Pengertian pengurusan jenazah secara bahasa dan istilah
Show
Pemulasaraan berasal dari kata Pulasara yang dalam bahasa Jawa kuno berarti Merawat atau Mengurus. Sedang Jenazah berasal dari bahasa Arab Janazah yang berati jasad orang yang telah meninggal dunia. Dalam kontek ini yang dimaksud orang adalah orang Islam / Muslim. Kegiatan Pelatihan Pemulasaraan Jenazah ini ada 2 kali pelaksanaan, yaitu dilaksanakan pada tanggal 29 Februari 2020 dan tanggal 7 Maret 2020 pada pukul 08.30-14.00 WIB
Berkaitan dengan masalah pengurusan jenazah, ada 4 kewajiban terhadap jenazah yang mesti dilakukan oleh orang yang hidup. Empat hal ini dihukumi fardhu kifayah, artinya harus ada sebagian kaum muslimin yang melakukan hal ini terhadap mayit. Jika tidak, semuanya terkena dosa. Empat hal yang mesti dilakukan terhadap mayit oleh yang hidup adalah: 1- Memandikan 2- Mengafani 3- Menyolatkan 4- Menguburkan Empat hal di atas hanya berlaku pada mayit muslim. Adapun mayit kafir, tidak dishalatkan baik kafir harbi maupun dzimmi. Boleh memandikan orang kafir, namun cuma dalam dua keadaan. Dan wajib mengafani kafir dzimmi dan menguburkannya, tetapi hal ini tidak berlaku bagi kafir harbi dan orang yang murtad. Adapun orang yang mati dalam keadaan ihram (sedang berumrah atau berhaji), jika dikafani, maka kepalanya tidak ditutup. Berikut kami sebutkan point-point penting yang mesti dilakukan yang terdapat pada empat hal di atas. Sebagai rujukan utama kami adalah fikih ulama Syafi’i dari penjelasan Al Qodhi Abu Syuja’ dalam Matan Al Ghoyah wat Taqrib, ditambah beberapa dari penjelasan lainnya. Memandikan Mayit Ada dua mayit yang tidak dimandikan: (1) orang yang mati dalam medan perang (mati syahid), (2) janin yang belum mengeluarkan suara tangisan, ini menurut madzhab Imam Syafi’i. Sedangkan menurut madzhab Imam Ahmad, yang tidak perlu dimandikan adalah janin yang keguguran di bawah 4 bulan. Mayit disiram dengan bilangan ganjil, yaitu boleh tiga, lima kali siraman atau lebih dari itu. Namun jika mayit disiram dengan sekali siraman saja ke seluruh badannya, maka itu sudah dikatakan sah. Pada siraman pertama diperintahkan diberi daun sider (bidara) dan saat ini boleh diganti dengan air sabun. Sedangkan pada siraman terakhir diberi kapur barus. Mengafani Mayit Mengafani mayit dilakukan dengan tiga helai kain berwarna putih, tidak ada pakaian dan tidak imamah (penutup kepala). Menyolatkan Mayit Shalat jenazah terdapat tujuh rukun: 1- Berniat (di dalam hati). 2- Berdiri bagi yang mampu. 3- Melakukan empat kali takbir (tidak ada ruku’ dan sujud). 4- Setelah takbir pertama, membaca Al Fatihah. 5- Setelah takbir kedua, membaca shalawat (minimalnya adalah allahumma sholli ‘ala Muhammad). 6- Setelah takbir ketiga, membaca doa untuk mayit. Inilah maksud inti dari shalat jenazah. 