Pengertian seni rupa topeng

II. KAJIAN PUSTAKA A. TOPENG 1. Pengertian Topeng Topeng merupakan benda budaya yang telah digunakan di seluruh dunia pada semua periode sejak jaman batu dan seperti yang telah bervariasi dalam penampilannya, seperti dalam penggunaan dan simbolisme. Kata topeng berasal dari kata Taweng yang berarti tertutup atau menutupi. Menurut pendapat umum, istilah kata topeng mengandung pengertian sebagai penutup wajah atau kedok. Pada masing-masing daerah, topeng memiliki istilah tersendiri seperti tapuk dalam bahasa Jawa kuno, tapel untuk bahasa Bali dan bahasa Lombok, kedok untuk daerah Jawa dan Sunda, hudoq untuk daerah Dayak, toping untuk Batak Simalungun, gundalagundala dalam bahasa Karo dan lain-lain (Endo Suanda, 2005:3). Berbeda dengan topeng modern, topeng tradisional merupakan sebuah gambaran sosial dan kultural. Dalam kesenian topeng tradisional, terdapat rumusan, norma, atau aturan yang harus ditaati (Endo Suanda, 2005:140). Norma-norma atau aturan pada topeng-topeng tradisional bisa dilihat dari karakter, warna, dan tekstur topeng tersebut. Kesenian topeng tidak hanya dimiliki oleh kebudayaan tradisional dengan wujud dan bentuk kuno, tetapi berbagai bentuk topeng dengan gaya baru selalu bermunculan. Hal inilah yang membuat topeng sangat kaya akan bentuk dan wujud. Dalam perspektif seni rupa, topeng dapat dipandang sebagai artefak atau kerajinan karena kegunaan praktisnya tetapi, pada sisi lain

7

dapat juga dikonsepsikan sebagai objek seni, karena sifat-sifat ekspresinya (Guntur dan Nur Rokhim, 2011:1). Pengertian lain menyebutkan bahwa topeng merupakan suatu bentuk penyamaran. Topeng adalah suatu objek yang sering digunakan diatas atau didepan wajah untuk menyembunyikan sebuah identitas seseorang dan dengan figur sendiri untuk membentuk makhluk lain. Karakteristik penting ini bersembunyi dan mengungkap kepribadian atau suasana hati yang umum bagi semua topeng. 2. Sejarah Budaya topeng terbukti berumur sangat panjang. Penelitian arkeologis menemukan banyak jenis topeng dari zaman prasejarah yang telah berumur ribuan tahun (Endo Suanda, 2005:2). Sejak jaman prasejarah (jaman batu) topeng telah menjadi salah satu bentuk ekspresi paling tua yang pernah diciptakan peradaban manusia. Pada sebagian besar masyarakat dunia, topeng memegang peranan penting dalam berbagai sisi kehidupan yang menyimpan nilai-nilai magis dan suci, karena peranan topeng yang besar sebagai simbolsimbol khusus dalam berbagai upacara dan berbagai kegiatan adat yang luhur. Topeng masuk ke Indonesia pada sekitar abad ke-17. Secara luas digunakan dalam tari yang menjadi bagian dari upacara adat atau penceritaan kembali cerita-cerita kuno dari para leluhur. Di pulau Jawa, Sunan Kalijaga dianggap sebagai pencipta topeng pertama dalam pertunjukan wayang topeng pada pertengahan abad XVI. Dikisahkan bahwa Sunan Kalijaga dalam menciptakan topeng-topeng tersebut merujuk kepada muka boneka-boneka

8

kulit dari wayang gedhog yang mengisahkan cerita Panji (Soedarsono, 1997:19). Kehidupan masyarakat modern saat ini menempatkan topeng menjadi salah satu bentuk karya seni tinggi serta bukan hanya keindahan estetis yang dimilikinya, namun sisi misteri yang tersimpan pada raut wajah topeng tetap mampu memancarkan kekuatan magis yang sulit dijelaskan. Pemakaian topeng dalam konteksnya sebagai ritual dalam berbagai upacara-upacara primodial di beberapa suku bangsa di Indonesia, mulanya bermaksud untuk menyembunyikan identitas si pemakai supaya tidak dikenal oleh peserta upacara. Hal tersebut disebabkan pemakaiannya sebagai perantara antara dunia manusia dan dunia roh. Kehadiran roh nenek moyang dalam topeng berarti pemulihan hubungan kedua dunia tersebut. Bukti-bukti arkeologis tentang topeng atau kedok pada masa prasejarah antara lain berupa hiasan pada tempayan, kendi, nekara, kapak, perunggu, kalamba dan lukisan pada dinding gua (batu cadas). Kesemuan penggambaran topeng tersebut erat kaitannya dengan pemujaan terhadap roh nenek moyang. Pada masa Hindu-Budha mempengaruhi bukti arkeologis topeng, disebutkan dalam prasasti dan diwujudkan dalam relief, kala pada gerbang candi, dan topeng dari emas, kayu, kulit hewan, tanah liat dan batu. Penelitian sejarah topeng-topeng peninggalan budaya Yunani dan Mesir sekitar 6000 tahun yang lalu, menemukan manuskrip-manuskrip lama yang mengandung banyak informasi mengenai topeng. Penelitian antropologi, etnografi dan kesenian menemukan bahwa, sekarang ini berbagai jenis topeng dan praktik pemakainya ada dimana-mana (Endo Suanda, 2005:2).

9

Gambar 1. Topeng Agamemnon (Sumber: http://www.lagioke.com/2015/03/inilah-7-benda-purba-yang-masihmenjadi.html) diunduh pada 06/08/2015 pukul 09.50 WIB.

3. Fungsi Topeng Topeng berfungsi sebagai benda-benda budaya yang telah digunakan di seluruh dunia dalam semua periode sejak jaman batu dan seperti yang telah bervariasi dalam penampilan seperti dalam penggunaan dan simbolisme. Pada masa prasejarah, topeng berfungsi sakral dan digunakan dalam sarana pemujaan terhadap roh atau arwah nenek moyang. Topeng adalah citra material manusia, binatang atau roh yang diciptakan, dimainkan, atau dimanipulasi dalam pertunjukan (Guntur dan Nur Rokhim, 2011:6). Topeng didalam upacara ritual pada masa prasejarah digunakan sebagai kedok dalam pemujaan, upacara kesuburan, dan upacara kematian atau penguburan dimana topeng dijadikan sebagai bekal kubur. Topeng selain sebagai simbol perubahan identitas dari manusia biasa menjadi roh yang dipuja, juga sebagai

10

lambang keabadian sehingga dipercaya tetap hidup bersama masyarakat yang ditinggalkan. Sosok mendiang yang dikubur dengan dibekali topeng apalagi dari emas, tentu saja merupakan tokoh yang sangat terpandang dan berpengaruh, bahkan mungkin merupakan ketua suku atau kelompok.

Gambar 2. Pemujaan Terhadap Leluhur (Sumber: http://www. tabanantoday.com/sejarah-dan-makna-tari-topengsidakarya.html) diunduh pada 06/08/2015 pukul 08.50 WIB.

Kesenian topeng sudah dikenal dan dimiliki oleh sebagian besar masyarakat di pelosok nusantara. Pada masa Hindu-Budha fungsi topeng semakin beragam karena tidak digunakan sakral sebagai bagian dari upacara ritual saja, namun lambat laun difungsikan dalam seni pertunjukan sebagai tontonan yang bersifat sekular. Meski demikian ciri-ciri ritual dari topeng tidak sepenuhnya hilang (Soedarsono, 1997:17). Dewasa ini topeng tetap berkembang baik dari teknologi maupun fungsinya. Masa awal tumbuhnya kerajaan-kerajaan islam, Sunan Kalijaga salah seorang Wali Sanga pada zaman kerajaan Demak telah menciptakan topeng yang digunakan sebagai sarana penyebaran agama islam dengan mengunakan cerita-cerita topeng panji

