Penyakit apa yang dapat berlipat ganda jika seseorang tidur kurang dari lima jam per malam?

Penyakit apa yang dapat berlipat ganda jika seseorang tidur kurang dari lima jam per malam?

Penyakit apa yang dapat berlipat ganda jika seseorang tidur kurang dari lima jam per malam?
Lihat Foto

OcusFocus

Seorang wanita begadang

KOMPAS.com - Gangguan tidur menjadi masalah kesehatan yang mengalami peningkatan cukup signifikan di tengah pandemi Covid-19.

Suatu penelitian di Belanda terhadap kelompok usia 18-70 menemukan, 32 persen responden mengeluh mengalami gangguan tidur umum.

Selain itu, 43,2 persen responden lainnya mengatakan mereka mengalami kurang tidur. Responden yang ikut dalam penelitian tersebut mewakili sampel nasional.

Di sisi lain, suatu studi yang dilakukan di Norwegia di terhadap 1285 siswa sekolah menengah (usia 16-19 tahun) juga menemukan fakta terkait gangguan tidur.

Penelitian tersebut menunjukkan, sekitar 10,4 persen masalah gangguan tidur tidak dapat diatasi dengan induksi perilaku.

Dalam survei baru-baru ini di Amerika Serikat, diperkirakan 83,6 juta orang dewasa tidur kurang dari 7 jam per hari.

Baca juga: Jangan Sepelekan! Ketahui Penyebab Tidur Gelisah dan Cara Mengatasinya

Berdasarkan data-data tersebut, dapat dikatakan kurang tidur kronis menjadi masalah kesehatan yang berkembang di tengah pandemi.

Kurang tidur akut lebih rentan terjadi pada orang dewasa muda dibanding orang dewasa yang senior. Hal ini berkaitan dengan pola pikir bahwa bekerja lebih baik dibanding tidur.

Belum lagi sejumlah kantor masih menerapkan kebijakan kerja dari rumah. Hal ini terkadang membuat jam kerja menjadi tidak jelas.

Efek buruk

Penyakit apa yang dapat berlipat ganda jika seseorang tidur kurang dari lima jam per malam?

Penyakit apa yang dapat berlipat ganda jika seseorang tidur kurang dari lima jam per malam?
Lihat Foto

John Lund/Paula Zacharias

Ilustrasi tertidur

KOMPAS.com - Kamu pasti pernah merasakan kurang tidur. Tidur hanya beberapa jam saja karena harus begadang mengerjakan tugas kuliah, tugas kantor, maupun alasan lainnya.

Keesokan harinya, kantuk mendera sepanjang hari, merasa lemas, kurang fokus, kurang bersemangat, atau mood menjadi tidak bagus sehingga mudah marah.

Banyak orang tidak sadar bahwa ternyata itu semua terjadi karena kurang tidur pada malam hari.

Tidak hanya berpengaruh pada keesokan harinya, kurang tidur juga ternyata dapat berpengaruh pada kesehatan dalam jangka panjang.

Kurang tidur berhubungan dengan penyakit kronis, seperti diabetes, tekanan darah tinggi, dan penyakit jantung. Beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara kebiasaan tidur dan risiko penyakit.

Baca juga: Dampak Kurang Tidur: Dari Cepat Pikun Sampai Depresi

Obesitas

Kurang tidur dapat meningkatkan risiko kenaikan berat badan. Penelitian menunjukkan bahwa orang yang tidur kurang dari 6 jam per malam memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) lebih tinggi, dan orang yang tidur 8 jam per malam memiliki IMT paling rendah.

IMT merupakan alat ukur seseorang dikatakan mempunyai tubuh kurus atau gemuk berdasarkan tinggi badan yang dimilikinya. Semakin gemuk tubuhnya, semakin tinggi pula IMT yang dimilikinya.

Kurang tidur berhubungan dengan meningkatnya rasa lapar dan nafsu makan, sehingga menyebabkan kenaikan berat badan dan obesitas.

Saat tidur, tubuh memproduksi hormon yang membantu mengontrol nafsu makan, metabolisme energi, dan pengolahan glukosa. Tidur yang kurang membuat kerja hormon tersebut dan hormon lainnya terganggu.

Baca juga: Awas, Nafsu Makan Meningkat Saat Kurang Tidur

Editor: Wisnubrata

Jakarta -

Berapa lama kamu tertidur setiap malam? Jika kamu tidur kurang dari tujuh jam kamu perlu mewaspadai beberapa dampak buruk yang diakibatkan.

Tidur merupakan kebutuhan bagi semua orang. Tidur juga menjadi salah satu kunci utama kesehatan, baik fisik maupun psikis.

Orang dewasa disarankan untuk tidur selama 7 hingga 9 jam setiap malam. Jika kurang dari itu, beberapa dampak buruk bisa mengintai.

"Rata-rata orang yang melaporkan tidur kurang dari tujuh jam secara rutin berisiko terhadap banyak penyakit," jelas Direktur National Center of Sleep, Michael Twery.

Dikutip dari laman Live Strong, berikut beberapa masalah yang akan terjadi saat seseorang tidur kurang dari tujuh jam per hari. Apa saja?

1. Obesitas

Kurang tidur berhubungan dengan kelebihan berat badan atau obesitas. Sebuah tinjauan pada Oktober 2018 di BMJ Open Sport & Exercise Medicine menemukan bahwa orang yang memiliki kebiasaan tidur kurang dari tujuh jam saat malam hari cenderung memiliki indeks massa tubuh yang lebih tinggi dan mengalami obesitas.

