur sedemikian rupa dalam barisanbarisan tanaman. Penanaman dengan cara ini bisa dilakukan pada dua atau lebih jenis tanaman yang relatif seumur, misalnya jagung dan kacang tanah atau bisa juga pada beberapa jenis tanaman yang umurnya berbeda-beda (Asadi et al., 1997). Efektifitas penanaman tumpangsari dapat diukur dengan nilai Nisbah Kesetaraan Lahan (LER= Land Equivalent Ratio ). NKL merupakan perbandingan jumlah nisbah tanaman yang ditanam secara tumpangsari dengan tanaman secara tunggal pada pengelolaan yang sama (Paulus, 2005). NKL merupakan salah satu cara menghitung produktivitas lahan yang ditanam dua atau lebih jenis tanaman yang ditumpangsarikan. Sistem tumpangsari akan lebih menguntungkan bila NKL lebih besar dari satu (Herlina, 2011). Pada kegiatan pengabdian masyarakat ini ini telah dilakukan proses alih teknologi penanaman tumpangsari beberapa genotipe kacang tanah dan jagung pada kelompok tani, sehingga lahan sempit menjadi produktif dibanding penanaman monokultur. Selain itu, beberapa kendala teknis penyebab rendahnya produktivitas kacang tanah, yaitu pengolahan tanah untuk penanaman masih jarang dilakukan, umumnya olah tanah minimum atau tanpa olah tanah sehingga tanah menjadi keras atau padat. Rendahnya bahan organik tanah juga ikut mempengaruhi kualitas tanah. Adanya masa kekeringan yang cukup lama terutama pada fase pembungaan sampai pengisian polong, belum tersedianya benih bermutu yang bersertifikat, serta penanaman varietas lokal dengan produktivitas rendah merupakan masalah dalam budidaya kacang tanah. Teknik bercocok tanam masih dilakukan dengan cara yang sederhana dengan tanpa pengaturan jarak tanam, tanpa pembumbunan, dan tanpa penyiangan. Selama penanaman tidak dilakukan pengendalian hama dan penyakit, karena kondisi ekonomi petani yang terbatas. Masalah sosial ekonomi dan kelembagaan juga menjadi penghambat peningkatan produksi tumpangsari kacang tanah. Dalam usaha tani belum ada program bantuan dan bimbingan teknis yang ditangani oleh pemerintah, belum ada tersedia penangkar benih untuk kacang tanah, kacang tanah belum diperlakukan sebagai tanaman komersial oleh petani, serta belum ada asosiasi yang membantu dalam pembinaan usaha tani. Berdasarkan uraian di atas maka kegiatan pengabdian masyarakat ini telah dilakukan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

385 dengan tujuan untuk membantu mitra Kelompok Tani Sumber Hidup untuk meningkatkan produksi kacang tanah di lahan sempit dengan menerapkan teknologi tumpangsari beberapa genotipe kacang tanah dengan jagung. METODE KEGIATAN Pemecahan masalah yang telah dilakukan pada program ini adalah melalui Penerapan teknolog tumpangsari untuk meningkatkan produksi kacang tanah di lahan sempit dan menjadikan kelompok tani Kelompok Tani Sumber Hidup sebagai Kelompok Tani andalan yang berorientasi agribisnis kacang tanah dan jagung. Untuk meningkatkan produksi kacang tanah dan jagung pada penanaman tumpangsari diperlukan penerapan ilmu dan teknologi yang dimiliki oleh Tim Pengusul. Kegiatan yang dilaksanakan meliputi : 1. Pelatihan Metode yang digunakan dalam pelatihan adalah metode pendidikan orang dewasa (POD) dengan teknik partisipatif. Peserta pelatihan teknis yaitu pengurus Kelompok Tani dan Anggota Kelompok Kelompok Tani Sumber Hidup. Kegiatan pelatihan meliputi penyampaian modul, penjelasan materi, diskusi dan tanya jawab. Kegiatan pelatihan akan dilaksanakan dengan materi pelatihan, sebagai berikut : - Kebijakan dan prospek agribisnis di NTB - Teknologi tumpangsari - Teknik budidaya kacang tanah untuk produksi benih (varietas unggul, benih unggul, pengapuran, pengolahan tanah, penanaman (jarak tanam), pemupukan, pembunbunan dan pengendalian hama/penyakit) - Pemanenan - Pengolahan kacang tanah dan jagung untuk produksi olahan aneka produk pangan - Agribisnis kacang tanah - Manajemen kelembagaan 2. Demonstrasi plot Demonstrasi plot dan praktek produksi kacang tanah dilakukan di lahan petani. Petani secara partisipatif ikut terlibat secara bersama-sama dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil panen. Areal demplot dilakukan pada tanah petani seluas 10 are. Setelah melakukan pelatihan teknis secara teoritis, kelompok tani diberikan kegiatan praktek tentang pola tumpangsari kacang tanah dan jagung di lahan sempit. Tim Pengusul telah memberikan pelayanan teknis kepada petani dengan mengundang partisipatif petani mulai dari penyusunan/perencanaan program, pelaksanaan kegiatan (menanam, memelihara, panen, dan lain-lain), membandingkan, dan memutuskan apakah program yang dilaksanakan memberi keuntungan atau tidak. Setelah dilaksanakan pelatihan, maka dilanjutkan dengan penjelasan tentang Demplot. Penjelasan selanjutnya meliputi tentang pengolahan tanah, pembuatan plot, penerapan teknologi tumpangsari, penanaman, pemeliharaan tanaman, dan pemanenan. Pengolahan tanah telah dilakukan satu kali. Setelah diolah dilakukan pembuatan plot. Plot Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

386 percobaan berukuran 3 x 2,5 m. Penanaman disesuaikan dengan pola tumpangsari yang diterapkan dan juga ditanaman secara monokultur. Pada demplot ini telah diterapkan pola tumpangsari pada lima (5) genotipe kacang tanah yang ditanam di bawah tegakan jagung. Pola tumpangsari yang dipelajari oleh petani, sebagai berikut : T1 = Kacang tanah ditanam diantara barisan jagung; T2 = Kacang tanah ditanam pada semua hamparan di bawah tegakan jagung; T3 = Kacang tanah ditanam secara monokultur Genotipe kacang tanah yang ditanam, yaitu sebagai berikut: G1 = Singa; G2 = Lokal Bima G3 = Biawak; G4 = Bison G5 = G300-II Varietas jagung yang digunakan dalam percobaan ini adalah Hibrida Bisi-2, dengan jarak tanam 75 x 25 cm (75 cm jarak antar baris dan 25 cm jarak dalam baris). Penanaman kacang tanah dilakukan dengan jarak tanam 40 x 20 cm (40 cm jarak antar baris dan 20 cm jarak dalam baris) dengan cara ditugal. Benih yang digunakan berasal dari varietas nasional dan galur hasil koleksi Kelompok Peneliti Bidang Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Genetik Tanaman Kacang-kacangan dan Hortikultura Fakultas Pertanian UNRAM. Pada setiap lubang tanam diberikan insektisida Furadan 3G. Pada umur 25 hari setelah tanam (awal berbunga) dilakukan pembubunan dan sekaligus pengendalian gulma (penyiangan). Pengendalian gulma (penyiangan) dilakukan 2 kali. Selain penyiangan dan pembumbunan, dijelaskan juga beberapa jenis hama dan penyakit tanaman serta cara pengendaliannya. Pengendalian hama-penyakit dilakukan 2 kali yaitu umur 30 dan umur 60 hari setelah tanam. Pengendalian dengan menggunakan insektisida Curacron dan fungisida Dithane M-45. Pemanenan kacang tanah dilakukan pada umur 90 hari setelah tanam, dengan cara dicabut. Pemanenan jagung dengan cara dipetik tongkol-tongkol jagung. plot. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada kegiatan ini telah dilakukan beberapa kegiatan, yaitu pelatihan dan demonstrasi 1. Pelatihan Petani Pelatihan (training) adalah sebuah proses sistematis untuk mengubah perilaku kerja seorang/sekelompok masyarakat dalam usaha meningkatkan kinerja perorangan atau organisasi. Pelatihan terkait dengan keterampilan dan kemampuan yang diperlukan untuk pekerjaan yang sekarang dilakukan. Pelatihan berorientasi ke masa sekarang dan membantu masyarakat untuk menguasai keterampilan dan kemampuan (kompetensi) yang spesifik untuk berhasil dalam pekerjaannya (Ivancevich, 2008) Defiinisi lain menyatakan bahwa pelatihan adalah Proses mengajarkan karyawan baru atau yang ada sekarang, ketrampilan dasar yang mereka butuhkan untuk menjalankan pekerjaan mereka. Pelatihan merupakan salah satu usaha dalam meningkatkan mutu sumber daya manusia dalam dunia kerja. Karyawan, baik yang baru ataupun yang sudah bekerja perlu mengikuti pelatihan karena adanya tuntutan pekerjaan yang dapat berubah akibat perubahan lingkungan kerja, strategi, dan lain sebagainya (Dessler, 2009). Dalam penyuluhan pertanian, pelatihan merupakan salah satu bentuk media komunikasi dalam usaha pengembangan informasi pada kegiatan diseminasi hasil-hasil penelitian (Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2001). Hasil penelitian dan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

387 pengkajian dari peneliti harus dapat dimanfaatkan oleh pengguna akhir (masyarakat tani/pelaku agribisnis lainnya) dan pengguna antara, sehingga mekanisme dan metode yang tepat harus dilakukan. Kegiatan pelatihan merupakan salah satu metode pendekatan kelompok yang digunakan untuk dapat memberikan informasi yang lebih terperinci tentang sesuatu teknologi, sehingga kegiatan pelatihan dapat membantu seseorang dari tahap menginginkan ke tahap mencoba atau bahkan ketahap menerapkan. Agar suatu kegiatan pengabdian mencapai keberhasilan dalam proses adopsinya maka suatu teknologi perlu diperdengarkan, diperlihatkan, dan dilakukan, sehingga dalam pelaksanaan pelatihan selain pemberian informasi dalam bentuk ceramah/diskusi perlu dilanjutkan dengan kegiatan praktek. (a) (b) (c) Gambar 1. (d) (e) (f) Saat penjelasan secara teoritis dan praktek lapangan tentang penerapan teknologi tumpangsari jagung dan kacang tanah. (a), (b) dan (c) Penyampaian materi pelatihan, (d) Penjelasan tentang hama pada tumpangsari kacang tanahjagung, (e) Penjelasan tentang pengaruh naungan terhadap produksi kacang tanah, dan (f) Penjelasan tentang pola tumpangsari kacang tanah terhadap tanaman jagung. Kegiatan pelatihan ini telah dilakukan untuk mengajarkan bagaimana penerapan teknologi tumpangsari untuk meningkatkan produksi kacang tanah di lahan sempit. Pada kegiatan ini telah dilakukan pelatihan pada kelompok tani Sumber Hidup. Pelatihan lebih banyak dilakukan secara partisipatif yang dilakukan di lapangan. Petani lebih antosias untuk mempraktekkan dengan melihat kenyataan yang ada di lapangan mulai dari penanaman sampai pemanenan. Teknik partisipatif terutama dilakukan untuk mendengar langsung permasalahan tentang tumpangsari kacang tanah dengan jagung. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

388 2. Demonstrasi plot Adopsi teknologi produksi benih tidak hanya cukup dilakukan melalui ceramah atau disikusi, namun perlu dilakukan melalui praktek langsung. Demontrasi plot adalah salah bentuk media penyuluhan yang dilakukan melalui praktek langsung di lapangan dengan membandingkan cara petani dan penerapan teknologi tumpangsari. Demonstrasi plot penanaman secara tumpangsari dilakukan di lahan petani. Petani secara partisipatif ikut terlibat secara bersama-sama dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil panen. Demonstrasi merupakan suatu metode penyuluhan di lapangan untuk memperlihatkan / membuktikan secara nyata tentang cara dan atau hasil penerapan teknologi pertanian yang telah terbukti menguntungkan petani. Demonstrasi plot ini dilakukan berkaitan dengan penggunaan pola tumpangsari kacang tanah dan jagung untuk meningkatkan produksi kacang tanah di lahan sempit petani. Petani secara partisipatif ikut terlibat secara bersama-sama dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil panen. Gambar 2. Penanaman tumpangsari jagung-kacang tanah dan pertumbuhan awal tanaman (umur 20 hari setelah tanam) Tabel 1 menjelaskan tentang respon beberapa genotipe kacang tanah yang ditanam secara tumpangsari dengan jagung. Genotipe G300-II yang ditanam diantara barisan jagung menghasilkan berat kering polong terberat yaitu 3,4 ton per hektar yang diikuti dengan genotipe Lokal Bima yaitu 2,68 ton per hektar. Hasil demplot ini disampaikan kepada petani dan Tim Peneliti menjelaskan tentang pola tumpangsari dan genotipe yang memberikan hasil tertinggi. Gambar 3. Kegiatan panen kacang tanah dan jagung Tabel 1. Pengaruh pola tumpangsari terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang, berat kering polong beberapa genotipe kacang tanah dan berat biji kering jagung Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