7- Salam setelah takbir keempat. Tujuh rukun di atas disebutkan oleh Muhammad Al Khotib dalam kitab Al Iqna’. Di antara yang bisa dibaca pada do’a setelah takbir ketiga: اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ، وَأَكْرِمْ نُزُلَهُ، وَوَسِّعْ مَدْخَلَهُ، وَاغْسِلْهُ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ، وَنَقِّهِ مِنَ الْخَطَايَا كَمَا نَقَّيْتَ الثَّوْبَ اْلأَبْيَضَ مِنَ الدَّنَسِ، وَأَبْدِلْهُ دَارًا خَيْرًا مِنْ دَارِهِ، وَأَهْلاً خَيْرًا مِنْ أَهْلِهِ، وَزَوْجًا خَيْرًا مِنْ زَوْجِهِ، وَأَدْخِلْهُ الْجَنَّةَ، وَأَعِذْهُ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَعَذَابِ النَّارِAllahummaghfirla-hu warham-hu wa ‘aafi-hi wa’fu ‘an-hu wa akrim nuzula-hu, wa wassi’ madkhola-hu, waghsil-hu bil maa-i wats tsalji wal barod wa naqqi-hi minal khothoyaa kamaa naqqoitats tsaubal abyadho minad danaas, wa abdil-hu daaron khoirom min daari-hi, wa ahlan khoirom min ahli-hi, wa zawjan khoirom min zawji-hi, wa ad-khilkul jannata, wa a’idz-hu min ‘adzabil qobri wa ‘adzabin naar. “Ya Allah! Ampunilah dia (mayat) berilah rahmat kepadanya, selamatkanlah dia (dari beberapa hal yang tidak disukai), maafkanlah dia dan tempatkanlah di tempat yang mulia (Surga), luaskan kuburannya, mandikan dia dengan air salju dan air es. Bersihkan dia dari segala kesalahan, sebagaimana Engkau membersihkan baju yang putih dari kotoran, berilah rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (atau istri di Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia), istri (atau suami) yang lebih baik daripada istrinya (atau suaminya), dan masukkan dia ke Surga, jagalah dia dari siksa kubur dan Neraka.” (HR. Muslim no. 963) Catatan: Do’a di atas berlaku untuk mayit laki-laki. Jika mayit perempuan, maka kata –hu atau –hi diganti dengan –haa. Contoh “Allahummaghfirla-haa warham-haa …”. Do’a di atas dibaca setelah takbir ketiga dari shalat jenazah. Do’a khusus untuk mayit anak kecil: اَللَّهُمَّ اجْعَلْهُ لَنَا فَرَطًا وَسَلَفًا وَأَجْرًاAllahummaj’ahu lanaa farothon wa salafan wa ajron “Ya Allah! Jadikan kematian anak ini sebagai simpanan pahala dan amal baik serta pahala buat kami”. (HR. Bukhari secara mu’allaq -tanpa sanad- dalam Kitab Al-Janaiz, 65 bab Membaca Fatihatul Kitab Atas Jenazah 2: 113) Do’a setelah takbir keempat: اللَّهُمَّ لاَ تَحْرِمْنَا أَجْرَهُ وَلاَ تَفْتِنَّ بَعْدَهُ وَاغْفِرْلَناَ وَلَهُAllahumma laa tahrimnaa ajro-hu wa laa taftinnaa ba’da-hu waghfir lanaa wa la-hu “Ya Allah! Jangan menghalangi kami untuk tidak memperoleh pahalanya dan jangan sesatkan kami sepeninggalnya, ampunilah kami dan ampunilah dia”. Untuk mayit perempuan, kata –hu diganti –haa. Menguburkan Mayit Mayit dikuburkan di liang lahat dengan diarahkan ke arah kiblat. Bentuk Liang Lahat (Rumaysho.Com)Mayit dimasukkan dalam kubur dengan mengakhirkan kepala dan dimasukkan dengan lemah lembut. Bagi yang memasukkan ke liang lahat hendaklah mengucapkan: Bismillah wa ‘alaa millati rosulillah (Dengan nama Allah dan di atas ajaran Rasulullah). Larangan Terhadap Kubur Dilarang mendirikan bangunan di atas kubur dan tidak boleh kubur disemen. Ini pendapat dalam madzhab Syafi’i namun banyak diselisihi oleh kaum muslimin di negeri kita karena kubur yang ada saat ini dipasang kijing, marmer dan atap. Padahal terdapat hadits, dari Jabir, ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam melarang dari memberi semen pada kubur, duduk di atas kubur dan memberi bangunan di atas kubur.” (HR. Muslim no. 970). Sudah dibahas oleh Rumaysho.Com: Memasang Kijing, Marmer dan Atap di Atas Kubur. Terhadap Keluarga Mayit Boleh menangisi mayit asal tidak dengan niyahah (meratap atau meraung-raung dengan suara teriak atau keras), diharapkan keluarga sabar dan ridho. Disunnahkan menta’ziyah keluarga mayit hingga hari ketiga setelah pemakaman. Masing-masing dari point di atas, insya Allah akan disajikan dalam bahasan tersendiri di Rumaysho.Com. Hanya Allah yang memberi taufik. Referensi: Al Iqna’ fi Halli Alfazhi Abi Syuja’, Syamsuddin Muhammad bin Muhammad Al Khotib, terbitan Maktabah At Taufiqiyyah. Hasyiyah Al Qoulul Mukhtar fii Syarhi Ghoyatil Ikhtishor (Fathul Qorib), Muhammad bin Qosim Al Ghozzi, ta’liq: Dr. Sa’adud Din bin Muhammad Al Kubbi, terbitan Maktabah Al Ma’arif, cetakan pertama, tahun 1432 H. Mukhtashor Abi Syuja’ (Matan Al Ghoyah wat Taqrib), Ahmad Al Husain Al Ashfahani Asy Syafi’i, terbitan Darul Minhaj, cetakan pertama, tahun 1428 H. — Oleh Akhukum fillah: Muhammad Abduh Tuasikal Disusun di saat hujan mengguyur Warak, Panggang, Gunungkidul, 6 Safar 1435 H, 06: 15 AM Ikuti status kami dengan memfollow FB Muhammad Abduh Tuasikal, Fans Page Mengenal Ajaran Islam Lebih Dekat, Twitter @RumayshoCom — Akan segera terbit buku terbaru karya Ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, yaitu Buku Mengenal Bid’ah Lebih Dekat (harga: Rp.13.000,-). Bagi yang ingin melakukan pre order, kirimkan format pemesanan via sms ke no 0852 0017 1222 atau via PIN BB 2AF1727A: Buku Bid’ah#Nama#Alamat#no HP. Nanti akan diingatkan ketika buku sudah siap untuk dikirim.
TAJHIZUL MAYIT (MENGURUSI MAYYIT) Apabila ada seseorang meninggal maka diwajibkan bagi sesama muslim untuk mengurus (men-tajhiz) mayit. Hal tersebut hukumnya fardlu kifayah, yakni apabila sudah dilaksanakan sebagian muslim, maka tidak wajib bagi muslim lainnya. Prosesi tajhiz mayit ada empat (4)
Cara mengurus mayit berbeda-beda sesuai dengan statusnya. Apabila mayit :
Catatan : Apabila menemukan sebagian anggota badan manusia maka perincian hukum berdasarkan wajib dan tidaknya tajhiz adalah sebagai berikut:
A. MEMANDIKAN MAYIT Air kembang (Air daun bidara/Air sabun), air kapur wangi (kapur barus), air jernih, bangku(plang/dipan), beberapa potong kain/pipih, baju kurung (gamis yang agak lebar, sudah usang dan jarang tenunannya).[2] 2. Tempat Memandikan Tempat yang beratap (tertutup) serta di beri wewangian dan sepi dari selain orang yang memandikan, orang yang membantunya dan wali si mayit.[3] 3. Orang yang Memandikan
Catatan : Dalam memandikan mayit, di usahakan untuk tidak memandang tubuh mayit apalagi auratnya, kecuali yang diperlukan. 4. Cara Memandikan Memandikan dapat dilakukan dengan menyangga atau memangku mayit atau dengan membaringkanya di atas bangku (dipan atau sejenisnya).[5] Mengguyurkan air ke seluruh tubuh mayit (termasuk kemaluan dan lipatan-lipatan badan) setelah menghilangkan najis dan kotoran-kotoranya terlebih dahulu.