"Ketika kamu kurang tidur, tubuh mengurangi pelepasan leptin, hormon yang membantu menekan nafsu makan dan mendorong tubuh menggunakan energi," jelas spesialis tidur, Michael Breus.

Para peneliti juga menemukan bahwa terlalu sedikit tidur meningkatkan kadar hormon ghrelin, yang merangsang nafsu makan dan dapat menyebabkan penambahan berat badan.

2. Diabetes

Penyakit tidak menular satu ini bisa menyerang siapa saja yang memiliki gaya hidup yang buruk termasuk kurang tidur. Sebuah studi yang diterbitkan di Oman Medical Journal tahun 2016 menemukan hubungan antara kurang tidur dan diabetes tipe 2.

"Orang paruh baya dan orang tua yang kurang tidur dua kali lebih mungkin mengalami diabetes tipe 2 daripada orang yang cukup istirahat. Tidur membantu mengatur glukosa dan metabolisme. Kurang tidur juga mengakibatkan lonjakan kortisol yang bisa membuat sel lebih resisten terhadap insulin," jelas Breus.

3. Penyakit jantung

Kurang tidur juga bisa membahayakan jantung, terutama berkontribusi pada aterosklerosis. Berdasarkan studi yang diterbitkan dalam Journal of the American College of Cardiology tahun 2019 menyebut kurang tidur mengakibatkan penumpukan plak pada arteri atau aterosklerosis.

Sementara itu, pada studi Juli 2020 yang diterbitkan di Psychosomatic Medicine menemukan orang yang menghabiskan tidur dalam waktu minimal memiliki tekanan darah lebih tinggi.

Simak Video "Siapa Saja yang Disarankan untuk Jalani Meditasi?"


[Gambas:Video 20detik]

tidur kurang tidur obesitas diabetes penyakit jantung akibat kurang tidur

Risiko dari mereka dalam kelompok yang memiliki gejala sama mengidap penyakit jantung dan diabetes dua kali lebih besar untuk mengalami kematian dibandingkan mereka yang tidak memiliki faktor-faktor penyakit tersebut apabila jangka waktu tidur mereka kurang dari enam jam setiap malam.

Ini adalah temuan dari sebuah studi baru yang diselenggarakan oleh para peneliti di Pennsylvania State College of Medicine dan dilaporakan dalam the Journal of the American Heart Association.

Yang disebut dengan sindrom metabolik ditandai dengan meningkatnya gula darah, tekanan darah tinggi dan kolestrol, serta kelebihan lemak di seputar pinggang. Sebuah diagnosis sindrom metabolik termasuk di antaranya indeks massa tubuh (BMI) yang tinggi, sebuah pengukuran berat seseorang relatif terhadap tinggi badannya.

Seseorang dengan indeks massa tubuh yang tinggi dan gejala-gejala metabolik lainnya beresiko lebih tinggi untuk mengidap penyakit jantung dan diabetes.

Peserta studi

Pada studi ini, 1.344 orang dewasa sepakat untuk bermalam di sebuah klinik tidur. Hampir 40 persen dari para peserta tersebut diketahui memiliki paling tidak tiga faktor risiko dari sindrom metabolik.

Ketika semua peserta ini dilacak kembali pada jangka waktu rata-rata 16 tahun kemudian, 22 persennya diketahui sudah meninggal.

Dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki sindrom metabolik, para peneliti menemukan bahwa mereka dengan kelompok faktor risiko penyakit jantung dan diabetes memiliki kemungkinan 2,1 kali lebih besar untuk mengalami kematian akibat stroke apabila mereka tidur kurang dari enam jam selama mereka bermalam di laboratorium.

Apabila mereka tidur lebih dari enam jam, mereka yang memiliki sindrom metabolik memiliki peluang 1,5 kali lipat untuk mengalami stroke yang mematikan dibandingkan peserta yang tidak memiliki sindrom metabolik.

Akhirnya, mereka yang memiliki sindrom metabolik yang tidur kurang dari enam jam memiliki peluang hampir dua kali lipat untuk mengalami kematian oleh sebab apapun dibandingkan dengan mereka yang tidak memiliki faktor risiko penyakit jantung dan diabetes.

Studi ini adalah yang pertama menguji dampak jangka waktu tidur terhadap risiko kematian pada pasien dengan sindrom metabolik.

Lebih banyak lagi percobaan akan direncanakan

Apabila anda memiliki sindrom metabolik, penulis studi ini menyatakan penting untuk pasien agar memberitahu dokter mereka apabila anda tidak cukup tidur untuk mengurangi risiko kematian akibat serangan jantung atau stroke.

Para peneliti merencanakan percobaan klinis di waktu mendatang untuk menentukan apakah peningkatan lama tidur yang berkualitas, di samping menurunkan tekanan darah dan gula darah, meningkatkan prospek mereka dengan sindrom metabolik.

The American Heart Association baru-baru ini mengeluarkan pernyataan ilmiah tentang semakin banyaknya orang Amerika yang mengalami kesulitan tidur, baik secara tidak disengaja ataupun karena mereka lebih suka begadang, dan tren ini mungkin diasosiasikan dengan meningkatnya risiko dan hasil terkait penyakit kardiovaskular. 

Baca : Artikel Sumber