11

(Sumintarsih, et.al, 2012:27). Hal ini menunjukan bahwa fungsinya sebagai tontonan dan tuntunan yang lebih bersifat sekular berkembang pesat. 4. Jenis Topeng Didunia ini terdapat banyak sekali jenis dan bentuk topeng. Namun demikian, topeng yang paling dominan adalah topeng yang dekat dengan struktur dan ukuran muka manusia. Bentuk atau struktur bidang muka topeng tidak harus sama dengan muka manusia (oval). Dalam topeng, kita menemukan berbagai bentuk dasar: bentuk bundar, ada yang menyerupai hati atau hampir segitiga, ada yang persegi dan ada pula yang lonjong panjang. Selain itu, banyak sekali topeng-topeng yang memiliki bentuk dasar lain yang sulit untuk dikategorikan (Endo Suanda, 2005:63). Karakter tersebut bukanlah kategori untuk semua topeng yang ada, melainkan persepsi yang dapat membantu kita dalam melihat keberagaman topeng. Istilah jenis, mengacu pada ciri suatu bentuk atau kelompok kesenian yang berada dalam suatu gaya. Dalam bahasa Inggris atau Perancis istilah itu disebut genre. Namun demikian tidak berarti bahwa perbedaan kesenian itu hierarkis, yang bisa dipetakan dari gayanya dahulu baru kemudian genrenya. Sebuah jenis seni dari suatu gaya sering memiliki persamaan dengan jenis yang sama dari gaya yang berbeda. Keberagaman gaya sangat sulit untuk dijelaskan satu persatu. Berpijakkan gaya yang sedang dianut dan mengadopsi dari gaya sebelumnya, diaplikasi sesuai dengan kemampuan diri akan melahirkan bentuk gaya baru. Terlepas dari diterima dan tidaknya gaya tersebut, perubahan memerlukan waktu yang berkesinambungan dan melalui proses yang panjang, sehingga

12

tidak mungkin terhindar dari akumulasi dan akulturasi dari seni budaya yang saling bertemu. (Gustami, 2000:83). Hal ini sangat menarik perhatian untuk dibahas walaupun tidak sedikit yang mempunyai kesamaan seperti topeng manusia (halus, kasar, tua, muda), topeng binatang (binatang buas, binatang bertanduk, binatak tidak buas, binatang burung) dan topeng makhluk ajaib atau makhluk tak nyata namun setiap kategori memiliki gaya-gaya yang berbeda. Meskipun gagasan yang akan diwujudkan dan gambaran umum tentang sesuatu itu relatif sama, tetapi bahasa (idiom) untuk mewujudkannya belum tentu sama. Itulah yang dimaksud dengan gaya. Bahasa (idiom) dalam dunia topeng bukan melalui sebuah kata-kata tetapi melalui bentuk visual. Gagasan adalah isi yang berbeda-beda sesuai dengan lingkungan, mitologi, cerita, dan sebagainya yang bersumber dari budaya masing-masing. Bahasa adalah idiom berbeda-beda sesuai dengan nilai dan teknik masingmasing. Dengan kata lain gagasan (isi) adalah yang digambarkan dan bahasa (idiom) adalah penggambarannya. Keduanya berkembang dengan proses yang panjang dalam sejarah sosial budaya setempat (Endo Suanda, 2005:67). Penggolongan jenis topeng secara artistic dan cultural bisa diterjemahkan menjadi bentuk yang berbeda-beda a. Topeng Binatang Budaya yang beranekaragam semakin memperkaya perwujudan gagasan dalam proses penciptaan suatu topeng. Tumbuhnya imajinasi manusia dalam dunia kesenian menimbulkan munculnya figur-figur topeng binatang.

13

1) Topeng Burung Paruh merupakan sebuah gambaran utama pada sebuah topeng burung. Penggambarannya pun juga bermacam-macam baik berbentuk lukisan maupun ukiran.

Gambar 3. Topeng Hudoq (Sumber:https://putratonyooi.wordpress.com/2012/02/02/363/) diunduh pada 06/08/2015 pukul 09.50 WIB.

Gambar 4. topeng Garuda Wisnu Kencana (Sumber:http://www.pantip.com/topic/31781464) diunduh pada 06/08/2015 pukul 09.50 WIB.

14

Gambaran pada setiap daerah juga menunjukan perbedaan dalam tiga hal yaitu gaya atau bentuk representasinya, tingkat abstraksinya, dan unsur yang direpresentasikan atau disimbolkannya. 2) Topeng Binatang Bertanduk Tanduk merupakan sebuah identitas dari suatu jenis binatang. Selain itu, tanduk juga terdapat pada makhluk yang mirip manusia, raksasa, atau dewa. Tanduk merupakan sebuah bagian badaniah yang berfungsi sebagai senjata. Dalam beberapa tradisi, tanduk menjadi simbol kekuatan, ketangguhan, atau kegagahan, baik secara fisik, ekonomi (harta), maupun spiritual (Endo Suanda, 2005:71).

Gambar 5. Topeng Kebo Giro (Sumber:http://www. budaya-indonesia.org/Kebo-Giro/) diunduh pada 06/08/2015 pukul 09.50 WIB.

15

3) Topeng Binatang Buas Gambaran binatang buas yang sering digunakan sebagai topeng adalah ular (naga), buaya, singa, harimau, babi hutan. Yang lebih ditonjolkan dalam penggambaran hewan buas ini adalah unsur kekuatan sebagai simbol dari kebuasan tersebut, seperti gigi dan taring yang besar dan tajam sehingga ekspresinya terlihat seram, perkasa, dan ganas.

Gambar 6. Topeng Babi (sumber:http://www.kaskus.co.id/thread/517b4de01ad719812f00000a/menge nal-kesenian-barong-bali) diunduh pada 06/08/2015 pukul 09.50 WIB.

4) Topeng Binatang Tidak Buas Binatang-binatang yang tidak buas (yang umumnya bisa dijinakkan) banyak pula digunakan sebagai simbol yang berhubungan dengan kepercayaan setempat, seperti lambang-lambang kesuburan, harmoni lingkungan, atau keseimbangan sosial (Endo Suanda, 2005:86). Topeng-topeng binatang jinak banyak terdapat dalam tradisi pertunjukan wayang orang di Yogyakarta, Malang, dan Bali. Di

16

Yogyakarta topeng binatang tidak buas seringkali dijumpai pada pertunjukan wayang orang, yang bentuknya hampir realistis. Dalam tradisi wayang malang terdapat tokoh sapi yang sering dijumpai, sedangkan pada pertunjukan topeng di Bali topeng kera dan katak sering dijumpai pada setiap pertunjukan.

Gambar 7. Topeng Barong Gajah (sumber:http://www.kaskus.co.id/thread/517b4de01ad719812f00000a/menge nal-kesenian-barong-bali) diunduh pada 06/08/2015 pukul 09.50 WIB..

Gambar 8. Topeng Kera Bojog (sumber: http://www.mekarbhuana.com/Topeng-Bojog) diunduh pada 06/08/2015 pukul 09.50 WIB.

17

5) Topeng Binatang Khayal Jenis binatang lain yang juga digunakan sebagai penggambaran topeng adalah binatang khayal, abstrak, imajiner atau ajaib. Sebenarnya, garuda dan naga tergolong binatang ajaib karena bentuknya tidak seperti burung dan ular pada umumnya. Di Jawa dan Bali, barong (Berok) tidak dapat diklasifikasikan kedalam jenis binatang tertentu. Istilah itu mungkin berasal dari penamaan makhluk mitologis yang tidak ada dalam dunia nyata.

Gambar 9. Topeng Barong (Bali) (Sumber:http://www.infoobjek.wordpress.com/category/wisata/tari-bali/taribarong/page/2/) diunduh pada 06/08/2015 pukul 09.50 WIB.

b. Topeng manusia Topeng yang berbentuk binatang umumnya tidak memiliki pembagian watak atau karakter binatang tersebut. Tetapi, topeng-topeng yang wajahnya memanusia termasuk dewa dan raksasa banyak yang memiliki perbedaan karakter yang lebih rinci. Maksud dari karakter disini adalah yang berhubungan dengan pancaran ekspresi atau suasana kejiwaan

18

seperti tenang, manis, bengis, lucu, seram dan sebagainya bukan pada hubungannya dengan tabiat atau watak (seperti baik dan buruk atau jahat) walaupun antara keduanya (pancaran kejiwaan dan tabiat) seringkali memiliki hubungan yang paralel (Endo Suanda, 2005:93). 1) Karakter Pada budaya yang memiliki tradisi dimana masing-masing topeng dijadikan satu sehingga dapat menampilkan suatu cerita, pembedaan karakter bisa dibandingkan dengan penggolongan watak tokoh-tokoh ceriteranya. Cerita tradisional umumnya menampilkan berbagai tokoh dengan watak atau tabiat yang berbeda-beda. Watak itu digambarkan secara jelas dan seolah baku. 2) Warna Warna merupakan unsur yang penting dalam membentuk suatu karakter. Kebanyakan dalam budaya tradisi simbol warna mempunyai arti tertentu seperti warna putih sebagai simbol kesucian dan merah sebagai simbol kemarahan. Selain itu juga ditemukan beberapa warna lain (biru, kuning, hijau dan sebagainya) termasuk warna-warna campuran. Endo Suanda menjelaskan penyelewengan variasi warna topeng dalam bukunya yang berjudul Topeng bahwa variasi warna tersebut adalah: .Dalam kesenian, aturan itu tidak sepertirumus-rumus ilmu pasti, melainkan selalu ada variasinya. Dalam kriteria kesenian tradisi, penyelewengan seperti itu biasa terjadi. Hanya saja kreasi unik tersebut ada yang kemudian dianggap hasil karya kreatif dan sebaliknya ada yang dianggap ngawur(Endo Suanda, 2005:97).