389 Kombinasi Perlakuan Tinggi Tanaman saat panen (cm) Jumlah cabang saat panen Jumlah polong per tanaman Berat polong kering per plot (g) Berat polong kering per hektar (ton) Berat biji kering jagung (g) T1G1 81,4 bc 7,2 10,4 a 888 b 1,18 967,0 T1G2 78,3 abc 6,8 9,6 a d 2,68 895,0 T1G3 78,9 abc 7,1 14,1 b 940 b 1,25 950,5 T1G4 77,3 abc 6,9 8,9 a 510 a 0,68 856,8 T1G5 77,3 abc 7,1 9,8 a e 3, ,5 T2G1 78,5 abc 7,7 18,4 b 990 b 1,32 855,8 T2G2 75,3 ab 7,7 12,4 a 600 a 0,80 834,5 T2G3 81,4 bc 9,7 14,7 ab 610 a 0,81 785,6 T2G4 75,9 a 7,5 15,4 ab c 2, ,5 T2G5 73,9 a 7,8 15,8 ab d 2, ,5 T3G1 74,5 a 7,9 12,1 ab 560 a 0,75 - T3G2 80,8 bc 8,6 13, ab b 1,44 - T3G3 82,7 c 8,5 13,1 ab 670 a 0,89 - T3G4 79,2 abc 8,1 13,7 ab 771 a 1,03 - T3G5 78,5 abc 8,9 14,8 ab d 1,18 - Monokultur jagung ,5 Keterangan: Angka yg diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yg sama tidak berbeda nyata pd uji Duncan 5% Pola tumpangsari yang dipelajari oleh petani, sebagai berikut : T1 = Kacang tanah ditanam diantara barisan jagung, T2 = Kacang tanah ditanam pada semua hamparan di bawah tegakan jagung, T3 = Kacang tanah ditanam secara monokultur. Genotipe kacang tanah yang ditanam, yaitu sebagai berikut: G1 = Singa, G2 = Lokal Bima, G3 = Biawak, G4 = Bison, G5 = G300-II KESIMPULAN DAN SARAN Hasil kegiatan menunjukkan bahwa petani peserta program pengabdian pada masyarakat sangat respons terhadap kegiatan peningkatan produktivitas lahan sempit melalui pengaturan pola tumpangsari antara jagung dan beberapa genotipe kacang tanah. Hasil demplot menunjukkan bahwa pola tumpangsari penanaman kacang tanah genotipe G300-II diantara barisan jagung menghasilkan daya hasil kacang tanah dan jagung yang paling tinggi dengan nilai Land Equivalen Rasio 2,5. Daya hasil kacang tanah genotipe G300-II yang ditanam secara tumpangsari diantara barisan jagung menghasilkan 3,4 ton/ha. Untuk efisiensi penggunaan lahan sempit disarankan untuk menggunakan teknologi penanaman tumpangsari dengan menggunakan genotipe kacang tanah G300-II yang ditanam diantara barisan jagung. UCAPAN TERIMA KASIH Kegiatan ini terlaksana atas biaya dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI melalui dana Pengabdian Kepada Masyarakar DIPA Unram. DAFTAR PUSTAKA Arsyad, S Strategi Konservarsi Tanah. Makalah Proceeding Lokakarya Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Terpadu.Yogyakarta,3-5 Oktober Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

390 Asadi D, Arsyad M, Zahara H, Darmijati (1997) Pemuliaan kedelai untuk toleran naungan dan tumpangsari. Buletin Agrobio. Vol. 1 (2):15-20 Dessler G., 2009, Manajemen SDM : Buku 1. Jakarta: Indeks Hemon, F., Sumarjan, dan Haryanto, H., IbM Penyediaan Benih Bermutu untuk Meningkatkan Produksi Kacang Tanah di Lahan Kering dalam Upaya Pemenuhan Kebutuhan Agroindustri Kacang Tanah di NTB, LaporanProgram IbM Universitas Mataram. Herlina Kajian Variasi Jarak dan Waktu Tanam Jagung Manis Dalam SistemTumpangsari Jagung Manis (Zea mays saccarata Sturt) dan Kacang Tanah (Arachis hypogaea L.). Pogram Pascasarjana Universitas Andalas, Padang. Ivancevich J., Perilaku dan Manajemen Organisasi, Jilid 1 dan 2 Jakarta : Erlangga. Paulus, JM., Produktifitas lahan, kompetensi, dan toleransi dari tiga klon ubi jalar pada sistem tumpangsari dengan jagung. Jurusan Budidaya Pertanian,Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat, Manado. Eugenia 11(1) :1-7. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

391 Penggunaan Benih Bermutu Untuk Meningkatkan Produksi Kacang Tanah Di Lahan Kering Desa Gumantar Lombok Utara Sumarjan, A. Farid Hemon, Lestari Ujianto, Dwi Ratna Anugrahwati Program Studi Agroekoteknologi Universitas Mataram Kata Kunci: benih bermutu, demplot, diseminasi, penangkar benih Abstrak: Ketersediaan benih bermutu merupakan kunci keberhasilan peningkatan produksi kacang tanah. Kegiatan pengabdian pada masyarakat ini dilakukan untuk membantu kelompok tani lahan kering Desa Gumantar Kabupaten Lombok Utara untuk memproduksi benih bermutu dan memberikan informasi untuk menjadi penangkar benih. Tujuan kegiatan ini adalah untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para petani untuk memproduksi benih dan menggunakan benih bermutu kacang tanah. Program yang dilaksanakan merupakan penerapan ilmu dan teknologi, yang bersifat demonstrasi plot maupun diseminasi. Peserta yang terlibat yaitu pengurus dan anggota Kelompok Tani Lembah Telaga. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa petani peserta program penyuluhan sangat respons terhadap kegiatan penggunaan benih bermutu dan produksi benih berkualitas kacang tanah. Proses transformasi teknologi produksi benih berkualitas telah terjadi dan petani mampu untuk memproduksi benih berkualitas. Selain itu, petani juga mampu menggunakan benih bermutu untuk budidaya kacang tanah di lahan kering Desa Gumantar. Hasil demonstrasi plot menujukkan bahwa penggunaan benih kacang tanah bermutu mampu meningkatkan produksi kacang tanah 2,51-3,04 ton polong kering per hektar atau meningkat sebesar 59,2% dibanding dari benih asalan petani yang hanya sebesar 1,67 ton polong kering per hektar. Penggunaan benih bermutu merupakan sarat utama untuk menjamin peningkatan produksi kacang tanah. Korespondensi: PENDAHULUAN Kacang tanah memiliki nilai ekonomis tinggi, sebagai salah satu sumber protein nabati yang cukup penting dalam menu makanan, dan sebagai bahan pakan (Andrianto dan Indarto, 2004; Marzuki, 2007). Penanaman kacang tanah sebagian besar (70-80%) dilakukan di lahan kering. Pengembangan kacang tanah di lahan kering sering mendapat masalah karena tanaman mendapat cekaman kekeringan, yang menyebabkan produksi polong terhambat dan bahkan gagal panen (Adisarwanto, 2003). Desa Gumantar Kecamatan Kayangan adalah salah satu daerah pengembangan kacang tanah di pulau Lombok. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

392 Pengusahaan kacang tanah di Gumantar dilakukan pada lahan tadah hujan dan tegalan dengan kondisi air yang sangat terbatas (lahan kering) dengan modal dan keterampilan petani yang rendah. Desa Gumantar berada di Kecamatan Kayangan Kabupaten Lombok Utara. Kecamatan Kayangan mempunyai luas wilayah 126,35 km 2 dengan jumlah penduduk jiwa, dan diperkirakan jumlah penduduk di desa Gumantar jiwa. Mata pencaharian penduduk sebagian besar (85%) adalah bertani pada lahan kering dengan luas lahan rata-rata 0,5 Ha. Bentuk lahan berbukit-bukit dengan jenis tanah Inceptisol, Entisol dan Vertisol. Penggunaan lahan pertanian sebagian besar untuk hutan dan kebun, dan hanya 10,5% digunakan untuk sawah (irigasi, tadah hujan dan tegalan), sehingga di Kecamatan Kayangan dan khususnya di Desa Gumantar penggunaan lahannya adalah untuk keperluan kebun dan tegalan (BPS KLU, 2014). Penggunaan lahan digunakan untuk penanaman tanaman pangan, seperti padi, kacang kedelai, jagung, singkong, dan petani di Desa Gumantar sudah terbiasa menanam kacang tanah pada lahan kering. Usaha tani kacang tanah, umumnya dilakukan oleh petanipetani kecil dengan permodalan dan penerapan teknologi yang sangat rendah. Pengembangan kacang tanah di lahan sawah beririgasi menjadi sulit karena harus bersaing dengan tanaman pangan lain yang lebih ekonomis seperti padi, jagung dan kedelai. Hasil pengamatan awal di lapangan menunjukkan bahwa rata-rata produksi kacang tanah di tingkat petani ± 1,0 ton polong basah dan masih sangat rendah dari produksi varietas nasional 3-4 ton polong basah. Kendala teknis penyebab rendahnya produktivitas kacang tanah, yaitu penggunaan benih yang tidak memenuhi standar sertifikasi benih (Hidayat et al., 1999). Benih yang ditanam berasal dari benih asalan yaitu benih yang diperoleh secara turun temurun dan tidak pernah diupayakan proses seleksi. Benih-benih ini diusahakan secara terus menerus dan turun temurun oleh petani, sehingga kemungkinan telah terjadi pengotoran benih melalui percampuran dengan varietas lain, persilangan alami, dan mutasi. Ketersediaan benih kacang tanah merupakan kunci keberhasilan peningkatan produksi kacang tanah. Pemerintah Indonesia belum memprogramkan kacang tanah sebagai program intensifikasi nasional, sehingga ketersediaan benih bermutu masih kurang dan kadang tidak sesuai dengan standar sertifikasi benih. Kebutuhan benih kacang tanah selama ini berasal dari produksi petani sendiri atau dari sumber lain yang tidak terpantau oleh instansi resmi. Sertifikasi benih dan pengawasan mutu benih belum memadai baik sumberdaya manusia dan teknologinya. Kalaupun ada benih bermutu, harga jujal benih kacang tanah masih dirasakan terlalu mahal oleh petani, sehingga petani cenderung menggunakan benih dari pertanamannya sendiri, yang tidak jelas lagi asal usulnya. Kegiatan penyuluhan ini dilakukan untuk membantu kelompok tani yang ada di Desa Gumantar untuk memproduksi benih kacang tanah bermutu dan memberikan informasi tentang bagaimana menjadi penangkar benih (Seed Grower). Keberadaan penangkar benih ini diharapkan dapat mensuplai benih pada budidaya kacang tanah ditingkat antar lapang dan antar musim. Selanjutnya penggunaan benih bermutu diharapkan juga dapat meningkatkan produksi kacang tanah dan akhirnya dapat meningkatkan pendapatan petani. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

393 Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para petani untuk memproduksi benih kacang tanah dan mendorong para petani untuk menggunakan benih bermutu kacang tanah dan menerapkan teknologi peningkatan produksi kacang tanah. METODE KEGIATAN Untuk berhasilnya pelaksanaan kegiatan penyuluhan ini, maka ada beberapa tahapan kegiatan yang telah dilaksanakan, adalah : 1. Persiapan Pengumpulan informasi dilakukan dengan cara observasi, wawancara dan mengikuti kegiatan yang dilakukan oleh petani. Pengumpulan data antara lain meliputi problem utama yang dihadapi, keadaan masyarakat tani baik dilihat dari segi ekonomi, pendidikan maupun pandangannya terhadap suatu inovasi baru dan lain-lain. Pengumpulan data dilakukan bersamaan dengan tahap kegiatan a), meliputi masalah sumberdaya hasil pertanian (potensi, produksi, dan lain-lain) sehubungan dengan penciptaan kegiatan usaha yang produktif dan pemilihan paket teknologi hasil pertanian yang akan dikembangkan. Kegiatan ini bersifat pendekatan dan penyuluhan kepada masyarakat tentang manfaat dari kelanjutan program serta dampaknya terhadap tingkat pendapatan masyarakat. Peserta program yang akan terlibat dalam penyuluhan penggunaan dan produksi benih bermutu serta penerapan teknologi peningkatan produksi kacang tanah di lahan kering adalah 21 orang petani pada Kelompok Tani Lembah Telaga. 2. Pelaksanaan program a. Diseminasi Pelaksanaan desiminasi dilakukan oleh tim penyuluh dengan menyampaikan informasi tentang penggunaan dan produksi benih bermutu kacang tanah di lahan kering pada peserta. Topik desiminasi akan disampaikan oleh Tim, dengan rincian topik sebagai berikut: a) kebijakan pemerintah dalam pengembangan kacang tanah, b) manfaat benih bermutu, c) teknologi produksi kacang tanah, dan d) teknologi produksi benih bermutu. b. Demonstrasi plot (Demplot) Demonstrasi dan praktek penanaman dilakukan di lahan petani. Petani secara langsung ikut terlibat secara bersama-sama dari perencanaan sampai pemanenan. Kegiatan telah dilaksanakan dengan melibatkan 21 orang petani dengan bimbingan tim dari LPPM Universitas Mataram. Demplot dilakukan dengan membandingkan penggunaan benih bermutu (benih unggu dari varietas unggul) dan benih asalan dari petani pada budidaya kacang tanah di lahan kering Demplot diawali dengan pengolahan tanah. Setelah diolah dilakukan pembuatan plot. Plot percobaan berukuran 2,8 x 2,0 m. Penanaman kacang tanah dilakukan dengan jarak tanam 40 x 20 cm (40 cm jarak antar baris dan 20 cm jarak dalam baris) dengan cara ditugal. Benih yang digunakan berasal dari varietas nasional dan galur hasil koleksi Kelompok Peneliti Bidang Ilmu Pengelolaan Sumberdaya Genetik Tanaman Kacang-kacangan dan Hortikultura Fakultas Pertanian UNRAM. Pada setiap lubang tanam diberikan insektisida Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