Catatan : Kain yang sudah digunakan tidak boleh digunakan lagi tetapi dibuang dan tangan kiri (telunjuk) orang yang memandikan dibasuh atau dibersihkan.
نويت الوضوء المسنون لهذا الميت \ لهذه الميتة سنة لله تعالى
Adapun cara menayamuminya sama dengan tayamum pada umumnya di sertai dengan niat : نويت التيمم عما تحت قلفة هذا الميت لله تعالى Atau jika mayit tidak bisa dimandikan , semisal bila dimandikan dagingnya rontok, maka cukup ditayammumi saja. Adapun niatnya sebagai berikut : نويت التيمم عن هذا الميت / هذه الميتة لاستباحة الصلاة عليه / عليها لله تعالى[6]
Catatan:
B. MENGKAFANI MAYIT Perlengkapan
Kain kafan sebaiknya terbuat dari kapas yang berwarna putih dan pernah dicuci(bukan yang baru).[7] Cara Mengkafani
Cara Membuat Gamis Kain kafan dilubangi pada bagian tengahnya (bisa dengan melipat kain ke arah bawah dan menyamping, lalu dipotong sudutnya) serta bagian depannya (dada) di gunting sedikit. Catatan :
C. MENSHOLATI MAYIT Dalam mensholati mayit ada beberapa hal yang harus diperhatikan diantaranya : Syarat-syarat mensholati mayit.[9] Sama dengan syarat-syarat sholat lain, hanya saja ditambah beberapa syarat yaitu :
Kesunahan sebelum melaksakan sholat mayit
Tata cara sholat mayit/jenazah[10]
أصلى على هذا الميت (هذه الميتة) أربع تكبيرات فرض كفاية مستقبل القبلة مأموما (إماما) لله تعالى
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وعلى آل سيدنا محمد كما صليت على سيدنا إبراهيم وعلى آل سيدنا إبراهيم وبارك على سيدنا محمد وعلى آل سيدنا محمد كما باركت على سيدنا إبراهيم وعلى آل سيدنا إبراهيم في العالمين إنك حميد مجيد
اللهم اغفرله وارحمه، وعافه واعف عنه، وأكرم نزوله ووسع مدخله، واغسله بالماء والثلج والبرد، ونقه من الخطايا كما ينقى الثوب الأبيض من الدنس، وأبدله دارا خيرا من داره، وأهلا خيرا من أهله، وزوجا خيرا من زوجه، وأعذه من عذاب القبر وفتنته، ومن عذاب النار. اللهم إغفر لحيّنا وميّتنا وشاهدنا وغائبنا وصغيرنا وكبيرنا وذكرنا وأنثانا. أللهم من أحييته منّا فأحيه على الإسلام ومن توفّيته منّا فتوفّه على الإيمان. اللهمّ لا تحرمنا أجره , ولا تضلّنا بعده[11] Jika mayitnya belum baligh, maka sebaiknya doanya ditambah : اللهم اجعله فرط لأبويه وسلفا وذخرا وعظة واعتبارا وشفيعا وثقّل به موازينهما وأفرغ الصبر على قلوبهما، ولا تفتنهما بعده و لاتحرم هما أجره ولا تفتنهما بعده واغفر لنا ولهما ولجميع المؤمنين….