19

Dalam kesenian, aturan pewarnaan suatu topeng tidak seperti rumus-rumus ilmu pasti melainkan selalu ada variasinya, mungkin terlalu rumit untuk membicarakan variasi-variasi warna secara terperinci karena pada kenyataannya tidaklah sedemikian teratur.

B. PENCIPTAN SENI 1. Seni Ki Hajar Dewantara menjelaskan bahwa seni yaitu segala perbuatan manusia yang timbul dari hidup perasaannya dan bersifat indah hingga dapat menggerakkan jiwa perasaan manusia (Mikke Susanto, 2011: 354). Sedangkan Mikke Susanto menjelaskan tentang seni dalam bukunya yang berjudul Diksi Rupa, bahwa: ....Pengertian mengenai seni, salah satunya adalah karya manusia yang mengkomunikasikan pengalaman-pengalaman batinnya, pengalaman batin itu disajikan secara indah atau menarik. Sehingga merangsang timbulnya pengalaman batin pula pada manusia lain yang menghayatinya. Kelahirannya tidak didorong hasrat memenuhi kebutuhan pokok, melainkan merupakan usaha untuk melengkapi dan menyempurnakan derajat kemanusiaan memenuhi kebutuhan yang sifatnya spiritual(Mikke Susanto, 2011:354). Dalam hal ini seni juga merupakan produk keindahan yang dapat menggerakkan perasaan indah orang lain yang melihatnya. Dalam definisi ini dengan tegas dinyatakan bahwa seni adalah kegiatan rohani, bukan sematamata kegiatan jasmani. Pengertian lain menyebutkan bahwa seni adalah suatu bentuk keterampilan yang diperoleh melalui pengalaman, belajar, atau pengamatan-pengamatan (Nooryan Bahari, 2008: 61). Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa seni adalah hasil karya manusia yang merupakan penyampaian pengalaman batinnya yang disajikan

20

secara indah dan menarik sehingga merangsang munculnya pengalaman batin penikmat yang menghayatinya. Apa yang dijelaskan di atas tentang seni berbeda dengan benda seni atau karya seni karena seni merupakan sebuah nilai untuk karya seni Karya seni merupakan suatu bentuk yang terindera karena mempunyai bentuk atau artefak yang dapat dilihat, didengar, atau dilihat sekaligus didengar (visual, audio, dan audio-visual) seperti lukisan, patung, musik, theater, video art (Jakob Sumardjo, 2000: 45). a. Seni Lukis Seni lukis adalah salah satu lingkup seni rupa murni berwujud dua dimensi. Karya seni lukis yang sering disebut juga lukisan, umumnya dibuat diatas kain kanvas berpigura dangan bahan cat minyak, cat akrilik, atau bahan lainnya (Agus Sachari. 2004:10). Dengan dasar pengertian yang sama, seni lukis adalah sebuah pengembangan yang lebih utuh dari menggambar. Melukis adalah kegiatan mengolah medium dua dimensi atau permukaan dari objek tiga dimensi untuk mendapat kesan tertentu dengan syarat bisa memberikan imaji tertentu kepada media yang digunakan. Seni lukis dapat dikatakan sebagai suatu ungkapan pengalaman estetik seseorang yang dituangkan dalam bidang dua dimensi (dwimatra), dengan menggunakan medium rupa, yaitu garis, warna, tekstur, shape, dan sebagainya. Pada mulanya seni gambar merupakan karya ilustrasi, yaitu untuk menerangkan atau memberi keterangan terhadap orang lain atau lebih tepat sebagai gambar keterangan. Di sisi lain menggambar merupakan medium untuk mencapai simbol figuratif dalam pencapaian bentuk seni lukis.

21

Banyaknya aliran dan media di dalam seni lukis yang ada, maka salah satu yang patut diperhitungkan adalah kehadiran bentuk seni lukis kaca. Kaca adalah sebuah media yang cukup menantang dan dapat melatih sebuah kreatifitas seorang seniman dalam menuangkan artistik. Dengan media yang tembus pandang, membuat seorang seniman memerlukan teknik tersendiri dan teknis tersebut sangat berbeda dalam media konvensional lain. Objek kaca merupakan suatu perangsang untuk tumbuhnya suatu bentuk baru, yang dimaksud adalah kebebasan mengasosiasikan objek dan lukisannya menggunakan tahapan tertentu yang sama sekali boleh dikatakan berlawanan bila dengan menggunakan media konvensional. Sutopo menjelaskan bahwa lukisan kaca barangkali hanya suatu gerakan dari rasa kejenuhan melukis dengan media yang telah terbina dilakukan banyak orang (Sutopo, 1994:27). Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa seni lukis kaca tetap saja menyangkut hal kejiwaan, yaitu sebuah rasa untuk menyalurkan pengalaman batin dengan menggunakan media kaca tetapi untuk memperoleh kepuasan tersendiri berbeda dengan media kain. b. Seni Keramik Seni Keramik adalah cabang seni rupa yang mengolah material keramik untuk

membuat

karya

seni

dari

yang

bersifat

tradisional

sampai kontemporer (Ponimin, 2010:32). Seni kerajinan keramik adalah kerajinan yang menggunakan bahan baku dari tanah liat yang melalui proses pembentukan (pijit, lempeng, pilin, putar, atau cor) yang kemudian masuk kedalam proses pembakaran dan yang terakhir proses pewarnaan sehingga

22

menghasilkan barang atau benda pakai dan benda hias yang indah. Contohnya: gerabah, piring dan lain-lain. Membuat keramik memerlukan teknik-teknik yang khusus. Hal ini berkaitan dengan sifat tanah liat yang plastis dimana diperlukan ketrampilan tertentu dalam pengolahan maupun penanganannya. Keplastisan tanah mempengaruhi pembentukan keramik. Bila tanah liat mengeras bisa ditambahkan air agar tingkat keplastisan tanah liat tetap terjaga. Selain itu proses pembakaran keramik juga harus melalui tahapan-tahapan tertentu seperti tahapan penguapan air dan tahapan pematangan keramik (Ponimin, 2010:55). Membuat keramik berbeda dengan membuat kerajinan kayu, logam, maupun yang lainnya. Proses membuat keramik adalah rangkaian proses yang panjang yang di dalamnya terdapat tahapan-tahapan kritis. Kritis, karena tahapan ini paling beresiko terhadap kegagalan. Tahapan proses dalam membuat keramik saling berkaitan antara satu dengan lainnya. Proses awal yang dikerjakan dengan baik, akan menghasilkan produk yang baik juga. Demikian sebaliknya, kesalahan di tahapan awal proses akan mengasilkan produk yang kurang baik juga. Ragam teknik pembentukan dan tahapan proses pembentukan dapat dilakukan secara langsung (hand building) dan pembentukan tak langsung (teknik cetak). Pembentukan dengan cara langsung (hand building) merupakan teknik dalam pembuatan keramik dimana benda dibentuk langsung menggunakan tangan. Teknik ini memiliki beragam cara untuk pembentukan diantaranya adalah teknik pijit, lempeng, pilin, dan teknik pembentukan bebas (Ponimin, 2010:55).

23

Beberapa teknik secara langsung (hand building) yaitu : 1) Teknik Pijit (Pinching) Teknik pijit atau yang disebut pinching adalah teknik membentuk keramik dengan tangan langsung tanpa menggunakan alat bantu untuk membuat benda-benda yang tidak beraturan (Ponimin, 2010:56). Tahapantahapan pembuatan keramik dengan teknik pijit yaitu tahap pertama diawali dengan mengambil tanah secukupnya yang dibentuk menjadi bulatan dan kemudian ditekan dengan jari sehingga membentuk dinding keramik. Pemijitan dilakukan terus-menerus sampai membentuk benda yang diinginkan. Setelah benda terbentuk dengan sempurna maka perlu dihaluskan dengan cara memoleskan sedikit air. Proses pembuatan keramik dengan teknik pijit dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Gambar 10. Teknik Pijit (Pinching) (Sumber:http://www.designes.biz/2014/11/teknik-membuat-keramik.html) diunduh pada 06/08/2015 pukul 09.50 WIB.