394 Furadan 3G. Pada umur 25 hari setelah tanam (awal berbunga) dilakukan pembubunan dan sekaligus pengendalian gulma (penyiangan). Pengendalian gulma (penyiangan) dilakukan 2 kali. Selain penyiangan dan pembumbunan, dijelaskan juga beberapa jenis hama dan penyakit tanaman serta cara pengendaliannya. Pengendalian hama-penyakit dilakukan 2 kali yaitu umur 30 dan umur 60 hari setelah tanam. Pengendalian dengan menggunakan insektisida Curacron dan fungisida Dithane M-45. Pemanenan kacang tanah dilakukan pada umur 90 hari setelah tanam, dengan cara dicabut. 1. Penyampaian Materi Penyuluhan HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil kegiatan menunjukkan bahwa para peserta penyuluhan sangat respons terhadap kegiatan penyuluhan. Hal ini dapat dilihat dari kehadiran para peserta dan keterlibatan para peserta selama pelaksanaan penyuluhan. Kehadiran peserta sesuai dengan target yaitu sejumlah 21 orang dengan komposisi peserta yaitu anggota kelompok tani Lembah Telaga, Tokoh Masyarakat, Tokoh Agama, dan Wanita Tani. Peserta penyuluhan ini sengaja dipilih langsung dari kelompok tani, karena merekalah yang dianggap efektif yang langsung menerapkan informasi penggunaan benih bermutu pada lahan kering mereka. Kelompok tani ini telah biasa menanam kacang tanah di lahan kering namun hasil usaha tani yang mereka dapat selalu tidak optimum. Dilihat dari keterlibatan para peserta selama pelaksanaan penyuluhan, ternyata peserta sangat sungguh-sungguh mendengar dan terlibat secara langsung dalam tanya jawab (Gambar 1). Kegiatan ceramah ini telah dilakukan untuk mengajarkan bagaimana teknologi produksi benih kacang tanah yang berkualitas. Petani lebih antosias untuk mempraktekkan dengan melihat kenyataan yang ada di lapangan mulai dari penanaman sampai pemanenan. Teknik partisipatif terutama dilakukan untuk mendengar langsung permasalahan tentang produksi benih kacang tanah dan mengajak petani bersama-sama mencari solusi. Selain penjelasan dengan ceramah, penyampaian materi dilakukan dengan penyajian poster, untuk menjelaskan bagaimana memproduksi benih bermutu kacang tanah (Gambar 2). Materi penyuluhan yang telah dijelaskan adalah sebagai berikut: - Teknik budidaya kacang tanah untuk produksi benih (varietas unggul, benih unggul, pengapuran, pengolahan tanah, teknologi inokulasi dengan Rhizobium, penanaman (jarak tanam), pemupukan, pembunbunan dan pengendalian hama/penyakit) - Pemanenan benih dan pasca panen, processing, packaging, dan storage benih - Hama dan penyakit benih di gudang serta pengendaliannya - Sertifikasi benih Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

395 A B C Gambar 1. Penjelasan teoritis tentang manfaat penggunaan benih bermutu kacang tanah (A) Tim LPPM Unram sedang menjelaskan manfaat dan produksi benih bermutu, (B) Tim LPPM Unram sedang mendengarkan pertanyaan dari peserta, dan (C) Bapak dan Ibu tani dengan serius mendengarkan penjelasan tentang budidaya kacang tanah Gambar 2. Contoh poster yang telah disampaikan saat penyuluhan 2. Demonstrasi plot Adopsi teknologi produksi benih tidak hanya cukup dilakukan melalui ceramah atau disikusi, namun perlu dilakukan melalui praktek langsung. Demontrasi plot adalah salah bentuk media penyuluhan yang dilakukan melalui praktek langsung dilapangan dengan membandingkan cara petani dan penerapan teknologi produksi benih. Demonstrasi plot dan praktek produksi benih dilakukan di lahan petani. Petani secara partisipatif ikut terlibat secara bersama-sama dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi hasil panen. Demonstrasi merupakan suatu metode penyuluhan di lapangan untuk memperlihatkan/ membuktikan secara nyata tentang cara dan atau hasil penerapan teknologi pertanian yang telah terbukti menguntungkan bagi petani. Pada kegiatan ini, setelah dilaksanakan penjelasan teoritis, maka dilanjutkan dengan penjelasan tentang Demplot. Penjelasan selanjutnya meliputi tentang pengolahan tanah, pembuatan plot, penanaman, pemeliharaan tanaman, dan pemanenan (Gambar 3). Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

396 Pada saat demplot dijelaskan juga tentang cara memproduksi benih kacang tanah agar diperoleh benih yang seragam dan murni. Seleksi massa adalah salah satu cara yang dilakukan pada kegiatan ini. Cara ini dilakukan berdasarkan kenampakan fenotipe tanaman, antara lain vigorous tanaman (keseragaman pertumbuhan), jumlah polong berisi dan berat kering polong. Tanaman yang teramati sebagai tipe simpang (off type) dicabut dan dibuang. Selama pertumbuhan tanaman, terjadi juga serangan hama, namun serangannya masih di bawah ambang ekonomi, sehingga pengendalian hama hanya dilakukan sekali dengan melakukan penyemprotgan insektisida. Hama yang banyak menyerang adalah ulat pemakan daun dan hama Aphis. A B C Gambar 3. Tahapan kegiatan Demplot. (A) Persiapan plot percobaan, (B) Ketua tim mengamati pertumbuhan kacang tanah, (C) Pemanenan bersama petani Hasil demplot dapat dijelaskan bahwa penggunaan benih kacang tanah unggul (bermutu) dari varietas dapat meningkatkan pertumbuhan dan daya hasil kacang tanah. Tabel 1 menjelaskan tentang daya hasil kacang tanah yang berasal dari benih unggu dibanding dari benih asalan petani. Daya hasil kacang tanah yang berasal dari benih bermutu berkisar antara 2,51-3,04 ton polong kering per hektar atau meningkat sebesar 59,2% dibanding dari benih asalan petani yang hanya sebesar 1,67 ton polong kering per hektar. Hasil demplot ini disampaikan kepada petani dan tim peneliti menjelaskan tentang manfaat penggunaan benih bermutu dalam peningkatan produksi kacang tanah. Tabel 1. Pengaruh benih unggul beberapa varietas kacang tanah terhadap tinggi tanaman, jumlah cabang, dan berat kering polong Varietas/Galur Tinggi Tanaman saat panen (cm) Jumlah cabang saat panen Jumlah polong per tanaman Berat polong kering per plot (g) Berat polong kering per hektar (ton) Singa 60,4 bc 6,2 13,4 a b 2,51 G300-II 68,3 abc 6,5 14,6 a a 3,04 Benih asalan petani 54,3 4,2 8,4 b 935 c 1,67 KESIMPULAN DAN SARAN Hasil kegiatan menunjukkan bahwa petani peserta program penyuluhan sangat respons terhadap kegiatan penggunaan benih bermutu (benih unggul dari varietas unggul) dan produksi benih berkualitas kacang tanah. Proses transformasi teknologi produksi benih berkualitas telah terjadi dan petani mampu untuk memproduksi benih berkualitas. Selain Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

397 itu, petani juga mampu menggunakan benih bermutu untuk budidaya kacang tanah di lahan kering Desa Gumantar. Hasil demonstrasi plot menujukkan bahwa penggunaan benih kacang tanah bermutu mampu meningkatkan produksi kacang tanah 2,51-3,04 ton polong kering per hektar atau meningkat sebesar 59,2% dibanding dari benih asalan petani yang hanya sebesar 1,67 ton polong kering per hektar. Penggunaan benih bermutu merupakan sarat utama untuk menjamin peningkatan produksi kacang tanah. UCAPAN TERIMA KASIH Kegiatan ini terlaksana atas biaya dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi RI melalui dana Pengabdian Kepada Masyarakar DIPA Unram. DAFTAR PUSTAKA Adisarwanto T., Meningkatkan produksi kacang tanah di lahan sawah dan lahan kering. Penebar Swadaya, Jakarta. 88 h Andrianto T dan Indarto N., Yogyakarta : Absolut Budidaya dan analisa usahatani kacang tanah. Hidajat JR, Kartaatmadja S, Rais SA., Teknik produksi benih kacang Tanah. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Jakarta. Marzuki HAR., Bertanam Kacang Tanah. Edisi Revisi. Jakarta : Penebar Swadaya. 43 hal. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

398 Teh Gyrinops : Produk Inovatif dari Istri Petani Desa Duman Kecamatan Lingsar Kabupaten Lombok Barat I Gde Adi Suryawan Wangiyana 1, Dina Soes Putri 2 1 Fakultas Ilmu Kehutanan, Universitas Nusa Tenggara Barat 2 Fakultas Pertanian, Universitas Muhammadiyah Mataram Kata Kunci: desa duman, istri petani, teh gyrinops Abstrak: Teh Gyrinops adalah teh gaharu jenis baru yang tengah dikembangkan di wilayah pulau Lombok. Bahan baku teh Gyrinops banyak terdapat di desa Duman, akan tetapi belum dimanfaatkan secara optimal oleh masyarakat desa, terutama para istri petani yang sebagian besar merupakan ibu rumah tangga. Padahal produk teh Gyrinops ini berpotensi menambah pemasukan mereka untuk membantu perekonomian keluarga. Tujuan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk memberdayakan istri petani desa Duman dengan cara melatih membuat produk teh Gyrinops dari bahan baku disekitar tempat tinggal mereka. Partisipan dalam kegiatan ini adalah istri petani desa Duman. Secara umum, pembuatan teh Gyrinops melibatkan 6 tahap kegiatan yang harus dlakukan oleh partisipan secara sistematis. Tahap pertama adalah pemilihan daun Gyrinops sebagai bahan baku. Tahap kedua adalah preparasi dan pencucian daun Gyrinops. Tahap ketiga adalah pengeringan daun Gyrinops. Tahap keempat adalah pencacahan daun Gyrinops kering dengan menggunakan mesin pencacah. Tahap kelima adalah proses oksidasi daun Gyrinops tercacah. Tahap keenam adalah tahap Fnisinhing yaitu pembuatan produk teh Gyrinops seduh dan produk teh Gyrinops celup. Berdasarkan hasil kegiatan yang telah dilakukan, partisipan berhasil membuat produk teh Gyrinops. Teh Gyrinops tersebut dibuat dalam dua bentuk. Yang pertama adalah teh Gyrinops seduh yang dikemas dalam botol plastik. Yang kedua adalah teh Gyrinops celup yang dikemas dalam kantung teh. Produk teh Gyrinops yang dihasilkan oleh partisipan merupakan produk siap konsumsi dan membutuhkan uji organoleptik untuk penilaian secara kuantitatif. Dapat disimpulkan bahwa istri petani Desa Duman telah memahami cara membuat teh Gyrinops dengan menggunakan bahan baku disekitar mereka. Korespondensi: PENDAHULUAN Gyrinops versteegii adalah spesies penghasil gaharu endemik di wilayah Kepulauan Nusa Tenggara termasuk Pulau Lombok. Region Lombok bagian barat merupakan salah satu wilayah yang menjadi sentra produksi spesies ini (Iswantari et al. 2017). Kecamatan Lingsar merupakan salah satu wilayah di Lombok Barat tempat pusat pengembangan hasil hutan bukan kayu, termasuk gaharu. Desa Duman merupakan salah satu desa di wilayah Kecamatan Lingsar Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

