Pembuatan wayang kulit dilakukan menggunakan dua teknik jelaskan dua teknik tersebut

Wayang Ental: Wayang Kontemporer yang Terinspirasi Wayang Jepang

Seni Pertunjukan
Pembuatan wayang kulit dilakukan menggunakan dua teknik jelaskan dua teknik tersebut
Pembuatan wayang kulit dilakukan menggunakan dua teknik jelaskan dua teknik tersebut
Pembuatan wayang kulit dilakukan menggunakan dua teknik jelaskan dua teknik tersebut

1

27 Agustus 2021 oleh Kemenparekraf/Baparekraf RI
335
27 Agustus 2021 oleh Kemenparekraf/Baparekraf RI
335
Wayang dikenal sebagai salah satu kebudayaan khas Indonesia yang telah eksis sejak beberapa abad lalu. Setiap daerah bahkan memiliki jenis wayang yang berbeda-beda, seperti wayang kulit dari Yogyakarta, wayang golek dari Jawa Barat, hingga wayang orang dari Jawa Tengah.
Namun dari beberapa jenis wayang di Indonesia, muncul satu wayang kontemporer baru yang cukup unik dari Bali yaitu wayang ental. Bisa dibilang wayang ental merupakan inovasi terbaru dalam dunia pewayangan.
Dari segi pembuatan wayang ental berbeda dari wayang pada umumnya, yakni terbuat dari daun lontar. Sedangkan dari segi bentuk, wayang ental memiliki berbentuk tiga dimensi dan memiliki jenis pagelaran tersendiri.
Wayang ental didesain khusus menampilkan badan wayang secara utuh, mulai tangan, kaki, hingga kepala yang semuanya dapat digerakkan. Sangat berbeda dengan wayang pada umumnya yang hanya menampilkan bayangan.
Selain bentuknya tiga dimensi, wayang ental juga dibuat berukuran jauh lebih tinggi dibandingkan wayang pada umumnya. Biasanya wayang ental memiliki tinggi 1 meter dengan lebar 30 cm. Salah satu keunikan dari wayang ental terdapat pada ekspresi wajah dari setiap tokoh pewayangan.
Sejarah Wayang Ental
Wayang ental lahir dari pemikiran kreatif I Gusti Made Dharma Putra pada 2016. Wayang ental pertama kali dibuat dalam rangka tugas akhir kelulusannya di Institut Seni Indonesia Bali. Awal pembuatannya, wayang ental tidak langsung berbentuk tiga dimensi, namun dua dimensi. Barulah pada 2018 wayang ental berubah bentuk menjadi tiga dimensi.
Gusti Made Dharma Putra mengaku bahwa pembuatan wayang ental terinspirasi dari teknik permainan Bunraku dari Jepang. Kemudian teknik tersebut dikombinasikan dengan gaya wayang tradisional Bali, Tetikesan.
Secara desain, wayang ental dibuat dengan menyerupai manusia, yang menggabungkan teknik ulatan sumpe dan ulatan Jepang dalam pembuatannya. Ulatan adalah ekspresi wajah yang digunakan dalam membentuk wayang.
Selain itu, perbedaan antara bunraku dan wayang ental terletak pada bahan bakunya. Jika bunraku menggunakan tiga helai daun lontar, wayang ental hanya menggunakan dua helai saja.
Pembuatan wayang kulit dilakukan menggunakan dua teknik jelaskan dua teknik tersebut

Seorang dalang dalam pertunjukan wayang ental. (Foto: Tangkapan layar dari Youtube Komunitas Wayang Ental)

Cara Memainkan Wayang Ental
Dalam sekali pagelaran wayang ental dilakukan dengan durasi 45 menit. Namun kalau wayang pada umumnya dimainkan oleh satu orang dalang dengan pencahayaan khusus, wayang ental tidak demikian. Untuk memainkan wayang ental harus digerakkan oleh dua orang dalang.
Salah seorang dalang bertugas memegang bagian kaki wayang, sedangkan satu lagi menggerakan bagian kepala dan tangan wayang ental. Kedua dalang tersebut harus berkomunikasi selama pertunjukkan berlangsung agar wayang ental bisa bergerak selaras. Selama pertunjukkan dalang juga tidak diperbolehkan untuk bergerak berlebihan agar fokus penonton tetap pada wayangnya saja.
Pembeda wayang ental dari jenis wayang pada umumnya juga terletak pada pagelaran yang berlangsung. Tak seperti wayang kulit yang ditampilkan di belakang kelir, wayang ental sebaliknya. Dalam setiap pagelarannya wayang ental ditunjukkan tampak badan wayang secara utuh, serta bisa bergerak dari tangan, kaki, dan kepala.
Sebagai pelengkap, dalam setiap pagelaran wayang ental biasanya ditambahkan juga tarian pendukung alur cerita. Tarian ini bertujuan untuk menyuguhkan sebuah pementasan wayang yang menarik dan berbeda dari umumnya.
Total, dalam satu pagelaran wayang ental dibawakan oleh 20 seniman, mulai dari penggerak wayang (dalang), penari, hingga pembaca kisah.
Tokoh dan Cerita dalam Wayang Ental
Tidak hanya dari bentuk dan cara mainnya yang unik, dari segi penceritaan dan penokohan wayang ental juga memiliki perbedaan dari wayang pada umumnya. Pada pagelaran wayang umumnya nama-nama tokoh yang digunakan merujuk pada cerita Mahabharata.
Sedangkan, pada wayang ental nama tokoh menyesuaikan dari cerita yang akan dimainkan. Sejauh ini total ada 8 tokoh wayang ental yang telah dipentaskan, yakni tokoh Sutasoma, Purusdha, Dasabahu, Mredah, Delem, Sangut, Tualen, serta satu buah kayonan.
Inovasi dalam pagelaran wayang ental ini diharapkan dapat menarik minat para generasi muda pada seni pewayangan. Sehingga wayang sebagai salah satu budaya khas Indonesia terus terlestarikan.
Foto Cover: Pertunjukan wayang ental di Bali. (Instagram: @kuta_kumara.agung)