2) Teknik Lempeng (Slabing) Teknik lempeng atau slabing merupakan teknik yang digunakan untuk membuat benda gerabah berbentuk kubistis atau kubus dengan permukaan yang rata (Ponimin, 2010:56). Berikut tahapannya:

24

a) Memipihkan tanah untuk menghasilkan ketebalan yang sama. b) Memotong tanah menjadi beberapa bagian sesuai dengan yang diinginkan. c) Menggores

bagian

tanah

yang

akan

disambung

dengan

menggunakan jarum atau kayu yang berukuran kecil. d) Menyambungkan satu-demi satu bagian dengan cara memberi lem (bubur tanah sejenis) pada goresan bagian yang di gores. e) Menyempurnakan bentuk keramik yang telah jadi dengan merapikan sisi permukaannya untuk memberikan dekorasi.

Gambar 11. Teknik Lempeng (Slabing) (Sumber:http://www.designes.biz/2014/11/teknik-membuat-keramik.html) diunduh pada 06/08/2015 pukul 09.50 WIB.

25

3) Teknik Pilin (Coiling) Sesuai dengan namanya, keramik pilin terbuat dari susunan pilinan yang sambung-menyambung sampai membentuk benda yang diinginkan. Biasanya digunakan dalam membentuk benda-benda yang berbentuk silindris (Ponimin, 2010:56). Proses membuat keramik pilin sebagai berikut: 1) Membuat keramik pilin diawali dengan membentuk tanah liat menjadi bulatan-bulatan yang kemudian menjadi pilinan. 2) Membuat alas benda harus dilakukan pada awal proses pembentukan, bentuk alas dapat disesuaikan dengan keinginan. 3) Memasang pilinan satu-persatu sampai membentuk bodi keramik

Gambar 12. Teknik Pilin (Coiling) (Sumber:http://www.designes.biz/2014/11/teknik-membuat-keramik.html) diunduh pada 06/08/2015 pukul 09.50 WIB.

4) Teknik Putar (Throwing) Teknik dengan menggunakan alat putar ini biasanya digunakan untuk membuat benda-benda silindris. Untuk membuat keramik dengan teknik putar atau throwing, anda memerlukan alat bantu berupa subang

26

pelarik atau alat putar elektrik (Ponimin, 2010:56). Tahapan pembentukan keramik dengan Teknik Putar sebagai berikut : a) Memusatkan tanah dengan cara meletakkan tanah pada pusat alat putar. b) Menekan dengan menggunakan kedua tangan, tangan yang satu menekan dari bagian atas, sedangkan yang satu dari arah samping. c) Coning yakni tahap pembentukan tanah seperti kerucut (cone) dengan cara menekan tanah liat pada bagian samping menggunakan kedua tangan kemudaian menekan tanah ke bawah, sehingga membentuk seperti mangkuk. d) Opening dan raising adalah tahap melubangi (open up) dan menaikkan (pulling up) tanah liat ke bagian atas tangan, tangan yang di dalam menekan keluar, sedangkan tangan yang diluar menahan sehingga membentuk silinder. e) Forming disebut juga tahap membentuk (shaping) yang sangat penting untuk menentukan bentuk keramik sesuai dengan desain. f) Refiting the Contour yakni pengecekan sisi dan bentuk keramik dengan menggunakan penggaris atau kawat untuk mengukur tinggi dan jangka lengkung unutk mengukur diameter.

27

Gambar 13. Teknik Putar (Throwing) (Sumber:http://www.designes.biz/2014/11/teknik-membuat-keramik.html) diunduh pada 06/08/2015 pukul 09.50 WIB.

Pembentukan dengan teknik cetak adalah suatu teknik dalam pembuatan keramik untuk menghasilkan bentuk benda keramik dengan menggunakan alat pencetak (Ponimin, 2010:59). Pembentukan tak langsung (teknik cetak). yaitu : 1) Teknik Cor atau Tuang (Sliping) Pembuatan keramik dengan teknik catak sangat bevarisai tergantung dengan bentuk yang diinginkan. Salah satu teknik cetak adalah dengan menggunakan model cetakan sebagai acuan dalam pembuatan benda keramik yang akan dibuat (Ponimin, 2010:59). Berikut prosesnya: a) Membuat model benda keramik yang diinginkan yang berbahan tanah liat. b) Menentukan garis tengah pada model untuk menentukan belahan cetakan gips. c) Menutup model dengan bahan alumunium untuk membuat cetakan gips pertama kemudaian mengikatnya.

28

d) Menuang adonan gips kedalam cetakan dan tunggu hingga gips mengering. e) Menyatukan cetakan kemudian membuat tirus menggunakan tanah liat plastis yang digunakan untuk membuat lubang cetakan gips. f) Membuka dan kemudian bersihkan dan jemur hingga kering. g) Gips hasil cetakan disatukan dan diikat kuat dengan menggunakan karet. h) Menuangkan tanah liat kedalam cetakan hingga penuh, lakukan sampai membentuk ketebalan yang di inginkan. i) Melepaskan karet pengikat apabila dirasa telah kering, buka cetakan gips dan keluarkan hasil cetakan kemudian keringkan.

Gambar 14. Teknik Cor atau Tuang (Sliping) (Sumber:http://www.designes.biz/2014/11/teknik-membuat-keramik.html) diunduh pada 06/08/2015 pukul 09.50 WIB.

29

c. Seni Instalasi Seni

instalasi adalah

seni yang

memasang,

menyatukan,

dan

mengkontruksi sejumlah benda yang dianggap bisa merujuk pada suatu konteks kesadaran makna tertentu. Biasanya makna dalam persoalanpersoalan sosial-politik dan hal lain yang bersifat kontemporer diangkat dalam konsep seni instalasi ini. Seni instalasi dalam konteks visual merupakan perupaan yang menyajikan visual tiga dimensional yang memperhitungkan elemen-elemen

ruang,

waktu,

suara,

cahaya,

interaksi spektator (pengunjung pameran) sebagai olah rupa

gerak

konsepsi

(https://id.wikipedia.org/wiki/Seni_instalasi

akhir

diakses

dan dari pada

10/12/2015 pukul 21.14 wib) Hal penting lain yang cukup signifikan dalam Karya Seni Rupa Instalasi adalah dimana proses berkarya merupakan kesatuan unit penilaian yang turut menentukan ukuran dan nilai seni. Unsur peristiwa atau tepatnya proses kejadian suatu peristiwa telah dianggap sebagai representasi sehingga di sini secara otomatis akan terjadi kontak antara objek dan penonton. Secara kebentukan Seni Rupa Instalasi masih merupakan sebuah seni yang mengalami banyak perkembangan, mulai dari ekspresi yang dilahirkan hingga pada tingkat praktisnya. Seperti penggunaan efek teknologi multimedia, gerakan-gerakan (kinetik), mesin, lampu (laser), musik (bunyi), tari (gerak) dan video sampai pada respon terhadap alam yang dibentuk dalam efek sebuah perakitan atau penginstalan.