399 yang menjadi lokasi budidaya spesies ini. Di desa ini pohon gaharu umumnya ditanam sebagai tanaman perkebunan yang menyelingi areal persawahan. Pohon gaharu di Desa Duman dominan ditanam oleh kelompok tani di desa ini. Akan tetapi kesibukan mereka dalam menggarap lahan sawah menyebabkan mereka kurang mengoptimalkan pemanfaatan pohon gaharu yang mereka miliki. Padahal budidaya gaharu tergolong kegiatan yang sederhana dan mudah untuk dilakukan. Salah satu solusi yang potensial untuk permasalahan ini adalah memberdayakan istri petani Desa Duman untuk membantu suami mereka dalam mengelola komoditi gaharu. Istri petani memiliki cukup banyak waktu luang namun memiliki motivasi yang kuat untuk melakukan kegiatan yang bermanfaat dalam rangka membantu perekonomian keluarga. Saat ini telah terjadi pergeseran pemanfaatan komoditi gaharu yang sebelumnya hanya diprioritaskan untuk memanen resin pada bagian batang yang dikenal dengan gubal. hal ini terkait kendala produksi gubal yang membutuhkan waktu cukup lama (Akter et al. 2013). Hal ini menyebabkan terdapat waktu tunggu yang cukup lama sehingga selama waktu tunggu tersebut petani tidak bisa melakukan pemanenan. Salah satu alterntatif pemanfaatan komoditi gaharu yang populer saat ini adalah dijadikan bahan baku minuman teh herbal (Wangiyana et al. 2018). Produk teh gaharu terbukti memiliki kualitas penampilan dan rasa yang disukai oleh masyarakat di Kota Mataram sebagai responden (Wangiyana dan Sami un, 2019). Pengembangan produk ini juga memiliki prospek cerah untuk dicampurkan dengan bahan herbal lain untuk menghasilkan produk dengan rasa yang unik (Hidayat, 2019). Pembuatan teh gaharu sangat dipengaruhi oleh proses pengolahan bahan baku (Wangiyana dan Sami un, 2018). Oleh karena itu pelatihan untuk mengolah bahan baku daun gaharu menjadi teh herbal merupakan hal yang wajib untuk dilakukan bagi setiap orang yang baru pertama kali mencoba membuat produk tersebut. Pelatihan pembuatan teh herbal dari Gyrinops versteegii (teh Gyrinops) untuk istri petani Desa Duman merupakan suatu proses yang sederhana dan mudah dilakukan oleh wanita. Selain itu, karena merupakan komoditi yang mendapat respon bagus dari masyarakat Kota Mataram, maka produk teh Gyrinops ini memiliki prospek cerah untuk dikembangkan. Oleh karena itu tujuan dari kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini adalah untuk memberdayakan istri petani Desa Duman dengan cara melatih membuat produk teh Gyrinops dari bahan baku disekitar tempat tinggal mereka METODE KEGIATAN Responden dan Pendekatan Istri petani Desa Duman merupakan responden dari kegiatan ini. Output akhir yang diharapkan adalah responden mampu membuat produk Teh Gyrinops dalam dua bentuk produk, yaitu teh seduh dan teh celup. Karena merupakan suatu pengetahuan yang baru, maka metode pendekatan yang digunakan untuk melatih responden adalah pendekatan praktik secara langsung (Cooks and Scharrer, 2006). Dengan demikian Responden mampu melakukan pembuatan produk teh Gyrinops secara mandiri ketika program telah selesai. Rancangan kegiatan secara detail ada pada gambar: Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

400 Gambar 1. Diagram Alir Proses Pembuatan Teh Gyrinops Pemilihan Daun Gaharu Daun gaharu (Gyrinops versteegii) yang menjadi bahan baku teh gaharu merupakan komponen terpenting dalam produk teh Gyrinops. Oleh Karena itu, pemilihan bahan baku daun gaharu merupakan hal yang penting untuk dilakukan. Kriteria kriteria tertentu perlu untuk diterapkan dalam melakukan seleksi daun gaharu. Kriteria pertama adalah lokasi pengambilan sampel daun gaharu yaitu: daun gaharu sebaiknya diambil dari 3 cabang teratas dari pohon gaharu. kriteria kedua adalah kondisi fisik daun gaharu yang dijadikan sampel, yaitu: tidak mengalami klorosis (daun menguning) ataupun nekrosis (daun kecoklatan) serta bebas dari serangan hama dan penyakit. Kriteria ketiga adalah ukuran daun gaharu, yaitu pada rentang panjang daun 5 cm 15 cm. Daun yang terlalu kecil cendrung belum berusia matang, sementara daun yang terlalu besar cenderung sudah terlalu tua (Wangiyana dan Putri, 2019). Untuk lebih jelasnya terkait kondisi daun gaharu yang layak untuk dijadikan sampel dapat dilihat pada gambar 1 Gambar 2. Kondisi daun gaharu yang layak untuk dijadikan bahan baku teh Gyrinops Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

401 Pencucian Daun Gaharu Tujuan utama pencucian daun gaharu adalah untuk membersihkan daun gaharu dari debu dan kotoran yang melekat pada daun. Pencucian daun gaharu dilakukan dengan menggunakan air bersih dalam wadah ember. Pencucian dilakukan minimal sebanyak dua kali untuk menjamin bahwa daun gaharu telah benar benar bersih. Pengeringan Daun Gaharu Tujuan utama pengeringan daun gaharu adalah untuk mengurangi kadar air pada daun sehingga mudah dicacah untuk dijadikan bentuk serbuk. Daun gaharu dikering anginkan dengan menggunakan rak pengering terbuat dari besi siku serbaguna dan kawat loket. Proses mengeringkan daun gahrau dilakukan selama 3 4 hari hingga bobot daun gaharu telah berkurang minimal 70%. Pencacahan Daun Gaharu Pencacahan daun gaharu bertujuan untuk memperkecil ukuran partikel daun gaharu sehingga memudahkan untuk kontak dengan air ketika dilakukan proses penyeduhan. Daun gaharu kering dicacah dengan menggunakan mesin pencacah. Pencacahan daun gaharu menghasilkan partikel serbuk daun gaharu dengan ukuran partikel 1 mm 5 mm. Oksidasi Daun Gaharu Oksidasi daun gaharu bertujuan untuk memperkuat rasa dan aroma dari teh Gyrinops yang dihasilkan. Proses oksidasi dilakukan dengan menempatkan daun gaharu yang telah dicacah dalam kontainer yang dikenal dengan nama lemari oksidasi. Lemari oksidasi merupakan kontainer dengan tutup kontainer terbuat dari kain filter penyaring debu. Dengan demikian, debu dan kotoran tidak dapat masuk kedalam lemari namun tetap memungkinkan masuknya udara. Penyeduhan Daun Gaharu Teh Gyrinops seduh dibuat dengan metode penyeduhan. Penyeduhan daun gaharu dilakukan dengan mengggunakan beberapa SOP standar. SOP standar tersebut mencakup: air yang digunakan untuk menyeduh, takaran daun gaharu yang digunakan, suhu air optimal untuk menyeduh, waktu penyeduhan optimal dan konsentrasi gula yang digunakan. SOP penyeduhan teh Gyrinops merupakan protokol paling penting dalam proses pembuatan produk Teh Gyrinops sehingga partisipan wajib memahami setiap prosedur dalam SOP tersebut. Pengemasan Daun Gaharu Dalam Kantung Teh Serbuk daun gaharu yang telah di oksidasi selanjutnya ditempatkan dalam wadah kantung teh ukuran 5 cm x 10 cm. Pengemasan tersebut masih dilakukan secara manual oleh partisipan. Rata rata bobot daun gaharu dalam satu kantung teh adalah 0,5 gram. Penyegelan kantung teh dilakukan dengan mesin segel kemasan serba guna. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

402 HASIL DAN PEMBAHASAN Pelatihan pengolahan daun gaharu (G. versteegii) untuk dijadikan produk Teh Gyrinops secara umum telah berjalan dengan cukup lancar. Sebanyak lebih dari 70% partisipan yang mengikuti kegiatan tersebut telah memahami dengan protokol mengolah daun gaharu menjadi produk teh Gyrinops. Hal ini menjadi nilai tambah tersendiri bagi mereka karena telah terjadi peningkatan pemahaman dan keterampilan dari responden. Partisipan sejauh ini sama sekali belum tahu bahwa daun gaharu bisa dijadikan sebagai bahan baku produk teh herbal. Paradigma yang berkembang di lingkungan sekitar partisipan adalah bahwa komoditi gaharu hanya bisa dimanfaatkan bagian gubal pada batangnya saja. Oleh karena itu, pelatihan pengolahan daun gaharu menjadi produk minuman herbal merupakan suatu hal yang baru bagi partisipan. Berdasarkan hasil uji pre-test dan post-test terhadap partisipan terjadi peningkatan sebesar 70% terhadap pemahaman dan keterampilan partisipan dalam hal mengolah daun gaharu menjadi minuman teh Gyrinops. Secara umum pengolahan daun gaharu menjadi minuman teh Gyrinops meliputi 5 prosedur sistematis sebelum memasuki tahap inti. Tahap tersebut harus dilakukan sesuai urutan sehingga produk yang dihasilkan juga terstandar. Tahapan tersebut meliputi: 1) tahap seleksi daun gaharu, 2) tahap pencucian daun gaharu, 3) tahap pengeringan daun gaharu, 4) tahap pencacahan daun gaharu, 5) tahap oksidasi daun gaharu (Wangiyana dan Sami un, 2018). Partisipan mampu memahami dengan baik kelima protokol tersebut tanpa mengalami kendala yang signifikan. Hal ini membuktikan bahwa protokol tersebut merupakan protokol yang memiliki tingkat kesulitan rendah sehingga bisa diterapkan oleh siapa saja. Tabel 1. SOP penyeduhan daun gaharu menjadi teh Gyrinops SOP Kriteria Protokol Gambar SOP 1 Air yang Air yang digunakan untuk menyeduh digunakan sebaiknya air mineral. Jika dari segi harga tergolong cukup mahal dapat diganti dengan air minum isi ulang yang harganya lebih terjangkau. Tidak disarankan untuk menggunakan air PDAM SOP 2 Takaran Daun Takaran daun gaharu yang digunakan adalah 5 gram per liter air untuk menyeduh. Takaran gaharu yang tersebut merupakan takaran yang ideal untuk digunakan membuat produk teh Gyrinops dengan aroma dan rasa yang optimal. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

403 SOP 3 Suhu optimal untuk penyeduhan SOP 4 Waktu penyeduhan yang optimal Daun gaharu sebaiknya diseduh/direbus pada suhu air 80 o C. Partisipan diberi pembekalan khusus bagaimana menggunakan termometer celcius sehingga mampu mengukur temperatur air yang digunakan untuk meyeduh daun gaharu Waktu penyeduhan/perebusan yang ideal adalah 1-2 menit. Selesai waktu penyeduhan, teh Gyrinops seduh dibiarkan dulu selama 5 10 menit kemudian dilakukan penyaringan. SOP 5 Takaran gula yang digunakan Takaran gula yang digunakan adalah berkisar antara 3,5 7,5 % w/v. Takaran ideal yang direkomendasikan adalah 5% w/v. Dengan demikian diperlukan 50 gr gula per liter teh Gyrinops. Sumber: Dokumentasi Penulis (2019) Tahap inti dari pelatihan pembuatan teh Gyrinops adalah penyeduhan daun gaharu. Tahap ini merupakan tahap yang sangat krusial dalam pembuatan produk teh Gyrinops. Kualitas produk Gyrinops yang dihasilkan sangat ditentukan oleh tahap ini. Oleh karena itu pada tahap ini khusus dibuat SOP sebagai protokol standar agar produk yang dihasilkan juga terstandar. Sebanyak lebih dari 70% partisipan mampu memahami dengan baik protokol dalam SOP. Hal ini memungkinkan partisipan untuk membuat produk teh Gyrinops seduh secara mandiri setelah program pelatihan selesai. Tim pengabian kepada masyarakat selalu terbuka memberikan penjelasan terkait SOP penyeduhan daun gaharu menjadi teh Gyrinops. Rasa ingin tahu yang tinggi dari partisipan membuat mereka tidak begitu saja menerima keterangan dari SOP tersebut. Mereka selalu mempertanyakan detail setiap protokol dalam SOP dan adakah alternatif protokol yag lain. Sebagai contoh untuk SOP dua, apakah takaran daun gaharu yang digunakan tidak bisa kurang atau lebih dari 5 gr per liter. Alasannya, jika kadar gaharu lebih rendah dari 5 gr per liter, rasa teh Gyrinops menjadi terlalu ringan. Sebaliknya jika takaran lebih dari 5 gr per liter, rasa teh Gyrinops cenderung menjadi agak pahit (Wangiyana dan Sami un, 2018). Hal yang sama juga berlaku untuk takaran gula pasir yang digunakan. Takaran 5% w/v merupakan takaran yang ideal jika gula pasir digunakan sebagai pemanis. Jika bahan yang digunakan sebagai pemanis bukan gula pasir tentu takarannya juga akan berbeda (Wangiyana dan Putri, 2019). Sementara itu, temperatur dan lama waktu penyeduhan seperti tertera pada SOP 3 dan SOP 4 merpakan parameter ideal untuk menghasilkan teh gaharu dengan kadar tannin yang optimal (Wangiyana et al. 2018). Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

