Perbandingan penyakit alzheimer dan parkinson

Apa perbedaan demensia dan penyakit Alzheimer?

Supaya Anda dapat mengenali kedua penyakit yang menyerang di usia tua ini lebih baik, simak perbedaannya baik-baik.

Berdasarkan definisi penyakit

Guna mengetahui bedanya, Anda perlu memahami definisi dari masing-masing penyakit. Demensia adalah sekelompok gejala yang memengaruhi kemampuan seseorang dalam mengingat, berpikir, dan bersosialisasi. Dalam kasus yang parah, penyakit ini bisa melumpuhkan aktivitas sehari-hari.

Sementara penyakit Alzheimer adalah penyakit progresif yang menyebabkan seseorang bermasalah dengan ingatan, perilaku, dan kemampuan berpikir.

Penjelasan kedua definisinya memang hampir mirip. Akan tetapi, jika diperhatikan lagi, Anda dapat menyimpulkan perbedaan dari demensia dan penyakit Alzheimer.

Menurut Mayo Clinic, demensia sebenarnya bukan penyakit, tapi kumpulan dari berbagai gejala gangguan pada otak. Oleh karena itulah, demensia digambarkan sebagai payung yang melingkupi beberapa penyakit, salah satunya adalah penyakit Alzheimer.

Jadi, penyakit Alzheimer itu bisa juga Anda sebut sebagai salah satu jenis dari demensia. Bahkan, sangat umum terjadi ketimbang jenis demensia lain. Itulah sebabnya, istilah demensia dan penyakit Alzheimer cukup populer.

Di samping penyakit Alzheimer, jenis lain dari penyakit yang berada di bawah lingkup demensia adalah:

  • Demensia vaskular (gangguan fungsi otak yang disebabkan oleh berkurangnya aliran darah pada otak).
  • Lewy body dementia adalah (gangguan pada otak akibat penumpukan protein Lewy body)
  • Demensia frontotemporal (kelainan otak yang memengaruhi lobus frontal dan temporal otak, yakni bagian depan dan samping otak).

Berdasarkan penyebab penyakit

Perbandingan penyakit alzheimer dan parkinson

Perbedaan demensia dan penyakit Alzheimer juga dapat diamati dari penyebab yang mendasarinya. Penyebab demensia sangat bervariasi, bergantung dengan jenis-jenisnya.

Demensia vaskular misalnya, terjadi akibat kurangnya aliran darah di otak. Padahal sel-sel otak membutuhkan oksigen dan nutrisi dari darah untuk tetap berfungsi normal. Ketika suplai darah ke otak tidak mencukupi, sel-sel otak akan rusak dan akhirnya mati.

Kondisi ini mungkin terjadi pada orang yang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi), stroke, diabetes, atau punya kebiasaan merokok.

Selanjutnya demensia lewy body disebabkan oleh gumpalan kecil protein yang disebut alpha-synuclein yang dapat berkembang di dalam sel otak. Gumpalan ini merusak cara sel bekerja dan berkomunikasi satu sama lain sehingga sel akhirnya mati. Jenis demensia ini berkaitan erat dengan penyakit Parkinson.

Kemudian, demensia frontotemporal disebabkan oleh penggumpalan protein tau di bagian depan dan samping otak. Penggumpalan ini dapat menyebabkan area otak yang terkena menyusut.

Jenis demensia ini lebih mungkin terjadi dalam keluarga dan diketahui di usia yang lebih mudah, yakni usia 45-65 tahun karena difaktori oleh penurunan gen tertentu.

Nah, kesemua penyebab tersebut bisa menjadi perbedaan antara demensia dan penyakit Alzheimer. Pasalnya, penyebab penyakit Alzheimer adalah endapan yang disebut plak amiloid di otak yang bisa menyebabkan kerusakan dan penggumpalan protein tau yang menyebabkan kekusutan di otak.

Biasanya, area otak yang umumnya terpengaruh penyakit ini adalah bagian hipokampus, yakni yang bertugas untuk mengatur memori.

Berdasarkan gejala yang ditimbulkan

Selain penyebab, perbedaan demensia dan penyakit Alzheimer juga bisa dilihat dari gejala yang dialami pengidapnya. Pada orang yang terkena demensia vaskular, gejala yang ditimbulkan meliputi:

  • Kesulitan untuk konsentrasi dan kebingungan untuk memutuskan tindakan selanjutnya ketika melakukan sesuatu.
  • Sulit membuat perencanaan dan mengomunikasikan rencana tersebut pada orang lain.
  • Mudah gelisah dan sensitif.
  • Acuh dan mengalami depresi.
  • Mudah lupa serta tidak mampu mengontrol keinginan buang air kecil.

Lain halnya dengan orang yang terkena demensia lewy body, mereka umumnya akan mengalami gejala berikut ini:

  • Gerakan tubuh melambat, otot kaku, mengalami tremor, dan sering terjatuh.
  • Rentan mengalami kepala pusing dan gangguan pencernaan, seperti sembelit.
  • Sulit konsentrasi, hilang ingatan, dan berbicara tidak teratur.
  • Mendengar, mencium, dan merasakan sentuhan yang sebenarnya tidak ada (halusinasi).
  • Mengalami kesulitan untuk tidur di malam hari, tapi dapat tidur sangat lama di siang hari.
  • Depresi dan kehilangan motivasi.