30

MK Wulandari dalam jurnalnya Tugas Akhir Galeri Seni Rupa Kontemporer menggolongkan medium seni rupa instalasi yang sedang berkembang: 1) Site Specific Art (Site Work) adalah seni rupa instalasi yang di tampilkan secara khusus melalui pemanfaatan dan penggunaan suatu tempat atau ruang dengan berbagai karakter yang spesifik. Karya Seni Rupa Instalasi ini berkembang di Amerika sekitar tahun 1977 dengan tokohnya Richard Serra. 2) Video Installation adalah Seni Rupa Instalasi yang memanfaatkan televisi yang disusun menjadi sebuah patung dengan monitor yang banyak dengan berbagai bahasa tayang televisi yang spontan, tak ada sambungannya, menghibur. Seni Rupa Instalasi semacam ini muncul pada tahun 1965 disaat negara Amerika dilanda kegilaan terhadap televisi. Dengan tokohnya seorang seniman dan musisi kebangsaan Korea yang lahir di Amerika yaitu Nam June Paik. 3) Indigenouse Art adalah Seni Rupa Instalasi yang mempergunakan potensi lingkungan alam semesta yang tumbuh disuatu tempat, baik dalam keadaan yang alamiah maupun berupa material mentah yang dapat diproses menjadi karya seni. Seni Rupa jenis ini berkembang pertama kali di Asia khususnya di Filipina, yang melahirkan seniman seperti Junyee,dan Hermisanto (MK Wulandari, 2011:37) Berikut masih membicarakan medium seni rupa instalasi yang sedang berkembang baik di barat maupun di negara ketiga (selain barat) antara lain:

31

1) Assemblage, yaitu sebuah gambar tiga-dimensi yang dibuat dari berbagai material, terutama yang digunakan sehari-hari. 2) Conceptual Art, muncul pada tahun 1960-an. Keutamaannya terletak pada ide mendasar dari sebuah karya. Hal ini sering diwujudkan semata-mata lewat bahasa (misalnya teks atau catatan). Eksekusi karya dilihat sebagai hal sekunder, bahkan kadang-kadang kurang berarti. 3) Minimalis Art, yaitu sebuah tren seni 1960-an yang membawa lukisan atau patung kembali pada bentuk-bentuk dasar geometrik dan menempatkannya dalam sebuah relasi yang kuat dengan ruang dan pengamat. 4) Internet Art, yaitu sebuah bentuk seni yang menggunakan media digital seperti komputer dan internet. 5) Environmental Art, yaitu ruang interior maupun eksterior yang secara keseluruhan dipadukan oleh seniman yang pada akhirnya menyatukan pengamat seni dalam sebuah pengalaman estetik. Metode presentasi karya seni instalasi kontemporer saat ini banyak menggunakan metode yang non-konvensional dan cenderung unik. Sari, Swastika Poppy dalam jurnalnya yang berjudul Tinjauan Galeri Seni Rupa Kontemporer menggolongkan metode yang digunakan tersebut dalam memamerkan karya seni instalasi kontemporer yaitu sebagai berikut: 1) Metode pengunjung aktif secara fisik, seperti melihat benda-benda kecil dengan menggunakan mikroskop 2) Metode pengunjung aktif, misalnya Pengunjung menekan tombol tertentu untuk menggerakkan sesuatu.

32

3) museum dapat memanfaatkan permainan yang merangsang intelektual dan keingintahuan. 4) Metode demonstrasi langsung dari seniman lewat performance art dengan atau tanpa melibatkan pengunjung. 5) Pengunjung diajak untuk ikut aktif secara intelektual. Sedangkan dari wujud presentasi karyanya sendiri dapat digolongkan sebagai berikut: 1) Unsecured Object, cara ini diterapkan untuk benda-benda yang tidak membutuhkan penanganan dan pengamanan khusus. 2) Fastened Object, pada cara ini benda dipertahankan pada suatu posisi tertentu agar tidak berpindah tempat. 3) Enclose Object, benda-benda yang dipamerkan dilindungi dengan pagar atau kaca. 4) Animed

Object,

benda-benda

pamer

digerakkan

sehingga

memunculkan atraksi yang menarik bagi pengunjung. 5) Diorama, yaitu benda-benda yang dipamerkan meniru bentuk benda asli melalui miniaturnya atau seukuran benda aslinya dengan menampilkan suatu sekuen tertentu. 6) Teknik

Simulasi

berpetualang

atau

yaitu

dengan

mengalami

mengajak

suatu

kondisi

pengunjung atau

untuk

mengalami

pengalaman visual tertentu dalam pameran (Swastika Poppy Sari. 2012: 31).

33

d. Seni Patung Seni patung adalah cabang seni rupa yang hasil karyanya berwujud tiga dimensi. Biasanya diciptakan dengan cara memahat, modeling (misalnya dengan bahan tanah liat) atau kasting (dengan cetakan). Di setiap benua, seni patung mempunyai bentuk yang berbeda-beda dengan sejarah masing-masing yang berbeda pula (MK Wulandari, 2011:12). Patung adalah benda tiga dimensi karya manusia yang diakui secara khusus sebagai suatu karya seni. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, patung diartikan benda tiruan bentuk manusia dan binatang yang cara pembuatannya dipahat. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2008:1134). Pengertian ini didasarkan terjemahan dari bahasa Inggris, sculpture, karena pematung jaman dahulu kebanyakan menggunakan teknik memahat. Jenis-Jenis Patung Sebagai Benda Seni. 1) Relief. Relief merupakan seni patung tertua yang dapat kita temukan di dinding-dinding candi dan berbagai benda zaman dahulu. Relief dianggap sebagai benda patung yang dikerjakan dalam bidang dasar dua dimensi. Jenis-jenis relief : a) Bas Relief adalah patung relief yang pahatannya sangat menonjol dan jelas. Bas relie banyak ditemukan pada bangunan kuno seperti kuil Parthenon Yunani. b) Alto relief adalah patung relief yang tidak cukup menonjol dan tidak terlalu jelas. Relief ini banyak ditemukan di pemakaman masa Firaun Mesir.

34

c) Sunken Relief adalah jenis relief yang sama sekali tidak menonjol, namun terlihat cekung masuk ke dalam batuan atau benda material pahatannya. Sunken relief belum jelas keberadaanya. 2) Patung Tiga Dimensi Patung

tiga

dimensi

disebut

juga

patung

yang

independent/merdeka dan berdiri sendiri. Pengertian karya tiga dimensi ialah bahwa karya tersebut dapat dilihat maupun dihayati secara berkeliling atau dapat dilihat dari segala arah (Sudarsono, 2000:1). Contoh patung tiga dimensi adalah patung-patung di kuil Yunani, kuil Romawi serta yang ditemukan di area abad pertengahan, termasuk patung David yang dibuat oleh Michael Angelo. 3) Patung Kinetis Patung Kinetis adalah jenis patung 3 dimensi yang dapat bergerakgerak, baik dengan bantuan tenaga mesin, tenaga air dan tenaga angin. Air mancur adalah salah satu bentuk inovasi patung kinetis. Meskipun pada kenyataannya air mancur ini tidak memanfaatkan tenaga air melainkan dibentuk sedemikian rupa sehingga air bisa mengalir dengan deras dan indah (Sudarsono, 2000:1). Hari

Akbar

Dalam

jurnalnya

yang

berjudul

Seni

Patung

menggolongkan jenis-jenis corak patung berdasarkan perwujudannya, ragam seni patung modern dapat dibedakan menjadi tiga:

35

1) Corak Imitatif (Realis/ Representatif) Corak ini merupakan tiruan dari bentuk alam (manusia, binatang dan tumbuhan). Perwujudannya berdasarkan fisio plastis atau bentuk fisik baik anatomi proporsi, maupun gerak. Patung corak realis tampak pada karya Hendro, Trubus, Saptoto dan Edy Sunarso. 2) Corak Deformatif Patung corak ini bentuknya telah banyak berubah dari tiruan alam. Bentuk-bentuk alam diubah menurut gagasan imajinasi pematung. Pengubahan dan bentuk alam diubah menjadi bentuk baru yang keluar dari bentuk aslinya. Karya ini tampak pada karya But Mochtar G Sidhartha. 3) Corak Nonfiguratif (Abstrak) Patung ini secara umum sudah meninggalkan bentuk-bentuk alam untuk perwujudannya bersifat abstrak. Karya ini tampak pada karya Rita Widagdo yang tidak pernah sedikitpun menampilkan bentuk yang umum dikenal seperti bentuk-bentuk yang ada di alam (Hari Akbar, 2012: 8). Gregorius Sidharta Soegijo dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar Mematung Media berkarya patung adalah berupa bahan, alat dan teknik yang dipergunakan dalam berkarya patung. Bahan patung dibedakan menjadi tiga, yaitu lunak, sedang, dan keras. 1) Bahan lunak, adalah material yang empuk dan mudah dibentuk. Misalnya tanah liat, plastisin, clay, dan sabun. 2) Bahan sedang, artinya lunak dan tidak keras. Misalnya kayu waru, kayu sengon, kayu randu, dan kayu mahoni.