404 Tahap akhir dari proses penyeduhan teh Gyrinops adalah pengemasan (gambar 3). Wadah yang digunakan untuk melakukan pengemasan adalah botol plastik no. 1 yang terbuat dari bahan PETE. Botol ini tidak tahan panas, sehingga untuk mengemas teh gaharu seduh harus melalui tahap pendinginan suhu terlebih dahulu. Untuk sementara volume botol yang digunakan adalah 500 ml. Volume ini merupakan volume ideal dari kebanayakan produk teh yang beredar di pasaran. Gambar 3. Produk Teh Gyrinops dalam kemasan botol Produk Teh Gyrnops celup dikemas dalam kemasan kantung teh ukuran 5 cm x 10 cm. Produk teh celup ini masih merupakan prototipe karena sebagian besar pengemasan masih dilakukan secara manual. Dengan demikian untuk skala produksi kapasitas besar masih belum bisa dilakukan. Pada dasarnya, massa jenis daun gaharu lebih ringan dibandingkan dengan daun teh. Jika umumnya dengan ukuran kantung teh standar mampu menampung 1 gr daun teh namun dengan ukuran kantung teh yang sama, hanya mampu menampung daun gaharu sebanyak 0,5 gram saja. Oleh karena itu kedepannya perlu dipertimbangkan apakah akan digunakan kantung teh ukuran standar atau kantung teh dengan ukuran yang lebih besar untuk pengembangan produk teh gaharu celup ini. Gambar 4. Desain kemasan teh celup Gyrinops Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

405 KESIMPULAN DAN SARAN Istri petani Desa Duman selaku partisipan dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini telah memahami metode pembuatan teh Gyrinops serta mampu mengolah bahan baku daun gaharu yang terdapat di sekitar mereka menjadi minuman herbal teh Gyrinops. Produksi teh Gyrinops seduh mampu dilakukan secara mandiri oleh partisipan pada skala rumah tangga dengan kualitas terstandar yang mengikuti SOP baku penyeduhan teh Gryinops. Disarankan untuk melakukan penelitian lebih lanjut terkait optimalisasi pengemasan teh Gyrinops dalam kantung teh. Selain itu mekanisasi dalam pengemasan daun gaharu kedalam kantung teh perlu untuk dilakukan. Dengan demikian pengembangan teh Gyrinops celup diharapkan dapat dilakukan dengan optimal. Selain itu diperlukan uji hedonik secara lebih luas dengan melibatkan responden tidak hanya di pulau Lombok saja jika kedepannya produk Teh Gyrinops tersebut akan dikembangkan ke tingkat nasional. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Kemenristekdikti Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan yang telah memberi dukungan financial terhadap kegiatan pengabdian ini melalui skema Program Kemitraan Masyarkat (PKM). DAFTAR PUSTAKA Akter, S., Islam, M. T., Zulkefeli, M. Kahn, S. I Agarwod Production Multidiciplinary Field to be Exploreds in Bangladesh. International Journal of Pharmaceutical and Life Science. Vol. 1, No. 4, hal Cooks, L. and Scharrer, E Assessing Learning in Community Service Learning: A Social Approach. Michigan Journal of Community Service Learning. Vol. 2006, hal Hidayat, W Tingkat Kesukaan Masyarakat Desa Buwun Sejati Terhadap Minuman Daun Gaharu (Gyrinops versteegii) dengan Berbagai Campuran Bahan Herbal Tambahan. Skripsi. Program Studi Kehutanan, Universitas Nusa Tenggara Barat, Mataram. Iswantari, W., Mulyaningsih, T., Muspiah, A Karyomorofologi dan Jumlah Kromosom Grup Gyrinops versteegii (Gilg) Domke di Lombok. Jurnal Ilmu Kehutanan. Vol. 11, No. 2017, hal Wangiyana, I G. A. S., Triandini, I G. A. A. H., Putradi, D., Wangiyana, W Tannin Concentration of Gyrinops Tea from Leaves of Juvenile and Mature Agarwood Trees (Gyrinops versteegii Gilg (Domke)) with Different Processing Methods. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research. Vol. 10, No. 10, hal Wangiyana, I. G. A. S dan Sami un Characteristic of Agarwood Tea From Gyrinops versteegii Fresh and Dry Leaves. Jurnal Sangkareang Mataram. Vol. 4, No. 2, hal Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

406 Wangiyana, I. G. A. S. dan Sami un Pengolahan daun gaharu (Gyrinops versteegii) Menjadi Teh Herbal dengan Kualitas Warna dan Rasa yang Disukai. Prosiding Seminar Nasional SAINSTEK, Mataram, Januari. Wangiyana, I G. A. S. dan Putri, D. S Modul Pembuatan Teh Gaharu Gyrinops. Universitas Nusa Tenggara Barat. Mataram. Indonesia Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

407 Pelatihan Teknik Cuci Tangan (WHO, 2009) Pada Pegawai Di Rumah Sakit Universitas Mataram Linda S Sari 1, Titi P Kurniawati 1, Eustachius H Wardoyo 2, Rina Lestari 3 1 Fakultas Kedokteran Universitas Mataram, Bagian Ilmu Kesehatan Anak 2 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Mataram, Bagian Mikrobiologi 3 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Mataram, Bagian Ilmu Penyakit Paru Kata Kunci: cuci tangan, pegawai, rumah sakit, mataram Abstrak: Teknik cuci tangan sesuai WHO (2009) pada awalnya merupakan teknik cuci tangan yang di buat untuk mencegah penularan penyakit infeksi dan diaplikasikan oleh tenaga kesehatan. Namun masih banyak pegawai rumah sakit, baik tenaga kesehatan, maupun yang bukan tenaga kesehatan belum melakukan teknik cuci tangan yang benar sehingga berisiko membawa kuman rumah sakit (RS) keluar RS dan menimbulkan penyakit infeksi di masyarakat. Metode pengabdian dengan pre dan post design dengan melakukan pembelajaran yang secara persuasive mengajak peserta berperan serta aktif. Hasil pretest 67,5 meningkat menjadi 89. Demonstrasi menggunakan losion lumigerm yang berpendar saat disinari UV tepat di aplikasikan sebagai evaluasi benar-tidaknya cuci tangan, sebanyak 97% peserta mampu menunjukkan proses cuci tangan dengan baik. Kesimpulan sebagian besar pegawai RS universitas mataram mengalami peningkatan pengetahuan dan teknik cuci tangan yang benar setelah dilakukan penyuluhan. Korespondensi: PENDAHULUAN Cuci tangan adalah proses yang secara mekanis melepaskan kotoran dan debris dari kulit tangan dengan menggunakan sabun dan air. Manfaat cuci tangan dapat untuk menghindarkan penularan penyakit melalui tangan, menjaga kebersihan diri (perorangan), membuat tubuh kita tetap sehat dan bugar. WHO (2009) mengembangkan teknik cuci tangan bagi petugas kesehatan di RS. Pegawai rumah sakit (tenaga kesehatan dan non tenaga kesehatan) beresiko untuk membawa kuman dari RS keluar RS dan munculnya penyakit infeksi di masyarakat. Pada kenyataan masih banyak pegawai rumah sakit (tenaga kesehatan dan non tenaga kesehatan) yang belum paham dengan cara melakukan, belum menerapkan cara cuci tangan yang benar saat bekerja dan belum paham kapan saja kapan saja harus melakukan cuci tangan di lingkungan rumah sakit, sehingga berpotensi untuk menjadi agen penularan infeksi kepada masyarakat. Cuci tangan di rumah sakit harus dilakukan sebelum kontak dengan pasien, sebelum melakukan tindakan aseptik, setelah terkena cairan tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien, dan setelah kontak dengan lingkungan di sekitar pasien. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

408 METODE KEGIATAN Pelaksanaan kegiatan dilakukan dalam bentuk ceramah dan demonstrasi teknik cuci tangan yang baik dan benar di RS Unram dan diakhir pelatihan peserta dievaluasi mengenai teknik cuci tangan yang baik dan benar. Melakukan ceramah mengenai bahaya yang akan terjadi bila tidak melakukan cuci tangan dengan cara yang benar dan kapan saja waktu untuk melakukan cuci tangan di lingkungan rumah sakit. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengabdian dilakukan hari selasa tanggal 28 Mei 2019 di Aula dan wastafel RS Universitas Mataram. Sebanyak 38 peserta dengan 14 petugas laki-laki dan 24 petugas perempuan mengikuti kegiatan ini. Hari pelaksanaan diawali dengan berdoa dan sambutan perwakilan manajemen dr. Adnanto Wiweko. Pretest diberikan terlah dilakukan sebelum pemberian materi. Pemberian materi ceramah, diberikan oleh dr Rina Lestari, Sp.P dijelaskan tentang kepentingan cuci tangan dalam membantu menjaga kesehatan, alasan perlunya cuci tangan dengan cara dan waktu yang tepat. Dalam ceramah singkat ini digali informasi tentang kebiasaan cuci tangan yang dilakukan selama ini. Mayoritas petugas RS setuju jika diadakan fasilitas cuci tangan yang mudah dan dekat dengan aktivitas mereka akan membantu kepatuhan cuci tangan mereka. Tim PPI RS yang mendampingi pelatihan ini juga telah membantu memfasilitasi manajemen RS mengadakan 33 lokasi handrub dan 17 wastafel beserta sabun cuci tangannya diarea RS. Cuci tangan sebagian besar pernah dilakukan oleh petugas RS, tetapi beberapa diantara mereka baru tahu bahwa apa yang mereka lakukan selama ini kurang tepat (terutama bagi petugas RS non medis) dalam hal: 1. Cuci tangan tidak dilakukan dengan 6 langkah, 2. Cuci tangan dilakukan tidak mengenal waktu minimal, 3. Cuci tangan tidak dilakukan pada saat (moment) yang tepat (5 moment hand hygiene), 4. Penggunaan hand towel (tissue cuci tangan) yang tidak tepat (cukup satu lembar, hand towel yang telah dipergunakan untuk menutup keran). Setelah mengetahui permasalahan cuci tangan, kesemua permasalahan tersebut dijawab dengan pemutaran video dan penjelasan langsung oleh dr Titi dan dr Linda. Setelah pemutaran video dilanjutkan dengan sesi diskusi. Pada saat diskusi ada dua poin yang baru peserta pahami bahwa: 1. Hand hygiene yang tidak benar berarti sama dengan tidak cuci tangan sama sekali 2. Hand hygiene semua staf RS harus sama dan mampu mengajarkan kepada pasien Tiba saatnya demonstrasi cuci tangan, peserta dikumpulkan disekitar wastafel dan dilakukan penilaian demonstrasi. Kegiatan ini dipandu oleh 4 fasilitator dosen (dr Linda, dr Titi, dr. Rina dan dr Hagni) dan 2 fasilitator mahasiswa (Lillah Fauziah dan Pandu Putra A). Kegiatan pertama demonstrasi diberikan contoh cuci tangan 6 langkah menggunakan air dan sabun. Untuk memudahkan peserta menghafalkan langkah-langkah cuci tangan, diperkenalkanlah jembatan keledai TEPUNG SELACI PUPUT yakni kepanjangan dari TE untuk telapak tangan, PUNG untuk punggung tangan, SELA untuk sela-sela jari, CI gerakan mengunci dan PUPUT yang berarti putar-putar kedua ibu jari dan putar-putar ujung jari pada telapak tangan yang berlawanan. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

409 Gambar 1 Suasana ceramah kepentingan cuci tangan di RS Unram Saat demonstrasi cuci tangan dicontohkan dengan aplikasi losion Lumigerm sebagai simulasi kuman yang kurang lebih sama-sama tidak terlihat. Bedanya losion Lumigerm dapat dilihat dibawah sinar UV. Efektivitas cuci tangan ditandai dengan hilangnya sisa losion yang diaplikasikan ditelapak tangan dan punggung tangan setelah cuci tangan 6 langkah tersebut. Sebagian kecil peserta (12%) menyisakan sisa losion disela-sela jari, menunjukkan demonstrasi cuci tangan yang belum sempurna. Hasil pretest dan post test. Soal pretest dan post test merupakan dua seri soal yang memiliki konten pertanyaan yang sama, yakni terdiri atas dua bagian: pernyataan salah-benar dan pertanyaan terbuka. Terdapat 43 peserta yang mengumpulkan pretest dan postest dengan hasil rerata yang dapat dilihat pada gambar 3 dibawah. Hasil Pretest dan Postest Pernyataan Essay Pretest Postest Gambar 2. Grafik Perbandingan Pretest dan Posttest Hasil penilaian demonstrasi. Penilaian demonstrasi cuci tangan dilakukan menggunakan instrumen penilaian yang dibuat oleh tim pengabdian, mengandung komponen: 1) Kesesuaian urutan 6 langkah; 2) Kesesuaian waktu cuci tangan (40 detik menggunakan handrub alkohol/ 60 detik menggunakan sabun dan air mengalir); 3) Tidak ada bagian tangan yang tidak tergosok (dibuktikan dengan eliminasi sisa losion Lumigerm yang ditunjukkan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