Catatan :
D. MEMAKAMKAN MAYIT/JENAZAH Perlengkapan Alat penggali kubur seperti cangkul, skop dan sejenisnya, keranda mayit, nisan, papan penutup, dan bantalan dari tanah sebesar batu bata.[12] Liang kubur :
Dalam penguburan mayit dikenal 2(dua) jenis liang kubur : Liang Cempuri Yaitu liang kuburan yang digali bagian tengahnya (seperti menggali parit) untuk meletakkan mayit yang ukurannya sekira papan penutup tidak tersentuh tubuh mayit ketika melepuh. Hal ini diperuntukkan bagi tanah yang lunak (gembur). Liang Lahat, (Luang landak ; jw) Yaitu liang kuburan yang sisi sebelah baratnya (arah kiblat) digali sekira cukup untuk meletakkan mayit. Prosesi Pemberangkatan Jenazah
سبحان الحي الذى لا يموت أو سبحان الملك القدّوس الله أكبر صدق الله ورسوله هذا ما وعدنا الله ورسوله اللهمّ زدنا ايمانا و تسليما
Prosesi pemakaman
بسم الله وعلى ملة رسول الله صلى الله عليه وسلّم اللهم افتح ابواب السماء لروحه وأكرم نزله ووسّع مدخله ووسّع له فى قبره
بسم الله وعلي ملة (سنة) رسول الله صلى الله عليه وسلم، اللهم اسلمه إليه الاشحاء من ولده وأهله وقرابته واخوانه وفارقه من كان يحب قربه وخرج من سعة الدنيا والحياة إلى ظلمة القبر وضيقه، ونزل بك وأنت خير منزول به ان عاقبته فبذنب وان عفوت فأهل العفو انت غني عن عذابه وهو فقير إلي رحتمك، اللهم تقبّل حسنته واغفر سيئته وأعده من عذاب القبر واجمع له برحمتك الأمن من عذابك واكفه كلّ هول دون الجنة، اللهم واخلفه فى تركته فى الغابرين وارفعه فى علّيّين وعد عليه بفضل رحمتك يا أرحم الراحمين.. [15]
Contoh lafadz talqin[17] : يا عبد الله ابن أمّة الله أذكر ما خرجت عليه من دار الدنيا شهادة ان لاإله إلا الله وأنّ محمّدا رسول الله، وأنّ الجنّة حقّ، وأنّ النار حقّ، وأنّ الساعة أتية لا ريب فيها، وأنّ الله يبعث من فى القبور، وأنّك رضيت بالله ربّا، وبالإسلام دينا، وبمحمّد صلّى الله عليه وسلّم نبيّا، وبالقرآن إماما، وبالكعبة قبلة، وبالمؤمنين إخوانا Catatan :
والله أعلم بالصواب DAFTAR PUSTAKA [1] Hasyiyata Qulyubi wa ‘umairoh, juz 1, Hal 290, Daru Ihya’i Kutubil ‘Arobiyah. [2] Busyro al Karim Juz II Hal 29 [3] Busyro al Karim Juz II hal 29 [4] Busyro al Karim Juz II Hal 30 [5] Busyro al Karim Juz II Hal 29, Hasyiyatain Juz I Hal 324, Hawasyi al madaniyyah Juz II Hal 105 [6] Syarah Bahjah Al-Wardiyah Juz 2, Hal 82 ,Maktabah Syamilah Hasyiyah Al-Jamal Juz 2 Hal 143 [7] Busyro al Karim juz II hal 31, Hawasyi as syarwani juz III hal 139, Hasyiyatain juz I hal 329, Al Majmu` juz V hal 199-204. [8] Busyro al Karim Juz II hal 31 [9] Busyro al Karim Juz II hal 31 [10] Busyro al Karim Juz II hal 33, Tanwir al Qulub hal 204, Kasyifat as Syaja hal 104, I`anat at Tholibin Juz II hal 127-128, Mughni al Muhtaj Juz I hal 342-344 [11] Hasyiyatain Juz IV hal 375 SYameela [12] Busyro al Karim Juz II hal 37 [13] Al Ibda` fi Madlori al Abda` hal 108-109, At Turmusyi Juz III hal 434, Al Adzkar an anawawi hal 151 [14] Busyro al Karim Juz II hal 38, Tanwir al Qulub Juz II hal 205-206, al Majmu` Juz V hal 269,278,281 [15] Nihaytuz-zain hal-155 [16] Busyro al Karim juz II hal 38, Tanwir al Qulub juz II hal 207, Tausyh `ala ibni Qosim hal 97, Al Majmu` juz V hal 291-294 [17] Asna al Matholib juz 4 hal 342-shameela, hasyiyatain juz 5 hal 17 shameela |