36

3) Bahan keras dapat berupa kayu atau batu-batuan. Contohnya kayu jati, kayu sonokeling, kayu ulin, batu padas, batu granit, batu andesit, dan batu pualam (marmer) (Gregorius Sidharta Soegijo, 1987: 34). Beberapa teknik membuat patung: 1) Teknik membutsir, yaitu membuat patung dengan cara memijit, menambah dan mengurangi bahan yang dibentuk, dengan dibantu alat butsir. Bahan tersebut bersifat plastis (mudah dibentuk sesuai keinginan). Sedangkan bahan yang dapat dipakai dalam teknik ini antara lain tanah liat, plastisin, tepung clay, bubur kertas dan sejenisnya. 2) Teknik memahat, yaitu membuat patung dengan cara mengurangi bahan yang dibentuk. Pada cara ini dibutuhkan alat perangkat keras seperti gergaji, pahat, palu, dan lainnya. Dan membutuhkan bahan bahan seperti, balok es, batu, kayu, gading, tulang, tanduk dan lainnya. 3) Teknik cor, yaitu membuat patung dengan cara mencairkan bahan, kemudian dituangkan ke dalam alat cetak dan ditunggu sampai mengeras kembali. Bahan teknik cor antara lain semen dan pasir, besi yang di lelehkan, perunggu, kuningan, emas, perak, tembaga, dan bahan bahan lainnya. Sedangkan alatnya yaitu cetakan (bisa dari gip, logam, plastik, dll) (Gregorius Sidharta Soegijo, 1987: 35).

37

2. Komponen Karya Seni a. Subject Matter atau Tema Subject Matter merupakan bentuk dalam ide seorang seniman, artinya bentuk yang belum dituangkan dalam media atau belum lahir sebagai bentuk fisik. Dalam seni yang representative, atau non abstrak maka temanya adalah alam. Tetapi dalam seni abstrak yang tidak menggambarkan apa-apa, subject matter atau tema beberapa ide atau konsep-konsep intelektual yang lebih sulit dimengerti bila dibandingkan dengan tema-tema yang didasarkan atas suatu objek atau fakta (P. Mulyadi, 1996: 28). Subject Matter dalam seni adalah sesuatu (persoalan) yang akan diungkap pada suatu karya dan oleh karena itu sering kali juga disebut pokok soal atau tema. Dengan kata lain, subject metter adalah apa-apa yang diungkapkan dalam suatu karya (P. Mulyadi, 1996: 15). Tema merupakan gagasan yang hendak dikomunikasikan pencipta karya seni kepada masyarakat atau penikmat seni (Nooryan Bahari, 2008: 22). Objek-objek atau gagasan yang dipakai dalam berkarya yang ada dalam sebuah karya seni (Mikke Susanto, 2011: 383). Subject matter dalam karya penulis adalah keindahan dan keunikan bentuk topeng. Penulis tertarik untuk mengusung tema tentang topeng dan mengilustrasikan beberapa topeng ke dalam karya seni. b. Bentuk (Form) Apa yang dimaksud dengan bentuk (Form) adalah totalitas dari pada karya seni. Yang dimaksud "bentuk" dalam suatu karya seni adalah aspek visualnya, atau yang terlihat itu, yaitu karya seni itu sendiri. Ini berarti bahwa

38

bentuk adalah sesuatu yang dapat ditangkap dengan pancaindera, dengan kata lain bisa dilihat, diraba, atau didengar (dalam musik) (P. Mulyadi, 1996: 16). Sebagai unsur seni, bentuk hadir sebagai manifestasi fisik dari objek yang dijiwai yang disebut juga sebagai sosok (dalam bahasa Inggris disebut form) dan juga bentuk yang hadir karena tidak dijiwai atau secara kebetulan (dalam bahasa Inggris disebut shape) yang dipakai juga dengan kata wujud atau raga. Aristoteles menganggap Seni sebagai tiruan dari kenyataan atau alam, bukan sebagai pantulan gambar cermin, tetapi melibatkan perenungan atau meditasi yang kompleks atas kenyataan alam (Jakob Sumardjo, 2000:129). Karya yang ingin divisualisasikan oleh penulis adalah sebuah karya yang terbentuk dari bermacam-macam media tetapi dengan satu tema yaitu topeng. Tujuan dari karya ini adalah sebagai ujian tolak ukur kemampuan penulis dalam menciptakan karya yang kaya akan bentuk sehingga menciptakan karya-karya baru yang khas dari penulis. c. Isi atau Makna P. Mulyadi dalam bukunya yang berjudul Pengetahuan Seni, menjelaskan bahwa: ....Isi disebut sebagai kualitas atau arti, yang ada dalam suatu karya seni. Isi juga disebut sebagai final statement, mood (suasana hati) atau pengalaman pengkayat. Isi merupakan arti yang essential daripada bentuk, dan seringkali dinyatakan sebagai sejenis emosi, aktifitas intelektual atau asosiasi yang kita lakukan terhadap suatu karya seni(P. Mulyadi. 1996:16). Karya ini merupakan hasil interpretasi dari berbagai macam ekspresi seseorang terhadap lingkungan sekitarnya. Dimana topeng sebagai faktor utama yang masing-masing dari topeng mempunyai arti dan menunjukkan makna tersendiri. Hal ini kembali kepada fungsi topeng pada era tradisional,

39

dimana topeng merupakan suatu karya seni fungsional yang mampu menceritakan setiap karakter dan watak suatu tokoh. Ekspresi yang digambarkan oleh setiap topeng memberikan arti tentang setiap watak atau kepribadian setiap manusia. Topeng dan raut wajah pada karya ini mencoba menceritakan tentang kemunafikan setiap individu, karena topeng sendiri merupakan suatu alat penutup wajah dimana wajah pemakai tidak akan pernah terlihat. Kemunafikan setiap individu ini merupakan suatu gambaran dimana banyak sekali orang yang mempunyai wajah

atau

kepribadian

ganda

ketika

mereka

beradaptasi

dengan

lingkungannya. Selain itu, karya ini juga menunjukan bahwa kebudayaan tradisional khususnya topeng merupakan kebudayaan yang sangat kental dengan sebuah ekspresi dimana topeng merupakan gambaran wajah suatu objek mimpi atau tidak nyata. Objek mimpi ini merupakan suatu mitos yang mempunyai gambaran karakter atau watak yang semu atau tidak terlihat secara jelas. Hal tersebut memberikan sebuah arti bahwa karya ini menjelaskan tentang suatu individu yang memiliki banyak sekali karakter didalam dirinya yang kemudian bisa dia lepas dan pakai sesuai dengan keadaan atau kondisi pada lingkungannya. 3. Unsur-unsur Bentuk a. Elemen-elemen Seni Rupa Elemen-elemen Seni rupa yang dimaksudkan dalam penciptaan karya ini adalah:

40

1) Garis Garis adalah perpaduan sejumlah titik-titik yang sejajar dan sama besar. Pada dasarnya garis merupakan deretan sebuah titik yang disusun secara berhimpitan sehingga menimbulkan sebuah kesan menyambung. Francis D.K Ching dalam tulisannya Menggambar Suatu Proses Kreatif membagi jenis-jenis garis menjadi dua bagian: a) Garis Kontur Garis adalah sebuah konvensi grafis yang kita terima karena kita melihat semua kontur sebagai garis-garis kontras yang berfungsi untuk memisahkan suatu benda dari benda yang lain. Dalam membatasi tepian benda, garis kontur juga menjelaskan rupa bentuknya, jika dilihat sebagai sesuatu yang datar, hasil bayangannya hanya tampak siluet dua dimensi. Sedangkan jika digunakan dalam sebuah kombinasi, garis kontur dapat juga mendeskripsikan bentuk tiga dimensi (Francis D.K Ching, 2003: 36). b) Garis Ekspresif Garis-garis yang mempunyai kualitas visual rupa bentuk, bobot,

tekstur,

arah

dan

gerak

yang

memungkinkannya

mengekspresikan kualitas bentuk dan ruang. Bila digunakan dalam satu rangkaian, garis dapat menjelaskan nada gelap terang dan tekstur permukaan (Francis D.K Ching, 2003: 37). Dalam seni lukis, garis dapat dibentuk dari perpaduan antara dua warna sedangkan dalam seni tiga dimensi, garis dapat dibentuk karena lengkungan, sudut yang memanjang maupun perpaduan teknik dan bahan-