Kemudian, gejala demensia frontotemporal yang mungkin muncul antara lain:

  • Merasakan kekakuan atau kejang otot, kesulitan menelan, dan tremor serta keseimbangan tubuh yang buruk.
  • Sulit memahami bahasa seseorang dan tulisan serta kesulitan untuk menyusun kalimat ketika berbicara.
  • Kurang perhatian dan sulit menilai sesuatu.
  • Melakukan gerakan berulang yang tidak normal, seperti menepuk-nepuk pipi.
  • Sering memasukkan sesuatu yang bukan makanan ke mulut.

Sementara itu, gejala penyakit Alzheimer sedikit berbeda dengan jenis-jenis demensia yang telah disebutkan di antaranya:

  • Mengalami hilang ingatan atau lupa dengan nama orang yang dikenali atau benda di sekitar. Mereka juga sering kali tersesat di tempat yang sudah dikenali, atau menaruh benda yang baru saja digunakan di tempat yang tidak seharusnya.
  • Sering berbicara berulang kali atau mengulang pertanyaan yang diajukan.
  • Depresi, suasana hati mudah berubah, dan menarik diri dari kegiatan sosial.
  • Buruk dalam mengambil keputusan, kesulitan dalam berpikir, dan kesusahan dalam melakukan aktivitas sehari-sehari seperti mandi.

Berdasarkan pengobatan yang dijalani pasien

Perbedaan demensia dan penyakit Alzheimer juga bisa Anda amati dari pengobatan yang direkomendasikan dokter. Obat penyakit Alzheimer yang sering diresepkan adalah obat penghambat cholinesterase, seperti donepezil (Aricept), galantamine (Razadyne) dan rivastigmine (Exelon) serta obat memantine.

Orang dengan penyakit demensia lewy body juga menggunakan obat penghambat cholinesterase, tapi dilengkapi juga dengan beberapa obat untuk mengobati penyakit Parkinson.

Ini berbeda dengan orang yang mengalami demensia vaskular yang biasanya diresepkan obat menurunkan tekanan darah dan kolesterol serta mencegah pembekuan darah. Sementara pada pasien demensia frontotemporal, mereka akan diresepkan obat antidepresan dan antipsikotik.

Meski obat yang diresepkan berbeda, baik pasien demensia dan penyakit Alzheimer biasanya perlu menjalani terapi untuk membantu mengurangi gejala.

Apa perbedaan alzheimer dan parkinson?

N
Info Penanya: N, Wanita, 28 Tahun
Dokter, beberapa hari ini saya mudah sekali pikun dan banyak bilang kalo ini mengindap alzheimer, tapi ada juga yang bilang parkinson. Apakah kedua penyakit ini berbeda, dok? Apa perbedaan alzheimer dan parkinson? Bagaimana cara mengatasi alzheimer dan parkinson?
654 Views
0 Balasan

Perbezaan Antara Penyakit Jantung Koronari dan Penyakit Kardiovaskular | Penyakit Jantung Koronari vs Penyakit Kardiovaskular

Perbandingan penyakit alzheimer dan parkinson

Perbezaan Antara Multiple Sclerosis dan Penyakit Neuron Motor | Penyakit Sclerosis vs Penyakit Neuron Motor

Perbandingan penyakit alzheimer dan parkinson

Perbezaan Antara Penyakit Parkinson dan Huntington | Penyakit Parkinson vs Huntington

Perbandingan penyakit alzheimer dan parkinson

Apakah Perbezaan Antara Penyakit Parkinson dan Huntington? Penyakit Parkinson biasanya berlaku selepas usia 50 tahun. Penyakit Huntington biasanya berlaku

Kandungan:

  • Perbezaan antara Alzheimer dan Parkinson
  • Gejala kognitif
  • Gejala motor
  • Gejala psikotik dan lain-lain
  • Gejala patologi
  • Umur permulaan
  • Kelaziman
  • Jenis demensia
Perbandingan penyakit alzheimer dan parkinson

Adakah anda tahu perbezaan antara Alzheimer dan Parkinson? Pertama sekali, kita mesti mengatakan bahawa kedua-dua penyakit ini merupakan dua penyebab demensia. Sekarang, mari kita lebih spesifik. Menurut data WHO (Organisasi Kesihatan Sedunia), demensia akibat penyakit Alzheimer mewakili 60-70% daripada semua kes demensia di dunia.

Walau bagaimanapun, penting untuk diingat bahawa mereka penyakit yang sangat berbeza. Selain itu, kita mesti menjelaskan bahawa mempunyai kedua-dua keadaan tidak selalu membawa kepada perkembangan demensia (walaupun ia berlaku dalam kebanyakan kes). Dalam pengertian ini, kita tahu bahawa antara 20-60% orang dengan penyakit Parkinson akhirnya mengalami demensia.

Buter et al. (2008) melakukan kajian yang diterbitkan dalam jurnal Neurologi. Ia dilakukan dengan 233 pesakit dengan penyakit Parkinson. Para penyelidik dapat melihat bahawa sekitar 60% dari mereka menghidap demensia Parkinson dalam jangka masa 12 tahun.


Jadi demensia apa? Ini merujuk kepada sekumpulan gejala yang timbul sebagai akibat dari kerosakan atau penyakit saraf. Gejala-gejala ini melibatkan kehilangan atau kelemahan fakulti mental dan terutamanya mempengaruhi tiga bidang yang berbeza: kognitif (misalnya, kehilangan ingatan atau perubahan dalam penaakulan), tingkah laku (perubahan tingkah laku), dan keperibadian (perubahan keperibadian, kerengsaan, dan ketidakupayaan emosi) , antara lain).