410 dengan sinar UV). Demontrasi cuci tangan yang dilakukan terhadap 38 petugas RS menunjukan tingkat kesesuaian 97%, sebanyak 3% peserta manunjukan ketidaksesuaian pada poin penilaian 3. KESIMPULAN DAN SARAN Sebagian besar peserta pelatihan paham dengan pentingnya cuci tangan (rerata pretest bagian satu 67,5 rerata post test 89 dan bagian kedua 37,5 92) dan efektivitas teknik 6 langkah cuci tangan yang benar pada saat demonstrasi, menggunakan air dan sabun dengan menghilangkan sisa losion Lumigerm pada 97% peserta. Pelatihan cuci tangan terhadap petugas RS berbeda dengan pelatihan cuci tangan pada masyarakat awam dalam hal penekanan kepentingan pemutusan rantai penularan penyakit infeksi dan prosedur cuci tangan sesuai dengan standar WHO. Penggunaan lumigerm dapat membantu meningkatkan kepatuhan terhadap langka-langkah cuci tangan yang baik dan benar. UCAPAN TERIMA KASIH Tim pelaksana kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini mengucapkan terim kasih kepada: Fakultas Kedokteran Universitas Mataram dan Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) yang telah mendanai kegiatan ini melalui sumber dana DIPA BLU (PNBP) tahun 2019, dan Rumah Sakit Universitas Mataram sebagai salah satu lokasi Pelatihan Teknik Cuci Tangan. DAFTAR PUSTAKA WHO WHO guidelines on hand hygiene in health care. Geneva. Provincial Infectious Diseases Advisory Committee (PIDAC). Prevention and Control Programs in Ontario. In All Health Care Settings, 3rdedition Canada Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

411 Peningkatan Pemahaman Tentang Mutu dan Keamanan Makanan/Jajanan Bagi Siswa SD di Mataram Yeni Sulastri 1, M. Abbas Zaini 1, Zainuri 1, Rucitra Widyasari 1, Rini Nofrida 1, Novia Rahayu 1 1) Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan Universitas Mataram Kata Kunci: aman, pangan, siswa Abstrak: Siswa Sekolah Dasar banyak mengakses maupun mengkonsumsi jajanan yang tidak jarang kurang memenuhi persyaratan pangan yang berkualitas, bahkan kadang dapat termasuk dalam kategori makanan dan minuman yang kurang aman untuk dikonsumsi. Hal ini disebabkan pemahamam anak-anak tentang pangan yang aman sangat rendah. Tujuan kegiatan meliputi 1) memberikan pemahaman dasar kepada siswa sekolah dasar bagaimana cara memproduksi pangan secara baik, 2) memperkenalkan kepada siswa sekolah dasar masalah keamanan pangan khususnya boraks dan formalin yang terkandung di makanan ringan disekitar sekolah, 3) memotivasi siswa sekolah dasar untuk memulai gaya hidup yang sehat dimulai dengan cara pengolahan pangan yang baik. Metode pendekatan yang dikembangkan dalam pelaksanaan pengabdian ini adalah dengan menerapkan metode Roll Playing yakni metode pemberian materi dengan belajar sambil bermain sehingga tercipta suasana belajar yang ceria dan gembira. Kegiatan yang telah dilakukan berjalan dengan lancar. Siswa SDN 25 Ampenan sangat antusias dalam mengikuti kegiatan dan bersemangat untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini perlu dilakukan karena dibutuhkan oleh siswa maupun masyarakat sebagai informasi dalam memilih pangan yang aman sehingga dapat terhindar dari berbagai penyakit. Dalam jangka panjang, pengetahuan yang diberikan dalam kegiatan pembelajaran interaktif ini diharapkan mampu menghasilkan generasi yang sehat, bergizi cukup dan peduli tentang keamanan pangan yang dikosumsi. Korespondensi: PENDAHULUAN Pangan Jajanan Anak Sekolah (PJAS) merupakan pangan olahan dari industri pangan berupa makanan dan atau minuman yang langsung disajikan dan dijual untuk langsung dikonsumsi tanpa proses pengolahan lebih lanjut. Siswa sekolah dasar tidak terlepas dari konsumsi PJAS. Makanan jajanan setidaknya menyumbang 31,1 % energi dan 27,4 % protein dari konsumsi pangan harian siswa sekolah (BPOM RI, 2009). Hal ini menunjukkan kontribusi Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

412 pangan jajanan anak sekolah berkontribusi cukup besar dalam memenuhi kebutuhan energi dan protein siswa sekolah. Konsumsi PJAS menjadi alternatif pemenuhan energi agar siswa dapat beraktivitas dengan baik selama disekolah. Mengingat besarnya peran PJAS, mutu dan keamanan pangan adalah aspek terpenting yang harus diperhatikan dan diutamakan. Keamanan dan mutu pangan kini menjadi salah satu masalah yang sedang dihadapi karena manusia mengonsumsi pangan sebagai kebutuhan dasar untuk bertahan hidup. Dari laporan hasil pengawasan PJAS yang dilakukan Badan POM melalui Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia, selama periode persentasi PJAS yang tidak memenuhi syarat masih ditemukan, meski jumlahnya cenderung menunjukkan penurunan, yaitu sebesar 42,64% (2009), 44,48% (2010), 35,46% (2011), 23,89% (2012), 19,21% (2013), dan 23,82% (2014). Konsumsi PJAS yang tidak memenuhi syarat akan membahayakan kesehatan siswa. Pengolahan dan penyajian PJAS yang kurang baik akan menimbulkan pencemaran pangan oleh mikroba, bahan kimia, dan benda-benda asing. Produk pangan yang aman yaitu produk pangan yang bebas dari cemaran kimia, cemaran fisik dan mikrobiologis atau tidak tercemar oleh mikroorganisme yang dalam bahasa masyarakat sehari-hari dikenal dengan istilah kuman. Adanya cemaran dalam makanan dan minuman dapat terjadi karena bahan baku yang dipakai untuk membuat produk makanan dan minuman. Bahan baku tersebut mungkin saja telah tercemar sebelum diolah. Menjadi tidak amannya produk pangan dapat juga terjadi karena proses pengolahan yang kurang sempurna atau cara penyimpanan dan pemasaran serta penyajian makanan olahan yang kurang baik. PJAS yang banyak tersedia dan yang mudah diakses saat ini oleh anak-anak sekolahan termasuk anak-anak siswa Sekolah Dasar (SD) adalah jajanan yang tidak jarang kurang memenuhi persyaratan pangan yang berkualitas, bahkan kadang bisa termasuk dalam kategori makanan dan minuman yang kurang aman untuk dikonsumsi. Sebagain besar anak-anak senang dengan jajan dan minuman yang menarik bentuknya dan tampilannya berwarna warni serta mempunyai rasa yang kuat. Dalam memproduksi pangan termasuk pangan yang diolah secara tradisional produsen pangan seharusnya menggunakan bahan baku yang sesuai dengan standar namun hasil pantauan di lapangan dan berdasarkan beberapa laporan kasus yang telah terjadi bahwa produsen produk pangan kadang kurang memperhatikan persyaratan mutu bahan baku yang digunakan. Bahkan banyak masih sering terjadi penyalahgunaan bahan tambahan dalam memproduksi pangan oleh pelaku usaha. Misalnya penyalahgunaan bahan tambahan yang seharusnya untuk tekstil seperti bahan pewarna digunakan untuk pangan dengan alasan lebih murah dan mudah diperoleh, sehingga menyebabkan produk pangan tersebut menjadi sangat tidak aman untuk dikonsumsi. Makanan seperti camilan yang membidik segmen pasar anakanak seperti gulali, cilok, minuman, es atau lainnya ada yang terindikasi menggunakan bahan tambahan yang tidak sesuai ketentuan yang telah ditetapkan oleh pemerintah. Permasalahan yang lebih serius lagi terkait dengan keamanan pangan ini masih sering terjadinya kasus keracunan pangan yang dialami oleh masyarakat termasuk siswa sekolah. Sebagian dari kasus keracunan pangan yang dilaporkan disebabkan karena proses pengolahan yang kurang higienis dan sanitasi yang kurang baik, penggunaan air yang tercemar oleh E. coli Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

413 dalam proses pengolahan pangan menyebabkan produk pangan yang dihasilkan menjadi tercemar juga sehingga menjadi tidak aman untuk dikonsumsi. Demikian juga cara penyimpanan pangan yang kurang baik dan waktu penyimpanan yang lama terlebih jika produk melebihi masa kadaluarsa ketika dijual dapat menyebabkan tercemarnya produk pangan oleh mikroorganisme sehingga menjadikannya tidak aman. Selain aman, makanan dan minuman yang dikonsumsi oleh anak-anak terutama harus harus kandungan gizi cukup. Mengkonsumsi makanan bukan hanya mempertimbangkan tujuan utama utama untuk mengatasi rasa lapar tetapi makanan tersebut harus dapat mensuplai energi dan beberapa komponen nutrisi yang dibutuhkan anak-anak untuk perkembangannya. Oleh karena itu perlu pembelajaran bagi anak anak siswa sekolah dasar terkait dengan pentingnya membeli dan mengkonsumsi pangan (makanan dan minuman) yang sehat yaitu aman dan bergizi. Pembelajaran yang dilakukan bagi usia siswa SD harus didisain sedemikian rupa agar dapat menarik perhatian mereka sehingga pesan yang disampaikan dapat diserap dengan baik dan tujuan pembelajarannya terkait dengan pangan aman, bergizi dana aman dapat tercapai. Pendekatan Pemecahan Masalah METODE KEGIATAN Berdasarkan uraian masalah yang dipaparkan pada subbab sebelumnya, maka diperlukan metode pendekatan yang baik dan benar terhadap sasaran. Tujuannya yakni agar materi yang disosialisaikan dapat diterima dengan baik. Perlu dipahami bahwa sasaran yang akan diberikan pengetahuan adalah siswa sekolah dasar. Dimana pada usia ini, jika diberikan pola penyuluhan oral (secara langsung) tentu tidak akan menarik bagi mereka. Oleh karena itu, metode pendekatan yang dikembangkan yakni metode pendekatan bermain sambil belajar yang diselingi dengan menjawab pertanyaan dalam bentuk kuis berhadiah dan terlibat langsung dalam praktek keamanan pangan serta video-video edukasi menarik yang sesuai dengan tema. Metode Kegiatan Metode yang akan dikembangkan dalam pelaksanaan pengabdian ini adalah dengan merapkan metode Roll Playing yakni metode pemberian materi dengan belajar sambil bermain. Siswa sekolah dasar yang menjadi sasaran program akan dilatih bagaimana memproduksi pangan yang baik, memilih pangan yang aman dipasaran dengan cara yang dapat membuat suasana belajar yang ceria dan gembira, dan uji keamana pangan (boraks dan formalin) pada beberapa jajanan dipasaran. Hal ini penting dilakukan guna menambah semangat dan minat dalam menerima materi yang disampaikan. Metode Roll Playing sangat cocok dikembangkan bagi anak dengan usia di bawah 15 tahun. Metode ini sangat efektif dalam memberikan pemahaman kepada peserta didik tanpa membebani dengan target penguasaan materi, namun metode ini terbukti ampuh dalam menanamkan pemahaman kepada siswa untuk mengerti materi yang disampaikan. Sosialisasi ini meliputi: 1. Membuat kuis Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

414 Kuis dilakukan diawal dan diakhir acara, kuis dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak ada nuansa serius didalamnya dan disertakan pemberian reward sederhana bagi peserta dengan jawaban terbaik yang juga ditujukan unutk memancing minat mengikuti kegiatan. Bagi pemateri, kuis ini ditujukan untuk mengetahui peningkatan kecakapan peserta setelah mengikuti kegiatan. 2. Proses pemberian Materi Proses pemberian materi dilakukan dengan cara semenarik mungkin. Peserta akan diajak menikmati makanan (jajan) yang sudah dibagikan sambil diberikan pemahaman tentang pangan yang aman. Dengan demikian, peserta akan sangat antusias mengikuti pelatihan. 3. Pelatihan Pelatihan yang dilakukan yakni dengan meminta kepada peserta untuk mencoba uji boraks dan formalin dengan bahan yang didapat dari jajanan disekitar sekolah. dan diadakan pembelajaran interaktif mengenai pangan yang aman. 4. Evaluasi dan Pelaporan Evaluasi bertujuan untuk mengetahui sejauh mana program dapat diterima oleh peserta. Evaluasi dilakukan dengan post test menggunakan soal yang sama pada saat pre test, sehingga akan diketahui peningkatan kemampuan peserta dalam menyerap kegiatan yang dilakukan. Tahapan akhir dari kegiatan pengabdian yakni dengan pembuatan laporan akhir kegiatan. Laporan akhir disusun sesuai dengan kondisi riil yang terjadi di lapangan dan menentukan hambatan yang terjadi serta mencari solusi pemecahannya. Hasil Kegiatan HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan Program Pengabdian Masyarakat dengan tema Peningkatan Pemahaman Tentang Mutu dan Keamanan Makanan/Jajanan Bagi Siswa SD di Mataram telah dilaksanakan pada tanggal 3 Mei 2019, dengan mitra sasarn siswa SDN 25 Ampenan, Mataram. Pengabdian ini dilaksanakan sebagai upaya pembelajaran pada siswa sekolah dasar agar menambah pemahaman dan memperkaya pengetahuan siswa SD tentang pangan yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi. a. Penyampaian Materi Tentang Mutu Pangan Materi ini diawali dengan memberikan pemahaman kepada siswa tentang pentingnya mutu pangan/makanan yang dikonsumsi. Zat gizi dan kebersihan makanan merupakan factor penting dalam memilih makanan yang bermutu. Untuk mempertahankan mutu dan kebersihan makanan maka perlu juga adanya pemahaman dasar bagaimana cara memproduksi pangan secara baik, sehingga mutu makanan tersebut dapat dipertahankan dan diserap baik oleh tubuh. Selama pemberian materi, pemateri juga memotivasi siswa sekolah dasar untuk memulai gaya hidup yang sehat dimulai dengan cara pengolahan pangan yang baik. Pengolahan pangan yang baik hendaknya tidak menghilangkan terlalu banyak kandungan gizi dari pangan tersebut, juga Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