41

bahan lainnya. Garis adalah unsur seni rupa yang paling sederhana tetapi penting dalam penampilan estetik. Garis selalu dapat diamati secara visual pada tiap benda alam dan pada hasil karya seni rupa. Wujud garis terdiri dari 1. Garis aktual atau garis formal yaitu garis grafis, tergambar, sungguhan, kongkrit dan nyata. 2. Garis ilusif atau sugestif yaitu garis semu atau khayali (Arfial Arsad Hakim. 1987:42). Fungsi garis pada dasarnya yaitu : a) Untuk memberikan representasi atau citra struktur, bentuk dan bidang. Garis ini sering disebut garis blabar (garis kontur) berfungsi sebagai batas/ tepi. b) Untuk menekankan nilai ekspresi seperti nilai gerak atau dinamika (movement), nilai irama (rhythm) dan nilai arah (direction). Garis ini disebut juga garis grafis. c) Untuk memberikan kesan matra (dimensi) dan kesan barik (tekstur). Garis ini sering disebut garis arsir atau garis tekstur. Garis tekstur lebih bisa dihayati dengan jalan meraba. Garis yang dimunculkan dalam karya penulis adalah garis-garis hasil dari goresan seperti garis lurus, lengkung dan garis gabungan yang menghasilkan

sebuah

garis-garis

arsir

yang

membentuk

kontur,

membentuk rupa, membentuk dimensi ruang dan membentuk kontras. 2) Bidang (Shape) Bidang (Shape) adalah sebuah bentuk yang sekelilingnya dibatasi oleh garis. Secara umum dikenal dalam dua jenis yakni, geometris seperti

42

lingkaran, segi empat, segi tiga dan segi-segi lainnya dan organis yang mempunyai bentuk bebas dan tidak terbatas (Nooryan Bahari. 2008:100). Unsur bidang dalam seni rupa adalah perkembangan dari penampilan garis, yaitu perpaduan garis-garis dalam kondisi tertentu. Bidang dapat diamati secara visual pada tiap benda alam dan pada hasil karya seni rupa. Dalam hal ini dibedakan antara bidang alamiah dan bidang yang dicipta (sengaja maupun tidak sengaja). Fungsi bidang dalam karya ini yaitu : a) Untuk menekankan nilai ekspresi dan nilai gerak (movement), nilai irama (rhythm) dan nilai arah (direction). b) Untuk memberikan batas dan bentuk serta ruang seperti yang tampak pada bangunan dan patung. c) Untuk memberikan kesan trimatra (3 dimensi) yang ditimbulkan oleh batasan panjang, lebar dan tinggi. Bidang yang akan digunakan dalam karya penulis adalah bidangbidang organik dan bidang gabungan. 3) Warna Warna adalah getaran atau gelombang yang diterima indra penglihatan manusia yang berasal dari pancaran cahaya melalui sebuah benda (Mikke Susanto. 2011:433) Beberapa istilah yang perlu diketahui dalam teori warna yaitu : a) Warna Primer, yakni warna dasar atau warna pokok yang tidak dapat diperoleh dari campuran warna lain. Warna primer terdiri dari merah, kuning, dan biru.

43

b) Warna Sekunder, yaitu warna yang diperoleh dari campuran kedua warna primer, misalnya warna ungu, orange (jingga), dan hijau. c) Warna Tersier, yakni warna yang merupakan hasil percampuran kedua warna sekunder. d) Warna analogus, yaitu deretan warna yang letaknya berdampingan dalam lingkaran warna, misalnya deretan dari warna ungu menuju warna merah, deretan warna hijau menuju warna kuning, dan lainlain. e) Warna komplementer, yakni warna kontras yang letaknya berseberangan dalam lingkaran warna, misalnya, kuning dengan ungu, merah dengan hijau, dan lain-lain. Warna merupakan salah satu unsur seni rupa yang sangat penting. Dalam karya ini fungsi warna yaitu sebagai pemberi pengaruh keindahan (fungsi estetis) dan sebagai arti simbol atau perlambangan yang mampu memperjelas makna atau cerita pada karya. 4) Tekstur atau Barik Tekstur atau Barik adalah kesan halus dan kasarnya permukaan lukisan atau gambar, atau perbedaan tinggi rendahnya permukaan lukisan atau gambar (Nooryan Bahari. 2008:102). Tekstur atau Barik merupakan unsur seni rupa yang memberikan watak / karakter pada permukaan bidang yang dapat dilihat dan diraba. Tekstur yang dapat dilihat atau diraba pada permukaan bidang dibedakan antara tekstur alamiah dan tekstur buatan.

44

a) Tekstur alamiah ialah watak bidang yang tercipta oleh alam, seperti urat kayu atau batu. b) Tekstur buatan atau tiruan ialah watak bidang yang dibuat (disebut juga tekstur simulasi), seperti membuat watak kayu pada bidang memberi kesan tekstur dengan cara tehnik gambar tertentu. Fungsi tekstur atau Barik dalam karya ini adalah untuk memberikan watak tertentu pada bidang permukaan yang dapat menimbulkan nilai estetik. Misalnya tekstur dari objek menunjukan bahwa objek yang divisualkan merupakan objek datar tanpa memberikan sebuah gambaran ruang tiga dimensi. 5) Cahaya dan Bayang-bayang Cahaya dan Bayang-bayang adalah unsur seni yang dapat memberikan pengaruh pada nilai keindahan karya seni. Cahaya dan bayang-bayang dibedakan menjadi dua jenis yaitu cahaya nyata dan cahaya semu. Cahaya nyata dalam seni tiga dimensi merupakan cahaya yang menerangi sebuah objek secara alami dan memisahkan efek visual dari benda-benda tersebut menjadi bagian gelap dan terang. Cahaya semu merupakan cahaya yang dapat ditemui pada karya dua dimensi, ilusi terang diakibatkan oleh pembubuhan warna terang pada bagian tertentu dari objek gambar atau lukisan yang membedakan dengan warna gelap pada bagian lain secara gradasi (Nooryan Bahari. 2008:103). Pada karya seni rupa, cahaya sengaja dihadirkan untuk kepentingan nilai estetis, artinya :

45

a) Unsur gelap terang (cahaya) pada karya seni rupa memberikan nilai ekspresi, misalnya untuk menampilkan kesan dramatis pada lukisan, seperti pada tema peperangan dengan ungkapan gelap terang. b) Unsur gelap terang (cahaya) pada karya senirupa memberikan nilai emosi, misalnya cahaya yang membus jendela kaca patri yang menimbulkan suasana khidmat pada interior mesjid atau gereja. c) Unsur gelap terang (cahaya) pada karya seni rupa memberikan kesan trimatra atau plastis pada benda yang diterpa oleh cahaya seperti pada bangunan dan benda. Dalam hal ini gelap terang (cahaya) dapat memperkuat sifat benda trimatra. Fungsi gelap terang cahaya pada karya ini adalah untuk memperjelas kehadiran unsur-unsur seni rupa lainnya. Peralihan dari gelap dan terang adalah upaya untuk mempertegas volume suatu bentuk sehingga mampu memberikan kesan bahwa terdapat suatu ilusi visual pada objek. 4. Prinsip Organisasi Unsur-unsur Rupa a. Kesatuan (Unity) Kesatuan merupakan efek yang dicapai dalam suatu susunan atau komposisi diantara hubungan unsur pendukung karya, sehingga secara keseluruhan menampilkan kesan tanggapan secara utuh (Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2010: 213). Cara pokok untuk mewujudkan kesatuan atau Unity dalam karya ini yaitu dengan menonjolkan unsur dominasi dari :

46

1) Objek Cara penempatan (lay out) suatu objek akan menarik perhatian penonton, Karena pada dasarnya mata seseorang akan tertarik pada tengah atau pusat pengamatan (center of interest) sehingga bentuk atau objek yang terletak ditengah akan selalu menarik perhatian utama. 2) Warna Sama dengan objek, warna juga mempengaruhi suatu pengamatan atau perhatian penonton. Ini disebabkan karena warna yang lebih terang akan lebih menonjol dibandingkan dengan warna yang gelap. 3) Ukuran Ilusi mata pada dasarnya terbentuk akibat dari ukuran suatu objek karena objek dengan ukuran yang lebih besar mampu menarik perhatian dengan lebih cepat dibandingkan dengan benda yang berukuran lebih kecil. Kesatuan di dalam karya penulis ditunjukkan dengan adanya penggunaan unsur-unsur rupa yang disusun sedemikian rupa sehingga memiliki keterkaitan antara satu dengan yang lain. b. Keseimbangan (Balance) Keseimbangan di dalam desain yaitu suatu kondisi atau kesan berat, tekanan, tegangan, sehingga memberi kesan stabil (seimbang) (Arfial Arsad Hakim, 1997: 6). Keseimbangan atau Balance yang dimaksud adalah cara mengatur beberapa benda, bidang atau objek dalam suatu media lukis agar hasilnya serasi dan harmonis.

47

Sadjiman Ebdi Sanyoto buku belum ada menjelaskan dalam bukunya NIRMANA: Elemen-elemen Seni dan Desain, bahwa: ....setidaknya terdapat dua jenis keseimbangan, yakni keseimbangan simetris dan keseimbangan asimetris. Keseimbangan simetris merupakan keseimbangan yang terjadi di mana sisi kanan- kiri sama persis, baik bentuk, warna, arah, maupun besaran ukuran. Keseimbangan asimetris adalah kebalikan dari keseimbangan simetris, di mana sisi kanan dan kiri tidak sama(Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2010: 237-240). Dunia seni menyebutkan bahwa ada beberapa macam keseimbangan atau Balance. Tetapi, dalam karya ini menggunakan keseimbangan asimetris yang berarti keseimbangan yang diterapkan pada pengaturan benda, bidang atau objek yang tidak sama ukuran besar kecilnya atau tidak sama posisi cara peletakkannya pada media lukis. c. Harmoni (ritme dan repetisi) Ritme (irama) suatu istilah yang biasanya dipakai di dalam musik dan puisi. Didalam seni rupa ritme berarti suatu susunan teratur yang ditimbulkan dari pengulangan sebuah atau beberapa unsur sehingga menimbulkan atau memberi kesan keterhubungan yang continue serta kesan gerak (Arfial Arsad Hakim, 1997: 18). Repetisi merupakan metode untuk menarik perhatian penghayat secara terus menerus terhadap unit unit visual pada suatu pola; dan merupakan cara yang mudah untuk mengikat keseluruhan unsur unsur desain kedalam suatu kesatuan (unity) (Arfial Arsad Hakim, 1997: 19). Penulis menampilkan harmoni dalam karya dengan melakukan pengulangan-pengulangan objek topeng.

48

d. Dominan (Domination) Penulis berpendapat bahwa hal menarik pertama yang bisa dilihat orang lain dan merupakan unsur dominasi dalam karyanya berada pada objek topeng yang memiliki kesan paling mencolok dari lainnya. Karena pada dasarnya, seperti yang disampaikan Sadjiman, dominan berarti menguasai, keunggulan, keunikan, atau keistimewaan. Dominasi merupakan daya tarik dalam karya seni (Sadjiman Ebdi Sanyoto, 2010:225). e. Perubahan Wujud Perubahan wujud diperlukan dalam diri sebagai penulis kreatif. Penulis kreatif dalam menggambarkan karyanya tidak semata-mata memindahkan objek ke dalam media gambar. Bisa dikatakan bahwa perubahan wujud yang muncul di dalam suatu karya merupakan bukti kreativitas seorang seniman dalam mengolah objek yang akan digambarnya. Setidaknya, terdapat empat jenis perubahan bentuk yang digunakan oleh penulis, yakni: 1) Abstraksi Secara sederhana penulis mengartikan bahwa abstraksi merupakan penyederhanaan dan penyusunan kembali objek., abstraksi merupakan penyederhanaan dan penyusunan kembali objek atau elemen bentuk untuk mengekspresikan perasaan seorang seniman dari realitas. Pengertian abstraksi menurut Narsen Afatara dalam (Disertasi Penciptaan Seni) Abstraksi Biomorfis sebagai Ekspresi Estetis adalah: .... dalam terminologi filosofis, adalah pemikiran di mana ide-ide dipisahkan dengan objek. Abstraksi menggunakan strategi simplifikasi di mana detail-detail konkret dibiarkan dalam kerangka ambigu atau tidak terdefinisikan(Narsen Afatara, 2011: 45).

49

2) Distorsi Proses ini terjadi dalam waktu yang hampir bersamaan dengan abstraksi, di mana penggambaran ulang dalam bentuk sederhana tersebut sudah sedikit diubah bentuknya, namun bagian inti dari topeng yang menjadi fokus perhatian masih dibiarkan mirip aslinya agar karakter topeng masih bisa dilihat. Distorsi yang dilakukan penulis pada karyanya merupakan hasil pengolahan bentuk dari komponen-komponen topeng, seperti mata, hidung, mulut, wajah dan lainya. Namun, meskipun mengalami distorsi, secara sekilas karakter topeng masih tetap terlihat. Suryo Suradjijo dalam buku Filsafat Seni menjelaskan bahwa distorsi bertujuan untuk menonjolkan karakteristik visual objek, sehingga mendapatkan bentuk baru yang lebih sempurna dari alam atau bentuk lain yang sesuai konsep estetik sang seniman (S. Suradjijo, 2000: 77). 3) Stilasi Stilasi memiliki sedikit kesamaan dengan distorsi, hanya saja stilasi lebih ke arah mengeksplorasi penggayaan bentuk objeknya. Dalam buku yang sama Suryo Suradjijo menambahkan pengertian stilasi, yakni penggambaran dengan cara menggayakan setiap kontur objek atau benda, tanpa mening-galkan bentuk alaminya sekedar untuk menambah nilai keindahannya (S. Suradjijo, 2000: 79). Topeng dalam karya seni penulis juga mengalami stilasi dimana pada bagian-bagian tertentu mengalami pengolahan sedemikian rupa sehingga menghasilkan sebuah kesan baru dan unik.

50

4) Deformasi Deformasi dilakukan penulis pada setiap karyanya, karena penulis memiliki penggambaran suasana atau perasaan berbeda di setiap karyanya. Setiap karya memiliki bentuk yang berbeda tergantung dari perasaan dan pemikiran penulis yang merupakan kebebasan ekspresi seniman. Suryo Suradjijo mengartikan deformasi sebagai pengubahan bentuk yang mengutamakan kebebasan perasaan seniman sehingga karya yang dihasilkan tidak berwujud seperti aslinya, namun penghayat masih bisa menangkap unsur bentuk didalamnya (S. Suradjijo, 2000: 80).

51

C. REFERENSI KARYA 1. Xia Xiaowan Penulis terinspirasi dari karya Xia Xiaowan dalam pameran dengan tema transmutations Across the Space, Xia Xiaowan berhasil menciptakan karya seni dua dimensi yang kemudian diastukan menjadi karya seni instalasi tiga dimensi. Karya seni Xia Xiaowan memberikan efek holografik dimana karya disusun dalam bentuk panel berlapis sehingga memberikan kesan volume, tekstur, dan dimensi. Xia Xiaowan berhasil menempatkan karyanya diantara seni lukis dan seni patung.

Gambar 15. Xia Xiaowan (Sumber: http://wisbenbae.blogspot.com/2011/01/lukisan-kaca-3d-ngeriboi.html) diunduh pada 25/10/2015 pukul 09.50 WIB.

52

2. Willie Cole Penulis juga terinspirasi karya dari Willie Cole yang berjudul "The Sole Sitter", Penulis terkesan dengan karya ini, karena Willie Cole berhasil menciptakan karya dengan ilusi sederhana. Karya ini sekilas merupakan tumpukan bidang geomorfik yang tertata rapi dan membentuk sebuah figur manusia dengan menempatkan unsur-unsur mata, mulut, kaki, tangan, kepala dan lain-lain

Gambar 16. Willie Cole "The Sole Sitter", (Sumber: http://hot.detik.com/read/2013/10/18/132750/2389262/1059/karyaseni-instalasi-dari-sepatu-hak-tinggi) diunduh pada 25/10/2015 pukul 09.50 WIB.

53

3. Didik Nini Thowok Didik Nini Thowok adalah seorang seniman topeng yang juga menginspirasi penulis walaupun karya beliau termasuk dalam seni pentas atau seni tari. Dedikasi tinggi dan apresiasi terhadap topeng memberikan kekuatan (power) penikmat seni dalam menikmati seni topeng. Karya seni Dwimuka merupakan tari topeng yang disusun dengan teknik tinggi dimana seniman mempunyai ciri khas tersendiri dalam menyajikan karyanya.

Gambar 17. Didik Nini Thowok "Dwimuka", (Sumber: http://www.radarjogja.co.id/blog/2015/11/21/mengunjungi-pamerantopeng-power-of-topeng-di-museum-negeri-sonobudoyo-jogjakarta/) diunduh pada 25/07/2016 pukul 09.50 WIB.

4. Nasirun Penulis juga terinspirasi dari seniman Nasirun dan karya seni nya yang berjudul Mystery of The Dream. Karya seni Nasirun memanfaatkan komposisi warna dan komposisi objek sehingga menghadirkan susunan yang unik.

54

Gambar 18. Nasirun "Mystery of The Dream", (Sumber: https://paditumbuh.files.wordpress.com/2015/05/mystery-of-thedreame2809c-by-nasirun.jpg)diunduh pada 25/07/2016 pukul 09.55 WIB.

55