415 tidak menggunakan bahan tambahan pangan yang membahayakan bahi kesehatan. Pengolahan pangan yang baik juga harus memperhatikan factor sanitasi dan higienitasnya. Tempat pengolahan pangan dan alat yang digunakan harus dalam keadaan bersih, bahan yang digunakan juga terlebih dahulu dicuci bersih dan juga sebaiknya membersihkan tangan sebelum mengolah makanan. Dalam penyampaian materi ini siswa juga dipancing untuk maju e depan kelas untuk menceritakan tentang pangan sehat yang biasa dikonsumsi. Penyampaian materi tentang mutu pangan dapat dilihat pada Gambar 1. Gambar 1. Penyampaian materi tentang mutu pangan b. Penyampaian Materi Tentang Keamanan Pangan Penyampaian materi ini dimulai dengan memberikan pemahaman kepada siswa dan guru pendamping mengenai makanan yang aman untuk dikonsumsi. Makanan aman adalah makanan yang bebas dari komponen-komponen berbahaya atau organisme yang dapat menyebabkan keracunan atau menimbulkan penyakit. Pangan yang tidak aman adalah pangan yang mengandung kuman (mikroba patogen), bahan kimia dan bahan lain berbahaya yang bila dikonsumsi menimbulkan gangguan kesehatan manusia (Baliwati, 2004). Pemateri memperkenalkan kepada siswa sekolah dasar masalah keamanan pangan khususnya boraks dan formalin yang terkandung di makanan ringan disekitar sekolah. Materi ini juga mengajak siswa untuk lebih memahami jenis-jenis bahan yang tidak boleh digunakan untuk bahan pangan seperti pewarna tekstil, boraks dan formalin yang dapat membahayakan kesehatan tubuh. Dipaparkan juga ciri-ciri makanan yang menggunakan bahan berbahaya tersebut. Contohnya Ciri-ciri bakso yang mengandung boraks yaitu lebih kenyal dibanding bakso tanpa boraks, bila digigit akan kembali ke bentuk semula, tahan lama dan awet beberapa hari, warnanya tampak lebih putih. Bakso yang aman berwarna abu-abu segar merata di semua bagian baik di pinggir maupun di tengah. Selain itu, bakso yang dicampur boraks memiliki bau terasa tidak alami ada bau lain yang muncul serta bila dilemparkan ke lantai akan Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

416 memantul seperti bola bekel. Penyampaian materi pangan yang aman dan bermutu dapat dilihat pada Gambar 2. c. Diskusi Gambar 2. Penyampaian materi pangan yang aman dan bermutu Kegiatan diakhiri dengan diskusi dan menguji kembali ingatan siswa tentang penguasaan materi mengenai pangan bermutu dan jajanan bergizi. Antusiasme siswa dalam kegiatan ini sangat tinggi yang ditandai dengan keaktifan dalam diskusi maupun menjawab pertanyaan yang diberikan (Gambar 3). Bagi siswa yang berhasil menjawab pertanyaan dengan benar diberikan hadiah. Gambar 3. Sesi Diskusi Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

417 Kesimpulan KESIMPULAN DAN SARAN Kegiatan pengabdian untuk pembelajaran interaktif tentang pangan aman, bergizi dan halal yang telah dilakukan berjalan dengan lancar. Siswa SDN 25 Ampenan Mataram sangat antusias dalam mengikuti kegiatan dan bersemangat untuk menerapkan dalam kehidupan sehari-hari. Kegiatan ini perlu dilakukan karena dibutuhkan oleh siswa maupun masyarakat sebagai informasi dalam memilih pangan yang bermutu dan aman untuk dikonsumsi, sehingga dapat terhindar dari berbagai penyakit. Dalam jangka panjang, pengetahuan yang diberikan dalam kegiatan pembelajaran interaktif ini diharapkan mampu menghasilkan generasi yang sehat, bergizi cukup dan peduli tentang mutu dan kemanan pangan yang dikosumsi. Saran Kegiatan pengabdian pembelajaran interaktif semacam ini perlu dilakukan disekolah lain bagi siswa-siswa lainnya. Secara khusus pemerintah, melalui dinas-dinas terkait, diharapkan lebih banyak berperan dalam kaitan ini, untuk menertibkan pedagang-pedagang yang masih menambahkan bahan berbahaya kedalam produk olahannya. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Mataram yang telah memberi dukungan financial terhadap pengabdian ini. DAFTAR PUSTAKA Badan POM RI Laporan hasil pengawasan PJAS Badan POM melalui Balai Besar/Balai POM periode Jakarta. Badan POM RI. Baliwati, Y.F Pengantar Pangan dan Gizi, cetakan I. Jakarta: Penerbit Swadaya. Betty SL. Jenie Sanitasi Dalam Industri Pangan. PAU Pangan Gizi IPB. Fardiaz, S Organisme Patogen. Materi Pelatihan Singkat Keamanan Pangan, Standart dan Peraturan Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB. Purawijaya, T Keracunan Makanan di Indonesia. Materi Pelatihan Singkat Keamanan Pangan, Standart dan Peraturan Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB. Santoso, U Peranan Ahli Pangan Dalam Mendukung Keamanan dan Kehalalan Pangan. Pidato Pengukuhan Guru Besar dalam Bidang Kimia Pangan dan Hasil Pertanian pada Fakultas Teknologi Pertanian UGM. Zakaria, F Komponen Kimia Berbahaya. Materi Pelatihan Singkat Keamanan Pangan, Standar dan Peraturan Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

418 Pelatihan Pembuatan Tepung Ikan Di Desa Sanolo Kecamatan Bolo Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat Nadirah Karimatul Ilmi, Alis Mukhlis, Sanca Rahmatullah, Anita Prihatini Ilyas, Awan Dermawan Program Studi Budidaya Perairan PDD Kab. Bima Program Vokasi Universitas Mataram Kata Kunci: desa sanolo, pelatihan, tepung ikan Abstrak: Usaha produksi tepung ikan secara mandiri maupun industri belum ditemukan di Kabupaten Bima. Kondisi ini juga dihadapkan pada banyaknya ikan sisa dari hasil tangkapan yang tidak dimanfaatkan dengan baik sementara ikan tersebut tidak diminati oleh konsumen. Maka produksi tepung ikan menjadi sangat penting, namun pengetahuan masyarakat tentang manfaat dan cara pembuatan tepung ikan masih sangat minim. Oleh karena itu diperlukan sebuah langkah kongkrit berupa pemberian pemahaman tentang proses produksi tepung ikan kepada masyarakat khususnya nelayan dan petambak melalui kegiatan pengabdian masyarakat. Tujuan Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini adalah meningkatkan pemahaman masyarakat petambak ikan/nelayan pengepul di Kecamatan Bolo dalam pemanfaatan ikan sisa menjadi tepung ikan dan mampu meningkatan pendapatan bagi nelayan serta terciptanya lapangan kerja baru bagi nelayan dan keluarganya. Metode yang digunakan yaitu berupa Pelatihan. Rangkaian kegiatan ini meliputi persiapan bahan baku, persiapan alat dan bahan lain yang dibutuhkan. Pelatihan dimulai dengan mempresentasikan materi tentang manfaat tepung ikan dan cara membuatnya. Kemudian memberikan pengarahan sekaligus mendemonstrassikan cara pembuatan tepung ikan yang benar sesuai standar. Hasil kegiatan pelatihan menunjukkan masyarakat sasaran yang terlibat dalam kegiatan ini yakni sejumlah 36 orang yang merupakan perwakilan dari Desa Sanolo, Desa Sondosia, Desa Darusalam, dimana peserta pelatihan terlihat antusias dengan memberikan respon positif selama pelatihan, dengan aktif bertanya dan mempraktikkan langusng pembuatan tepung ikan. Kegiatan pelatihan ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan pemahaman dalam pembuatan tepung ikan sehingga tujuan pengabdian pada masyarakat ini benar-benar tercapai. Maka perlu dilakukan pembinaan lebih lanjut pada masyarakat sampai pada tahap usaha produksi tepung ikan untuk kebutuhan pakan. Korespondensi: PENDAHULUAN Usaha produksi tepung ikan secara mandiri maupun industri skala rumah tangga belum ditemukan di Kabupaten Bima. Salah satu daerah Kabupaten Bima yang memiliki potensi Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

419 dalam menyediakan bahan baku dalam pembuatan tepung ikan adalah Kecamatan Bolo. Kecamatan Bolo merupakan daerah pesisir penghasil ikan yang sebagian besar berasal dari hasil tangkapan. Hasil tangkapan berlimpah berupa ikan sisa atau afkir yang tidak dikonsumsi atau terbuang begitu saja, dapat dimanfaat sebagai bahan baku tepung ikan oleh masyarakat Bolo. Masih rendahnya pemanfaatan ikan sisa atau afkir sebagai bahan baku industri tepung ikan di Kabupaten Bima khususnya kecamatan Bolo, menjadikan peluang pengembangan industri tepung ikan di daerah ini semakin besar yang diikuti peluang pasar yang cukup besar, terutama untuk memenuhi kebutuhan industri pakan ternak menggantikan tepung ikan impor. Sutan (2002) menyatakan ironisnya Indonesia sebagai negara bahari masih 70 % mengimpor bahan baku. Harga tepung ikan impor sedikit lebih mahal dibandingkan produk lokal dengan kandungan protein dan kualitas yang sama. Selain itu, pemanfaatan bahan baku berupa ikan sisa atau ikan afkir menjadi tepung ikan, juga dapat dijadikan sebagai mata pencaharian alternatif selain sebagai nelayan yang dapat menambah pendapatan keluarga. Secara umum pembuatan tepung ikan tergolong sederhana baik bahan dan teknologinya. Windsor (2011) menyatakan bahwa cara memproduksi tepung ikan merupakan hasil pengolahan dari proses pengeringan dan penggilingan ikan tanpa penambahan material lainnya.untuk meningkatkan produksi dan mutu tepung ikan secara kualitas dan kuantitas maka perlu disampaikan pemahaman tentang proses produksi tepung ikan kepada masyarakat nelayan dan petambak khususnya masyarakat ada di Kecamatan Bolo melalui langkah kongkrit berupa kegiatan pengabdian masyarakat. Tujuan dari kegiatan tersebut diharapkan usaha masyarakat akan berkembang bukan hanya pada sekadar keterampilan individu masyarakat namun meningkatkan pemahaman serta partisipasi masyarakat petambak ikan/ nelayan dalam terbentuknya usaha-usaha produksi tepung ikan skala rumah tangga sehingga meningkatan pendapatan bagi nelayan serta terciptanya lapanganan kerja. METODE KEGIATAN Kegiatan pengabdian ini dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 31 Agustus 2019 bertempat di Teaching Farm Kampus Vokasi PDD Kabupaten Bima Universitas Mataram Desa Sanolo Kecamatan Bolo Kabupaten Bima..Kegiatan pelatihan dihadiri oleh masyarakat khususnya yang berprofesi sebagai petambak dan nelayan merupakan mitra dari kegiatan ini. Sejumlah 35 orang mitra hadir pada kegiatan ini. Pelaksanaan pelatihan pembuatan tepung ikan dilakukan dengan metode penyuluhan, diskusi, dan demonstrasi secara langsung. HASIL DAN PEMBAHASAN Alat mesin penepung ikan ditempatkan di dalam ruangan terbuka di Teaching Farm, sehingga jika masyarakat peserta kegiatan berkumpul dalam ruangan tersebut sembari menyimak pemberian materi maupun pendemonstrasian pembuatan tepung ikan (Gambar 1). Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

420 Gambar 1. Alat Penepungan Adapun jenis ikan yang digunakan yakni segala jenis ikan dapat diolah menjadi tepung ikan, namun ikan kecil lebih ekonomis untuk diolah menjadi ikan. Hal ini disebabkan harga lebih murah dan lebih mudah digiling oleh mesin untuk menjadikannya tepung. Hal ini sesuai dengan pendapat Seng (2015) bahwa ikan runcah (kecil) adalah bahan yang paling ekonomis untuk diolah menjadi tepung ikan karena kurang disukai untuk konsumsi dan harganya relatif murah. Materi penyuluhan dan pelatihan meliputi: penjelasan alat dan bahan baku (ikan) dan teknik memproduksi tepung ikan serta dilakukan demonstrasi percontohan pembuatan tepung ikan serta tanya jawab mengenai materi tersebut (Gambar 2) adapun tanggapan dari masyarakat dengan kegiatan tersebut menunjukkan minat yang sangat responsib, karena inimerupakan pengalaman pertama bagi mereka mengikuti pelatihan serta tergerak guna memproduksi tepung ikan dari hasil tangkapannya (Gambar 3). Gambar 2. Pemberian Materi Penyuluhan Gambar 3. Demontrasi Pembuatan Tepung Ikan Masyarakat peserta pelatihan sebagian besar adalah nelayan penangkap ikan, petambak atau pembudidaya bandeng serta petani garam. Sebagian masyarakat bekerja petani ladang dengan komoditi utama adalah jagung serta padi. Adapun respon masyarakat selaku Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

421 mitra kegiatan dari pelatihan ini menunjukkan bahwa kegiatan pengabdian kepada masyarakat tersebut memiliki dampak positif terhadap menumbuh kembangkan kesadaran akan perlunya membuka usaha kegiatan pembuatan tepung ikan guna menambah penghasilan serta dengan adanya pelatihan ini dapat menambah wawasan serta meningkatkan keterampilan masyarakat. Dan adapun anggapan dari tim selaku pemberi materi pelatihan terhadap keinginan masyarakat meliputi : Perlu dilakukan pendampingan dalam pembentukan mitra atau kelompok usaha produksi tepung ikan atau penyusunaan proposal guna bantuan pengadaan alat pembuat tepung ikan dari pemerintah daerah melaui instansi terkait serta perlu dilakukan kajian-kajian analisis mengenai peluang usaha atau prospek maupun pangsa pasar dari produksi tepung ikan ini sehingga memberikan penghasilan tambahan yang cukup besar bagi masyarakat Desa di Kecamatan Bolo. KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dari pelaksanaan kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat untuk pelatihan pembuatan tepung ikan dapat disimpulkan mampu menjadikan sebagai peluang usaha dan memiliki nilai ekonomi dalam rangka upaya peingkatan ekonomi masyarakat. Selanjutnya melalui kegiatan pengabdian kepada masyarakat mampu memberikan nilai positif terhadap pemahaman dan kapasitas diri dan keterampilan mengolah tepung ikan, Diharapkan setelah dilakukannya pelatihan ini, ada keberlanjutan pendampingan dari pihak pemerintah Desa maupun Dinas instansi terkait untuk pengembangan produksi tepung ikan dari kelompok masyarakat selaku mitra tersebut dalam tahap selanjutnya berupa melakukan pengemasan dan menerapkan adminsitrasi keuangan dalam mengembangkan usaha. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Universitas Mataram khususnya Lembaga Penelitian dan Pemgabdian kepada Masyarakat Universitas Mataram yang telah memberi dukungan financial terhadap pengabdian ini. DAFTAR PUSTAKA Seng, Ahmad. (2015). Perancangan Mesin Produksi Tepung Ikan. Jurnal Teknik Mesin. Rotasi. Vol Sultan, Masjud Tepung Ikan Masih Harus Impor. Majalah Trubus. Windsor, M.L. (2001). Fish meal. Torry Advisory Note No. 49. Torry Research Station [online].( 6e/x5926e00.htm, diakses tanggal 10 Februari 2019). Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

422 Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU Penyuluhan Mengenai Penanganan Penyakit Pada Ikan Kerapu Di Batu Nampar, Lombok Timur Fariq Azhar, Dewi Putri Lestari, Bagus Dwi Hari Setyono, Andre Rachmat Scabra Program Studi Budidaya Perairan, Universitas Mataram Kata Kunci: Ikan kerapu; penyakit; budidaya; penanganan Abstrak: Kecamatan Jerowaru terletak di ujung Selatan Lombok Timur yang kaya dengan potensi pengembangan budidaya perikanan pantai (Kerapu, Lobster, dll). Ikan kerapu merupakan komoditas penting yang diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup dan pendapatan nelayan di desa Batunampar. Ikan kerapu khususnya jenis kerapu bebek mempunyai harga jual yang sangat tinggi. Pengkajian ikan kerapu yang telah dilakukan sangat direspon dengan baik oleh masyarakat. Tujuan kegiatan penyuluhan ini antara lain mencegah terjadinya kerugian ekonomis, menaikkan nilai hasil produksi ikan kerapu, memberikan informasi kepada masyarakat mengenai cara penangangan ikan kerapu yang terserang penyakit. Sedangkan manfaat dari kegiatan penyuluhan ini diharapkan akan mampu mendorong masyarakat Desa Batu Nampar untuk dapat menangani penyebaran penyakit pada ikan kerapu. Kegiatan penyuluhan ini akan dilakukan dengan menyampaikan informasi kepada masyarakat tentang cara pencegahan penyakit yang meliputi petunjuk pemilihan bibit ikan kerapu, petunjuk pengelolaan budidaya kerapu, petunjuk penanganan ikan yang terserang penyakit. Target luaran dari kegiatan ini berupa kemampuan menangani penyakit pada ikan kerapu dan cara pencegahan penyebaran penyakit tersebut. Kegiatan penyuluhan tersebut dimulai dengan mengumpulkan para peserta yang merupakan para pembudidaya ikan kerapu. Selanjutnya penyampaian materi dilakukan dengan melakukan presentasi pada para pembudidaya mengenai proses budidaya ikan kerapu yang baik. Hal tersebut dilakukan untuk menambah wawasan pembudidaya ikan kerapu agar bisa lebih produktif lagi dalam memproduksi ikan kerapu. Proses budidaya yang baik dapat mencegah serangan patogen yang masuk, sehingga kematian ikan kerapu dapat diminimalisir. Kesimpulan dari hasil kegiatan ini adalah penyuluhan mengenai penanganan penyakit pada ikan kerapu dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai cara mencegah dan mengobati ikan kerapu yang terserang penyakit sehingga dapat memicu para pembudidaya untuk memelihara ikan Korespondensi: Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

423 Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU PENDAHULUAN Kecamatan Jerowaru terletak di ujung Selatan Lombok Timur yang kaya dengan potensi pengembangan budidaya perikanan pantai (Kerapu, Lobster, dll). Ikan kerapu merupakan komoditas penting yang diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup dan pendapatan nelayan di desa Batunampar. Ikan kerapu khususnya jenis kerapu bebek mempunyai harga jual yang sangat tinggi. Pengkajian ikan kerapu yang telah dilakukan sangat direspon dengan baik oleh masyarakat. Hal ini terbukti dengan banyaknya masyarakat yang kemudian ikut mencoba budiaya ikan kerapu dalam karamba. Teknologi budidaya yang diintroduksikan sangat sederhana sehingga petani dapat menirunya tanpa kesulitan. Modal yang diperlukan sangat murah karena konstruksinya bisa dibangun dengan bahan yang tersedia disekitar petani dan tidak asing bagi mereka misalnya bambu, pelampung dan jaring. Metoda budidayanya juga sangat sederhana sehingga dapat diaplikasikan oleh petani. Untuk memenuhi kebutuhan pakan ikan berupa ikan rucah masyarakat tidak mengalami kesulitan karena terdapat banyak bagan apung dan tancap yang dapat mensuplai kebutuhan ikan rucah setiap hari. Pengembangan ikan kerapu di keramba jaring apung (KJA) mempunyai kendala dalam proses kegiatan budidayanya. Permasalahan yang timbul dalam proses pemeliharaan benih ikan kerapu dalam keramba jaring apung (KJA) adalah timbulnya penyakit. Serangan penyakit dan penurunan kualitas lingkungan budidaya dapat menjadi salah satu cara masuk penyakit. Ketersediaan benih yang tahan terhadap penyakit merupakan komponen penting dalam pengembangan budidaya kerapu. Salah satu penyakit yang sering menyerang ikan kerapu adalah Vibrio alginolyticus. V. alginolyticus dapat menyerang ikan kerapu pada berbagai stadia mulai dari larva hingga dewasa. Infeksi pathogen pada ikan budidaya dapat menyebabkan kematian lebih dari 80%. Patogen penyebab penyakit biotik pada ikan dapat berupa virus, bakteri, parasit dan jamur (Eraz-Pagodor, 2001). Secara umum spesies dari genus Vibrio yang potensial dalam menyebabkan Vibriosis pada ikan kerapu. Ekspansi bakteri ini sangat cepat dan terjadi pada wilayah budidaya laut secara intensif dan menyebabkan kondisi budidaya perikanan semakin terpuruk dan mempengaruhi sebagian besar produksi ikan di dunia (Austin and Austin, 1993). Sehingga perlu diadakan pengkajian tentang penyakit yang menyerang ikan kerapu. METODE KEGIATAN Metode yang digunakan dalam penyuluhan ini adalah Focus Group Discusion (FGD) dengan memberikan informasi atau wawasan kepada pembudidaya terkait penyakit yang disebabkan oleh bakteri Vibrio alginolyticus sehingga dapat memberikan solusi tentang cara penanggulangan penyakit Vibriosis pada ikan kerapu kepada pembudidaya. Mulai dari menyampaikan informasi tentang cara pemilihan bibit ikan kerapu, petunjuk pengelolaan budidaya ikan kerapu, petunjuk penanganan ikan yang terserang penyakit Vibrio alginolyticus. HASIL DAN PEMBAHASAN Sumberdaya alam berupa laut di Lombok Timur mempunyai potensi untuk kegiatan budidaya laut yaitu ikan kerapu, udang lobster, mutiara, rumput laut, teripang dan kekerangan. Potensi budidaya mutiara 3.433,65 ha; ikan kerapu 509,40 ha; udang lobster 525,68 ha; rumput Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

424 Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU laut 2.000,00 ha; teripang 194,00 ha; dan kekerangan 179,50 ha. Hal tersebut yang mendorong tumbuhnya pembudidaya di Lombok Timur. Akan tetapi, proses budidaya yang telah berlangsung sering mengalami permasalahan. Salah satu masalah yang muncul dalam proses budidaya adalah timbulnya penyakit. Pada prinsipnya penyakit yang menyerang ikan tidak datang begitu saja, melainkan melalui proses hubungan tiga faktor, yaitu kondisi lingkungan, kondisi inang, dan adanya patogen. Dengan demikian timbulnya serangan penyakit itu merupakan hasil interaksi yang tidak serasi antara lingkungan, ikan, dan jasad patogen. Penyakit pada ikan dapat dibedakan menjadi penyakit yang bersifat infeksi, dan non-infeksi. Penyakit dapat ditimbulkan oleh satu atau berbagai macam penyakit. Ada penyakit yang disebabkan oleh satu faktor, tetapi kemudian dibarengi oleh faktor lain. Bila terjadi semacam ini, berarti penyakit kedua (sekunder) memanfaatkan kondisi yang disebabkan oleh penyakit pertama (penyakit primer). Penyebab penyakit infeksi antara lain jamur, bakteri, parasit,dan virus. Sumber penyakit ini umumnya banyak terjadi pada ikan kerapu sunu dan serangannya bersifat ganas dan menyebabkan kematian. Penyebab penyakit non-infeksi antara lain: stres, kekurangan gizi, pemberian pakan yang berlebihan, keracunan, memar karna luka, cacat, dan lain-lain. Gambar 1. Pengumpulan peserta pembudidaya ikan Kegiatan penyuluhan tersebut dimulai dengan mengumpulkan para peserta yang merupakan para pembudidaya ikan kerapu. Selanjutnya penyampaian materi dilakukan dengan melakukan presentasi pada para pembudidaya mengenai proses budidaya ikan kerapu yang baik. Hal tersebut dilakukan untuk menambah wawasan pembudidaya ikan kerapu agar bisa lebih produktif lagi dalam memproduksi ikan kerapu. Proses budidaya yang baik dapat mencegah serangan patogen yang masuk, sehingga kematian ikan kerapu dapat diminimalisir. Kegiatan berikutnya yakni penyampaian informasi tentang penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, terlihat bahwa sebagian peserta penyuluhan belum mengetahui penyakit yang disebabkan oleh bakteri. Penyakit bakterial yang sering muncul dalam budidaya ikan kerapu yakni penyakit luka bernanah, sirip busuk, Insang Busuk, Vibriosis, Keropos Rahang, Anus Menonjol, Radang Mulut, Bintik Merah. Sehingga banyak para peseta yang bertanya tentang cara pencegahan dan penanggulangan ikan yang terserang oleh bakteri. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September

425 Seminar Nasional Pengabdian kepada Masyarakat Prosiding PEPADU Gambar 2. Penyampaian informasi tentang penyakit KESIMPULAN Penyuluhan mengenai penanganan penyakit pada ikan kerapu dapat meningkatkan pengetahuan masyarakat mengenai cara mencegah dan mengobati ikan kerapu yang terserang penyakit sehingga dapat memicu para pembudidaya untuk memelihara ikan dalam skala besar dan berkelanjutan. DAFTAR PUSTAKA Austin,B.,and D.A Austin, Bacterial Fish Pathogen.2nd edition. Ellis Horwood Ltd., Chishester.pp Eraz-Pagodor,G.,2001. Environmental and Other Non Infectious Disease. In Health Management in Aquaculture (Eds Gilda D.Lio-Po, C.R.Lavilla, E.R.Cruz-Lacierda), pp Seardec. Iloilo, Philipines. Chi, S.C, 2006, Piscine Nodavirus Infection in Asia. Department of Life Science and Institute of Zoology. National Taiwan University. Johny, Fris et al, Aplikasi Imunostimulan Untuk Meningkatkan Imunitas non-spesifik Ikan Kerapu Macan, Epinephelus fuscoguttatus Terhadap Penyakit Infeksi Di Hatcheri. Prosiding Forum Inovasi Teknologi. Balai riset Perikanan Budidaya Laut Gondol. Hotel Grand Legi Mataram, 26 September